PENETAPAN TARIF DASAR LISTRIK (TDL) UNTUK SEKTOR

advertisement
Jurnal Teknik Industri, Vol. 8 No.1 Mei 2008
PENETAPAN TARIF DASAR LISTRIK (TDL)
UNTUK SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA
Meylinda Mulyati1
ABSTRAK
Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) yang terus meningkat hingga akhir tahun 2006 cukup
meresahkan masyarakat, disusul kenaikan BBM dan tarif telepon. Kenaikan yang cukup
memberatkan membuat konsumen berfikir negatif bahwa pemerintah khususnya pihak PLN terlalu
semena-mena dan tidak memikirkan rakyat. Akan tetapi, disisi lain memang kenaikan tarif dasar
listrik ini sudah selayaknya mengingat begitu besar beban yang harus ditanggung PLN untuk
biaya produksi listrik yang cukup mahal.
Kurangnya pengetahuan masyarakat umum dan masyarakat industri tentang bagaimana
penghitungan tarif dasar listrik dan juga kurangnya sosialisasi dari pihak PLN sendiri (PLN
kurang transparan dalam penentuan tarif listrik) merupakan salah satu kendala dalam
ketenagalistrikan di Indonesia.
Pelanggan energi listrik terkecil adalah sektor industri, namun Sektor industri merupakan
konsumen terbesar pemakaian energi listrik dan merupakan sumber dana terbesar bagi PLN.
Kata-Kata Kunci : Tarif Dasar listrik, Sektor Industri, Energi Listrik
1
PENDAHULUAN
Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang paling banyak
digunakan manusia selain minyak dan gas bumi (migas) untuk aktivitas seharihari. Listrik tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Tanpa listrik dunia
akan gelap gulita. Dengan energi listrik kita dapat beraktivitas di malam hari.
Listrik juga membantu kita untuk mempermudah pekerjaan-pekerjaan berat yang
tidak dapat dikerjakan sendiri.
Konsumen terbesar pemakai energi listrik adalah sektor industri, kemudian
disusul sektor rumah tangga, komersial dan pemerintahan. Sedangkan yang paling
kecil mengkonsumsi energi listrik adalah sektor transportasi, karena pada sektor
transportasi ini, energi listrik hanya dimanfaatkan pada kereta api rel listrik
(KRL), itupun jumlahnya terbatas dan untuk saat ini hanya terdapat di pulau Jawa.
Listrik diharapkan semakin diminati masyarakat di hari-hari mendatang,
bukan hanya masyarakat industri tetapi juga oleh semua masyarakat pengguna
energi. Hal tersebut disebabkan energi listrik dapat dikategorikan sebagi energi
bersih yang tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Energi listrik juga
mudah dimanfaatkan, walaupun biaya untuk membangkitkan energi listrik masih
relatif mahal. Meskipun pemanfaatan listrik cukup prospektif, tetapi terdapat
kendala dalam proses pembangkitannya, memgingat sebagian besar dari bahan
1
Meylinda Mulyati adalah staf pengajar di Jurusan Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknik Musi
Palembang
Jurnal Teknik Industri, Vol. 8 No.1 Mei 2008
bakar yang dimanfaatkan oleh pembangkit listrik di Indonesia adalah bahan bakar
fosil.
Dengan memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi nasional yang mulai
tahun 2000 akan berangsur-angsur pulih hingga mecapai 5,6% pada tahun 2029,
diperkirakan selama tiga puluh lima tahun mendatang, konsumsi energi dalam
negeri akan mengingkat rata-rata sebesar 2,8% per tahun. Dari total konsumsi
energi pada periode 1994-1999 diperkirakan 9% disuplai oleh energi listrik dan
pada periode 2024-2029 akan meningkat menjadi 16%.
Sejak tahun 1989 hingga tahun 2001, tarif dasar listrik (TDL) terus
mengalami kenaikan yang disebabkan oleh kenaikan beberapa komponen utama
biaya produksi tenaga listrik. Dari data tahun 1989 terungkap bahwa kenaikan
tersebut disebabkan antara lain oleh terjadinya perubahan beberapa variabel
seperti bahan bakar, harga pembelian energi listrik, tingkat inflasi dan nilai tukar
dolar AS terhadap rupiah.
Kenaikan tarif dasar listrik yang terus meningkat hingga akhir tahun 2001
cukup meresahkan masyarakat, disusul kenaikan BBM dan tarif telepon. Kenaikan
yang cukup memberatkan ini, membuat konsumen berpikir negatif bahwa
pemerintah khususnya pihak PLN terlalu semena-mena dan tidak memikirkan
rakyat. Akan tetapi, di sisi lain memang kenaikan tarif dasar listrik ini sudah
selayaknya mengingat begitu besar beban yang harus ditanggung PLN untuk
biaya produksi listrik yang biayanya cukup mahal.
Kurangnya pengetahuan masyarakat umum tentang bagaimana
perhitungan tarif listrik dan juga kurangnya sosialisasi dari pihak PLN
dikarenakan PLN kurang transparan dalam penentuan tarif dasar listrik merupakan
salah satu kendala dalam ketenagalistrikan di Indonesia.
Mengingat begitu luasnya konsumen listrik di Indonesia dan banyaknya
sektor pengguna jasa energi listrik di Indonesia, maka pada bahasan dalam
makalah ini hanya akan dibahas bagaimana menetukan tarif dasar listrik (TDL)
untuk sektor industri.
2
Penetuan Tarif Dasar Listrik Untuk Industri
Tenaga listrik tidak dapat disimpan dalam jumlah yang besar dan harus
dibangkitkan dan ditransmisikan kepada pemakai ditempat pada waktu dan jumlah
yang diperlukan. Sefat ini menyebakan pengukuran, penetapan harga maupun
penentuan tarif listrik akan menjadi lebih sulit. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
suatu perusahaan listrik secara garis besar dapat dikelompokkan dalam dua
golongan besar, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya variabel).
Komponen biaya tetap dapat dianggap mewakili biaya dari kesiapan
penyediaan setiap waktu, sedangkan biaya tidak tetap (biaya variabel) mewakili
biaya energi listrik yang di konsumsi sebenarnya. Biaya tidak tetap ini berbanding
lurus dengan jumlah daya (kWh) yang dipakai. Sedangkan komponen biaya tetap
kemungkinan besar untuk sebagian yang penting akan bergantung dari besarnya
daya yang senantiasa harus disediakan oleh perusahaan listrik.
41
Jurnal Teknik Industri, Vol. 8 No.1 Mei 2008
2.1 Pemisahan Biaya Dalam Tiga Bagian
Henry L. Doherty (1990) mengemukakan bahwa pemisahan biaya dalam
dua bagian merupakan kemajuan besar dalam teori biaya listrik, namun masih
mengandung beberapa ketidaksempurnaan, terutama yang menyangkut biaya
tetap.
Pada pemakai besar komponen langganan ini relatif kecil, namun pada
pemakai kecil komponen ini secara reatif cukup berarti, yang dirumuskan:
Y = A + bX atau
Y = A1 + A2 + bX
dimana:
A1
= Biaya tetap komponen langganan
A2
= Biaya tetap komponen daya tersedia
bX
= Biaya Variabel
b
= Biaya Variabel per kWh
X
= kWh yang dipakai
Ada dua cara untuk memperhitungkan biaya kepada para pemakai listrik.
Pertama, adalah cara biaya yang dibagi, diperkirakan sedemikian rupa hingga
semua biaya secara logis dialokasikan kepada para pemakai, menurut prinsip yang
berlaku.
Kedua, adalah apa yang sering disebut sebagai biaya inkremental atau biaya
marginal, yang berlandaskan pendapat, bahwa diperhitungkan untuk menyediakan
listrik untuk suatu konsumen atau kelompok konsumen, hanyalah biaya yang
harus ekstra dipikul, dibandingkan dengan bila kelompok konsumen itu tidak
disambung. Perbedaan cara-cara ini dapat menjadi penting pada penentuan tarif.
2.2 Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Biaya Listrik
Biaya dapat dialokasikan pada tiap kelompok konsumen, dan bahwa tiap
konsumen dalam suatu kelompok mendapatkan alokasi biaya itu sesuai besar daya
tersedia yang memintanya dan banyaknya energi yang dipakainya. Hal ini
merupakan landasan atas prinsip pemisahan dalam dua komponen yaitu besarnya
daya dan banyaknya energi.
Faktor lain yang mempengaruhi tingkatan biaya yang mempengaruhi
pembagian antar kelompok konsumen, dan antar pemakai di dalam satu
kelompok. Faktor itu adalah:
-
Jumlah energi atau daya (kWh) yang di pakai, faktor ini mempengaruhi
komponen variable
-
Besarnya daya tersedia dalam kWh, faktor ini mempengaruhi komponen
tetap daya tersedia.
-
Faktor beban, baik pada sisi konsumen, maupun pada pusat listrik. Faktor
ini mempengaruhi komponen tetap maupun komponen variabel.
-
Diversitas, yang mempengaruhi komponen tetap dan komponen variable
42
Jurnal Teknik Industri, Vol. 8 No.1 Mei 2008
-
Letak pemakai dalam jaringan, terutama mempengaruhi biaya tetap.
-
Waktu dari beban puncak, faktor terutama menentukan biaya tetap.
-
Sifat-sifat musiman dari beban, yang berpengaruh baik pada biaya tetap
maupun biaya pemakaian.
-
Faktor kerja, terutama yang berpengaruh pada biaya tetap.
-
Prinsip multlaknya keandalan terutama yang berpengaruh pada biaya tetap.
-
Efek skala. Skala berpengaruh pada biaya.
2.2.1
Jumlah Energi Yang di Pakai
Biaya yang dibebankan kepada suatu konsumen atau kelompok konsumen
dipengaruhi oleh jumlah yang dipakai, dan secara langsung mempengaruhi biayabiaya variabel. Pada prinsipnya biaya tetap tidak akan terpengaruh.
Pada rumus: Y = A + bX, besaran X (kWh) tidak dapat ditingkatkan
sekehendak hati, akan tetapi mempunyai nilai maksimum sebesar:
Xm = kWm hm
dimana:
kWm
= Daya tersedia (maksimum)
hm
= Jumlah jam maksimum satuan waktu yang ditentukan
Pada rumus per satuan energi, maka:
u=
A
+b
x
u= a +b
atau untuk x = xm menjadi u = um, sehingga:
u=
A
+b
xm
u = am + b
Jumlah energi yang melewati suatu titik dalam suatu sistem jaringan,
dimulai dari terminal generator, melalui saluran transmisi, terusd gardu induk
sampai ke konsumen, pada umunya diukur dengan mempergunakan alat-alat ukur
kWh, sekalipun tidak diukur pada tiap tempat.
2.2.2
Waktu Beban Puncak
Ada dua cara untuk memperhitungkan alokasi biaya beban puncak.
Cara I : Alokasi menurut besar beban puncak
memperhatikan waktu terjadinya beban puncak itu.
masing-masing,
tanpa
Cara II : Alokasi menurut besarnya beban dari masing-masing kelompok pemakai
pada waktu beban puncak jaringan, tanpa memperhatikan bahwa beban puncak
kelompok pemakai mungkin terjadi di luar waktu beban puncak dari sistem.
43
Jurnal Teknik Industri, Vol. 8 No.1 Mei 2008
Misalnya pemakai A, yang mempunyai beban puncak Pa yang terjadi
sekitar pukul 18.00 dan seterusnya, mempunyai beban dasar sebesar Da,
sebagaimana terlihat pada gambar dibawah ini. Selanjutnya pemakai B, yang
mempunyai beban puncak Pb yang terjadi sekitar pukul 07.00 dan seterusnya,
mempunyai beban dasar Db.
Alokasi menurut cara I dan cara II pada pemakai A dan pemakai B
menjadi terlihat pada tabel 1.
Tabel 1 Ikhtisar cara I dan cara II pada penentuan beban puncak.
KONSUMEN
Cara I
Cara II
Pemakai A
Pa
Pa  Pb
Pa
Pc
Pemakai B
Pb
Pa  Pb
Pb
Pc
Ikhtisar di atas memperlihatkan, bahwa pada cara I, yang beruntung adalah
pemakai B, dan cara II yang akan beruntung adalah pemakai A. Masing-masing
cara mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri.
Keuntungan cara II adalah bahwa peralatan harus mampu memikul beban
puncak keseluruhan dan bahwa setiap konsumen memikul bagiannya sendirisendiri terhadap beban puncak ini. Semua beban yang terjadi di luar waktu beban
puncak, akan dapat melampaui beban puncak sistem, sehingga beban puncak
jaringan akan berpindah, dan perlu adanya peninjauan kembali mengenai alokasi
biaya kepada para pemakai semuanya. Kesuliatan ini tidak akan terjadi pada cara
I, lagi pula cara ini lebih banyak memperlihatkan diversitas.
Di lain pihak, cara 1 juga memiliki kelemahan. Misalnya hipotetis, ada
tiga orang pemakai: A, B, dan C, yang masing-masing memiliki beban puncak
yang sama besarnya, hanya berlainan waktu, seperti terlihat pada gambar 1.
Beban
A
0
Beban
B
08
C
16
AB
24 Waktu
0
08
C
16
24 Waktu
Gambar 1 Penentuan Beban dengan Tiga Pemakai
Pemakai A memiliki beban puncak sebesar P, dan memakai tenaga hanya
dari pukul 00.00 hingga 08.00. Pemakai B juga memiliki beban puncak sebesar P,
44
Jurnal Teknik Industri, Vol. 8 No.1 Mei 2008
namun memakai tenaga dari pukul 08.00 hingga pukul 16.00, sedangkan pemakai
C memiliki beban puncak yang juga sebesar P, dan pemakaianannya adalah dari
pukul 16.00 hingga 24.00. dalam situasi ini dengan cara I para pemakai A, B, dan
C membayar bea tetap yang sama karena sama tingginya.
2.3 Konsep Perhitungan Dalam Penetapan Harga Energi Listrik
Konsep perhitungan utama dalam penetapan energi listrik ini
menggunakan metode biaya pembangkitan terendah. Secara umum dapat dilihat
pada gambar berikut:
Pembangkit Listrik
Transmisi
Distribusi
Pemakai
Gambar 2 Konsep Perhitungan Utama Dalam Penetapan Harga Energi
Listrik
Harga energi listrik yang sampai ke pamakai akhir terdiri atas komponen
biaya pembangkitan, biaya transmisi, dan biaya distribusi. Variabel yang paling
menentukan besar-kecilnya harga energi listrik dari ketiga komponen itu adalah
biaya pembangkitan.
Selama ini dipakai metode biaya pembnagkitan terendah untuk
menentukan besarnya harga listrik di lokasi pembangkitan. Secara umum metode
ini terdiri dari tiga variabel utama, yaitu biaya modal, biaya operasi dan biaya
perawatan (operation and maintanance cost), serta biaya bahan bakar.
Secara khusus dapat dirumuskan sebagai berikut:
K = (f. p /m. T) + (860. u/n)
Modal
bahan bakar
+
g
perawatan
Keterangan:
K : biaya pembangkitan
p : biaya modal
f : faktor pengembalian modal
m : faktor manfaat (kapasitas) tahunan
T : jam kalender dalam setahun
u : biaya bahan bakar
n : effisiensi pembangkitan termal
g : biaya operasi dan perawatan
Proporsi biaya bahan bakar merupakan komponen terbesar dalam
penetuan biaya pembangkitan. Hal ini akan mempengaruhi penetuan harga listrik
45
Jurnal Teknik Industri, Vol. 8 No.1 Mei 2008
ke konsumen dalam arti jenis bahan bakar apa yang annti menghasilkan harga
energi listrik paling murah. Biaya pembangkitan listrik ini dapat berubah dari
waktu ke waktu tergantung berbagai faktor yang mempengaruhi perhitungannya.
Setelah biaya pada loko pembangkitan ditambah dengan biaya transmisi
dan biaya distribusi, dan dari jumlah ketiga komponen harga maka ditemukan
biaya listrik sampai ke pemakai. Setelah biaya total pembangkitan listrik
diketahui, proses selanjutnya beralih ke strategi penentuan harga. Karena ini
merupakan harga finansial, maka terdapat tiga strategi utama yang dapat
ditempuh.
Pertama, menetapkan harga pembangkitan lebih tinggi daripada harga
pembangkitan yang seharusnya terjadi pada awal masa produksi. Penetapan ini
kemudian berangsur-angsur diturunkan.
Kedua, menetapkan harga pembangkitan yang sama dengan harga pembangkitan
yang sebenarnya. Para pemakai akan menghadapi harga yang tetap sama, namun
pengembalian modal relatif lebih lambat bagi penyedia listrik.
Ketiga, menetapkan harga pembangkitan listrik lebih rendah daripada harga
pembangkitan yang sebenarnya. Pemakai menikmati harga listrik yang rendah
daripada masa awal produksi, namun harga berangsur-angsur meningkat.
Pertumbuhan kebutuhan akan listrik yang demikian tinggi membuat isu
penyediaan tenaga listrik oleh pihak selain PLN menjadi sangat penting.
Penyediaan listrik oleh swasta hanya terbatas pada usaha pembangkitannya dan
belum termasuk dalam transmisi dan distribusi.
Penetapan harga listrik yang dibangkitkan oleh pihak swasta pada dasarnya
sama dengan PLN, namun perhitungan biaya modalnya menjadi lebih
komplekkarena modal yang digunakan swasta berupa dana pinjaman selain modal
sendiri.
Dalam perkembangannya, semakin banyak produsen yang menyediakan
dan mengadakan listrik swasta. Dengan demikian harga listrik swasta menjadi
lebih kompetitif dan semakin murah.
Penentuan tarif dasar listrik penting bila dikaitkan dengan struktur dan
tingkat harganya. Pada prinsipnya, penentuan TDL berdasarkan diskriminasi
harga dan harga mark-up dari biaya finansial. Sebelum kita tinjau lebih jauh
dampak kenaikan TDL bagi industri, maka terlebih dahulu tinjau tujuan kenaikan
TDL dan alasan mengapa TDL perlu dinaikkan.
Adapun tujuan kenaikan TDL:
- memperbaiki kondisi keuangan PLN
- mempertahankan kelangsungan pasokan listrik PLN
- memperkecil subsidi listrik dengan menata kembali struktur subsidi
- secara bertahap harga jual tenaga listrik menuju nilai ekonominya.
46
Jurnal Teknik Industri, Vol. 8 No.1 Mei 2008
Sedangkan alasan kenaikan TDL adalah:
- solidaritas dari pelangganan listrik PLN
Pelanggan listrik yang telah dilayani perlu membayar tarif sesuai keekonomian, sebagai tanda turut solider pada bagian bangsa ini yang belum
menikmati listrik. Dengan pendapatan sesuai ke-ekonomiannya, dapat
dilakukan investasi untuk pengembangan.
- mendekati tingkat tarif yang mencerminkan biaya
Suatu industri yang tingkat tarifnya tidak mencerminkan biaya akan
mengalami masalah dalam kelangsungan dan pengembangan usahanya.
Industri penyediaan tenaga listrik ini sangat diperlukan oleh suatu bangsa
dan usahanya harus berlangsung terus menerus.
- dana pemerintah sangat terbatas untuk memberikan sokongan pada industri
penyedia tenaga listrik.
Sampai saat ini, pemerintah selalu turun tangan membantu industri vital
yang mengalami kesulitan. Tahun anggaran 2001, dengan nilai rupiah
yang jauh lebih rendah dari patokan APBN dan belum mencairnya dana
IMF, defisit APBN membengkak sehingga kemapuan memberikan subsidi
berkurang.
- Untuk program investasi, guna menjaga kelangsungan pasokan di masa
mendatang
Program kenaikan TDL ini dilakukan bertahap selama 5 tahun, sehingga
mencapai nilai keekonomiannya. Untuk itu diperlukan komitmen seluruh
bangsa. Dengan adanya komitmen 5 tahu ini, sekarang dapat mulai
dilakukan investasi yang akan selesai 3-4 tahun lagi. Ini akan sejalan
dengan pertumbuhan diatas 10% pertahun.
- Adanya kenaikan BBM
Pemerintah terus menaikan harga BBM yang digunakan PLN sebagai
bahan bakar. Karena itu, PLN juga harus menaikkan tarif TDL untuk
menjaga keadaan keuangan.
- Tindak lanjut kebijakan subsidi konsumen terarah.
Subsidi konsumen terarah hanya untuk daya terpasang sama atau lebih
kecil dari 450 VA. Ini berarti segmen konsumen lain yang diatas 450 VA
tidak disubsidi oleh pemerintah, yang artinya kalau tarifnya belum
mencapai nilai keekonomian maka kekurangannya ditutup oleh PLN
dengan kerugiannya. Situasi ini memberatkan kemampuan keuangan PLN
untuk bertahan apalagi ada kebutuhan berkembang.
3
PENGARUH KENAIKAN TDL BAGI INDUSTRI
Secara umum porsi biaya listrik dalam biaya produksi dari berbagai jenis
industri adalah kecil. Porsi biaya listrik dalam biaya produksi barang umumnya
berkisar antara 3-10% tergantung jenis industrinya. Tabel. 2 berikut ini
47
Jurnal Teknik Industri, Vol. 8 No.1 Mei 2008
menggambarkan persentase biaya listrik dalam seluruh biaya produksi untuk
bermacam-macam industri.
Tabel 2 Persentase biaya listrik untuk industri
Gol. Tarif
ISIC
Jenis Industri
1-3
312
Makanan lainnya
1-3/1-4
321
Tekstil
1-3
341
Kertas, barang dari kertas
1-3
356
Plastik, barang dari plastik
1-3
361
Porselen
1-3
362
Gelas, barang dari gelas
1-4
363
Semen, Kapur
%
4,47
3,89
3,48
4,12
4,66
3,24
9,50
Karena tahun 2000 kalangan industri telah memikul kenaikan TDL 2000 porsi
terbesar, maka dalam TDL 2001 kenaikan TDL akan mencapai sekitar 10-15%
tergantung daya terpasang dan pemakaian. Tabel 3. berikut memperlihatkan
komposisi pelangan sampai bulan Juni 2001.
Tabel 3. Komposisi pelangan sampai bulan Juni 2001
Tarif
Pelangan
%
KVA
%
tersambung
Sosial
R.Tangga
Bisnis
Industri
Umum
Total:
MWh
Jual
%
Penjualan
%
(x Rp.1 juta)
5.030
1,50
14,841
3,36
9.680
2,65
2.547
2,30
314.266
93,74
239,449
54,21
200.047
54,77
43.140
38,98
14.439
4,31
76,570
17,33
51.965
14,23
22.936
20,72
268
0,08
96,575
21,86
90.403
24,75
35.086
31,70
1.266
0,38
14,305
3,24
13.125
3,59
6.961
6,29
335.269
100,00
441,740
100,00
365.220
100,00
110.670
100,00
Dari tabel 3, terlihat bahwa meskipun sektor industri yang jumlah
pelanggannya sedikit, namun persentase pemakaian dan penjualan mempunyai
persentase yang cukup tinggi setelah pemakaian untuk rumah tangga. Dengan kata
lain, sektor industri merupakan golongan yang paling banyak dalam pemakaian
energi listrik setelah rumah tangga.
Harga jual tenaga listrik yang disediakan oleh perusahaan listrik negara
dinyatakan dalam tarif dasar listrik. Tarof dasar listrik untuk industri ini
dikeluarkan pemerintah hingga akhir tahun 2001. Tahun-tahun berikutnya, TDL
untuk industri terus meningkat, tergantung dengan bagaimana kondisi ekonomi di
dalam negeri, apakah akan semakin membaik atau malahan akan semakin
terpuruk.
48
Jurnal Teknik Industri, Vol. 8 No.1 Mei 2008
4
SIMPULAN
- Tarif dasar listrik (TDL) untuk industri dipengaruhi oleh tiga variabel utama,
yaitu biaya modal, biaya operasi&perawatan, dan biaya bahan bakar. Untuk
tahun anggaran 2000/2001, kenaikan TDL untuk industri akan mencapai 10-15%
- Pengaruh kenaikan TDL untuk sektor industri tidak begitu besar, hal ini
dikarenakan porsi biaya listrik dalam biaya produksi dari berbagai jenis indutri
adalah kecil.
5 DAFTAR PUSTAKA
Boedoyo, M., Sidik & Agus, S. 2000. Optimasi Suplai Energi dalam Memenuhi
Kebutuhan Tenaga Listrik Jangka Panjang di Indonesia. Publikasi ilmiah.
BPPT. Jakarta.
Kadir, Abdul. 1998. Konversi Energi. edisi kedua. Erlangga. Jakarta
Yusgiantoro, P. 2000. Ekonomi Energi: Teori dan Praktek. LP3ES. Jakarta.
___________. 2001. Penjelasan Tentang Tarif Dasar Listrik 2001. PT.PLN
Persero. Jakarta.
___________. 2001. VP Tarif dan Niaga. PT. PLN Persero. Jakarta.
49
Download