Aliran - aliran psikologi

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Persepsi Bentuk
Psikologi Persepsi
dalam Desain
Fakultas
Program Studi
Fakultas Teknik
Perencanaan & Desain
Desain Produk
Tatap Muka
10
Abstract
Kode MK
Disusun Oleh
Kode MK
Ariani Wardhani, S.Sn, M.Ds,Cs
Kompetensi
Persepsi visual adalah kemampuan
manusia untuk menginterpretasikan
informasi yang ditangkap oleh mata.
Hasil dari persepsi ini disebut
sebagai penglihatan (eyesight, sight
atau vision). Unsur-unsur ragam
psikologi dalam penglihatan secara
umum terangkum dalam sistem
visual (visual system).
Dapat mengerti dan mengetahui dasardasar psikologi dalam desain.
Pembahasan
Psikologi adalah sebuah disiplin ilmu yang bersifat akademis dan terapan yang melingkupi
studi mengenai proses mental dan perilaku. Bidang yang dipelajari oleh para psikolog adalah
perihal persepsi, kognisi (proses penyerapan pengetahuan), emosi, kepribadian dan hubungan
interpersonal. Psikologi juga dikenal akan terapan pada aktivitas kehidupan manusia seharihari seperti: keluarga, pendidikan dan pekerjaan, juga perlakuan terhadap permasalahan
kejiwaan manusia. Beberapa sub bidang psikologi diantaranya psikologi pengembangan
sumber daya manusia, psikologi olahraga, psikologi kesehatan, psikologi industri, psikologi
media dan psikologi hukum.
Dalam psikologi, persepsi visual adalah kemampuan manusia untuk menginterpretasikan
informasi yang ditangkap oleh mata. Hasil dari persepsi ini disebut sebagai penglihatan
(eyesight, sight atau vision). Unsur-unsur ragam psikologi dalam penglihatan secara umum
terangkum dalam sistem visual (visual system). Sistem visual pada manusia memungkinkan
untuk beradaptasi dengan informasi dari lingkungannya.
Masalah utama dari persepsi visual ini tidak semata-mata apa yang dilihat manusia melalui
retina matanya. Namun lebih daripada itu adalah bagaimana menjelaskan persepsi dari apa
yang benar-benar manusia lihat.
Bahwa ada faktor untuk harus menyampaikan suatu pesan yang sifatnya persuasif, maka
peranan psikologi persepsi sangat dibutuhkan di sini. Sebagai penyampai pesan kita harus
memahami keadaan dan sifat-sifat dari sasaran kita (target audience). Dengan kita memahami
apa, siapa dan bagaimana dari sasaran kita. Sehingga semua apa yang kita sampaikan akan
mengena dan efisien. Sebuah pesan akan percuma jika tidak dipahami oleh penerimanya. Bila
kita bicara dengan perbandingan biaya yang kita keluarkan, maka hal tersebut sama saja
dengan pemborosan. Dengan demikian sebelum kita melakukan penyampaian pesan, kita
harus pahami dulu sasaran kita. Setelah itu baru menentukan bagaimana pesan tersebut
disampaikan.
2012
2
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Penyusun
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Aliran - aliran psikologi
A. Behaviourisme
Aliran ini sering dikatkan sebagai aliran ilmu jiwa namun tidak peduli pada jiwa. Pada akhir
abad ke-19, Ivan Petrovic Pavlov memulai eksperimen psikologi yang mencapai puncaknya
pada tahun 1940 – 1950-an. Di sini psikologi didefinisikan sebagai sains dan sementara sains
hanya berhubungan dengan sesuatu yang dapat dilihat dan diamati saja. Sedangkan ‘jiwa’
tidak bisa diamati, maka tidak digolongkan ke dalam psikologi.
Aliran ini memandang manusia sebagai mesin (homo mechanicus) yang dapat dikendalikan
perilakunya melalui suatu pelaziman (conditioning). Sikap yang diinginkan dilatih terusmenerus sehingga menimbulkan maladaptive behaviour atau perilaku menyimpang. Salah
satu contoh adalah ketika Pavlov melakukan eksperimen terhadap seekor anjing. Di depan
anjing eksperimennya yang lapar, Pavlov menyalakan lampu. Anjing tersebut tidak
mengeluarkan air liurnya. Kemudian sepotong daging ditaruh dihadapannya dan anjing
tersebut terbit air liurnya. Selanjutnya begitu terus setiap kali lampu dinyalakan maka daging
disajikan. Begitu hingga beberapa kali percobaan, sehingga setiap kali lampu dinyalakan
maka anjing tersebut terbit air liurnya meski daging tidak disajikan. Dalam hal ini air liur
anjing menjadi conditioned response dan cahaya lampu menjadi conditioned stimulus.
Percobaan yang hampir sama dilakukan terhadap seorang anak berumur 11 bulan dengan
seekor tikus putih. Setiap kali si anak akan memegang tikus putih maka dipukullah sebatang
besi dengan sangat keras sehingga membuat si anak kaget. Begitu percobaan ini diulang terus
menerus sehingga pada taraf tertentu maka si anak akan menangis begitu hanya melihat tikus
putih tersebut. Bahkan setelah itu dia menjadi takut dengan segala sesuatu yang berbulu:
kelinci, anjing, baju berbulu dan topeng Sinterklas.
Ini yang dinamakan pelaziman dan untuk mengobatinya kita bisa melakukan apa yang
disebut sebagai kontrapelaziman (counterconditioning).
B. Psikoanalisis
Aliran behaviourisme dianggap gagal karena tidak memperhitungkan faktor kesadaran
2012
3
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Penyusun
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
manusia. Aliran behaviourisme tidak memperhitungkan faktor pengalaman subjektif masingmasing individu (cinta, keberanian, keimanan, harapan dan putus asa). Jadi aliran ini gagal
memperhitungkan kesadaran manusia dan motif-motif tidak sadarnya.
Kemudian muncullah aliran berikut: psikoanalisis. Psikoanalisis disebut sebagai depth
psychology yang mencoba mencari sebab-sebab perilaku manusia pada alam tidak sadarnya.
Tokoh dari aliran ini adalah Sigmund Freud seorang neurolog berasal dari Wina, Austria
akhir abad ke-19. Aliran ini berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang berkeinginan
(homo volens).
Dalam pandangan Freud, semua perilaku manusia baik yang nampak (gerakan otot) maupun
yang tersembunyi (pikiran) adalah disebabkan oleh peristiwa mental sebelumnya. Terdapat
peristiwa mental yang kita sadari dan tidak kita sadari namun bisa kita akses (preconscious)
dan ada yang sulit kita bawa ke alam tidak sadar (unconscious). Di alam tidak sadar inilah
tinggal dua struktur mental yang ibarat gunung es dari kepribadian kita, yaitu:
1 Id, adalah berisi energi psikis, yang hanya memikirkan kesenangan semata.
2 Superego, adalah berisi kaidah moral dan nilai-nilai sosial yang diserap individu dari
lingkungannya.
3 Ego, adalah pengawas realitas.
Sebagai contoh adalah berikut ini: Anda adalah seorang bendahara yang diserahi mengelola
uang sebesar 1 miliar Rupiah tunai. Id mengatakan pada Anda: “Pakai saja uang itu sebagian,
toh tak ada yang tahu!”. Sedangkan ego berkata:”Cek dulu, jangan-jangan nanti ada yang
tahu!”. Sementara superego menegur:”Jangan lakukan!”.
Pada masa kanak-kanak kira dikendalikan sepenuhnya oleh id, dan pada tahap ini oleh Freud
disebut sebagai primary process thinking. Anak-anak akan mencari pengganti jika tidak
menemukan yang dapat memuaskan kebutuhannya (bayi akan mengisap jempolnya jika tidak
mendapat dot misalnya).
Sedangkan ego akan lebih berkembang pada masa kanak-kanak yang lebih tua dan pada
orang dewasa. Di sini disebut sebagai tahap secondary process thinking. Manusia sudah dapat
menangguhkan pemuasan keinginannya (sikap untuk memilih tidak jajan demi ingin
menabung misalnya). Walau begitu kadangkala pada orang dewasa muncul sikap seperti
2012
4
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Penyusun
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
primary process thnking, yaitu mencari pengganti pemuas keinginan (menendang tong
sampah karena merasa jengkel akibat dimarahi bos di kantor misalnya).
Proses pertama adalah apa yang dinamakan EQ (emotional quotient), sedangkan proses kedua
adalah IQ (intelligence quotient) dan proses ketiga adalah SQ (spiritual quotient).
C. Psikologi Humanistis
Aliran ini muncul akibat reaksi atas aliran behaviourisme dan psikoanalisis. Kedua aliran ini
dianggap merendahkan manusia menjadi sekelas mesin atau makhluk yang rendah.
Salah satu tokoh dari aliran ini – Abraham Maslow – mengkritik Freud dengan mengatakan
bahwa Freud hanya meneliti mengapa setengah jiwa itu sakit, bukannya meneliti mengapa
setengah jiwa yang lainnya bisa tetap sehat.
Adalah Viktor Frankl yang mengembangkan teknik psikoterapi yang disebut sebagai
logotherapy (logos = makna). Pandangan ini berprinsip:
a.Hidup memiliki makna, bahkan dalam situasi yang paling menyedihkan sekalipun.
b.Tujuan hidup kita yang utama adalah mencari makna dari kehidupan kita itu sendiri.
c.Kita memiliki kebebasan untuk memaknai apa yang kita lakukan dan apa yang kita alami
bahkan dalam menghadapi kesengsaraan sekalipun.
Frankl mengembangkan teknik ini berdasarkan pengalamannya lolos dari kamp konsentrasi
Nazi pada masa Perang Dunia II, di mana dia mengalami dan menyaksikan penyiksaanpenyiksaan di kamp tersebut. Dia menyaksikan dua hal yang berbeda, yaitu para tahanan
yang putus asa dan para tahanan yang memiliki kesabaran luar biasa serta daya hidup yang
perkasa. Frankl menyebut hal ini sebagai kebebasan seseorang memberi makna pada
hidupnya.
Logoterapi ini sangat erat kaitannya dengan SQ tadi, yang bisa kita kelompokkan
berdasarkan situasi-situasi berikut ini:
a. Ketika seseorang menemukan dirinya (self-discovery). Sa’di (seorang penyair besar dari
Iran) menggerutu karena kehilangan sepasang sepatunya di sebuah masjid di Damaskus.
2012
5
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Penyusun
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Namun di tengah kejengkelannya itu ia melihat bahwa ada seorang penceramah yang
berbicara dengan senyum gembira. Kemudian tampaklah olehnya bahwa penceramah tersebut
tidak memiliki sepasang kaki. Maka tiba-tiba ia disadarkan, bahwa mengapa ia sedih
kehilangan sepatunya sementara ada orang yang masih bisa tersenyum walau kehilangan
kedua kakinya.
b. Makna muncul ketika seseorang menentukan pilihan. Hidup menjadi tanpa makna ketika
seseorang tak dapat memilih. Sebagai contoh: seseorang yang mendapatkan tawaran kerja
bagus, dengan gaji besar dan kedudukan tinggi, namun ia harus pindah dari Semaran
Singapura. Di satu sisi ia mendapatkan kelimpahan materi namun di sisi lainnya ia
kehilangan waktu untuk berkumpul dengan anak-anak dan istrinya. Dia menginginkan
pekerjaan itu namun sekaligus punya waktu untuk keluarganya. Hingga akhirnya dia
putuskan untuk mundur dari pekerjaan itu dan memilih memiliki waktu luang bersama
keluarganya. Pada saat itulah ia merasakan kembali makna hidupnya.
c. Ketika seseorang merasa istimewa, unik dan tak tergantikan. Misalnya: seorang rakyat
jelata tiba-tiba dikunjungi oleh presiden langsung di rumahnya. Ia merasakan suatu makna
yang luar biasa dalam kehidupannya dan tak akan tergantikan oleh apapun. Demikian juga
ketika kita menemukan seseorang yang mampu mendengarkan kita dengan penuh perhatian,
dengan begitu hidup kita menjadi bermakna.
d. Ketika kita dihadapkan pada sikap bertanggung jawab. Seperti contoh di atas, seorang
bendahara yang diserahi pengelolaan uang tunai dalam jumlah sangat besar dan berhasil
menolak keinginannya sendiri untuk memakai sebagian uang itu untuk memuaskan
keinginannya semata. Pada saat itu si bendahara mengalami makna yang luar biasa dalam
hidupnya.
e. Ketika kita mengalami situasi transendensi (pengalaman yang membawa kita ke luar dunia
fisik, ke luar suka dan duka kita, ke luar dari diri kita sekarang). Transendensi adalah
pengalaman spiritual yang memberi makna pada kehidupan kita.
Determinan Persepsi
Di samping faktor-faktor teknis seperti kejelasan stimulus [mis. suara yang jernih, gambar
2012
6
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Penyusun
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang jelas], kekayaan sumber stimulus [mis. media multi-channel seperti audio-visual],
persepsi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis. Faktor psikologis ini bahkan
terkadang lebih menentukan bagaimana informasi / pesan / stimulus dipersepsikan.
Faktor yang sangat dominan adalah faktor ekspektansi dari si penerima informasi sendiri.
Ekspektansi ini memberikan kerangka berpikir atau perceptual set atau mental set tertentu
yang menyiapkan seseorang untuk mempersepsi dengan cara tertentu. Mental set ini
dipengaruhi oleh beberapa hal.
a.Ketersediaan informasi sebelumnya; ketiadaan informasi ketika seseorang menerima
stimulus yang baru bagi dirinya akan menyebabkan kekacauan dalam mempersepsi. Oleh
karena itu, dalam bidang pendidikan misalnya, ada materi pelajaran yang harus terlebih
dahulu disampaikan sebelum materi tertentu. Seseorang yang datang di tengah-tengah
diskusi, mungkin akan menangkap hal yang tidak tepat, lebih karena ia tidak memiliki
informasi yang sama dengan peserta diskusi lainnya. Informasi juga dapat menjadi cues
untuk mempersepsikan sesuatu.
b.Kebutuhan; seseorang akan cenderung mempersepsikan sesuatu berdasarkan kebutuhannya
saat itu. Contoh sederhana, seseorang akan lebih peka mencium bau masakan ketika lapar
daripada orang lain yang baru saja makan.
c.Pengalaman masa lalu; sebagai hasil dari proses belajar, pengalaman akan sangat
mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan sesuatu. Pengalaman yang
menyakitkan ditipu oleh mantan pacar, akan mengarahkan seseorang untuk mempersepsikan
orang lain yang mendekatinya dengan kecurigaan tertentu. Contoh lain yang lebih ekstrim,
ada orang yang tidak bisa melihat warna merah [dia melihatnya sebagai warna gelap, entah
hitam atau abu-abu tua] karena pernah menyaksikan pembunuhan. Di sisi lain, ketika
seseorang memiliki pengalaman yang baik dengan bos, dia akan cenderung mempersepsikan
bosnya itu sebagai orang baik, walaupun semua anak buahnya yang lain tidak senang dengan
si bos.
Faktor psikologis lain yang juga penting dalam persepsi adalah berturut-turut: emosi, impresi
dan konteks.
2012
7
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Penyusun
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
a.Emosi; akan mempengaruhi seseorang dalam menerima dan mengolah informasi pada suatu
saat, karena sebagian energi dan perhatiannya [menjadi figure] adalah emosinya tersebut.
Seseorang yang sedang tertekan karena baru bertengkar dengan pacar dan mengalami
kemacetan, mungkin akan mempersepsikan lelucon temannya sebagai penghinaan.
b.Impresi; stimulus yang salient / menonjol, akan lebih dahulu mempengaruhi persepsi
seseorang. Gambar yang besar, warna kontras, atau suara yang kuat dengan pitch tertentu,
akan lebih menarik seseorang untuk memperhatikan dan menjadi fokus dari persepsinya.
Seseorang yang memperkenalkan diri dengan sopan dan berpenampilan menarik, akan lebih
mudah dipersepsikan secara positif, dan persepsi ini akan mempengaruhi bagaimana ia
dipandang selanjutnya.
c.Konteks; walaupun faktor ini disebutkan terakhir, tapi tidak berarti kurang penting, malah
mungkin yang paling penting. Konteks bisa secara sosial, budaya atau lingkungan fisik.
Konteks memberikan ground yang sangat menentukan bagaimana figure dipandang. Fokus
pada figure yang sama, tetapi dalam ground yang berbeda, mungkin akan memberikan makna
yang berbeda.
Daftar Pustaka








2012
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2001
Danah Zohar dan Ian Marshall (terj.), SQ – Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual
dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Hidup, Penerbit Mizan,
Bandung, 2000
Bradley Steffens, Ibn al-Haytham: First Scientist, Morgan Reynolds Publishing, 2006
Jalaluddin Rakhmat dalam Danah Zohar, SQ – Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual
dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Hidup, Mizan, Jakarta,
2000.
Damajanti, Irma, Psikologi Seni, Penerbit Kiblat, Bandung, 2006
Sobur, Alex, Psikologi Umum, Pustaka Setia, Bandung, 2003
www.gogorbangsa.wordpress.com
Daniar Wikan Setianto, http://daniarwikan.blogspot.co.id/2009/
8
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Penyusun
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download