BAB II STUDI LITERATUR Pembelajaran Matematika Belajar

advertisement
BAB II
STUDI LITERATUR
A. Pembelajaran Matematika
1.
Belajar
a. Pengertian belajar
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku di dalam
diri manusia. Bila telah selesai suatu usaha belajar tetapi tidak terjadi
perubahan pada diri individu yang belajar, maka tidak dapat
dikatakan bahwa pada diri individu tersebut telah terjadi proses
belajar.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:7) belajar merupakan
tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka
belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu
terjadi atau tidaknya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat
siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.
Gintings
(2008:34)
mengemukakan
belajar
adalah
“pengalaman terencana yang membawa perubahan tingkah laku.”
Sedangkan Skinner (Dimyati dan Mudjiono, 2002:9) berpandangan
bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka
responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka
responnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:
12
13
(i)
kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons
pebelajar,
(ii) respons si pebelajar, dan
(iii) konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut.
Piaget (Dimyati dan Mudjiono, 2002:13-14) berpendapat
bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu
melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan
tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan
lingkungan
maka
fungsi
intelek
semakin
berkembang.
Perkembangan intelektual melalui tahap-tahap berikut. (i) sensori
motor (0;0-2;0 tahun), (ii) pra-operasional (2;0-7;0 tahun), (iii)
operasional konkret (7;0-11;0 tahun), dan (iv) operasi formal (11;0keatas).
Gage (Dahar, 1996:11) belajar dapat didefinisikan sebagai
suatu proses dimana organisme berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman. Sedangkan Slameto (2010:2) mengemukakan bahwa
belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Pada saat orang belajar, maka dalam
prosesnya akan menghasilkan suatu perubahan nilai, kecakapan, dan
perilaku melalui pengalaman, sebagai usaha yang disengaja melalui
rangsang.
14
Cronbach (Hadis, 2008:60) menyatakan bahwa belajar adalah
perubahan perilaku sebagai perubahan perilaku sebagai hasil dari
pengalaman. Sedangkan Geoch (Hadis, 2008:60) mengemukakan
bahwa belajar adalah perubahan dalam performansi sebagai hasil
dari praktek. Perubahan itu tidak hanya mengenai sejumlah
pengalaman, melainkan membentuk pribadi seseorang, kecakapan,
minat, dan sikap.
Friere (2007:28) mengemukakan belajar itu merupakan
pekerjaan yang cukup berat yang menuntun sikap kritis-sistematik
dan kemampuan intelektual yang hanya dapat diperoleh dengan
praktik langsung. Belajar itu adalah suatu kebiasaan yang harus
dipupuk sejak dini, tapi bagi sebagian orang belajar merupakan suatu
hal yang cukup berat karena tidak adanya rasa kesadaran diri untuk
berkembang.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Faktor-faktor yang memperngaruhi belajar dapat digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
1) Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri
individu itu sendiri. Misalnya faktor kesehatan, cacat tubuh,
inteligensi,
perhatian,
kesiapan, kelelahan.
2) Faktor Ekstern
minat,
bakat,
motif,
kematangan,
15
Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri
individu itu sendiri. Slameto (2010:60) mengelompokan faktor
ektern menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah,
dan faktor masyarakat. Faktor keluarga meliputi cara orang tua
mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah,
keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua,
dan latar
belakang kebudayaan. Faktor sekolah meliputi metode belajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran
di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas
rumah. Sedangkan faktor masyarakat meliputi kegiatan siswa
dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk
kehidupan
masyarakat.
Penelitian
ini
merupakan
upaya
meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara memperbaiki
salah satu faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu faktor
ekstern yaitu faktor sekolah. Cara untuk memperbaiki faktor
tersebut yaitu salah satunya dengan menggunakan model
Reciprocal Teaching.
2.
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses perubahan tingkah laku dan upaya
penataan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan
berkembang secara optimal. Dengan demikian proses belajar bersifat
internal dan unik dalam diri individu siswa, sedang proses pembelajaran
16
bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa
perilaku.
Pembelajaran menurut Suyitno (Setiani, 2011:14) adalah “Upaya
menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan potensi, minat,
bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi
optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa”.
Pengertian pembelajaran menurut Fontanaa (Setiani, 2011:14)
adalah, “ Proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap
sebagai hasil dari pengalaman”, sedangkan pembelajaran merupakan
upaya penataan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan
berkembang secara optimal. Dengan demikian proses belajar bersifat
internal dan unik dalam diri individu siswa, sedang proses pembelajaran
bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa
perilaku.
Menurut Slameto (2010:3) mengatakan bahwa ciri perubahan
tingkah laku dalam belajar adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Perubahan terjadi secara sadar.
Perubahan dalam belajar bersifat kontinue dan fungsional.
Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
Menurut Suhito (Setiani, 2011:15), “Agar tujuan pengajaran dapat
tercapai,
guru
harus
mampu
mengorganisir
semua
komponen
sedemikianrupa sehingga antara komponen yang satu dengan lainnya
dapat berinteraksi secara harmonis”. Salah satu komponen dalam
17
pembelajaran adalah pemanfaatan berbagai macam strategi dan metode
pembelajaran secara dinamis dan fleksibel sesuai dengan materi, siswa
dan konteks pembelajaran (Depdiknas, 2003:1). Sehingga dituntut
kemampuan guru untuk dapat memilih model pembelajaran serta media
yang cocok dengan materi atau bahan ajaran.
3.
Pembelajaran Matematika
Depdiknas
(Indrianti,
2011:11)
memaparkan
pembelajaran
matematika dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses
membelajarkan
subjek
didik
yang
direncanakan
atau
didesain,
dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik dapat
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien hal.
Sedangkan
menurut
Suherman
(Setiani,
2011:15)
belajar
matematika bagi para siswa juga merupakan pembentukan pola pikir
dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu
hubungan diantara pengertian-pengertian itu.
Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu merupakan ilmu
pengetahuan yang sangat penting untuk dipelajari, pernyataan ini sejalan
dengan pendapat Corkroft (Indrianti, 2011:11),
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu
digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi
memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan
sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas; (4) dapat
digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara;
(5)meningkatkan kemempuan berpikir logis, ketelitian dan
kesadaran keruangan; (6) memberikan kepuasan terhadap usaha
memecahkan masalah yang menantang.
18
Pada proses pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan
untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat
yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek
(abstaksi). Melalui pengamatan terhadap contoh-contoh dan bukan
contoh diharapkan siswa mampu menangkap pengertian suatu konsep.
Selanjutnya dengan abstaksi ini, siswa dilatih untuk membuat
perkiraan,
terkaan
atau
kecenderungan
berdasarkan
kepada
pengalaman atau pengetahuan yang dikembangkan melalui contohcontoh
khusus
(generalisasi).
Didalam
proses
penalarannya
dikembangkan pola pikir induktif maupun deduktif. Namun tentu
kesemuanya itu harus disesuaikan dengan perkembangan kemampuan
siswa, sehingga pada akhirnya akan sangat membantu kelancaran
proses pembelajaran matematika disekolah.
B. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching
Terdapat banyak model pembelajaran matematika yang memberikan
kesempatan kepada siswa unruk belajar mandiri dan mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif, salah satunya adalah model pembelajaran
Reciprocal Teaching. Model pembelajaran Reciprocal Teaching memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berperan lebih aktif dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran sehingga guna bisa mengetahui sejauh mana
kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran matematika.
19
Model pembelajaran Reciprocal Teaching adalah suatu model
pembelajaran yang membiasakan siswa menggunakan empat strategi
pemahaman mandiri, yaitu:
1. Menyimpulkan bahan ajar (summarizing).
2. Menyusun pertanyaan dan menyelesaikannya (questioning).
3. Menjelaskan kembali pengetahuan yang sudah didapat (clarifying).
4. Memprediksi (predicting).
Karakteristik dari model pembelajaran Reciprocal Teaching menurut
Palinscar dan Brown (Suzana, 2009:13) adalah:
A dialogue between student and teacher, each taking a turn in the role
of dialogue leader, “reciprocal” interaction where one person acts in
response to the other, structured dialogue using four strategies,
questioning, summarizing, clarifying, predicting.
Bila diterjemahkan menunjukan bahwa karakteristik dan Reciprocal
Teaching adalah :
a.
Dialog antara siswa dan guru dimana masing-masing mendapatkan
giliran untuk memimpin diskusi.
b.
“Reciprocal” artinya suatu interaksi dimana seseorang bertindak untuk
merespon yang lainnya.
c.
Dialog yang terstruktur dengan menggunakan empat strategi yaitu
merangkum, membuat pertanyaan, mengklarifikasi (menjelaskan), dan
memprediksi.
Keempat strategi tersebut dijelaskan oleh Palinscar dan Brown (Suzana,
2009:14-15) yaitu:
20
1. Merangkum, mereka mengidentifikasi intisari dan ide utama dari
apa yang mereka baca.
2. Menanyakan, mereka menanyakan diri mereka sendiri pertanyaan
untuk membuat mereka yakin apakah mereka mengerti bacaan,
dengan cara demikian monitoring pemahaman mereka sehingga
mereka siap memulai membaca materi.
3. Mengklarifikasi, mereka mengambil langkah-langkah untuk
mengklarifikasi bagian-bagian dari teks yang membingungkan.
4. Memprediksi, mereka mengantisipasi apa saja yang mungkin
mereka bisa selanjutnya berdasarkan pada isyarat-isyarat dalam
teks dan ide yang telah disajikan.
Sebagaimana dikatakan Palinscar (Suzana, 2009:15) Reciprocal
Teaching ini didesain untuk mengecek pemahaman anak terhadap materi
yang sedang dipelajari. Kegiatan merangkum membantu siswa untuk
mengklarifikasi hal-hal yang penting dalam bacaan yang sedang dipelajari.
Pada tahap berikutnya yaitu membuat pertanyaan setalah membaca materi,
diangggap dapat membantu siswa untuk mengeluarkan ide dari hal yang tidak
dipahaminya sehingga bisa memotivasi untuk mencari lebih banyak lagi dari
sumber bacaan yang lain. Adapun pada kegiatan menjelaskan diharapkan
dapat membantu pengembangan kemampuan siswa dalam hal berbicara
mengenai apa yang telah dipahami. Tahap selanjutnya yaitu kegiatan
memprediksi berguna untuk membantu siswa menentukan ide-ide penting
pada sebuah teks. Strategi-strategi tersebut diharapkan bisa membantu anak
dalam hal mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematikanya.
Adapun langkah-langkah Reciprocal Teaching menurut Palinscar dan
Brown (Hermansyah, 2010:15) adalah sebagai berikut:
1. Pada awal kegiatan pembelajaran, guru bertanggung jawab untuk
memimpin tanya jawab dan melaksanakan keempat strategi.
Reciprocal Teaching yaitu merangkum, menyusun pertanyaan,
menjelaskan kembali dan memprediksi.
21
2. Guru memberikan contoh bagaimana cara merangkum, menyusun
pertanyaan, menjelaskan kembali dan memprediksi setelah selesai
membaca.
3. Dengan bimbingan guru siswa, dilatih menggunakan strategi
Reciprocal Teaching.
4. Selanjutnya siswa belajar memimpin tanya jawab dengan atau
tanpa adanya guru.
5. Guru bertindak sebagai fasilitator dengan memberikan penilaian
berkenaan dengan penampilan siswa dan mendorong siswa
berpartisipasi dalam kegiatan tanya jawab ke tingkat yang lebih
tinggi.
Adapun langkah-langkah pembelajaran Reciprocal Teaching yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Guru menyiapkan materi bahan ajar yang harus dipelajari siswa secara
mandiri.
2. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dengan anggota 4-5
orang.
3. Siswa melaksanakan tugas sebagai berikut:
a. Mempelajari materi yang ditugaskan secara kelompok, selanjutnya
merangkum materi tersebut.
b. Membuat
pertanyaan
yang
berkaitan
dengan
materi
yang
dirangkumnya, selanjutnya mengajukan pertanyaan tersebut kepada
kelompok lain.
4. Guru memberikan LKS untuk dikerjakan secara keompok.
5. Guru menunjuk salah satu kelompok untuk menjelaskan hasil kerja
mereka di depan kelas.
22
6. Dengan
metode
tanya
jawab,
guru
mengungkapkan
kembali
pengembangan soal tersebut di atas untuk melihat pemahaman kreativitas
siswa.
7. Guru melakukan evaluasi untuk mengamati keberhasilan penerapan
Reciprocal Teaching.
C. Kemampuan Berpikir Kreatif
Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan menganalisis sesuatu
berdasarkan data atau informasi yang tersedia dan menentukan alternatifalternatif jawaban terhadap suatu masalah yang penekanannya pada kuantitas,
ketepatgunaan, dan keragaman jawaban.
Menurut Alvino (Rahmawati, 2009:20) menyatakan bahwa berpikir
kreatif adalah berbagai cara untuk melihat atau melakukan sesuatu yang
dikarakteristik ke dalam empat komponen, yaitu:
1.
2.
3.
4.
Kelancaran (membuat berbagai ide).
Kelenturan (kelihaian memandang ke depan dengan mudah).
Keaslian (menyusun suatu yang baru).
Elaborasi (membangun sesuatu dari ide-ide lainnya).
Cropley (Munandar, 2002:10) berpendapat kemampuan berpikir kreatif
(kreativitas) adalah menciptakan gagasan mengenal kemungkinan alternatif,
melihat kombinasi yang tidak diduga, memiliki keberanian untuk mencoba
sesuatu yang tidak lazim, dan sebagainya.
Ruseffendi (2006:239) menyatakan manusia kreatif adalah manusia
yang rajin dan mampu menciptakan sesutau yang baru. Sedangkan Johnson
dan Rising (Ruseffendi, 2006:38) menyatakan manusia kreatif adalah
23
manusia yang tidak suka berkompomi, tidak suka bergantung pada orang lain,
jawaban terhadap pertanyaan itu sering lain daripada yang diperkirakan,
sensitif terhadap permasalahan, kurios, terhadap ide baru, bebas dan percaya
diri dalam membuat pertimbangan, mempunyai kemampuan dalam
menghubungkan ide-ide, dan kadang-kadang termasuk kepada orang yang
tidak suka diperintah.
Coleman dan Hammen (Rahmawati, 2009:20) berpikir kreatif
(kreativitas) adalah pola yang mampu menghasilkan metode baru, konsep
baru, pemahaman baru, penemuan baru dan karya baru. Lebih jauh lagi ia
menyatakan bahwa berpikir kreatif harus memenuhi tiga syarat.
a. Pertama, kreativitas melibatkan respons atau gagasan baru, atau yang
secara statistik jarang terjadi.
b. Kedua, kreativitas adalah dapat memecahkan masalah secara realistis.
c. Ketiga, kreativitas merupakan usaha untuk mempertahankan insight yang
orisinal, menilai dan mengembangkan sebaik mungkin.
Beberapa definisi berpikir kreatif (kreativitas) menurut para pakar
berdasarkan empat P (Munandar, 2009:20-22) adalah sebagai berikut:
1) Definisi pribadi; Hulbeck (1945) menyatakan “Creative action is
an imposing of one’s own whole personality on the environment in
an unique and characteristic way”. Tindakan kreatif muncul dari
keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan
lingkungan. Sedangkan menurut Sternberg (1988) yaitu “kreativitas
merupakan titik pertemuan yang khas dari tiga atribut psikologi
inteligensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi. Bersama-sama
ketiga-segi dari alam pikiran ini membantu memahami apa yang
melatarbelakangi individu yang kreatif”.
2) Definisi proses; Torrance (1988) mengemukakan “... the process of
(1) sensing difficulties, problems, gaps in information, missing
elements, something asked; (2) making guesses and formulating
24
hypotheses about these deficiencies; (3) evaluating and testing
these guesses and hypotheses; (4) possibily revising and retesting
them; and finally; communicating the results.” Definisi tersebut
pada dasarnya menyerupai langkah-langkah dalam metode ilmiah.
3) Definisi produk; Baron (1969) menyatakan bahwa “kreativitas
adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang
baru”. Selanjutnya Haefele (1962) menyatakan “kreativitas adalah
kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang
mempunyai makna sosial.”
4) Definisi press; Simpson mendifinisikan kreativitas lebih merujuk
pada aspek dorongan internal, yaitu kemampuan kreatif
dirumuskan sebagai “the initiatiative that one manifests by his
power to break away from the usual sequence of thought.”
Moustakis (Munandar, 2009:18) menyatakan bahwa kreativitas adalah
pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu
dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan
dengan orang lain. Sementara itu Munandar (Rahmawati, 2009:21)
menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan menemukan banyak
kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah berdasarkan data atau
informasi yang tersedia yang penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan,
dan keragaman jawaban. Lebih jauh, ia menerangkan lima unsur berpikir
kreatif matematis. Sedangkan Slameto (2010:138) menyatakan kreativitas
adalah hasil belajar dalam kecakapan kognitif sehingga untuk menjadi kreatif
dapat dipelajari melalui proses belajar mengajar.
Munandar (Hermansyah, 2010:21) mendeskripsikan tentang unsurunsur berpikir kreatif seperti yang disajikan pada tabel berikut.
25
Tabel 2.1
Unsur-unsur Berpikir Kreatif
Deskripsi unsur-unsur berpikir kretaif
Pengertian
Perilaku Siswa
Berpikir lancar
 Mencetuskan banyak gagasan,
jawaban, penyelesaian masalah
atau jawaban.
 Memberikan banyak cara atau
saran untuk melakukan berbagai
hal.
 Selalu memikirkan lebih dari satu
jawaban.


Berpikir luwes
 Menghasilkan jawaban, gagasan,
atau pertanyaan yang bervariasi.
 Dapat melihat suatu masalah dari
sudut pandang yang berbeda-beda.
 Mencari banyak alternatif atau arah
yang berbeda-beda.
 Mampu mengubah cara pendekatan
atas pemikiran.










Berpikir orisinil
 Mampu melahirkan ungkapan yang
baru dan unik.
 Memikirkan cara-cara yang tak
lazim untuk mengungkapkan diri.
 Mampu membuat kombinasi yang
tak lazim dari bagian-bagian atau
unsur-unsur.




Mengajukan banyak pertanyaan.
Menjawab dengan sejumlah
jawaban jika ada pertanyaan.
Mempunyai banyak gagasan
mengenai suatu masalah.
Lancar dalam menggunakan
gagasan-gagasannya.
Bekerja lebih cepat.
Dapat dengan cepat melihat
kesalahan objek atau situasi.
Memberikan aneka ragam
penggunaan yang tak lazim
terhadap suatu objek.
Memberikan macam-macam
penafsiran terhadap suatu gambar,
cerita atau masalah.
Menerapkan suatu konsep atau
azas dengan cara berbeda-beda.
Memberikan pertimbangan
terhadap situasi yang diberikan
orang lain
Dalam membahas atau
mendiskusikan situasi selalu
memiliki posisi yang berbeda atau
bertentangan dengan mayoritas
kelompok.
Mampu mengubah arah pikiran
secara spontan.
Memikirkan masalah-masalah
yang tidak pernah terpikirkan oleh
orang lain.
Mempertanyakan cara-cara lama
dan berusaha memikirkan caracara yang baru.
Memilih a-simetri dalam membuat
gambar atau desain.
Mencari pendekatan yang baru dari
yang stereotype.
26


Berpikir elaboratif
 Mampu memperkaya atau
mengembangkan suatu produk atau
gagasan.
 Menambahkan atau memperinci
detail-detail dari suatu objek,
gagasan atau situasi sehingga
menjadi lebih menarik.





Berpikir evaluatif
 Menentukan patokan penilaian
sendiri dan menentukan apakah
suatu pertanyaan benar, suatu
rencana sehat atau suatu tindakan
bijaksana.
 Mampu mengambil keputusan
terhadap situasi yang terbuka.
 Tidak hanya mencetuskan gagasan
tetapi juga melaksanakannya.






Setelah membaca atau bekerja
untuk mendapat penyelsaian yang
baru.
Lebih senang mensintesa dari pada
menganalisis sesuatu.
Mencari arti yang lebih mendalam
terhadap jawaban atau pemecahan
masalah dengan melakukan
langkah-langkah yang terperinci.
Mengembangkan atau
memperkaya gagasan orang lain.
Mencoba untuk menguji detaildetail untuk melihat arah yang
akan ditempuh.
Mempunyai rasa keindahan yang
kuat sehingga tidak puas dengan
penampilan yang kosong atau
sederhana.
Menambah garis-garis atau warnawarna dan detail-detail (bagianbagian) terhadap gambar sendiri
atau gambar orang lain.
Memberi pertimbangan atas dasar
sudut pandang sendiri.
Mencetuskan pendapat sendiri
mengenai suatu hal.
Menganalisis
masalah
atau
menyelesaikan secara kritis.
Mempunyai alasan yang rasional
yang
dapat
dipertanggungjawabkan
untuk
mencapai suatu keputusan.
Merancang suatu rencana kerja dan
gagasan-gagasan yang tercetus.
Pada
waktu
tertentu
tidak
menghasilkan
gagasan-gagasan
tetapi menjadi peneliti atau penilai
yang kritis.
D. Sikap
Faktor lain yang mempengaruhi belajar siswa adalah sikap. Indrianti
(2011:22) menyatakan sikap merupakan suatu yang dipelajari, dan
27
menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan
apa yang dicari individu kehidupan.
Istilah sikap berasal dari bahasa latin yaitu aptus yang artinya sebagai
kecenderungan untuk bertindak berkenaan dengan objek tertentu. Menurut
Bruno (Hermansyah, 2010:23) sikap (attitude) adalah kecenderungan yang
relatif menetapkan untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap
orang atau barang tertentu. “Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu
dapat kita anggap suatu kecendrungan siswa untuk bertindak dengan cara
tertentu” Syah (Indrianti, 2011:22)
Berkaitan dengan hal tersebut, Ruseffendi (2006:234) mendefinisikan:
“sikap positif seorang siswa adalah dapat mengikuti pelajaran dengan
bersungguh-sungguh, dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik,
tuntas dan tepat waktu, berpartisifasi aktif dalam diskusi dan dapat merespon
dengan baik tantangan yang diberikan”. Dengan kreativitas dan keaktifan
siswa dalam belajar, akan meningkatkan keberhasilan prestasi belajar
matematika.
Selanjutnya, Kreck, Crutcfield dan Ballachey (Hermansyah, 2010:25)
menyatakan ada beberapa hal mengenai sikap, yaitu:
1. Sikap seseorang dibentuk oleh informasi yang dia peroleh atau
hadapi.
2. Ketertarikan seseorang pada kelompoknya banyak menentukan
posisi sikapnya.
3. Perubahan sikap terjadi melalui penyajian informasi tambahan,
perubahan ketertarikan kelompok, pengetahuan dan prosedur
perubahan kepribadian.
4. Arah dan tingkat perubahan sikap disebabkan oleh informasi
tambahan merupakan fungsi
dari faktor-faktor lingkungan,
sumber, media, bentuk dan isi informasi.
Download