Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (TS

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Sebelumnya
Dhewi Astuti: “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two
Stray (TSTS) Untuk Meningkatkan Kemampuan Bertanya dan Menjawab serta
Prestasi Belajar Siswa dalam Pelajaran Biologi Materi Pokok Sistem Koordinasi
di SMAN 2 Batu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model TSTS: 1) dapat
meningkatkan kemampuan bertanya siswa, terlihat dari skor kemampuan
bertanya menunjukkan peningkatan sebesar 3,5 dari siklus I ke siklus II dan 5,35
dari siklus II ke siklus III, 2) dapat meningkatkan kemampuan menjawab siswa,
terlihat dari skor rata-rata kemampuan menjawab menunjukkan peningkatan 4,25
dari siklus I ke siklus II dan 1,1 dari siklus II ke siklus III, 3) dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa aspek kognitif sebesar 9,6% dari siklus I ke siklus II dan
sebesar 2,4% dari siklus II ke siklus III, 4) dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa aspek afektif sebesar 10,7% dari siklus I ke siklus II dan sebesar 17,1%
dari siklus II ke siklus III.4
4
http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/detail/penerapan-pembelajaran-kooperatif
-model-two-stay-two-stray-tsts-untuk-meningkatka-kemampuan-bertanya-dan-menjawab-serta-prestasi
-belajar-siswa-dalam-pelajaran-biologi-materi-pokok-sistem-koordinasi-di-sman-2-batu-dhewi-astuti2010-42303.html (online 02 Maret 2012)
9
10
Adapun
perbedaan
antara
penelitian
peneliti
dengan
penelitian
sebelumnya yaitu terletak pada rumusan masalah yaitu bagaimana cara
penerapan model pembelajarannya dan materi pelajaran, yang mana rumusan
masalah peneliti yaitu: 1) Bagaimana pengelolaan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada materi Gerak
pada Tumbuhan, 2) bagaimana aktivitas peserta didik dalam pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada materi
Gerak pada Tumbuhan, 3) bagaimana hasil belajar siswa setelah menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada materi Gerak pada tumbuhan.
Dari perbedaan itulah sehingga peneliti tertarik ingin melakukan penelitian
selanjutnya yaitu tentang “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two
Stay Two Stray (TSTS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Pokok
Gerak Pada Tumbuhan pada Siswa Kelas VIII MTsN-1 Mentaya Hilir Selatan”.
B. Deskripsi Teoritik
1.
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray
Penerapan mempunyai arti; proses, cara, perbuatan menerapkan. 5
Sedangkan menurut Bloom dan Krathwol dikutip oleh Usman, penerapan
adalah kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah
5
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, h. 1180
11
dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan
prinsip.6
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa penerapan ialah
kemampuan menerapkan dan mempraktekkan suatu pengetahuan atau materi
yang sudah dipelajari kedalam situasi baru.
Secara kaffah model dimaknai sebagai suatu objek atau konsep yang
digunakan untuk mempresentasikan sesuatu hal, sesuatu yang nyata dan
dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif.
7
Model
pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan
sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur
materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Dalam
penerapannya model pembelajaran ini harus sesuai dengan kebutuhan
siswa.8
Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat melaksanakan
pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam
penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan
kebutuhan siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki
tujuan, prinsip yang berbeda-beda.
6
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdayakarya, 2001, h. 35
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010, h. 21
8
Isjoni, Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antara Peserta
Didik, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010, h.73
7
12
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan
sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja
secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran
kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi
siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan
membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan
pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang
berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa
berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan
bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan
bersama,
maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan
sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar
sekolah..9
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sesuai dengan
fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan
dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama,
pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan
itu, belajar berkelompok secara kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan
9
Trianto, Model-Model pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktitivisti, Jakarta: Pustaka
Publisher, 2007 h. 42.
13
untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas,
tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi komunikasi
sosialisasi karena kooperatif adalah miniatur dari hidup bermasyarakat,
dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.10
Pelajaran dengan pembelajaran kooperatif dapat ditandai oleh
fitur-fitur sebagai berikut: 1) siswa bekerja sama dalam tim untuk
mencapai tujuan belajar, 2) tim-tim itu terdiri atas siswa-siswa yang
berprestasi rendah, sedang, dan tinggi, 3) bila mana mungkin, tim-tim
terdiri atas campuran ras, budaya, dan gender, 4) sistem reward-nya
berorientasi kelompok maupun individu.11
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan metode pembalajaran
yang
didasarkan atas kerjasama kelompok yang dilakukan untuk mencapai
tujuan khusus. Pada pelaksanaan pembelajaran kooperatif siswa tidak
cukup hanya mempelajari materi saja, tetapi harus mempelajari
keterampilan kooperatif.
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif ialah untuk
mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
10
Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Jawa Timur: Masmedia Buana Pustaka, 2009,
h. 51
11
Helly Prajitno Soetjipto, belajar untuk mengajar edisi ketujuh, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2008, h. 5.
14
Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki siswa sebagai warga
masyarakat, bangsa dan negara, mengingat kenyataan yang dihadapi
bangsa ini dalam mengatasi masalah-masalah sosial semakin kompleks.
Apalagi tantangan bagi peserta didik supaya mampu dalam menghadapi
persaingan global untuk memenangkan persaingan.12
c.
Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Manfaat penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi
kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level
individual. Disamping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan
solidaritas sosial dikalangan siswa. Dengan belajar kooperatif,
diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi
akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat.13
d.
Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Menurut Trianto dalam bukunya Mode-model Pembelajaran
Inovatif Berorientasi Konstruktivistik menyebutkan terdapat langkah
utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran
kooperatif. Langkah-langkah tersebut itu ditunjukkan pada Tabel 2.114.
12
Isjoni, Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan KomunikasiAntara Peserta
Didik, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2010, h.109
13
Ibid, h. 58
14
Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2007, h. 48-49
15
Table 2.1
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase
Fase-1
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Fase-2
Menyajikan informasi
Fase-3
Mengorganisasi siswa
kedalam kelompok
koopratif
Fase-4
Memebimbing kelompok
kerja dan belajar
Fase-5
Evaluasi
Fase-6
Memberikan penghargaan
Tingkah laku guru
Guru menyampaikan semua tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai
pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa
Guru menyajikan informasi kepada
siswa dengan jalan demontrasi atau
lewat bahan bacaan.
Guru menjlaskan kepada siswa
bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membentuk
setiap kelompok belajar dan mem
bantu setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efisien.
Guru membimbing kelompokkelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka.
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok
mempersentasikan hasil kerjanya.
Guru mencari cara-cara untuk
menghargai baik upaaya maupun
hasil belajar individu dan kelompok.
Bila diperhatikan langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada
tebel di atas maka tampak bahwa proses demokrasi dan peran aktif
siswa di kelas lebih menonjol bila dibandingkan dengan model-model
lain. Sedangkan peran guru sendiri adalah membantu siswa menemukan
fakta, konsep atau prinsip bagi diri mereka sendiri bukan memberikan
ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas.
16
e. Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)
1) Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray
(TSTS)
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah Two Stay Two
Stray (TSTS) “Dua Tinggal Dua Tamu”. Teknik pembelajaran Two
Stay Two Stray (TSTS) dikembangkan oleh Spencer Kagan. Two Stay
Two Stray (TSTS) merupakan teknik pembelajaran yang memberi
kesempatan pada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi
dengan kelompok lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara saling
mengunjungi
atau
bertamu
antar
kelompok
untuk
berbagi
informasi.15
Pembelajaran tipe Two Stay Two Stray (TSTS) adalah dengan
cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok
lain. Sintaknya adalah kerja kelompok dua siswa bertamu ke
kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk
menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke
kelompok asal, dan laporan kelompok.16
Struktur Two Stay Two Stray memberi kesempatan pada
kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok
lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan
15
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_ d025_040188_ chap ter2. pdf , , h.14 (Online
21 Mei 2012)
16
Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Jawa Timur: Masmedia Buana Pustaka,
2009,h. 66
17
kegiatan individu saja, atau tanpa kegiatan kelompok, padahal dalam
kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling
bergantung satu dengan yang lainnya. 17
Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS)
baik digunakan sebagai alternatif pembelajaran karena mengandalkan
siswa untuk berinteraksi dengan temannya dalam membantu
menguasai materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif model Two
Stay Two Stray (TSTS) juga membantu siswa memiliki beberapa
keterampilan
sosial
seperti
bekerjasama,
berbagi
tugas,
mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain, kemampuan
bertanya dan lain-lain yang sangat jarang diberikan dalam penerapan
pembelajaran tradisional.18
2) Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two
Stay Two (TSTS)
- Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat)
orang.
17
Anita Lie, Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang Kelas,
Jakarta: Gramedia, 2007,h. 61.
18
Maghfirah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay – Two Stray (Ts-Ts)
Pada Materi Trigonometri Siswa Kelas X Sman 1 Kuala Pembuang, Skripsi Sarjana, Palangka Raya:
Universitas Palangka Raya , 2011, h.. 18, t.d.
18
- Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan
meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua
kelompok lainnya.
- Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan
hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
- Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan
melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
- Kelompok mencocokan dan membahas hasil kerja mereka.19
A 1A 2
A 3A 4
A 5A 6
A 7A 8
A9A10
A11A12
A13A14
A15A16
A29A30
A31A32
A25A26
A27A28
A21A22
A23A24
A17A18
A19A20
Gambar 2.1 Skema Two Stay Two Stray
(TSTS) di kelas
Untuk lebih jelasnya, skema dijelaskan dalam uraian berikut:
1) 2 orang dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok lain
dengan skema yang digambarkan pada Gambar 4.
19
Anita Lie, Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang Kelas,
Jakarta: Gramedia, 2007, h.61-62
19
2) Masing-masing kelompok diberikan kesempatan berkunjung
maksimal 7 kali secara berurutan, dengan skema dan batasan
waktu yang sudah ditentukan guru.
3) Namun jika mereka merasa sudah cukup dalam mendapatkan
informasi dari kelompok lain, kurang dari alokasi jumlah
kunjungan dan waktu yang ditentukan, mereka bisa langsung
kembali ke kelompok mereka untuk mendiskusikan hasil temuan
mereka dari kelompok lain tersebut.20
Berikut skema TSTS secara terperinci (peluang maksimal
kunjungan siswa):21
20
Maghfirah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay – Two Stray (Ts-Ts)
Pada Materi Trigonometri Siswa Kelas X Sman 1 Kuala Pembuang, Skripsi Sarjana, Palangka Raya:
Universitas Palangka Raya , 2011, h.. 33, t.d.
21
Ibid, h.34
20
2
1
3
4
5
6
3
2
7
4
3
8
8
5
7
8
1
2
5
4
6
8
1
2
3
3
8
7
4
5
6
7
8
1
2
2
7
3
5
6
7
8
1
1
6
4
4
5
6
7
1
2
3
4
1
8
5
6
2
3
4
5
6
7
Gambar 2.2 Skema Two Stay Two Stray (TSTS)
Secara Terperinci
Akan tetapi apabila dalam kelas tersebut jumlah siswa tidak
sama dengan kelipatan empat maka ada beberapa kelompok yang
anggotanya lima orang hal ini didasarkan pada setiap siswa berhak
mendapatkan pembelajaran.22
Dengan melihat langkah-langkah dalam melaksanakan model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS), siswa
mendapat banyak manfaat antara lain; siswa dalam kelompoknya
mendapat informasi sekaligus dari kelompok yang berbeda, siswa
belajar untuk mengungkapkan pendapat kepada siswa lain, siswa
dapat meningkatkan daya ingat, siswa dapat meningkatkan kemapuan
22
Mei 2012)
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_mat_ 0700306_chapter2.pdf , h.23 (Online 21
21
berfikir
kritis,
dan
siswa
dapat
meningkatkan
kemampuan
memecahkan masalah.
Tahapan-tahapan model pembelajaran kooperatif tipe Two
Stay Two Stray (TSTS) sebagi berikut:
a) Persiapan
Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah
membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran,
menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa dalam beberapa
kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 4
orang. Setiap anggota kelompok harus heterogen dalam hal jenis
kelamin dan prestasi akademik siswa. Setelah itu siswa diberi pra
tes untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
b) Presentasi Guru
Pada
tahap
ini
guru
menyampaikan
indikator
pembelajaran, mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan
rencana pembelajaran yang telah dibuat.
c) Kegiatan Kelompok
Dalam kegiatan ini, pembelajarannya menggunakan lembar
kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiaptiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar
kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan
dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya
22
dalam kelompok kecil yang mendiskusikan masalah tersebut
bersama
anggota
kelompoknya.
Masing-masing
kelompok
menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan
cara mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota dari masingmasing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu
kekelompok yang lain secara terpisah, sementara 2 anggota yang
tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi ke tamu mereka. Setelah memperoleh informasi dari 2
anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok
masing-masing, dan melaporkan temuannya dari kelompok lain
tadi serta mencocokan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
d) Formalisasi
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan
permasalahan
yang
mempresentasikan
diberikan,
hasil
diskusi
salah
satu
kelompoknya
kelompok
untuk
dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya.
Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa kebentuk
formal.
e) Evaluasi Kelompok dan Penghargaan
Pada tahap evaluasi ini untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah
diperoleh dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
23
model TSTS. Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi
pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model
TSTS,
yang
kemudian
dilanjutkan
dengan
pemberian
penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan skor ratarata tertinggi. 23
4) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Koopertif
Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)
Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay
Two Stray (TSTS)
a) Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan.
b) Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna.
c) Lebih berorientasi pada keaktifan.24
Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay
Two Stray (TSTS)
a) Membutuhkan waktu yang lama.
b) Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok.
c) Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan
tenaga).
23
Maghfirah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay – Two Stray (Ts-Ts)
Pada Materi Trigonometri Siswa Kelas X Sman 1 Kuala Pembuang, Skripsi Sarjana, Palangka Raya:
Universitas Palangka Raya , 2011, h. 20-21,t.d.
24
Muamar Agung R, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS)
Untuk Meningkatkan Aspek Kognetif dan Aspek Apektif Siswa Kelas X.5 SMA Negeri 02 Junrejo,
Kota Batu, Skripsi Serjana,Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. 2010,h.29.
http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/fullchapter/06130089-muamar-agung-r.pdf (Online 21 Mei 2012)
24
d) Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.25
Untuk mengatasi kekurangan pembelajaran kooperatif
model TSTS, maka sebelum pembelajaran guru terlebih dahulu
mempersiapkan dan membentuk kelompok-kelompok belajar yang
heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan kemampuan
akademis. Berdasarkan sisi jenis kelamin, dalam satu kelompk
harus ada siswa laki-laki dan perempuannya. Jika berdasarkan
kemampuan akademis maka dalam satu kelompok terdiri dari satu
orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan
kemampuan sedang dan satu lainnya dari kelompok kemampuan
akademis kurang. Pembentukan kelompok heterogen memberikan
kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung sehingga
memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang
yang berkemampuan akademis tinggi yang diharapkan bisa
membantu anggota kelompok yang lain. 26
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kelebihan tipe TSTS adalah siswa lebih aktif dalam proses belajarmengajar dan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kerja
kelompok biasanya akan menimbulkan sedikit kagaduhan karena
25
Ibid
Maghfirah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay – Two Stray (TsTs) Pada Materi Trigonometri Siswa Kelas X Sman 1 Kuala Pembuang, Skripsi Sarjana, Palangka
Raya: Universitas Palangka Raya , 2011,h. 19, t.d.
26
25
melibatkan setiap siswa, akan tetapi dalam pembelajaran Two Stay
Two Stray (TSTS) setiap kelompok hanya dua orang saja yang
mencari informasi dan dua orang lagi diam di tempat sehingga
dapat mengurangi kegaduhan. Kekurangan dari tipe TSTS adalah
teknik ini membutuhkan persiapan yang matang karena proses
belajar mengajar dengan tipe TSTS membutuhkan waktu yang
lama dan pengelolaan kelas yang optimal.
2. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah
laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:
“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai
hasil
pengalamannya
sendiri
dalam
interaksi
dengan
lingkungannya.”27
Belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu
(pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan) yang
baru. Dari definisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu: (1)
27
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka cipta, 2002, h. 2
26
penciptaan hubungan, (2) sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah
dipahami, dan (3) sesuatu (pengetahuan) yang baru. Jadi makna belajar,
di sini bukan berangkat dari sesuatu yang benaar-benar belum diketahui
(nol), tetapi merupakan keterkaitan dari dua pengetahuan yang sudah ada
dengan pengetahuan yang baru.28
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh
guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatau tujuan
pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar
dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Hasil
belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua
peruahan tingkah laku merupakan hasil belajar umumnya disertai
perubahan tingkah laku.29
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar:
1) Faktor raw input (yakni murid/anak itu sendiri) dimana anak-anak
memilki kondisi yang berbeda-beda dalam:
a) Kondisi fisiologi
Secara umum kondisi fisiologi, seperti kesehatan yang
prima, tidak dalam keadaan capai, tidak dalam keadaan cacat
28
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010, h. 15
29
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, h.11-12
27
jasmani, seperti kakinya atau tangannya (karena ini akan
menggangu kondisi dan fisiologis), dan sebagainya, akan sangat
membantu ternyata kemampuan belajarnya berada dibawah anakanak yang tidak kekurangan gizi, sebab mereka yang kekurangan
gizi biasanya cenderung lekas lelah, capai, mudah mengantuk dan
akhirnya tidak mudah dalam menerima pelajaran.
b) Kondisi psikologis
Kondisi psikologis yang mempengaruhi dan hasil belajar
siswa meliputi minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemapuankemampuan kognitif.
2) Faktor environmental input (yakni faktor lingkungan), baik itu
lingkungan alami maupun lingkungan sosial.
3) Faktor instrumen input, yakni didalamnya antara lain terdiri dari:
a) Kurikulum.
b) Program/bahan ajar.
c) Sarana dan fasilitas.
d) Guru (tenaga pengajar).30
Hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan
rumusan tujuan instruksional yang direncanakan guru sebelumnya yang
dikelompokkan kedalam tiga kategori, yaitu kognitif, afektif dan
30
Abu ahmadi dan joko prasetya, Strategi Belajajar Mengajar (SBM), Bandung: Pustaka
Setia, 1997, h. 103.
28
psikomotorik. Pada penelitian ini ranah yang diamati adalah ranah
kognitif adalah kemampuan yang berkaitan dengan penalaran yang
meliputi tiga aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi.
1) Pengetahuan (C1)
Pengetahuan mencakup kemampuan mengenali, mengetahui dan
mengingat hal-hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.
Pengetahuan berkenaan dengan fakta atau istilah-istilah, peristiwa,
pengertian, kaidah, teori dan metode.
2) Pemahaman (C2)
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menyerap pengertian dari
hal-hal yang telah dipelajari. Pada jenjang ini siswa dituntut untuk
mengerti dan memahami konsep yang dipelajari. Kemampuan
memahami terdiri dari tiga tingkatan, yaitu:
a) Menterjemahkan adalah kemampuan merubah konsepsi abstrak
menjadi suatu model simbolik untuk mempermudah orang
memahaminya.
b) Menginterpretasikan
adalah
kemampuan
mengenal
dan
memahami ide utama suatu komunikasi, seperti gambar, diagram
tabel dan grafik.
c) Mengeksplorasi
adalah
kemampuan
menafsirkan,
kesimpulan berdasarkan hasil terjemahan dan interpretasi.
menarik
29
3) Penerapan (C3)
Penerapan merupakan kemampuan menerapkan pengetahuan yang
telah diperoleh dalam kegiatan pembelajaran untuk menghadapi
situasi baru yang ada dalam kehidupan sehari-hari.31
C. Materi Gerak Pada Tumbuhan
Standar kompetensi yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
memahami sistem dalam kehidupan tumbuhan, khususnya terdapat pada
kompetensi dasar yaitu mengidentifikasi macam-macam gerak pada tumbuhan.
Setiap makhluk hidup (organisme) mampu menerima dan menanggapi
rangsangan yang disebut iritabilitas, salah satu bentuk tanggapan yang umum
dilakukan berupa gerak. Gerak adalah perubahan posisi tubuh atau perpindahan
yang meliputi seluruh atau sebagian dari tubuh sebagai respon yang diberikan
terhadap rangsangan dari lingkungan dan akibat adanya pertumbuhan.
Gerak merupakan salah satu ciri makhluk hidup yang bertujuan untuk
melaksanakan kegiatan hidupnya. Gerak yang terjadi pada tumbuhan berbeda
dengan gerak yang dilakukan oleh hewan dan manusia. Gerak pada tumbuhan
bersifat pasif, artinya tidak memerlukan adanya perpindahan tempat (tetap berada
31
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_ kom_ 0608489_chapter2.pdf h. 23-24 (Online
21 Mei 2012)
30
di tempat tumbuhnya), namun gerak dapat terjadi karena adanya pengaruh
rangsangan (stimulus).32
Mekanisme gerak pada tumbuhan bukanlah struktur yang tanpa fungsi
atau yang terbentuk secara kebetulan. Allah telah menciptakan struktur ini
dengan sempurna agar manusia dapat mengetahui tanda-tanda kebesaran-Nya,
dan agar manusia dapat mengambil pelajaran dari reaksi yang terjadi pada
tumbuhan. Seperti firman Allah QS An-Nahl ayat 13:
    
   









 



“Dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini
dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran”.
(Q.S. An-Nahl:13)
Dia (menundukkan pula) apa
yang Dia
ciptakan, maksudnya
mengendalikan apa yang Dia ciptakan dimuka bumi ini untuk kalian semua. 33
Beradasarkan ayat di atas, Allah SWT menciptakan bermacam-macam mahkluk
hidup di muka bumi ini, salah satunya termasuk tumbuh-tumbuhan, semua agar
dapat dimanfaatkan oleh manusia dan menjaga keseimbangan alam. Semua
pergerakan tumbuhan tunduk atas perintah Allah SWT. Dan Allah SWT juga
telah menjelaskan bagaimana tumbuhan itu diciptakan selain untuk dimanfaatkan
32
Istamar Syamsuri, dkk, IPA BIOLOGI untuk SMP kelas VIII, Jakarta: Erlangga, 2006,
33
Al-Qurthubi, Syaikh Imam, Tafsir Al-Qurthubi, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, h. 206
h.161.
31
dengan dipelajari dan ditelaah tentang bagaimana proses tumbuhnya tumbuhan,
juga tentang gerak yang dilakukan oleh tumbuhan itu sendiri atas perintah Allah
SWT. Semua itu merupakan tanda-tanda (kekuasaan Allah SWT) bagi orangorang yang berpikir dan mengambil pelajaran.
Tumbuhan tidak memiliki sistem saraf, tetapi dapat menerima dan
menanggpi rangsangan yang diterimanya. Dengan kata lain, tumbuhan memiliki
kepekaan tarhadap rangsangan. Rangsangan itu dapat berupa rangsangan
mekanis, misalnya sentuhan. Rangsangan juga dapat berupa cahaya, suhu, air,
kelembapan, atau zat-zat kimia.
Tumbuhan tingkat tinggi seperti tumbuhan berbunga dapat menaggapi
atau merespon rangsangan tertentu dari lingkungan denga cara menggerakkan
sebagian tubuhnya. Gerak tumbuhan sangat lambat sehingga tidak terlihat oleh
mata biasa atau sulit diamati secara sepintas.
Para ahli memebedakan gerak tumbuhan berdasarkan sumber rangsangan.
Jika gerak tumbuhan terjadi bukan karena rangsangan dari luar atau rangsangan
itu berasal dari dalam tumbuhan, disebut dengan gerak endonom. Gerak ini
dikenal pula dengan gerak otonom atau gerak spontan. Sedangkan gerak
tumbuhan yang disebabkan oleh adanya rangsangan dari luar disebut gerak
etionom.
1. Gerak Etionom (Esionom)
Gerak etionom adalah reaksi gerak tumbuhan yang disebabkan oleh
adanya rangsangan dari luar. Misalnya: cahaya, gaya gravitasi bumi, air,
32
sentuhan, dan zat kimia. Contoh: membuka dan menutupnya stomata dan
membuka dan menutupnya daun putri malu (Mimosa pudica).
Berdasarkan hubungan arah respon gerakan dengan arah rangsangan,
gerak etionom/esionom dapat dibedakan menjadi gerak tropisme, taksis dan
nasti.
a. Gerak Tropisme
Tropisme adalah gerak bagian tumbuhan yang arah geraknya
dipengaruhi oleh datangnya rangsangan. Bagian yang bergerak itu
misalnya cabang, daun, kuncup, bunga, atau sulur. Gerak tropisme dapat
dibedakan menjadi dua yaitu:
- Tropisme positif adalah Gerakan bagian tumbuhan yang menuju ke
arah cahaya. Misalnya gerak ujung batang tumbuhan yang membelok
kearah datangnya cahaya.
- Tropisme
negatif
adalah
gerakan
tumbuhan
yang
arahnya
meninggalkan ransangan. Contohnya: batang bergerak ke arah
menjauhi atau meninggalkan rangsangan berupa gratvitasi bumi.
Berdasarkan jenis rangsangannya gerak tropisme dibagi menjadi
lima yakni:
1) Fototropisme
Fototropisme adalah gerak bagian tumbuhan karena adanya
rangsangan cahaya matahari. Contohnya: ujung tanaman yang ada di
dalam ruangan akan membelok ke arah datangnya cahaya matahari
33
2) Geotropisme
Geotropisme adalah gerak bagian tumbuhan karena pengaruh
gravitasi bumi (geo=bumi). Jika arah gerakan menuju arah rangsangan
disebut geotropisme positif, misalnya gerakan akar menuju tanah. Jika
arah gerakan menjauhi rangsangan disebut geotropisme positif,
misalnya gerakan tumbuh batang menuju tanah.
3) Hidrotropisme
Hidrotropisme adalah gerakan bagian tumbuhan karena
rangsangan air (hidro=air). Jika gerakan itu mendekati air, disebut
hidrotropisme positif. Misalnya akar tanaman yang tumbuh bergerak
menuju tempat yang banyak airnya ditanah. Jika tanaman tumbuh
menjauhi air disebut hidrotropisme negatif, misalnya gerak pucuk
tumbuhan yang tumbuh ke atas menjauhi air.
4) Kemotropisme
Kemotropisme adalah gerak bagian tumbuhan karena
rangsangan zat kimia. Jika gerakan mendekati zat kimia tertentu
disebut geotropisme positif. Misalnya gerak akar menuju zat di dalam
tanah. Jika gerakan menjauhi zat kimia tertentu disebut kemotropisme
negatif, contohnya gerak akar menjauhi racun.
5) Tigmotropisme
Gerak bagian tumbuhan karena adanya rangsangan sentuhan
pada satu sisi atau persinggungan disebut tigmotropisme. Gerakan ini
34
tampak jelas pada gerak membelit ujung batang ataupun ujung sulur
dari Cucurbitaceae. Misalnya pada tanaman yang mempunyai sulur
seperti: Anggur (Vitis vinifera), Mentimun (Cucumis sativus),
Semangka (Citrulus vulgaris).
b. Taksis
Taksis adalah gerak seluruh tubuh atau gerak berpindah tempat
bagian dari tubuh tumbuhan yang arah perpindahannya dipengaruhi oleh
rangsangan. Gerakan arah yang mendekati sumber rangsangan disebut
taksis positif dan yang menjauhi disebut taksis negatif. Macam atau
sumber rangsangan taksis meliputi cahaya, zat kimia, dan rangsangan
listrik.
Jika rangsangan berupa zat kimia, gerak yang timbul disebut
kemotaksis. Contohnya gerak gamet jantan berflagela (spermatozoid)
yang dihasilkan oleh anteridium lumut kearah gamet betina (sel telur) di
dalam arkegonium. Gamet jantan akan berenang melewati cairan seperti
embun atau air hujan, ke arah arkegonium Karena adanya rangsangan zat
kimia pemikat yang dihasilkan arkegonium. Kemotaksis positif dapat juga
terjadi pada bakteri. Misalnya bakteri oksigen akan bergerak menuju ke
sumber oksigen.
Jika rangsangan yang datang berupa cahaya, disebut fototaksis,
jika rangsangan berupa listrik disebut galvanotaksis. fototaksis dan
galvano taksis bisanya terjadi pada organisme tingkat rendah. Fototaksis
35
positif dapat terjadi pada alga dan bakteri. Misalnya alga bersel satu
euglena peka terhadap rangsangan cahaya sehingga mendekati arah
datangnya cahaya. Galvanotaksis positif dan negatif dapat terjadi pada
beberapa spesies bakteri.
c. Nasti
Nasti adalah gerak bagian tumbuhan yang arahnya tidak
dipengaruhi oleh arah datangnya rangsangan, tetapi ditentukan oleh
tumbuhan itu sendiri. Berdasarkan penyebabnya gerak nasti dibedakan
menjadi tujuh macam, yaitu: fotonasti, niktinasti, tigmonasti, termonasti,
haptonasti, hidronasti, dan nasti kompleks.
1) Fotonasti
Fotonasti adalah gerak nasti yang disebabkan oleh rangsangan
cahaya. Misalnya, gerakan mekarnya bunga pukul empat (Mirabilis
jalapa) disore hari. Mekarnya bunga pukul empat itu dipengaruhi oleh
cahaya matahari yang diterimanya, namun gerakannya tidak menuju
kearah datangnya cahaya matahari. Contoh lain adalah gerak mekarnya
bunga Sidaguri (Sida rhombifolia) pada kira-kira jam 9 pagi dan
menutup menjadi layu menjelang jam 12 siang. Beberapa spesies lain
dai anggota Malvaceae (kapas-kapasan), seperti kembang sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis), mekar pada siang hari dan menguncup pada
malam hari. Bunga wijayakusuma (Epiphyllum hookeri) mekar pada
malam hari dan layu menjelang pagi hari.
36
2) Niktinasti
Niktinasti (nyktos=malam) merupakan gerak nasti yang
disebabkan oleh suasana gelap, sehingga disebut gerak tidur. Misalnya,
pada malam hari, daun-daun tumbuhan Leguminosae (polongpolongan), seperti bunga merak (Caesalpinia pulcherrima) dan daun
kupu-kupu (Bauhinia purpurea), akan menutup dan akan membuka
keesokan harinya ketika matahari terbit.
3) Tigmonasti atau Seismonasti
Tigmonasti (Seismonasti) adalah gerakan nasti yang disebabkan
oleh rangsangan sentuhan atau getaran. Contohnya gerak menutupnya
daun sikejut atau putri malu (Mimosa pudica) jika disentuh.
4) Termonasti
Termonasti merupakan gerak nasti yang disebabkan oleh
rangsangan suhu, seperti mekarnya bunga tulip (Spathodea) dan
crocus. Bunga-bunga tersebut mekar jika mendadak mengalami
kenaikan temperatur, dan akan menutup kembali jika tempertur
menurun.
5) Haptonasti
Haptonasti merupakan gerak nasti yang terjadi pada tumbuhan
insektivor yang disebabkan oleh sentuhan serangga. Daun pada
tumbuhan insektivor, misalnya menutupnya daun tanamam kantong
semar (venus flytrap), sangat sensitif terhadap sentuhan. Jika ada
37
serangga yang menyentuh bagian dalam daun, daun akan segera
menutup sehingga serangga akan terperangkap diantara kedua belahan
daun.
6) Hidronasti atau Higronasti
Hidronasti merupakan gerak yang terjadi terhadap keadaan air.
Contoh gerak menggulungnya daun padi (Oryza sativa), dan daun sere
(Cymbopogon nardus), jika keadaan kurang air.
7) Nasti Kompleks
Nasti kompleks yaitu gerak nasti yang sumber rangsangnya
lebih dari satu. Contohnya adalah membuka menutupnya stomata
karena pengaruh kadar air, cahaya, suhu, dan zat kimia.
2. Gerak Endonom Atau Autonom
Gerak tumbuhan yang disebabkan oleh rangasangan atau faktorfaktor yang diduga berasal dari dalam tumbuhan itu sendiri disebut gerak
endonom atau gerak otonom. Gerak ini dikenal pula sebagai gerak spontan
dari tumbuhan karena tumbuhan melakukan gerak secara spontan, tanpa
adanya rangsangan dari luar. Gerak endonom yang paling umum adalah
nutasi, yaitu gerak ujung batang yang sedang tumbuh atau organ lain
seperti daun, stolon, tangkai bunga, dan akar, yang gerakannya membentuk
lintasan melingkar di udara. Contoh lain adalah gerak rotassi sitoplasma
atau disebut siklosis pada sel-sel daun Hydrilla verticillata. Melalui
38
pengamatan dengan mikroskop, gerakan sitoplasma dapat diamati dengan
tampaknya gerakan kloroplas.
Gerakan endonom yang lain adalah gerakan higroskopis. Gerakan
higroskopis merupakan gerakan bagian tumbuhan yang disebabkan oleh
perubahan kadar air di dalam bagian tumbuhan. Contohnya, pecahnya kulit
buah polong (misal turi, lamtoro dan flamboyan), pecahnya kulit buah
pacar air (Impatiens balsamina), membukanya kotak spora tumbuhan
lumut dan paku saat mengeluarkan spora.34
34
Istamar Syamsuri, dkk, IPA BIOLOGI Untuk Kelas VIII, Malang: Erlangga,2007, H,161-
168.
Download