Modul Bahasa Indonesia [TM1]

advertisement
MODUL I
BAHASA
INDONESIA
KARAKTERISTIK BAHASA
INDONESIA
Fakultas
Program Studi
MODUL
01
Kode MK
Disusun Oleh
MK90008
Dra. Hj. Ekawati, M.Pd.
Abstract
Kompetensi
Perkuliahan ini menjelaskan gambaran
perihal bahasa Indonesia mulai dari
satuan terkecil bahasa sampai dengan
satuan terbesar.
Mahasiswa diharapkan memiliki
pengetahuan umum tentang
kebahasaan, khususnya bahasa
Indonesia.
KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA
PENGENALAN BAHASA
Bahasa sering dipergunakan oleh masyarakat dalam berbagai konteks dengan
berbagai makna. Ada orang yang berbicara tentang “bahasa warna”, “bahasa bunga”,
tentang “bahasa doplomasi”, tentang “bahasa militer”, dan sebagainya. Di samping itu,
dalam kalangan terbatas, terutama di dalam kalangan orang yang membahas soal-soal
bahasa, ada yang berbicara tentang “bahasa tulisan”, “bahasa tutur”, dan sebagainya.
Definisi bahasa adalah sebagai berikut.
Pertama, bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu bukanlah sebuah unsur
yang terkumpul secara tak beraturan. Seperti halnya sistem-sistem lain, unsur-unsur bahasa
“diatur” seperti pola-pola yang berulang sehingga jika salah satu bagian saja tidak tampak,
dapatlah “diramalkan” atau “dibayangkan” keseluruhan ujaran itu tidak utuh. Contohnya,
Berangkat ...kantor
Mereka ... kampus
Kedua contoh itu dapat kita duga bagaimana bunyi kalimat itu secara
keseluruhan.Sifat itu dapat dijabarkan lebih jauh dengan mengatakan bahwa bahasa itu
dapat diuraikan atas satuan-satuan terbatas yang terkombinasi dengan kaidah-kaidah yang
dapat diramalkan.Di samping itu, bahasa juga bersifat sistemis, artinya bahasa itu bukanlah
sebuah sistem yang tunggal, melainkan terdiri atas beberapa subsistem, yakni subsistem
fonologi, subsistem gramatika, dan subsistem leksikon.
Kedua, bahasa adalah sebuah sistem tanda. Tanda adalah hal atau benda yang
mewakili sesuatu atau hal yang menimbulkan reaksi yang sama bila orang menanggapi
(melihat, mendengar, dan sebagainya) apa yang diwakilinya itu. Setiap bagian dari sistem
itu atau setiap bagian dari bahasa tentu mewakili sesuatu. Dengan kata lain, bahasa itu
bermakna, artinya bahasa itu berkaitan dengan segala aspek kehidupan dan alam sekitar
masyarakat yang memakainya.
Ketiga, bahasa adalah sistem bunyi.Pada dasarnya, bahasa itu berupa bunyi.Apa
yang kita kenal sebagai tulisan sifatnya sekunder karena manusia dapat berbahasa tanpa
mengenal tulisan. Beberapa huruh bahkan tidak lain adalah turunan dari bunyi.
2012
2
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Penyusun
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Keempat, supaya orang dapat bekerja sama dan dapat berkomunikasi, bahasa
digunakan berdasarkan kesepakatan. Artinya, sesuatu diberi makna dalam bahasa tertentu
karena demikianlah kesepakatan pemakai bahasa itu.Para pengguna baru tinggal
mempelajarinya.
Kelima, bahasa bersifat produktif.Artinya, sebagai sistem dari unsur-unsur yang
jumlahnya terbatas bahasa dapat dipakai secara tidak terbatas oleh pemakainya.Bahasa
Indonesia, misalnya, mempunyai fonem kurang dari 30, tetapi mempunyai kata lebih dari
80.000 yang mengandung fonem itu.Dengan fonem-fonem itu masih mungkin diciptakan
kata-kata baru. Dari sudut pertuturan, bahasa Indonesia hanya mempunyai lima tipe kalimat,
yaitu pernyataan, pertanyaan, perintah, keinginan, dan seruan. Dengan kelima tipe itu kita
dapat menyusun kalimat dalam bahasa Indonesia yang jumlahnya ribuan, bahkan mungkin
jutaan.
Keenam, bahasa itu bersifat unik. Artinya, tiap bahasa mempunyai sistem yang khas
yang tidak harus ada dalam bahasa lain. Bahasa Jawa mempunyai 100 kata untuk
menyebutkan anak berbagai binatang. Hal ini tidak ada dalam bahasa lain. Bahasa Inggris
mempunyai lebih dari 50 kata untuk menggambarkan berbagai bentuk daun yang tidak
dikenal dalam bahasa lain.
Ketujuh, ada sifat-sifat bahasa Indonesia yang juga dimiliki bahasa lain sehingga
terdapat keuniversalan atau hampir universal. Hal ini tampak dalam bahasa Indonesia.
Konfiks ke-an dalam bahasa Indonesia yang hanya dapat bergabung dengan sebanyakbanyaknya dua bentuk, seperti pada contoh berikut ini.
tidak pasti
menjadi
ketidakpastian
salah paham menjadi
kesalahpahaman
boleh jadi
kebolehjadian
menjadi
ini mungkin sifat unik dalam bahasa Indonesia. Di samping itu, bahasa Indonesia juga
mempunyai sifat agak universal, misalnya, bahwa pada umumnya kata sifat mengikuti kata
benda, seperti mobil baru, rumah besar, orang pintar. Ternyata sifatini tidak hanya ada
dalam bahasa Indonesia, tetapi juga ada dalam bahasa Prancis, bahasa Tonkawa di
Amerika, dan bahasa Swahili di Afrika.
Kedelapan, bahasa mempunyai variasi-variasi karena bahasa itu dipakai oleh
kelompok manusia untuk bekerja sama dan berkomunikasi. Kelompok manusia itu banyak
ragamnya, misalnya, terdiri atas laki-laki dan perempuan, tua dan muda, orang kota dan
2012
3
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Penyusun
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
orang desa, orang yang bersekolah dan orang yang tidak bersekolah, dan sebagainya.
Setiap manusia mempunyai kepribadian sendiri.Hal ini yang paling menonjol dalam
berbahasa. Walaupun suatu kelompok sosial mempunyai satu bahasa, keseragaman dalam
berbahasa tidak akan kita temui. Tiap orang secara sadar atau tidak akan mengungkapkan
ciri khas pribadinya.
Kesembilan, suatu kelompok sosial dapat mengidentifikasikan dirinya dengan
bahasa. Di antara semua ciri budaya, bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol
karena dengan bahasa tiap kelompok sosial merasa diri sebagai suatu kesatuan yang
berbeda dari kelompok lain. Bagi kelompok-kelompok sosial tertentu, bahas tidak hanya
sekadar merupakan sistem tanda, melainkan sebagai lambang identitas sosial.
Kesepuluh, bahasa mempunyai fungsi. Fungsi itu bergantung pada faktor-faktor
siapa, apa, kepada siapa, tentang siapa, di mana, bilamana, berapa lama, untuk apa, dan
dengan apa bahasa itu diujarkan.
SATUAN-SATUAN DALAM BAHASA
Satuan-satuan bahasa dimulai dari satuan yang terkecil hingga yang besar dapat
dikelompokkan menjadi sebagai berikut.
Fonem adalah satuan bunyi fungsional suatu bahasa. Fonem merupakan satuan
hasil penyarian atau abstraksi dari bunyi-bunyi ujaran yang diucapkan oleh para penutur
bahasa.Kita dapat mengatakan bahwa bunyi-bunyi ujaran adalah realisasi atau wujud
lahiriah fonem.Suatu fonem direalisasikan oleh beberapa bunyi. Dalam bahasa Indonesia,
misalnya, kita dapati bahwa fonem /k/ direalisasikan oleh bunyi [k], [k], dan [k]; fonem /i/
direalisasikan oleh bunyi [i], [i:], [i^], [I].
Morfem
adalah satuan bahasa terkecil yang mengandung makna. Ilmu yang
mempelajari morfem disebut morfologi.Morfem terbagi atas morfem bebas dan morfem
terikat.Contohnya,
mahasiswa
fakultas
ekonomi
terdiri
atas
tiga
morfem
bebas
bebas.Artinya, ketiga morfem itu dapat berdiri sendiri dan mempunyai makna. Contoh lain
adalah jualdan beli juga merupakan morfem bebas yang mempunyai makna. Kedua morfem
itu dapat dibentuk menjadi diperjualbelikan.Kata diperjualbelikan dapat dipotong-potong
menjadi bagian-bagian terkecil yang masih mempunyai makna masing-masing menjadi jual
beli dan di-+ {per-...-kan}. Morfem di-, per-, dan -kan juga merupakan morfem (terikat) yang
mempunyai makna. Bentuk-bentuk itu tidak bisa dipotong menjadi lebih kecil lagi.
Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan hubungan antarkata
dalam tuturan.Unsur bahasa yang termasuk di dalam lingkup sintaksis adalah frasa, klausa,
2012
4
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Penyusun
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dan
kalimat.Frasa
adalah
gabungan
dua
kata
atau
lebih
yang
bersifat
nonpredikatif.Contohnya, rumah mewah.Pada contoh itu, baik rumah maupun mewah, tidak
satu pun yang berfungsi sebagai predikat.Klausa adalah satuan gramatikal yang merupakan
kelompok kata, yang sekurang-kurangnya memiliki predikat dan berpotensi menjadi kalimat.
Dengan kata lain, klausa membicarakan hubungan sebuah gabungan kata dengan
gabungan kata yang lain. Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri,
yang sekurang-kurangnya memiliki sebuah subjek dan predikat. Dapat dikatakan kalimat
membicarakan hubungan antara klausa yang satu dengan klausa yang lain.
Semantik adalah ilmu tentang makna kata atau makna tanda bahasa.Sebuah kata,
misalnya, terdiri atas unsur lambang bunyi, yaitu [b-u-k-u] dan konsep atau citra mental
benda (objek) yang dinamakan buku.Makna kata buku adalah konsep tentang buku yang
tersimpan dalam otak kita dan dilambangkan dengan kata buku.Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa semantik mengkaji makna tanda bahasa, yaitu kaitan antara konsep dan
tanda bahasa yang melambangkannya.Makna kosakata yang dikuasai seseorang
merupakan bagian utama memori semantis yang tersimpan dalam otak kita yang disebut
makna denotatif atau sering juga disebut makna deskriptif atau makna leksikal yang
merupakan relasi kata dengan konsep benda/peristiwa atau keadaan yang dilambangkan
dengan
kata
tersebut.Sumber
informasi
ini
dapat
dimanfaatkan
dalam
suatu
komunikasi.Makna leksikal kata seniman adalah ‘orang yang menciptakan karya seni’.Di
dalam komunikasi, kata seniman dapat menyempit maknanya bergantung pada konteks
pembicaraan.Contohnya sebagai berikut.
a. Mustafa seorang seniman besar, pengunjung pameran terpesona dengan lukisan-lukisan
karyanya.
b. Karya seniman itu dapat dilihat pada setiap pameran patung
c. Seniman-seniman muda ikut ambil bagian dalam pergelaran musik di TIM.
Makna kata seniman pada (a) adalah ‘pelukis’, pada (b) ‘pematung’, dan pada (c) ‘musisi’.
Makna kata seniman pada (a), (b), dan (c) berbeda dalam hal makna referensial.
Makna leksikal pada umumnya dikaitkan dengan kata, sedangkan kosakata tidak
hanya terdiri atas kata, tetapi ada juga yang terdiri atas beberapa kata, seperti kambing
hitam.Makna kambing hitam bukan merupakan gabungan makna kambing dan makna
hitam, melainkan memiliki makna tersendiri, yaitu ‘orang yang dipersalahkan’.Karena
mempunyai makna yang tidak dapat ditelusuri dari makna setiap kata pembentuknya,
kambing hitam dikatakan memiliki makna idiomatis.
2012
5
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Penyusun
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Wacana
adalah
kesatuan
makna
antarbagian
di
dalam
suatu
bangun
bahasa.Dengan kesatuan makna, wacana dilihat sebagai bangun bahasa yang utuh karena
setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu.Di samping itu, wacana juga
terikat pada konteks. Sebagai kesatuan yang abstrak, wacana dibedakan dari teks, tulisan,
bacaan, dan tuturan, yang mengacu pada makna yang sama, yaitu ‘wujud konkret yang
terlihat, terbaca, dan terdengar’.
BAHASA DAN FAKTOR LUAR BAHASA
Bahasa selain dapat dilihat dari aspek intern bahasa, sebagaimana sudah dijelaskan
sebelum ini, dapat pula dilihat dari aspek luar bahasa. Dengan kata lain, bahasa tidak hanya
dapat ditinjau dari sistem bahasa itu sendiri, tetapi ditinjau dari keberagaman bahasa di
dalam masyarakat. Keberagaman bahasa berkenaan dengan pemakai dan pemakaian
bahasa.
A. Keberagaman Bahasa menurut Pemakainya
Keberagaman bahasa ditentukan oleh berbagai aspek luar bahasa, seperti kelas
sosial, jenis kelamin, etnisitas, dan usia. Sebagian besar aspek tersebut merupakan hal-hal
yang berkaitan dengan pemakai bahasa.Adanya perbedaan dialek dan aksen dalam satu
komunitas merupakan bukti keberagaman itu yang keberadaannya dipengaruhi oleh aspekaspek sosial.Perbedaan tersebut dapat berupa perbedaan ucapan atau unsur tata bahasa
ataupun pemakaian kata. Perbedaan ucapan, misalnya, ditemukan pada kata gunung dan
kidul dalam bahasa Jawa yang masing-masing berarti ‘gunung’ dan ‘selatan’. Pada
umumnya, kata itu masing-masing diucapkan sebagai [gunun] dan kioul].Akan tetapi, di
daerah Surabaya masing-masing diucapkan dengan vokal yang lebih rendah [gonon] dan
[keool].Perbedaan unsur tata bahasa terdapat dalam frasa yang menunjukkan tindakan
pelaku, seperti pada sudah saya baca atau sudah kamu baca.Keberagaman bahasa seperti
itu adalah keberagaman yang terjadi karena faktor kedaerahan, dalam hal ini perbedaan
daerah pemakai bahasa.Keberagaman bahasa jenis ini sering disebut dialek regional atau
biasa disebut dialek.
Selain karena faktor kedaerahan, perbedaan dalam sebuah bahasa dapat pula
terjadi karena faktor lain, seperti latar belakang pendidikan pemakainya, pekerjaannya, atau
karena faktor derajat keresmian situasinya. Keberagaman bahasa jenis ini sering disebut
dialek sosial atau sosiolek.Ilmu bahasa yang membahas keterkaitan aspek-aspek sosial
dengan fenomena bahasa ini adalah sosiolinguistik, studi yang mempelajari pemekaian
bahasa dalam masyarakat.
2012
6
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Penyusun
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
B. Keberagaman Bahasa menurut Pemakaiannya
Suatu bahasa dipakai oleh masyarakat penuturnya untuk keperluan komunikasi
sesuai dengan keadaan atau keperluan yang mereka hadapi. Peristiwa komunikasi meliputi
tiga hal, yaitu medan(field), suasana (tenor), dan cara (mode).
Medan (fiels) merupakan istilah yang mengacu kepada hal atau topik, yaitu tentang
apa bahasa itu dipakai. Ketika ujaran dihubungkan dengan kegiatan tertentu yang sedang
berlangsung, maka bidangnya adalah kegiatan itu sendiri.Kata-kata, seperti gunting, pinset,
pisau, dan perban kemungkinan besar merupakan kata-kata yang berkaitan dengan aktivitas
dalam ruang bedah atau ruang operasi sebagai bidangnya.
Medan merupakan subjek atau topik dalam teks sustu pembicaraan. Jadi, banyak
terdapat contoh medan, misalnya, ekonomi, politik, dan teknologi. Kata-kata, seperti replik,
duplik, naik banding, kasasi, dan grasi sering dipakai oleh mereka yang bergerak di bidang
hukum, sedangkan kata-kata, seperti aki, rem, perseneling, terot, dan roda gila banyak
dipakai oleh mereka yang bekerja di bidang perbengkelan. Keberagaman bahasa kelompok
ini sering memperlihatkan laras bahasa (register) yang ditandai oleh, salah satunya,
penggunaan istilah teknis (jargon).
Suasana (tenor) mengacu pada hubungan peran peserta tuturan atau pembicaraan,
yakni hubungan sosial antara penutur atau pembicara dan mitra tutur atau pendengar yang
ada dalam teks atau pembicaraan tersebut.Suasana menekankan bagaimana pemilihan
bahasa dipengaruhi oleh hubungan sosial antara peserta tutur, yaitu antara pembicara dan
pendengar atau antara penulis dan pembaca.Keberagaman menurut suasana berwujud
dalam aspek kesantunanukuran formal dan tidaknya suatu ujaran, dan status partisipan
yang terlibat di dalamnya.Kata-kata, seperti tidak, membuat, dan berbicara lebih sering
dipakai dalam situasi resmi daripada nggak, bikin, dan ngomong yang lebih sering dipakai
dalam situasi tak resmi.
Suasana dapat juga tercermin dalam penggunaan cara menyapa. Menyapa orang
lain dengan kata bapak dan ibu, misalnya, berbeda konteksnya dengan penggunaan kata
om dan tante. Selanjutnya, suasana pun memengaruhi pemilihan ragam bahasa ke dalam
pembagian gaya berbahasa, seperti ragam intim, santai, konsultatif, resmi, dan beku.
2012
7
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Penyusun
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Cara
(mode)
mengacu
pada
peran
yang
dimainkan
bahasa
dalam
komunikasi.Termasuk di dalamnya adalah peran yang terkait dengan jalur yang digunakan
ketika berkomunikasi.Jalur yang dimaksud adalah apakah pesan disampaikan dengan
bahasa tulis, lisan lisan yang dituliskan, dan tulis yang dilisankan. Berkomunikasi melalui
suratberbeda ragamnya dengan berbicara melalui telepon, apalagi jika dibandingkan
dengan ragam bahasa ketika berkomunikasi bersemuka. Cara juga berhubungan dengan
ragam retoris yang dipakai, misalnya, bahasa persuasif, ekspositoris, dan naratif.
Perpaduan subdimensi tersebut, medan, suasana, dan cara membentuk laras
bahasa suatu teks atau tuturan. Oleh karena itu, kita melihat perbedaan laras bahasa antara
tulisan jurnalistik dan tulisan ilmiah. Perbedaan itu ditandai oleh kosakata, struktur kalimat,
dan lafal (untuk bahasa lisan).
PRAGMATIK
Untuk mengkaji pragmatik di dalam bahasa tertentu, kita perlu memahami budaya
masyarakat pemakai bahasa itu.Di berbagai daerah di Indonesia, kita terbiasa mendengar
sapaan, “Mau ke mana?” tanpa harus menjawab secara tepat ke mana tujuan kita. Di RRC
kita akan mendapat sapaan, “Sudah makan?” dan tidak perlu menanggapinya dengan
jawaban yang lugas. Contoh-contoh sapaan tersebut menunjukkan bahwa penutur bahasa
yang bersangkutan mengerti bahwa orang yang mengajaknya bicara bermaksud berbasabasi kepadanya.Apa yang dimaksud oleh pemakai bahasa ketika berinteraksi inilah yang,
antara lain, dipelajari dalam pragmatik. Secara singkat dapat dikatakan bahwa prakmatik
mengkaji makna yang dipengaruhi oleh hal-hal di luar bahasa.
Hal-hal di luar bahasa memengaruhi pemahaman kita pada hal di dalam bahasa.
Untuk memahami apa yang terjadi di dalam sebuah percakapan, misalnya, kita perlu
mengetahui siapa saja yang terlibat di dalamnya, bagaimana hubungan dan jarak sosial di
antara mereka, atau status relatif di antara mereka.
Contohnya, perhatikan penggalan-penggalan percakapan berikut ini.
(1) A: Setelah ini, kerjakan yang lain.
B: Baik, Bu.
(2) C: Bantuin, donk!
D: Sabar sedikit kenapa, sih!
2012
8
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Penyusun
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sebagai penutur bahasa Indonesia, Anda akan dengan mudah mengatakan bahwa
di dalam penggalan percakapan (1) status sosial A lebih tinggi dari B, sedangkan di dalam
penggalan percakapan (2) C dan D mempunyai kedudukan yang sama.
Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika ada syarat-syarat tertentu
terpenuhi, salah satunya adalah kesadaran akan bentuk sopan santun. Bentuk sopan
santun dapat diungkapkan dengan berbagai hal.Salah satu penanda sopan santun adalah
penggunaan bentuk kata ganti orang (pronomina) tertentu dalam percakapan. Di dalam
bahasa Indonesia kita jumpai kata Anda dan beliau untuk menghormati orang yang diajak
bicara. Bentuk lain dari sopan santun adalah pengungkapan suatu hal dengan cara tidak
langsung. Contoh ketidaklangsungan dapat kita lihat dalam penggalan percakapan berikut
ini.
(3)
A: Hari ini ada acara?
B: Kenapa?
A: Kita makan-makan, yuk!
B: Wah, terima kasih, deh.
Saya sedang banyak tugas!
Di dalam penggalan percakapan di atas, B secara tidak langsung menolak ajakan A
untuk makan B sama sekali tidak mengatakan kata tidak. Akan tetapi, A akan mengerti
bahwa apa yang diucapkan B adalah sebuah penolakan. Kata terima kasih yang
diungkapkan oleh B bukanlah bentuk penghargaan terhadap suatu pemberian, tetapi
sebagai bentuk penolakan secara halus.Hal ini juga diperkuat oleh kalimat yang diujarkan B
selanjutnya.
Di
dalam
percakapan,
ketidaklangsungan
juga
ditemukan
dalam
bentuk
praurutan.Kita juga sering menemukannya dalam situasi sehari-hari.Di dalam penggalan
percakapan (3) kita melihat praajakan pada kalimat pertama yang diucapkan oleh A. Di
dalam penggalan percakapan (4) kita melihat prapengumuman pada kalimat pertama yang
diucapkan oleh A.
(4)
2012
A:
Sebelumnya saya mohon maaf
B:
Ada apa, Pak?
A:
Kali ini saya tidak dapat memberi apa-apa.
9
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Penyusun
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kita dapat melihat bahwa suatu hal yang diungkapkan dalam percakapan akan lebih
berterima jika ada semacam “pembuka” di dalamnya. Permohonan maaf dari A pada contoh
(4) merupakan sebuah pengantar untuk menyampaikan maksud yang sebenarnya. Salah
satu bentuk ketidaklangsungan dapat ditemukan di dalam maksud yang tersirat di dalam
suatu ujaran. Di dalam hal ini, ketidaklangsungan mensyaratkan kemampuan seseorang
untuk menangkap maksud yang tersirat, misalnya, menanggapi sebuah kalimat yang
diujarkan orang lain sebagai sebuah perintah. Perhatikan contoh berikut ini.
(5)
A: Tong sampah sudah penuh.
B: Tunggu, ya. Aku baca koran dulu. Nanti kubuang, deh!
Di dalam contoh di atas, A tidak menyuruh B secara langsung untuk membuang
sampah. Akan tetapi, B dapat menangkap maksud yang tersirat di dalam ujaran A. Dapat
kita bayangkan bahwa setelah B membaca koran ia akan membuang sampah karena hal ini
dapat kita simpulkan dari jawaban B. Jika B tidak peka terhadap maksud A, tentu
jawabannya akan berbeda. Bayangkan saja jika B hanya menjawab, “Ya, betul.”
BUKU RUJUKAN
Arifin, Zaenal dan Junaiyah. 2008. Sintaksis. Jakarta: Grasindo.
--------------------. 2007. Morfologi. Jakarta: Grasindo.
Darmojuwono, Setiawati. 2009. Semantik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, Harimurti. 2009. Bahasa dan Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kushartanti. 2009. Pragmatik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Suhardi, 2009.Aspek Sosial Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yuwono, Untung (Ed.). 2009. Pesona Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2012
10
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Penyusun
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2012
11
Nama Mata Kuliah dari Modul
Dosen Penyusun
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download