pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual pada

advertisement
ISSN 0215 - 8250
715
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN
KONTEKSTUAL PADA SISWA SMP NEGERI 2 SINGARAJA
(Paradigma baru pembelajaran matematika sekolah berorientasi KBK)
oleh
Ni Nyoman Parwati
Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
Permasalahan yang dipecahkan dalam penelitian ini berasal dari dua
sumber, yaitu; dari guru dan siswa. Masalah dari guru adalah dalam
melaksanakan pembelajaran mereka masih mendominasi kegiatan, tidak
berpusat pada siswa. Masalah dari siswa adalah aktivitas dalam mengikuti
pembelajaran masih kurang dan hasil belajar matematikanya rendah.
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan, tujuan umum yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah memperbaiki kualitas pembelajaran di
SMP Negeri 2 Singaraja, sesuai dengan konsep Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). Cara yang ditempuh dalam upaya perbaikan tersebut
adalah menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan yang terdiri dari
empat tahapan, yaitu: (1) rencana tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi dan evaluasi, dan (4) refleksi. Subjek penelitian adalah satu
orang guru dan 44 orang siswa kelas IF SMP Negeri 2 Singaraja tahun
ajaran 2003/2004. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus sampai
dengan November 2003. Data penelitian ini dikumpulkan dengan tes,
angket, lembar observasi, dan catatan harian. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa (1) rencana pembelajaran (RP) yang disusun oleh guru, berkualitas
baik, (2) kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran
semakin meningkat, (3) aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan, (4)
prestasi belajar siswa mengalami peningkatan, dan (5) tanggapan guru dan
siswa ‘sangat positif’ terhadap pelaksanaan tindakan menggunakan
pendekatan kontekstual.
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
716
Kata kunci : pembelajaran matematika, pendekatan kontekstual
ABSTRACT
There were some problems encountered in the process of teaching
and learning mathematics in junior high school (SMP). Those were
classified into two different sides, like the teacher and students. In most
classroom activity the teachers were found to dominate the process of
teaching and learning, while the students were given less opportunities for
developing their own learning activities. Consequently these could lead to
raise problems on their own achievement. The quality of their learning
output was relatively very low. This fact would become the basis of this
study to be done. The aim was to improve the quality output of teaching
and learning mathematics in the Junior High School (SMP Negeri 2)
Singaraja. This was highly likely relevant to the concept of Competence
Based Curriculum. This research was designed based on classroom action
approach, consisting of four defferent steps, like planning, action,
observation and evaluation, as well as reflection. The subjects involved a
mathematic teacher and 44 students of Junior High School (SMP Negeri 2)
Singaraja in 2003/2004. The study was carried out from August to
November 2003. The data were obtained by using different instrument, like
testing, questionnaire, as well as observation sheet, and diary. The study
concluded that implementation of the contextual approach could improve
the quality output of the teaching and learning mathematics in the SMP
Negeri 2 Singaraja. Some indicators were found to become evidence, like
(1) the improvement of the quality of lesson planning (designed based on
the concept of Competence Based Curriculum), (2) the improvement of the
quality of classroom teaching management, (3) students learning activity
was found to improve, (4) the students’ achievement was also improving,
and (5) both sides the teacher and student were providing ‘very positive’
respond towards the implementation contextual approach in the classroom.
Key words: mathematics learning, contextual approach.
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
717
1. Pendahuluan
Pembelajaran matematika yang dilaksanakan di sekolah menengah
selama ini, masih dirasakan terlalu teoretis. Manfaat nyata yang bisa
dirasakan oleh peserta didik belum tampak, sehingga banyak nada miring
yang terdengar di masyarakat terkait dengan diberikannya materi
matematika di sekolah. Salah satu isu yang sering terdengar dilontarkan
oleh siswa ataupun masyarakat umum adalah “untuk apa belajar
matematika, toh nanti ke pasar tidak akan berbelanja dengan x rupiah”.
Faktor-faktor yang menjadi penyebab pertanyaan semacam itu perlu
direnungkan.
Ditinjau dari pembelajaran yang diterapkan oleh guru-guru
matematika pada umumnya dan guru matematika SMP di Singaraja
khususnya, tampaknya pembelajaran yang dilaksanakan masih didominasi
oleh guru. Dalam mengajar, guru cenderung untuk menjelaskan materi
terlebih dahulu, diikuti dengan memberikan contoh-contoh soal dan
pembahasannya, kemudian dilanjutkan dengan latihan soal yang tetap
dibimbing oleh guru. Dalam menyampaikan materi pelajaran, guru
cenderung mendominasi dengan metode ceramah. Menurut pengamatan
peneliti, model pembelajaran semacam ini cenderung membuat siswa pasif,
enggan untuk mengemukakan ide-idenya, kreativitas berpikirnya tidak
berkembang, mereka cenderung menerima apa yang diberikan oleh guru
dan melaksanakan apa yang diminta oleh gurunya. Dampak pelaksanaan
pembelajaran semacam ini adalah siswa merasa cepat bosan dalam belajar,
siswa sering merasa cemas setiap kali akan mendapat pelajaran matematika,
karena sudah tertanam dalam benaknya bahwa matematika itu sulit.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun pada saat
membimbing siswa PPL di SMP di Singaraja khususnya di SMP Negeri 2
dan dari program kemitraan antara guru-guru sekolah menengah dengan
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
718
IKIP Negeri Singaraja, diketahui bahwa pola mengajar guru masih
didominasi oleh metode ceramah, karena mengacu pada materi yang ada
pada kurikulum. Dilihat dari pendekatan mengajar matematika yang
digunakan, tampak cara penyampaian materi oleh guru terlalu abstrak.
Dalam menyampaikan materi di kelas, jarang sekali guru mengaitkan
materi yang dibahasnya dengan masalah-masalah atau isu-isu yang terjadi
di sekitar siswa. Dengan demikian, anggapan mereka bahwa matematika
tidak ada manfaatnya seolah-olah benar adanya.
Dampak penyelenggaraan pembelajaran seperti yang tersebut di atas
adalah kualitas hasil belajar siswa masih rendah. Pembelajaran, belum
dikelola dengan baik. Dalam mengikuti pembelajaran, motivasi belajar
siswa masih kurang. Hal ini tampak ketika mereka mengikuti pembelajaran,
cenderung untuk bersikap pasif, dan hanya aktif mencatat penjelasanpenjelasan guru, tanpa mau bertanya tentang konsep dari materi yang
dicatat. Melihat cara belajar siswa seperti itu, peneliti, begitu juga guru
kelas bersangkutan, merasa kawatir bagaimana mereka bisa mengikuti
perkembangan-perkembangan ilmu yang demikian pesatnya.
Melihat berbagai kenyataan yang terjadi di lapangan, peneliti
mengadakan penelitian yang berbasis kelas, berkolaborasi dengan guru
kelas I SMP Negeri 2 Singaraja untuk mencoba mengubah paradigma
pembelajaran yang selama ini didominasi oleh guru ke pembelajaran yang
berpusatkan pada siswa. Perubahan yang dilakukan melalui penelitian ini
adalah melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual
(contextual approach).
Pendekatan kontekstual merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran yang sesuai dengan KBK. Pendekatan kontekstual merupakan
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkannya
dengan situasi nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
719
pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka
(Depdiknas, 2002). Proses pembelajaran dalam pendekatan ini berlangsung
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan
transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Proses pembelajaran lebih
dipentingkan dari pada hasil akhir. Semua konsep yang terkandung dalam
pendekatan kontekstual ini sangat cocok dengan konsep KBK. Orientasi
dari KBK adalah (1) hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri
peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna dan
(2) keberagaman dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhan peserta
didik (Puskur. 2002).
Pembelajaran yang dilaksanakan melalui pendekatan kontekstual
diharapkan mampu mengubah cara belajar siswa yang selama ini lebih
banyak bersifat menunggu informasi dari guru ke pembelajaran yang
bermakna. Dengan terbiasanya siswa belajar secara bermakna dan
menemukan sendiri konsep-konsep materi yang dipelajari, diharapkan
kualitas proses dan hasil belajar siswa akan lebih baik. Begitu juga dengan
guru. Kalau dalam mengajar sudah ada komitmen akan melaksanakan
pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka mereka akan siap untuk
melaksanakan KBK nantinya.
Tujuan penelitian ini secara umum adalah “memperbaiki kualitas
pembelajaran matematika di SMP Negeri 2 Singaraja, sesuai dengan
konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).”. Secara khusus tujuan
penelitian ini adalah (1) mengetahui kualitas rencana pembelajaran (RP)
dengan pendekatan kontekstual yang disusun oleh guru, (2)
mendeskripsikan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, (3)
meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran, (4) meningkatkan
kualitas prestasi belajar siswa, dan (5) mendeskripsikan tanggapan guru dan
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
720
siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan
kontekstual.
Manfaat dari pelaksanaan penelitian ini adalah (1) memberi
gambaran kepada guru tentang cara menyusun RP menggunakan
pendekatan kontekstual, sehingga guru mempunyai kesiapan untuk
melaksanakan pendekatan ini dalam pembelajaran selanjutnya, (2)
memberikan pengalaman langsung kepada guru tentang prosedur
pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual, sehingga guru
termotivasi untuk memilih pendekatan ini dalam melaksanakan
pembelajaran selanjutnya, (3) memberikan pengalaman langsung kepada
siswa tentang cara belajar menggunakan pendekatan kontekstual dalam
suasana belajar yang tidak membosankan, sehingga mereka merasa
termotivasi untuk belajar matematika selanjutnya dan (4) memberi masukan
kepada para teoritisi dan praktisi pendidikan dalam upaya mengembangkan
kurikulum matematika SMP.
2. Metode Penelitian
Subjek penelitian ini adalah guru matematika dan siswa kelas VII
SMP N 2 Singaraja. Penelitian ini dilaksanakan pada semester dua tahun
ajaran 2003/2004, dari bulan Agustus sampai dengan November 2003 tiap
siklus dilaksanakan selama tiga bulan. Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas, karena ingin memperbaiki kualitas pembelajaran yang
bermuara pada peningkatan kualitas kinerja guru dan peningkatan hasil
belajar siswa. Dalam penelitian ini juga dikembangkan perangkat
pembelajaran meliputi RP yang disusun oleh guru dan LKS. Semua
perangkat pembelajaran yang disusun mengacu pada pendekatan
kontekstual. Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan meliputi (1)
perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) Observasi dan
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
721
evaluasi, dan (4) refleksi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan
untuk mengumpulkan data, serta teknik analisis data dapat dilihat dalam
Tabel 1.
Tabel 1. Data , Instrumen, dan Teknik Analisis
No.
Jenis Data
Instrumen
Teknik Analisis Data
1.
Kualitas RP yang disusun guru
APKG KBK
Deskriptif
2.
Kemampuan guru
APKG KBK
Deskriptif
melaksanakan pembelajaran
3.
Aktivitas belajar siswa
Lembar observasi
Deskriptif
4.
Prestasi belajar siswa
Tes
Analisis tes hasil belajar
5.
Tanggapan siswa dan guru
terhadap pelaksanaan tindakan
Angket
Deskriptif
Kriteria keberhasilan penelitian ini adalah (1) RP yang dirancang
guru minimal berkategori baik ; (2) kemampuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran minimal berkategori baik, (3) aktivitas belajar siswa minimal
berkategori aktif; (4) ada peningkatan prestasi belajar siswa dari siklus I ke
siklus II) ; (5) Ada tanggapan yang positif dari guru dan siswa terkait
dengan tindakan yang dilaksanakan, dan (6) permasalahan-permasalahan
pembelajaran yang dijumpai, dapat diatasi.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian ditunjukkan dalam Tabel 2 di bawah ini.
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
722
Tabel 2. Hasil Penelitian
No.
1.
Kategori/Capaian
Komponen yang Dinilai
Kualitas RP yang disusun oleh
Siklus I
Siklus II
cukup baik
baik
baik
Sangat baik
guru
2.
Kemampuan
guru
dalam
mengelola pembelajaran
3.
Aktivitas siswa dalam
pembelajaran
Skor rata-rata:20,22
(aktif)
Skor rata-rata: 25,43
(sangat aktif)
4.
Prestasi belajar siswa
-Skor rata-rata: 5,58
-Skor rata-rata: 6,63
-Ketuntasan: 25%
-Ketuntasan: 57%
-
Sangat positif
5.
Tanggapan siswa dan guru
terhadap pelaksanaan tindakan
Ada beberapa catatan yang perlu diberikan untuk siklus I. (1) Sistem
pengelompokan siswa dilaksanakan secara acak tanpa memperhatikan
kemampuan awal siswa. Sebagai akibatnya, kegiatan belajar kelompok
belum berlangsung secara baik. (2) Situasi kelas sangat ribut terutama
ketika siswa akan mencari kelompoknya masing-masing, dan hal ini
menyita waktu cukup lama di samping itu, Mereka juga belum terbiasa
belajar secara berkelompok. (3) LKS yang dibuat guru belum difungsikan
secara maksimal, sehingga anak-anak lebih banyak melihat sajian materi
yang ada dalam LKS yang telah dimilikinya. (4) Penyajian materi dalam
LKS kurang dikaitkan dengan masalah-masalah nyata, sehingga kurang
memotivasi semangat belajar siswa. (5) Dominasi guru dalam kegiatan
pembelajaran masih tampak, sehingga kadang-kadang masih dilakukan
penyampaian konsep secara langsung oleh guru tanpa melakukan pengaitan
dengan masalah sehari-hari atau masalah yang kontekstual. Hal ini
berimplikasi pada cara belajar siswa tidak jauh berbeda dengan sebelum
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
723
dilakukan penelitian ini. (6) Masih banyak siswa yang melakukan
kesalahan konsep, terutama konsep yang menjadi pendukung materi yang
akan dipelajari. (7) Jika dibandingkan dengan cara pembelajaran
sebelumnya, cara belajar siswa sudah mengalami perubahan, sudah banyak
siswa yang mau berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Ada beberapa catatan untuk siklus II. (1) Sistem pengelompokan
siswa dilaksanakan secara heterogen, baik dari segi kemampuan maupun
jenis kelamin. Situasi belajar jauh lebih kondusif, siswa sudah terbiasa
belajar secara berkelompok. Hampir semua siswa sudah terlibat secara aktif
dalam diskusi. (2) LKS yang dibuat guru sudah difungsikan secara
maksimal, sehingga anak-anak bisa berkonsentrasi mempelajari sajian
materi yang ada dalam LKS tersebut. (4) Penyajian materi dalam LKS
sudah banyak dikaitkan dengan masalah-masalah nyata, sehingga
memotivasi semangat belajar siswa. (5) Guru sudah bisa mengubah
kebiasaan mengajar yang lama dengan memberikan bantuan pada saat-saat
yang diperlukan saja. Pada setiap awal pembelajaran, guru melakukan
konfrontasi dengan mengaitkan masalah yang akan dibahas dengan masalah
dalam kehidupan sehari-hari. (6) Masih ada siswa yang melakukan
kesalahan konsep, terutama konsep yang menjadi pendukung materi yang
akan dipelajari. (7) Jika dibandingkan dengan cara pembelajaran
sebelumnya, cara belajar siswa sudah jauh berubah. Hampir semua siswa
mau berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Beberapa komentar yang diberikan oleh guru terkait dengan
tindakan yang dilakukan adalah berikut ini. (1) Pendekatan pembelajaran
ini sangat bagus untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa, karena
disamping siswa bisa belajar sesuai kemampuannya sendiri, mereka juga
bisa belajar dari temannya melalui kerja kelompok. (2) Dalam
melaksanakan pendekatan pembelajaran ini, guru harus membuat
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
724
persiapan-persiapan khusus, seperti menyiapkan RP yang relevan, LKS dan
soal-soal yang sesuai.(3) Pembelajaran seperti ini dapat membantu siswa
untuk lebih kreatif dalam mengikuti pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari
adanya perubahan sikap siswa terhadap hakikat matematika dan terhadap
prilaku siswa sendiri, yaitu tidak adanya perasaan takut atau tertekan,
meningkatnya keberanian siswa untuk bertanya, mengemukakan pendapat
dan tumbuh rasa saling membantu dalam memahami materi yang diberikan.
(4) Pembelajaran seperti ini mendorong siswa untuk belajar lebih mandiri.
Namun, beberapa kendala juga dialami guru dalam melaksanakan
pembelajaran ini, yaitu jumlah siswa yang terlalu banyak agak menyulitkan
dalam melakukan pemantauan dan perlu melakukan sosialisasi beberapa
kali kepada siswa sampai akhirnya mereka terbiasa belajar dengan cara
pembelajaran ini.
Beberapa kendala yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan
pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual adalah berikut ini. (a)
Mengubah kebiasaan mengajar lama (pembelajaran yang berpusat pada
guru) ke pembelajaran yang berpusat pada siswa agak sulit karena guru
mempunyai anggapan, sebelum dapat menyampaikan materi secara
langsung di depan kelas, merasa belum mengajar. (2) Dalam mengelola
pembelajaran dengan menerapkan sistem belajar berkelompok, agak sulit
diamati aktivitas belajar siswa secara keseluruhan, karena siswa terlalu
banyak. (3) Pada materi-materi matematika tertentu, agak sulit dibuat kaitan
dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Kendala yang dihadapi
oleh siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran ini adalah pembentukan
kelompok belajar secara acak menyulitkan mereka untuk bisa berdiskusi
karena dalam beberapa kelompok terdapat anak-anak yang kemampuannya,
rata-rata kurang.
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
725
Upaya-upaya yang dilakukan untuk menangani masalah-masalah
yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran adalah berikut ini. (a)
Melatihkan kebiasaan mengajar guru yang berpusatkan pada siswa. Hal ini
dilakukan antara lain dengan jalan melakukan diskusi bersama peneliti
tentang pelaksanaan pendekatan kontektual secara benar, melihat contohcontoh pembelajaran yang berbasis kontektual melalui rekaman vidio,
membangkitkan komitmen guru untuk melaksanakan pendekatan
pembelajaran ini secara sungguh-sungguh. (b) Melaksanakan pembentukan
kelompok siswa secara heterogen, baik dari segi kemampuan akademik
maupun jenis kelamin. (c) Mencari contoh-contoh penggunaan matematika
dalam kehidupan sehari-hari dengan memberikan contoh-contoh kejadian
yang nyata maupun melalui cerita-cerita yang dikarang oleh guru.
3.2 Pembahasan
Sebelum pelaksanaan tindakan dimulai, dilakukan sosialisasi kepada
guru tentang pendekatan kontekstual dalam pembelajaran. Sosialisasi ini
dilakukan dengan jalan memberikan kesempatan kepada guru untuk
mempelajari pendekatan pembelajaran ini secara teoretis terlebih dahulu.
Setelah guru paham secara teoretis, peneliti memberikan contoh-contoh
pembelajaran matematika SMP yang berbasis kontekstual melalui rekaman
video. Kegiatan sosialisasi ini dilanjutkan dengan mengadakan diskusi
antara guru dan peneliti terkait dengan contoh-contoh rekaman
pembelajaran tersebut dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan. Pada
saat itu timbul permasalahan dari guru, bahwa guru merasa agak pesimis
untuk bisa melaksanakan pendekatan pembelajaran ini. Namun, dengan
komitmen yang sungguh-sungguh dari guru disertai dengan kolaborasi
bersama peneliti, kemudian disepakati untuk menyusun perangkat
pembelajaran yang mendukung pelaksanaan tindakan ini.
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
726
Pada siklus I, banyak kendala yang dialami guru dalam
melaksanakan pendekatan kontekstual ini. Guru selalu saja merasa ‘belum
mengajar’ kalau belum sempat menyampaikan materi pelajaran secara
langsung kepada siswa. Hal ini mengakibatkan keterlibatan anak dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran masih kurang. Anak-anak dilibatkan
dalam kegiatan diskusi hanya pada saat mengerjakan soal-soal saja. Upaya
penggalian konsep materi secara mandiri masih sangat kurang, karena
konsep yang dipelajari siswa sudah disampaikan secara langsung oleh guru.
Siswa belum berani/belum mau mengungkapkan gagasan-gagasannya
karena situasi untuk itu belum diciptakan oleh guru. Materi pembelajaran
yang dirancang belum banyak dikaitkan dengan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
Pada siklus I, siswa belum terbiasa belajar secara berkelompok.
Setiap akan mencari kelompoknya, para siswa sangat ribut sehingga situasi
kelas sangat gaduh. Waktu yang diperlukan untuk mencari kelompok
masing-masing cukup banyak. Siswa belum bisa berdiskusi dalam
kelompok masing-masing, di samping karena dalam satu kelompok ada
siswa yang kemampuan akademiknya sama-sama kurang, juga karena
mereka belum bissa menyadari hakikat dari belajar secara berkelompok,
sehingga masih banyak tampak dalam satu kelompok hanya beberapa siswa
saja yang aktif bekerja, sementara siswa yang lainnya bermain-main dengan
temannya. Dengan demikian, pelaksanaan pendekatan kontekstual pada
siklus I, belum berlangsung secara efektif.
Akibat dari belum efektifnya pelaksanaan pendekatan pembelajaran
yang direncanakan, pada siklus I hasil yang dicapai belum sesuai dengan
yang diharapkan. Tetapi, keterlibatan siswa dalam kegiatan pembalajaran
sudah menunjukkan kemajuan yang cukup berarti walaupun prestasi belajar
yang dicapai masih jauh dari harapan.
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
727
Dengan memperhatikan kekurangan-kekurangan serta beberapa
keberhasilan yang dicapai pada siklus I, guru bersama peneliti sepakat
untuk melaksanakan siklus II dengan melakukan beberapa perbaikan,
yaitu : (1) mengulang pembentukan kelompok dengan memperhatikan
kemampuan akademik yang diperoleh dari prestasi belajar yang dicapai
pada siklus I, (2) mengaitkan materi yang dipelajari siswa dengan masalahmasalah dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, dalam membahas
materi tentang perbandingan dua pecahan, guru meminta siswa untuk
menyimak cerita yang telah disiapkan seperti berikut ini. Anak-anak,
kemarin Bapak pergi ke air panas. Di sana, Bapak mendengar percakapan
dua orang anak yang bernama Rudi dan Indra seperti ini,
Rudi : Indra, kakekku punya rumah antik, katanya sudah berumur 1
½ abad.
Indra : Nenekku juga, punya villa peninggalan kakekku malah umur
villanya katanya sudah ¾ abad.
Rudi : Wah, kalau begitu rumah siapa yang umurnya lebih tua ya?
Kemudian guru melanjutkan dengan meminta anak-anak untuk membantu
Rudi dan Indra untuk menentukan umur rumah yang lebih tua.
Cerita yang disampaikan oleh guru tersebut mampu mengalihkan
perhatian anak untuk mempelajari materi tentang membandingkan dua
pecahan. Mereka bisa memahami bahwa untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut, mereka harus membandingkan kedua pecahan, yaitu
1 ½ dengan ¾ .
Contoh yang lain adalah pada waktu membahas materi tentang
penjumlahan pecahan, guru menyajikan permasalahan berikut ini. Anakanak, kemarin nenek anak saya pergi ke pasar. Sebelum berangkat, cucunya
berpesan, « Nek, nanti belikan oleh-oleh ya! » Kemudian nenek berangkat
ke pasar dengan membeli barang-barang antara lain : beras 2 ½ kg,
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
728
daging ¼ kg, gula ¾ kg, jeruk 1 ½ kg. Sesampai di rumah, nenek disambut
oleh cucunya dengan gembira, sambil berkata :
Cucu : Hore nenek datang, mana oleh-olehnya nek ?
Nenek : Ini dalam tas, bantu nenek dulu mengangkatnya !
Cucu : Waduh nek, kok belanjaan nenek berat sekali, berapa kilo
ini nek ?
Nenek : Nenek tidak tahu.
Kemudian guru melanjutkan dengan meminta anak-anak untuk membantu
nenek tersebut agar bisa menjawab pertanyaan cucunya.
Cerita yang disajikan oleh guru tersebut mampu menarik perhatian
anak untuk belajar lebih serius. Anak-anak mampu memahami bahwa yang
harus dilakukan oleh nenek adalah menjumlahkan berat semua barang yang
dibeli. Akhirnya, mereka tertarik untuk mempelajari cara menjumlahkan
pecahan.
Cara-cara yang dilakukan oleh guru, yaitu dengan lebih banyak
mengaitkan materi matematika yang dipelajari dengan kegunaan dalam
kehidupan sehari-hari, mampu menarik perhatian siswa untuk belajar
matematika selanjutnya. Di samping itu, pembentukan kelompok secara
heterogen mampu menciptakan suasana belajar yang lebih kondusif.
Hampir semua siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan diskusi. Terkait
dengan belajar berkelompok, dalam penelitian ini dilakukan juga
pengumpulan pekerjaan masing-masing anggota kelompok untuk
memperoleh skor kelompok sehingga kalau ada salah satu anggota
kelompok yang hasil pekerjaannya salah, akan dipengaruhi nilai
kelompoknya. Cara seperti itu bisa memotivasi siswa untuk mau saling
bantu, yang kemampuannya ‘lebih’ mau membantu yang ‘kurang’ begitu
juga yang kemampuannya ‘kurang’ tidak segan-segan bertanya kepada
temannya yang ‘lebih mampu’.
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
729
Pada siklus II, peneliti dan guru merasa sama-sama puas dengan
situasi belajar yang tercipta. Anak-anak sudah mulai bisa belajar dalam
kelompok-kelompok kecil. Situasi kelas pada saat pembentukan kelompok
tidak lagi ribut karena mereka sudah terlatih. Dari sini peneliti dan guru
berkesimpulan bahwa mengubah cara belajar siswa memerlukan latihan
yang cukup lama. Melihat perubahan cara belajar siswa dari cara-cara
belajar sebelumnya, peneliti dan guru merasa sangat puas. Hal ini juga
tampat dari angket yang disebarkan untuk siswa. Hampir semua siswa
memberikan tanggapan yang positif terhadap tindakan yang dilakukan.
Beberapa komentar yang mereka sampaikan adalah cara belajar seperti ini
agar terus dilakukan karena mereka bisa saling berdiskusi dengan
temannya. Mereka merasa tidak tegang lagi kalau belajar matematika
karena situasinya sangat akrab. Mereka tidak malu-malu lagi untuk
bertanya baik kepada guru maupun kepada temannya. Diberikannya ceritacerita yang menarik membuat mereka semakin sadar bahwa materi
matematika yang dipelajari ternyata sangat berguna untuk kehidupan
sehari-harinya.
Melihat terjadinya perubahan cara belajar siswa seperti yang
tersebut di atas, peneliti dan guru menganggap pelaksanaan penelitian ini
sudah banyak memberikan hasil, walaupun prestasi belajar siswa masih
jauh dari yang diharapkan. Belum tercapainya prestasi belajar seperti yang
ditargetkan tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa faktor
tersebut adalah berikut ini. (a) Ada miskonsepsi dari siswa yang sangat sulit
untuk diubah. Sebagai contoh, dalam mengubah pecahan menjadi pecahan
senilai.
3
15
menjadi
dikerjakan dengan proses seperti berikut.
4
20
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
730
3
15
x5=
4
20
Contoh lain, dalam membandingkan dua pecahan
15
16
dengan
, diperoleh
20
20
15
16
<
, karena 15 lebih kecil dari 16.
20
20
Dilihat dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa tersebut,
tampak kesalahan terjadi pada konsep-konsep dasar yang seharusnya sudah
mereka pahami sebelum mempelajari materi pecahan selanjutnya.
Kesalahan ini sifatnya konsisten, walaupun sudah dijelaskan sebelumnya
tentang konsep yang benar oleh guru, tetapi pada saat-saat tertentu
kesalahan yang sama dilakukan lagi oleh siswa. (b) Materi pecahan,
memang merupakan materi pelajaran yang selalu dianggap paling sulit oleh
siswa. Hal ini terjadi karena makna pecahan sendiri belum dikuasai dengan
baik. Banyak hal yang dilakukan oleh siswa hanya berdasarkan hafalan dari
cara-cara yang telah diperkenalkan oleh guru ketika berada di sekolah
dasar.
4. Penutup
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, beberapa hal dapat
disimpulkan dari pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada kelas IF SMP
Negeri 2 Singaraja. (a) Rencana pembelajaran (RP) yang disusun oleh guru
berkualitas baik. Hal ini bisa dilihat dari RP yang disusun sudah sesuai
dengan konsep KBK. (b) Kemampuan guru dalam mengelola kegiatan
pembelajaran semakin meningkat. Hal ini bisa dilihat dari kualitas
kemampuan mengajar guru pada siklus I berkategori ‘baik’ dan pada siklus
II menjadi ‘sangat baik’. (c) Aktivitas belajar siswa mengalami
peningkatan, yaitu dari katagori ‘aktif’ pada siklus I, menjadi ‘sangat aktif’
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
731
pada siklus II. (d) Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari
kriteria ‘cukup’ pada siklus I, menjadi ‘baik’ pada siklus II. (e) Guru dan
siswa sama-sama memberikan tanggapan yang ‘sangat positif’ terhadap
pelaksanaan tindakan menggunakan pendekatan kontekstual. (f) Kendalakendala yang dijumpai dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan
pendekatan kontekstual adalah berikut ini. (i) Mengubah kebiasaan
mengajar lama (pembelajaran yang berpusat pada guru) ke pembelajaran
yang berpusat pada siswa ternyata tidak gampang; (ii) Dalam mengelola
pembelajaran dengan menerapkan sistem belajar berkelompok, peneliti
agak sulit mengamati aktivitas belajar siswa secara keseluruhan karena
siswa terlalu banyak ; (iii) Pada materi-materi matematika tertentu, agak
sulit membuat kaitan antara penerapan matematika dan permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari ; (iv) Pembentukan kelompok belajar secara
acak menyulitkan siswa untuk bisa berdiskusi karena dalam beberapa
kelompok terdapat anak-anak yang kemampuannya, rata-rata kurang. (g)
Upaya-upaya yang dilakukan untuk menangani masalah-masalah yang
dihadapi dalam kegiatan pembelajaran, adalah berikut ini. (i) Peneliti
melatihkan kebiasaan mengajar guru, yang berpusatkan pada siswa. Hal ini
dilakukan antara lain dengan jalan melakukan diskusi bersama peneliti
tentang pelaksanaan pendekatan kontektual secara benar, melihat contohcontoh pembelajaran yang berbasis kontektual melalui rekaman vidio,
membangkitkan komitmen guru untuk melaksanakan pendekatan
pembelajaran ini secara sungguh-sungguh ; (ii) dilaksanakan pembentukan
kelompok siswa secara heterogen, baik dari segi kemampuan akademik
maupun jenis kelamin ; (iii) Dicari contoh-contoh penggunaan matematika
dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh-contoh kejadian
yang nyata maupun melalui cerita-cerita yang dikarang oleh guru.
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
ISSN 0215 - 8250
732
Beberapa saran yang perlu dipertimbangkan terkait dengan
pelaksanaan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran matematika
adalah berikut ini. (a) Pendekatan kontektual dalam pembelajaran
hendaknya dilaksanakan dalam setting belajar koperatif agar siswa bisa
saling berdiskusi dan masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab
terhadap keberhasilan kelompoknya. (b) Pengaitan materi yang akan
dibahas dengan permasalahan sehari-hari atau yang sesuai dengan dunia
nyata siswa hendaknya dirancang lebih awal dan dipersiapkan dengan baik
(bila perlu dirancang dalam LKS). (c) LKS hendaknya diberikan pada
masing-masing siswa agar mereka dapat berdiskusi lebih baik dan tidak
terjadi saling tarik menarik LKS. (d) Guru dalam kegiatan pembelajaran
hendaknya mengontrol kegiatan diskusi masing-masing kelompok dan
memberi bantuan pada saat-saat yang diperlukan saja. (e) Waktu untuk
mendiskusikan LKS hendaknya dibatasi, disesuaikan dengan waktu yang
tersedia dan banyaknya materi yang dibahas.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning). Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Puskur. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Kurikulum Hasil Belajar).
Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXIX Oktober 2006
Download