Tahun ini, Lisbon mengenang 260 tahun tragedi Gempa Besar dan

advertisement
80
81
Tahun ini, Lisbon
mengenang 260
tahun tragedi
Gempa Besar
dan 500 tahun
pendirian Menara
Belém—dua
momen penting
yang membentuk
sejarahnya.
Atiqah Hasiholan
menyelami
keindahan kota
terbesar di tepi
barat Eropa ini.
C r i s ti a n R a h a d i a n s ya h
Foto oleh U le t I fa n s a s ti
penata gaya oleh Pe te r z e we t
artwork oleh S a m Pi e r p o i nt
Oleh
DestinAsian.co.id – Mei / Juni 2015
Monumen Maritim
Menara Belém,
simbol kejayaan
maritim Portugal,
berdiri di tepi Sungai Tagus yang
mengalir ke Samudra Atlantik.
Busana oleh
Halston Heritage.
Mei / Juni 2015 - DestinAsian.co.id
82
Kaleidoskop Kota
Area kolam
Valverde, hotel
yang berkiblat pada
gaya townhouse
New York. Busana
oleh Diane von
Furstenberg;
sepatu oleh
Michael Kors.
Kanan, dari atas:
Desa historis
Alfama dengan
latar Gereja São
Vicente de Fora.
Busana dan sepatu
oleh Hermès.
Terreiro do Paço,
alun-alun utama
yang dihuni banyak
monumen, kafe,
serta sebuah toilet
umum 'terseksi'
di Lisbon. Busana
dan sepatu oleh
Michael Kors.
83
hikayatnya kabur. Salah satu versi cerita mengklaim
Fado dipengaruhi oleh seni tari asal Afrika. Portugal
memang memiliki riwayat panjang dengan bangsa
muslim Moor asal Afrika Utara. Kata Fado berarti
“takdir,” dan lagu-lagunya kerap disertai ekspresi
“oxala,” serapan dari kata insya-Allah.
Di Lisbon, Fado dipentaskan di banyak ruang
seni. Tapi suguhan paling autentik hanya tersaji di
tanah kelahirannya, Desa Alfama, tempat Atiqah
malam ini berada. Alfama adalah desa elok yang
bertengger di lereng dan dibelah-belah oleh gang
sempit bagaikan labirin. Salah satu desa terindah di
tengah Lisbon yang metropolis.
Atiqah mendarat di Lisbon di ujung musim
dingin. Aktris yang pernah berperan dalam 17 film
Rabu malam, Atiqah Hasiholan menyempil di antara tamu, saling bersinggungan
siku, duduk canggung di sebuah kafe remang yang
diterangi lilin. Seorang wanita dan dua gitaris lalu
tampil ke muka. Pintu ditutup. Telepon genggam
dibungkam. Hening mengembang. Pentas agaknya
bakal segera dimulai. Pentas paling membius di
tanah Lisbon.
Sang biduan membawakan nomor-nomor andalannya. Dia bernyanyi dalam bahasa Portugis.
“Lagu ini mengisahkan kekasihnya yang tergoda
wanita lain di bar,” Ricardo, seorang pengunjung,
berbisik pelan. Katanya lagi, Fado senantiasa
mendendangkan lirik-lirik yang melankolis, menyuarakan ratapan dan jeritan hati, menuturkan
rindu yang tak sampai atau hari-hari yang murung.
“Pentas yang berkesan,” ujar Atiqah. “Saya tak
mengerti liriknya, tapi bisa merasakan maksudnya.”
Fado adalah salah satu ikon budaya Portugal.
Oleh UNESCO, seni rakyat ini dinobatkan sebagai
Intangible Cultural Heritage of Humanity pada 2011.
Dan layaknya seni rakyat, penciptanya tak jelas,
DestinAsian.co.id – Mei / Juni 2015
Portugal
Lisbon
Rute
Penerbangan ke
Lisbon dilayani
antara lain oleh
Qatar Airways
(qatarairways.com),
Singapore Airlines
(singaporeair.com),
serta Turkish Airlines
(turkishairlines.com)—
semuanya dengan
transit dua hingga
tiga kali.
Mei / Juni 2015 - DestinAsian.co.id
84
85
Panorama Basilika
Hotel da Estrela
menawarkan
piknik di taman
yang menatap
Basilika Estrela.
Topi dan selendang sutra oleh
Hermès; sandal
oleh Michael Kors.
Halaman kanan:
Rumah bersejarah
milik José Maria
da Fonseca, perusahaan wine yang
dirintis pada 1834.
Busana oleh Etro.
Penginapan
Berlokasi di bulevar
utama kota, Valverde
Hotel (Avenida da
Liberdade 164, 35121/0940-300; valver
dehotel.com; mulai
dari Rp4.226.000)
menawarkan akses
mudah untuk menjelajahi pusat kota dan
berbelanja. Hotel ini
didesain oleh arsitek
José Pedro Vieira dan
Diogo Rosa Lã dengan berkiblat pada
gaya townhouse New
York. Bagi penggemar
sejarah, Altis Belém
Hotel (Doca do Bom
Sucesso 1400-038;
351-21/0400-200;
altishotels.com; mulai
dari Rp3.423.000)
menawarkan lokasi
yang ideal: persis di
tepi sungai, beberapa
menit berjalan kaki
dari Menara Belém
dan Belém Cultural
Center. Salah satu
hotel paling atraktif
di Lisbon, Hotel da
Estrela (Rua Saraiva
de Carvalho 35;
351-21/190-0100;
hoteldaestrela.com;
mulai dari Rp1.718.
000), mengusung
tema “sekolah”
dalam desainnya.
Ada karpet berhiaskan rumus matematika, formulir tamu
mirip kertas ulangan
siswa, juga lobi berisi
papan tulis. Aktivitas
uniknya adalah piknik
di taman yang menyuguhkan panorama Basilika Estrela.
DestinAsian.co.id – Mei / Juni 2015
ini melompat-lompat ke banyak tempat, berusaha
menyelami keindahan kota terbesar di tepian barat
Eropa ini. “Sebelumnya saya tidak mengenal Lisbon,
juga Portugal. Ketika akhirnya sampai, saya cukup
terkejut mendapati kota ini ternyata sangat siap
menyambut wisatawan,” ujarnya.
Lisbon punya hikayat yang panjang dan akbar. Ia
adalah salah satu kota tertua di dunia, bahkan jauh
lebih tua dari London dan Paris. Dari sinilah dulu
para petualang dunia—mulai dari Vasco da Gama
hingga Bartolomeu Dias—bertolak dengan kapal
layar guna memetakan bumi sekaligus melebarkan
sayap imperium Portugal hingga ke Afrika, Amerika,
dan Asia, termasuk Indonesia.
Sejak abad ke-13, Lisbon menyandang status
Ibu Kota Portugal. Luasnya 85 kilometer persegi,
kira-kira separuh luas Jakarta Timur, sementara
populasinya mencapai 550.000 jiwa, ditambah 2,5
juta jiwa lainnya yang hidup tersebar di kawasan
satelit Metropolitan Area.
“Lisbon menampilkan
desain yang menarik. Tata
kotanya sangat dijaga. Rumah dan bangunan terlihat memiliki tema senada,” jelas Atiqah. “Kelebihan lainnya, turis belum
terlalu banyak. Berjalanjalan di kota ini sangat
menyenangkan.”
Tapi Lisbon yang kini
dilihatnya sebenarnya Lisbon yang “baru.” Selain
Desa Alfama, hampir sekujur kota merupakan produk rekayasa sipil yang
digelar pada abad ke-18.
Syahdan, pada 1 November
1755, gempa mengguncang
Lisbon, mengirimkan tsunami yang menyapu kota,
dan mencabut 60.000
nyawa—seperempat populasi kota kala itu.
Dan bencana itu tak
cuma mengoyak bumi, tapi
juga iman. Di hari nahas
itu, warga sedang memperingati All Saints’ Day
dengan menggelar beragam ritual. Gereja sesak
oleh jemaah. Lilin-lilin disulut di penjuru kota. Lilin
ini jugalah yang kemudian
mengakibatkan banyak gedung terbakar setelah
bumi bergoyang. Pascagempa, orang-orang mulai
mempertanyakan Tuhan.
Benarkah Dia maha penyayang? Apalagi, ketika
banyak gereja rata dengan tanah, sejumlah rumah
bordil justru selamat.
Pascagempa, Lisbon dibangun ulang. Kota ini
melakoni operasi rekonstruksi wajah paling monumental dalam sejarah Portugal. Di bawah titah
Raja Joseph I, beberapa bagian kota dicetak ulang
dalam semangat Zaman Pencerahan yang sedang
membasuh Eropa. Dari puing dan bara, Lisbon
terlahir kembali. Tapi ia bukan Lisbon yang sama,
baik dalam hal penampilan maupun keyakinan.
Waktu bergulir dan Lisbon terus merekah,
termasuk di sektor pariwisata. Kota ini mengoleksi
beragam atraksi yang menggugah. Pencinta seni
bisa menyambangi Museum Calouste Gulbenkian
untuk menikmati karya Rembrandt dan Monet;
atau ke Museum Berardo untuk menengok guratan
apik Andy Warhol dan Picasso. Mereka yang ingin
menyelami sejarah bisa mampir ke Biara Jerónimos
untuk menyimak silsilah egg tart ikonis “pastel de
Mei / Juni 2015 - DestinAsian.co.id
86
Alfama Autentik
Chafariz d'el Rey,
gedung kerajaan
yang dikerek pada
abad ke-13 di kaki
Desa Alfama dan
kini dihuni sebuah
hotel trendi. Busana dan aksesori
oleh Hermès.
DestinAsian.co.id – Mei / Juni 2015
87
Mei / Juni 2015 - DestinAsian.co.id
88
Kantong Kreatif
Interior toko
buku Ler Devagar
di LX Factory,
kompleks yang
dijuluki 'creative
island.' Busana
oleh Halston
Heritage. Kanan,
dari atas: River
cruise bersama
operator Tours
for You untuk
menyaksikan
lanskap kota.
Busana oleh
Michael Kors.
Chiado, kawasan
bohemian yang
dihuni seniman
dan penulis.
Busana oleh
Tex Saverio.
89
nata,” atau ke Gereja São Roque untuk terpukau
oleh kapel berlapis emas. Sementara bagi mereka
yang doyan makan, Lisbon menawarkan beragam
restoran bergaya alfresco, ditambah tiga restoran
berbintang Michelin. “Bagi anak muda Indonesia,
terutama kaum hipster,” ujar Atiqah, “Lisbon bisa
menjadi alternatif yang menarik dan segar dari kotakota populer lain di Eropa.”
River cruise adalah cara terbaik untuk menyaksikan lanskap kota. Atiqah melakoninya
bersama Tours for You, operator dengan spesialisasi
tailor-made tour. Menaiki perahu layar, Atiqah
menyusuri Sungai Tagus dan melintasi kolongkolong jembatan yang menghubungkan pusat kota
dengan kawasan permukiman. Di kejauhan, Patung
Yesus menjulang dengan tangan terbuka seolah
hendak mengayomi seisi kota.
Tagus berhulu di Spanyol dan bermuara di
Samudra Atlantik. Sungai ini begitu luas, hingga
kadang terlihat seperti lautan. Di atasnya, jembatanjembatan perkasa melintang, termasuk Jembatan
Vasco da Gama yang merupakan jembatan terpanjang di Eropa dengan bentangan 17 kilometer,
tiga kali lipat Suramadu.
Di depan Terreiro do Paço, alun-alun utama
kota, nakhoda mematikan mesin dan membiarkan
perahu terapung mengikuti arus sungai. Di bawah
siraman mentari senja, Lisbon memperlihatkan
wajah tercantiknya. Atiqah menyaksikan rumah-
Informasi
Operator Tours for
You (toursforyou.pt)
menawarkan tailormade tour dengan
tema beragam,
mulai dari river
cruise, wine, hingga
kuliner. Khusus tema
olahraga, operator
ini bisa mengadakan
coaching clinic
dengan atletatlet kelas dunia,
termasuk Radamel
Falcao dan Jackson
Martinez. Untuk
informasi seputar
tempat wisata dan
jadwal acara di
Lisbon dan Portugal,
kunjungi situs
Tourism Portugal
(visitportugal.com).
DestinAsian.co.id – Mei / Juni 2015
rumah beratap genting dan gedung-gedung tua
yang mengukir tujuh bukit. Di sisi atas kota, Kastil
São Jorge berdiri perkasa bagaikan mahkota dari
masa silam. Sore ini, Lisbon menunjukan dengan
sempurna makna dari dua julukannya: Kota Tujuh
Bukit dan Ratu Laut.
“Lisbon juga kadang dijuluki California versi
Eropa,” ujar Nuno Tavares, pendiri Tours for You.
“Warganya cukup santai. Mereka tampil rapi, tapi
tidak berlebihan. Kota ini memiliki sungai, bukit,
dan pantai yang bisa dijangkau dalam waktu
singkat. Tak banyak ibu kota negara di Eropa yang
menawarkan kemewahan alam semacam itu.”
Di hari yang lain, Atiqah singgah di LX Factory,
bekas pabrik tekstil dari abad ke-19 yang beralih
fungsi menjadi sarang hangout paling eksentrik di
Lisbon. Dijuluki “creative island,” kompleks seluas
2,3 hektare ini menaungi restoran berdesain rustic,
galeri bergaya industrial, dan kafe beraliran hipster.
Magnet utamanya adalah Ler Devagar, toko
buku dua lantai yang menempati gedung berbentuk
hanggar dan menjajakan beragam karya penulis
Mei / Juni 2015 - DestinAsian.co.id
90
lokal dan asing, termasuk
buku-buku sepuh yang
langka. Di seberangnya,
ada kafe Landeau yang
menjajakan kue cokelat
terlezat di Lisbon versi
majalah Time Out.
“LX Factory adalah salah satu tempat yang paling menarik di Lisbon,”
kata Atiqah. “Kompleks ini
mengubah tempat yang
bangkrut akibat krisis menjadi wadah yang artistik.
Sebuah bukti bagaimana
desain bisa menjadi solusi
dari masalah.”
Tak semua monumen
di Lisbon hancur diterjang
gempa. Menara Belém,
struktur yang menyerupai
benteng catur, masih tegap berdiri sejak didirikan
persis 500 tahun silam.
Bangunan berarsitektur
Manueline ini tak cuma
mengawal kota dari invasi asing, tapi juga
menjadi monumen yang
melambangkan kejayaan
maritim Portugal. Dari
sinilah dulu para petualang laut dilepas dan
ekspedisi-ekspedisi akbar
dimulai. Pada 1983, Menara Belém ditetapkan oleh
UNESCO sebagai Situs
Warisan Dunia.
“Tiap kali pergi ke luar
negeri, saya selalu mencari pengalaman yang benarbenar tidak bisa dirasakan di Indonesia, terutama
dengan mencoba restoran dan penginapan khas
lokal,” ujar Atiqah, yang hingga kini sudah mengunjungi 20-an negara.
Di Lisbon, sensasi khas lokal itu didapat dari
wine. Portugal adalah produsen wine terbesar ke12 di dunia. Jauh tertinggal dari Prancis dan Italia
memang, tapi kualitasnya cukup impresif. Tahun
lalu, tiga dari lima wine terbaik sejagat versi Wine
Spectator, berasal dari Portugal.
Tempat terbaik untuk mengenali wine lokal
adalah José Maria da Fonseca, perusahaan yang
dirintis pada 1834 dan dikenal sebagai produsen
“table wine” tertua di Portugal. Cellar-nya berjarak
sekitar 30 menit dari pusat kota, terhubung oleh
Jembatan 25 de Abril yang menyerupai Golden Gate.
Usai melewati gerbangnya, kita akan mendarat
di manor house yang dibangun pada abad ke-19
dan pernah direstorasi pada 1923 oleh arsitek asal
DestinAsian.co.id – Mei / Juni 2015
91
Swiss, Ernesto Korrodi. Di samping rumah terdapat
gudang-gudang pengendapan wine yang dipenuhi
barel-barel uzur dengan usia rata-rata di atas seabad.
Beberapa barel berukuran sangat besar sampaisampai harus dirakit di dalam gudang.
Cellar terkesan tak terurus: berdebu, dekil,
dipenuhi sarang laba-laba. Tapi semua ini rupanya
disengaja. “Memang sengaja tak dibersihkan,” ujar
Sofia Franco, anggota generasi ketujuh pendiri
perusahaan. “Laba-laba dibutuhkan dalam perawatan cellar. Mereka menyantap serangga yang gemar menggerogoti barel kayu.”
Tur-tur wine digelar setiap hari di José Maria da
Fonseca. Tur dimulai dengan kunjungan ke manor
house dan ditutup dengan wine tasting. Perusahaan
ini memproduksi sekitar 40 label. Bahan utamanya
dipasok dari lima kawasan perkebunan anggur di
Portugal. Bersama Fado, Menara Belém, serta gerejagereja sepuh, wine adalah kreasi sejarah yang terus
bertahan melewati waktu di Lisbon.
Makan & Minum
• Horta dos Brunos.
Tempat sederhana
yang menyajikan
menu lokal dalam
porsi besar dan rasa
yang berani. Rua da
Ilha do Pico 27.
• Feitoria. Satu dari
tiga restoran di
Lisbon yang memiliki
bintang Michelin.
Tamu bisa memesan
“creative menu” yang
berisi kreasi kejutan
dari sang koki, João
Rodrigues. restaurant
efeitoria.com.
• LX Factory. Sarang
hangout paling
atraktif. Magnetnya antara lain
Landeau (landeau.
pt) yang menjajakan
chocolate cake; toko
buku Ler Devagar
(lerdevagar.com);
dan restoran Cantina.
lxfactory.com.
• By the Wine.
Restoran milik perusahaan wine José
Maria da Fonseca.
Menawarkan beragam menu lokal
dan sesi-sesi wine,
mulai dari peluncuran
produk hingga kelas
wine. jmf.pt.
• Deli Delux. Tempat
brunch yang populer
di akhir pekan. Di sisi
depannya terdapat
toko yang menjajakan aneka camilan
dan wine lokal.
delidelux.pt.
• Mesa de Frades.
Rumah tua di Desa
Alfama. Tempat ideal
untuk menyeruput
wine lokal sembari
menyaksikan pentas
Fado. Rua dos
Remédios 139a.
Situs Sejarah
Museu da Água,
museum yang
menempati
reservoir dari abad
ke-18. Busana oleh
Tex Saverio. Kanan:
Trem membelah
Alfama, desa
yang selamat dari
gempa 260 tahun
silam. Busana, tas
rajut, dan sepatu
oleh Michael by
Michael Kors;
kacamata oleh
Michael Kors.
Mei / Juni 2015 - DestinAsian.co.id
Download