intensifikasi tes formatif dan umpan balik terstruktur melalui

advertisement
ISSN 0215 - 8250
343
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN
METODE SQ3R DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP
oleh
I Gusti Ngurah Pujawan
Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
Tujuan utama dari penelitian ini adalah (a) meningkatkan aktivitas
belajar siswa, dan (b) meningkatkan prestasi belajar siswa. Data tentang
aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran dikumpulkan melalui observasi,
dan data prestasi belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes
prestasi belajar. Selanjutnya, data yang telah terkumpul dianalisis secara
deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif dengan metode SQ3R meningkatkan aktivitas dan
prestasi belajar siswa.
Kata kunci : pembelajaran kooperatif, metode SQ3R.
ABSTRACT
The aims of this research was to improve: (a) students’ activity, and
(b) students’ achievement. Data of students’ activities were collected
through observation and data of students’ achievement collected using
achievement test. Thus, the collected data were analyzed descriptively. The
result of this research showed that implementation of cooperative learning
model with SQ3R methods improved the students’ activities and the
students’ achievement.
Key words: cooperative learning, SQ3R methods.
_______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVIII Juli 2005
ISSN 0215 - 8250
344
1. Pendahuluan
Berbagai upaya terpadu telah dilakukan pemerintah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan, misalnya melalui penyempurnaan
kurikulum 1984 menjadi kurikulum 1994 dan selanjutnya mulai tahun 2004
pemerintah mulai menerapkan kurikulum baru yang disebut dengan
kurikulum berbasis kompetensi (KBK), penataran guru tentang proses
belajar mengajar, kegiatan MGMP, dan sebagainya. Namun demikian,
semua usaha tersebut belum membuahkan hasil yang optimal. Hal ini
tercermin dari Nilai Ebtanas Murni (NEM) atau Nilai Ujian Akhir Murni
(NUAM) siswa yang masih rendah. Rendahnya prestasi belajar yang
diperoleh siswa, khususnya dalam mata pelajaran matematika SMP dapat
dilihat dari rata-rata NEM yang dicapai sampai saat ini masih menjadi
sorotan dari banyak pihak di masyarakat. Secara berturut-turut dalam lima
tahun terakhir ini, yaitu sejak tahun ajaran 1997/1998 sampai dengan
2001/2002 untuk tingkat
Kabupaten Buleleng rerata NEM/NUAM
matematika yang diperoleh siswa SMP belum pernah melampui 6,0
(Depdiknas Kab. Buleleng, 2002). Berdasarkan informasi yang diperoleh
dari salah seorang guru matematika di SMP Negeri 4 Singaraja, bahwa ratarata perolehan NEM/NUAM matematika siswa SMP Negeri 4 Singaraja
pada tahun ajaran 2001/2002 berkisar 4,69. Hal ini menunjukkan bahwa
prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika belum memenuhi
harapan, dan keadaan ini perlu mendapat kajian yang mendalam bagi
kalangan praktisi pendidikan untuk mengetahui faktor-faktor penyebabnya
serta mencari solusinya.
Hasil observasi yang dilakukan pada saat pelaksanaan Program
Academic Staff Deployment (ASD) tahun 2001 terhadap pembelajaran
_______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVIII Juli 2005
ISSN 0215 - 8250
345
matematika di SMP Negeri 4 Singaraja menunjukkan bahwa salah satu
faktor yang diidentifikasikan sebagai penyebab rendahnya prestasi belajar
siswa adalah adanya asumsi yang keliru dari para guru pengajar matematika
yang menganggap bahwa, pengetahuan dapat ditransfer secara utuh dari
pikiran guru ke pikiran siswa. Dengan asumsi tersebut para guru mencoba
memfokuskan pelajaran matematika pada upaya penuangan pengetahuan
tentang matematika sebanyak mungkin kepada siswa. Dengan demikian,
metode transfer informasi yang sering dikenal dengan metode mengajar
klasik (ceramah) dianggap sebagai metode yang paling efektif dalam
menuangkan pengetahuan kepada siswa.
Pembelajaran matematika yang menggunakan metode ceramah akan
menghasilkan beberapa kelemahan, untuk itu penggunaan metode ini perlu
dikaji kembali dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran. Model
ceramah sangat tidak sesuai dalam pembelajaran matematika, karena
konsep-konsep yang terkandung dalam matematika merupakan konsep yang
memiliki tingkat abstraksi tinggi. Dengan model pembelajaran ini siswa
cenderung menghafal contoh-contoh yang diberikan guru tanpa terjadi
pembentukan konsepsi yang benar dalam struktur kognitif siswa. Keadaan
seperti ini membuat siswa mengalami kesulitan dalam memaknai konsep
sehingga beresiko tinggi terjadinya miskonsepsi. Terjadinya miskonsepsi ini
akan menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep
lebih lanjut.
Penyajian materi ajar matematika yang didominasi metode ceramah
semata-mata berorientasi kepada materi yang tercantum dalam kurikulum
dan buku teks. Bagi para siswa, belajar matematika tampaknya hanya untuk
menghadapi ulangan atau ujian, dan terlepas dari masalah-masalah nyata
_______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVIII Juli 2005
ISSN 0215 - 8250
346
dalam kehidupan sehari-hari sehingga pelajaran matematika dirasakan tidak
bermanfaat, tidak menarik, dan membosankan oleh peserta didik. Hal
tersebut akan bermuara pada rendahnya prestasi belajar yang diperoleh
siswa dalam pelajaran matematika.
Selain faktor-faktor di atas, terdapat satu faktor lainnya yang
mempunyai dampak yang cukup berarti terhadap prestasi belajar siswa,
yakni tingkat sosial ekonomi siswa. Secara umum, tingkat sosial ekonomi
siswa SMP Negeri 4 Singaraja relatif rendah, sehingga fasilitas belajar yang
dimiliki siswa sangat terbatas. Sebagian besar dari mereka kurang mampu
mengusahakan fasilitas belajar sendiri, seperti buku-buku sumber yang
disarankan guru, mereka hanya mengandalkan buku paket yang dipinjam
dari perpustakaan sekolah. Disamping itu, minat dan motivasi belajar siswa,
khususnya dalam belajar matematika sangat rendah.
Permasalahan di atas disikapi melalui suatu tindakan berupa
Penerapanan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Metode SurveyQuestion-Read-Recite-Review (SQ3R). Dipilihnya tindakan ini sebagai
alternatif pemecahan masalah dilandasi oleh beberapa agumentasi. Tantra
dan Tengah (1999) menyebutkan bahwa dalam belajar kooperatif siswa
diberi dua macam tanggungjawab yang harus mereka laksanakan. Pertama,
semua siswa terlibat dalam mempelajari dan menyelesaikan tugas yang
dibebankan. Kedua, meyakinkan bahwa hasil yang diperoleh mempunyai
manfaat bagi diri mereka dan siswa lain dalam kelompok bersangkutan. Nur
(1999) mengemukakan, bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran
yang
mengasumsikan
didasarkan
bahwa
siswa
atas
paham
akan
lebih
konstruktivisme
mudah
yang
mengkostruksi
pengetahuannya, lebih mudah menemukan dan memahami pemecahan
_______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVIII Juli 2005
ISSN 0215 - 8250
347
konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan dengan
temannya masalah yang dihadapi. Menurut Widja (1998), belajar kooperatif
lebih
memungkinkan
dapat
meningkatkan
peran
aktif
individu
dibandingkan dengan belajar secara konvensional. Peran aktif individu
dapat dimaksimalkan dalam belajar secara kooperatif, karena siswa
melakukan beraneka ragam tugas yang selalu disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing. Keuntungan spesifik dari pembelajaran
kooperatif untuk ukuran kelas yang besar adalah dapat meningkatkan
komunikasi dalam kelas. Pada kelas ukuran besar, interaksi antarsiswa dan
interaksi antara siswa dengan guru tidak mungkin dapat berlangsung dengan
efektif. Partisipasi belajar siswa menjadi terbatas sehingga keadaan ini
membuat siswa untuk pasif dalam kegiatan pembelajaran. Hal yang
demikian tidak terjadi dalam pembelajaran kooperatif, tugas-tugas
kelompok dikerjakan secara bersama melalui suatu proses berpikir yang
kreatif sehingga terjadi interaksi yang kondusif.
Metode
SQ3R memberi kemungkinan kepada para siswa untuk
belajar secara sistematis, efektif, dan efisien dalam menghadapi berbagai
materi ajar. Metode ini lebih efisien dipergunakan untuk belajar (Nur, 1999)
karena siswa dapat berulang-ulang mempelajari materi ajar dari tahap :
meneliti
bacaan
atau
materi
ajar
(Survey),
bertanya
(Question),
membaca/mempelajari (Read), menceritakan/menuliskan kembali (Recite)
dan meninjau ulang (Review). Pembelajaran dengan menggunakan metode
SQ3R ini membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan pembelajaran
yang dilakukan secara konvensional, namun metode ini lebih produktif
karena siswa terlibat aktif secara mental yang merupakan kunci belajar yang
efektif (Fisher, 1990). Dengan menerapkan langkah-langkah metode SQ3R
_______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVIII Juli 2005
ISSN 0215 - 8250
348
secara berulang-ulang, yaitu dari langkah Survey, Question, Read, Recite,
dan Review, siswa akan lebih memahami konsep-konsep matematika yang
dibahas, sehingga dengan memahami konsep-konsep tersebut akan dapat
menumbuhkembangkan motivasi siswa untuk mengungkapkan pendapat,
mengajukan pertanyaan serta menyimpulkan yang pada akhirnya bermuara
pada peningkatan hasil belajar mereka.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk : (a) meningkatkan
aktivitas belajar matematika siswa, dan (b) meningkatkan prestasi belajar
matematika siswa.
Manfaat praktis hasil penelitian ini adalah : (a) temuan-temuan
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh guru dalam
merancang dan melaksanakan program pembelajaran, (b) memberikan
pengalaman langsung kepada guru untuk mengimplementasikan model
pembelajaran kooperatif dengan metode SQ3R dalam upaya meningkatkan
kualitas pemebelajaran dan hasil belajar matematika siswa, dan melalui
pengalaman ini diharapkan mereka lebih kreatif dalam memilih dan
mengembangkan strategi pembelajaran yang inovatif dan produktif.
2. Metode Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IIA
SMP Negeri 4
Singaraja tahun ajaran 2003/2004 yang terdiri atas 39 orang. Sedangkan,
objek dari penelitian ini adalah aktivitas, dan prestasi belajar siswa.
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
tindakan
kelas
yang
pelaksanaannya dirancang dalam tiga siklus. Rancangan untuk tiap siklus
terdiri atas empat tahapan yakni : perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, oservasi/evaluasi, dan refleksi. (Kemmis and Taggart, 1988).
_______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVIII Juli 2005
ISSN 0215 - 8250
349
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah (a) data mengenai aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran
dikumpulkan melalui observasi. Instrumen yang digunakan dalam
pengumpulan data ini adalah lembar observasi yang memuat 6 indikator
prilaku dan setiap indikator terdiri atas 4 deskriptor, dan (b) data tentang
prestasi belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes prestasi
belajar.
Data penelitian ini dianalisis secara deskriptif. Secara keseluruhan
penelitian ini dikatakan berhasil jika aktivitas dan prestasi belajar siswa
meningkat dari siklus ke siklus, dan pada akhir penelitian ini aktivitas
belajar siswa minimal tergolong aktif, rata-rata kelas, daya serap (DS) dan
ketuntasan belajar (KB) berturut-turut minimal 6,5, 65% dan 85%.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil Penelitian
Pengukuran aktivitas belajar siswa dalam penelitian ini dilakukan
dengan teknik yang telah dikemukakan sebelumnya. Dari hasil analisis data
diperoleh, bahwa rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar
12,44 yang tergolong cukup aktif. Selanjutnya,
rata-rata skor aktivitas
belajar siswa pada siklus II dan siklus III berturut-turut sebesar 15,10 dan
17,62 yang keduanya tergolong aktif.
Dari hasil analisis data prestasi belajar siswa diperoleh bahwa, skor
rata-rata kelas ( X ) sebesar 6,26 dengan daya serap 62,6 % dan ketuntasan
belajar 48,72 % pada siklus I, skor rata-rata kelas ( X ) sebesar 7,15 dengan
daya serap 71,5 % dan ketuntasan belajar 74,36 % pada siklus II, dan pada
_______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVIII Juli 2005
ISSN 0215 - 8250
350
siklus III diperoleh skor rata-rata kelas ( X ) sebesar 7,73 dengan daya serap
77,3 % dan ketuntasan belajar 92,31 %.
3.2 Pembahasan
Hasil analisis data menunjukkan bahwa, tindakan yang dilakukan
pada siklus I cukup berhasil mengajak siswa lebih berperan aktif dalam
mengikuti pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas belajar siswa
yang tergolong cukup aktif dengan skor rata-rata aktivitas belajar siswa
sebesar 12,44. Walaupun tergolong cukup aktif, namun aktivitas siswa pada
siklus I ini belum memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan.
Dari analisis data prestasi belajar siswa pada siklus I diketahui
bahwa skor rata-rata kelas ( X ) sebesar 6,26, DS = 62,6% dan KB = 48,72
%. Menurut kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan, prestasi belajar
siswa dikatakan tercapai apabila skor rata-rata kelas, DS, dan KB siswa
berturut-turut minimal 6,5, 65%, dan 85%. Berdasarkan hal tersebut, maka
skor rata-rata kelas, DS dan KB siswa pada siklus I belum memenuhi
kriteria keberhasilan yang ditetapkan.
Hasil yang diperoleh pada pelaksanaan tindakan siklus I, tim peneliti
melakukan diskusi untuk mencermati dan mengkaji kendala-kendala yang
menjadi penyebab kurang berhasilnya pembelajaran yang dilaksanakan.
Berdasarkan hasil diskusi dapat disimpulkan bahwa kurang berhasilnya
pembelajaran yang dilakukan pada siklus I adalah disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu pertama, pada siklus I ini siswa belum terbiasa dan belum
mempunyai pengalaman dengan pembelajaran kooperatif dengan metode
SQ3R , sehingga pada awal-awal pembelajaran situasi kelas agak ribut.
Kedua, masih rendahnya motivasi siswa untuk belajar, hal ini terlihat dari
_______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVIII Juli 2005
ISSN 0215 - 8250
351
masih banyaknya siswa yang tidak mengerjakan tugas yang terdapat dalam
lembar kerja siswa (LKS). Ketiga, sebagian besar tugas kelompok
dikerjakan secara individu oleh anggota kelompok sehingga diskusi
kelompok tidak berlangsung dengan baik. Keempat, dalam diskusi dan
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, hanya beberapa siswa yang
mau mengemukakan pendapat atau menjawab. Hal ini disebabkan oleh
kurang berani atau kurangnya rasa percaya diri siswa. Kelima, dalam
presentasi hasil kerja kelompok lebih banyak didominasi oleh anggota
kelompok yang berkemampuan lebih.
Berdasarkan hasil refleksi tindakan yang dilakukan pada siklus I,
maka dilakukan tindakan pada siklus II. Tindakan pada siklus II merupakan
penyempurnaan dan perbaikan terhadap kendala-kendala yang muncul pada
siklus I. Adapun tindakan yang dimaksud adalah sebagai berikut. Pertama,
pada siklus I siswa belum terbiasa mengikuti pembelajaran kooperatif
dengan metode SQ3R. Selanjutnya, guru memberikan arahan kembali
kepada
siswa
pembelajaran.
bagaimana
Kedua,
seharusnya
dengan
berbagai
mereka
strategi
dalam
guru
mengikuti
berusaha
membangkitkan kesadaran dan motivasi siswa untuk belajar dengan
sungguh-sungguh, dan dalam hal ini guru memberikan perhatian lebih
kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan LKS. Ketiga,
guru menegaskan kembali bahwa tugas kelompok harus dikerjakan melalui
diskusi kelompok, dan diadakan modifikasi kelompok, yakni dengan
munukarkan anggota beberapa kelompok, sehingga keanggotaan masingmasing kelompok menjadi lebih heterogen. Dalam hal ini, juga ditegaskan
bahwa kejasama kelompok dan tanggungjawab individu adalah hal penting
yang patut mereka lakukan dalam pembelajaran. Keempat, mendorong
_______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVIII Juli 2005
ISSN 0215 - 8250
352
siswa yang berkemampuan kurang untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi,
dengan memberikan kesempatan bertanya dan menjawab terlebih dahulu,
misalnya dengan menunjuk siswa sehingga interaksi siswa tidak hanya
terbatas pada siswa yang berkemampuan tinggi. Kelima, dalam presentasi
hasil kerja kelompok, guru mengarahkan agar presentasi dilakukan secara
bergilir dalam kelompok yang bersangkutan.
Dalam pembelajaran pada siklus II, siswa sudah mulai terbiasa
dalam mengikuti pembelajaran kooperatif dengan metode SQ3R. Ini terlihat
dari keantusiasan siswa setelah diberikan tugas yang tertuang ke dalam
LKS, kemudian siswa langsung mengerjakannya sesuai dengan petunjuk
tanpa menunggu perintah. Hal nyata yang dapat dilihat sebagai hasil
pelaksanaan tindakan siklus II adalah terjadinya peningkatan aktivitas dan
prestasi belajar siswa. Dari hasil analisis data, terlihat bahwa terdapat
peningkatan aktivitas belajar siswa, baik secara kuantitaif maupun
kualitatif. Skor aktivitas belajar siswa meningkat dari 12,44 pada siklus I
menjadi 15,10 pada siklus II, yang secara kualitatif meningkat dari katagori
cukup aktif menjadi aktif. Peningkatan juga terjadi pada prestasi belajar
siswa, yaitu skor rata-rata kelas ( X ) = 6,26, DS = 62,6,% dan KB = 48,72
pada siklus I menjadi X = = 7,15, DS = 71,5 % dan KB = 74,36 % pada
siklus II. Dari kondisi ini dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa,
rata-rata kelas, DS pada siklus II sudah memenuhi kriteria keberhasilan,
namun KB siswa belum memenuhi kriteria keberhasilan.
Dari hasil refleksi tindakan siklus II ditemukan beberapa
kekurangan, seperti : kurang baiknya kerja sama kelompok dalam
memecahkan
masalah.
Dalam
beberapa
kelompok,
siswa
yang
berkemampuan lebih masih mendominasi jalannya diskusi sehingga
_______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVIII Juli 2005
ISSN 0215 - 8250
353
interaksi mengarah dari siswa yang berkemampuan lebih ke siswa yang
berkemapuan kurang. Dalam hal ini, banyak siswa yang kurang percaya
dengan penjelasan temannya walaupun penjelasan tersebut benar dan
mereka lebih percaya dengan penjelasan yang diberikan guru.
Untuk mengkaji kekurangan yang dialami pada siklus II, maka
peneliti bersama praktisi merefleksi kembali tindakan yang telah dilakukan
dalam rangka pelaksanaan tindakan pada siklus III.
Pada siklus III, guru kembali menekankan pentingnya kerjasama
dalam kelompok dan mereka harus saling percaya, karena dengan saling
percaya inilah akan terjalin kerjasama yang baik. Disamping itu, guru harus
dapat mengontrol diri, sehingga betul-betul memposisikan diri sebagai
fasilitator, dan memberikan bantuan seperlunya.
Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa, aktivitas belajar
siswa dalam mengikuti pembelajaran tergolong aktif. Walaupun secara
kualitatif, aktivitas belajar siswa tidak meningkat, namun secara kuantitatif
rata-rata skor aktivitas belajar siswa meningkat dari 15,10 pada siklus II
menjadi 17,62 pada siklus III. Aktivitas belajar siswa pada siklus III
memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan.
Hasil analisis data juga menunjukkan, bahwa terdapat peningkatan
prestasi belajar siswa dari siklus II ke siklus III, yakni rata-rata kelas ( X ) =
7,15 , DS = 71,5 % dan KB = 74,36 % pada siklus II menjadi ( X ) = 7,73,
DS = 77,3 % dan KB = 92,31 %. Dari kondisi ini dapat disimpulkan bahwa,
skor rata-rata kelas, DS dan KB siswa pada siklus III sudah memenuhi
kriteria keberhasilan.
Berdasarkan hasil di atas, secara keseluruhan penelitian ini dapat
dikatakan berhasil karena pada akhir penelitian semua kriteria keberhasilan
_______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVIII Juli 2005
ISSN 0215 - 8250
354
yang ditetapkan telah terpenuhi. Diyakini bahwa keberhasilan ini
merupakan
dampak
diimplementasikan.
postitif
Sebagaimana
dari
model
telah
pembelajaran
dipaparkan
yang
sebelumnya,
pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang didasarkan atas
paham konstruktivisme yang mengasumsikan bahwa siswa akan lebih
mudah mengkostruksi pengetahuannya, lebih mudah menemukan dan
memahami pemecahan konsep-konsep yang sulit jika mereka saling
mendiskusikan dengan temannya masalah yang dihadapi. Menurut Widja
(1998), belajar kooperatif lebih memungkinkan dapat meningkatkan peran
aktif individu dibandingkan dengan belajar secara konvensional. Peran aktif
individu dapat dimaksimalkan dalam belajar secara kooperatif, karena siswa
melakukan beraneka ragam tugas yang selalu disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing. Selanjutnya, metode SQ3R memberi peluang
kepada para siswa untuk belajar secara sistematis, efektif dan efisien dalam
menghadapi berbagai materi ajar. Metode ini lebih efektif dipergunakan
untuk belajar (Nur, 1999) karena siswa diberi waktu yang lebih banyak
untuk
berkreasi
dalam
mengkonstruksi
pengetahuannya
sendiri
dibandingkan pembelajaran konvensional. Keterlibatan aktif siswa secara
mental merupakan kunci belajar yang efektif (Fisher, 1990). Dengan
langkah-langkah metode SQ3R ini, siswa merasa betul-betul terlibat dalam
belajar. Keterlibatan ini, akan dapat menumbuhkembangkan motivasi belajar
siswa yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan hasil belajar mereka.
Walaupun implementasi model pembelajaran ini dikatakan berhasil, namun
masih terdapat beberapa kekurangan, di antaranya
(a) masih belum
optimalnya kerjasama kelompok dalam memecahkan masalah, (b) masih
sulitnya menumbuhkan motivasi belajar siswa, (c) terbatasnya sarana
_______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVIII Juli 2005
ISSN 0215 - 8250
355
belajar yang dimiliki siswa, dan hal ini tak dapat dilepaskan dari tingkat
sosial ekonomi siswa, dan (d) jumlah anggota kelas yang cukup besar dan
fasilitas pendukung yang kurang memadai merupakan kendala tersendiri
dalam penerapan model pembelajaran ini.
4. Penutup
Berdasarkan hasil dan pembahasan hasil penelitian ini, dapat
disimpulan bahwa (a) implementasi model pembelajaran kooperatif dengan
metode SQ3R dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini dapat
dilihat dari rata-rata skor aktivitas belajar siswa, yaitu dari 12,44 pada siklus
I menjadi 15,10 pada siklus II dan menjadi 17,62 pada siklus III. Secara
kualitatif, aktivitas belajar siswa juga mengalami peningkatan dari cukup
aktif pada siklus I menjadi aktif pada siklus II dan
siklus III, (b)
implementasi model pembelajaran kooperatif dengan metode SQ3R dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Terjadi peningkatan skor rata-rata
kelas dari 6,26 pada siklus I menjadi 7,15 pada siklus II, dan menjadi 7,73
pada siklus III. Daya serap meningkat dari siklus ke siklus, yaitu dari 62,6
% pada siklus I menjadi 71,5 % pada siklus II dan menjadi 77,3 % pada
siklus III. Ketuntasan belajar siswa juga meningkat dari siklus ke siklus,
yakni 48,72 % pada siklus I menjadi 74,36 pada siklus II, dan menjadi
92,31 % pada siklus III.
Sebagai tindak lanjut hasil penelitian ini, dapat dikemukakan
beberapa saran. Pertama, diharapkan kepada guru matematika kelas IIA
SMP Negeri 4 Singaraja untuk tetap menerapkan dan mengembangkan
model pembelajaran kooperatif
dengan metode SQ3R, minimal sesuai
dengan rancangan tindakan yang telah dipaparkan dalam penelitian ini.
_______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVIII Juli 2005
ISSN 0215 - 8250
356
Kedua, diharapkan juga kepada para guru matematika lainya untuk
menerapkan dan mengembangkan model pembelajaran kooperatif dengan
metode SQ3R dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran dan hasil
belajar siswa, khususnya dalam mata pelajaran matematika. Ketiga,
diharapkan kepada peneliti lain yang berminat, untuk meneliti lebih lanjut
mengenai implementasi model pembelajaran ini dengan tempat dan subjek
yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Asmawi Zainul dan Noehi Nasoetion .1993. Penilaian Hasil Belajar.
Jakarta : Dirjen Dikti, Depdikbud.
Fisher. 1990. How To Improve Your Reading Ability: The SQ3R Method.
www.google. com.
Herman Hudojo. 1981. Teori Belajar untuk Pengajaran Matematika.
Jakarta : Depdikbud.
Kemmis, W.C & Taggart, R.M. 1988. The Action Research Planner.
Geelong Victoria: Deakin University Press.
Nur, Mohamad. 1999. Teori Belajar. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya.
Nur,
Muhamad, Wikandri Retno. 1998. Pendekatan-Pendekatan
Konstruktivis dalam Pembelajaran. Surabaya : IKIP Surabaya.
_______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVIII Juli 2005
ISSN 0215 - 8250
357
Pujawan I Gusti Ngurah. 2003. Impelementasi Model Pembelajaran
Kooperatif dengan Pendekatan Matematika Realistik Berbantuan
LKS dalam Meningkatkan Prestasi belajar Matematika Di SLTP.
Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Singaraja : IKIP Negeri
Singaraja.
-----------.2002. Dampak Pelaksanaan ELAQA dan Intervensi 3S terhadap
Prestasi Akademik Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika.
Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Singaraja : IKIP Negeri
Singaraja.
Pujawan, I Gusti Ngurah dkk. 2001. Pengembangan Model Pembelajaran
Kooperatif dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dan Hasil
Belajar Matematika Di SLTP. Laporan Penelitian (tidak
diterbitkan). Singaraja : IKIP Negeri Singaraja.
Sarna, Ketut. 1999. Pembelajaran Kooperatif. Makalah disampaikan dalam
Pelatihan Operasional Perbaikan dan Peningkatan Sistem
Pembelajaran di Sekolah, STKIP Singaraja, Singaraja 5-6
Oktober 1999 Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning, Theory,
Research, and Practice. USA : Allyn & Bacon.
Simon, MA. 1995. Reconstructing Mathematics Paedagogy from a
Constructivist Perspective. Journal for Research in Mathematics
Education. 26, 144 -155.
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan.
Yogyakarta : Kanisius.
Tantra, Dewa Komang dan Dewa Putu Tengah. 1999. Belajar Secara
Kooperatif. Makalah disajikan dalam Pelatihan Operasional
Perbaikan dan Peningkatan Sistem Pembelajaran Di Sekolah.
Singaraja : STKIP.
_______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVIII Juli 2005
ISSN 0215 - 8250
358
Widja, I Gde. 1998. Peningkatan Materi ajar dan Sumber Belajar. Makalah
disajikan dalam Pelatihan PBM dan PTK Kemitraan
Internasional STKIP Singaraja dan La Trobe University pada
tanggal 15-16 Oktober 1998. Singaraja : STKIP.
_______ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXVIII Juli 2005
Download