3.1. Sejarah dan Latar Belakang Rumah Sakit Royal Taruma

advertisement
BAB 3
ANALISIS SISTEM BERJALAN
3.1.
Sejarah dan Latar Belakang Rumah Sakit Royal Taruma
Pembangunan Rumah Sakit Royal Taruma merupakan cita-cita lama Yayasan
Tarumanagara yang tertunda. Sebelum Rumah Sakit Royal Taruma berdiri, para
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara melakukan praktek di
berbagai rumah sakit. Awalnya Rumah Sakit Sumber Waras di Grogol Jakarta Barat
itu menjadi andalan utama untuk tempat praktek mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanegara (UNTAR). Rumah Sakit Sumber Waras secara historis
memiliki kaitan erat dengan Universitas Tarumanagara. Namun seiring berjalanya
waktu Rumah Sakit Sumber Waras tidak bisa lagi dikatakan rumah sakit dengan
katagori andalan. Sedangkan kebutuhan tempat praktek mahasiswa sangat mendesak.
Hal ini ditambah dengan keadaan Fakultas Kedokteran yang semakin populer
menampung lebih banyak jumlah mahasiswa. Selain dibidang pendidikan, Yayasan
Tarumanagara adalah badan sosial yang bergerak dalam bidang kesehatan,
kesejahteraan dan bidang lainnya. Untuk itu Yayasan mencoba untuk menjalankan
usaha sosial di antaranya mendirikan rumah sakit (Koderi, 2011:31).
Rumah Sakit Royal Taruma berdiri pada 29 Maret 2007, merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang usaha pelayanan kesehatan yang melayani
berbagai jenis pemeriksaan untuk masyarakat wilayah Jakarta Barat dan sekitarnya.
Rumah Sakit Royal Taruma beralamatkan di Jalan Daan Mogot No.34, Jakarta Barat
dengan kode pos 11470. Rumah Sakit Royal Taruma terdiri dari 8 lantai yang
dibangun dengan gaya arsitektur simple dan modern, dengan rencana pengadaan 279
tempat tidur. Pada saat ini, Rumah Sakit Royal Taruma telah membuka kamar
perawatan dengan 171 tempat tidur.
Rumah Sakit Royal Taruma memberikan fasilitas pelayanan kesehatan baik
rawat jalan seperti Poliklinik Spesialis, Bone Care Clinic, Medical Check Up, dan
Unit Gawat Darurat (UGD), maupun rawat inap seperti kamar perawatan dengan
beberapa tingkatan kelas pelayanan, Kamar Isolasi, Kamar Bayi, Kamar Bersalin,
Kamar Operasi, Intensive Care Unit (ICU) / Intensive Cardiac Care Unit and
Intermediate Care (ICCU & IMC), Neonatal Intensive Care Unit / Perinatal
Intensive Care Unit (NICU/PICU). Tersedia pula penunjang medis bagi pasien
67
68
seperti Laboratorium, Radiologi, Endoskopi, Kolposkopi, Farmasi, Rehabilitasi
Medik, dan Hemodialisa disertai sarana diagnostik radiologi yang modern seperti
MRI 1,5 Tesla, CT-Scan 64 slices, Fluoroskopi, Mammografi, Panoramic, BMD,
USG 4 Dimensi, dan Angiografi. Rumah Sakit Royal Taruma juga menyediakan
fasilitas kegiatan kesehatan minor seperti Seminar, Senam hamil (YOGA), Parental
Class maupun fasilitas non kesehatan untuk pengunjung non-pasien seperti Café,
Bank, ATM, Toko Bayi, Pojok Asuransi, Toko Alat Kesehatan, dan Salon.
Dengan dukungan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan fasilitas
lengkap dan terkini, diharapkan Rumah Sakit Royal Taruma dapat memenuhi
harapan dan kebutuhan layanan kesehatan masyarakat Jakarta Barat dan sekitarnya.
Dasar atau Filosofi Rumah Sakit Royal Taruma adalah nilai inti yang dijabarkan
dalam nama utama, yakni ROYAL TARUMA:
Ramah, Obyektif, Yakin, Antisipatif, Lugas
Tuntas, Akurat, Rapi, Unggul, Mutu pelayanan, Andal
3.1.1. Maksud dan Tujuan Pendirian Rumah Sakit
Maksud dan tujuan Yayasan Tarumanagara mendirikan rumah sakit Royal
Taruma antara lain:
1. Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat termasuk memberikan
pelayanan kesehatan terbaik kepada masyarakat secara profesional dan bermutu
tinggi.
2. Untuk memberikan pelayanan kesehatan secara tepat guna, inovatif dan efisien
dengan didukung sumber daya manusia yang profesional.
3. Untuk menjamin kualitas sarana prasarana kesehatan yang berteknologi tinggi
kepada masyarakat luas.
4. Untuk memenuhi penyelenggaraan praktek pendidikan kedokteran sebagai sarana
penunjang pembelajaran praktek mahasiswa.
5. Sebagai pusat penelitian dan pelayanan kesehatan yang mampu berperan untuk
melayani seluruh lapisan masyarakat di bidang kesehatan dengan lebih baik.
3.1.2. Visi dan Misi
Adapun Visi dan Misi dari Rumah Sakit Royal Taruma, adalah sebagai
berikut:
69
 Visi Rumah Sakit:
Menjadi Rumah Sakit yang terkemuka dan terpandang secara Nasional dan
Internasional pada semua aspek pelayanan Rumah Sakit dan pendidikan tenaga
profesional.
 Misi Rumah Sakit:
1. Memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada seluruh lapisan masyarakat
dan menyelenggarakan pendidikan pelatihan tenaga profesional yang bermutu
sesuai dengan perkembangan jaman.
2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana untuk menjamin
pelayanan yang semakin baik kepada masyarakat.
3. Meningkatkan kemampuan manajemen, sikap dan perilaku untuk pelayanan
yang semakin baik.
4. Melakukan kerjasama dengan mitra di dalam dan di luar negeri dalam
berbagai bentuk.
3.2.
Struktur Organisasi Rumah Sakit Royal Taruma
Gambar 3.1 Struktur Organisasi dan Komite Sistem Mutu RS. Royal Taruma.
70
Rancangan organisasi Rumah Sakit Royal Taruma merupakan rancangan
organisasi mekanistik. Secara umum, rancangan mekanistik menyatakan bahwa
organisasi memiliki aturan-aturan standar, prosedur, dan hirarki kekuasaan yang jelas
bagaikan mesin mekanis (Daft, 2013:30). Bentuk organisasi sangat formal dan
tersentralisasi dan kebanyakan keputusan berasal dari level atas. Setiap anggota
dalam organisasi memiliki tugas masing-masing sesuai dengan yang ditentukan
dalam deskripsi pekerjaan untuk setiap jabatan. Organisasi menekankan arah
komunikasi vertikal ke atas maupun ke bawah melalui masing-masing tingkat
organisasi. Struktur kewenangan masing-masing bagian organisasi juga dinyatakan
secara jelas dalam arah vertikal sesuai dengan hirarki dengan rantai perintah yang
formal.
Dalam struktur organisasi, Manajemen RS. Royal Taruma bertanggung jawab
penuh kepada PT. Taruma Bhakti Medika. Persero ini merupakan sebuah badan
usaha milik Yayasan Tarumanagara. RS. Royal Taruma dipimpin oleh seorang
Direktur RS yang dibantu oleh beberapa Kepala Biro, Kepala Divisi, dan Komite.
Ada 2 buah komite yang membantu Direktur RS yaitu Komite Medik dan Komite
Mutu. Komite Medik bertanggung jawab untuk menyusun standar pelayanan medis
dan memantau pelaksanaannya. Sedangkan, Komite Mutu bertanggung jawab untuk
menyusun garis besar kebijakan medis di bidang mutu profesi medis bersama dengan
Komite Medis serta melakukan pemantauan dan pengawasan mutu pelayanan medis.
Ada 2 biro yang membantu Direktur RS, yaitu: Biro Teknologi Informasi
dan Biro Pengembangan RS. Biro Teknologi Informasi bertanggung jawab atas
infrastruktur teknologi informasi yang meliputi jaringan komunikasi dan perangkat
keras, sistem analis yang bertanggung jawab atas perancangan pengembangan
sistem, dan programmer pengembangan aplikasi perangkat lunak sekaligus
administrator basis data. Biro berikutnya yang membantu Direktur adalah Biro
Pengembangan RS yang bertanggung jawab atas pemasaran, pelayanan pelanggan,
pengembangan SDM, pengelolaan resiko, dan manajemen representatif.
Dalam menjalankan pelayanannya, ada 4 buah divisi yang bertanggung jawab
dalam operasional pelayanan dalam rumah sakit yaitu: Divisi Pelayanan Medis,
Divisi Penunjang Medis, Divisi Keuangan dan Akunting, dan Divisi Umum
Personalia. Divisi pelayanan medis bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan
rencana pembinaan dan pengelolaan penyelenggaraan pelayanan medis. Divisi
penunjang medis mempunyai tugas mengkoordinasikan semua kebutuhan pelayanan
71
penunjang medis, melaksanakan pemantauan dan pengawasan penggunaan fasilitas
dan kegiatan pelayanan penunjang medis. Divisi berikutnya yaitu divisi keuangan
dan akutansi berurusan dengan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan dan
akutansi, dan mengendalikan administrasi keuangan dan akutansi dalam rumah sakit.
Divisi umum personalia merupakan divisi yang berhubungan dengan para karyawan.
Divisi personalia bertanggung jawab dalam bagaimana menjalin kerjasama dalam
mengembangkan dan menumbuhkan kebijaksanaan dalam mempengaruhi orangorang dalam organisasi maupun membantu para pimpinan untuk mengelola
sumberdaya manusia yang dimiliki.
3.2.1. Tugas dan Wewenang Anggota Rumah Sakit Royal Taruma
Dalam sub-bab ini akan menjelaskan bagian tugas dan wewenang dalam
struktur organisasi dan komite sistem mutu Rumah Sakit Royal Taruma.
1. Direktur
a. Merencanakan, mengorganisasikan dan melaksanakan serta mengarahkan
karyawan dalam melaksanakan tugas.
b. Menetapkan anggaran belanja dan pendapatan operasional tahunan.
c. Melaksanakan program kerja dan kegiatan pelayanan serta anggaran
operasional.
d. Mengevaluasi hasil pelaksanaan program kerja, kegiatan pelayanan dan
anggaran.
e. Menetapkan uraian tugas dan tanggung jawab seluruh karyawan.
f. Melaksanakan penilaian kinerja karyawan.
g. Menetapkan, melaksanakan, mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan
penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit, Standar Pelayanan Medis dan
Penerapan Etika Rumah Sakit.
h. Membuat Standar Penilaian Kinerja karyawan.
i. Mengambil keputusan atau kebijakan sehubungan dengan pelaksanaan
pelayanan di Rumah Sakit.
j. Menetapkan pengangkatan Ketua Satuan Medis Fungsional.
k. Menetapkan pembentukan Ketua Komite Medik.
72
l. Menyelenggarakan kordinasi dan kerjasama fungsional dengan Dinas
Kesehatan Pemerintah.
m. Mengikuti rapat dinas, seminar, ceramah dan kegiatan lainnya.
n. Melaksanakan dan mengamankan peraturan/perundang-undangan.
2. Komite Medik
a. Membantu direktur rumah sakit menyusun standar pelayanan medis dan
memantau pelaksanaannya.
b. Melaksanaan pembinaan etika profesi, disiplin profesi dan mutu profesi.
c. Mengatur kewenangan profesi antar kelompok petugas medis.
d. Membantu direktur menyusun medical petugas by laws dan memantau
pelaksanaannya.
e. Membantu direktur rumah sakit menyusun kebijakan dan prosedur yang
terkait dengan mediko-legal.
f. Membantu direktur rumah sakit menyusun kebijakan dan prosedur yang
terkait dengan etiko-legal.
g. Melakukan koordinasi dengan kepala bidang pelayanan medik dalam
melaksanakan pemantauan dan pembinaan pelaksanaan tugas kelompok
petugas medis.
h. Meningkatkan program pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian
dan pengembangan dalam bidang medis.
i. Melakukan monitoring dan evaluasi mutu pelayanan medis antara lain
melalui monitoring dan evaluasi kasus bedah, penggunaan obat, farmasi dan
terapi, ketepatan, kelengkapan dan keakuratan rekam medis, tissue review,
mortalitas dan morbiditas, medical care review/peer review/audit medis
melalui pembentukan sub komite – sub komite.
j. Memberikan laporan kegiatan kepada direktur rumah sakit.
3. Komite Mutu
a. Bersama ketua komite medis menyusun garis besar kebijakan medis di
bidang mutu profesi medis.
b. Membuat dan melaksanakan rencana /program kerja.
c. Membuat panduan mutu pelayanan medis.
d. Melakukan pemantauan dan pengawasan mutu pelayanan medis.
73
e. Menyusun indikator mutu klinik (berkoordinasi dengan kelompok Petugas
medis).
f. Melakukan koordinasi dengan komite peningkatan mutu rumah sakit.
g. Melakukan pencatatan dan pelaporan secara berkala.
4. Biro Teknologi Informasi
a. Memelihara sarana, prasarana komputer dan jaringan,
b. Mengusulkan pengadaan komputer, printer, jaringan, dan lainnya.
c. Mengawasi penggunaan program SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit).
d. Melaksanakan pencatatan laporan dan pengelolaan administrasi.
5. Teknologi Informasi.
a. Melaksanakan inventarisasi, tentang kondisi seluruh perangkat yang ada.
b. Melaksanakan pelatihan berlanjut terhadap operator program SIRS.
6. Divisi Pelayanan Medis
a. Mengkoordinasikan rencana pembinaan dan pengelolaan penyelenggaraan
pelayanan medik dan keperawatan pada instalasi gawat darurat, rawat jalan,
rawat inap dan bedah sentral.
b. Memfasilitasi seluruh kebutuhan instalasi di dalam mengelola dan
menyelenggarakan pelayanan medis sesuai
standar pelayanan
yang
ditetapkan.
c. Mengkoordinasikan rencana pengendalian dan pengelolaan penyelenggaraan
pelayanan penunjang medis pada instalasi farmasi, laboratorium, radiologi,
gizi, dan pemeliharaan sarana rumah sakit.
d. Memfasilitasi kebutuhan instalasi di dalam mengelola dan menyelenggarakan
pelayanan penunjang medik sesuai dengan standar pelayanan yang
ditetapkan.
7. Divisi Keuangan dan Akuntansi
a. Membantu kepala bagian tata usaha dalam melaksanakan tugasnya di bidang
urusan keuangan dan akuntansi.
74
b. Mengumpulkan bahan pedoman petunjuk teknis kebijaksanaan dan
pembinaan urusan keuangan dan akuntansi.
c. Melakukan urusan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan dan
akuntansi, dan mengendalikan administrasi keuangan dan akutansi.
d. Penyiapan urusan keuangan dan akuntansi yang meliputi pembayaran gaji
dan administrasi pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dan akuntansi.
e. Membina, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas.
f. Memberi petunjuk kepada bawahan baik lisan maupun tulisan.
g. Melaporkan seluruh pelaksanaan tugas kepada kepala bagian tata usaha.
3.3.
Struktur Organisasi Radiologi
Dalam sub-bab ini akan digambarkan tentang struktur organisasi serta tugas
dan wewenang yang dimiliki oleh Departemen Radiologi Rumah Sakit Royal
Taruma. Departemen Radiologi merupakan salah satu bagian dari Divisi Penunjang
Medik yang bertugas untuk memberikan pelayanan pemeriksaan radiologi bagi
pasien. Departemen Radiologi dikepalai oleh seorang Kepala Departemen Radiologi
yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Divisi Penunjang Medis. Dalam
menjalankan operasional Departemen Radiologi, maka Kepala Departemen
Radiologi dibantu oleh Kepala Bagian Radiologi, Petugas Proteksi Radiasi, Petugas
Administrasi Radiologi, Radiografer, Perawat, dan Dokter Ahli Radiologi.
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Departemen Radiologi RS. Royal Taruma.
75
3.3.1. Tugas dan Wewenang Anggota Radiologi
Tugas dan wewenang anggota Departemen Radiologi di Rumah Sakit Royal
Taruma yang penulis dapat merupakan berdasarkan hasil dari wawancara dengan
salah satu petugas Departemen Radiologi di Rumah Sakit Royal Taruma.
1. Kepala Divisi Penunjang Divisi Medis
Kepala Penunjang Divisi Medis merupakan pimpinan dibawah Direktur,
bertanggung jawab dalam pengelolaan dan pengendalian pelayanan penunjang medis
Rumah Sakit Royal Taruma. Sebagai pendukung dalam berjalannya misi Rumah
Sakit Royal Taruma untuk meningkatkan kemampuan manajemen, sikap, dan
perilaku untuk pelayanan yang semakin baik, Kepala Penunjang Divisi Penunjang
Medis memegang peranan tugas, yaitu :
a. Memastikan pelayanan di bagian penunjang medis dapat berjalan dengan baik
dan lancar.
b. Merangkum semua data-data laporan yang berasal dari kepala badan yang
merupakan bawahan penunjang medik untuk diteruskan ke direktur.
2. Kepala Departemen Radiologi
Kepala Departemen Radiologi merupakan pimpinan departemen dibawah
kepala divisi penunjang medis, bertanggung jawab dalam pengelolaan dan
pengendalian departemen radiologi Rumah Sakit Royal Taruma. Sebagai pendukung
dalam berjalanya misi Rumah Sakit Royal Taruma untuk meningkatkan kuantitas
dan kualitas sarana dan prasarana untuk menjamin pelayanan yang semakin baik
kepada masyarakat, Kepala Departemen Radiologi memegang peranan tugas, yaitu:
a. Memastikan pemeriksaan sesuai dengan prosedur.
b. Memastikan peralatan siap dipakai termasuk supplier barang medis.
c. Memastikan pelaksanaan sesuai dengan ketentuan.
d. Memastikan distribusi laporan tepat waktu.
e. Memastikan petugas dalam menjalankan pekerjaannya dengan aman.
f. Mengajukan dana untuk kegiatan radiologi.
g. Mengajukan permintaan pengadaan yang ada.
h. Mengajukan laporan – laporan kegiatan yang ada di lingkungan radiologi.
i. Menilai kinerja bawahannya.
76
3. Kepala Bagian Radiologi
Kepala Bagian Radiologi merupakan seorang profesional yang diberikan
wewenang dan bertanggung jawab dalam pemantauan aktivitas kegiatan pengelolaan
radiologi agar kegiatan radiologi yang dilakukan dapat berjalan sesuai dengan
prosedur standar yang berlaku pada rumah sakit. Sebagai pendukung dalam
berjalanya misi Rumah Sakit Royal Taruma untuk meningkatkan kuantitas dan
kualitas sarana dan prasarana untuk menjamin pelayanan yang semakin baik kepada
masyarakat; dan menyelenggarakan pendidikan pelatihan tenaga profesional yang
bermutu sesuai dengan perkembangan jaman, Kepala Bagian Radiologi memegang
peranan tugas, yaitu:
a. Memastikan pelaksanaan kegiatan radiologi dapat berjalan efektif.
b. Membantu kepala divisi radiologi dalam menyusun lembar kerja di radiologi.
c. Menanggapi dan menyelesaikan permasalahan di radiologi.
d. Membuat data laporan bulanan.
e. Membuat usulan pengembangan pelayanan radiologi.
f. Menyiapkan data untuk program pemantapan mutu.
g. Memastikan pemeliharaan prasarana radiologi.
h. Mengkoordinir bagian radiologi.
i. Membimbing karyawan radiologi.
4. Petugas Proteksi Radiasi
Petugas Proteksi Radiasi merupakan profesional yang memantau dan
memastikan keamanan petugas radiologi pada semua pelaksaan kegiatan radiologi
didalam Rumah Sakit Royal Taruma sesuai dengan tingkat keamanan paparan radiasi
radiologi yang berlaku. Sebagai pendukung misi dalam melakukan kerjasama dengan
mitra di dalam dan di luar negeri dalam berbagai bentuk, Petugas Proteksi Radiasi
memiliki tugas dan wewenang, yaitu :
a. Melakukan pengecekan kadar radiasi radiologi secara periodik.
b. Membuat laporan bulanan dan rekapitulasi hasil pengecekan film badge dari
Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK).
77
5. Radiografer
Radiografer merupakan profesional yang melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dalam melaksanakan pemeriksaan atau tindakan pelayanan radiologi di
Rumah Sakit Royal Taruma. Sebagai pendukung misi dalam memberikan pelayanan
kesehatan terbaik kepada seluruh lapisan masyarakat. Radiografer memiliki tugas,
yaitu :
a. Memastikan pemeriksaan dan penjadwalan dengan benar.
b. Memastikan peralatan siap dipakai.
c. Memastikan pelaksanaan sesuai dengan Standard Operational Procedure (SOP)
dan Instruksi Kerja (IK).
6. Administrasi Radiologi
Administrasi Radiologi merupakan profesional yang diberi tugas dan
wewenang untuk bertanggung jawab terhadap kegiatan administrasi dari penerimaan
pasien hingga pendistribusian hasil radiologi Rumah Sakit Royal Taruma kepada
pasien. Sebagai pendukung misi dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik
kepada seluruh lapisan masyarakat, Administrasi Radiologi memiliki tugas dan
wewenang, yaitu :
a. Mengelola administrasi pasien.
b. Menjaga kelancaran administrasi.
c. Rekaptulasi Pemeriksaan radiologi setiap bulan.
3.4.
Tata Laksana Sistem Berjalan
Sistem berjalan dalam Departemen Radiologi secara lengkap dideskripsikan
pada SOP (Standard Operation Procedure) pelayanan radiologi RS. Royal Taruma.
Hasil dari obervasi proses pelayanan radiologi dilapangan dideskripsikan dalam
diagram aktivitas (activity diagram) yang ditunjukkan dalam Gambar 3.8. Berikut
adalah tata laksana sistem berjalan dan proses bisnis pada Departemen Radiologi
Rumah Sakit Royal Taruma.
78
3.4.1. Sistem Berjalan Berdasarkan SOP (Standard Operation Procedure)
Rumah Sakit Royal Taruma.
3.4.1.1. Pendaftaran
Proses pendaftaran pemeriksaan radiologi dibedakan menjadi 2, yaitu
pendaftaran radiologi untuk pasien rawat jalan dan pendaftaran radiologi untuk
pasien rawat inap.
3.4.1.1.1. Pendaftaran Radiologi Rawat Jalan
Proses Pasien Rawat Jalan adalah pasien yang mendapatkan pelayanan
medis di poliklinik rumah sakit, unit gawat darurat atau pasien umum yang berasal
dari luar. Proses pendaftaran pemeriksaan radiologi rawat jalan adalah proses
pendaftaran bagi pasien rawat jalan untuk mendapat pelayanan pemeriksaan
radiologi. Tujuan proses pendaftaran adalah untuk memastikan proses pendaftaran
dan pembayaran pemeriksaan radilogi yang tepat dan benar. Proses pemeriksaan
radiologi baru hanya dilakukan setelah proses pendaftaran dilakukan dan
pembayaran sudah lunas. Namun, pasien dengan kegawatan atau dalam gawat
darurat, akan diprioritaskan untuk segera dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu.
Bagi pasien rawat jalan proses pendaftaran pemeriksan radiologi dimulai dari
pasien yang membawa surat permintaan pemeriksaan radiologi akan memberikan
surat tersebut kepada petugas administrasi pendaftaran radiologi. Setelah menerima
permintaan pemeriksaan radiologi, maka petugas administrasi pendaftaran radiologi
akan meminta dokter ahli radiologi untuk memberikan persetujuan atas pemeriksaan
yang diminta. Selanjutnya, petugas administrasi pendaftaran radiologi melakukan
konfirmasi item pemeriksaan dan harga kepada pasien atau wakil pasien. Jika tidak
setuju maka petugas administrasi radiologi akan mengembalikan formulir permintaan
pemeriksaan radiologi kepada pasien.
Jika pasien setuju maka petugas radiologi akan membuat struk pembayaran
transaksi radiologi yang diberikan kepada pasien. Pasien kemudian membawa bukti
tersebut ke kasir dan kasir akan menerima pembayaran atau pelunasan biaya
pemeriksaan. Kasir akan memberikan bukti pembayaran kepada pasien dan pasien
akan menyerahkan kembali bukti pembayaran ke loket pendaftaran radiologi. Setelah
itu lalu petugas radiologi menerima struk bukti transaksi radiologi berwarna kuning
dan stempel lunas dari pasien yang telah melakukan pembayaran.
79
Gambar 3.3 Diagram Alir Proses Pendaftaran Radiologi untuk Pasien Rawat Jalan.
3.4.1.1.2. Pendaftaran Radiologi Rawat Inap
Pasien rawat inap adalah pasien yang dinyatakan oleh dokter yang
memeriksa, baik yang masuk melalui rawat jalan maupun gawat darurat, untuk
diobservasi dan atau mendapatkan tindakan medis lebih lanjut sehingga perlu dirawat
inap. Pendaftaran radiologi rawat inap adalah proses permintaan pemeriksaan
radiologi pasien rawat inap mulai dari perjanjian diterima sampai dengan
pemeriksaan dilakukan. Tujuan proses pendaftaran adalah untuk memastikan proses
pemeriksaan radiologi dapat dilakukan dengan tepat dan benar. Proses pemeriksaan
80
radiologi dilakukan sesuai dengan standar pengujian radiologi. Pasien dengan
kegawatan menjadi prioritas untuk dilakukan pemeriksaan radiologi terlebih dahulu.
Gambar 3.4 Diagram Alir Proses Pendaftaran Radiologi untuk Pasien Rawat Inap.
Bagi pasien rawat inap proses pendaftaran pemeriksaan radiologi dimulai dari
perawat yang berada di ruang perawatan pasien akan memberikan formulir
permintaan pemeriksaan radiologi yang sudah dinyatakan oleh dokter yang
memeriksa kepada petugas administrasi radiologi. Kemudian petugas radiologi akan
menerima perjanjian untuk pemeriksaan radiologi. Petugas radiologi akan melakukan
konfirmasi item radiologi kepada dokter ahli radiologi, melakukan persiapan
tindakan radiologi, menginformasikan harga pemeriksaan radiologi dan waktu
81
pelaksanaan pemeriksaan. Jika pasien setuju dengan informasi radiologi yang telah
diberikan oleh petugas administrasi radiologi, maka petugas radiologi akan
memberitahukan perawat agar membawa pasien ke radiologi untuk melakukan tahap
pengujian.
3.4.1.2. Pengujian Radiologi
Pengujian atau pemeriksaan radiologi meliputi foto sinar-X (radiografi),
Flouroscopy, Full-Body CT Scan, Mammography, MRI, dan Ultrasonography, Blass
Nier Overzight (BNO). Tujuan proses pengujian radiologi untuk memastikan proses
pemeriksaan radiologi bisa berjalan dengan baik dan benar. Pelaksanaan
pemeriksaan radiologi harus sesuai dengan ketentuan standar layanan Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES RI) dan standar profesi. Pasien dengan
kegawatan menjadi prioritas untuk dilakukan pemeriksaan radiologi terlebih dahulu.
Proses dimulai dari bagian rawat jalan, rawat inap atau bagian
ICU/ICCU/PICU/IM/NICU/PERINA memberikan infromasi untuk melakukan
pengujian radiologi maka petugas radiologi akan memastikan kesiapan, pasien, alatalat radiologi dan jadwal untuk pelaksanaan pemeriksaan. Jika pemeriksaan belum
siap dilakukan maka petugas radiologi akan menyiapkan / melengkapi persiapan
pemeriksaan radiologi yang belum lengkap atau menunda / membatalkan
pemeriksaan pasien. Jika pemeriksaan siap dilakukan maka petugas radiologi akan
melakukan pemeriksaan sesuai item yang tercantum dalam formulir permintaan
pemeriksaan radiologi. Pada proses pemeriksaan petugas radiologi akan melakukan
pengecekan apakah pemeriksaan sudah sempurna atau kurang sempurna. Jika
pemeriksaan kurang sempurna maka dokter radiologi dan petugas radiologi akan
melakukan konfirmasi ke pasien untuk mengulangi pemeriksaan. Jika pasien
bersedia untuk dilakukannya pemeriksaan ulang, maka petugas radiologi akan
melakukan kembali pemeriksaan sesuai item yang tercantum dalam formulir
permintaan pemeriksaan radiologi. Apabila hasil pemeriksaan sempurna maka proses
akan dilanjutkan ke laporan radiologi dan analisis.
82
Gambar 3.5 Diagram Alir Proses Pengujian Radiologi.
3.4.1.3. Laporan Radiologi dan Analisis
Laporan radiologi adalah hasil dari pemeriksaan X-Ray, Flouroscopy, FullBody CT Scan, Mammography, MRI dan Ultrasonography. Tujuan proses laporan
radiologi telah dilaporkan sesuai jenisnya dan dianalisa oleh dokter bagian radiologi.
Analisa hasil pemeriksaan bersifat rahasia.
Setelah pengujian radiologi telah selesai maka petugas radiologi akan
mencetak / memproses hasil visual radiologi. Petugas radiologi akan melaporkan
hasil pemeriksaan radiologi kepada dokter radiologi untuk di analisis. Dokter
radiologi menganalisis hasil pemeriksaan radiologi dan akan menginputnya ke
sistem, kemudian dokter radiologi akan mencetak (print out) hasil interpretasi
pemeriksaan radiologi. Setelah melakukan pencetakan hasil interpretasi pemeriksaan
maka proses selanjutnya adalah distribusi hasil pemeriksaan radiologi.
83
Gambar 3.6 Diagram Alir Proses Laporan Radiologi dan Analisis.
3.4.1.4. Distribusi Hasil Pemeriksaan Radiologi
Distribusi hasil pemeriksaan radiologi merupakan suatu proses pemberian
hasil pemeriksaan kepada pihak yang berhak / berwenang mengetahui hasil
pemeriksaan radiologi. Tujuan distribsi hasil pemeriksaan radiologi untuk
memastikan bahwa hasil pemeriksaan radiologi sudah diberikan kepada yang berhak
/ berwenang. Hasil pemeriksaan radiologi yang di distribusi harus sudah melalui
proses laporan dan analisis dokter.
Dalam proses ini petugas radiologi yang telah mendapatkan hasil
pemeriksaan radiologi dari dokter akan memastikan kembali bahwa lembar jawaban
film / paper dan label sesuai dengan data pasien pada formulir hasil pemeriksaan
radiologi. Petugas radiologi akan merapikan hasil pemeriksaan radiologi dengan
membaginya satu lembar untuk pasien, satu lembar untuk arsip rekam medis, dan
arsip radiologi disimpan pada soft copy hardisk dan back up database oleh divisi TI
(Teknologi Informasi). Kemudian petugas radiologi akan mengelompokkan hasil
berdasarkan asal pasien yaitu pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
84
Gambar 3.7 Diagram Alir Proses Distribusi Hasil Pemeriksaan Radiologi.
Untuk pasien rawat jalan dan walk in, petugas radiologi akan melihat bukti
pembayaran pasien dan menyerahkan hasil pemeriksaan kepada pasien. Pengambilan
hasil akan dicatat pada buku ekspedisi dan pasien / keluarga menandatanganinya
sebagai bukti pengambilan.
Untuk pasien rawat inap, petugas radiologi akan menghubungi bagian /
ruangan yang terkait setelah dapat dihubungi perawat ruangan akan mengambil hasil
pemeriksaan, pengambilan hasil dicatat dibuku ekspedisi disertai tanda tangan
petugas yang mengambil.
3.4.2. Sistem Berjalan Berdasarkan Observasi Lapangan
Dalam bagian ini akan dijelaskan proses pelayanan radiologi yang sedang
berjalan pada Rumah Sakit Royal Taruma. Proses tersebut akan digambarkan melalui
activity diagram yang terdapat pada gambar 3.8 yang akan menjelaskan activity
diagram proses pelayanan radiologi Rumah Sakit Royal Taruma dan gambar 3.9
akan menjelaskan proses permintaan atau pengembalian barang pada bagian
radiologi Rumah Sakit Royal Taruma.
Dr. Pengirim
Membuat Surat
Permintaan
Pemeriksaan
Pasien
Admin Radiologi
Kasir
Dr. Radiologi
Mengecek
Kesesuaian
Permintaan
Pemeriksaan
Mendaftar
Pemeriksaan
Radiologi
Radiografer
Perawat
Bagian Anastesi
Mereview Surat
Permintaan
Pemeriksaan
Tolak
Status
Permintaan?
Terima
Tidak
Mendaftarkan
Dokter
Pengirim
Tidak
Mendaftarkan
Identitas
Pasien
Ada
Medical
Record?
Ada
Dr. Pengirim
Sudah
Terdaftar?
Pakai
Zat
Kontras
Atau
Anastesi?
Ada
Ya
Pasien
Setuju?
Tidak
Mencetak Surat
Persetujuan /
Penolakan
Zat Kontras
Atau Anastesi
Tidak
Ya
Tanda Tangan
Penolakan
Penggunaan
Zat Kontras
Atau Anastesi
Tanda Tangan
Persetujuan
Penggunaan
Zat Kontras
Atau Anastesi
Memberikan
Informasi
Item dan Harga
Apa
Pasien
Setuju
dengan
Harganya?
Tidak Setuju
Setuju
Menerima
Struk
Transaksi
Mencetak
Struk Bukti
Transaksi
Menerima
Pembayaran
Menerima
Bukti Pembayaran
Mencetak
Bukti Pembayaran
Penjadwalan
Pemeriksaan
Radiologi
Ada
Penggunaan
Anastesi?
Ada
Menerima Jadwal
Penyuntikan Anastesi
Tidak
Menerima
Konfirmasi
Jadwal
Mempersiapkan
Data Pasien
Menerima
Inrtruksi Persiapan
Pemeriksaan
Verifikasi dan
Memberikan
Instruksi
Menunggu
Antrian
Pemeriksaan
Persiapan
Pemeriksaan
Pasien
Setuju?
TTD?
Mencetak Surat
Persetujuan / Penolakan
Zat Kontras atau Anastesi
Tidak
Belum
Ya
Butuh
Zat
Kontras
atau
Anastesi?
Tidak
Ya
Sudah
Tanda Tangan
Persetujuan
Penggunaan
Zat Kontras
Atau Anastesi
Menyuntik
Zat Kontras
atau Anastesi
Pelaksanaan
Foto
Tanda Tangan
Penolakan
Penggunaan
Zat Kontras
Atau Anastesi
Mencetak
Foto
Foto
Jelas
dan
Benar?
Tidak
Ya
Input
Pemakaian
Inventory
Menganalisis Hasil
Visualisasi Radiologi
Mencetak
Label Foto dan
Memasukkan Foto
ke dalam Amplop
Butuh
Analisa
Lanjut?
Tidak
Ya
Melakukan
Anamnesis
Ada Biaya
Tambahan?
Mencetak
Hasil
Pemeriksaan
Tidak
Ada
Menerima
Struk Biaya
Tambahan
Mencetak
Biaya
Tambahan
Menerima
Pembayaran
Biaya Tambahan
Menyerahkan
Hasil
Pemeriksaan
Membaca Hasil
Pemeriksaan
Menerima Hasil
Pemeriksaan
Mencetak
Struk Pelunasan
Biaya Tambahan
Membuat
Laporan
Radiologi
Memberitahu Hasil
Pemeriksaan
Gambar 3.8 Activity Diagram - Proses Pelayanan Radiologi Rumah Sakit Royal Taruma
86
Gambar 3.9 Activity Diagram – Inventory
1. Permintaan Pemeriksaan
Aktivitas–aktivitas yang terjadi di dalam Rumah Sakit Royal Taruma dimulai
ketika pasien membawa surat permintaan pemeriksaan radiologi yang sebelumnya
telah dibuat oleh dokter pengirim. Surat Pemeriksaan radiologi ini berisi tentang
informasi pemeriksaan apa saja yang harus dilakukan petugas radiologi terhadap
pasien. Setelah itu, pasien akan memberikan surat pemeriksaan radiologi kepada
bagian administrasi pendaftaran radiologi.
2. Verifikasi Surat Permintaan Pemeriksaan
Kemudian bagian administrasi radiologi akan mengecek kesesuaian surat
permintaan tersebut. Setelah itu, bagian administrasi radiologi akan memberikan
surat permintaan pemeriksaan tersebut kepada dokter radiologi untuk direview dan
memberikan verifikasi surat pemeriksaan yang telah dibuat oleh dokter pengirim.
Jika diterima, maka akan lanjut ke proses berikutnya. Jika ditolak, maka bagian
87
administrasi radiologi harus menyesuaikan permintaan pemeriksaan berdasarkan
keterangan yang diberikan oleh dokter radiologi.
3. Pendaftaran
Selanjutnya bagian administrasi radiologi nantinya akan melakukan
pengecekan apakah dokter pengirim dan pasien tersebut sudah terdaftar atau belum.
Jika belum maka bagian administrasi akan mendaftarkan dokter pengirim tersebut
dan juga akan mendaftarkan pasien yang belum terdaftar atau belum mempunyai
medical record.
Selanjutnya bagian administrasi akan memeriksa apakah dalam pemeriksaan
tersebut perlu dilakukan pemberian zat kontras atau anastesi. Bila pemeriksaan yang
dilakukan perlu menggunakan zat kontras atau layanan anastesi, maka surat
persetujuan penggunaan zat kontras atau anastesi diberikan ke pada pasien untuk
memohon persetujuannya. Bila pasien menolak maka pasien harus menandatangani
surat penolakan persetujuan zat kontras atau anastesi.
4. Pembayaran
Setelah melakukan pendaftaran maka bagian administrasi radiologi akan
memberikan informasi item dan harga yang akan dibayar oleh pasien. Jika setuju,
administrasi akan membuat struk pembayaran. Kemudian pasien akan mendapatkan
struk pembayaran yang nantinya akan diberikan kepada kasir dan pasien akan
melakukan proses pembayaran di kasir. Setelah proses pembayaran telah selesai
maka kasir akan memberikan bukti pembayaran kepada pasien yang nantinya akan
dibawa kembali ke administrasi radiologi untuk melanjutkan melanjutkan proses
penjadwalan dan pemeriksaan.
5. Penjadwalan Pemeriksaan Pasien
Penjadwalan dilakukan setelah semua data pemeriksaan yang dibutuhkan
lengkap untuk dilakukan pemeriksaan dan bukti pelunasan pembayaran pasien sudah
diterima administrasi radiologi. Selanjutnya bagian administrasi radiologi akan
melakukan penjadwalan pemeriksaan yang sesuai dengan permintaan pemeriksaan
dengan dokter radiologi yang bertugas. Jika ada pasien yang harus menggunakan
tindakan anastesi, maka bagian administrasi radiologi akan memberikan jadwal
88
pelaksanaan anastesi kepada bagian anastesi untuk melakukan penyuntikan anastesi
sesuai dengan jadwal pemeriksaan yang telah ditentukan sebelumnya.
Selanjutnya administrasi radiologi akan mempersiapkan data pasien dan
pasien juga akan diberikan informasi – informasi prosedur pemeriksaan yang sesuai
dengan jenis pemeriksaan yang telah dipilih. Beberapa penjadwalan akan dilakukan
sesuai dengan prosedur pemeriksaan pasien yang telah diinformasikan, yang
mengharuskan pasien untuk melakukan puasa dan tindakan lainnya untuk
mendukung proses pemeriksaan. Setelah itu dokter radiologi akan memberikan
instruksi pemeriksaan kepada radiografer untuk mendukung proses pemeriksaan
pasien.
Jika pasien yang telah dijadwalkan tidak dapat hadir dalam waktu yang
ditentukan, maka bagian administrasi akan mengatur ulang jadwal yang ada. Setelah
pasien mendapatkan jadwal pemeriksaan, pasien akan menunggu panggilan
pemeriksaan.
6. Pelaksanaan Pemeriksaan
Pada saat penjadwalan pemeriksaan pasien telah tiba, petugas radiografer
akan melakukan persiapan pemeriksaan radiologi, pada saat proses ini petugas
radiografer akan menjelaskan prosedur pemeriksaan kembali kepada pasien. Jika
pemeriksaan pasien diperlukan untuk penyuntikan zat kontras atau tindakan anastesi
yang ternyata belum diinformasikan sebelum pemeriksaan, maka bagian administrasi
radiologi akan memberikan lagi surat persetujuan zat kontras dan/atau anastesi
(formulir Informed Consent). Jika pasien setuju maka pasien akan menandatangani
surat persetujuan penggunaan zat kontras dan/atau anastesi dan perawat akan
melakukan penyuntikan zat kontras dengan pengawasan dokter ahli radiologi atau
pelaksanaan anastesi oleh dokter ahli anastesi dengan memberikan zat anastesi
kepada pasien. Tujuan permohonan persetujuan penggunaan zat kontras atau
tindakan anastesi ini untuk memastikan bahwa pasien akan mendapatkan penolakan
(disclaimer) tanggung jawab dari rumah sakit jika terjadi efek samping atau reaksi
alergi yang dapat mengakibatkan hingga pasien meninggal dalam penyuntikan sesuai
dengan prosedur.
Setelah itu radiografer akan melakukan pelaksanaan foto radiologi pasien.
Hasil foto radiologi bisa saja berbeda-beda tergantung dari penggunaan alat dari
pemeriksaan pasien. Setiap prosedur pemeriksaan berbeda-beda karena setiap alat
89
memiliki syarat keamanan yang berbeda-beda pula untuk bisa memakai alat tersebut.
Berikut penjelasan syarat-syarat keamanan peralatan dan karakteristik masingmasing pemeriksaan radiologi beserta dengan bentuk hasilnya.
a. Radiografi
Radiografi ialah penggunaan radiasi pengion (sinar X, sinar gama) untuk
membentuk bayangan bagian dalam tubuh yang dikaji pada film tanpa melakukan
pembedahan. Radiografi umumnya digunakan untuk melihat obyek tak tembus
pandang, misalnya bagian dalam tubuh manusia. Gambaran benda yang diambil
dengan radiografi disebut radiograf atau radiogram. Radiografi lazim digunakan pada
pelbagai bidang, seperti pelayanan kesehatan, arkeologi, dan industri.
Radiografi digunakan untuk menghasilkan gambar diam 2 dimensi dari suatu
obyek bagian dalam tubuh manusia. Oleh karena menggunakan radiasi sinar-X yang
merupakan radiasi pengion, maka pemeriksaan radiografi harus dilakukan
berdasarkan permintaan dokter pengirim dan harus memperhatikan batas paparan
radiasi yang boleh diterima pasien dalam satu periode waktu. Selain itu pemeriksaan
radiografi juga merupakan kontra indikasi bagi ibu hamil. Macam-macam
pemeriksaan radiografi yang dilakukan antara lain: TRAKTUS CARDIORESPIRATORIUS, ABDOMEN & PELVIS, VERTEBRA & AXIAL, TULANG
MUKA, EXSTREMITAS, SISTEM PENCERNAAN, dan SISTEM UROGENITAL.
Pemerikaan dapat dilakukan tanpa atau menggunakan zat kontras.
b. Fluoroskopi
Pemeriksaan dengan alat fluoroskopi menggunakan sinar-X, namun mampu
untuk menghasilkan gambar statis (serupa dengan radiografi) dan gambar dinamis
(bergerak) karena dilengkapi dengan komponen detektor gambar yang disebut image
intensifier maupun flat panel detector. Untuk bisa menggunakan alat ini, ada beberpa
pemeriksaan dimana pasien harus diberikan suntikan zat kontras terlebih dahulu. Ada
2 macam zat kontras, yaitu kontras yang disuntikkan melalui pembuluh darah dan
kontras yang diminum atau dimasukkan melalui anus. Hal ini dikarenakan dengan
bantuan zat kontras penyinaran sinar-X klasik yang dilakukan terus menerus mampu
menghasilkan gambar dengan kontras yang jelas.
90
Dalam pemberian zat kontras melalui pembuluh darah vena maka sebelum
disuntik pasien harus menyetujui syarat dan kondisi yang berlaku dengan
menandatangani surat persetujuan zat kontras terlebih dahulu. Hasil dari
FLUROSKOPI tersebut akan ditampilkan terlebih dahulu pada layar monitor dan
diperiksa kembali kualitas dan kejelasan gambar sebelum dicetak. Pencetakan bisa
menggunakan film sesuai dengan jumlah dan keadaan pemeriksaan. Dalam
pemeriksaan FLUROSKOPI membutuhkan dokumen pendukung seperti kuisioner
untuk pemeriksaan khusus.
Jika proses foto telah selesai maka radiografer akan mencetak foto dan
melakukan pengecekan kembali apakah hasil foto yang diambil sudah benar dan
jelas, jika hasil foto yang telah diambil kurang jelas maka radiografer akan
melakukan pengambilan foto kembali. Setelah pengecekan foto maka radiografer
akan menginput pemakaian inventori seperti film dan obat yang telah digunakan
dalam proses pemeriksaan ini. Kemudian radiografer akan mencetak label foto dan
memasukkan foto kedalam amplop hasil pemeriksaan radiologi. Hasil visualisasi
radiologi yang sudah lengkap tersebut untuk dianalisis oleh dokter radiologi
c. Angiografi
Pemeriksaan angiografi merupakan pencitraan sinar-X untuk memeriksa
pembuluh darah yang dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan fluoroskopi
atau dengan mengunakan peralatan khusus angiografi. Peralatan khusus angiografi
terdiri dari tabung pembangkit sinar-X dan detektor gambar yang dirangkai dalam
suatu lengan berbentuk huruf C sehingga dikenal dengan nama C-arm. Khusus yang
mampu untuk melihat pembuluh darah kecil. Untuk bisa menggunakan alat ini pasien
harus melepas semua benda – benda yang menempel pada bagian tubuh yang ingin
diperiksa. Benda – benda yang menghalangi bagian tubuh yang diperiksa akan
menggangu hasil dari angiografi tersebut. Hasil dari angiografi dicetak kedalam film
sesuai dengan jumlah dan keadaan pemeriksaan.
d. Mammography
MAMMOGRAFI merpakan alat khusus pencitraan payudara dengan
menggunakan sinar-X yang relatif kecil, sehingga hal ini tidak membahayakan
pasien dan tidak diperlukan ruang isolasi dengan daya kedap radiasi khusus untuk
melakukan pelaksanaan pemeriksaan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, pasien
91
harus mengisi kuisioner mammografi terlebih dahulu yang diperlukan oleh dokter
ahli radiologi untuk memberikan diagnosis yang tepat. Selain itu, informasi ini juga
diperlukan agar pengukuran dan pengaturan alat bisa berjalan dengan tepat.
Hasil dari MAMOGRAFI dilihat dulu ketepatan posisinya dengan komputer
sebelum dicetak. Jika sudah tepat dan jelas, maka hasil dicetak dalam film untuk
dilakukan
diagnosis
lebih
lanjut.
Dalam
Pemeriksaan
MAMMOGRAFI
membutuhkan dokumen pendukung seperti formulir permintaan pemeriksaan
radiologi, formulir permintaan pemeriksaan mammografi.
e. CT-SCAN (Computed Tomography)
Untuk bisa dilaksanakanya pemeriksaan dengan menggunakan alat CTSCAN radiografer harus memastikan bahwa pasien wanita tidak dalam keadaan
mengandung (hamil). Hal ini disebabkan karena tingkat radiasi sinar-X pada alat CTSCAN bisa membahayakan janin yang ada didalam kandungan. Pemeriksaan ini
dilakukan harus dengan ruang tertutup khusus dengan kemampuan kedap radiasi,
agar tingkat radiasi tidak menyebar ke luar ruangan. Walaupun memiliki tingkat
radiasi yang sama – sama tinggi dengan MRI, CT-SCAN tidak memakai medan
magnet untuk bisa menembus bagian dalam pasien, melainkan menggunakan sinarX. CT-SCAN mampu menghasilkan hasil yang lebih rinci dan terpisah dan dibentuk
menjadi tampilan 3D sehingga lebih memudahkan dokter dalam melakukan
diagnosa. Dalam Pemeriksaan CT-SCAN membutuhkan dokumen pendukung seperti
formulir persiapan pemeriksaan radiologi dengan Kontras IntraVena, formulir
persiapan Pemeriksaan CT SCAN Abdomen/ Whole Abdomen dengan Kontras Oral
dan Intra Vena (IV).
f. Pemeriksaan BMD (Bone Mineral Densitometry)
Pemeriksaan BMD adalah Tes Kepadatan Mineral Tulang (Bone Mineral
Densitometry) umumnya berkorelasi dengan kekuatan tulang dan digunakan untuk
mendiagnosis osteoporosis. BMD diukur dengan uji absorptiometry sinar-X energi
ganda (disebut sebagai scan DXA). Dengan mengukur BMD, memungkinkan untuk
memprediksi risiko patah tulang. Ini sama halnya dengan dengan mengukur tekanan
darah untuk membantu memprediksi risiko stroke.
92
Penting untuk diingat bahwa tes BMD tidak dapat memprediksi dengan pasti
kapan dimulainya proses patah tulang. Ini hanya dapat memprediksi risiko. Tes
kepadatan tulang tidak sama dengan scan tulang, yang merupakan tes kedokteran
yang digunakan untuk mendeteksi tumor, kanker, patah tulang, dan infeksi pada
tulang.
Standar penilaian hasil tes BMD mengacu pada standar yang dikeluarkan
oleh WHO untuk osteoporosi (WHO Technical Report Series # 843, Jenewa 1994):
Hasil tes dinyatakan normal bila statistik BMD menunjukkan skor T antara 1
dan -1, dengan standar deviasi 1 dibanding rata-rata orang dewasa.
Massa tulang yang rendah (secara medis disebut osteopenia) bila nilai BMD
yang lebih besar dari 1 deviasi standar tetapi kurang dari 2,5 standar deviasi
terhadap rata-rata orang dewasa. Laporan ini menunjukkan skor T antara -1 dan -2,5,
yang berarti meningkatkan risiko patah tulang tetapi tidak memenuhi kriteria untuk
osteoporosis.
Osteoporosis: Sebuah nilai BMD 2,5 atau standar deviasi bawah lebih besar
dari massa tulang puncak dewasa rata-rata muda. BMD dalam kisaran ini
menandakan risiko patah tulang lebih tinggi daripada osteopenia. Laporan ini
menunjukkan skor T -2,5 atau lebih rendah.
National Osteoporosis Foundation memperkirakan bahwa 10 juta orang di
Amerika Serikat mengalami osteoporosis dan hampir 34 juta lebih memiliki
osteopenia, yang menempatkan mereka pada risiko lebih besar untuk osteoporosis.
Data penelitian dari Depkes Indonesia pada tahun 2006 menunjukkan bahwa 1 dari 5
orang Indonesia rentan terkena penyakit osteoporosis.
g. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk dilaksanakan pemeriksaan dengan menggunakan alat MRI, pasien
tidak boleh membawa benda logam baik yang ada didalam tubuh pasien maupun
yang melekat pada tubuhnya kedalam ruang MRI. Hal ini dikarenakan MRI
menggunakan medan magnet yang sangat tinggi. Membawa benda logam ke area
tersebut akan sangat berbahaya karena dapat menyebabkan tertariknya logam ke
mesin MRI dan bisa merusak peralatan. Daya tarik logam ini mampu menarik lebih
bahan logam lebih dari berat manusia sekalipun. Selain itu pasien dengan implan
logam atau yang menggunakan alat pacu jantung juga dilarang mendekat ke area
93
MRI. Berdasarkan jenis radiasi yang digunakan, pemeriksaan MRI jauh lebih aman
bagi manusia daripada pemeriksaan radiologi lainnya yang menggunakan radiasi
sinar-X.
Hasil pemeriksaan MRI membutuhkan film lebih dari satu lembar sebagai
media cetaknya. Pencetakan yang banyak tersebut dikarenakan MRI perlu mencetak
hasil gambar 2D dan 3D secara terbagi-bagi sesuai dengan pengaturan protokol
pemeriksaan (sekuen) yang digunakan. Pemeriksaan MRI bisa saja berbeda-beda
jumlah cetak pada setiap pemeriksaanya, tergantung dari jenis pemeriksaan dan
diagnosis pasien. Hasil pemeriksaan MRI ini bisa digunakan untuk diagnosis
kelainan pada jaringan lunak atau daerah anatomi terkecil sekalipun. Berbeda dengan
pemeriksaan CT Scan yang baik untuk mendeteksi kelainan pada jaringan keras dan
tulang.
Dalam pemeriksaan MRI mebutuhkan dokumen pendukung yaitu formulir
permintaan pemeriksaan MRI, surat persetujuan penggunaan zat kontras/anastesi,
formulir anamnesis pemeriksaan pasien MRI. Zat kontras digunakan dalam
pemeriksaan MRA (Magnetic resonance angiography, yaitu kelompok pemeriksaan
menggunakan
modalitas
magnetic
resonance
imaging
(MRI)
untuk
memvisualisasikan pembuluh darah). Bila permohonan pemeriksaan MRI meminta
pemeriksaan MRCP (magnetic resonance cholangiopancreatography, adalah istilah
dalam pencitraan medis yang menyatakan sebuah teknik untuk memvisualisasikan
saluran empedu dan saluran pankreas menggunakan modalitas MRI), maka formulir
persiapan pemeriksaan MRCP diberikan.
h. USG (Ultrasonography)
USG Merupakan alat pemeriksaan yang paling tidak berisiko pada
departemen radiologi. Hal ini dikarenakan USG memiliki kadar radiasi yang sangat
rendah dan tidak membahayakan sama sekali bagi mahluk hidup. untuk bisa
memakai alat ini, pasien hanya perlu untuk melepas baju bagian atas dan pasien
diharuskan untuk diolesi cairan khusus untuk bisa melihat kondisi internal fisik
pasien. hasil pasien bisa terlihat dilayar alat USG tersebut. Hasil USG bisa terlihat
langsung dilayar. Bukan hanya dokter radiologi / petugas radiografer saja yang bisa
melihat keadaan internal pasien, pasien sendiri juga bisa melihat keaadaan
internalnya secara langsung, sehingga tidak diperlukan dokter untuk mencetak hasil
94
kedalam film. Namun jika pasien meminta hasil cetak, maka petugas radiologi akan
mencetak hasil dari alat USG tersebut. Dalam Pemeriksaan USG membutuhkan
dokumen pendukung seperti formulir permintaan pemeriksaan radiologi, formulir
persiapan pemeriksaan USG.
7. Laporan Hasil Pemeriksaan
Proses selanjutnya dokter radiologi akan menganalisis hasil visualisasi
radiologi yang sebelumnya diberikan oleh petugas radiografer, jika hasil visualisasi
radiologi membutuhkan analisa lanjut maka dokter radiologi akan melakukan
anamnesis. Anamnesis adalah diagnosa pemeriksaan pasien. Dokter radiologi akan
menulis dan mencetak hasil pemeriksaan radiologi atau disebut juga dengan
ekspertise radiologi. Hasil laporan pemeriksaan ini berupa berkas foto yang terdiri
dari beberapa hasil foto dari pemeriksaan dan hasil laporan diagnosa. Kemudian
laporan hasil tersebut diberikan kepada bagian administrasi radiologi untuk
kemudian didistribusikan kepada pasien yang bersangkutan.
Pada setiap pemeriksaan yang telah dilakukan, bagian administrasi radiologi
akan melakukan pencatatan pemeriksaan yang telah dilakukan didalam buku log
pemeriksaan pasien yang telah disiapkan. Pencatatan dicatat berdasarkan nomor urut
pemeriksaan saja yang ditambahkan sendiri secara manual oleh petugas radiologi.
8. Distribusi Hasil Pemeriksaan
Jika proses pemeriksaan telah selesai, maka bagian administrasi akan
melakukan pendataan apakah ada biaya tambahan atau tidak, jika ada maka bagian
administrasi akan mencetak biaya tambahan dan setelah itu bagian administrasi
memberikan struk biaya tambahan kepada pasien.
Biaya tambahan ini merupakan biaya alat/obat/media yang dikeluarkan lebih
dari seharusnya pada pemeriksaan pasien terkait. Setelah itu struk biaya tambahan
tersebut akan dibawa ke kasir untuk melakukan pelunasan biaya tambahan. Jika
pembayaran biaya tambahan sudah lunas maka kasir akan mencetak struk pelunasan
biaya tambahan. Pasien memberikan struk tersebut kepada bagian administrasi
radiologi untuk bisa mengambil hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
95
Bagian administrasi radiologi akan menyerahkan amplop yang berkas foto
pemeriksaan pasien beserta hasil pemeriksaan kepada pasien. Pasien yang telah
menerima foto dan hasil pemeriksaan akan membawa hasil tersebut ke dokter
pengirim atau dokter luar lainya untuk dilakukan pembacaan hasil pemeriksaan.
9. Persediaan Material Radiologi
Setiap proses pemeriksaan, petugas radiografer akan melakukan pendataan
penggunaan obat, alat dan bahan medis habis pakai, dan film yang telah digunakan
oleh pasien secara manual. Setiap minggu dibuat laporan pembelian material
radiologi seperti obat-obatan, film, dan sebagainya. Untuk proses pemesanan
persediaan, jika persediaan sudah mencapai batas kurang maka petugas radiografer
akan membuat surat permintaan barang. Ambang batas kurang yang ditentukan bisa
saja berbeda – beda setiap bulannya, bergantung pada keadaan data penggunaan
peralatan dan obat pada bulan yang terkait. Nantinya bagian farmasi akan
memverifikasi untuk segera dilakukan pemberian barang sesuai dengan permintaan.
Setelah itu petugas radiografer akan membuat laporan penerimaan barang yang
kemudian akan diberikan kepada kepala radiologi. Kepala radiologi nantinya akan
memverifikasi penerimaan barang yang telah diterima oleh petugas radiografer. Jika
ada obat yang tidak sesuai maka radiografer akan mengembalikan barang tersebut ke
bagian farmasi kemudian radiografer akan yang akan membuat laporan barang apa
saja yang sudah dikembalikan kepada bagian farmasi, dan membuat laporan
pengembalian barang yang akan diverifikasi oleh kepala radiologi.
3.5.
Masalah
Secara garis besar, departemen radiologi Rumah Sakit Royal Taruma telah
memanfaatkan sistem komputer dengan aplikasi desktop, namun sistem yang ada
sekarang masih belum mencakup keseluruhan proses bisnis yang berjalan.
Pemanfaatan sistem informasi radiologi di RS. Royal Taruma masih hanya terbatas
pada proses pendaftaran pasien, pembayaran, dan penulisan laporan hasil
pemeriksaan. Sistem yang berjalan belum menyatukan modul aplikasi yang ada
dengan kebutuhan keseluruhan proses bisnis di lapangan.
96
Berdasarkan atas wawancara dan pengamatan yang telah penulis lakukan
terdapat beberapa masalah yang sering dihadapi oleh Rumah Sakit Royal Taruma
sebagai berikut:
3.5.1. Verifikasi Permohonan Pemeriksaan oleh Dokter Radiologi
Review atau verifikasi permohonan pemeriksaan dari dokter pengirim oleh
dokter radiologi termasuk dalam pengolahan data klinis. Verifikasi betujuan untuk
mendapatkan persetujuan pemeriksaan pasien. Proses berjalan sekarang masih
menggunakan sistem pencatatan manual. Hal ini menyebabkan petugas administrasi
radiologi harus melakukan pendistribusian formulir fisik secara berulang-ulang antar
ruang dokter radiologi dengan ruang administrasi.
3.5.2. Proses Penjadwalan
Proses penjadwalan pemeriksaan radiologi termasuk kedalam pengolahan
data administrasi. Proses penjadwalan sekarang masih dituliskan di papan tulis dan
buku perjanjian pemeriksaan. Dalam kasus ini pencatatan untuk pemeriksaan pasien
terkadang bisa lupa untuk dituliskan ke dalam papan tulis dan buku perjanjian,
sehingga hal ini dapat menyebabkan bentrok pemeriksaan jika ada pasien yang
melakukan pemeriksaan di jam yang sama.
Untuk pasien yang melakukan pemeriksaan secara berkala, petugas
administrasi radiologi harus mencari data pasien yang harus melakukan pemeriksaan
tersebut, hal ini dapat memungkinkan menyebabkan pemeriksaan yang dilakukan
terlambat untuk dilakukan.
3.5.3. Pencatatan Pemeriksaan Pasien pada Tiap Modalitas
Pencatatan pemeriksaan pasien
termasuk dalam pengolahan
data
administrasi. Pencatatan pemeriksaan pasien yang berjalan masih dicatat dalam buku
log, setiap buku log merupakan modalitas yang berbeda. Seperti pemeriksaan MRI
memiliki buku pemeriksaan sendiri, dan pemeriksaan CT Scan mempunyai buku
sendiri. Hal ini dapat menyebabkan pencarian pemeriksaan pasien yang
membutuhkan waktu relatif lama.
97
3.5.4. Pencarian Riwayat Pemeriksaan Pasien
Sistem pencarian riwayat pemeriksaaan pasien termasuk dalam pengolahan
data klinis. Sistem pencarian riwayat pemeriksaan pasien hanya dapat disaring
berdasarkan tanggal atau bulan pemeriksaan pasien. Hal ini dapat menyulitkan
petugas administrasi radiologi atau dokter jika ingin melakukan pencarian riwayat
pemeriksaan pasien.
3.5.5. Rekapitulasi Transaksi Pemeriksaan berdasarkan Dokter Pengirim
Rekapitulasi Transaksi termasuk kedalam pengolahan data administrasi.
Dalam sistem yang berjalan, data dokter pengirim tidak akurat. Sehingga jika petugas
administrasu ingin menuliskan nama dokter pengirim yang baru harus memasukkan
data tersebut ke dalam database. Hal ini dapat mengganggu pada saat proses
pencatatan dalam keadaan darurat atau dalam keadaan untuk menuliskan informasi
tersebut dalam waktu yang cepat.
Dalam sistem yang berjalan data rekap dokter pengirim tidak ada, hal ini
berguna untuk melakukan pendataan dokter mana yang sering melakukan
pemeriksaan yang nantinya dapat digunakan untuk mengetahui seberapa sering
dokter pengirim merekomendasikan atau merujuk pasien agar melakukan
pemeriksaan radiologi di Rumah Sakit Royal Taruma. Informasi ini ditujukan untuk
membangun relasi yang lebih baik lagi bagi Rumah Sakit Royal Taruma dengan
memberikan apresiasi kepada dokter pengirim.
3.6.
Usulan Pemecahan Masalah
Untuk menyelesaikan masalah pada Rumah Sakit Royal Taruma, penulis
mengusulkan beberapa pemecahan masalah, antara lain:
3.6.1. Verifikasi Pemeriksaan dari Dokter Radiologi
Proses persetujuan oleh dokter ahli radiologi atas permintaan pemeriksaan
radiologi yang diajukan dilakukan melalui sistem. Sehingga petugas administrasi
radiologi menerima informasi persetujuan pemeriksaan dengan perubahan status,
dengan demikian tidak perlu lagi ada pendistribusian formulir-formulir fisik antar
ruangan. Dengan demikian petugas administrasi radiologi dengan segera dapat
memberikan informasi kepada pasien.
98
3.6.2. Proses Penjadwalan
Sistem penjadwalan pasien yang berinformasikan tentang modalitas yang
digunakan, dengan tercantumnya modalitas yang ada. Dapat menghindarkan jadwal
bentrok. Untuk mempermudah pencarian data pasien dalam melakukan penjadwalan,
sistem akan mereferensikan data pasien sesuai dengan penjadwalan terkait.
3.6.3. Pencatatan Pemeriksaan Pasien dan Modalitas
Nantinya sistem akan memiliki pencatatan pemeriksaan sesuai modalitas
yang digunakan, hal ini dapat memudahkan radiografer maupun administrasi
radiologi dalam melakukan pencarian pemeriksaan sesuai dengan modalitas yang ada
dan akan disimpan kedalam sistem. Dengan adanya pencatatan pemeriksaan sesuai
dengan modalitas maka administrasi radiologi dapat melihat informasi modalitas
berikut dengan pemeriksaan yang sering dilakukan pasien. Hal ini berguna untuk
membantu dalam pembuatan laporan sesuai pemeriksaan modalitas. Membantu
kemudahan dalam pengecekan dan pencarian data pemeriksaan pasien sesuai dengan
modalitas jika data tersebut diperlukan untuk kepentingan medis. Dengan demikian
lebih memudahkan pencarian dibandingkan dengan mencari menggunakan buku log
sesuai dengan kategori modalitas.
3.6.4. Pencarian Riwayat Pemeriksaan Pasien
Dengan sistem yang dirancang ini, pencarian riwayat pasien dapat melakukan
pencarian riwayat pemeriksaan dengan menggunakan nama pasien. Hal ini
memudahkan dalam pencarian riwayat pemeriksaan dibandingkan dengan mencari
pasien berdasarkan tanggal atau bulan pemeriksaan.
3.6.5. Laporan Dokter Pengirim
Dengan sistem yang dirancang ini radiografer maupun petugas administrasi
radiologi dapat melihat rekap yang tercatat dari dokter pengirim yang telah merujuk
pemeriksaan pasien radiologi ke Rumah Sakit Royal Taruma. Sehingga rekap ini
dapat menjadi track record dokter pengirim yang telah merujuk pemeriksaan
radiologi ke Rumah Sakit Royal Taruma. Dengan adanya track record tersebut,
terlihat seberapa sering dokter pengirim merekomendasikan pasien untuk melakukan
pemeriksaan radiologi di Rumah Sakit Royal Taruma, sehingga Rumah Sakit Royal
99
Taruma dapat memberikan apresiasi kepada dokter pengirim tersebut. Dengan
demikian, dokter pengirim yang sering melakukan rujukan pemeriksaan radiologi
dapat dijadikan sebagai mitra kerja sama dalam pemeriksaan radiologi yang nantinya
akan dilakukan di Rumah Sakit Royal Taruma.
3.6.6. Integrasi Data
Untuk mendukung proses pemeriksaan radiologi membutuhkan dokumendokumen pemeriksaan yang berisikan informasi pemeriksaan pasien radiologi, data
klinis, maupun data administrasi. Dalam proses bisnis yang sedang berjalan,
dokumen-dokumen ini masih berbentuk fisik. Dokumen-dokumen tersebut akan
diberikan kepada petugas radiologi maupun dokter yang membutuhkan masih dalam
bentuk fisik sesuai dengan alur proses pemeriksaan radiologi.
Dengan menggunakan sistem ini maka dokumen tersebut akan terintegrasi
antara petugas radiologi, sehingga petugas radiologi tidak harus memberikan
dokumen tersebut secara manual kepada petugas radiologi yang membutuhkan
dokumen tersebut. Dengan sistem ini dokumen tersebut akan dapat dilihat oleh
petugas radiologi yang membutuhkan dokumen tersebut secara langsung tanpa
menunggu dokumen tersebut untuk diantarkan. Dalam penyimpanan dokumen,
petugas radiologi dapat melakukan penyimpanan dokumen-dokumen radiologi secara
elektronik.
100
Halaman ini sengaja dikosongkan

Download