skrpsi-PENGGUNAAN MODEL SYNECTIK DALAM PROSES

advertisement
PENGGUNAAN MODEL SYNECTIK DALAM PROSES BELAJAR
MENGAJAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam proses belajar mengajar pada dasarnya merupakan proses interaksi antara yang belajar
(siswa) dengan pengajar (guru). Seorang siswa telah dikatakan belajar apabila ia telah
mengetahui sesuatu yang sebelumnya ia tidak dapat mengetahuinya, termasuk sikap tertentu
yang sebelumnya belum dimilikinya. Sebaliknya, seorang guru dikatakan telah mengajar apabila
ia telah membantu siswa atau orang lain untuk memperoleh perubahan yang dikehendaki.
Guru sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar hendaknya berupaya menciptakan situasi
dan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang efektif dan efesien
untuk para siswanya. Dalam hal ini dapat meningkatkan efektivitas kegiatan belajar mengajar.
Model mengajar adalah suatu rencana atau pola mengajar yang digunakan oleh guru dalam
menyusun kurikulum, mengatur materi-materi pelajaran dan petunjuk bagaimana seharusnya
guru mengajar di kelas.
Mengingat beragamnya model mengajar yang telah diterapkan di sekolah-sekolah ini, tentu akan
lebih bijaksana bila guru memilih dan mencoba menggunakan model mengajar secara bervariasi
untuk meningkatkan kualitas profesi dan produktivitasnya dalam mengacu pada pemenuhan
kebutuhan siswa, dan hal inilah yang dilakukan oleh guru-guru di SD Inpres Rappokalling I
Makassar untuk mencoba model synectik diterapkan dalam proses belajar mengajar.
Dalam penerapan model synectik ini oleh guru, yakni guru tersebut hanya memberikan
gambaran atau informasi tentang suatu bahan pelajaran kemudian siswa atau informasi tentang
suatu bahan pelajaran kemudian siswa tersebut mengelolanya sendiri, nanti pada tahap akhir baru
guru memberikan bimbingan lagi. Jadi peranan guru hanya memberikan bimbingan pada tahap
awal dan tahap akhir kegiatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengangkat beberapa permasalahan sebagai
berikut:
1. Bagaimana teknik penggunaan/ penerapan model synectik dalam proses belajar mengajar di
SD Inpres Rappokalling I Makassar.
2. Faktor-faktor apa yang menjadi penunjang dan penghambat penerapan model synectik dalam
proses belajar mengajar di SD Inpres Rappokalling I Makassar.
C. Hipotesis
Adapun hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari permasalahan di atas, adalah:
1. Teknik penerapan model synectik oleh guru-guru dalam proses belajar mengajar adalah model
yang berhasil memecahkan masalah atau kesulitan belajar yang mereka miliki.
2. Mengingat bahwa model synectik adalah model pengembangan kreatifitas berfikir siswa untuk
memecahkan kesulitan berfikir dalam belajar, berdasarkan analisa tersebut maka dapat
dipikirkan bahwa model synectik efektif diterapkan dalam proses belajar mengajar.
D. Pengertian Judul dan Defenisi Operasional
Agar skripsi ini mudah dipahami dan dimengerti dengan jelas, maka akan diberikan pengertian
kata-kata yang dianggap penting untuk memahami judul tersebut di atas adapun kata-kata yang
dimaksud adalah:
“Model synectik”, model pengembangan kreatifitas untuk memecahkan masalah dengan melatih
individu untuk bekerjasama mengatasi problema, sehingga mampu meningkatkan
produktivitasnya.1
“Proses Belajar Mengajar, proses komunikasi, proses penyampaian pesan dari sumber pesan
melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan.2
Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka penulis dapat menyimpulkan pengertian judul
bahwa model synectic dalam proses belajar mengajar adalah model pengembangan kreatifitas
untuk memecahkan masalah dengan melatih individu untuk bekerjasama mengatasi problema.
Sehingga mampu meningkatkan produktivitasnya dengan melibatkan seluruh komponen yang
ada dalam unsur pendidikan baik itu guru, lingkungan siswa, sarana masyarakat sehingga terjadi
proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
a. Untuk memperoleh data tentang sejauhmana penguasaan guru dan pemahaman siswa terhadap
mata pelajaran apabila menggunakan model synectik.
b. Untuk mengetahui kerajinan dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran apabila
menggunakan model synectik dalam proses belajar mengajar di SD Inpres Rappokalling I
Makassar.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini pada intinya, sebagai berikut:
a. Untuk menjadi pertimbangan bagi pembaca pada khususnya pendidik dan si terdidik
pertimbangan bagi pembaca pada khususnya pendidik dan si terdidik dalam proses belajar
mengajar.
b. Agar supaya hasil penelitian nanti dapat memberikan gambaran kepada pembaca tentang halhal yang menjadi faktor pendukung didalam pelaksanaan penggunaan model synectik dalam
proses belajar mengajar di SD Inpres Rappokalling I Makassar.
c. Memberikan konstribusi pemikiran atau strategi dan operasionalisasi tentang penggunaan
model synectik dalam proses belajar mengajar di SD Inpres Rappokalling I Makassar.
d. Supaya hasil penelitian nanti dapat berfungsi sebagai informasi kepada pembaca tentang
sejauh mana penggunaan model synectik dalam proses belajar mengajar di SD Inpres
Rappokalling I Makassar.
F. Garis Besar Isi
Untuk memudahkan cara pembaca mengerti secara global dari pada isi skripsi ini, maka penulis
perlu memberikan gambaran kandungan skripsi ini:
Pada bab pertama adalah pendahuluan, yang membicarakan latar belakang, di mana dalam proses
belajar mengajar pada dasarnya merupakan proses interaksi antara yang belajar (siswa) dengan
pengajar (guru), rumusan masalah meliputi bagaimana teknik penggunaan penerapan model
synectik dan faktor-faktor apa yang menjadi penunjang penerapan model synectik dalam proses
belajar mengajar di SD Inpres Rappokalling I Makassar, hipotesis sebagai jawaban sementara
terhadap problema, pengertian judul dari skripsi ini, meliputi pengertian penggunaan model
synectik dalam proses belajar mengajar ,tujuan dan kegunaan penelitian, dan terakhir adalah
garis–garis besar isi yang meliputi abstrak dari semua bab.
Pada bab dua, membahas tinjauan pustaka yang meliputi proses belajar mengajar di mana proses
kegiatan yang berinteraksi antara guru dengan siswa, pengertian komponen yang meliputi tujuan
pengajaran yang bersumber dari tujuan kurikuler dan tujuan instruksional umum yang berfungsi
sebagai indikator keberhasilan pengajaran, faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaannya
meliputi faktor anak didik, pendidik, alat pendidikan dan tujuan pendidikan, dan terakhir adalah
model mengajar synectik yang merupakan suatu pendekatan baru yang menarik guna
mengembangkan kreatifitas.
Bab tiga membahas tentang metode penelitian yang meliputi lokasi, populasi dan sampel, yang
membahas jumlah keseluruhan dari siswa dan jumlah guru SD Inpres Rappokalling I Makassar
instrumen pengumpulan data, teknik pengumpulan data, adalah merupakan keberhasilan dalam
penelitian karena berfungsi sebagai sarana mengumpulkan data yang banyak, prosedur
pengumpulan data dan tahap pengumpulan data yang meliputi tahap persiapan dalam menyusun
instrumen pengumpulan data, dan tahap pengumpulan data yang meliputi riset kepustakaan
,kutipan langsung dan kutipan tidak langsung serta penelitian lapangan dan terakhir teknik
analisis data meliputi metode induksi, deduksi, tabulasi dan metode komparatif.
Bab empat, membahas hasil penelitian tentang tinjauan deskripsi SD Inpres Rappokalling I
Makassar yang meliputi keadaan sarana dan prasarana, keadaan guru, keadaan siswa, dan
keadaan kurikulum, teknik penerapan model synectik yakni guru hanya memberikan gambaran
atau informasi tentang suatu bahan pelajaran nanti siswa tersebut mengelolanya sendiri, faktor
yang menjadi penunjang penerapan model synectik, efektivitas penerapan model mengajar
synectik dalam proses belajar mengajar di mana model synectik ini efektif diterapkan dalam
proses belajar mengajar dan terakhir prestasi belajar siswa yang meliputi hasil belajar siswa.
Kemudian bab lima, yakni pada bab terakhir berisi penutup yang berupa kesimpulan yang
meliputi teknik penggunaan penerapan model synectik dan faktor penunjang penerapan model
synectik dan terakhir implikasi penelitian.
1H. Abdurrahman, Pengelolaan Pengajaran, (Ujung Pandang; Bintang Selatan, 1990), h. 144
2Sadiman Arief. et.al. Media Pendidikan, (Pustekkom Dikbud dan PT. Raja Grafindo Persada),
h. 11
PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR DENGAN
PRESTASI BELAJAR SISWA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga mempunyai peranan dan tanggungjawab utama atas perawatan dan perlindungan anak
sejak bayi hingga remaja. Pengenalan anak kepada kebudayaan, pendidikan, nilai dan normanorma kehidupan bermasyarakat dimulai dalam lingkungan keluarga.
Untuk perkembangan kepribadian anak-anak yang sempurna dan serasi, mereka harus tumbuh
dalam lingkungan keluarga dalam suatu iklim kebahagiaan, penuh kasih saying dan pengertian.
Menurut Siti Partini ( 1977 : 11 )
Keluarga adalah sekelompok manusia yang terdiri atas suami, istri, anak-anak ( bila ada ) yang
terikat atau didahului dengan perkawinan.
Keluarga Merupakan lembaga sosial yang paling kecil, yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Dari
beberapa fungsi keluarga salah satunya adalah memberikan pendidikan yang terbaik yakni
pendidikan yang mencakup pengembangan potensi-potensi yang dimiliki oleh anak-anak, yaitu :
Potensi fisik, potensi nalar, dan potensi nurani / qalbu (Muhammad Tholchah Hasan 1990 : 39).
Dengan pendidikan yang utuh tersebut akan mengembangkan kualitas kepribadian anak dan
mampu mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya secara menyeluruh. Dan kualitas sumberdaya
manusia ( SDM ) yang demikian sebenarnya yang dibutuhkan sekarang dan masa datang, yakni
kualitas sumberdaya manusia yang meliputi ; kreatifitas yang kuat, produktifitas yang tinggi,
kepribadian yang tangguh, kesadaran sosial yang besar, keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa ( Muhammad Tholchah Hasan 1990 : 43 ).
Siswa Sekolah Menengah Atas ( SMA ) sebagai salah satu unsur sumberdaya manusia yang
potensial sangat diperlukan dalam rangka mencapai kemajuan bangsa, “Di Indonesia, pendidikan
diarahkan pada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya sebagai warga Negara yang pancasila
“.
Pada dasarnya, proses pendidikan dapat terjadi dalam banyak situasi sosial yang menjadi ruang
lingkup kehidupan manusia. Secara garis besar proses pendidikan dapat terjadi dalam tiga
lingkungan pendidikan yang terkenal dengan sebutan : Tri Logi Pendidikan, yaitu Pendidikan di
dalam Keluarga ( Pendidikan Informal ), Pendidikan di dalam Sekolah ( Pendidikan Formal ),
dan Pendidikan di dalam Masyarakat ( Pendidikan Non Formal ).
Pendidikan di dalam keluarga merupakan pendidikan kodrati. Apalagi setelah anak lahir,
pengenalan diantara orang tua dan anak-anaknya yang diliputi rasa cinta kasih, ketentraman dan
kedamaian. Anak-anak akan berkembang kearah kedewasaan dengan wajar di dalam lingkungan
keluarga segala sikap dan tingkah laku kedua orang tuanya sangat berpengaruh terhadap
perkembangan anak, karena ayah dan ibu merupakan pendidik dalam kehidupan yang nyata dan
pertama sehingga sikap dan tingkah laku orang tua akan diamati oleh anak baik disengaja
maupun tidak disengaja sebagai pengalaman bagi anak yang akan mempengaruhi pendidikan
selanjutnya.
Maka, keluarga yang baik di dalamnya akan terjadi interaksi diantara para anggotanya.
Sebagaimana dikemukakan oleh St. Vembriarto ( 1978 : 35 ) :
Bahwa proses sosialisasi adalah proses belajar yaitu suatu proses akomodasi dengan mana
individu memohon, menahan, mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil oper cara
hidup atau kebudayaan masyarakat.
Komunikasi, istilah ini berasal dari bahasa Inggris yaitu Communication, yang berarti
“memberitahukan”, berpartisipasi, kabar”. ( Poerwadarminto WJS dkk, 1980 : 28 ). Sedangkan
Menurut A.G. Lunandi
Komunikasi adalah suatu kegiatan terus menerus yang dilakukan orang untuk saling
berhubungan dengan orang lain, khususnya pada waktu berhadapan muka. (
Komunikasi orang tua dengan anak memegang peranan penting dalam membina hubungan
keduanya, hal ini dapat dilihat dengan nyata, misalnya : membimbing, membantu mengarahkan,
menyayangi, menasehati, mengecam, mengomando, mendikte, dan lain sebagainya.
Orang tua yang kurang bisa berkomunikasi dengan anaknya akan menimbulkan kerenggangan
atau konflik hubungan, sebaliknya orang tua yang dapat menerima anaknya sebagaimana adanya,
maka si anak cenderung dapat tumbuh, berkembang, membuat perubahan-perubahan yang
membangun, belajar memecahkan masalah-masalah, dan secara psikologis semakin sehat,
semakin produktif, kreatif dan mampu mengaktualisasikan potensi sepenuhnya.
Sesuai dengan judul penelitian penulis, dalam pembahasan berikutnya penulis akan memusatkan
diri pada pembahasan tentang pendidikan di dalam sekolah atau pendidikan Formal.
Pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Sedangkan
menurut Winkel (1983 : ) Pendidikan di sekolah diartikan : “Proses Kegiatan terencana dan
terorganisir, yang terdiri atas kegiatan mengajar dan belajar”.
Pendidikan di sekolah merupakan intesifikasi dan modifikasi dasar-dasar Kepribadian dan polapola sikap anak yang dipelajarinya di rumah. Artinya memperkuat dasar-dasar dan pola-pola
sikap anak yang positif dan mengubah dasar-dasar kepribadian dan pola-pola sikap anak yang
negatip yang dipelajari dilua sekolah.
Tugas pokok SMP dan SMA adalah mendidik dalam arti luas. Sedangkan fungsi pokok SMP dan
SMA adalah dalam arti mengajar, melatih dan mendidik dalam arti sempit.
Mendidik dalam arti luas yang merupakan tugas pokok sekolah adalah dalam rangka
menciptakan kesempatan yang seluas-luas bagi siswa untuk mengembangkan dirinya seoptimal
mungkin sesuai dengan potensi dan lingkungannya disamping memberikan latihan mengenai :
akhlak, dan kecerdasan seseorang.
Disamping tugas pokok sekolah tersebut diatas, maka dapat dijelaskan pula tentang tujuan
institusional SMA sebagai lembaga pendidikan formal tingkat atas, sesuai dengan fungsi SMA
dalam rangka keseluruhan pendidikan, yaitu :
1. Menjadikan para siswa untuk menjadi manusia Indonesia seutuhnya, sebagai warga negara
yang Pancasila
2. Memberikan bekal kemampuan yang diperlukan bagi siswa-siswa yang akan melanjutkan
studinya ke Perguruan Tinggi.
3. Memberikan bekal kemampuan bagi siswa yang akan terjun ke dunia kerja setelah
menyelesaikan pendidikannya di SMA. ( Depdikbud, 1984 : 7 )
Pencapaian tujuan institusional SMA sesuai dengan fungsinya dalam rangka keseluruhan proses
pendidika pada khususnya dala salah satu tugas sekolah sebagai lembaga pendidikan formal pada
umumnya tidaklah mudah.
Disepanjang tahun, khususnya pada tahun ajaran baru, mutu pendidikan yang berkaitan dengan
pencapaian tujuan pendidikan secara umum disegala jenjang pendidikan formal, termasuk SMA
sering dipermasalahkan.Permasalahan ini seringkali dikaitankan dengan adanya kecenderungan
merosotnya minat belajar dan prestasi belajar yang dicapai siswa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siwa tentunya beraneka ragam, tetapi secara
garis besar ada dua faktor yaitu “Faktor-faktor pada pihak siswa dan Faktor-faktor diluar siswa” (
Winkel : )
Menurut Crow and Crow yang dikutip oleh Johny Killis ( 1988 : 26 ) Ada tiga factor yang
menimbulkan minat yaitu : Faktor yang ditimbulkan dari dalam diri sendiri, faktor motif sosial
dan faktor emosional yang ketiganya mendorong timbulnya minat.
Pendapat tersebut sejalan yang dikemukakan Sudarsono, Faktof-faktor yang meimbulkan minat
dapat digolongkan sebagai berikut ;
1). Faktor kebutuhan dari dalam
Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan.
2). Faktor motif sosial
Timbulnya minat dalam diri seseorang dapat didorong oleh motif sosial yaitu kebutuhan untuk
mendapatkan pengakuan, penghargaan dari lingkungan dimana ia berada
3). Faktor emosional
Faktor yang merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian terdapat suatu
kegiatan / objek tertentu ( 1980 : 12 )
Jadi berdasarkan dua pendaat diatas faktor yang meimbulkan minat, dalam hal ini minat untuk
belajar ada tiga yaitu ; dorongaan dari diri individu, dorongan sosial dan dorongan emosional.
Timbulnya minat untuk belajar pada individu berasal dari dalam diri individu, kemudian individu
mengadakan interaksi dengan lingkungan yang menimbulkan dorongan sosial dan dorongan
emosional, juga adanya pengaruh perhatian orang tua.
Karena hasil belajar yang baik dipengaruhi oleh minat dalam belajr, perhatian orang tua, maka
keduanya menjadi perlu untuk dibahas dan diteliti. Hal ini dikemukakan oleh Dakir :
Perhatian adalah keaktifan peningkatan kesadaran seluruh fungsi jiwa yang dikerahkan dalam
pemusatannya kepada barang sesuatu, baik yang didalam maupun yang ada diluar ( 1993 : 114 )
Dengan demikian seseorang yang mempunyai perhatian dan hubungan yang baik ( bukan broken
home ), cenderung mempunyai kesanggupan yang lebih besar untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, memecahkan problem-problem yang dihadapi secara cepat dan tepat, termasuk
problem-peoblem dalam rangka meraih prestasi yang optimal.
Uraian tersebut diatas mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tentang Pengaruh
Perhatian Orang tua dan Minat belajar dengan Prestasi Belajar siswa dalam bentuk Karangan
Ilmiah dengan :
1. Tema : Prestasi Belajar
2. Aspek Masalah : Pengaruh Perhatian Orang Tua, minat
3. Judul : Pengaruh Perhatian Orang tua dan Minat Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa
( Penelitian yang dikhususkan pada Prestasi Belajar pilihan program Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas II SMA PGRI 2 Kajen Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2004 / 2005 )
B. Identifikasi Masalah
Alasan-alasan yang mendorong penulis untuk memilih judul penelitian diatas maka dapat
diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :
1. Adanya kecenderungan menurunnya prestasi belajar yang dicapai siswa-siswa di segala
jenjang pendidikan formal yang ada di Indonesia termasuk SMA sehingga perlu mendapatkan
perhatian dan penanganannya.
2. Salah satu penanganannya adalah perlunya mencari latar belakang masalah tersebut.
3. Salah satu indicator yang menyebabkan prestasi belajar siswa menurun adalah pengaruh
perhatian orang tua, yang kurang baik.
4. Disisi lain diagnosa minat belajar didalam dunia pendidikan dirasa cukup penting dan perlu
untuk dibahas dan diteliti. Karena Minat Belajar mempunyai hubungan yang cukup tinggi
dengan hasil prestasi belajar siswa.
5. Bahwa hasil prestasi belajar siswa dalam suatu lembaga pendidikan formal merupakan hal
yang sangat pokok untuk diperhatikan, karena dengan mengetahui prestasi belajar siswa kita
akan mengetahui pula efektifitas proses belajar dan mengajar yang berlangsung di sekolah.
C. Batasan Masalah
Untuk memperjelas pengertian yang terkadang dalam Judul penelitian diatas, maka akan penulis
kemukakan arti daripada judul penelitian tersebut, dengan maksud memberi gambaran secara
jelas dan tidak terjadi salah tafsir terhadapjudul penelitian tersebut. Adapun penjelasan judul
yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh, yang dimaksud disini mempunyai arti yang sama dengan “Hubungan atau Korelasi”
( Sutrisno Hadi, 1977 : 20 ). Pengaruh disini diartikan mempunyai hubungan yang timbal balik
antara dua variabel atau lebih. Sedangkan yang dimaksud hubungan timbal balik adalah
hubungan dimana satu variabel dapat menjadi sebab akibat dari variabel lainnya.
2. Perhatian
Menurut Dakir ( 1993 : 114 ) : “Perhatian adalah Keaktifan peningkatan kesadaran seluruh
fungsi jiwa yang dikerahkan dalam pemusatannya kepada barang sesuatu, baik yang di dalam
maupun yang ada di luar.
Sedangkan yang dimaksud dengan perhatian dalam penelitian ini adalah Kecenderungan atau
Keaktifan perhatian orang tua yang dikerahkan, untuk memberikan motivasi atau dorongan yang
positif terhadap anaknya dalam usaha mencapai prestasi belajar yang optimal
3. Minat Belajar
Minat adalah Kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada sesuatu objek atau
menyenangi sesuatu objek ( Sumadi Suryabrata, 1988 : 109 )
Sedangkan pengertian Belajar adalah proses mental yang mengarah kepada penguasaan
pengetahuan, kecakapan, skill, kebiasaan atau sukap yang semuanya diperoleh, disimpan, dan
dilaksanakan sehingga menimbulkan tingkah laku yang progresif dan adaptif ( Winkel, 1983 : 92
)
Sedangkan yang penulis maksudkan dengan minat Belajar disini, adalah suatu kemampuan
umum yang dimiliki siswa untuk mencapai prestasi yang optimal yang dapat ditunjukkan dengan
kegiatan belajar.
4. Prestasi Belajar
Prestasi Belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk
simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapatmencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh
setiap anak dalam periode tertentu ( Sutartinah Tirtonegoro, 1984 : 14 )
Sedangkan yang penulis maksudkan dengan prestasi belajar disini adalah hasil dari pengukuran
serta penilaian hasil usaha belajar siswa dalam satu semester untuk semua bidang studi kelompok
pilihan program. Indikasi hasil belajar yang akan digunakan adalah angka hasil tes prestasi
belajar semester genap tahun pelajaran 2004/2005.
Anak judul yang berbunyi Penelitian yang dikhususkan pada Prestasi belajar pilihan program
Ilmu Pengetahuan Alam Kelas II SMA PGRI 2 Kajen Kabuaten Pekalongan Tahun Pelajaran
2004/2005 mempunyai maksud bahwa penelitian tentang pengaruh perhatian orang tuan dan
minat belajar dengan prestasi belajar siswa dikhususkan pada siswa SMA PGRI 2 Kajen yang
duduk di kelas II pilihan program Ilmu Pengetahuan Alam, untuk mendalam mata pelajaran
Fisika, Biologi, Kimia dan Matematika sebagai pilihan progran yang diambil.
D. Rumusan Masalah
Dalam latar belakang telah dijelaskan tentang pengaruh perhatian orang tua dan minat belajar
dengan prestasi belajar siswa. Dari masalah-masalah yang ada dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
1. Apakah ada hubungan antara pengaruh perhatian orang tua dan minat belajar dengan prestasi
belajar siswa
2. Apakah benar ada hubungan antara pengaruh perhatian orang tua dengan prestasi belajar siswa
3. Apakah benar ada hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa.
E. Tujuan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis mempunyai tujuan yang hendak dicapai yaitu :
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perhatian orang tua dan minat belajar dengan
prestasi belajar siswa
2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara perhatian orang tua dengan prestasi belajar
siswa
3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk menambah perbendaharaan penelitian dalam dunia pendidikan, khususnya dalam Karya
tulis ilmiah dalam rangka mengembangkan khasanah ilmiah
b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengadakan penelitian selanjutnya
yang lebih mendalam
c. Sebagai pengembang disiplin ilmu kearah berbagai spesifikasi
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pengelola pendidikan menengah khususnya SMA : memberikan masukan di dalam
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa SMA untuk meningkatkan
prestasi belajar.
b. Bagi siswa-siswa SMA :
1). Memberi pengetahuan bahwa perhatian orang tua, minat belajar sangat membantu dalam
meningkatkan prestasi belajar di sekolah
2). Memberikan pengetahuan bahwa bantuan orang tua, guru sangat mendukung dalam
memperbesar minat belajar
3). Memberikan pengetahuan bahwa besarnya perhatian orang tua,minat belajar sangat
berpengaruh dalam mencapai dan meningkatkan dalam meraih prestasi belajar.
G. Batasan Istilah
1. Perhatian orang tua adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu agar dapat
memilih, menyiapkan, menyesuikan dan menetapkan dirinya dalam belajar sesuai dengan
keadaan dirinya.
2. Minat Belajar adalah suatu kecenderungan yang mengandung perhatian, rasa senang, harapan
dan pengalaman untuk melakukan suatu kegiatan belajar
3. Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran serta penilaian hasil usaha belajar siswa dan
bertujuan untuk mencapai suatu keadaan yang lebih memuaskan dari sebelumnya.
H. Sistematika Skripsi
Untuk mempermudah pembaca dalam memahami alur penelitian skripsi ini, maka penulis
sajikan sistematika skripsi berikut :
1. Bagian Awal
Bagian awal ini meliputi : Halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, motto,
halaman persembahan, kata pengantar dan ucapan terima kasih, daftar isi, daftar tabel, daftar
laporan dan abstrak
2. Bagian Inti
Pada bagian inti ini terdiri dari lima bab, secara berturut-turut meliputi :
Penerapan Pengajaran Dan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
and Learning) Dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Diklat
Mema
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi saat ini telah memberikan manfaat yang tidak terhingga bagi kehidupan
manusia. Perkembangan teknologi tersebut telah mencakup segala aspek kehidupan masyarakat.
Seiring dengan perkembangan teknologi tersebut dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) yang handal. Pendidikan merupakan salah satu bidang yang bertujuan untuk
membentuk manusia seutuhnya yang handal dan berkompeten di segala bidang.
Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pendidikan akan menghasilkan
SDM yang mampu bersaing secara sehat dalam ketatnya kompetisi dalam Dunia Usaha/Dunia
Industri (DU/DI). Sehingga sangat diharapkan adanya lembaga yang menghasilkan Sumber Daya
Manusia yang berkompeten dibidangnya.
Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang akan menghasilkan lulusan yang
nantinya diharapkan mempunyai lulusan yang dibutuhkan baik di dunia usaha/dunia industri
(DU/DI). Sekolah yang mampu menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil dan
berkualitas lebih ditujukan kepada SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Hal ini dilatar belakangi
oleh Peraturan Pemerintah (PP) No. 29 Tahun 1990, Pasal 3 ayat 2, yaitu, “Menyiapkan peserta
didik untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional”.
Berbicara mengenai pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (PBM) di sekolah khususnya di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) seringkali masih menimbulkan persoalan yaitu kurangnya
pemahaman siswa tentang materi yang diajarkan, hal ini terjadi dikarenakan banyaknya siswa
yang mampu menyajikan tingkat hapalan yang baik tentang materi ajar yang diterimanya, tetapi
pada kenyataannya siswa tidak memahami konsep yang diajarkan.
Siswa mampu menghapal berbagai rumus-rumus dan konsep-konsep yang berhubungan dengan
materi ajar teknik elektro tetapi mereka tidak mampu menghubungkan atau mengkaitkan materi
ajar yang mereka terima di sekolah dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan digunakan
nantinya. Melihat hasil belajar siswa pada mata diklat Memasang Sistem Perpipaan dan Saluran
(MSPS) pada 3 (tiga) sekolah antara lain SMKN 1 Bukittinggi, SMKN 1 Pariaman, dan SMKN 1
Padang menunjukkan bahwa belum tercapainya Standar Ketuntasan Belajar Mengajar (SKBM)
dengan nilai rata – rata siswa pada SMKN 1 Bukittingi pada mata diklat Memasang Sistem
Perpipaan dan Saluran (MSPS) adalah 6.61 dan jumlah siswa yang dinyatakan lulus sebanyak 58
% (Tata Usaha SMKN 1 Bukittinggi). Selanjutnya hasil belajar siswa di SMKN 1 Pariaman
untuk mata diklat Memasang Sistem Perpipaan dan Saluran (MSPS) belum juga mencapai
kriteria tuntas belajar mengajar, hal ini ditunjukkan berdasarkan rata-rata nilai siswa adalah 6.96
dan jumlah siswa yang lulus adalah 65%.(Tata Usaha SMKN 1 Pariaman). Sedangkan pada
SMKN 1 Padang nilai rata – rata siswa pada mata diklat yang sama adalah 7.2 dan jumlah siswa
yang tidak lulus sebanyak 35% (Tata Usaha SMKN 1 Padang) berdasarkan standar yang telah
ditetapkan maka pada SMKN 1 Padang pembelajaran mata diklat MSPS dinyatakan tuntas.
Melihat rata – rata nilai pada ketiga sekolah diatas menunjukkkan belum tercapainya Standar
Ketuntasan Belajar Mengajar (SKBM) dimana batas kelulusan mata diklat produktif adalah ≥ 70
dan persentase kelulusan mencapai 60% (Depdiknas 2006).
Ada beberapa hal yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa pada mata diklat MSPS ini,
antara lain disebabkan faktor dari siswa dan faktor dari guru sendiri. Dari segi siswa terlihat
kurangnya antusias siswa dalam proses belajar mengajar seperti ada siswa yang ke sekolah tanpa
persiapan misalnya tidak membawa alat – alat tulis, tidak membawa modul sebagai pegangan
siswa, dan tidak sedikit siswa yang tidak mempelajari modul atau jobsheet yang diberikan di
rumah.
Dilihat dari segi ketersediaan fasilitas belajar di SMKN 1 Bukittinggi dapat dikategorikan
lengkap, berdasarkan kurikulum yang digunakan SMKN 1 Bukittinggi untuk mata diklat MSPS
fasilitas dan bahan-bahan praktek yang dibutuhkan cukup memadai dan setiap 1 (satu) kelompok
terdiri atas 2 -3 siswa. Untuk SMKN 1 Pariaman ketersediaan fasilitas belajar untuk mata diklat
ini cukup memadai dan setiap praktek dalam satu kelompok terdiri atas 3-4 siswa. Dan untuk
SMKN 1 Padang ketersediaan alat dan bahan praktek untuk mata diklat ini dikategorikan
lengkap dan setiap praktek terdiri atas 3 – 4 siswa per kelompoknya.
Faktor dari guru juga sangat mempengaruhi hasil belajar, peningkatan hasil belajar siswa
didukung dengan guru yang mempunyai kompetensi mengajar yang baik. Sutjipto (Rektor
Universitas Negeri Jakarta) menyebutkan, “Saat ini baru 50 persen dari guru se-Indonesia yang
memiliki standarisasi dan kompetensi. Kondisi seperti ini masih dirasa kurang. Sehingga kualitas
pendidikan kita belum menunjukkan peningkatan yang signifikan”.(www.pikiranrakyat.com, 24
Okt 2006). Kompetensi mengajar guru salah satunya adalah penguasaan metode mengajar yang
baik dan efektif. Depdiknas (2006) mengemukakan 36 model pembelajaran yang efektif, model
pembelajaran ini disesuaikan dengan tingkat satuan pendidikan dan peserta didik.
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan penulis pada guru yang mengajar mata diklat
MSPS di ketiga sekolah tersebut, metode yang digunakan guru dalam mengajar antar lain metode
ceramah untuk menjelaskan teori pengantar, setelah itu beralih pada kegiatan praktikum
berdasarkan jobsheet yang telah disusun, setelah siswa selesai melakukan pekerjaan yang
diberikan maka guru akan menguji coba hasil pekerjaan yang telah dilakukan siswa. Setelah itu
guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja siswa dan pada akhir pertemuan guru
memberikan tugas dalam bentuk laporan tertulis tentang apa yang telah dikerjakan tadi. Dapat
disimpulkan guru mata diklat MSPS pada ketiga sekolah yang telah diamati ini melakukan
metode pengajaran yang hampir sama dan tidak ada perbedaan yang signifikan yaitu metode
ceramah, praktikum dan pemberian tugas.
Pembelajaran seperti dijelaskan diatas ini sifatnya terpusat pada guru. Djohar (2003) dalam
Reorientasi Paradigma Pembelajaran (Sumarni, Pikiran Rakyat 17-01-07) menyebutkan, “
Sistem pendidikan saat ini masih berperan sebagai panggung pentas (delivery system). Guru
berdiri di depan siswa untuk menyampaikan pengetahuan, sementara siswa menerimanya tanpa
harus mengetahui prosesnya. Siswa menerima ilmu, bukan memahami budaya ilmu, sehingga
kehilangan orientasi hidupnya karena mereka tidak dituntun membaca fenomena sekelilingnya”.
Sebagai akibat pendekatan pembelajaran yang cenderung linear indoktrinatif, siswa bukan cuma
menjauh tetapi juga tidak mampu menghadapi kehidupan nyata, gagap terhadap masalahnya
sendiri apalagi dengan lingkungan dan masyarakatnya sendiri. Tenaga pendidik yang profesional
sebaiknya mampu menemukan metode pembelajaran yang efektif dan bervariasi agar peserta
didik dapat mengembangkan kreatifitas dan bakatnya dalam proses pendidikan itu sendiri. Guru
sebaiknya menemukan cara terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan di
dalam mata pelajaran tertentu, sehingga semua siswa dapat menggunakan dan mengingatnya
lebih lama konsep tersebut. Bagaimana seorang guru dapat berkomunikasi secara efektif dengan
siswanya yang selalu bertanya-tanya tentang alasan dari sesuatu, arti dari sesuatu, dan hubungan
dari apa yang mereka pelajari.
Tenaga pendidik yang profesional dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari siswa,
sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan mampu mengkaitkannya dengan
kehidupan nyata, sehingga dapat membuka berbagai pintu kesempatan selama hidupnya.
Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning/CTL) merupakan
konsep belajar yang membantu guru mangaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Pada pengajaran berbasis CTL, tugas guru adalah membantu siswa mencapai
tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas
guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang
baru bagi anggota kelas (siswa). Depdiknas (2007) dalam Sosialisasi KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan) menyebutkan,“ Pengalaman di negara lain menunjukkan bahwa minat dan
prestasi siswa dalam bidang matematika, sains, dan bahasa meningkat secara drastis pada saat :
1. Mereka dibantu untuk membangun keterkaitan antara informasi (pengetahuan) baru dengan
pengalaman (pengetahuan lain) yang telah mereka miliki atau mereka kuasai.
2. Mereka diajarkan bagaimana mereka mempelajari konsep, dan bagaimana konsep tersebut
dapat dipergunakan di luar kelas.
3. Mereka diperkenankan untuk bekerja secara bersama-sama (cooperative)
Meningkatnya minat dan prestasi siswa tersebut dicapai, karena guru menggunakan suatu
pendekatan pembelajaran dan pengajaran kontekstual” (Depdiknas 2006).
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini bermaksud untuk meningkatkan hasil belajar siswa
SMK Jurusan Teknik Listrik dengan menggunakan metode pembelajaran kontekstual
(Contextual Teaching Learning/CTL).
B. Identifikasi Masalah
Untuk meningkatkan hasil belajar dilakukan dengan berbagai cara. Dalam upaya peningkatan
hasil belajar siswa ditemukan beberapa permasalahan yang menghambat jalannya proses PBM.
Masalah – masalah tersebut diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Rendahnya partisipasi siswa ketika diberikan pelajaran yang bersifat teori .
2. Rendahnya hasil belajar siswa pada beberapa sekolah untuk mata diklat MSPS kelas I Teknik
Pemanfaatan Tenaga Listrik (TPTL) 1 SMKN 1 Bukittinggi, SMKN 1 Pariaman, dimana nilai
tersebut belum mencapai Standar Ketuntasan Belajar Mengajar (SKMB).
3. Guru jarang melakukan variasi metode mengajar dalam menyampaikan materi ajar sehingga
menimbulkan kejenuhan dan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi ajar.
4. Fasilitas belajar yang kurang terutama untuk alat dan bahan praktek.
C. Batasan Masalah
Melihat luasnya permasalahan yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa, maka penulis
melakukan pembatasan masalah dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu, biaya, dan
ketersediaan referensi, maka penelitian ini difokuskan pada peningkatan hasil belajar siswa pada
mata diklat Memasang Sistem Perpipaan dan Saluran (MSPS) dengan menggunakan metode
pembelajaran dan pengajaran kontekstual (CTL) pada siswa kelas I SMKN 1 Bukittinggi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah, maka rumusan masalah yang
dikemukakan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa ketika
diberikan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kontekstual (CTL) ?
E. Asumsi
Landasan pemikiran yang penulis jadikan sebagai anggapan dasar dalam penelitian ini adalah :
1. Siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini dapat mengikuti proses belajar mengajar
yang diberikan dengan metode pengajaran dan pembelajaran kontekstual.
2. Faktor-faktor individu siswa yang dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar seperti minat,
tingkat kecerdasan dan lingkungan tidak mempengaruhi hasil belajar siswa.
3. Bahan ajar yang dibuat berdasarkan kurikulum yang digunakan sekolah tempat melakukan
penelitian dan materi ajar disesuaikan dengan Rencana Pembelajaran yang telah disusun pihak
sekolah.
4. Skor yang didapat melalui tes hasil belajar merupakan cerminan dari hasil belajar siswa
menggunakan metode CTL.
F. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata diklat Memasang Sistem Perpipaan dan Saluran
(MSPS) dengan menggunakan metode pengajaran dan pembelajaran kontekstual (CTL) di
SMKN 1 Bukittinggi.
G. Kegunaan Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Informasi bagi guru tentang penerapan model pengajaran berbasis CTL untuk meningkatkan
hasil belajar siswa khususnya di SMK.
2. Sebagai informasi dan masukan bagi pihak terkait khususnya yang berhubungan dengan dunia
pendidikan.
Penerapan Metode Inquiry Dengan Media VCD Dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa Mata Pelajaran Ekonomi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mengembang suatu misi yang teramat penting yaitu membentuk manusia seutuhnya
yang memiliki semangat kebangsaan cinta tanah air dan mampu mengisi partisipasi dalam
pembangunan. Dalam era globalisasi ini semakin dirasakan betapa pentingnya pengembangan
pendidikan, hal ini disebabkan karena banyaknya teknologi yang bermunculan atau pesatnya
peradaban, manusia tetap lebih banyak di sebabkan oleh bangsa Indonesia yaitu mewujudkan
masyarakat modern yang berkepribadian yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD
1945.
Untuk mewujudkan cita-cita itu maka usaha mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan
semakin di galakkan, salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan sekarang ini adalah
rendahnya mutu lulusan MAN. Diantara penanda lulusan mutu lembaga pendidikan dinyatakan
dalam bentuk prestasi belajar. Proses belajar mengajar merupakan isi pokok pendidikan, oleh
karena itu semua komponen yang ada dalam pendidikan harus di abadikan demi terciptanya
proses belajar pada siswa.
1
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan
media pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar
tertentu akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai
aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis
tugas, dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pengajaran berlangsung, dan konteks
pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah
satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut
mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar
dapat mengakibatkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu
keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Di
samping membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pengajaran juga dapat membantu
siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan
penafsiran data, dan memadatkan informasi. Sejalan dengan uraian ini, (Yunus, 1942:78) dalam
bukunya Attarbiyatu watta’liim mengungkapkan sebagai berikut :
Bahwasannya media pengajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin
pemahaman….orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lama
bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat dan
mendengarnya.
Selanjutnya, (Ibrahim, 1946:432) menjelaskan betapa pentingnya media pengajaran karena :
Media pengajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid
dan memperbarui semangat mereka…membantu memantapkan pengetahuan pada benak para
siswa serta menghidupkan pelajaran[1]
Media pengajaran, menurut Kemp & Daytori, dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media
itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya,
yaitu (1) memotivasi minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi, dan (3) memberi instruksi.
Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pengajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama
atau hiburan. Hasil yang diharapkan adalah melahirkan minat dan merangsang para siswa atau
pendengar untuk bertindak (turut memikul tanggung jawab, melayani secara sukarela, atau
memberikan sumbangan material). Pencapaian tujuan ini akan mempengaruhi sikap, nilai, dan
emosi.[2]
Dalam proses belajar mengajar seorang guru harus mempunyai kemampuan mengajar secara
professional dan terampil dalam menggunakan metode dan media yang tepat dalam proses
belajar mengajar. Seorang guru harus menguasai materi yang akan disampaikan dan juga harus
pandai menciptakan situasi dan kondisi belajar mengajar yang menarik. Demikian juga peserta
didik harus memiliki kemauan dan kemampuan belajar yang tinggi serta harus berperan aktif
dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga menjadi pribadi yang berkualitas.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah membawa perubahan yang sangat
signifikan terhadap berbagai dimensi kehidupan manusia, baik dalam bidang ekonomi, sosial,
budaya maupun pendidikan. Oleh karena itu agar pendidikan tidak tertinggal dari perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi perlu adanya penyesuaian-penyesuaian, terutama yang berkaitan
dengan faktor-faktor pembelajaran di sekolah. Salah satu faktor tersebut adalah media
pembelajaran yang perlu dipelajari dan dikuasai oleh guru, sehingga mereka dapat
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa secara baik dan mudah dipahami.
Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama
dibidang informasi dan telekomunikasi. Dengan munculnya berbagai alat informasi dan
komunikasi, kita dapat mengetahui kejadian atau peristiwa disuatu daerah atau Negara pada saat
kejadian itu berlangsung. Pada satu sisi, ilmu pengetahuan dapat menghasilkan teknologi dan
pada sisi yang lain pengetahuan dapat diserap melalui hasil teknologi. Tidak dapat dipungkiri,
munculnya berbagai alat informasi dan komunikasi telah banyak membantu proses pendidikan.
Ini terbukti sekarang ini dalam proses belajar mengajar seorang guru sering menggunakan media
seperti komputer, tape rekorder, overhead projector dan lain-lain.
Dalam dunia pendidikan perangkat elektronik dapat dijadikan sebagai media yang dapat
mempermudah dan mempercepat proses penyampaian materi pendidikan. Kemajuan dunia yang
cepat dan pesat telah memuat agar bagaimana kita dapat mengakses ilmu pengetahuan sebanyak
mungkin dengan cepat dan akurat.
Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas, lembaga pendidikan
berusaha meningkatkan kualitas dan proses hasil pembelajaran. Usaha-usaha dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran antara lain mengembangakan media pembelajaran,
menerapkan media pembelajaran, serta memilih dan menetapkan jenis media pembelajaran yang
akan digunakan. Pengembangan dan penerapan media pembelajaran diharapkan dapat
memberikan motivasi belajar terhadap siswa sehingga berdampak pula pada prestasi belajarnya.
Berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi lembaga pendidikan harus
mampu menerapkan media pendidikan yang sudah ada. Media pendidikan yang diterapkan oleh
lembaga pendidikan sekarang ini belum di daya gunakan secara optimal, melihat kenyataan yang
ada dilapangan guru jarang sekali menggunakan media pendidikan dalam proses belajar
mengajar di kelas, guru lebih sering menggunakan metode ceramah.
Dalam proses belajar mengajar di kelas yang hanya menggunakan metode ceramah dan guru
sebagai satu-satunya sumber belajar tanpa adanya media, maka komunikasi antara guru dan
siswa tidak akan berjalan secara lancar. Hal ini terkait dengan permasalahan dalam proses belajar
mengajar. Permasalahan yang dihadapi suasana kelas ramai, penjelasan guru membosankan,
siswa kesulitan memahami pesan-pesan verbal, materi cenderung bersifat umum, dan kadangkadang penyampaian guru terlalu cepat.
Sering kita jumpai banyak siswa merasa enggan menerima pelajaran dari seorang guru, karena
merasa bosan. Dan tidak sedikit siswa mengeluh dengan mata pelajaran ekonomi, mereka merasa
bahwa ilmu ekonomi merupakan pelajaran yang sangat sulit dan tidak disukai, karena pelajaran
ekonomi tidak hanya menghitung dan menghafal, tetapi harus faham dengan sesuatu yang
dipelajari.
Oleh karena itu proses belajar mengajar seharusnya melibatkan peran suatu siswa dalam
menggali potensi belajar siswa dengan cara menggunakan metode Inquiry dengan media VCD.
Karena metode Inquiry dengan media VCD sebagai perantara penyampaian pesan untuk
dikembangkan dan didayagunakan seoptimal mungkin. Karena metode dengan media merupakan
wadah yang dapat menyalurkan pesan yang oleh sumber pesan atau pemberi pesan ingin
diteruskan atau disampaikan kepada penerima pesan. Dalam penyampaian pesan pembelajaran,
guru tentunya menginginkan agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan jelas, mudah
dimengerti siswa, konkrit dan tahan lama dalam ingatan siswa
Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Puji. B mengenai penerapan metode
inquiry menunjukkan bahwa, selama proses pembelajaran berlangsung dalam penerapannya,
budi membagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok satu dan kelompok dua, dimana
pembelajaran siswa kelompok satu beraktifitas dengan baik. Siswa kelompok satu menyenangi
kegiatan yang memerlukan interaksi antara siswa dengan siswa dan juga antara siswa dengan
guru. Dengan demikian maka belajar dengan metode inquiry dapat digunakan pada kelompok
satu, dengan catatan bahwa waktu yang dibutuhkan tidak sedikit. Selama proses pembelajaran
siswa kelompok dua kurang beraktivitas dengan baik, siswa kelompok dua lebih senang bekerja
sendiri-sendiri. Dengan demikian maka belajar dengan metode inquiry kurang tepat diterapkan
pada siswa kelompok dua, meski demikian tidak berarti metode inquiry tidak boleh diterapkan
pada siswa kelompok dua, karena terdapat segi positif yang timbul pada siswa kelompok dua,
selama belajar dengan menggunakan metode inquiry yaitu dapat menimbulkan keberanian dalam
bertanya dan mengemukakan pendapat.
Sebagaimana hasil pengembangan media VCD pembelajaran yang dilakukan oleh Ari. P ini
memenuhi kriteria valid, karena setelah dilakukan penelitian tentang penerapan media VCD,
untuk ahli media memperoleh hasil 81%, untuk ahli materi mempunyai hasil 85%, untuk audien
perorangan mempunyai hasil 90%, dan untuk audien kelompok kecil memperoleh hasil 92%,
sedangkan untuk menguji hipotesis Ho ditolak menggunakan rumus uji t (tabel) dalam uji t
menunjukkan bahwa hasil t hitung = 2,34 bila dikonsultasikan dengan harga t tabel pada taraf
signifikan 0,05 = 2,024, maka t hitung > t tabel. Dengan demikian Ho ditolak karena ada
perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa kelompok eksperimen (siswa yang
menggunakan media VCD pembelajaran). Artinya siswa yang menggunakan media VCD
pembelajaran hasil post tesnya lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang tidak menggunakan
media VCD pembelajaran.
Oleh karena itu dengan menggunakan metode dan media pembelajaran siswa dapat memperoleh
pengalaman belajar secara langsung, sehingga siswa mampu memahami teori dan konsep dan
pembelajaran akan lebih menarik sehingga siswa termotivasi untuk belajar
Berdasarkan latar belakang diatas, maka hal itu menjadi suatu alasan yang sangat tepat bagi
penulis untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam sebuah tulisan skripsi yang berjudul
“Penerapan Metode Inquiry Dengan Media VCD Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Mata Pelajaran Ekonomi Di MAN Malang I”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan metode Inquiry dengan media VCD dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa mata pelajaran ekonomi di MAN Malang I?
2. Bagaimana persepsi siswa terhadap penerapan metode Inquiry dengan media VCD dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi di MAN Malang I?
3. Apa kendala-kendala yang ditemui dalam penerapan metode Inquiry dengan media VCD
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi di MAN Malang I?
4. Bagaimana solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui dalam penerapan metode
Inquiry dengan media VCD dalam meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi
di MAN Malang I?
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah di atas, Maka penelitian ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui bagaiman penerapan metode Inquiry dengan media VCD dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi di MAN Malang I.
b. Mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap penerapan metode Inquiry dengan media VCD
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi di MAN Malang I.
c. Mengetahui adakah kendala-kendala yang ditemui dalam penerapan metode Inquiry dengan
media VCD dalam meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi di MAN Malang
I.
d. Mengetahui bagaimana solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui dalam
penerapan metode Inquiry dengan media VCD dalam meningkatkan prestasi belajar siswa mata
pelajaran ekonomi di MAN Malang I.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna bagi dunia pendidikan umumnya dan secara teknis juga
berguna bagi :
a. Bagi peneliti.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keintelektual sehingga peneliti ini bisa
digunakan sebagai wahana untuk mengkaji secara ilmiah tentang bagaimana mengupayakan
penggunaan metode dengan media pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar dan
nantinya dapat diterapkan ketika bekerja dilapangan (sebagai tenaga pengajar)
b. Bagi lembaga yang terkait.
Dari penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk menentukan dasar kebijaksanaan dalam
upaya meningkatkan prestasi siswa.
c. Bagi institusi pendidikan.
Dari penelitian ini mudah-mudahan dapat memberikan sumbangan pengetahuan untuk
memperkaya khususnya dalam bidang pengajaran.
d. Bagi guru.
Sebagai masukan untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan metode dengan media
yang sesuai dengan bidang studi ekonomi kepada siswa.
D. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Sesuai dengan judul yang penulis angkat, dan untuk menjaga kemungkinan adanya kekaburan
pemahaman terhadap judul ini, maka perlu kiranya penulis kemukakan ruang lingkup penelitian
ini dimaksudkan untuk membatasi permasalahan yang diteliti sehingga penelitian yang dilakukan
tidak akan menyimpang dari tujuan, ruang lingkup penelitian ini.
Penelitian ini berjudul “Penerapan Metode Inquiry Dengan Media VCD Dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Ekonomi“ dari Kelas XI MAN Malang I. Ada tiga
variabel yang termaktub dalam judul di atas, yaitu metode dan media pembelajaran ekonomi
sebagai variabel bebas dan prestasi belajar ekonomi sebagai variabel terikat.
2. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan masalah penelitian ini adalah hal-hal yang membatasi masalah yang berhubungan
dengan penelitian, untuk lebih jelasnya mengenai keterbatasan dalam penelitian ini akan penulis
rinci sebagai berikut :
a. Penelitian ini dilakukan pada tahun pelajaran 2006-2007 dengan demikian data yang diperoleh
juga merupakan cerminan keadaan pada saat penelitian dilakukan. Jika dilaksanakan pada waktu
yang lain dimana kondisi sudah berubah, kemungkinan juga berubah pula hasilnya.
b. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah metode Inquiry (pemecahan maslaah).
c. Media pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah media VCD.
E. Definisi Operasional
Istilah operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Metode Inquiry merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di
depan kelas. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut: guru membagi tugas meneliti suatu
masalah ke kelas. Siswa di bagi menjadi kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat
tugas tertentu yang harus dikerjakan.
2. Media VCD pembelajaran Menurut Brown adalah suatu media pada program distribusi atau
produksi untuk program master yang dibuat dalam bentuk film atau video tape dan dipindahkan
atau ditransfer pada disc atau potongan plastik melalui proses yang tepat, yang dibentuk seperti
piringan hitam.
3. Yang dimaksud dengan prestasi belajar dalam penelitian ini adalah nilai raport siswa kelas XI
MAN Malang I.
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika akan mempermudah pembahasan dan pemberian gambaran pemikiran terhadap
maksud yang terkandung. Adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini dapat dijelaskan
bahwa dalam :
Bab I : Pendahuluan
Dalam pendahuluan ini penulis mengulaskan Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Ruang lingkup dan Keterbatasan Penelitian, Definisi
Operasional, dan Sistematika Pembahasan.
Bab II : Kajian Pustaka
Merupakan kajian teoritis yang akan membahas tentang berbagai teori yang berkaitan dengan
rumuskan penelitian diatas yaitu tentang penerapan metode inquiry dengan media VCD dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa mata pelajaran ekonomi
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini berisi metode-metode yang sesuai yang digunakan penulis untuk memperoleh data dan
informasi yang lengkap dan valid.
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dalam bab ini berisi kajian empiris yang menyajikan hasil penelitian lapangan pada pembahasan
ini akan terlihat realita yang sebenarnya nanti akan dipadukan dengan teori yang ada.
Bab V : Penutup
Pada akhir pembahasan skripsi ini penulis mengemukakan kesimpulan hasil penelitian dan saran
yang berkaitan dengan realitas hasil penelitian dan keberhasilan dan pencapaian tujuan yang
diharapkan.
[1] . Azhar, Arsyad. Media Pembelajaran. Jakarta : Grafindo Persada. 2002. Hlm 15-16
[2] . Ibit. Hlm 20-21
kurangnya perbendaharaan kosa kata siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan pemerintah
untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang selanjutnya diatur dengan undang-undang.
Menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang sangat penting dan mendasar
dalam sistem pendidikan nasional. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan, salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran di SD
adalah mengembangkan logika, kemampuan berpikir dan analisis peserta didik. Tujuan ini
dicapai melalui muatan dan kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu
pengetahuan sosial, keterampilan/kejuruan, dan muatan lokal yang relevan.
Peserta didik di SD berada pada rentangan usia dini yang masih melihat segala sesuatu sebagai
satu keutuhan (holistik) sehingga pembelajarannya masih bergantung kepada objek-objek konkrit
dan pengalaman yang dialaminya. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran tematik yang
merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata
pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik (Depdiknas,
2006).
Karakteristik dalam model pembelajaran tematik adalah berpusat pada siswa, memberikan
pengalaman langsung, menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran, bersifat fleksibel, hasil
pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, menggunakan prinsip belajar sambil
bermain dan menyenangkan.
Tuntutan kurikulum berbasis kompetensi untuk pengajaran bahasa Inggris diharapkan siswa
sekolah dasar sudah mempunyai kosa kata yang mendasar. Sebagai standar kompetensi yang
harus dikuasai murid dalam pengajaran bahasa Inggris maka penguasaan perbendaharaan kosa
kata menjadi sangat penting (Depdiknas, 2006).
Untuk mengajarkan kosa kata bahasa Inggris, biasanya guru mengalami kesulitan karena kata
yang diajarkan berbeda antara tulisan dan cara membacanya bila belum terbiasa dengan ejaan
bahasa Inggris.
Penggunaan lagu-lagu bahasa Inggris dalam pengajaran kosa kata di anggap sebagai suatu
pemecahan masalah kosa kata. Hal ini karena dengan mendengarkan cara pengucapan kata
langsung dari lagu maka murid akan terbiasa dengan berbagai kosa kata bahasa Inggris yang ada.
Berdasarkan dari kenyataan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan
kelas dengan permasalahan: kurangnya perbendaharaan kosa kata siswa dalam pembelajaran
bahasa Inggris.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah : Apakah penggunaan lagu-lagu dapat meningkatkan perbendaharaan kosa kata bahasa
Inggris pada siswa kelas IV SDN Tanjung Selor kecamatan Daha Barat”
I.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan yang dilakukan adalah :
meningkatkan perbendaharaan kosa kata siswa dalam pembelajaran bahasa Inggris dengan
menggunakan lagu-lagu pada siswa kelas IV SDN Tanjung Selor kecamatan Daha Barat.
I.4 Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaatmanfaat, yaitu:
1. Penulis
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana refleksi diri guna
perbaikan proses pembelajaran yang selama ini dilakukan untuk meningkatkan mutu pengajaran
yang akan datang.
2. Bagi Guru
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat membuat guru lebih mengetahui kekuatan dan
kelemahan berbagai metode mengajar dengan menggunakan lagu sehingga dapat memilih
metode yang tepat dalam upaya memperbaiki dan memudahkan mengajar materi kosa kata
bahasa Inggris.
3. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi siswa yang untuk mengatasi kesulitan dalam
meningkatkan kosa kata bahasa Inggris.
4. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka
perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu sekolah dalam hal proses belajar mengajar.
Pembelajaran Berbasis Video Game
Written by harrybs on April 21, 2009 – 11:17 am -
Oleh: Muhamad Reza Benaji*
Ketika kita membuka buku pelajaran, yang kita jamak temui adalah halaman yang penuh dengan
deretan tulisan kecil-kecil, terkadang dilengkapi dengan gambar ataupun diagram yang sulit
dipahami. Semua itu disusun dengan layout yang kaku demi memaksimalkan tempat yang ada.
Belum lagi ukuran buku yang begitu tebal yang berarti akan lebih banyak lagi tulisan kecil dan
diagram rumit yang harus dihadapi.
Sekarang cobalah kita jalankan sebuah software video game. Yang akan menyambut kita adalah
gambar dan animasi yang bagus, dilengkapi dengan musik, efek suara dan efek visual yang
menarik. Mainkanlah video game tersebut dan kita akan disuguhi tantangan demi tantangan yang
membuat kita betah berlama-lama menikmatinya.
Yaang mana yang lebih menarik untuk dilakukan? Tentunya sebagian besar akan lebih memilih
untuk memainkan video game daripada membuka buku pelajaran. Masalah utama dalam model
pembelajaran yang umm diterapkan saat ini adalah car penyampaiannya yang kurang menarik.
Alasan utama seseorang enggan untuk belajar adalah bukan karena materinya yang terlalu sulit
untuk dipahami, namun karena belajar merupakan proses yang membosankan.
Namun proses pembelajaran tidaklah harus selalu menjadi sesuatu yang membosankan. Intinya
adalah mengemas materi yang akan dipelajari dalam kemasan yang lebih menarik. Kemasan
yang banyak disukai oleh generasi pembelajar masa kini. Generasi ini adalah generasi yang
tumbuh dalam lingkungan dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, dengan diliputi
MTv, iPod, Playstation, internet, film Holywood dan berbagai sarana hiburan lainnya. Metode
pembelajaran yang sebenarnya tidak banyak berubah selama puluhan tahun sudah sampai taraf
tertentu kurang cocok untuk diterapkan pada generasi ini. Sudah saatnya pembelajaran bukan
lagi menjadi suatu kewajiban yang membebankan, namun menjadi suatu bentuk hiburan.
Orang kebanyakan menyadari sebagai suatu bentuk hiburan, video game memiliki resiko dampak
buruk tersendiri. Namun di sisi lain video game dapat dijadikan sarana pembelajaran yang
menantang dan menyenangkan. Dengan perkembangan teknologi saat ini, video game
menawarkan kualitas grafis yang memukai, iringan musik yang indah dan pengalaman bermain
yang adiktif, masih ditambah dengan jalan cerita yang membuat pemainnya tidak sabar untuk
menyelesaikannya. Jika Video game dapat dijadikan sarana untuk menyampaikan cerita,
mengapa tidak digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran.
Ada banyak sekali teori pembelajaran namun kebanyakan setuju bahwa sangat penting untuk
melibatkan pembelajar dalam proses pembelajaran. Video game memiliki sifat interaktif yang
dapat membuat pembelajar mempraktikkan langsung ilmu yang diperolehnya. Feedback yang
dapat diberikan oleh Video game dapat membuat pemainnya belajar dari apa yang dilakukannya.
Video game juga dapat memberikan tantangan-tantangan dan persangan yang tidak hanya
mengasah kreativitas pembelajar, namun juga membuat pembelajar terus termotivasi.
Menyelesaikan tantangan-tantangan tersebut akan memuaskan ego pemainnya yang juga
berperan dalam meningkatkan motivasi.
Dengan kemajuan teknologi saat ini, pengaplikasian video game sebagai sarana belajar sangatlah
luas. Mulai dari membantu balita belajar membaca, menyampaikan kurikulum sekolah,
mengasah kemampuan praktisi finansial sampai simulasi untuk keperluan kemiliteran. Semuanya
dikemas dalam format yang menarik dan nyaman bagi penggunanya sehingga meningkatkan
motivasi dan efektivitas belajar.
Di Indonesia, khususnya di kota-kota besar saat ini dapat dengan mudah ditemui berbagai
macam software edukasi yang berbasis video game. Walaupun kebanyakan vieo game ini
dikhususkan untuk anak-anak dan balita, dan belum digarap dengan baik, namun ini merupakan
sebuah permulaan. Ini menunjukkan kefektifak menggunakan video game sebagai sarana belajar
sudah mulai diakui.
Generasi muda Indonesia saat ini menunjukkan minat yang sangat tinggi terhadap video game.
Ini ditunjukkan dengan menjamurnya tempat rental Playstation dan game center di pusat-pusat
belanja. Walaupun budaya pembajakan yang merajalela menjadi penghambat utama, namun ini
menunjukkan Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial bagi video game jika digarap
dengan baik. Hal ini dapat dijadikan peluang untuk menerapkankan pembelajaran berbasis video
game.
Jika dikerjakan dengan baik dengan melibatkan pengajar, perancang materi dan game developer
yang kompeten, tentu dapat dikembangkan suatu video game yang edukatif yang membuat
belajar menjadi tidak hanya menyenangkan, namun juga lebih efektif. Materi-materi yang
membosankan dan sulit sekalipun akan lebih mudah untuk diajarkan, dan bahkan menumbuhkan
motivasi untuk belajar dengan sendirinya
*) Muhamad Reza Benaji adalah Peserta matakuliah Pengajaran Berbantuan Komputer
Fasilkom UI Semester Genap 2008/2009
Tags: Pembelajaran, Video Game
Posted in Opini Mahasiswa | No Comments »
Peluang dan Tantangan Pemanfaatan Internet dalam Proses Pembelajaran
Written by harrybs on April 21, 2009 – 10:41 am -
Oleh: M. Arief Furqon*
Penggunaan Internet berkembang pesat di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Menurut
Dicky Moechtar, Direktur Marketing First Media, jumlah pengguna internet di Indonesia
mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi meskipun persentasenya masih kecil. Internet World
Stats memberikan peringkat lima pada Indonesia dengan 25 juta pengguna dalam kategori
jumlah pengguna Internet di Asia setelah China pada peringkat pertama dengan 298 juta
pengguna, Jepang pada peringkat kedua dengan 94 juta pengguna, India pada peringkat ketiga
dengan 81 juta pengguna, serta Korea Selatan dengan 36,8 juta pengguna. Tingkat pertumbuhan
pengguna Internet di Indonesia pun cukup tinggi, yaitu sebesar 1150% pada tahun 2000 hingga
2008.
Berdasarkan fakta tersebut, kita mengetahui bahwa pengguna Internet di Indonesia tidaklah
sedikit. Pengguna Internet tersebut mayoritas adalah remaja yang berusia lima belas hingga
sembilan belas tahun. Usia tersebut adalah rentang usia pelajar SMA.
Penggunaan Internet tersebut memiliki dapat memberikan dampak positif serta negatif kepada
penggunanya. Bagi remaja, sebagai mayoritas pengguna, Internet dapat memberikan dampak
positif berupa pemberian sumber informasi bermanfaat yang dapat membantu mengembangkan
dirinya. Dampak negatifnya antara lain adalah rusaknya moral akibat situs-situs yang hanya
memenuhi kebutuhan hawa nafsu penggunanya, seperti situs yang berisikan pornografi,
kekerasan, permainan, dan lain-lain.
Penggunaan Internet sebagai sarana belajar dapat menjadikan salah satu cara untuk
meningkatkan dampak positif penggunaan Internet. Hal ini tentu saja membutuhkan peran serta
para pendidik dalam pengelolaannya agar penggunaannya dapat terarah dengan baik serta sesuai
dengan proses pembelajaran.
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan Internet sebagai media
pembelajaran. Pertama, Internet hanya dijadikan sebagai sumber referensi materi pelajaran.
Melalui metode ini, peserta didik bisa mendapatkan berbagai informasi yang berhubungan
dengan materi yang sedang diajarkan. Dengan demikian, peserta yang didik akan mendapatkan
berbagai wacana dari Internet sebelum pengajar menyampaikan materi tersebut.
Metode kedua adalah dengan memanfaatkan blog yang dikelola oleh pengajar. Blog tersebut
dapat berisikan wacana-wacana yang diberikan oleh pengajar serta kemudian dikomenteri oleh
peserta didik. Dengan demikian, peserta didik harus aktif menanggapi isu-isu yang dilontarkan
oleh pengajar di blog tersebut.
Metode ketiga adalah tiap peserta didik dan pengajar mengelola blog masing-masing. Blog
pengajar dapat berisikan penugasan-penugasan yang diberikan kepada peserta didik. Peserta
didik mengelola blog yang berisikan jawaban dari penugasan-penugasan yang diberikan oleh
pengajar. Kemudian, para peserta didik mengomentari tugas yang dibuat oleh peserta lain.
Metode keempat adalah dengan menggunakan sarana jejaring sosial yang berkembang pesat saat
ini, seperti Friendster dan Facebook. Sarana jejaring sosial ini digunakan dalam proses belajar
karena tidak sedikit remaja yang aktif menggunakannya untuk berkomunikasi dengan temanteman atau komunitasnya. Pemanfaatan sarana jejaring sosial ini dalam proses pembelajaran pun
cukup mudah. Pengguna dapat melakukannya hanya dengan menuliskan tulisan-tulisan
ilmiahnya pada fitur yang telah disediakan, contohnya Notes pada Facebook. Namun demikian,
yang perlu diperhatikan adalah hal yang menjadi titik tekan pada sarana jejaring sosial ini
bukanlah sebagai sarana edukasi tetapi sebagai sarana untuk membangun komunitas pertemanan
atau jejaring sosial. Jadi, tentu saja porsi membangun komunitas lebih besar daripada sisi
edukasinya,
Metode kelima adalah dengan menggunakan Learning Management System (LMS). Saat ini
telah banyak LMS yang populer. Salah satu dari LMS yang populer saat ini adalah Moodle.
Dengan penggunaan LMS tersebut, pengelolaan proses pembelajaran akan lebih terjaga
dibandingkan dengan empat metode sebelumnya. Hal tersebut karena LMS telah dirancang
khusus untuk proses pembelajaran sedangkan yang lain tidak.
Di sisi lain, penggunaan Internet dalam pembelajaran masih memiliki kendala. Setidaknya ada
dua kendala yang terjadi saat ini. Pertama, sarana Internet di Indonesia masih terpusat di kotakota besar saja. Belum mampu menjangkau seluruh pelosok Indonesia. Kualitas sarana juga
masih banyak yang belum baik. Hal ini dapat diatasi dengan penyediaan sarana yang memadai di
seluruh Indonesia.
Kedua, tingkat pemahaman pengajar sebagai fasilitator terhadap IT masih berbeda-beda. Ada
orang yang dapat dengan cepat beradaptasi dengan teknologi baru. Namun, ada pula yang tidak.
Bahkan sering pula terjadi pemahaman pengajar tidak lebih baik daripada peserta didik terhadap
perkembangan IT.
Sumber :
• Internet World Stats. Internet Usage on Asia.
http://www.internetworldstats.com/stats3.htm#asia diakses pada hari Selasa, 14 April 2009 pukul
10:34.
• Kompas.com. Pengguna Internet Indonesia Didominasi Remaja.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/xml/2009/03/20/2028042/Pengguna.Internet.Indonesia.
Didominasi.Remaja diakses pada hari Selasa, 14 April 2009 pukul 15:04.
• Script InterMedia News. Pengguna Internet Indonesia Tumbuh 1.000 Persen.
http://www.scriptintermedia.com/view.php?id=2527&jenis=ITNews diakses pada hari Selasa, 14
April 2009 pukul 10:30.
*) M. Arief Furqon adalah Peserta matakuliah Pengajaran Berbantuan Komputer Fasilkom UI
Semester Genap 2008/2009
STRATEGI PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DAN QUANTUM LEARNING
Seperti kita ketahui, di dalam dua tiga dasa warsa terakhir ini perkembangan teknologi itu
berjalan dengan amat cepat. Teknologi yang di hari keamarin masih dianggap modern (sunrise
teohnology ) bukan tak mungkin hari ini sudah mulai basi (sunset technology).
Teknologi baru terutama multimedia mempunyai peranan semakin penting dalarn pembelajaran.
Banyak orang percaya bahwa multimedia akan dapat membawa kita kepada situasi belajar
dimana learning with effort akan dapat digantikan dengan learning with fun. Apalagi dalam
pembelajaran orang dewasa, learning with effort menjadi hal yang cukup menyulitkan untuk
dilaksanakan karena berbagai faktor pembatas, seperti kemauan berusaha, mudah bosan dll. Jadi
proses pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, tidak membosankan menjadi pilihan para
guru/fasilitator. Jika situasi belajar seperti ini tidak tercipta, paling tidak multimedia dapat
membuat belajar lebih efektif menurut pendapat beberapa pengajar.
Pada saat ini kita semua memahami bahwa proses belajar dipandang sebagai proses yang aktif
dan partisipatif, konstruktif, kumulatif, dan berorientasi pada tujuan pembelajaran, baik Tujuan
Pembelajaran Umum (TPU) maupun Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) untuk mencapai
kompetensi tertentu.
SMK yang sudah mapan pada umumnya menggunakan teknologi multimedia di dalam kegiatan
pembelajaran di kelas. Pada beberapa tahun lalu yang masih menggunakan Overhead Projector
(OHP) dan menggunakan media Overhead Transparancy (OHT), pada saat ini menjadi tidak
mode dan mulai ditinggalkan. Beberapa kelebihan multimedia seperti tidak perlu pencetakan
hard copy dan dapat dibuat/diedit pada saat mengajar menjadi hal yang memudahkan guru dalam
penyampaian materinya. Berbagai variasi tampilan/visual bahkan audio mulai dicoba seperti
animasi bergerak, potongan video, rekaman audio, paduan warna dll dibuat untuk mendapatkan
sarana bantu mengajar yang sebaik-baiknya. Bahkan pada beberapa kesempatan telah diadakan
ToT Multimedia dan juga In House Training
Pembelajaran yang Efektif
Sejauh ini multimedia mampu mengubah pembelajaran secara drastis dan fundamental. Namun
pertanyaannya adalah, kapan multimedia efektif digunakan dalam proses pembelajaran peserta
diktat ? dan mengapa efektif ?
Untuk dapat menjawab pertanyaan di atas, kita harus merniliki pemahaman yang menyeluruh
tentang multimedia. Ketika membahas multimedia, biasanya yang kita maksudkan adalah
gabungan alat-alat teknik seperti komputer, memori elektronik, jaringan informasi, dan alat-alat
display yang dapat menyajikan informasi melalui berbagai format seperti teks, gambar nyata atau
grafik dan melalui multi saluran sensorik. Hal ini analog dengan pernikiran jika kita menganggap
komputer sebagai mesin tik misalnya. Padahal komputer jelas-jelas merniliki berbagai fungsi dan
manfaat yang lebih banyak dibanding mesin tik manual.
Beberapa kesalahan konsep mengenai multimedia dapat diringkas sebagai berikut :
1.Sebagian besar pengguna teknologi multi media masih menganggap multi media hanya sebagai
alat penampil suatu materi yang akan disampaikan
2.Multimedia dipandang sebagai wahana yang selalu memberikan dampak positif pada
pembelajaran.
3.Karena multimedia memanfaatkan banyak ragam media (audio, visual, animasi gerak, dll)
maka serta merta akan menghasilkan proses kognitif yang banyak pula. Dengan bahasa
sederhana dikatakan bahwa dengan memberikan banyak hal (teks, gambar, animasi, dll.) maka
peserta didik akan mendapatkan lebih banyak.
Kembali pada topik terkemuka, sebelum kita mencari jawaban atas pertanyaan di atas hendaknya
kita memaharni level-level pada multimedia. Secara keseluruhan, multimedia terdiri dari tiga
level (Mayer, 2001) yaitu :
1.Level teknis, yaitu multimedia berkaitan dengan alat-alat teknis ; alat-alat ini dapat diartikan
sebagai wahana yang meliputi tanda-tanda (signs).
2.Level semiotik, yaitu representasi hasil multimedia seperti teks, gambar, grafik, tabel, dll.
3.Level sensorik, yaitu yang berkaitan dengan saluran sensorik yang berfungsi untuk menerima
tanda (signs).
Dengan memanfaatkan ketiga level di atas diharapkan kita dapat mengoptimalkan multimedia
dan mendapatkan efektifitas pemanfaatan multimedia pada proses pembelajaran.
Berikut ini dipaparkan hasil-hasil penelitian berkaitan dengan pemanfaatan multimedia.
Pengaruh multimedia dalam pembelajaran menurut YG Harto Pramono antara lain :
a.Multi bentuk representasi
b.Animasi
c.Multi saluran sensorik
d.Pembelajaran non-linearitas
e.Interaktivitas.
1.Multi Bentuk Representasi
Yang dimaksud dengan multi bentuk representasi adalah perpaduan antara teks, gambar nyata,
atau grafik. Berdasarkan hasil penelitian tentang pemanfaatan multi bentuk representasi,
informasi/materi pengajaran melalui teks dapat diingat dengan baik jika disertai dengan gambar.
Hal ini dijelaskan dengan dual coding theory (Paivio, 1986). Menurut teori ini, sistem kognitif
manusia terdiri dua sub sistem : sistem verbal dan sistem gambar (visual). Kata dan kalimat
biasanya hanya diproses dalam sistem verbal (kecuali untuk materi yang bersifat kongkrit),
sedangkan gambar diproses melalui sistem gambar maupun sistem verbal. Jadi dengan adanya
gambar dalam teks dapat meningkatkan memori oleh karena adanya dual coding dalam memori
(bandingkan dengan single coding).
Seseorang yang membaca/memahami teks yang disertai gambar, aktifitas yang dilakukannya
yaitu : memilih informasi yang relevan dari teks, membentuk representasi proporsi berdasarkan
teks tersebut, dan kemudian mengorganisasi informasi verbal yang diperoleh ke dalam mental
model verbal.
Demikian juga ia memilih informasi yang relevan dari gambar, lalu membentuk image, dan
mengorganisasi informasi visual yang dipilih ke dalam mental mode visual. Tahap terakhir
adalah menghubungkan 'model' yang dibentuk dari teks dengan model yang dibentuk dari
gambar .Model ini kemudian dapat menjelaskan mengapa gambar dalam teks dapat menunjang
memori dan pemahaman peserta didik.
Fitur penting lain dalam multimedia adalah animasi. Berbagai fungsi animasi antara lain : untuk
mengarahkan perhatian peserta diklat pada aspek penting dari materi yang sedang dipelajari
(tetapi awas, animasi dapat juga mengalihkan perhatian peserta dari topik utama), Menurut
Schnotz dan Bannert (2003), pemahaman melalui teks dan gambar dapat mendukung
pembentukan mental model melalui berbagai route (yang juga ditunjang oleh latar belakang
pengetahuan sebelurnnya atau prior knowledge).
Menurut model ini, gambar dapat menggantikan teks dan demikian pula sebaliknya. Model ini
dapat juga menjelaskan perbedaan tiap-tiap individu dalam belajar menggunakan multimedia
Beberapa hasil penelitian menunjukkan peserta diklat yang memiliki latar belakang pengetahuan
sebelurnnya (prior knowledge) tinggi tidak memperoleh banyak keuntungan dengan adanya
gambar pada teks, sedangkan peserta diklat dengan prior knowledge rendang sangat terbantu
dengan adanya gambar pada teks.
Berarti bagi guru/fasilitator cukup jelas kapan menggunakan gambar pada teks dan kapan tidak
menggunakannya. Tetapi perlu diingat juga bahwa pada dasarnya gambar sebagai penunjang
penjelasan substansi materi yang tertera pada teks, jadi jangan sekali-sekali porsi gambar
melebihi teks yang ada. Juga gambar harus relevan dan berkaitan dengan narasi pada teks.
2.Animasi
Menurut Reiber (1994) bagian penting lain pada multimedia adalah animasi. Animasi dapat
digunakan untuk menarik perhatian peserta diklat jika digunakan secara tepat, tetapi sebaliknya
anirnasi juga dapat mengalihkan perhatian dari substansi materi yang disampaikan ke hiasan
animatif yang justru tidak penting. Animasi dapat membantu proses pelajaran jika peserta diklat
banya akan dapat melakukan proses kognitif jika dibantu dengan animasi, sedangkan tanpa
animasi proses kognitif tidak dapat dilakukan. Berdasarkan penelitian, peserta diklat yang
memiliki latar belakang pendidikan dan pengetahuan rendah cenderung memerlukan bantuan,
salah satunya animasi, untuk menangkap konsep materi yang disampaikan.
3.Multi Saluran Sensorik
Dengan penggunaan multimedia, peserta diklat sangat dimungkinkan mendapatkan berbagai
variasi pemaparan materi. Atau sebaliknya guru/fasilitator dapat menggunakan berbagai saluran
sensorik yang tersedia pada media tersebut. Dengan penggunaan multi saluran sensorik,
dimungkinkan penggunaan bentuk-bentuk auditif dan visual. Menurut basil penelitian,
pemerolehan pengetahuan melalui teks yang menggunakan gambar disertai animasi, basil belajar
peserta akan lebih baik jika teks disajikan dalam bentuk auditif dari pada visual.
4.Pembelajaran Non Linear
Pembelajaran non linear dirnaksudkan sebagai proses pembelajaran yang tidak hanya
mengandalkan materi-materi dari guru/widyaiswara, tetapi peserta diklat hendaknya menambah
pengetahuan dan ketrampilan dari berbagai somber ekstemal seperti narasumber di lapangan,
studi literatur dari beberapa perpustakaan, situs internet, dan sumber-sumber lain yang relevan
dan menunjang peningkatan diri. Berdasarkan suatu penelitian dikatakan bahwa tingkat
pemahaman dengan sistem pembelajaran non linear merniliki hasil yang lebih baik dibanding
peserta diktat mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan hanya dari fasilitator. Jadi tugas
guru/fasilitator untuk dapat merangsang dan menciptakan suatu kondisi semangat menambah
ilmu para peserta diklat dari berbagai sumber lain.
5.Interaktivitas
Interaktivitas disini diterjermahkan sebagai tingkat interaksi dengan media pembelajaran yang
digunakan, yakni multimedia. Karena kelebihan yang dimiliki multimedia, memungkinkan bagi
siapapun (guru/fasilitator dan peserta diklat) untuk eksplore dengan memanfaatkan detail-detail
di dalam multimedia dalam menunjang kegiatan pembelajaran. Permasalahannya tinggal
bagaimana aktivitas behavioristik terhadap multimedia memberikan dampak positif bagi kedua
belah pihak (guru & peserta).
Saya JELARWIN DABUTAR setuju jika bahan yang dikirim dapat dipasang dan digunakan di
Homepage Pendidikan Network dan saya menjamin bahwa bahan ini hasil karya saya sendiri dan
sah (tidak ada copyright).
CATATAN: Artikel-artikel yang muncul di sini akan tetap di pertanggungjawabkan oleh
penulis-penulis artikel masing-masing dan belum tentu mencerminkan sikap, pendapat atau
kepercayaan Pendidikan Network.
 BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang a. Pengertian Media Kata media berasal dari
bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ’tengah’, ’perantara’, atau ’pengantar’. Secara
lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alatalat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali
informasi visual atau verbal. AECT (Association of Education and Communication Technology,
1977) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan utnuk
menyampaikan pesan atau informasi. Disamping sebagai sistem penyampai atau pengantar,
media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming (1987 : 234) adalah penyebab
atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah
mediator, media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif
antara dua pihak utama dalam proses belajar, yaitu siswa dan isi pelajaran. Ringkasnya, media
adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran. (Arsyad, 2003 : 3).
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara
harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar
terjadi (Sadiman,2002:6). Arti media pengajaran: Menurut Marshall Mcluhan, Media adalah
suatu ekstensi manusia yang memungkinkannya mempengaruhi orang lain yang tidak
mengadakan kontak langsung dengan dia. Dalam arti sempit, media pengajaran hanya meliputi
media yang dapat digunakan secara efektif dalam proses pengajaran yang terencana. 1
 Sedangkan dalam arti luas, media tidak hanya meliputi media komunikasi elektronik yang
kompleks akan tetapi juga mencakup alat-alat sederhana seperti: tv radio, slide, fotografi,
diagram, dan bagan buatan guru, atau objek-objek nyata lainnya. Latuheru(1988:14),
menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara guru
dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Berdasarkan definisi tersebut,
media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi
pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada
kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa. Menurut Sadiman
(2002:16), media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut: a. Memperjelas
penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan
belaka). b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. c. Dengan menggunakan
media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik. d. Dengan sifat
yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda,
sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru
akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar
belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Dalam hal ini, media pendidikan berguna
untuk: 1) Menimbulkan kegairahan belajar. 2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung
antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan. 3) Memungkinkan anak didik belajar
sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya 2
 Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam: 1)
Memberikan perangsang yang sama. 2) Mempersamakan pengalaman. 3) Menimbulkan persepsi
yang sama. Berdasarkan manfaat tersebut, nampak jelas bahwa media pembelajaran mempunyai
andil yang besar terhadap kesuksesan proses belajar mengajar. Semakin sadarnya orang akan
pentingnya media yang membantu pembelajaran sudah mulai dirasakan. Pengelolaan alat bantu
pembelajaran sudah sangat dibutuhkan. Bahkan pertumbuhan ini bersifat gradual. Metamorfosis
dari perpustakaan yang menekankan pada penyediaan meda cetak, menjadi penyediaanpermintaan dan pemberian layanan secara multi-sensori dari beragamnya kemampuan individu
untuk mencerap informasi, menjadikan pelayanan yang diberikan mutlak wajib bervariatif dan
secara luas.Selain itu,dengan semakin meluasnya kemajuan di bidang komunikasi dan teknologi,
serta diketemukannya dinamika proses belajar, maka pelaksanaan kegiatan pendidikan dan
pengajaran semakin menuntut dan memperoleh media pendidikan yang bervariasi secara luas
pula. Karena memang belajar adalah proses internal dalam diri manusia maka guru bukanlah
merupakan satu-satunya sumber belajar, namun merupakan salah satu komponen dari sumber
belajar yang disebut orang. AECT (Associationfor Educational Communication and Technology)
membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar, yaitu: 1.
Pesan; didalamnya mencakup kurikulum (GBPP) dan mata pelajaran. 2. Orang; didalamnya
mencakup guru, orang tua, tenaga ahli, dan sebagainya. 3. Bahan;merupakan suatu format yang
digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran,seperti buku paket, buku teks, modul, program
video, film, OHT (over head transparency), program slide,alat peraga dan sebagainya (biasa
disebut software). 4. Alat; yang dimaksud di sini adalah sarana (piranti, hardware) untuk
menyajikan bahan pada butir 3 di atas. Di dalamnya mencakup proyektor OHP, slide, film tape
recorder, dan sebagainya. 3
 5. Teknik; yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan orang dalam membeikan
pembelajaran guna tercapai tujuan pembelajaran. Di dalamnya mencakup
ceramah,permainan/simulasi, tanya jawab, sosiodrama (roleplay), dan sebagainya. 6. Latar
(setting) atau lingkungan; termasuk didalamnya adalah pengaturan ruang, pencahayaan, dan
sebagainya. Bahan & alat yang kita kenal sebagai software dan hardware tak lain adalah media
pendidikan B. Rumusan masalah Pada makalah ini akan kami bahas: 1. Manfaat media
pembelajaran. 2. Fungsi media pembelajaran. 3. Fungsi dan Manfaat Media 4. Pengenalan
beberapa media 5. Pemilihan Media 6. Penggunaan Media C. TUJUAN Tujuan dalam penulisan
makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua.
D. METODE PENULISAN Penulis mempergunakan metode observasi dan kepustakaan. Dalam
metode ini penulis membaca buku-buku dan mencari lewat internet yang berkaitan dengan
penulisan makalah ini. 4
 BAB II PEMBAHASAN A. Manfaat Dan Tujuan Media Hamalik (1986) mengemukakan
bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan
bahwa membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media
pembelajaran pada orientasi pembelajaran akan sangat membantu keaktifan proses pembelajaran
dan menyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan
minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa mengingkatkan pemahaman,
menyajikan data dengan menaruk dan terpercahaya. Yunus (1942: 78) ‫نناور ن ىف ار ث ان مظ ن اهنا‬
‫…منفمر مخوف‬..‫ ممر ننكءمر امف‬Maksudnya: bahwasanya media pembelajaran paling besar
pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin pemahaman ….orang yang mendengarkan
saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya
dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat dan mendengarkannya. Selanjutnya,
Ibrahim (196:432) menjelaskan betapa pentingnya media pembelajaran karena: ‫ا ج مب ن سامن‬
‫…… ف م تل م ذ ما جثد ا ش ار طه‬.‫…مظ نلاور ن تل م ذ ناوار اسار ث مظ ادااب ن ابرنا‬..‫ناور ااح ن ثنا‬
Maksudnya: media pembelajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi
murid-murid dan memperbaharui semangat mereka…membantu memantapkan pada benak para
siswa serta menghidupkan pelajaran. 5
 B. Fungsi Media Media pembelajaran, menurut Kemp dan Dayton (1985: 28), dapat
memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan uuntuk perorangan, kelompok, atau
kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu: 1. Memotivasi minat atau tindakan Untuk
memenuhi tugas motivasi media pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau
hiburan. Hasil yang diharapkan adalah melahirkan minat dan merangsang para siswa atau
pendengar untuk bertindak (turut memikul tanggung jawab, melayani secara sukarela, atau
memberikan material). Pencapaian tujuan ini akan mempengaruhi sikap, nilai, emosi. 2.
Menyajikan informasi untuk memenuhi tugas informasi media pembelajaran dapat digunakan
dalam rangka penyajian informasi di hadapan sekelompok siswa. Isi dan bentuk penyajian
bersifat amat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan atau pengetahuan latar
belakang. Penyajian dapat pula berbentuk hiburan, drama, atau teknik motivasi. Ketika
mendengar atau menonton bahan informasi, para siswa bersikap pasif. Partisipasi yang
diharapkan dari siswa hanya terbatas pada persetujuan atau ketidaksetujuan mereka secara
mental, atau terbatas pada perasaan tidak / kurang senang, netral, atau senang. 3. Memberi
instruksi Media bertugas sebagai instruksi dimana informasi yang terdapat dalam media itu harus
melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata
sehingga pembelajaran dapat terjadi. Materi harus dirancang secara lebih sistematis dan
psikologis dilihat dari segi prinsip-prinsip belajar agar dapat menyiapkan instruksi yang efektif.
Disamping menyenangkan dan memenuhi kebutuhan perorangan siswa. 6
 Berbagai manfaat media pembelajaran telah dibahas oleh banyak ahli. Menurut Kemp dan
Dayton (1985:3-4) meskipun telah lama disadari bahwa banyak keuntungan / manfaat
penggunaan media pembelajaran, penerimaannya serta pengintegrasiannya ke dalam programprogram pengajaran berjalan amat lambat. Mereka mengemukakan: 1. Penyampaian pelajaran
menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian melalui media
menerima pesan yang sama. Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang
berbeda-beda, dengan penggunaan media ragam hasil tafsiran itu dapat dikurangi sehingga
informasi yang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagai landasan untuk pengkajian dan
latihan lebuh lanjut. 2. Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat di asosiasikan sebagai
penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memeperhatikan. Kejelasan dan
keruntutan pesan, daya tarik, image yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang dapat
menimbulkan keingintahuan menyebabkan siswa tertawa dan berpikir, yang kesemuanya
menunjukkan bahwa media memiliki aspek motivasi dan meningkatkan minat. 3. Pembelajaran
menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang
diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik dan penguatan. 4. Lama waktu pembelajaran
yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat
untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan
memunkinkannya di serap oleh siswa. 5. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana
integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemenelemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik dan jelas. 6.
Pemebelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan terutama jika
media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu. 7. Sikap positif siswa terhadap
apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan. 8. Peran guru dapat
berubah kearah yang lebih positif. Beban guru untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai
isi pelajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehingga ia dapat memusatkan perhatian
kepada aspek penting laindalamprosesbelajar mengajar, misalnya sebagai konsultan atau
penasihat siswa. 7
 Dale (1969: 180) mengemukakan bahwa manfaat media antara lain: 1. Meningkatkan rasa
saling pengertian dan simpati dalam kelas. 2. Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku
siswa. 3. Menunjukkan hubungan antara mata pelajaran, kebutuhan, dan minat siswa dengan
meningkatnya motivasi belajar. 4. Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar
siswa. 5. Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa. 6. Mendorong
pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan jalan melibatkan imajenasi dan
partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasil belajar. 7. Memberikan umpan balik
yang diperlukan sehingga dapat membantu siswa menemukan seberapa banyak telah mereka
pelajari. 8. Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu konsep-konsep yang
bermakna dapat dikembangkan. 9. Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang
mencerminkan pembelajaran nonverbalistik dan dan membuat generalisasi yang tepat. 10.
Menyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa butuhkan jika mereka
membangun struktur konsep dan sistem gagasan yang bermakna. Sudjana dan Rivai (1992: 2)
mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu: 1. Pembelajaran
akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. 2. Bahan
pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa sehingga
memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran. 3. Metode mengajar akan
lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru,
sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar pada
setiap jam pelajaran. 4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan
mendemonstrasikan, memamerkan, dll. Encyclopedi of educational research dalam Hamalik
(1994: 15) merincikan manfaat media pendidikan sebagai berikut: 1. Meletakkan dasar-dasar
yang konkret untuk berpikir oleh karena itu mengurangi verbalisme. 2. Memperbesar perhatian
siswa. 3. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh karena itu
membuat pelajaran lebih mantap. 4. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan
kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa. 8
 5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup. 6.
Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa.
7. Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, membantu efisiensi
dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar. Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan
mengenai manfaat belajar, antara lain: 1. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian
pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. 2.
Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat
menimbulkan motivasi belajar, interaksi lebih langsung antara siswa dan lingkungannya. 3.
Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu. a. Objek atau benda
yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto,
slide, realita, film, radio, atau model. b. Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak
oleh indera dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau gambar. c. Kejadian
langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan
melalui rekaman video, film, foto, slide, disamping secara verbal. d. Objek atau proses yang
amat rumit seperti peredaran darah dapat dapat ditampilkan secara konkret melalui film, gambar,
slide, atau simulasi komputer. e. Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat
disimulasikan dengan media seperti komputer, film, dan video. f. Peristiwa alam seperti
terjadinya letusan gunung berapi atau proses yang dalam kenyataan memakan waktu lama seperti
proses kepompong menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik teknik rekaman seperti
time lapse untuk film, video, slide, atau simulasi komputer. 4. Media pembelajaran dapat
memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa lingkungan
mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan
lingkungannya. 9
 C. Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan Dalam suatu proses pembelajaran, dua unsur yang
amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling
berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media
pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan
dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan
siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik
siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran
adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan
belajar yang ditata dan diciptakan oleh tenaga pendidik. Hamalik (1986) mengemukakan bahwa
pemakaian media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan
minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan
membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada
tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu kefektifan proses pembelajaran dan
penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat
siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan
data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.
Levie & Lentsz (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media
visual, yaitu : Fungsi Atensi Fungsi Afektif Fungsi Kognitif Fungsi Kompensatoris Fungsi atensi
media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk
berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau
menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran peserta didik tidak tertarik
dengan materi pelajaran atau mata kuliah yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka
tidak memperhatikan. Media visual yang diproyeksikan dapat menenangkan dan mengarahkan
perhatian mereka kepada mata kuliah yang akan mereka terima. Dengan demikian, kemungkinan
untuk memperoleh dan mengingat isi materi perkuliahan semakin besar. 10
 Fungsi Afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan peserta didik ketika belajar
atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan
sikap siswa. Misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras. Fungsi kognitif media
visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau
gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan
yang terkandung dalam gambar. Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil
penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa
yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya
kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang
lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau
disajikan secara verbal. Sudjana & Rivai (1992:2) mengemukakan manfaat media pembelajaran
dalam proses pembelajaran : Pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga
dapat menumbuhkan motivasi belajar. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga
dapat lebih dipahami oleh peserta didik dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan
pembelajaran Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal
melalui penuturan kata-kata oleh tenaga pendidik, sehingga peserta didik tidak bosan dan tenaga
pendidik tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau tenaga pendidik mengajar setiap jam pelajaran
Peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan
uraian dari dosen, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemosntrasikan,
memerankan dan lain-lain. Hakikat dari proses belajar mengajar adalah proses komunikasi yaitu
penyampaian informasi dari sumber informasi melalui media tertentu kepada penerima
informasi. Berdasarkan hal tersebut, salah satu faktor kegagalan pembelajaran adalah adanya
berbagai jenis hambatan dalan proses komunikasi antara peserta didik dan tenaga pendidik.
Berbagai hambatan ini dapat berupa hambatan fisiologis, psikologis, kultural dan lingkungan
(khoe, 2000 : 117). Keempat jenis hambatan itu, baik yang berasal dari Tenaga pendidik maupun
peserta didik, membuat komunikasi belajar mengajar tidak berjalan secara efektif dan efisien.
Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan penggunaan media pembelajaran,
termasuk diantaranya teknologi informasi. Pemanfaatan teknologi informasi sebagai media
pembelajaran dapat melalui pemanfaatan penggunaan komputer sebagai media interaktif.
Diharapkan dengan pemanfaatan media ini dapat merangsang pikiran, perasaan, minat, serta
perhatian peserta didik sedemikan rupa sehingga proses pembelajaran dapat terjadi.
 Para peneliti menemukan bahwa ada berbagai cara peserta didik dalam memproses informasi
yang bersifat unik. Sebagian lebih mudah memproses informasi visual, sebain lain lebih mudah
kalau ada suara (auditorial), dan sebagian lain akan memahami dengan mudah atau lebih baik
jika melakukannya dengan sentuhan/praktek (kinestetik). (Bobbi DePorter&Mike Hernacki :
1992
Download