PERAWATAN HIPERSENSITIF DENTIN Ada beberapa metode

advertisement
PERAWATAN HIPERSENSITIF DENTIN
Ada beberapa metode yang digunakan untuk merawat, menghilangkan dan menangani
hipersensitif dentin. Perawatan akan lebih berhasil bila faktor yang memperparah
hipersensitif dapat dihilangkan atau dikurangi.16 Ada dua prinsip perawatan hipersensitif
dentin, yaitu mencegah aliran cairan tubulus dentin dan mengurangi rangsangan terhadap
saraf.17
Perawatan hipersensitif dentin ada dua, yaitu secara invasif dan non-invasif.
Perawatan invasif termasuk bedah gingiva, aplikasi resin dan pulpektomi. Perawatan noninvasif dengan menggunakan bahan-bahan topikal dan pasta gigi yang terdiri dari bahanbahan desensitisasi aktif.14 Berikut ini akan dijelaskan mengenai perawatan hipersensitif
dentin secara non-invasif dan invasif.
3.1 Perawatan hipersensitif dentin secara non-invasif
Perawatan hipersensitif dentin secara non-invasif seperti pasta desensitisasi dan agen
topikal merupakan perawatan yang ringan dan mudah dilakukan oleh pasien ataupun dokter
gigi. Perawatan non-invasif lebih sederhana dan murah dibandingkan dengan perawatan
invasif.2 Perawatan non-invasif betul-betul dipertimbangkan supaya menjadi perawatan yang
sederhana, harga dapat terjangkau dan menjadi perawatan yang tepat bagi kebanyakan
pasien.14 Perawatan non-invasif ini meliputi dua cara, yaitu perawatan di rumah oleh pasien
sendiri dan perawatan di klinik.
3.1.1 Perawatan di rumah oleh pasien sendiri
Pemeriksaan dan evaluasi yang teliti terhadap kebiasaan menjaga kesehatan rongga mulut
pada masing-masing pasien, kebiasaan parafungsi (clenching dan bruxism) dan pola makan
Universitas Sumatera Utara
sangat penting diketahui sebelum menyarankan perawatan berikutnya. Sebelum perawatan
pasien harus menunjukkan cara menyikat gigi dan teknik penggunaan benang gigi yang biasa
digunakan, hal ini akan memberikan informasi penilaian yang tidak terhingga. Perubahan
sederhana dalam hal kebiasaan dan tindakan pasien dapat memberikan pengaruh yang positif
terhadap perawatan dan pencegahan hipersensitif. Sensitifitas yang tidak responsif terhadap
strategi perawatan di rumah harus dievaluasi kembali untuk perawatan professional di
klinik.16 Berikut ini akan dijelaskan mengenai beberapa hal yang harus dianjurkan pada
pasien pada perawatan ini, yaitu menyikat gigi, penggunaan pasta gigi, pemakaian obat
kumur, modifikasi diet dan mengurangi atau menghilangkan kebiasaan parafungsi.
3.1.1.1 Menyikat gigi
Ada beberapa hal yang harus dianjurkan pada pasien dengan perawatan menyikat gigi.
Menyikat gigi secara manual dengan sikat gigi biasa harus menggunakan sikat gigi yang
lembut dengan ujung bulu sikatnya bulat dan lembut, hal ini untuk mengurangi resiko
terjadinya resesi gingiva dan abrasi akibat terbukanya sementum dan dentin. Urutan menyikat
gigi paling baik dimulai pada kuadran gigi yang tidak sensitif kemudian diakhiri pada
kuadran gigi yang paling sensitif. Gerakan pada waktu menyikat gigi lebih baik berpusat pada
satu sampai dua gigi daripada gerakan horizontal yang panjang yang meliputi beberapa
gigi.15,16 Tekanan pada waktu menyikat gigi juga harus ringan dan minimal.16
Tujuan menyikat gigi ada tiga, yaitu:
1. Untuk mengurangi resiko terjadinya resesi gingiva dan abrasi akibat terbukanya sementum
dan dentin.15,16
2. umtuk menjaga kebersihan mulut secara mekanis.5
3. aplikasi bahan desensitisasi seperti penggunaan pasta gigi.16
3.1.1.2 Penggunaan pasta gigi
Pasta gigi yang digunakan mengandung bahan desensitisasi dan pasta gigi ini sesuai untuk
hipersensitif yang ringan sampai sedang.16 Pasta gigi merupakan perawatan hipersensitif
dentin yang paling sering dan mudah dilakukan. Beberapa pasta gigi mengandung bahan
yang dapat menutup tubulus dentin seperti strontium salt dan fluoride. Selain itu ada juga
pasta gigi yang mengandung bahan yang dapat mematikan elemen vital di dalam tubulus
dentin seperti formaldehid. Saat ini, sebagian besar pasta desensitisasi mengandung bahan
yang mengurangi hipersensitif dentin seperti potassium salt (potassium nitrate, potassium
chloride atau potassium citrate).2,17
Pasta gigi yang mengandung potassium nitrate telah digunakan sejak tahun 1980. Setelah itu,
pasta gigi yang mengandung potassium chloride atau potassium citrate diproduksi. Ion
potassium menyebar sepanjang tubulus dentin dan mengurangi rangsangan terhadap sarafsaraf interdental dengan mengubah potensial membran saraf-saraf tersebut.2
Sejak tahun 2000, penelitian mengenai pasta gigi yang mengandung potassium telah banyak
dilakukan. Para peneliti tersebut menemukan bahwa pasta gigi yang mengandung bahan 5%
potassium nitrate atau 3,75% potassium chloride secara signifikan dapat mengurangi
hipersensitif dentin. Pasta gigi yang mengandung 5% potassium nitrate dan 0,454% stannous
fluoride secara signifikan juga mengurangi hipersensitif dentin. Salah satu pasta gigi yang
mengandung potassium nitrate yang sering dipakai untuk mengurangi hipersensitif dentin
yakni sensodyne.9 Disamping itu, ada juga pasta gigi yang mengandung gabungan antara
bahan desensitisasi, seperti fluoride (sodium monofluorophosphate, sodium fluoride, stannous
fluoride) dan bahan abrasif, misalnya bahan anti plak seperti triclosan atau zinc citrate.2
3.1.1.3 Pemakaian obat kumur
Disamping pasta gigi, obat kumur juga merupakan bahan desensitisasi. Penelitian Gillam DG
dkk dan Pereira R dkk menemukan bahwa obat kumur yang mengandung potassium nitrate
dan sodium fluoride, potassium citrate atau sodium fluoride dapat mengurangi hipersensitif
dentin. Obat kumur merupakan bahan desensitisasi yang dapat dilakukan oleh pasien sendiri
di rumah.2
Pemakaian obat kumur yang dianjurkan adalah kombinasi antara klorheksidin 0,12% dan
sodium fluoride 0,2%. Obat kumur potassium nitrate 3% atau sodium fluoride 0,2% juga
memperlihatkan efek terapeutik untuk mengurangi hipersensitif.16
3.1.1.4 Modifikasi diet
Beberapa anjuran dalam mengatur pola makan, yaitu konsumsi makanan dan minuman asam
seperti buah atau jus jeruk, makanan yang diasamkan, anggur, sari buah apel, yogurt dan
Universitas Sumatera Utara
minuman karbonat harus dikurangi, karena makanan dan minuman ini dapat menyebabkan
erosi enamel atau sementum dan terbukanya lapisan dentin. Menyikat gigi segera setelah
mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung asam harus dihindarkan karena hal
ini dapat mempercepat efek kombinasi dari abrasi dan erosi. Kehilangan enamel yang banyak
dari kombinasi kebiasaan yang bersifat abrasif dan erosif dari tindakan pembersihan dan
terpapar asam secara terus-menerus telah dilaporkan sebelumnya.16
Pada perawatan hipersensitif, menyikat gigi sebelum memakan makanan yang mengandung
asam dan makanan lainnya sangat dianjurkan, walaupun hal ini berlawanan dengan yang
dianjurkan pada pencegahan karies. Saran tambahan untuk mengurangi hipersensitif termasuk
mengisap
minuman
asam
dengan
sedotan,
mengurangi
kuantitas
dan
frekuensi
mengkonsumsi asam, meminum minuman yang netral atau alkalin seperti air dan susu setelah
mengkonsumsi makanan asam dan menghindari makanan yang mempunyai rasa tajam, pedas
atau panas dan dingin.16
3.1.1.5 Mengurangi atau menghilangkan kebiasaan parafungsi
Kebiasaan parafungsi, seperti clenching dan bruxism, mungkin merupakan faktor penyebab
oklusi eksentrik yang dapat menyebabkan gigi menjadi rapuh serta berpotensi menyebabkan
lesi abfraksi. Secara mikroskopis kehilangan enamel pada bagian servikal gigi memegang
peranan pada hipersensitif dentin dimana tubulus dentin menjadi terbuka dan mudah terjadi
erosi. Metode pengurangan tekanan pada awalnya dapat mengurangi kebiasaan ini.
Pembuatan occlusal night guards secara professional buatan pabrik juga dapat mengurangi
pengaruh dari kebiasaan yang tidak disadari.16
3.1.2 Perawatan di klinik
Metode perawatan di klinik oleh dokter gigi bertujuan untuk menutup tubulus dentin.16
Metode ini, menutup tubulus dentin secara fisikal dengan varnish dan bahan pelapik yang
dapat menyebabkan masuknya ion ke dalam tubulus yang mengakibatkan pembentukan
kristal intratubular dan menempatkan ionomer kaca atau restorasi bahan bonding untuk
menghalangi stimulus secara fisikal.16 Perawatan di klinik yang dapat dilakukan, yaitu
pemberian bahan desensitisasi topikal.
3.1.2.1 Bahan desensitisasi topikal
Bahan desensitisasi topikal seperti fluoride, potassium nitrate, oxalate, dan calcium
phosphates, arginin-kalsium karbonat desensitisasi pasta sebaiknya dilakukan oleh dokter
gigi di praktek. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan efek perawatan yang lebih maksimal.
Bahan topikal fluoride seperti sodium fluoride dan stannous fluoride dapat mengurangi
hipersensitif dentin dengan cara mengurangi permeabilitas dentin. Hal ini dimungkinkan oleh
adanya pengendapan calcium fluoride yang tidak terlarut di dalam tubulus. Potassium nitrate
yang biasanya terdapat pada pasta gigi, juga dapat digunakan secara topikal. Potassium
nitrate tidak mengurangi permeabilitas dentin, namun ion potassium mengurangi rangsangan
terhadap saraf. Oxalate juga merupakan bahan desensitisasi topikal. Pada tahun 1981,
Greenhill dan Pashley melaporkan bahwa 30 % potassium oxalate dapat mengurangi
permeabilitas dentin sekitar 98 %. Sejak saat itu, sejumlah bahan desensitisasi yang
mengandung oxalate diproduksi. Selain mengurangi permeabilitas dentin, bahan yang
mengandung oxalate juga dapat menutup tubulus dentin. Calcium phosphates juga efektif
dalam mengurangi hipersensitif dentin dengan cara menutup tubulus dentin dan mengurangi
permeabilitas dentin.2
Universitas Sumatera Utara
Sebuah studi di unversitas new York-stony brook, melaporkan tentang perkembangan
teknologi bahan anti sensitivitas baru dimana saliva berperan penting dalam mengurangi
sensitivitas dentin, komponen baru ini adalah arginin, yang merupakan sebuah asam amino
bermuatan positif dan mempunyai ph fisiologis yaitu 6,5-7,5 , bikarbonat, PH buffer, kalsium
karbonat, dan sebagai sumber kalsium. Arginin-kalsium karbonat desensitisasi pasta juga
efektif untuk mengobati hipersensitif dentin dengan cara menutup tubulus dentin yang
terbuka. Arginin- kalsium karbonat desensitisasi pasta ini digunakan segera setelah prosedur
scalling gigi. dokter gigi harus berhati-hati mengkilapkan gigi dengan bahan arginin-kalsiumkarbonat desensitisasi pasta ke semua daerah permukaan gigi yang sensitif, terutama pada
Batas Sementum Enamel (BSE), sementum dan dentin yang terpapar.17
3.2 Perawatan hipersensitif dentin secara invasif
Perawatan ini harus memiliki keahlian khusus dan hanya dilakukan oleh dokter gigi.
Perawatan secara invasif lebih kompleks dan lebih mahal bila dibandingkan dengan
perawatan
Universitas Sumatera Utara
secara non-invasif.2,17 Berikut ini akan dijelaskan mengenai iontophoresis, laser, aplikasi
resin, bedah gingiva dan pulpektomi.
3.2.1 Iontophoresis
Perawatan invasif lainnya adalah iontophoresis yang merupakan perawatan dengan
menggunakan daya listrik untuk meningkatkan difusi ion-ion ke dentin. Dental iontophoresis
biasanya digunakan bersamaan dengan penggunaan pasta fluoride.2 Walaupun prosedur ini
efektif untuk perawatan hipersensitif dentin, prosedur ini relative mahal, meliputi peralatan
yang khusus dan sering memerlukan lebih dari satu kali aplikasi.16
3.2.2 Laser
Perawatan dengan menggunakan laser juga dapat merawat hipersensitif dentin, tergantung
pada jenis laser dan parameter perawatan. Penelitian Lier BB dkk melaporkan bahwa laser
neodymium: Yttrium-Aluminum-Garnet (YAG), laser erbium: YAG dan laser galiumaluminium- arsenide tingkat rendah juga dapat mengurangi hipersensitif dentin. Namun,
terapi dengan menggunakan laser membutuhkan biaya lebih mahal dan perawatan yang
kompleks.2
3.2.3 Aplikasi resin
Bahan resin dan adesif seperti fluoride varnish, oxalic acid dan resin, sealant dan primer,
etching dan adhesive dapat juga digunakan sebagai perawatan hipersensitif dentin. Bahan
resin dan adesif lebih adekuat sebagai perawatan hipersensitif dentin dibandingkan dengan
yang topikal. Hal ini dikarenakan bahan desensitisasi topikal tidak berikatan dengan struktur
gigi dan efeknya hanya sementara. Pada tahun 1970, Brännström dkk menyarankan
penggunaan resin untuk mengurangi hipersensitif dentin. Saat ini, perawatan hipersensitif
dentin yang paling sering digunakan melibatkan bahan adesif diantaranya varnish, bahan
bonding dan bahan restorasi.2
3.2.4 Bedah gingiva
Prosedur cangkok jaringan dapat digunakan untuk menutupi permukaan gigi yang sensitif
dan melindungi tubulus dentin dari lingkungan oral.16 Jika faktor etiologi hipersensitif dentin
merupakan resesi gingiva, maka perawatan yang dipilih adalah bedah mukogingiva, seperti
lateral sliding flaps, coronally positioned flaps dan connective tissue grafts, yang
menghasilkan penutupan akar yang tersingkap sekitar 65 % hingga 98 %. Regenerasi jaringan
terarah (Guided tissue regeneration) juga mulai dikenal sebagai perawatan resesi gingiva
dengan menggunakan membran yang bioabsorbable atau nonabsorbable dan mampu
menutup akar yang tersingkap sekitar 48 % hingga 92 %.13
3.2.5 Pulpektomi
Pulpektomi dapat dilakukan untuk merawat hipersensitif dentin. Namun, perawatan ini dipilih
sebagai jalan terakhir. Pulpektomi merupakan perawatan saluran akar yang terpapar dengan
cara membuang pulpa dan jaringan periradikular. Biasanya, kamar pulpa dibuka untuk
mendapatkan akses ke saluran akar. Setelah pulpa dan jaringan yang terinfeksi lainnya
dibuang,
proses debridemen dan preparasi saluran akar dilakukan. Lalu proses pengisian saluran akar
dilakukan dengan bahan yang diterima secara biologis dan tidak diserap (nonresorbable).18
Pada perawatan hipersensitif dentin akan dibahas mengenai batasan untuk mengindikasikan
perawatan invasif dengan penutupan resesi gingiva dan syarat yang harus dipenuhi agar
penutupan resesi gingiva dapat dilakukan.
3.2.6 Batasan untuk mengindikasikan perawatan invasif dengan penutupan resesi gingiva.
Jika faktor etiologi hipersensitif dentin merupakan resesi gingiva, maka perawatan yang
dipilih adalah bedah mukogingiva, seperti lateral sliding flaps, coronally positioned flaps dan
connective tissue grafts, yang menghasilkan penutupan akar yang tersingkap sekitar 65 %
hingga 98 %. Regenerasi jaringan terarah (Guided tissue regeneration) juga mulai dikenal
sebagai perawatan resesi gingiva dengan menggunakan membran yang bioabsorbable atau
nonabsorbable dan mampu menutup akar yang tersingkap sekitar 48 % hingga 92 %.13
Biasanya pada resesi gingiva yang panjang apalagi lebar dan keadaan jaringan di sekitarnya
memungkinkan, maka harus ditanggulangi secara bedah periodontal. Pada umumnya
penutupan resesi gingiva dilakukan dengan tindakan bedah mukogingiva, disebut pula
sebagai bedah plastik, tetapi tidak banyak kasus yang dirawat secara bedah. Tindakan bedah
mukogingiva diindikasikan untuk penutupan resesi gingiva jika sudah menyebabkan
gangguan estetis. Dalam perawatan resesi, patut ditekankan hanya sedikit yang dapat berhasil
dirawat secara bedah. Indikasinya adalah jika resesi yang berhubungan dengan perlekatan
otot tetapi attached gingiva tidak cukup, harus disertai tindakan free gingival graft setelah
perlekatan otot dibebaskan. 19
Tindakan bedah mukogingiva juga diindikasikan pada daerah resesi yang signifikan
mengurangi lebar dari gingiva yang berkeratin atau dimajukan diluar mucogingival junction
dapat dikatakan sebagai prosedur graft jaringan. Walaupun tidak didapat lebar minimal dari
gingiva cekat, kebanyakan sering menggunakan lebar 3 mm, khususnya jika restorasi gigi
akan melibatkan manipulasi dari jaringan gingiva. Ketika jaringan gingiva yang tipis atau
resesi, mukogingival prosedur terkadang dilakukan sebelum pergerakan gigi yang memakai
orthodonti walaupun masih kontroversi indikasi lain dari bedah yaitu untuk mengkontrol
masalah mukogingiva yang bagian labialnya lebar atau perlekatan frenulum lingual dekat tepi
gingiva yang dapat menghasilkan diastema yang tidak terlihat dan vestibular yang dangkal
yang harus dijadikan dalam untuk meningkatkan retensi yang membantu khususnya pada
pasien dengan menggunakan gigi tiruan removable.20
3.2.7 Syarat yang harus dipenuhi agar penutupan resesi gingiva dapat dilakukan.
Pada perawatan resesi gingiva harus memenuhi kriteria-kriteria antara lain: marginal gingiva
dapat menutupi cemento enamel junction, kedalaman sulkus gingiva berkisar kurang lebih 2
mm, tidak ada perdarahan saat probing, adanya gingiva berkeratin, warna gingiva sama
dengan sekitarnya serta tidak ada keluhan hipersensitif dentin. Kriteria tersebut hanya dapat
dicapai dengan teknik bedah mukogingiva, sedangkan banyak penderita resesi yang tidak
mungkin dilakukan perawatan dengan prosedur bedah karena beberapa alasan adanya
kontraindikasi dilakukan tindakan operasi.21

Coronally advanced flap
Perawatan resesi gingiva digunakan untuk mengurangi sensitivitas akar dan
memperbaiki masalah estetis. Coronally advanced flap adalah salah satu dari banyak
teknik bedah mukogingiva yang diindikasikan pada resesi kelas I dan II (menurut
klasifikasi Miller). 22
Prosedur kerja coronally advanced flap, yaitu:22,23
1. Dilakukan anestesi lokal (mepivacain dengan adrenalin 1:100.000)
2. Sebuah insisi intrasulkular dibuat dengan pisau bedah pada aspek bukal gigi yang terlibat.
Insisi horizontal ini diperpanjang ke mesio-distal melibatkan pembedahan aspek bukal dari
papila yang berdekatan serta menghindari tepi gingiva gigi yang berdekatan.
3. Dua insisi oblik dilakukan dari mesial dan distal dari insisi horizontal melewati batas
mukogingiva. Flep ketebalan penuh berbentuk trapesium dibuka dengan elevator periosteal
ke arah batas mukogingiva.
4. Kemudian dilakukan diseksi ketebalan sebagian yang dilakukan ke arah apikal menuju
puncak tulang marginal, dengan meninggalkan periosteum tetap utuh.
5. Sebuah diseksi mesial-distal dan apikal sejajar ke bagian mukosa vestibular dilakukan
untuk melepaskan ketegangan otot dan membantu pergeseran flep ke arah koronal.
6. Papila yang bersebelahan dengan gigi terlibat dideepithelialisasi.
7. Flep diposisikan ke koronal, lalu dijahit dengan benang ukuran 5-10 seperti yang
dijelaskan oleh Allen dan Miller, sedangkan bagian mesial dan distal flep dijaga
kestabilannya dengan 2 jahitan tunggal ditempatkan di daerah interdental.
gambar 9. Teknik coronally advanced flap dengan insisi vertikal. (a) insisivus lateral dan
kaninus atas yang resesi (b) flep dengan dua insisi vertikal yang oblik divergen dibuka berupa
split-full-split (c) jaringan lunak mesial dan distal dari insisi vertikal dan papila interdental
yang diepitelisasi (d) flap dijahit koronal ke CEJ dari masing-masing gigi yang di rawat (e)
12 bulan setelah penutupan akar kompleks dan seluruh perawatan resesi gingiva mempunyai
warna yang baik di area jaringan lunak tersebut. (Zucchelli G, Melle M, Marzadori M,dkk. J.
Periodontal, 2009; 1087)
Perawatan pasca bedah, penggunaan kantong es direkomendasikan selama 3 jam. Pasien
dianjurkan untuk sementara berhenti menyikat gigi, menghindari trauma di sekitar lokasi
bedah, dan mengurangi merokok. Kumur-kumur dengan klorheksidin diglukonat 0,12%
sebanyak 4 kali (selama 60 detik) setiap hari selama 10 hari pertama, dan pemberian
analgesik, seperti Nimesulide (100mg dua kali sehari) direkomendasikan untuk rasa sakit.
Jahitan dapat dibuka setelah 10 hari. semua pasien dianjurkan untuk membersihkan daerah
bedah dengan kapas direndam dalam larutan klorheksidin diglukonat 0,12% 4 kali sehari
selama 10 hari. Tiga minggu
setelah operasi, pasien diperintahkan untuk melanjutkan pembersihan gigi mekanis daerah
yang dirawat dengan menggunakan sikat gigi lembut dan teknik roll secara hati-hati. 22,23
Download