rekonstruksi kepingan-kepingan akuntansi dari perspektif sejarah

advertisement
REKONSTRUKSI KEPINGAN-KEPINGAN AKUNTANSI DARI
PERSPEKTIF SEJARAH: SEBUAH REDEFINISI AKUNTANSI
Arif Widyatama
Nugraha Agung Taro
Stevani Agreanni Rakota
STIE Panca Bhakti Palu
Jl.Dr. Soeharso No. 36 A Palu
ABSTRAK
Artikel ini bertujuan untuk membahas mengenai akuntansi bila dipandang
dari perspektif sejarah. Pada artikel ini mencoba untuk merekonstruksi
beberapa bukti sejarah yang ada untuk dikumpulkan agar dapat membentuk
sebuah definisi atau fungsi sebenarnya dari akuntansi. Penelitian ini
dilakukan dengan kajian pustaka yaitu mengumpulkan beberapa bukti dari
beberapa artikel mengenai sejarah akuntansi. Hasil artikel ini menyebutkan
bahwa sejatinnya akuntansi hanya dipandang sebagai sebuah alat yang
digunakan sebagaialat pencatatan dari zaman ke zaman. Akuntansi
berdasarkan sudut pandang sejarah tidak dapat dikatakan sebagai sebuah
ilmu, esensi akuntansi bila melihat sudut pandang sejarah dari bukti yang
dikumpulkan hanya sebatas sebagai alat pencatatan.
Kata Kunci: Akuntansi, Perspektif Sejarah, Alat Pencatatan
ABSTRACT
This article aims to discuss the accounting when viewed from a historical
perspective . In this article tries to reconstruct some historical evidence was to
be collected in order to establish a definition or actual function of accounting .
This research was conducted with the literature review is to gather some
evidence of several articles on the history of accounting . The results of this
article states that the accounting sejatinnya only be viewed as a tool that is
used as a means of recording from time to time . Accounting is based on a
historical perspective can not be regarded as a science , accounting essence
when looking at a historical point of evidence collected merely as a means of
recording .
Keywords : Accounting , Historical Perspective , Recording Equipment
Pendahuluan
Akuntansi
telah
perkembagannya.Pada
mengalami
awalnya,
perjalanan
pencatatan
panjang
transaksi
dalam
perdagangan
dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dicatat pada batu, kulit kayu, dan
sebagainya. Catatan tertua yang berhasil ditemukan sampai saat ini masih
tersimpan, yaitu berasal dari Babilonia pada 3600 SM. Penemuan yang sama
juga diperoleh di Mesir dan Yonani kuno. Pencatatan itu belum dilakukan
secara sistematis dan sering tidak lengkap. Pencatatan yang lebih lengkap
dikembangkan di Italia setelah dikenal angka-angka desimal arab dan
semakin berkembangnya dunia usaha pada waktu itu. Pada abad ke-15
seorang ahli Matematika berkebangsaan Italia Luca Paciolo telah menyusun
buku tentang akuntansi dengan judul “Tractatus de Cumputis at Scritorio”
buku
ini
berorientasi
pada
pembukuan
berpasangan.
Pembukuan
berpasangan (double entry bookkeeping) mencatat kedua aspek transaksi
sedemikian rupa yang membentuk suatu pemikiran yang berimbang.
Bila dirunut lebih dalam, sebenarnya ada beberapa rentetan
perubahan baik fungsi akuntansi maupun definisi akuntansi jika dipandang
dari
sudut
pandang
sejarah.
Studi
sejarah
akuntansi
mengalami
perkembangan yang signifikan ditandai dengan munculnya pendekatan baru
yang digunakan oleh para ilmuwan akuntansi dalam mengkaji sejarah
akuntasi. Pendekatan baru tersebut adalah pendekatan menggunakan
berbagai disiplin ilmu sosial dalam mengkaji sejarah akuntansi. Studi sejarah
akuntansi menggunakan pendekatan ini pada umumnya hanya mengkritisi
studi-studi sejarah akuntansi yang dianggap menggunakan sudut pandang
tradisional. Dalam sudut pandang tradisional, akuntansi hanya dianggap
sebgai peralatan teknis yaitu sebagai teknik mengumpulkan dan menyajikan
data keuangan untuk pengambilan keputusan (Sukoharsono, 1998a;
Carmona et.al, 2004). Lebih jauh pada sudut pandang tradisional atau yang
sering disebut dengan sudut pandang konvensional hanya memandang
bahwa akuntansi hanya sebatas pada pencatatan seperti pencatatan upah,
gaji dan buruh. Sedangkan berbeda dengan pendekatan tradisional,pada
pendekatan baru yang digunakan oleh ilmuwan akuntansi yang dikenal
dengan istilah new accounting historymemandang akuntansi tidak hanya
sebagai peralatan teknis melainkan sebagai suatu kekuatan dan pengetahuan
(power and knowledge) yang membentuk kehidupan sosial (Sukoharsono,
1998a; Carmona, et.al., 2004). Oleh sebab itu, pada artikel ini akan coba
diuraikan perjalanan sejarah akuntansi serta tujuan akuntansi pada saat itu.
Sehingga pada akhirnya nanti akan diketahui filosofi akuntansi serta
pemahaman secara mendalam mengenai akuntansi tersebut.
Pada artikel ini juga akan coba diuraikan mengenai definisi akuntansi.
Yaitu mengenai apakah akuntansi dapat dikatakan sebagai sebuah ilmu atau
tidak. Penjelasan Stamp (1981) dan Baccouche (1992) dalam Nofianti (2012)
dengan berbagai alasan secara tegas mengatakan bahwa akuntansi bukanlah
suatu ilmu. Perdebatan mengenai akuntansi merupakan sebuah perdebatan
yang cukup panjang, namun perdebatan tersebut masih belum bisa
menentukan seperti apa definisi akuntansi itu sendiri, mengingat banyak
hasil riset maupun tulisan yang mencoba untuk mendefinisikan akuntansi.
Bahkan beberapa orang ahli juga mengatakan bahwa akuntansi bukanlah
suatu seni maupun ilmu, tetapi akuntansi adalah teknologi, karena menurut
mereka akuntansi merupakan bagian dari praktik, sehingga jika akuntansi
dianggap sebagai ilmu maka untuk bisa dipakai untuk mempengaruhi sosial
tertentu harus terlebih dahulu diolah menjadi teknologi (Littleton, 1974;
Sudibyo, 1987; Gaffikin, 1991dan Suwardjono, 2005 dalam Nofianti
(2012)).Perjalanan panjang akuntansi dan perdebatan-perdebatan tersebut
menimbulkan sebuah pertanyaan besar di hati penulis: “Jika hasil akhir dari
ilmu merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan beserta argumenargumen sebagai penjelasan yang telah valid dan secara keseluruhan
membentuk teori, apakah sepanjang perjalanan sejarah perkembangannya,
akuntansi sendiri telah menghasilkan teori yang valid tentang fenomenafenomena gejala akuntansi, atau akuntansi hanyalah menjadi alat yang
digunakan untuk memecahkan berbagai konflik kepentingan antara individuindividu dan kelompok-kelompok yang berbeda di sepanjang sejarah
peraadaban manusia?” Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka
paper ini berusaha merumuskan akuntansi berdasarkan perspektif sejarah.
Tujuan dari paper ini adalah untuk mengumpulkan kepingan-kepingan
akuntansi
agar dapat
merumuskan
sebuah makna
berdasarkan sejarah-sejarah yang telah dikumpullkan.
dari akuntansi
KAJIAN LITERATUR
Akuntansi Dalam Bingkai Sejarah
Dewasa
ini
perkembangan
akuntansi
sangat
pesat.
Pada
perjalanannya akuntansi memiliki banyak perkembangan bila dipandang dari
aspek sejarah. Berikut merupakan rentetan perkembangan akuntansi bila
dipandang dari aspek sejarah.
a.
Peradaban Mesopotamia (3.500 – 2.335 SM)
Peradaban di mesopotamia berada di lembah sungai eufrat dan
tigris di huni oleh bangsa Sumeria , Babilonia dan asiriah. Daerah ini
merupakan daerah yang subur sehinggah kaya akan hasil-hasil
pertanian. Pada masa peradaban mesopotamia telah ada mekanisme
pasar dimana ada penjuall,pembeli,dan barang yang di perjual belikan
meskipun meraka belum mengenal mata uang.Pemerintah bangsa
sumeria mensyaratkan masyarakatnya agar melakukan pencatatan atas
tanah dan ternak yang mereka miliki serta juga catatan atas segala
transaksi perdagangan (Adnan & Labatjo, 2006).catatan transaksi di buat
dengan bahan tanah liat, dan pihak-pihak yang terlibat dalam suatu
transaksi akan membubuhkan tanda tangannya melalui cap (segel) yang
masing- masing mereka miliki sebagai identitas.(Kurek, 2004; Carmona
and Ezzamel, 2005).
Pada peradaban Mesopotamia ini akuntansi diperhadapkan
sebagai sebuah alat atau tools yang digunakan sebagai dasar pencatatan
transaksi yang terjadi pada peradaban Mesopotamia. Kebanyakan
masyarakat
pada zaman tersebut merupakan pelaku ekonomi dala
bidang pertanian sehingga akuntansi pada saat tersebut muncul sebagai
alat untuk mencatat segala transaksi dalam pertanian termasuk
diantaranya pencatatan upah petani, ternak dan perkebunan.
b. Peradaban Mesir Kuno (3.300 – 332 SM)
Kehidupan perekonomian di mesir kuno lebih banyak di atur oleh
pemerintah (raja) atau masih berbasis pada kerajaan. Sehingga segala
regulasi yang ada masih diatur sepenuhnya oleh Pemerintah (Kerajaan).
Sehingga pada peradaban Mesir Kuno akuntansi pada peradaban
tersebut sudah mulai digunakan untuk kerajaan, akan tetapi, aktifitas
pasar tetap ada (Carmona and Ezzamel, 2005). Penggunaan akuntansi di
Mesir Kuno hampir serupa dengan yang ada di mesopotamia, yaitu
pencatatan untuk transaksi ekonomi khusus pertaniaan. Namun
perbedaannya di Mesir Kuno tidak menggunakan tanah liat sebagai
media pencatatan melainkan menggunakan daun papyrus. Peradaban
mesir kuno belum mengenal mata uang, namun mereka menggunakan
emas dan perak sebagai alat tukar.
c.
India (321 SM – 296 SM) Kitab Hindu Arthasastra
Arthasastra adalah kitab klasik yang ditulis oleh Kautilya seorang
mentri, ahli politik dan ahli agama yang hidup pada 321 – 296 SM di
India, memuat berbagai pedoman pengklasifikasian pendapatan dan
pengeluaran, pertanggungjawaban pengelolaan keuangan, pengawasan
internal dan audit. Beberapa konsep pengelolaan keuangan yang
tercantum dalam Arthasastra memiliki kesamaan dengan konsep
akuntansi modern.
d. Peradaban Yunani dan Romawi kuno
Salah satu sumbangan besar yang diberikan oleh bangsa Yunani
kuno pada akuntansi maupun pada peradaban uat manusia adalah
pengenalan uang logam (coined money) pada sekitar abad ke-7 SM.
Pengenalan uang telah menyebabkan sistem perekonomian dan keuagan
di Yunani kuno berkembang dengan baik. Bangsa Yunani kuno telah
mengenal
sistem
perbankan
yang
meyelenggarakan
pencatatan
transaksi, meminjam uang, bahkan memberikan jasa transfer antar bank
yang berada di kota lain (Adnan& Labatjo, 2006;).
Akuntansi pada masa Romawi kuno berawal daripada sistem
pencatatan yang diterapkan oleh setiap keluarga. Catatan itu berupa
catatan penerimaan dan pengeluaran yang dicatat ke dalam catatan
harian yang disebut adversaria; da setiap bulan diposting ke buku kas
yang disebut Codex Accepti et expensi (Adnan & Labatjo, 2006).
e.
Jaman Renaisance di Italia
Dalam sejarah akuntansi seringkali dikatakan bahwa kontribusi
besar daripada akuntansi dalam membangun peradaban manusia adalah
dengan digunakannya sistem pencatatan berpasangan (double entry
book keeping). Kapan tepatnya masyarakat mulai mengenal sistem
double-entry ini tidak dapat dipastikan, tetapi De Roover (1955 dalam
Sukoharsono, 1998a) menyatakan bahwa sistem pencatatan yang
memisahkan anatara aset, kewajiban dan ekuitastelah digunakan pada
tahun 1296. Namun demikian, populernya sistem doubleentry ini tidak
terlepas dari peran Luca Pacioli, seorang biarawan dari Italia yanghidup
pada abad ke 15. Pada tahun 1494 Pacioli menerbitkan buku yang
berjudul
Summa
de
Arithmetica
Geometria,
Proportioni
et
Proportionalita, sebuah bukuyang membahas mengenai matematika
dimana tata buku (book keeping)merupakan salah satu topik yang
dibahas di dalamnya (Belkaoui, 2006). Sebagaitambahan, buku tersebut
direvisi kembali ke dalam 36 bab pendek yang diberijudul De Computis
et Scripturis (Adnan & Labatjo, 2006). Dalam bukunya, Pacioli
menguraikan bahwa dalam pencatatan transaksi digunakan sisi debit
dan kredit untuk memastikan adanya pencatatan secara berpasangan.
Selain itu Paciolijuga menyarankan agar dilakukan perhitungan laba
untuk suatu periode danpenutupan buku (Belkaoui, 2006).Lebih jauh
Pacioli
jugamenyatakan
meyakinkan
orang-orang
bahwa
sistem
double-entry
yangmeragukan
integritas
ini
dapat
daripada
perusahaan maupun kredibilitas daripada suatusistem perdagangan.
f.
Akuntansi dalam Sejarah Indonesia
Indonesia yang dikenal sekarang sebagai negara Republik
dalamsejarahnya merupakan tempat berdirinya kerajaan-kerajaan besar
sepertiSriwijaya, Majapahit maupun Demak yang merupakan simbol
peradabanperadabanBudha, Hindu dan Islam. Karena itu, untuk
menguraikan keberadaanakuntansi di Indonesia kami memilahnya
menjadi dua fase utama, yaitu pertamaadalah Indonesia yang dikenal
sebagai Nusantara yaitu pada masa kerajaankerajaandan fase kedua
adalah Indonesia pada masa lahirnya Republik Indonesia.
Studi atas sejarah akuntansi di Indonesia pada masa kerajaan
dilakukanoleh Sukoharsono (1998b) yang melakukan studi mengenai
perkembanganakuntansi pada masa transisi dari masa Hindu ke masa
Islam. Sebelum masuknyaIslam ke Nusantara, mayoritas penduduknya
memeluk agama Hindu (dan Budha)mengingat pada waktu itu yang
berkuasa adalah Kerajaan Majapahit. Islam masukke Nusantara bukan
melalui peperangan atau penaklukan, melainkan melaluiperkawinan dan
hubungan dagang terutama dengan pedagang Islam dari Gujaratdan
Persia (Ricklefs, 1981 dalam Sukoharsono, 1998b). Masuknya Islam
keNusantara tidak hanya membawa pengaruh dalam kehidupan
keagamaan,melainkan juga membawa pengetahuan-pengetahuan baru.
Sukoharsono (1998b)menguraikan bahwa kedatangan Islam membawa
kemajuan dalam pengetahuantulis menulis di Nusantara karena mereka
memperkenalkan kertas sebagai mediatulis untuk menggantikan daun
lontar yang sebelumnya digunakan oleh penduduk.Selain itu kedatangan
Islam juga memperkenalkan huruf latin, angka arab, danyang tak kalah
pentingnya
adalah
diperkenalkannya
uang
logam
(coined
money).Kemajuan ini sangat penting bagi kemajuan sistem perdagangan
di Nusantaratermasuk juga untuk kepentingan pemerintah (kerajaan)
terutama dalammengenakan pajak kepada rakyatnya (Sukoharsono,
1998b). Masa lahirnya Republik Indonesia merupakan masa-masa
peralihan dariIndonesia yang dikuasai oleh penjajah menjadi sebuah
bangsa yang merdeka danberdaulat. Indonesia sebelum merdeka pernah
dijajah oleh bangsa Spanyol,Portugis, Belanda, dan Jepang. Sukoharsono
(1993) menguraikan bahwa awalmasuknya sistem tata buku modern ke
Indonesia merupakan pengaruh daripadaBangsa Belanda yang pada
waktu itu menajajah Indonesia. Sistem tata bukuBelanda terutama
ditujukan
untuk
menyelenggarakan
administasi
keuangan
bagiperusahaan-perusahaan milik Pemerintah Belanda yang didirikan di
Indonesia.Ketika kemerdekaan Indonesia diproklamasikan tanggal 17
Agustus 1945,Indonesia memasuki jaman baru sebagai sebuah negara
yang berdaulat.Kemerdekaan membawa perubahan besar dalam
berbagai aspek termasukperekonomian. Pembangunan perekonomian
membutuhkan berbagai sumberdaya, termasuk keberadaan akuntansi
dan akuntan. Untuk kepentingan itu, NegaraIndonesia mengeluarkan
Undang-Undang No. 34 tahun 1954 tentang penggunaangelar atau
sebutan
akuntan
(Sukoharsono,
2000).
Praktik
akuntansi
yangditerapkan di Indonesia pun turut mengalami perubahan dari
akuntansi yangdipengaruhi oleh Belanda menjadi akuntansi yang banyak
dipengaruhi olehAmerika Serikat. Perubahan dalam perekonomian
Indonesia
yang
signifikan
terlihat
daridilakukannya
liberalisasi
perekonomian oleh pemerintah baik bagi perusahaandomestik maupun
bagi perusahaan asing, sehingga dalam bentuk usaha tertentuperusahaan
asing dapat beroperasi di Indonesia. Perubahan ini juga dibarengidengan
berdirinya afiliasi-afiliasi kantor akuntan publik lokal (Indonesia)
dengankantor akuntan publik dari luar negeri. Salah satu momen yang
sangat pentingdalam sejarah akuntansi Indonesia adalah ketika untuk
pertama
kalinya
Ikatanakuntan
Indonesia
menerbitkan
standar
akuntansi yang diberi nama PrinsipAkuntansi Indonesia pada tahun
1973. Suatu hal yang menarik sepertidisampaikan oleh Abdoelkadir
(1982, dalam Sukoharsono, 1998b) standarakuntansi tersebut tidak
terlepas dari pengaruh akuntansi Amerika Serikatmengingat standar
akuntansi tersebut ditranslasikan dari regulasi akuntansi yangdi
terapkan di Amerika Serikat.
Perumusan Akuntansi: Sebuah Filosofi Ilmu
Pendapat Burrell dan Morgan juga sependapat dengan Chua dan
juga pendapat Unti Ludigdo dalam presentasi yang berjudul Metodologi dan
Metode Penelitian hanya membagi filosofi dasar penelitian dalam 4 hal yakni:
a.
Ontologi
Dimensi ini meliputi bagaimana cara pandang peneliti
terhadap realitas yang diteliti. Asumsi ontologi, asumsi ini dapat dilihat
dari
subyektifitasnya,
yaitu
nasionalisme,
atau
dilihat
dari
obyektifitasnya, yaitu realisme. Nasionalisme adalah asumsi akan dunia
sosial yang terletak diluar kesadaran atau pengertian suatu individu
adalah terbuat tidak lebih dari nama, konsep dan label yang digunakan
untuk membuat struktur pada realitas. Sedangkan realisme adalah
asumsi akan dunia sosial yang terletak di luar kesadaran atau pengertian
suatu individu adalah suatu dunia nyata yang keras dan nyata dan
mempunyai struktur yang relatif abadi.
b. Epistemology
Dimensi ini meliputi cara pandang tentang bagaimana
hubungan peneliti dengan yang diteliti. Asumsi epistomologi dapat dilihat
dari anti-positivism atau positivism. Pada intinya anti-positivist melihat
bahwa dunia sosial hanya dapat dimengerti dari sudut pandang dari
seorang individu yang secara terlibat langsung di dalam aktifitas yang
akan dipelajari. Sedangkan positivist epistemology melihat berdasarkan
pendekatan tradisional yang mendominasi ilmu pengetahuan yang alami.
c.
Aksiologi
Dimensi ini meliputi cara pandang tentang peranan nilai-nilai.
Asumsi mengenai human nature melihat dari permasalahan voluntarism
dan determinism. Maksudnya adalah seperti apakah seseorang yang
terlibat dapat direfleksikan berdasarkan teori-teori sosial? Asumsi ini
mendefinisikan voluntarism sebagai seseorang yang autonom dan
mempunyai keinginan yang bebas, sedangkan determinism adalah
pandangan
yang
memperhatikan
seseorang
dan
aktifitas
yang
dilakukannya secara tekun oleh situasi atau ‘lingkungan’ tempat dia
berada.
d. Metodologi.
Dimensi ini meliputi cara pandang atas dilakukannya proses
penelitian. Asumsi yang terakhir, metodologi melihat berdasarkan
pendekatan ideographic dan pendekatan nomothetic. Pendekatan
ideographic kepada ilmu sosial berdasarkan pandangan akan seseorang
hanya akan mengerti dunia sosial dengan memperoleh firsthand
knowledge dari subyek yang sedang diteliti. Pendekatan nomothetic
kepada ilmu sosial mendapat perhatian akan pentingnya akan
melakukan riset berdasarkan atas protokol yang sistematis dan teknis.
METODE PENELITIAN
Artikel ini ini dilakukan dengan menggunakan studi literatur yang
membahas sebuah permasalahan dengan menggunakan literatur yang
dimiliki. Fokus penelitian ini adalah menjelaskan mengenai keterkaitan
antara fase-fase sejarah akuntansi serta mendefinisikan akuntansi. Pada
artikel ini juga menjelaskan secara mendalam (deep) sejarah-sejarah
timbulnya akuntansi. Selain itu juga akan merumuskan sebuah definisi
akuntansi, dikarenakan permasalahan yang timbul adalah mengenai definisi
akuntansi tentang akuntansi dipandang sebagai sebuah ilmu, alat maupun
seni.
PEMBAHASAN
Akuntansi di Mata Para Ahli
Akuntansi telah dipandang berbeda oleh para ahli sejak dulu.
Perbedaan itu menyangkut mengenai fungsi akuntansi serta definisi
akuntansi. Banyak ahli yang menyatakan bahwa akuntansi dipandang sebagai
alat untuk pencatatan upah, gaji kerajaan bahkan ada yang menyatakan
bahwa akuntansi sebagai seni maupun alat. Perdebatan mengenai definisi
akuntansi sudah cukup lama seperti perdebatan yang dilakukan antara
Sterling (1975) dan Stamp (1981), Sterling (1975) mencoba untuk
mengkritisi akuntansi dalam artikelnya yang menyebutkan bahwa akuntan
tidak pernah menyelesaikan masalah-masalah akuntansi seperti perdebatan
atas penggunaan FIFO dan LIFO. Sterling (1975) menyatakan bahwa
unresolved issues ini diakibatkan oleh kesalahan/misconceptions definisi
akuntansi. Pada artikel itu juga disebutkan bahwa mengenai masalah
mendasar akuntansi dalam pembahasan definisi ini tentu saja yang
dibicarakan adalah masalah mendasar tentang ‘apa’ sebenarnya akuntasi.
Lebih lanjut Sterling (1975) menyebutkan bahwa akuntansi hanya akan
dapat memecahkan masalah-masalah akuntansi apabila akuntansi dipandang
sebagai sains. Oleh sebab itu, dari argumentasi Sterling (1975) maka dapat
diolah lebih mendalam bahwa akuntansi hanya dijadikan sebagai sebuah alat
untuk memecahkan masalah akuntansi. Kondisi yang menyatakan bahwa
akuntansi hanya dijadikan sebagai suatu alat telah terjadi pada zaman
Mesopotamia maupun di Zaman Mesir Kuno yang sejarah menyebutkan
bahwa akuntansi dipandang sebagai alat untuk pencatatan upah buruh
petani.
Selain pada Zaman Mesopotamia dan Mesir Kunor, rentetat sejarah
akuntansi. Seperti sejarah yang terjadi di India yang akuntansi dipandang
sebagai
Pedoman
pengklasifikasian
pendapatan
dan
pengeluaran,
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan, pengawasan internal dan audit.
Berdasarkan zaman di India maka disimpulkan akuntansi hanya dipandang
sebagai sebuah alat, namun pada zaman Hindia
terdapat pergeseran
akuntansi yang sebelumnya hanya dipandang sebagai alat untuk pencatatan
namun pada Zaman di India akuntansi mulai bergeser menjadi sebuah
pedoman bahkan lebih pada sebuah pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan serta sebagai pengawasan internal dan audit. Kemudian bergeser
pada peradaban Yunani dan Romawi Kuno yang menyebutkan bahwa
akuntansi dipandang sebagai sebuah alat untuk pencatatan transaksi
maupun transfer antar Bank. Bila dipandang dari Jaman Renaisance di Italia
(abad ke-15) akuntansi mulai coba untuk dirumuskan dengan sebuah konsep
Pembukuan berpasangan (double entry bookkepping).
Berikut merupakan sebuah peta analisis yang penulis rangkum untuk
menunjukkan perjalanan akuntansi dari perspektif sejarah:
Peradaban Mesopotamia
1.
Telah ada mekanisme pasar meskipun belum mengenal mata
uang.
(3.500 – 2.335 SM)
2.
pencatatan atas tanah, ternak & segala transaksi
perdagangan
Peradaban Mesir Kuno
(3.300 – 332 SM)
India (321 SM – 296 SM)
Kitab Hindu Arthasastra
Peradaban Yunani dan
Romawi kuno (abad ke-7
1.
2.
Akuntansinya serupa dengan yang ada di mesopotamia
menggunakan emas dan perak sebagai alat tukar
Pedoman pengklasifikasian pendapatan dan pengeluaran,
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan, pengawasan
internal dan audit
Pencatatan transaksi, meminjam uang, bahkan memberikan jasa
transfer antar bank yang berada di kota lain
Masehi)
Jaman Renaisance di
Pembukuan berpasangan (double entry bookkepping)
Italia (abad ke-15)
Akuntansi dalam Sejarah
Indonesia (1973)
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk pertama kalinya
menerbitkan Prinsip Akuntansi Indonesia
Keterangan:
: Output
Gambar 1.1: sejarah Akuntansi dan output nya.
Namun argumentasi tersebut ditentang oleh Stamp (1981). Stamp
(1981), disisi lain memandang bahwa akuntansi tidak akan pernah menjadi
sebagai sains yang merupakan alat untuk memecahkan masalah namun
Stamp (1981) menyebutkan bahwa kedudukan akuntansi tidak hanya
sebagai sebuah sains atau sebagai alat, dan bahkan kedudukan akuntasi
sebagai ‘bukan sains’ merupakan suatu posisi yang memiliki kehormatan
tersendiri.
Dalam perjalanannya Sterling (1975) menyatakan bahwa buku-buku
teks akuntansi telah menjelaskan bahwa akuntansi adalah seni, bukan sains.
Ini merupakan kesalahan konsepsi (misconception) yang yang menurutnya
menjadi fatal karena dua hal penting. Pertama, eksistensi ketidakpastian
menyebabkan akuntansi dipandang sebagai suatu seni. Ini merupakan
kesalahan konsepsitas sains yang memandang bahwa sains merupakan
kebenaran absolut. Sains bukanlah kebenaran absolut, maka dari itu jika
tidak mau menyatakan akuntansi merupakan sains hanya karena ada
ketidakpastian, hal ini merupakan kesalahan konsepsi yang besar. Kesalahan
konsepsi ini menjadi suatu kesalahan besar karena ontologi akuntansi
sebagai seni akhirnya mengarah pada kesalahan konsepsi selanjutnya, yaitu
mengenai pendekatan pemecahan masalah-masalah akuntansi. Kesalahan
konsepsi kedua (akibat kesalahan konsepsi pertama) adalah akuntansi
didasarkan pada kesepakatan, dan bukan hukum. Menurut Sterling (1975),
kesepakatan ini menunjukkan bentuk pendekatan terhadap pemecahan
masalah yang tidak ilmiah karena kesepakatan sangat sarat dengan
subyektivitas.
Sterling
(1975)
menegaskan
bahwa
ketidakmampuan
akuntansi dalam menyelesaikan masalah terletak pada dua kesalahan
konsepsi ini. Saat ini akuntansi tidak ilmiah dan ia menganjurkan bahwa
akuntansi sebaiknya berubah menjadi berdasarkan hukum dan bukan
kesepakatan. Sterling memberikan suatu tantangan kepada akuntan untuk
mengembangkan konsep pengukuran (measurement), yang lebih ilmiah
dibandingkan konsepsi lokasi.
Rekonstruksi Perumusan Akuntansi
Dalam membuat sebuah rumusan mengenai definisi akuntansi maka
perlu dipertimbangkan dari berbagai aspek. Pada artikel ini akan coba
dimuat tentang merumuskan akuntansi dari aspek sejarah. Pada uraian
sebelumnya telah dijelaskan dengan detail mengenai rentetan perjalanan
akuntansi, dari zaman Mesopotamia hingga sekarang. Oleh sebab itu,
berdasarkan uraian tersebut maka juga dapat mengumpulkan ‘kepingankepingan’ sejarah tersebut hingga dapat dibuat sebuah rumusan akuntansi.
Namun perlu ditekankan pada artikel ini hanya mencoba untuk
menrumuskan definisi serta fungsi akuntansi dari sudut pandang sejarah
atau tentang fungsi akuntansi pada masa lampau sehingga dari definisi
tersebut dapat diketahui bila dipandang dari sudut pandang sejarah.
Pada pembahasan di atas telah disebutkan berdasarkan aspek sejarah
maka dapat dibuat sebuah pengumpulan bukti-bukti sejarah yang berhasil
dikumpulkan dari zaman ke zaman disebutkan bahwa akuntansi dapat
dilihat pada berbagai aspek. Diantaranya adalah aspek fungsi dari akuntansi
pada zaman ke zaman. Bila dapat disimpulkan akuntansi bila dilihat dari
aspek sejarah maka apat diberikan sebuah kesimpulan bahwa akuntansi
sebenarnya dapat didefinisikan sebagai sebuah pencatatan transaksitransaksi ekonomi. Oleh karena itu, maka dapat dibuat sebuah simpulan dari
aspek sejarah akuntansi hanya sebatas pada pencatatan pada setiap
zamannya. Bila diuraikan lebih jauh seperti yang terjadi di zaman
Mesopotamia akuntansi digunakan hanya sebagai alat pencatatan jual beli.
Hal serupa juga terjadi diberbagai zaman seperti yang terjadi dizaman
Babylonia, mesir kuno maupun pada zaman lainnya.
Oleh sebab itu, maka dapat disimpulkan bahwa bila akuntansi ingin
didefinisikan dengan komprehensif dengan mengacu pada sisi sejarah maka
dapat dibuat sebuah kesimpulan yang pada akhirnya menjelaskan bahwa
akuntansi dapat dikatakan atau didefinisikan sebagai sebuah fungsi
pencatatan. Sehingga pada dasarnya akuntansi sekarang lebih tepatnya
hanya digunakan sebagai sebuah alat pencatatan bagi perusahaan baik
institusi pemerintahaan ataupun perusahaan bisnis.
Kesimpulan
Akuntansi
telah
mengalami
perjalanan
yang
panjang
dalam
perkembangannya dari segi praktik. Terbukti dari masa ke masa, akuntansi
menghasilkan beragam metode pencatatan mulai dari hanya pencatatan atas
tanah, ternak, dan transaksi perdagangan (peradaban Mesopotamia) hingga
terbentuknya beragam standar dalam penggunaan akuntansi itu sendiri
sebagai alat/teknologi untuk memenuhi kebutuhan penggunanya. Namun
perkembangan akuntansi dari segi penggunaanya sebagai alat/teknologi,
tidak diikuti dengan perkembangan ilmu akuntansi sehingga dapat
menghasilkan teori yang bersifat universal. Sehingga, penulis berpendapat
bahwa akuntansi bukan/belum dapat dikatakan sebagai ilmu karena
tidak/belum memiliki teori sendiri yang bersifat universal, Melainkan hanya
digunakan sebagai alat untuk memuaskan pihak penggunanya.
Selain itu, hal yang dapat disimpulkan dari pembahasan tersebut
adalah bahwa akuntansi merupakan sebuah alat yang digunakan oleh baik
institusi pemerintahan maupunn pemerintahan swasta sebagai alat
pencatatan. Dengan mengacu pada aspek sejarah maka disimpulkan pula
Akuntansi hanya dapat didefinisikan sebagai sebuah alat tapi belum dapat
didefinisikan sebagai sebuah ilmu dikarenakan akuntansi tersebut belum
memiliki dasar ilmu yang kokoh.
Daftar Pustaka
Adnan, M dan Irma Labadjo. 2006. Sejarah Akuntansi dalam Perspektif
Islam.Matan: Yogyakarta.
Carmona, S. and Mahmoud Ezzamel. 2005. Accounting and Forms
ofAccountability in Ancient Civilization: Mesopotamia and Ancient Egypt
Carmona, Salvador, et. al. 2004. Accounting History Research: Traditional and
New Accounting History Perspectives
Kamayanti,
Ari,
“Menggugat
Ontologi
Akuntansi”
16
maret
2014.
http://arikamayanti.lecture.ub.ac./id/2014/03/menggugat-ontologiakuntansi/. diakses tanggal 1 Agustus 2016
Kurrohman, Taufik. Akuntansi, Kekuatan, Pengetahuan: Peran Akuntansi
Dalam Membangun Peradaban. Jurnal Akuntansi Universitas Jember
Leny Nofianti. 2012. Kajian Filosofis Akuntansi:Seni, Ilmu Atau Teknologi.
Pekbis Jurnal, Vol.4, No.3, November 2012: 203-210
Nofianti, Leny. November 2012. Kajian Filosofis Akuntansi: Seni, Ilmu atau
Teknologi. Pekbis Jurnal, Vol.4,No.3
Sujana, Edy. Pertanggungjawaban Keuangan, Pengawasan dan Audit dalam
Kitab Hindu Arthasastra. Universitas Pendidikan Ganesha.
Sukoharsono, E.G. 1998a. Accounting in a New History: A Disciplinary Power
and Knowledge of Accounting
Download