Comparison of line fishing catches after and before installed the fish

advertisement
Comparison of line fishing catches after and before installed the fish agregating
device(FAD’s)
By
Muhammad Muammar1), Arthur Brown2), and Pareng Rengi2)
1)
Student of Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University
Lecturer of Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University
2)
ABSTRACT
For purpose to compare line fishing catches, which its were set close at FAD’s device and
without FAD’s. Series fishing ctivities were carried out at fishing ground with FAD’s and
without FAD’s during July 3rd -13th, 2013 in Teluk Rhu village, North Rupat district,
Bengkalis regency, Indonesia. The result show that the composition and number of line
fishing catches was signficatly different from T test to the weight of fish Thit = 5.37>
Ttab = 1.833, this means Thit> Ttab, Ho is rejected and Hais accepted.with FAD’s and
without FAD’s. The line fishing catches by FAD’s was caugth 1.3 kg (3 individuals)
snapper, 0.9 (3 individuals) groupers and 0.4 kg (1individual) puffer fish. While, the line
fishing catches without FAD’s was 8 kg (5 individuals) groupers, 3.1 kg (4 individuals)
snappers, 4.6 kg (3 individuals) stingrays, 2.6 kg (3 individuals) croakers and 6 kg (3
individuals) spines.
Keywords: Fish agregating device(FAD’s), line fishing, Teluk Rhu village,
PENDAHULUAN
Pantai Pasir Panjang adalah salah
satu objek wisata yang sedang
dikembangkan di Provinsi Riau. Panjang
pantai ini lebih kurang 9 Km dan berpasir
putih, sehingga sangat menarik untuk
berbagai aktifitas pantai. Di sepanjang
pantai Pasir Panjang terdapat desa-desa
nelayan, seperti Tanjung Punak, Teluk
Rhu dan Tanjung Medang yang
merupakan tempat pendaratan ikan laut
terbesar di Kabupaten Bengkalis.
Kecamatan Rupat Utara terdiri
dari 5 desa dengan ibukota kecamatan
berada di Tanjung Medang. Luas wilayah
kecamatan rupat utara adalah 628,50 Km
meliputi desa Kadur, desa Tanjung
Medang, Tanjung Punak, desa Teluk Rhu
dan Titi Akar. Dengan mata pencaharian
penduduknya yaitu petani, nelayan dan
pedagang (http:// Kecamatan Rupat
dalam Angka 2009, BPS Kabupaten
Bengkalis.com).
Desa Teluk Rhu merupakan
salah satu desa yang terletak di
kecamatan Rupat Utara dengan luas
wilayah Desa Teluk Rhu 30,36 km2 yang
mana sebelah Utara berbatasan dengan
Kadur, sebelah Selatan berbatasan
dengan Tanjung Medang, sebelah Barat
berbatasan dengan Tanjung Punak dan
sebelah Timur berbatasan dengan Titi
Akar. (www.Rupat Utara.com).
(Ayodhyoa,
1981)
mengemukakan bahwa pancing rawai
atau long linetelah banyakdikembangkan
kearah yang lebih maju oleh nelayan
Jepang.
Secaraumum
long
line
bertujuanuntuk menangkap jenis-jenis
ikan Tuna walaupundemikian pada
prinsipnya juga dipakai untukmenangkap
ikan Salmon, Spanish,Mackerel, dan lainlain.
Salah satu alat penangkapan
yang digunakan oleh nelayan di sekitar
pesisirpantai adalah Rawai (mini long
line). Perairan bagian Desa Teluk Rhu
merupakanwilayah daerah penangkapan
(fishing ground) rawai (mini long line) di
wilayahKabupaten
Bengkalis.
Dari
penggolongannya alat tangkap rawai
(mini long line) initermasuk dalam
pancing (hooks and lines). Popularitas
alattangkap rawai (mini long line) ini
kemungkinan disebabkan oleh beberapa
faktor,diantaranya efektivitasnya sebagai
alat
tangkap
dan
kemudahan
dalampengoperasiannya
serta
penanganan dan perawatan yang relatif
murah dan mudah.Rawai adalah alat
tangkap yang memiliki sejumlah variasi
baik dalam halukuran, struktur maupun
besar kecil jenis ikan yang menjadi
tujuanpenangkapan.
Kerusakan hutan mangrove di
beberapa bagian pesisir kabupaten
Bengkalis di kawasan Pulau Rupat
menyebabkan hilangnya tempat ikan
berlindung dan mencari makan, pada
seiring akan menyebabkan jumlah ikan
berkurang. Salah satu upaya yang
dilakukan untuk mengatasi masalah
hilangnya tempat berkumpul nya ikan
yang menjadi lokasi penangkapan ikan
yang potensil adalah dengan pemasangan
rumah ikan.
Penempatan
rumah
ikan
dipermukaan sebagai salah satu alternatif
bagi ikan berlindung dan mencari makan
namun sejak penempatan rumah ikan ini
di perairan Teluk Rhu pada tahun 2012
yang lalu belum diketahui secara pasti
apakah
mampu
menjadi
tempat
persigahan ikan, sudah tercapai. Apakah
ada perbedaan antara lokasi yang telah
dipasangi rumah ikan dengan lokasi yang
tidak dipasangi rumah ikan dilihat dari
hasil penangkapannya.
Berdasarkan uraian diatas penulis
tertarik untuk melakukan penelitian guna
melihat hasil tangkapan alat tangkap
rawai yang dioperasikan pada kawasan
rumah ikan dan tidak di kawasan rumah
ikan di desa Teluk Rhu kecamatan Rupat
Utara Kabupaten Bengkalis dengan cara
membandingkan hasil tangkapan pada
kawasan rumah ikan dan tidak di rumah
ikan.
Rumusan Masalah
Secara alami ikan membutuhkan
tempat berlindung dari predator dan
tempat mencari makan. Biasanya fungsi
ini ditemukan pada kawasan-kawasan
pesisir yang ditumbuhi oleh hutan
mangrove. Seiring dengan terjadinya
kerusakan mangrove dalam jumlah cukup
besar menyebabkan ikan-ikan menjadi
kehilangan tempat yang nyaman untuk
berlindung dan mencari makan. Salah
satu upaya yang dilakukan untuk
mengatasi masalah kehilangan adalah
dengan penempatan rumah buatan atau
rumah ikan, namun mendatangkan ikan
berkumpul di kawasan rumah ikan maka
perlu dilihat apakah ada berbedaan
dengan hasil tangakapan di luar kawasan
rumah ikan makan perlu dilakukan
penelitian untuk membuktikan nya.
Tujuan dan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan hasil tangkapan
rawai secara keseluruhan (kg), jenis dan
jumlah hasil tangkapan (ekor) pada
kawasan rumah ikan dan tidak di
kawasan rumah ikan di perairan desa
Teluk Rhu.
Sedangkan
manfaat
dari
penelitian ini adalah untuk dijadikan
sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak
yang memerlukan, khususnya bagi
penduduk atau nelayan setempat tentang
manfaat
rumah
ikan
melakukan
penangkapan ikan di lokasi rumah ikan
dengan menggunakan alat tangkap rawai,
sehingga dapat membandingkan dan
meningkatkan usaha penangkapan dari
sebelumnya.
Hipotesis
Untuk mengetahui perbedaan
hasil tangkapan rawai di kawasan rumah
ikan dan tidak di kawasan rumah ikan,
maka dalam penelitian ini diajukan
hipotesis:
Ho :
Tidak terdapat perbedaan hasil
tangkapan di kawasan rumah ikan
dan tidak di kawasan rumah ikan.
Ha : Terdapat perbedaan hasil tangkapan
di kawasan rumah ikan dan tidak
di kawasan rumah ikan.
METODE PENELITIAN
Metode
Metode penelitian adalah metode
survay dengan melakukan operasi
penangkapan. Data hasil tangkapan dan
kualitas air di daerah penangkapan serta
data hasil tangkapan merupakan data
primer.
3.3.2. Prosedur penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Penelitian ini dilakukan pada
kawasan rumah ikan dan tidak di
kawasan rumah ikan, penelitian
dimulai dengan mempersiapkan
bahan dan peralatan yang
diperlukan.
2. Sebelum mengoperasikan alat
tangkap rawai, nelayan terlebih
dahulu mencari umpan dengan
menggunakan alat tangkap jaring
insang (Drift gillnet).
3. Setelah umpan didapat barulah
nelayan menuju daerah fishing
ground.
4. Untuk menentukan daearh lokasi
penangkapan sesuai dengan
kebiasaan nelayan setempat,
biasanya
nelayan
rawai
mengoperasikan 5-7 mil dan di
lokasi
rumah
ikan
mengoperasikan 1-2 mil dari tepi
pantai.
5. Setelah itu dilakukan pengukuran
parameter
lingkungan
dipermukaan perairan seperti
kecepatan arus, kedalaman dan
salinitas, suhu. Kemudian baru
dilakukan penurunan alat, pada
kawasan rumah ikan dan tidak
kawasan rumah ikan selama 10
hari.
6. Pemasangan
(setting)
alat
tangkap
rawai
dengan
menurutkan pelampung yang
telah
diberi
bendera
dan
pemberat dengan menurutkan tali
utama serta tali cabang yang
diikat pada tali utama dan mata
pancing yang telah diberi umpan,
seterusnya sampai ujung tali
utama yang diberi pemberat
akhir.
7. Setelah 3 jam lamanya terentang
di perairan lalu dilakukan
penarikan
(hauling)
atau
pengangkatan.
Pada
saat
melakukan hauling, alat tangkap
disusun kembali dengan baik
seperti
sediakala
untuk
memudahkan
pengoperasian
berikutnya.
8. Hasil
tangkapan
dihitung
berdasarkan jumlah individu
(ekor), jumlah berat (Kg) dan
jumlah berat per jenis.
9. Selanjutnya sampel masingmasing ikan dibawa 1-2 ekor ke
laboratorium untuk di identifikasi
(Saanin, H.1984). Dengan cara
diawetkan
terlebih
dahulu
dengan menggunakan formalin
supaya ikan tidak rusak atau
busuk.
3.4. Asumsi
Mengingat banyaknya faktor
yang mempengaruhi hasil tangkapan,
maka dalam penelitian ini di kemukakan
beberapa asumsi antara lain :
1. Ikan yang berada di daerah
penangkapan menyebar secara
merata
dan
mempunyai
kesempatan yang sama untuk
tertangkap.
2. Faktor lingkungan yang tidak
diukur memberikan pengaruh
yang sama.
3. Kerampilan nelayan pembantu
dianggap sama.
4. Ketelitian pencatatan seluruh
data
oleh
penelitian
dan
pembantu penelitian dianggap
sudah
mendekati
tingkat
kecermatan.
3.5. Analisis Data
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode survay.
Dimana pengumpulan data dilakukan
dengan cara pengamatan langsung.
Untuk
mengetahui
adanya
perbedaan pengaruh lokasi terhadap
jumlah hasil tangkapan di lakukan Uji–t
(Sudjana, 1992) dengan mengunakan
persamaan sebagai berikut :
X1
X2
Thit =
S √1/𝑛1 + 1 /𝑛2
Keterangan :
n1
n2
X1
= jumlah pengamatan I ( pada
kawasan rumah ikan )
= jumlah pengamatan II ( pada
kawasan tidak di rumah ikan )
= rata-rata hasil tangkapan pada
kawasan rumah ikan (Kg)
HASIL DAN PEMBHASAN
Desa Teluk Rhu merupakan
salah satu desa yang terdapat di
Kecamatan
RupatUtaraKabupatenBengkalis
Provinsi Riau yang sebagian besar
penduduknyabermata
pencaharian
sebagai nelayan. Secara geografis Desa
Teluk Rhu terletak pada posisi
102°19'38'' BT sampai 102°29'48''BT
dan 01°24'55''LUsampai 01°32' LU.
Nelayan Desa Teluk Rhu
melakukan penangkapan di Selat
Malaka. Pada umumnya alat tangkap
yang digunakan adalah rawai dan jaring.
Alat tangkap rawai ini dioperasikan
nelayan setempat sejauh 5 mil - 7 mil
dari pesisir pantai kearah selat malaka.
Alat Tangkap Rawai
Alat tangkap rawai yang
dioperasikan oleh 2 orang. Satu orang
mengendalikan kapal dan seorangnya
lagi menurunkan alat tangkap karena
jumlah alat tangkap yang diturunkan
sebanyak 1 unit sehingga dalam
penugasannya
dilakukan
secara
bergantian. Alat tangkap rawai ini
panjang tali utamanya 250 m dan 1
X2
S
= rata-rata hasil tangkapan pada
kawasan tidak di rumah ikan (Kg)
= Standar deviasi.
Untuk
menentukan
varians
sampel digunakan rumus sebagai berikut
:
S12=
n∑X12 (∑ X1)2
n(n-1)
Nilai Thit lalu di bandingkan
dengan Ttab, apabila Thit lebih besar dari
padaTtab maka hipotesis yang di ajukan
di tolak, apabila Thit lebih kecil dari pada
Ttabmaka hipotesis yang di ajukan di
terima.
Data lainnya dalam penelitian ini
adalah parameter lingkungan seperti
suhu, salinitas, kecepatan arus dianalisa
secara deskriptif.
armada dioperasikan 1 alat tangkap, 1
alat tangkap mempunyai 200 mata
pancing yang berukuran No 7, tiap mata
pancing jaraknya 2 meter. Kapal yang
digunakan yaitu kapal motor tempel
yang panjangnya 7.5 meter dan lebar 1.5
meter, mesin yang digunakan yaitu
mesin yamaha yang berukuran 15 pk.
Rumpon (rumah ikan)
Rumpon (rumah ikan) adalah
alat bantu penangkapan ikan yang terdiri
dari pelampung tanda, tali, atraktor dan
pemberat. Tujuan dari pemasangan
Rumah ikan ini adalah tempat sebagai
areal berpijah bagi ikan-ikan dewasa
(spawning
ground)
atau
areal
perlindungan, asuhan dan pembesaran
bagi telur serta anak-anak ikan yang
bertujuan
untuk
memulihkan
ketersediaan (stok) sumberdaya ikan dan
mengumulkan yang bernilai ekonomi
tinggi agar lebih mudah di tangkap
menggunakan pancing oleh nelayan
setempat. Dari wawacara dengan kepala
UPTD perikanan kecamatan Rupat
Utara
lokasi
penempatan
atau
pemasangan rumah ikan di Kabupaten
Bengkalis ada 2 titik lokasi 1 di desa
Teluk
Rhu
dengan
letak
02007'013''lintang utara dan 101041'447''
bujur
timur,
lokasi
2
di
DesaTanjungPunakdenganletak
02006'473''
lintang
utara
dan
101041''582'' bujur timur. Dimana lokasi
ini dipilih dari hasil musyawarah
kelompok
pada
saat
sosialisasi
penempatan rumah ikan kepada
kelompok nelayan penerima bantuan.
Pelaksanaan
penempatan
atau
Sumber : Data Primer (2013)
Kec. Arus
No.
Tanggal
(cm/det)
X1
X2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
03 juni 2013
21
23
04 juni 2013
22
22
05 juni 2013
21
23
06 juni 2013
22
23
07 juni 2013
20
21
08 juni 2013
22
24
09 juni 2013
21
23
10 juni 2013
22
24
11 juni 2013
21
25
12 juni 2013
20
23
Kisaran
20-22
21-25
Sumber: Data Primer, (2013).
pemasangan rumah ikan dilakukan pada
5 Nopember 2012 dengan jumlah 3
paket (150 modul).
Parameter Lingkungan Perairan
Parameter
Lingkungan
mempunyai peranan penting dan sangat
menentukan keberhasilan dari usaha
penangkapan. Parameter Lingkungan
perairan yang diukur selama penelitian
adalah kecepatan arus, kedalaman, suhu,
dan salinitas dapat dilihat pada tabel 1
Kedalaman
(m)
X1
X2
28
26
30
27
26
29
26
31
27
26
26-31
X1: Di kawasan Rumah Ikan
X2: Tidak Di kawasan Rumah Ikan
Dari Tabel 1, dapat diketahui bahwa
Kecepatan arus selama Penelitian pada
kawasan rumah ikan berkisar 20-22
cm/det dan tidak di kawasan rumah ikan
antara
21-25
cm/det.
Kisaran
Kedalaman yang terjadi pada kawasan
rumah ikan 26-31 m dan tidak di
kawasan rumah ikan 46-49 m. Untuk
suhu pada kawasan rumah ikan 28-290C
dan tidak di kawasan rumah ikan 2930.50C. Salinitas pada kawasan rumah
ikan 30-32 0/00 dan tidak di kawasan
rumah ikan 31-33 o/oo.
46
45
46
47
48
48
49
49
48
49
46-49
Suhu (o C)
X1
X2
29
28
28.5
28
29
28
28.5
28
29
28.5
28-29
30
29
30
29.5
30.5
29.5
31
30
30.5
30
29-30.5
Salinitas (o/oo)
X1
30
31
32
30
30
31
30
31
30
31
30-32
X2
31
31.5
33
31.5
32
32.5
32
33
31.5
32
31-33
Komposisi Hasil tangkapan
Hasil tangkapan yang diperoleh
oleh alat tangkap rawai selama
penelitian terdiri dari 5 spesies yaitu:
ikan kakap (Lutjanus sp), ikan Kerapu
(Ephinephelus sp), ikan pari (Trygon
sephen), ikan duri (Arius sp), ikan
gulamah (Pseudocienna amovensis) dan
ikan buntal (Diodon holocanthus).
Selama 10 hari penangkapan diperolah
hasil penangkapan rawai pada kawasan
rumah ikan 2.6 kg yang berjumlah 6
ekor dan pada tidak kawasan rumah ikan
24.3 kg berjumlah 18 ekor, adapun
jumlah dan berat hasil tangkapan dapat
dilihat
pada
Tabel
2.
Tabel 2. Berat dan Jumlah Tangkapan Harian Rawai Selama penelitian
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tanggal
03 juni 2013
04 juni 2013
05 juni 2013
06 juni 2013
07 juni 2013
08 juni 2013
09 juni 2013
10 juni 2013
11 juni 2013
12 juni 2013
Jumlah
Sumber: Data Primer, (2013).
Daerah Penangkapan
Di Kawasan rumah ikan
Tidak di kawasan rumah
ikan
Kg
Ekor
Kg
Ekor
0.4
1
2.6
2
3.3
3
0.3
1
4
3
0.3
1
2.3
1
1.2
2
1
1
1.7
1
5
4
0.4
1
1.5
1
1.3
1
1.6
1
2.6
6
24.3
18
Dari Tabel 2 dapat dilihat hasil
tangkapan harian terbanyak dioperasi di
daerah tidak dikawasan rumah yaitu
pada hari ke-7 penelitian sebanyak 5 kg
atau 4 ekor dan hasil tangkapan yang
paling sedikit terdapat pada hari ke-5
sebanyak 1 kg (1 ekor) dengan rata-rata
hasil tangkapan 2.43 kg (1,8 ekor).
Sedangkan hasil tangkapan di kawasan
rumah ikan justru sangat sedikit yaitu
berkisar 0.3-1.2 kg, setiap harinya
dengan rata-rata hasil tangkapan 0.26 kg
(0.6 ekor).
Jenis, Berat dan Jumlah Hasil
Tangkapan Pada Kawasan Rumah
Ikan dan Tidak di Kawasan Rumah
Ikan
Jenis, berat dan jumlah hasil
tangkapan rawai selama penelitian dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi Hasil Tangkapan Rawai pada Kawasan Rumah Ikan dan Tidak di
Kawasan Rumah Ikan.
Daerah Penangkapan
Nama Lokal
Nama Latin
Di Kawasan
Tidak di
No
rumah ikan
kawasan
rumah ikan
Kg Ekor
Kg
Ekor
1
Ikan Kerapu
Ephinephelus sp
1.3
3
8
5
2
Ikan Kakap
Lutjanus sp
0.9
3
3.1
4
3
Ikan Pari
Trygon sephen
4.6
3
4
Ikan Gulamah
Pseudociennaamovensis
2.6
3
5
Ikan Duri
Arius sp
6
3
6
Ikan Buntal
Diodon holocanthus
0.4
1
Jumlah
2.6
6
24.3
18
Sumber:Data Primer 2013
Dari Tabel 3 dapat dilihat hasil
tangkapan ikan yang paling banyak
tertangkap adalah pada kawasan tidak di
kawasan rumah ikan dan yang terbanyak
adalah ikan kakap 8 kg (5 ekor) dan
yang terendah adalah ikan gulamah 2.6
kg (3 ekor). Ikan gulamah, ikan pari dan
ikan duri tidak tertangkap di kawasan
rumah ikan.
Pembahasan
Hasil tangkapan
Dari data hasil selama penelitian
dapat terlihat bahwa pada kawasan
rumah ikan dan tidak di kawasan rumah
ikan terlihat jenis-jenis ikan yang
tertangkap terdiri dari ikan kakap
(Lutjanus
sp),
ikan
kerapu
(Ephinephelus sp), ikan pari (Trygon
sephen),ikan gulamah (Pseudocienna
amovensis), ikan duri (Arius sp), dan
ikan buntal (Diodon holocanthus). Jenis
yang
banyak
tertangkap
selama
penelitian pada kawasan rumah ikan dan
tidak di kawasan rumah ikan adalah ikan
kakap (Lutjanus sp) dan ikan kerapu
(Ephinephelus sp) baik dari jumlah
individu (ekor) dan jumlah berat (kg).
Jenis ikan tertangkap pada
kedua kawasan adalah ikan kakap dan
ikan kerapu, kedua jenis ikan tersebut
tersebar mulai dari kawasan dekat pantai
hingga kearah tengah laut. Kedua jenis
ikan ini adalah ikan demersal. Namun
dari data hasil tangkapan yang didapat
mengindikasikan bahwa penyebaran
ikan kakap dan ikan kerapu ini lebih
banyak di kawasan jauh ke tengah laut
atau laut lebih dalam.
Hasil penelitian rumah ikan
menurut
(Hasanuddin,
2009).
berdasarkan evaluasinya, setidaknya
perlu sekitar 18 bulan agar Rumah Ikan
tertutupi karang.Pemasangan Rumah
Ikan diharapkan membentuk satu
ekosistem baru, bagian dari rantai
makanan (Food Chain). Terbentuknya
rantai makanan diharapkan mampu
menarik ikan karang atau demersal
ekonomis penting lain untuk tinggal.
Pada kawasan rumah ikan hasil
tangkapan sangat kecil di bandingkan
dengan tidak dikawasan rumah ikan.
Karena di pengaruhi oleh faktor masa
pemasangan rumah ikan dan belum
terbentuk nya rantai makan pada
kawasan rumah ikan. Dari hasil
wawacara sama bapak Kepala UPTD
Rupat
Utara
yaitu
dilarangnya
melakukan penangkapan di kawasan
rumah ikan oleh Pemerintah, baru
dibolehkan melalukan penangkapan di
kawasan rumah ikan berumur 5 tahun
Subani(1986) mengemukakan
bahwa adanya ikan di sekitar rumpon
berkaitan dengan pola jaringan makanan
dimana rumpon menciptakan suatu
arena makan dan dimulai dengan
tumbuhnya bakteri dan mikroalga ketika
rumpon dipasang. Kemudian mahluk
renik ini bersama dengan hewan-hewan
kecil lainnya, menarik perhatian ikanikan pelagis ukuran kecil. Ikan-ikan
pelagis ini akan memikat ikan yang
berukuran
lebih
besar
untuk
memakannya.
Samples dan Sproul (1985);
Subani(1986) mengemukakan teori
tertariknya ikan yang berada disekitar
rumpon disebabkan karena, Rumpon
sebagai tempat berteduh (shading place)
bagi beberapa jenisikan tertentu,
Rumpon sebagai tempat mencari makan
(feeding ground) bagi ikan-ikantertentu,
Rumpon
sebagai
subtrat
untuk
meletakkan
telurnya
bagi
ikanikantertentu, Rumpon sebagai tempat
berlindung dari predator bagi ikanikantertentu dan Rumpon sebagai tempat
titik acuan navigasi (meeting point) bagi
ikan-ikan tertentu yang beruaya.
Ikan-ikan yang tertangkap pada
penelitian ini adalah jenis ikan karnivora
yang
menyukai
ikan-ikan
yang
berukuran lebih kecil dari badannya
sesuai dengan sifat predator yang
memangsa ikan-ikan yang lebih kecil
sebagai mangsanya. Menurut Matsuoka
dalam Nofrizal et al (2004), proses
tertangkapnya ikan oleh pancing dimulai
pada saat pancing mulai dioperasikan
kemudian berlanjut kepada ikan mulai
mendekati umpan dan menemuinya.
Proses ini sampai kepada terjadinya
kontak antara ikan dengan pancing
sehingga ikan terkait dan benar-benar
berhasil ditangkap.
Jenis rawai yang digunakan
dalam penelitian ini adalah rawai dasar
tetap. Hal ini sesuai dengan Brandt
(1972), bahwa rawai tetap merupakan
alat tangkap pasif, karena prinsif metode
penangkapan ikan dengan menggunakan
umpan adalah berusaha memikat ikan
dengan sesuatu sebagai mangsanya,
yakni dengan merangsang perhatian ikan
dan menghasilkan respon langsung yang
diberikan ikan. Menurut Gunarso
(1985), mengemukakan bahwa rawai
dasar yang dioperasikan pada dasar
perairan umumnya ikan-ikan yang
tertangkap adalah ikan-ikan dasar yang
sudah terbiasa di tempat yang gelap dan
karena ada cahaya mereka aktif
bergerak.
Dari uji T diketahui bahwa berat
seluruh hasil tangkapan pada kawasan
rumah ikan dan tidak dikawasan rumah
ikan menunjukkan nilai Thit = 5.37
Sedangkan Ttab = 1.833, hal ini berarti
Thit > Ttab, H0 ditolak dan Ha diterima.
Artinya terdapat perbedaan hasil
tangkapan rawai pada kawasan rumah
ikan dan tidak dikawasan rumah ikan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil tangkapan di kawasan
rumah ikan lebih rendah dan
berukuran lebih kecil di bandingkan
dengan di kawasan luar rumah ikan,
jenis ikan yang terbanyak tertangkap
di kedua kawasan adalah ikan kerapu
dan ikan kakap dan jenis ikan.
Lokasi pemasangan rumah ikan
berada dekat pesisir pantai dengan
salinitas yang lebih rendah dibandingkan
kawasan di luar rumah ikan yang berada
di tengah laut. Hasil tangkapan yang
terbanyak di dapat pada kawasan tidak
di rumah ikan baik menurut besar,
jumlah individu ikan maupun jenis ikan
tertangkap.
Dari hasil tangkapan uji T
diketahui bahwa ada perbedaan hasil
tangkapan rawai pada kawasan rumah
ikan dan tidak di kawasan rumah ikan.
5.2. Saran
Dari penelitian terlihat bahwa
hasil tangkapan rawai lebih banyak pada
tidak di kawasan rumah ikan
dibandingkan dengan di kawasan rumah
ikan, untuk itu disarankan pada
masyarakat Teluk Rhu agar tetap
melakukan penangkapan pada kawasan
di luar rumah ikan dan menunggu waktu
yang tepat untuk menangkapan di
kawasan rumah ikan.
Mengingat waktu pemasangan
rumah ikan masih tergolong baru masih
perlu di lakukan okservasi secara detil
tentang perkembangnya komunitas ikan
di
dalam rumah
ikan
dengan
menggunakan echo sounder.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis sangat berterima kasih
kepada Bapak Ir. Arthur Brown, M. Si
selakupembimbing I dan Bapak Pareng
Rengi, S.Pi M. Si selaku pembimbing II
yang telahbanyak memberi masukan
dalam penelitian ini. Dan juga kepada
Bang
Adi
danBang
iwan
nelayan/pemilik alat tangkap Rawai
yang telah bersedia melayanidengan
ramah dan memberikan informasi
tentang komposisi hasil tangkapan
sertainformasi lainnya yang berada di
perairan Desa Teluk Rhu. Penulis juga
sangatberterima kasih kepada temanteman angkatan 2009 yang telah
bersedia
membantudan
memberi
semangat kepada penulis dalam
penelitian
ini
sehingga
dapat
berjalandengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Brandt,
A, Von. 1964 Fishing
Catching Method Of The
Word, Third Edition. Fishing
New (book) Itd, Hamburg.
Germany.
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku
Ikan
Dalam
Hubungannya
Dengan Alat, Metode dan
Teknik Penangkapan. Jurusan
Pemanfaatan
Sumberdaya
Perikanan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 149 hal.
Nofrizal, Matsuoka, T., Tetsu, K.
Dan Neor Ahmadi. 2004.
Studi Selektifitas
Pancing
(Angling gear) Terhadap Hasil
Tangkapan
Blue
Gill
(Lepomis
macrochirus)
di
Danau Somoyosi, Kagoshima,
Japan. Jurnal Perikanan dan
Kelautan.
Fakultas
Perikanan
dan
Kelautan
Universitas
Riau.
Pekanbaru.
Subani,W.
1986.TelahPenggunaan
Rumpon dan Payau dalam
PerikananIndonesia.Jurnal
PenelitianPerikanan
Laut.
No.
35.
BalaiPenelitian
PerikananLaut.Jakarta :Badan
Penelitiandan Pengembangan
Pertanian
Departemen
Pertanian. Hal: 35-45.
Sudjana, 1992. Metode
(Edisi
Ke5).
Bandung. 508 hal.
Statistika
Tarsito
http:// Kecamatan Rupat dalam Angka
2009,
BPS
Kabupaten
Bengkalis.com
Download