universitas indonesia perkembangan musik di mesir dari tradisional

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
PERKEMBANGAN MUSIK DI MESIR DARI TRADISIONAL KE MODERN
MAKALAH NON SEMINAR
BARIQ MUGHNIY WALIYYAAYASI
1206269821
PROGRAM STUDI ARAB
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JUNI 2016
Perkembangan musik…, Bariq Mughniy Waliyyaayasi, FIB UI, 2016
Perkembangan musik…, Bariq Mughniy Waliyyaayasi, FIB UI, 2016
Perkembangan musik…, Bariq Mughniy Waliyyaayasi, FIB UI, 2016
PERKEMBANGAN MUSIK DI MESIR DARI TRADISIONAL KE MODERN
Bariq Mughniy Waliyyaayasi
1206269821
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Universitas Indonesia
[email protected]
Abstract
The journal is to discuss the development of traditional music in Egypt. Egypt is a Middle Eastern
country that has a well-known musical identity with a distinctive character, which is put on at most just four
tones only (tetrachord). Music in Egypt flourished during the Abbasid dynasty, where the music is the result
of a translation from the Greek. The method used in this research is the method library.
Abstrak
Jurnal ini membahas mengenai perkembangan musik tradisional di Mesir. Mesir merupakan negara
Timur Tengah yang memiliki identitas musik terkenal dengan karakter yang khas, yaitu memakai paling
banyak hanya empat nada saja (tetrachord). Musik di Mesir berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah,
dimana musik tersebut merupakan hasil terjemahan dari bahasa Yunani. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode pustaka.
Kata Kunci: Arab, Mesir, musik, instrumen.
A. PENDAHULUAN
Saat ini di Mesir, kita dapat mendengar banyak jenis musik yang berbeda-beda.
Salah satunya yaitu musik Arab klasik, yang sudah diciptakan sejak berabad-abad yang
lalu, namun sampai saat ini masih dimainkan dengan menggunakan alat-alat musik
tradisional Timur Tengah, seperti oud dan qanun. Al-musika al-shababeya adalah
campuran musik Arab dan Eropa atau Amerika Utara. Para musisi memainkan alat
musik Arab dengan memadukan irama ketukan barat. Beberapa golongan pemuda
Mesir lebih menyukai musik pop mereka sendiri yang disebut al jeel atau el gil. Mereka
juga sangat suka berdansa dalam irama yang cepat dan ritme yang hidup. Para rakyat
pedesaan dan orang-orang yang pindah ke kota mendengarkan musik shaabi, musik
country, tari baladi, dan juga tarian-tarian lainnya. Ahmed Adaweyah adalah salah satu
orang yang membuat shaabi menjadi populer di kalangan masyarakat Mesir. Saat ini,
suling tradisional shaabi, alat musik string, dan suara drum dipadukan dengan irama
musik elektronik. Musik dan tarian selalu menjadi permainan penting dan merupakan
bagian kehidupan dari rakyat Mesir.
Perkembangan musik…, Bariq Mughniy Waliyyaayasi, FIB UI, 2016
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan-kualitatif, yaitu dalam
pengumpulan data-data mengenai penelitian tersebut berdasarkan hasil dari sumbersumber buku, jurnal, dan website. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif
yang merupakan salah satu metode yang digunakan dalam ilmu sosial dan budaya yang
penulis gunakan dalam penelitian ini.
Metode kualitatif adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman
secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk
penelitian generalisasi. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis
deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan berdasarkan bukti empiris
tentang gambaran yang terjadi. Metode yang dilakukan penulis adalah dengan tinjauan
pustaka. Penulis mencari sumber data dari buku dan website internet, kemudian penulis
mengumpulkan korpus data dari sumber-sumber buku dan website internet dan
melakukan perbandingan dan menarik kesimpulan.
C. TUJUAN PENELITIAN
Musik Timur Tengah memiliki alunan nada yang khas, tidak pula jauh berbeda
dengan alunan nada musik di Mesir. Namun alunan itu tentu saja mengalami perubahan
dari masa ke masa. Dalam jurnal ini akan dibahas perubahan tersebut dari zaman kuno
hingga modern, serta perubahan alat-alat instrumen yang digunakan dari masa ke masa.
D. HASIL PENELITIAN
Dari sumber refrensi buku maupun dari website internet yang penulis teliti,
bahwa musik di Mesir mengalami modernisasi dari musik tradisional ke dalam musik
modern karena dipengaruhi oleh Barat disebabkan karena masuknya budaya bangsa
Eropa yang dipadukan dengan musik khas Mesir. Musik di Mesir mengalami perubahan
bukan hanya dari sisi notasinya, namun juga mengalami perubahan terhadap alat-alat
instrumen yang digunakan, sehingga nada khas Timur Tengah yang dimiliki Mesir kini
telah berpadu dengan dentuman irama Barat. Terkait hal tersebut akan dibahas dalam
pembahasan jurnal.
Perkembangan musik…, Bariq Mughniy Waliyyaayasi, FIB UI, 2016
E. PERKEMBANGAN MUSIK MESIR DARI MASA KE MASA
1. Musik Mesir Zaman Mesir Kuno
Meskipun musik itu ada dalam prasejarah Mesir, namun buktinya hanya terlihat
dalam periode sejarah (atau "dinasti" atau "firaun") setelah 3100 SM. Musik merupakan
bagian penting bagi kehidupan rakyat di Mesir, dan musisi merupakan pemilik andil
besar dalam masyarakat Mesir. Musik di Mesir memiliki banyak konteks yang tidaklah
sama, seperti musik untuk kuil, musik istana, musik lokakarya, musik di peternakan,
medan perang dan pemakaman. Musik adalah bagian integral dalam pelaksanaan
ibadah di era Mesir kuno, sehingga tidak mengherankan bahwa ada dewa khusus yang
berhubungan dengan musik, seperti Hathor dan Bes (keduanya juga dikaitkan dengan
tarian, kesuburan dan kelahiran). Beberapa jenis dari alat musik seperti perkusi, alat
musik tiup, dan alat musik petik, diawali pada masa fir'aun Mesir. Instrumen perkusi
seperti drum yang digenggam, mainan kerincingan, alat musik, lonceng, dan sistrum
(alat musik yang dimainkan dengan cara digoyang) merupakan sebuah alat yang sangat
penting yang digunakan dalam ibadah. Tepukan tangan juga digunakan sebagai iringan
yang berirama, serta alat-alat instrumen dengan jenis yang berbeda-beda lainnnya juga
digunakan. Instrumen tiupan angin seperti seruling (ganda dan tunggal, dengan alangalang dan tanpa alang-alang) dan terompet. Instrumen petik seperti kecapi, gambus, dan
lyra, dimainakan dengan cara dipetik sambil membungkuk. Instrumen tersebut sering
ditulis dengan nama pemiliknya dan dihiasi dengan representasi dari dewi (Hathor) atau
dewa (Bes) musik. Kedua suara pria dan wanita juga sering digunakan dalam musik
Mesir.1
Musisi profesional terdapat di sejumlah tempat sosial di Mesir kuno. Musisi
kelas tertinggi adalah musisi kuil, dan musisi (shemayet) yang bermain untuk dewa
tertentu atau dewi biasanya dilakukan oleh perempuan. Musisi ini memiliki hubungan
dengan keluarga kerajaan yang dijunjung tinggi, dan musisi yang disebut memiliki
hubungan dengan keluarga kerajaan dan dijunjung tinggi itu adalah penyanyi berbakat
tertentu dan juga pemain kecapi. Sedikit lebih rendah pada skala sosial musisi kuil yaitu
musisi yang bertindak sebagai penghibur untuk pesta dan festival, dan sering disertai
juga dengan penari. Bernyanyi yang informal itu dipadukan dengan adegan pekerja
disertai dengan atraksinya. Musisi Mesir pada masa Fir’aun memanglah tidak terlihat
1
Toyin Falola & Daniel Jean-Jacques, Africa: An Encyclopedia of Culture and Society [3 volumes]: An
Encyclopedia of Culture and Society, ABC-CLIO, 2015, hlm.394.
Perkembangan musik…, Bariq Mughniy Waliyyaayasi, FIB UI, 2016
begitu eksis karena mereka tidak diperlombakan, sehingga kita tidak mengetahui siapa
saja para musisi yang berjasa pada masa itu. Namun musik pada masa itu terbukti ada
karena pada masa itu musik dimainkan hanya untuk memuja dewa dan juga untuk
perayaan pesta serta festival. Musik Mesir kuno tidak tercatat dalam periode sebelum
Graeco-Romawi, sehingga upaya untuk merekonstruksi musik fir'aun tetap spekulatif.
Bukti representasional dapat memberikan gambaran umum tentang suara musik di
Mesir. Musik ritual di Candi sebagian besar merupakan permainan musik yang
dimainkan dengan irama yang gemeretak dari sistrum (alat musik goyang), lalu disertai
dengan suara-suara vokal, kadang-kadang dengan kecapi dan / atau perkusi. Berbeda
dengan musik dalam pesta / festival, instrumen yang dimainkan biasanya adalah kecapi,
lyra, seruling buluh ganda dan tunggal, kentungan, drum dan adanya penyanyi atau bisa
juga tanpa adanya penyanyi, tergantung situasi. Musik Mesir kuno juga berasal dari
Mesopotamia, dimana musik tersebut tumbuh berkembang karena digunakan sebagai
ritual pemanggil roh dan sebagai penyemangat mereka.2
Gambar: suasana permainan musik sebagai media peribadatan.
Sumber: www.google.com
2
Harold Gleason and Warren Becker, Music in the Middle Ages and the Renaissance , America: Alfred
Music Publishing, 1988, hlm.2.
Perkembangan musik…, Bariq Mughniy Waliyyaayasi, FIB UI, 2016
2. Musik Mesir Zaman Abad Pertengahan
Mural di Mesir menunjukkan wanita bermain alat musik seperti gitar pada masa
Firaun, namun nama gitar muncul pertama kali di Spanyol pada abad ke-13. Itu
mungkin gitar warisan yang berasal dari kata dalam Arab yang bernama qitara, adalah
alat musik yang dibawa ke Spanyol oleh orang Moor setelah abad ke-10. Gitar adalah
alat musik senar yang dimainkan dengan jari-jari atau disebut juga dengan plectrum
(memetik). Alat musik gitar telah populer selama setidaknya 5.000 tahun. Vihuela (alat
musik senar) dari Spanyol tampaknya menjadi bentuk yang memberikan gambarannya,
dengan bergaya kecapi dan bentuknya kecil seperti gitar, namun itu tidaklah jelas
apakah merupakan bentuk transisi atau hanya desain yang menggabungkan fitur dari
dua keluarga instrumen yang hampir sama. Gitar memiliki frets fingerboard, dan gitar
biasanya memiliki enam string. Meskipun ada variasi, namun gitar di Mesir yang paling
umum adalah gitar dengan dua belas-string, ada pula gitar tujuh string, ukulele yang
memiliki empat senar, dan gitar bass, yang biasanya memiliki empat senar tetapi juga
ada di versi lima string, enam string, dan dua belas string. Vihuela adalah variasi gitar
dengan enam string ganda yang terbuat dari usus, yang muncul di Spanyol abad ke-16.3
Gambar: Gitar di Mesir pada masa abad pertengahan.
Sumber: www.google.com
3
http://www.themiddleages.net/life/music.html (diakses pada 21 Maret 2016 pukul 13.15 WIB)
Perkembangan musik…, Bariq Mughniy Waliyyaayasi, FIB UI, 2016
3. Musik Mesir Zaman Renaissans
Musik adalah bagian penting bagi masyarakat, agama, dan alur kehidupan
dalam masa Renaissans. Banyaknya pertukaran pikiran mengenai musik di Eropa, serta
peristiwa politik, ekonomi, dan agama pada periode 1400-1600 menyebabkan
perubahan besar dalam gaya menulis lirik, adanya metode penyebaran musik, lahirnya
genre musik baru, dan pengembangan instrumen musik. Pada awal Renaissans, musik
paling penting karena dimainkan dalam bentuk polifonik (yang terdiri dari beberapa
simultan melodi) untuk dimainkan di gereja-gereja penting dan juga dimainkan di
pengadilan. Pada akhir abad keenam belas, pembuat musik ini terpecah ke banyak
tempat, seperti Gereja Katolik, gereja dan pengadilan Protestan, sehingga semua musik
tersebut menjadi sumber pendapatan bagi para komposer. Zaman Renaissans
merupakan zaman dimana perkembangan musik Mesir mengalami perubahan. Kali ini
Mesir berkembang dengan melihat model musik ke arab western atau kebaratan.
Perkembangan musik di Mesir menjadi progresif karena mereka memadukan musik
mereka dengan irama barat.4
4. Musik Mesir Zaman Modern
Sejak 1970-an, musik pop Mesir telah menjadi semakin penting dalam budaya
Mesir, khususnya di kalangan penduduk muda yang besar di Mesir. Musik rakyat Mesir
sering dimainkan dalam acara pernikahan dan perayaan tradisional lainnya. Pada
kuartal terakhir abad ke-20, musik Mesir digunakan sebagai cara untuk media
komunikasi mengenai isu-isu sosial dan isu-isu yang berkelas. Di antara beberapa
penyanyi pop yang paling populer di Mesir saat ini adalah Mohamed Mounir dan Amr
Diab. Pada abad ke-20, Mesir telah memperlihatkan perkembangan musiknya. Musik
Arab berkembang dengan melahirkan salah satu aliran yang bernama Folk (musik
rakyat). Musik tradisi rakyat ini masih terjaga dan terdapat di daerah pedesaan di Mesir,
Nubia, serta di daerah kalangan masyarakat Arab Berber Badui. Campuran dari musik
folk dan pop pun berkembang dan juga telah menjadi hits dalam industri musik di
4
http://www.metmuseum.org/toah/hd/renm/hd_renm.htm (diakses pada 21 Maret 2016 pukul 13.37
WIB)
Perkembangan musik…, Bariq Mughniy Waliyyaayasi, FIB UI, 2016
Kairo. Selain itu juga lahir musik Sawahli (pesisir), yang mana artinya adalah jenis
musik ini lahir di pantai utara.5
Selain itu, musik di Mesir juga berkembang di gereja-gereja coptic. Musik jenis
ini merupaka musik himne yang meneriakkan irama yang seiraman dengan instrumen
seperti simbal, dan alat musik segitiga. Aliran musik ini adalah aliran musik yang sudah
bertahan dari zaman Mesir kuno, yang beberapa melodinya diidentifikasi dan diberi
label sebagai melodi dari Suriah dan Byzantium. Sampai akhir 1970-an, penyanyi
klasik seperti Umm Kulthoum adalah bintang pop terbesar Mesir. Pada pertengahan
1990-an, musik Al Jeel dan Al sha’abi telah mengambil alih, terutama di kalangan
penikmat musik generasi muda. Adaweyah merupakan penyanyi sha'abi Mesir yang
paling populer dalam sejarah musik Mesir. Awalnya memperoleh kontroversi lirik,
yaitu sering menggunakan kalimat lucu, porno dan sangat kritis terhadap aturan-aturan
sosial dan pemerintahan. Pada 1980-an, sha’abi dipengaruhi oleh musik dari Inggris
dan Amerika Serikat, serta bintang pop Mesir lainnya. Gitar listrik, synthesizer, dan
kemudian beatbox, diintegrasikan ke dalam musik yang sekarang sangat dikembangkan
dan dimaksudkan untuk konsumsi umum masyarakat kalangan muda. Saat ini, bintang
sha’abi paling populer adalah Hakeem dan Shaaban Abdel Rahim. Sedangkan Al Jeel
adalah genre musik yang muncul di tahun 70-an. Ini merupakan musik untuk menari
pop setelah rock and roll dan musik pop dengan irama latar belakang yang mirip dengan
reggae, dan ini juga termasuk salah satu karakter musik khas Mesir. Hamid el Shaery,
orang kelahiran Libya yang tinggal di Mesir, adalah yang paling berpengaruh dalam
awal muculnya aliran Al-Jeel ini.6
Setelah milenium kedua, revolusi musik berkonsep band dimulai di Mesir dan
menjadi lebih populer atau lebih terkenal setelah tahun demi tahun. Ini dimulai dengan
band-band seperti Eftekasat dan Wust El Balad dengan bantuan El Sawy Culturewheel,
Kairo Jazz Club, dan beberapa pusat kebudayaan seperti Pusat Kebudayaan Perancis.
Akibatnya, orang-orang mulai menjadi lebih sadar akan genre yang berbeda yang dapat
disajikan oleh band yang berbeda sebagai lahirnya cita rasa musik baru di Mesir yang
lebih besar dan lebih diminati daripada artis pop seperti Amr Diab, Mohamed Mounir
dan Tamer Hosny. Faktor-faktor lain seperti adanya Metal Accord concert series
5
Michael Frishkopf, Music and Media in the Arab World, American University in Cairo Press, 2010,
hlm.144.
6
Toyin Falola & Daniel Jean-Jacques, Africa: An Encyclopedia of Culture and Society [3 volumes]: An
Encyclopedia of Culture and Society, ABC-CLIO, 2015, hlm.395.
Perkembangan musik…, Bariq Mughniy Waliyyaayasi, FIB UI, 2016
merupakan sebuah revolusi yang mampu mengalahkan eksistensi metal-heads yang
dicap sebagai musik pemuja setan dalam kurun waktu 10 tahun sebelumnya. Konser
menjadi lebih populer dan lebih mudah untuk diselenggarakan dengan pembukaan dan
menggunakan ketenaran beberapa tempat, terutama El Sawy Culture Wheel. Metal
Accord dan S.O.S. merupakan yang paling terkenal dan paling sering hadir dalam
konser di Mesir bersama-sama dengan perkenalan dari band baru dan lama di El Sawy
Culture Wheel. Ini sangat membantu dalam menyajikan banyak seniman baru dan bandband baru seperti Nagham Masry, Shara, Asphalt, Hate Suffocation, Idle Mind, The Riff
Band, etc., kepada masyarakat, pemuda dan orang dewasa dari jenis kelamin yang
berbeda dan latar belakang yang berbeda pula. Revolusi ini bahkan mencapai kepada
titik debut band Kristen Better Life di SOS 7. Pengenalan sangat kuat ini menjadi
didukung dengan penyajian band profesional seperti The Scorpions di tahun 2006 dan
2008, namun seharusnya konser pertama itu untuk band death metal yang pernah
tampil di Mesir yaitu Vader. Setelah tiket terjual, konser dibatalkan karena alasan
keamanan dan tekanan yang diterima oleh pemerintah dari masyarakat sebagai bentuk
protes karena membawa band setan ke dalam sebuah negara Islam setelah munculnya
lirik “Haleluya” yang diposting di Facebook dengan terjemahan bahasa Arab.7
F. ALAT-ALAT MUSIK MESIR ZAMAN KUNO HINGGA MODERN
1. Kecapi (Oud)
Sejarah musik tidak akan lengkap tanpa adanya referensi dari alat musik Oud
dari Mesir, yang tidak diragukan lagi telah menambahkan dimensi baru untuk genre
musik melalui simfoni dengan not musik yang modern dan juga dalam gaya klasik.
Popularitas Oud Mesir sangat terkenal di dunia permusikan internasional. Bahkan,
Mesir Oud adalah salah satu alat musik terkenal di antara beberapa alat musik lainnya,
yang telah berhasil mempertahankan orisinalitasnya bahkan di zaman modern pun tidak
menjadi usang. Inilah yang membuat Oud Mesir sangat populer di kalangan orangorang, yang mendambakan sesuatu yang baru, namun asli dan menarik. Oud Mesir
secara signifikan memiliki perbedaan dengan Oud Irak dan Suriah. Tidak seperti Oud
Suriah atau Oud Irak, Oud Mesir memiliki nada yang sedikit berbeda dan memiliki
7
http://www.arabicmusicarchives.com/Arabic%20Music%20Titles/Egypt/music_of_egypt.html
(diakses pada 20 April 2016 pukul 15.18 WIB)
Perkembangan musik…, Bariq Mughniy Waliyyaayasi, FIB UI, 2016
tubuh yang berbentuk buah pir. Selain itu, Oud Mesir biasanya sangat dihiasi tidak
seperti Oud yang lainnya. Bentuknya dihiasi dengan warna-warni, yang telah
menambahkan kekhasan. Sebelumnya, oud Mesir itu dihiasi dengan gading putih,
namun sekarang menggunakan plastik putih. Terkadang permukaan luar dari bagian
belakang oud Mesir ditutupi dengan tatahan untuk memberikan tampilan yang
sempurna. Selain itu, Oud Mesir lebih berat dibandingkan dengan oud Turki, yang
sangat ringan.8
Oud Mesir sangat dihargai karena kemampuan luar biasanya untuk
menghasilkan suara yang merdu dan indah. Karena mereka secara khusus dibuat
dengan 5 kord G-A-D-G-C, oud memiliki kemampuan brilian untuk mengubah dan
menghidupkan suasana apapun dengan suara yang terdengan sangat nyata, yang
memiliki sejarah nada yang kaya. Meskipun memiliki warisan sejarah yang kaya, oud
Mesir telah terpengaruh dampak modernisme dengan mengadopsi budaya kontemporer
tetapi kualitas bawaannya. tidaklah dihilangkan.9
Gambar: Oud (Kecapi)
Sumber: www.google.com
8
Jo Glanville, Smahsed Hits 2.0, SAGE Publications Ltd, 2010, hlm. 93.
http://www.traditionalarabicmusic.com/Musical%20Instruments/Oud.htm (diakses pada 2 April
2015 pukul 15.24 WIB)
9
Perkembangan musik…, Bariq Mughniy Waliyyaayasi, FIB UI, 2016
2. Harpa dan Lira
Kedua alat musik ini memiliki fungsi yang sama, yaitu alat musik yang
dimainkan dengan cara dipetik karena kedua alat musik ini sama – sama menggunakan
dawai sebagai penghasil suara. Namun kedua alat ini memiliki bentuk yang berbeda,
namun meskipun sama – sama dimainkan dengan cara dipetik, namun kedua alat musik
ini tidak memiliki bentuk yang sama dengan alat musik petik lainnya seperti gitar,
ukulele, dan lain-lain, dan juga tidak sama bentuknya dengan alat musik senar lainnya
seperti biola, kecapi, dan lain-lain. Harpa memiliki bentuk seperti segita namun
melengkung, sedangkan lira berbentuk seperti huruf U yang memiliki tangkai di
bawahnya, atau hampir seperti huruf Y namun tidak lurus kaku melainkan memiliki
lengkungan di pinggir bawahnya. Harpa disebut sebut sebagai alat musik tertua karena
sudah digunakan sejak zaman Mesir Kuno. Tidak heran bila zaman dahulu Mesir
merupakan
pusatnya
seni
musik,
sebab
orang-orang
setempat
dipercayai
mengagungkan seni musik sebagai pembagian strata sosial. Pada sekitar 5000 tahun
yang lalu, harpa di Mesir mengunakan enam jenis senar yang dilekatkan pada pasak
kayu berukuran kecil dengan bentuk yang dilengkungkan, sedangkan lira yang lebih
terkenal digunakan oleh bangsa Yunani – Arab ini memiliki jumlah senar sesuai
panjang alat musik tersebut.10
Gambar: Harpa (kiri) dan Lira (kanan).
Sumber: www.google.com
10
Michael Pilhofer& Holly Day, Music Theory For Dummies, John Wiley & Sons, 2015, hlm.8
Perkembangan musik…, Bariq Mughniy Waliyyaayasi, FIB UI, 2016
3. Gendang dan Rebana
Siapa orang Indonesia yang tak kenal dengan alat musik gendang dan rebana.
Gendang dan rebana merupakan alat musik pukul yang tidak hanya digunakan di Arab
namun digunakan juga di Indonesia. Di Indonesia, gendang lebih populer digunakan
pada kalangan masyarakat pecinta musik dangdut, sedangkan rebana lebih sering
digunakan di acara bernuansa Islami yang menyajikan perpaduan antara suara musik
dengan lirik-lirik puitis yang mana acara tersebut dinamakan Qosidahan. Namun
bagaimana fungsi dan eksistensi gendang dan rebana di tanah Arab khususnya di
Mesir? Apakah sama fungsinya dengan di Indonesia? Secara garis besar tidak terlalu
memiliki perbedaan yang begitu jauh. Alat musik gendang dan rebana pada zaman
Mesir Kuno digunakan pada acara perayaan-perayaan yaitu sebagai penentu dan
penyetabil ritme dalam sebuah permainan musik. Dalam bahasa Arab, secara umum
kedua alat musik ini disebut Daff. Namun gendang lebih sering disebut dengan nama
Tabl sedangkan rebana disebut Riq. Alat musik ini kebanyakan berbentuk bulat,
memiliki ruang hampa sebagai penyerap udara, dan dilapisi dengan kulit sebagai
penghasil suaranya. Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul, ada yang memiliki
dua sisi dan ada juga yang memiliki satu sisi saja. Sedikit berbeda dengan gendang,
rebana memiliki satu sisi yang diselipi lempeng besi di bagian sampingnya sehingga
menghasilkan dua buah bunyi dalam satu alat musik.11
Gambar: Gendang (kiri) dan Rebana (kanan).
Sumber: www.google.com
11
William Alves, Music of the Peoples of the World, Cengage Learning, 2013, hlm.86.
Perkembangan musik…, Bariq Mughniy Waliyyaayasi, FIB UI, 2016
G. Musisi-Musisi Mesir dari Zaman Kuno Hingga Modern
1. Yahyah bin Mansur Al-Mausuly (800 M)
Berdasarkan informasi yang didapatkan, beliau adalah seorang penulis teori
musik not huruf dan juga penemu teori dansa. Kehidupannya yang terlampau jauh di
masa lalu membuat informasi yang ditemukan tidaklah banyak, mungkin memang
zaman dahulu musik belumlah terkenal seperti saat ini sebab orang dahulu
menggunakan musik sebagai media peribadatan semata dan bukan untuk
dipublikasikan menjadi terkenal seperti sekarang.12
2. Umm Kulthum (1898 – 1975 M)
Nama ini mungkin pernah didengar oleh setiap orang terutama para pecinta
musik Arab, sebab eksistensinya pada masa abad ke-20 sangat mengagumkan. Pada
tahun 1946, Umm Khultum terkenal dengan kemampuan bernyanyinya sehingga dia
diberi julukan “Voice of Egypt”. Pada tahun 1920-an, Umm Kulthum menjadi terkenal
berkat suaranya yang berhasil menundukkan para raja Mesir dan menjadi bersatu
sedangkan pada waktu itu sedang terjadi konflik di antara mereka. Vokalnya yang kuat
namun lembut ini mampu membuat getaran suara yang diproduksinya berjumlah
14.000 getaran per detik dari pita suaranya. Bahkan, kekuatan vokalnya dipercayai
mampu mencapai angka 8 oktaf nada atas dan juga 8 oktaf nada bawah. Dia dilahirkan
di ez Zahayra-desa di El Tamay Senbellawein, Dakahlia Governorat, Mesir, di
Dakahlia , di Delta Nil , dekat Laut Mediterania. Lahir pada tanggal 18 Desember 1898
dan wafat pada tanggal 3 Februari 1975, Umm Kulthum dikenal sebagai “Bintang
Timur”. Selain bernyanyi, Umm Kulthum juga menulis lagu dan sempat menjadi aktris
di Mesir. Pada tahun 1940-an dan awal 1950-an, eksistentsi Umm Kulthum membuat
zaman pada tahun itu disebut zaman keemasan, dimana selera musik orang – orang
Mesir telah berubah mengikuti karya dari Umm Kulthum yang tidak hanya memukau
tanah Mesir tetapi juga sampai ke berbagai penjuru benua. Ini jelas bahwa Umm
Kulthum bukanlah musisi yang bisa dipandang sebelah mata. 13
12
http://www.bimbie.com/tokoh-musik-tradisional-asia.htm (diakses pada 21 Maret 2016 pukul 16.33
WIB)
13
Virginia Danielson, The Voice of Egypt: Umm Kulthum, Arabic Song, And Egyptian Society In The
Twentieth Century, Chicago: The University of Chicago Press, 1997, hlm. 126.
Perkembangan musik…, Bariq Mughniy Waliyyaayasi, FIB UI, 2016
Gambar: Umm Kulthum.
Sumber: www.google.com
3. Amr Diab (1961 - Sekarang)
Penyanyi Mesir ini disebut sebagai “Raja Pop”, bahkan namanya pun kini telah
mendunia. Dia tercatat sebagai 30 penyanyi terbaik di dunia dengan bayaran termahal
di negara Arab. Eksistensinya bermula pada tahun 1990 saat menyanyikan lagu Nour
el-Ayn. Kini dia sudah berusia sekitar 50-an tahun, namun dia terkenal dengan
wajahnya yang awet muda meski sudah berusia separuh baya. Terlahir dengan nama
asli Amr Abd El-Basset Abd El-Azeez Diab, pria ini lahir pada tanggal 11 Oktober
1961. Sudah banyak penghargaan yang didapatkannya sebagai musisi, dan dia juga
dinobatkan sebagai artis dengan penjualan terbanyak sepanjang masa. Dia terkenal
dengan karyanya yang memadukan nada khas Timur Tengah dengan alunan ketukan
gaya Barat, sehingga lagu-lagu yang diciptakannya selalu mengikuti zaman dan tidak
pernah tertinggal dimakan usia. Ayahnya, Abdul Basset Diab, bekerja di Suez Canal
Corporation dan merupakan ketua Konstruksi Kelautan & Shipbuilding di kanal.
Ayahnya memainkan peran besar dalam awal mula karirnya dengan menciptakan
inspirasi musik baru terhadap tahap awal dalam karier musik profesionalnya. Pada usia
enam tahun, dia mendapatkan ketenaran pertamanya ketika menyanyikan lagu
kebangsaan Mesir "Bilady" pada festival tahunan 23 Juli di Port Said. Hingga pada
Perkembangan musik…, Bariq Mughniy Waliyyaayasi, FIB UI, 2016
akhirnya dia dihargai dengan gitar oleh Gubernur Port Said, dan mulai menjadi diakui
secara nasional. Dia lulus dengan gelar sarjana dalam Musik Bahasa Arab dari Kairo
Academy of Arts pada tahun 1986.14
Amr Diab merilis album pertamanya berjudul Ya Tareeq pada tahun 1983. Lalu
album kedua Diab yaitu Ghanny Men Albak (1984) adalah album yang telah dirilis
bersama dengan Delta Sound, selain itu juga termasuk Hala Hala (1986), Khalseen
(1987), Mayyal (1988), Shawa'na (1989), Matkhafesh (1990), Habibi (1991), Ayyamna
(1992), Ya Omrena (1993), Weylomony (1994), dan Rag'een (1995). Pada tahun 1996
album pertamanya dirilis dan sukses meraih penghargaan internasional serta diakui di
luar dunia Arab. Amr Diab telah merekam empat album lebih dari label Alam El Phan
Termasuk Amarain (1999) yang telah berkolaborasi dengan Khaled (pada lagu "Alby")
dan Angela Dimitriou Dengan (pada lagu "Aktar Bahebbak"). Pada musim panas 2004,
dia meninggalkan Alam El Phan dan merilis album pertamanya bersama Rotana
Records, Leily Nehary, diikuti kesuksesan terbesarnya dengan lagu Kammel Kalamak
(2005), dan The Lilady (2007). Kemudian pada September 2011 dia merilis Banadeek
Taala, diproduksi oleh Rotana. Pada Februari 2011, Amr Diab merilis hits single-nya
"Masr allet" (Mesir berbicara). Pada bulan Oktober 2014, Amr Diab merilis album-Nya
"Shoft El Ayam" Album terakhirnya ini menduduki puncak "Leila" dan menjadi album
terlaris di Mesir dalam aplikasi iTunes dan Rotana. Pada bulan Juli 2015, Amr Diab
merilis video musik dari lagunya yang berjudul "GaMalo" dari album-Nya "Shoft El
Ayam." Amr Diab Dikenal sebagai bapak Musik Mediterania. David Cooper dan Kevin
Dawe menyebut musiknya sebagai generasi baru musik Mediterania. Menurut penulis
Michael Frishkopf, Amr Diab telah menghasilkan konsep baru musik Mediterania,
Terutama Dengan hits internasionalnya, "Nour El Ain". Amr Diab menikah dengan
Shereen Reda, dari 1989 hingga 1992, yang berakhir dengan perceraian. Mereka
memiliki satu anak perempuan, Nour, yang menjadi dikenal lewat lagunya, "Habibi Ya
Nour El Ain." Kemudian Amr Diab menikah dengan Zeina Ashour Saat ini, dengan
siapa saya memiliki tiga anak: Abdallah, Kinzy, dan Jana.15
14
David Horn & John Shepherd, Bloomsbury Encyclopedia of Popular Music of the World, Volume 10:
Genres: Middle East and North Africa, Bloomsbury Publishing USA, 2015, hlm.114-117.
15
Michael Frishkopf, Music and Media in the Arab World, American University in Cairo Press, 2010,
hlm.173.
Perkembangan musik…, Bariq Mughniy Waliyyaayasi, FIB UI, 2016
Berikut ini adalah foto dari sosok Amr Diab, seorang penyanyi terkenal masa
kini dari Mesir yang namanya sudah sangat mendunia.
Gambar: Amr Diab
Sumber: www.google.com
Dan berikut ini beberapa cover album dari Amr Diab.
Gambar: Album-Album Amr Diab
Sumber: www.google.com
Perkembangan musik…, Bariq Mughniy Waliyyaayasi, FIB UI, 2016
H. KESIMPULAN
Saat ini musik di Mesir sudah banyak menggunakan alat-alat musik modern yang
dipadukan dengan alunan irama elekronik yang masuk dari budaya Barat, dengan gaya
bernyanyi ala Barat. Meskipun berpadu, namun nada khas Timur Tengah di Mesir tidaklah
hilang. Ketika mendengarkan sebuah lagu yang modern sekalipun, orang-orang akan
mampu membedakan apakah ini musik dari Timur Tengah atau tidak. Bila melihat
sejarahnya, musik di Mesir dahulunya digunakan sebagai media untuk beribadah serta
untuk melaksanakan pesta rakyat atau festival. Seiring perubahan waktu, musik Mesir kini
berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk mencurahkan isi hati nurani, baik
tentang cinta, masalah isu-isu politik, ataupun curahan mengenai isu sosial yang terjadi.
Perkembangan musik…, Bariq Mughniy Waliyyaayasi, FIB UI, 2016
DAFTAR PUSTAKA
Alves, William. 2013. Music of the Peoples of the World. Cengage Learning.
Arkenberg, Rebecca. 2000. Music in the Renaissance: In Heilbrunn Timeline of Art
History. New York: The Metropolitan Museum of Art.
Blum, Stephen. Philip Vilas Bohlman & Daniel M. Neuman. 1993. Ethnomusicology
and Modern Music History. America: University of Illinois Press.
Danielson, Virginia. 1997. The Voice of Egypt: Umm Kulthum, Arabic Song, And
Egyptian Society In The Twentieth Century. Chicago: The University of
Chicago Press.
Falola, Toyin & Daniel Jean-Jacques. 2015. Africa: An Encyclopedia of Culture and
Society: An Encyclopedia of Culture and Society. ABC-CLIO.
Frishkopf, Michael. 2010. Music and Media in the Arab World. American University
in Cairo Press.
Glanville, Jo. 2010. Smahsed Hits 2.0. SAGE Publications Ltd.
Gleason, Harold and Warren Becker. 1988. Music in the Middle Ages and the
Renaissance. America: Alfred Music Publishing.
Horn, David & John Shepherd. 2015. Bloomsbury Encyclopedia of Popular Music of
the World, Volume 10: Genres: Middle East and North Africa. Bloomsbury
Publishing USA.
Judd, Cristle Collins. 2006. Reading Renaissance Music Theory: Hearing with the
Eyes. New York:Cambridge University Press
Moscovitch, Arlene. 2008. Egypt: The Culture. Canada: Crabtree Publishing Company.
Pilhofer, Michael & Holly Day. 2015. Music Theory For Dummies. John Wiley & Sons.
Perkembangan musik…, Bariq Mughniy Waliyyaayasi, FIB UI, 2016
Sumber Elektronik:
http://www.umich.edu/~kelseydb/Exhibits/MIRE/Introduction/AncientEgypt/Ancient
Egypt.html (diakses pada 2 Desember 2015 pukul 13.01 WIB)
http://www.themiddleages.net/life/music.html (diakses pada 2 Desember 2015 pukul
13.15 WIB)
http://www.metmuseum.org/toah/hd/renm/hd_renm.htm (diakses pada 2 Desember
2015 pukul 13.37 WIB)
http://www.traditionalarabicmusic.com/music_of_egypt.html (diakses pada 2
Desember 2015 pukul 14.14 WIB)
http://www.bimbie.com/tokoh-musik-tradisional-asia.htm (diakses pada 21 Maret
2016 pukul 16.33 WIB)
http://www.arabicmusicarchives.com/Arabic%20Music%20Titles/Egypt/music_of_eg
ypt.html (diakses pada 20 April 2016 pukul 15.18 WIB)
http://www.traditionalarabicmusic.com/Musical%20Instruments/Oud.htm (diakses
pada 2 April 2015 pukul 15.24 WIB)
Perkembangan musik…, Bariq Mughniy Waliyyaayasi, FIB UI, 2016
Download