DASAR-DASAR ELEKTRONIKA Komponen elektronika yang sering digunakan di dalam rangkaian elektronika sebenarnya hanya ada 5 macam saja, yaitu : Transistor, Resistor, Kondensator, Dioda dan Transformator. Kelima macam komponen tersebut masing-masing ada jenis dan spesifikasinya. Komponen dibedakan menjadi dua yaitu komponen aktiv dan pasif. a. Komponen aktiv adalah komponen yang bekerja sebagai penggerak (nyawa) dari suatu rangkaian. Komponen yang termasuk aktiv adalah transistor, IC (Integrated Circuit) dan dioda. b. Komponen pasif adalah komponen yang bekerja hanya sebagai penghubung (kopel) atau hanya membantu saja. Komponen yang termasuk pasif yaitu resistor, transformator dan kondensator. 1. Macam-Macam Komponen A. Transistor Transistor berfungsi sebagai penguat, diantaranya penguat arus, penguat sinyal, penguat frekuensi dan sebagai saklar on off yang bekerja secara otomatis. Transistor berdasarkan polaritas ada dua jenis yaitu transistor NPN dan PNP. Simbol Transistor Jenis NPN (Panah ke Luar) Simbol Transistor Jenis PNP (Panah ke Dalam) 1|Page Transistor memiliki kode A, B, C atau D dan itu bisa jadi patokan untuk mengetahui jenis PNP atau NPN, dimana A atau B adalah kode untuk PNP dan C atau D adalah kode untuk NPN. Untuk mengetahui jenis PNP atau NPN untuk kode yang lain misalnya : TIP31, TIP32, TIP 41, TIP 42 dan lainnya, maka transistor tersebut harus diukur. Dengan cara mengukur kita bisa menentukan jenis PNP atau NPN. Kaki transistor ada 3 yaitu Basis, Colektor dan Emitor. Letaknya tidak pasti, misalnya Basis ada yang di tepi kanan, ada yang di tengah dan ada yang di tepi kiri. Oleh karena itu kita perlu mengukurnya. Contoh Macam-Macam Transistor : Gambar Macam-Macam Transistor Cara Mengukur Transistor : Dasar mengukur transistor disini adalah mengukur hambatan maju dan hambatan mundur sambungan p - n Emiter – Base ( “Emiter Junction” = sambungan emiter ) dan Kolektor Base ( “Colector Junction” = sambungan kolektor ). Dalam hal mengukur hambatan maju dan hambatan mundur sambungan emiter dan sambungan kolektor ini seolah – olah transistor dianggap sebagai dua diode yang tersambung seperti gambar di bawah ini. Transistor Jenis NPN 2|Page Transistor Jenis PNP Transistor jenis NPN : Gambar Mengukur Transistor Jenis NPN Transistor NPN biasanya pakai kode C atau D, seperti contoh di atas. Langkah 1 1. Saklar multimeter di posisi ohm meter, terserah pada posisi skala berapa saja tidak masalah, kalau saya sering menggunakan skala X10, X100 atau X 1K. 2. Colokkan probe hitam ke basis dan colokkan probe merah ke kolektor, jarum harus bergerak, tapi tidak sampai nol. 3. Colokkan probe merah ke emitor, jarum juga harus bergerak, tapi tidak sampai nol. Maka transistor tersebut baik. 4. Jika jarum bergerak sampai nol, berarti transistor rusak (short). Jika dipindahpindah semua jarum bergerak sampai nol, berarti transistor sudah rusak. Gambar Mengukur Transistor Jenis NPN 3|Page Langkah 2 1. Posisi saklar multimeter tetap pada posisi ohm meter. 2. Langkah kedua hanya kebalikannya yaitu colokkan probe merah dan probe hitam ditukar posisi saja. 3. Colokkan probe merah ke basis lalu colokkan probe hitam ke kolektor, jarum harus diam/ tidak bergerak, jika bergerak berarti transistor rusak. 4. Kemudian colokkan probe hitam dipindah ke emitor, jarum tetap diam/tidak bergerak, jika jarum bergerak maka transistor rusak. Transistor jenis PNP : Gambar Mengukur Transistor Jenis PNP Transistor PNP biasanya pakai kode A atau B, seperti contoh di atas : Mengukur transistor langkahnya sama saja, baik NPN maupun PNP. Hanya colokkan multimeternya yang dipindah posisi. Langkah 1 1. Saklar posisi ohm meter, terserah anda pada posisi skala berapa. 2. Colokkan probe merah ke basis dan colokkan probe hitam ke kolektor, jarum harus bergerak, tapi tidak sampai nol. 3. Kemudian colokkan probe hitam dipindah ke emitor, jarum harus bergerak juga, tapi tidak sampai nol. Berarti transistor baik. 4. Jika jarum bergerak sampai nol semua, berarti transistor rusak (short). 4|Page Gambar Mengukur Transistor Jenis PNP Langkah 2 1. Posisi saklar tetap pada posisi ohm meter. 2. Langkah kedua hanya kebalikannya yaitu colokkan probe merah dan probe hitam ditukar posisi saja. 3. Colokkan probe merah ke basis lalu colokkan probe hitam ke kolektor, jarum harus diam/ tidak bergerak, jika bergerak berarti transistor rusak. 4. Kemudian colokkan probe hitam dipindah ke emitor, jarum tetap diam/ tidak bergerak, jika bergerak maka transistor rusak. B. Kondensator/ Kapasitor Kondensator berfungsi : 1. Menyimpan muatan listrik 2. Meratakan ripple tegangan 3. Sebagai penghubung (kopel) 4. Sebagai filter Kondensator dibedakan menjadi beberapa macam diantaranya : 1. Kondensator keramik 2. Kondensator milar 3. Kondensator elektrolit (Elko) 4. Kondensator kertas 5. Kondensator polyester 6. Kondensator mika 7. Kondensator variabel 8. Kondensator trimer 5|Page Menurut jenisnya dibedakan menjadi 2 yaitu : 1. Kondensator polaritas : Maksudnya adalah kakinya ada positif (+) dan negatif (-). Jadi pemasangannya tidak boleh terbalik. Kondensator polaritas hanya ada kondensator elektrolit (Elko) saja. Kondensator elko menurut bahannya ada 2: a. Kondensator Elektrolit Aluminium (banyak dijumpai dipasaran). b. Kondensator Elektrolit Tantalum (yang bagus). 2. Kondensator non polaritas Maksudnya adalah kondensator ini kakinya tidak ada polaritasnya. Pemasangannya boleh bolak balik. Kondensator non polaritas terdiri dari semua macam kondensator kecuali elko. Simbol Kondensator Polaritas Simbol Kondensator Non Polaritas Kondensator dihitung dalam satuan Farad berasal dari penemunya yang bernama Michael Faraday. Berikut ini satuan-satuannya : 1 Farad = 1.000.000 mikro farad (uf) 1 Mikro Farad = 1000 nano farad (nf) 1 Nano Farad = 1000 pico farad (pf) 1 Pico Farad = 0,000001 mikro farad Contoh Macam-Macam Kondensator Gambar Kondensator Elektrolit (Elco) 6|Page Gambar Kondensator Milar (Non Polar) Gambar Variabel Kondensator (Varco) Gambar Kondensator Trimer Gambar Kondensator Kramik (Non Polar) 7|Page Cara Mengukur Kondensator Elco Menggunakan Multimeter : Alat untuk mengukur kondensator sebenarnya sudah ada sendiri namanya yaitu ESR Meter. ESR singkatan dari Equivalent Serie Resistance. Namun harga alat tersebut sangat mahal dan jarang sekali di toko, sehingga kita sulit mencari alat tersebut. Bila kita membuat sendiri ESR, komponen IC_nya juga sulit di pasaran. Oleh karena itu kita gunakan alat yang sederhana saja dan mudah dicari yaitu multimeter. Gambar Mengukur Kondensator Elco Gambar Mengukur Kondensator Elco Cara mengukur kondensator elko dengan multimeter tidaklah sulit, semua orang pasti bisa. Karena kakinya hanya 2, cara mengukurnya pun bolak balik sama saja, lihatlah contoh gambar di atas. 1. Saklar pada posisi ohm meter, skala berapa saja tidak masalah, tapi kalau saya menyesuaikan nilainya elko. Agar mudah dalam mengukurnya. 2. Pada contoh di atas ada 2 gambar, sesuka anda ingin memulai mengukur dari kaki negatif (-) dahulu atau positif (+) dahulu sama saja. Kalau saya biasa mulai dari kaki negatif (-). 8|Page 3. Hubungkan colokkan probe hitam di kaki negatif (-) dan colokkan probe merah di kaki positif (+), jarum harus bergerak dan kembali ke posisi nol, seperti contoh di atas. 4. Kemudian dibalik, colokkan probe merah ke kaki positif (+) dan colokkan probe hitam ke kaki negatif (-), jarum juga harus bergerak dan kembali lagi ke posisi nol. 5. Jika pengukuran ke dua gambar di atas jarum bergerak tapi tidak kembali ke posisi nol maka kondensator elko sudah konslet/ rusak, tapi jika jarum tidak bergerak sama sekali berarti kondensator putus. Mengukur kondensator elko, kadang tidak bisa jadi patokan. Bila diukur bagus tetapi kadang tidak bisa dipakai, karena kwalitas komponen yang kurang bagus. Oleh karena itu jika anda membeli komponen elko ini harus memilih yang kwalitas bagus. Selain dengan cara mengukur, untuk mengetahui elko rusak atau tidak, secara fisik dilihat sudah kelihatan. Bila fisiknya kurang bagus, misalnya menggembung atau kakinya sudah berkarat maka tidak perlu dipakai, gantilah yang baru. Di mesin TV banyak dijumpai kondensator elko yang fisiknya sudah tidak bagus, biasaya menggembung maka langsung ganti saja tidak perlu diukur. Bila diukur bagus, tapi dipakai sudah tidak bagus. Di rangkaian mesin TV lama, biasanya banyak elko yang kakinya sudah berkarat atau berjamur, maka langsung ganti saja tak perlu diukur. Seperti itulah cara mengukur kondensator elko dan cara mengetahui elko masih bagus atau tidak. Cara Mengukur Kondensator Keramik dan Milar : Gambar Mengukur Kondensator Keramik 9|Page Gambar Mengukur Kondensator Keramik Mengukur kondensator keramik atau milar lebih mudah. Karena tidak ada polaritas positif atau negatif. Jadi bolak baik sama saja. Cara mengukur kondensator milar/ keramik, pergerakan jarum tidak sama, maksudnya tergantung besar kecilnya nilai. Semakin besar nilainya maka jarum bergerak semakin banyak. Contoh: 104 dengan 103 maka jarum bergerak lebih banyak 104. Seperti contoh pada gambar di atas. 1. Saklar multimeter posisi ohm meter di skala tinggi, gunakan X10K (10 kilo ohm). Jika multimeter anda ada X100K lebih bagus, karena lebih peka. 2. Hubungkan kedua colokkan probe multimeter ke masing-masing kaki, pemasangan sama saja. Jarum harus bergerak dan kembali lagi ke posisi nol, maka kondensator bagus. 3. Kemudian colokkan probe multimeter dibalik/ tukaran posisi, maka jarum harus bergerak juga dan kembali ke posisi nol lagi, berarti kondensator bagus. 4. Jika jarum tidak kembali ke posisi nol, berarti kondensator konslet atau jika jarum tidak bergerak sama sekali berarti kondensator putus. Mengukur kondensator jangan sampai salah, anda perhatikan nilainya. Jika nilai hanya kecil misalnya 102, bila anda ukur dengan skala 10K, maka pergerakan jarum sangat sedikit sekali bahkan hampir tidak terlihat jika tidak anda cermati betul. 5. Oleh karena itu bila mengukur kondensator milar/ keramik yang nilainya kecil gunakan skala 100K. Jika multimeter anda tidak ada X100K ya pakai 10K saja tidak apa-apa, tetapi harus dicermati betul karena jarum bergerak sedikit sekali. Begitulah cara mengukur kondensator milar atau keramik atau kondensator lain selain elko. 10 | P a g e Cara Membaca Nilai Kondensator Milar dan Keramik : Membaca kondensator milar dan keramik mirip dengan menghitung resistor. Angka dibelakang menunjukkan perkaliannya. Di atas sudah saya jelaskan rumus dan satuannya. Contoh : 104 ( 100 nf ) artinya 10 X 10.000 = 100.000 pico farad 103 ( 10 nf ) artinya 10 X 1000 = 10.000 pico farad 102 ( 1 nf ) artinya 10 X 100 = 1000 pico farad 101 ( 100 pf ) artinya 10 X 10 = 100 pico farad Dan seterusnya seperti itu. Tabel untuk membaca kondensator milar dan keramik : ANGKA KE 1 ANGKA KE 2 0 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 8 8 9 9 PERKALIAN X1 X 10 X 100 X 1000 X 10 000 X 100 000 X 1000 000 X 10 000 000 X 100 000 000 X 1000 000 000 Tabel kode huruf tegangan pada kapasitor milar dan keramik : KODE HURUF ANGKA A 1 D 2 E 3 G 4 H 5 Tabel kode huruf toleransi : KODE HURUF F G J K M 11 | P a g e TOLERANSI 1% 2% 5% 10% 20% Gambar Kondensator Milar Lihat contoh kondensator milar di atas kodenya 2A104J, maksudnya bagaimana kode di belakang angka tersebut? Berikut ini penjelasannya : 2A maksudnya adalah simbol tegangan. Lalu berapa nilainya? Lihat tabel di atas, cara membacanya dibalik yaitu A2. A =1 2 = 00 Jadi tegangannya 100V. Kemudian kode huruf J adalah toleransi yaitu 5%. Jadi kapasitor 2A104J = 100 nf ( nano farad ), toleransi 5% dan tegangan maksimal 100V. Contoh lagi : Ada kapasitor milar kodenya : 2H224K Cara membaca : 2H dibaca H2 H =5 2 = 00 224 = 220 nf K = 10% Jadi 2H224K = 220 nf Toleransi 10%, tegangan 500V. C. Resistor Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk menahan arus listrik, jadi fungsi resistor adalah sebagai tahanan/ hambatan. 12 | P a g e Resistor merupakan komponen pasif, cara pemasangannya bolak-balik sama saja. Ada banyak jenis resistor seperti : resistor variable, resistor keramik, resistor kertas, dan lain-lain. Simbol Resistor Gambar Resistor Gambar Resistor Gambar Trimpot 13 | P a g e Tabel warna resistor Cara membaca nilai resistor biasa (4 gelang) : Gambar Resistor Biasa Lihatlah contoh resistor di atas, warnanya terdiri dari Merah, Merah, Merah, Emas. Cara membacanya dari kiri ke kanan, jadi warna emas adalah gelang ke empat. Lalu 14 | P a g e berapakah nilainya resistor tersebut, bagi anda yang masih belajar sambil melihat tabel, berikut ini penjelasannya : Warna ke 1 Merah =2 Warna ke 2 Merah =2 Warna ke 3 Merah = Dikalikan 100 Warna ke 4 Emas = Toleransi 5 % Nilainya 22 X 100 = 2200 ohm atau sama dengan 2K2 ohm. Contoh lagi : Ada sebuah resistor warna Coklat, Hitam, Merah, Emas. Berapa nilainya? Jawab : Warna 1 Coklat =1 Warna 2 Hitam =0 Warna 3 Merah = Dikalikan 100 Warna 4 Emas = 5% ( Toleransi ) Jadi nilainya 10 x 100 = 1000 ohm sama dengan 1 K Lalu toleransinya 5% x 1000 = 50 ohm. Nilai toleransi 950 ohm - 1050 ohm. Apakah anda sudah paham yang dimaksud dengan nilai toleransi? Jika masih bingung saya jelaskan lagi berikut ini : Yang dimaksud toleransi adalah nilai antara, pada contoh di atas ada resistor 1K atau sama dengan 1000 ohm dan toleransi 5% = 50 ohm. Jadi yang dimaksud toleransi atau nilai antara yaitu : 1000 - 50 = 950 1000 + 50 = 1050 Jadi jika anda mengukur resistor 1K tapi terbaca 950 ohm atau 1050 ohm, itu artinya normal. Tidak harus tepat 1K. Seperti inilah yang dimaksud toleransi. Oleh karena itu jika anda mengukur resistor lihatlah toleransinya, maka anda bisa memperkira nilai normalnya. Contoh lagi cara membaca Resistor Biasa : Ada sebuah resistor dengan warna : Coklat, Hitam, Emas, Emas. Berapa nilainya? Warna 1 Coklat =1 Warna 2 Hitam =0 Warna 3 Emas = Dikalikan 0,1 ( Lihat Tabel ) Warna 4 Emas = 5% Jadi nilainya 10 X 0,1 = 1 ohm. Ada Resistor dengan warna : Coklat, Hitam, Perak, Emas. Berapa nilainya? Warna 1 Coklat =1 Warna 2 Hitam =0 Warna 3 Perak = Dikalikan 0,01 ( Lihat Tabel Bila ) Warna 4 Emas = 5% Jadi nilainya 10 X 0,01 = 0,1 ohm 15 | P a g e Perhatian : Ingat pelajaran matematika mulai dari SD dan SMP.. Untuk lebih mudah mengingatnya kalau dikalikan 0,1 maka angka paling belakang, komanya maju satu langkah dari angka belakang. Seperti contoh di atas 10 x 0,1 = 1 contoh lagi : 470 x 0,1 = 47 Apabila dikalikan 0,01 maka angka paling belakang, komanya maju dua langkah dari angka belakang. Contoh di atas 10 x 0,01 = 0,1 Contoh lagi : 470 x 0,01 = 4,7 Bisa anda buktikan dengan kalkulator. Cara membaca nilai resistor metal (5 gelang) : Cara membaca resistor metal sebenarnya sama dengan resistor biasa. Hanya cincin warnanya tambah satu. Resistor Biasa : Resistor biasa ada 4 warna saja yaitu 2 warna untuk membaca angkanya, lalu warna ke 3 adalah untuk perkalian dan warna ke empat untuk toleransinya. Nilai toleransi biasanya 5%, yaitu warna emas. Resistor Metal: Resistor metal ini ada 5 warna. Terkadang membuat orang jadi bingung membaca resistor metal. Sebenarnya sama caranya, hanya warnanya tambah satu yaitu 3 warna untuk membaca angka, lalu warna ke 4 untuk perkaliannya dan warna ke 5 adalah toleransinya. Nilai toleransinya 1% dan 2%. Kalau dilambangkan dengan warna : Coklat = 1% Merah = 2 % Jadi warna ke 5 atau terakhir biasanya coklat atau merah sebagai toleransi. Maka nilainya bisa mendekati lebih tepat atau bahkan tepat nilainya. Oleh karena itu kalau ada resistor metal, warna ke lima (terakhir) coklat berarti toleransi 1%. Jika warna ke lima merah berarti toleransi 2%. Contoh, nilai 1K = 1000 ohm, toleransi 1%. 1% (persen) dari 1000 = 10. Jadi nilainya antara 990 ohm - 1010 ohm. Maka resistor metal ini nilainya mendekati 1000 ohm (1K), hampir tepat. Oleh karena itu resistor metal ini lebih bagus. Biasanya digunakan untuk rangkaian tertentu saja, sepeti rangkaian tonecontrol dan power ampli. 16 | P a g e Contoh Gambar Resistor Metal Nilainya adalah 100 ohm. Cara membacanya dari kiri ke kanan. Warna ke 1 Coklat =1 Warna ke 2 Hitam =0 Warna ke 3 Hitam =0 Warna ke 4 Hitam = X1 ( maksudnya dikalikan 1 ) Warna ke 5 Coklat = 1% (Toleransi) Jadi 100 x 1 = 100 ohm. Contoh lagi Gambar Resistor Metal Resistor Metal 47 ohm Anda lihat resistor metal di atas. Berapakah nilainya? 17 | P a g e Warna ke 1 = Kuning Warna ke 2 = Ungu Warna ke 3 = Hitam Warna ke 4 = Emas ( Dikalikan 0,1 ) Warna ke 5 = Coklat ( Toleransi 1% ) Resistor di atas warna ke empatnya adalah emas. Apakah anda bingung? Lanjutkan membacanya. Jika warna ke empat emas maka dikalikan 0,1. Jika warna ke empat perak maka dikalikan 0,01. Jika warna ke empat hitam maka dikalikan 1. Jika warna ke empat coklat maka dikalikan 10. Jika warna ke empat merah maka dikalikan 100. Dan seterusnya. Lihat saja tabelnya. Perhatikan contoh di atas tadi : Warna ke 1 Kuning = 4 Warna ke 2 Ungu =7 Warna ke 3 Hitam =0 Warna ke 4 Emas = Dikalikan 0,1 Warna ke 5 Coklat = 1% ( Toleransi ) Jadi nilainya 470 X O,1 = 47 ohm. Di atas tadi sudah saya jelaskan kalau dikalikan 0,1 maka angka paling belakang, komanya maju satu. Apabila dikalikan 0,01 maka angka paling belakang, komanya maju dua angka. Bisa dibuktikan dengan kalkulator. Dari contoh-contoh resistor metal di atas bisa anda ukur sendiri dengan multimeter. Jika multimeter anda manual/ analog, maka jarumnya posisi nol harus tepat, bila geser sedikit saja sudah berbeda nilainya maka dari itu multimeter harus dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Untuk lebih tepat jika mengukur nilai resistor yang sangat kecil pakai koma, lebih baik gunakan multimeter digital agar nilainya bisa dibaca dengan tepat. Seperti itulah cara membaca resistor metal, anda tak perlu bingung lagi. Jadi kesimpulannya cara membaca resistor biasa dengan resistor metal tidak jauh beda. D. Diode Dioda adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk menyearahkan tegangan AC menjadi DC. Dioda merupakan komponen aktiv yang memiliki polaritas anoda dan katoda. Anoda adalah kutup positif dan Katoda adalah kutup negatif. Jadi pemasangannya tidak boleh terbalik. Bahan pembuat diode adalah Silicon atau Germanium yang telah didoping dengan bahan lain sehingga menjadi semikonduktor, dimana dioda juga termasuk 18 | P a g e komponen- komponen yang terdiri dari 2 bahan elektroda yaitu anoda untuk bahan positif dan katoda untuk bahan negatif. Dalam operasinya, dioda akan bekerja hanya diberikan tegangan bolak balik (AC) dan berfungsi sebagai penyearah. Selain daripada itu sifat dioda hanya dapat mengalirkan tegangan hanya dalam satu arah saja, yaitu untuk anoda diberikan tegangan positif (+) dan kutub katodanya dari sumber negatif (-). Kemudian apabila kutub anoda diberi tegangan negatif (-) dan kutub katodanya positif (+) maka dioda akan bersifat menyumbat atau menahan tegangan listrik. Simbol Diode Gambar Diode Pada diode terdapat sifat bias maju (close circuit) dan bias mundur (opencircuit). Gambar bias maju 19 | P a g e Gambar bias mundur Macam-Macam Dioda Dioda ada bermacam macam diantaranya : 1. Dioda biasa 2. Dioda khusus Dioda biasa maksudnya dioda yang hanya digunakan untuk menyearahkan tegangan dan pembatas tegangan saja, tidak ada fungsi yang lain. Cara pengukurannya pun sangat mudah dan sederhana. Yang termasuk dioda biasa adalah : 1. Dioda Silikon 2. Dioda Germanium 3. Dioda Rectifier 4. Dioda Selenium 5. Dioda Kuprok / Bridg Dioda khusus maksudnya dioda yang fungsinya tidak hanya sebagai penyearah tegangan saja atau pembatas tegangan saja, tetapi fungsinya bervariasi tergantung keperluannya, misalnya untuk sensor, pembatas tegangan/ stabiliser, saklar otomatis dan lain sebagainya. Cara pengukurannya pun berbeda dengan dioda biasa. Dioda yang khusus ini pengukurannya berbeda-beda tergantung macamnya dan agak sulit mengukurnya. Yang termasuk dioda khusus diantaranya : 1. Dioda Zener 2. DIAC 3. TRIAC 4. LED 5. SCR 6. Dioda Photosel Cara mengukur dioda : Gambar Mengukur Dioda Langkah 1 20 | P a g e Gambar Mengukur Dioda Langkah 2 Cara mengukur dioda biasa, sangatlah mudah karena kakinya hanya dua yaitu anoda dan katoda. Cara mengukurnya hanya ditukar saja colokkan probe merah dan hitam. Caranya : Saklar multimeter pada posisi ohm meter, bebas skala mana saja. Kemudian hubungkan colokkan probe merah ke kaki katoda dan colokkan probe hitam ke kaki anoda. Maka jarum bergerak. Seperti gambar. Berarti dioda bagus. Lalu colokkan probe tester dibalik, colokkan probe merah ke anoda dan colokkan probe hitam ke katoda. Maka jarum diam/ tidak bergerak sama sekali. Berarti dioda bagus. Apabila langkah 1 dan 2 jarum bergerak semua sampai nol berarti dioda konslet. Kemudian kalau pengukuran langkah 1 jarum tidak bergerak sama sekali, berarti dioda putus. Yang Termasuk Dioda Biasa : a. Dioda Silikon Dioda ini berfungsi sebagai penyearah dan banyak dipakai dalam rangkaian power supply/ regulator. Dioda ini ada tanda berupa gelang/ cincin hitam / putih dengan maksud sebagai tanda kutub katoda. Untuk jenis dioda yang dipakai pada power supply yang berdaya besar, biasanya harus dilengkapi dengan pendingin yang dibuat dari bahan logam aluminium. Aluminium pendingin ini berfungsi untuk menyerap panas dan membuang panas dari dioda. 21 | P a g e Gambar dioda silikon b. Dioda Germanium Dioda jenis ini dapat dipakai sebagai detektor di dalam rangkaian pesawat penerima radio. Bentuknya kecil mirip resistor dan diberi tanda gelang pada badannya yang menunjukkan tanda kutub katoda. Gambar Dioda Germanium c. Dioda Rectifier Dioda rectifier adalah suatu jenis dioda yang mampu dipergunakan pada arus dan tegangan yang cukup tinggi, bentuknya mirip baut dan dipasang langsung pada keeping pendingin. Dioda rectifier dirancang dengan konstruksi sedemikian rupa. Bagian anodanya terbungkus dengan logam dan bagian katodanya dibuat mirip dengan baut. Sekaligus dilengkapi dengan mur yang dapat dipasang pada plat pendingin. 22 | P a g e Gambar Dioda Rectifier Gambar Dioda Rectifier d. Dioda Selenium Disebut dioda selenium karena banyak terbuat dari selenium. Dioda ini memiliki kehandalan yang tinggi dan mampu dialiri tegangan arus listrik yang cukup tinggi. Biasanya dipergunakan sebagai perata dalam rangkaian power supply. Dioda selenium dirancang memiliki 4 kaki : 2 kaki diantaranya merupakan bagian inputnya tegangan arus AC dan 2 kaki lainnya sebagai output yang diberi tanda (+) dan (-) yang menghasilkan arus DC. 23 | P a g e Gambar Dioda Selenium e. Dioda Kuprok / Bridg Dioda kuprok dilengkapi dengan keeping-keping pendingin yang dibuat menjadi satu dengan dioda, fungsinya untuk menyerap panas yang dihasilkan dari dioda tersebut yang selanjutnya panas tersebut dialirkan menuju pendingin. Contoh dioda kuprok biasanya di jumpai pada sepeda motor. Gambar Dioda Kuprok Gambar Dioda Kuprok 24 | P a g e Cara Mengukur Dioda Bridg / Kuprok : Gambar Mengukur Dioda Langkah 1 Gambar Mengukur Dioda Langkah 2 Mengukur dioda bridg atau kuprok caranya sama saja, karena masih tergolong dioda biasa. Dioda tersebut sebenarnya ada 4 dioda di dalamnya tetapi sudah dirangkai oleh pabrik lalu dikemas atau dicetak dalam satu bentuk. Jika anda bingung maka anda bayangkan saja 4 dioda yang dirangkai, seperti itulah dioda bridg. Jadi tidak ada bedanya jika diganti dengan 4 dioda yang dirangkai sendiri. Yang penting besarnya arus menyesuaikan. Seperti ini rangkaian 4 dioda. Kalau sudah dirangkai maka cara mengukurnya sama dengan dioda bridg. Jadi tidak perlu bingung. 25 | P a g e Gambar Rangkaian Dioda Bridg Langkah 1 Langkahnya: 1. Multimeter di posisi skala ohm, berapa saja bisa. Kalau saya sering menggunakan dengan skala X100 atau 1K. 2. Colokkan probe warna merah (+), dihubungkan ke positif dioda. Lalu colokkan probe warna hitam (-) dihubungkan ke kaki AC dioda (2 kaki di tengah) secara bergantian. Maka jarum harus bergerak, tetapi tidak sampai nol. Jika sampai nol berarti dioda rusak/ konslet. Jika tidak bergerak sama sekali berarti dioda putus. 3. Colokkan probe multimeter ditukar posisi, colokkan probe hitam (-) ke positif dan colokkan probe merah (+) dihubungkan ke kaki AC, dua-duanya secara bergantian. Jarum tidak boleh bergerak (diam). Jika bergerak walau sedikit berarti dioda rusak. Langkah 2 Langkahnya : 1. Posisi multimeter tatap pada posisi ohm X10 / X100 /1K, terserah anda. 2. Colokkan probe hitam (-) dihubungkan ke kaki Negatif (-) dioda, lalu colokkan probe merah (+) dihubungkan ke kaki AC, dua-duanya secara bergantian. Maka jarum harus bergerak, tetapi tidak sampai nol. Berarti dioda bagus. Jika bergerak sampai nol maka dioda rusak (short). Jika tidak bergerak sama sekali berarti dioda rusak (putus). 3. Colok multimeter ditukar posisi, colokkan probe merah (+) ke kaki negatif dioda, lalu colokkan probe hitam (-) dihubungkan ke kaki AC dua-duanya secara bergantian, maka jarum tidak boleh bergerak. Jika bergerak berarti dioda rusak. Demikian cara mengukur dioda bridg atau kuprok sama saja. 26 | P a g e Yang Termasuk Dioda Khusus : a. Dioda Zener Berfungsi sebagai pembatas tegangan. Biasanya ada nomor tipe dan batas tegangan pada body diodanya. Dalam operasinya dioda ini dipergunakan sebagai stabilizer dalam rangkaian catu daya. Gambar Dioda Zener b. Dioda Led Dioda ini memiliki 2 buah kaki berbentuk panjang dan pendek untuk membedakan kutub anoda (pendek) dan katoda (panjang). Dioda LED pada umumnya dipergunakan sebagai pengganti pilot lampu. Dioda LED sebagai bahan dasar yang terbuat dari silicon. Gambar LED c. Dioda Photosel Prinsip kerjanya yaitu apabila terkena cahaya tahanannya akan berubah. Artinya, dioda ini berdasarkan intensitas cahaya yaitu nilai tahanannya akan berubah apabila terkena cahaya dan besarnya perubahan kapasitas sangat bergantung dari intensitas cahaya yang mengenai permukaan photosel tersebut. 27 | P a g e Pada umunya, photosel ini dipergunakan dalam rangkaian-rangkaian modern yang biasanya dipergunakan sebagai sensor seperti rangkaian alarm. d. Dioda Thyristor Thyristor banyak macamnya diantaranya terdiri dari SCR, TRIAC, DIAC. Thyristor dibuat dari bahan semi konduktor silikon. Thyristor lebih banyak digunakan sebagai saklar (switch) secara otomatis untuk membatasi arus dan tegangan. Thyristor bekerja ibarat seperti pintu, bila pintu dibuka maka komponen akan bekerja. Sebagai pintunya adalah Gate. Mungkin masih banyak lagi jenis-jenis dioda yang khusus, namun yang banyak dikenal di pasaran umum diantaranya itu. 28 | P a g e SCR singkatan dari Silikon Control Rectifier. SCR adalah dioda yang berfungsi sebagai pengendali (pengontrol). SCR bekerja dapat dilewati dalam satu arah saja, yaitu dari anoda ke katoda dengan membuka pintu Gate dahulu. SCR mempunyai 3 elektroda yaitu Anoda, Katoda dan Gate. Sebagai pengendalinya adalah Gate. Isi dari SCR PNPN (Positif Negatif Positif Negatif). TRIAC atau Triode for Alternating Current (Trioda untuk arus bolak-balik) adalah sebuah komponen elektronik yang mirip dengan SCR namun cara kerjanya dapat melewatkan arus dari dua arah bolak balik. TRIAC sebenarnya seperti dua buah SCR yang disambung jadi satu secara paralel dan Gate_nya juga jadi satu. Oleh karena itu TRIAC ini dapat bekerja dilewati arus dari dua arah. DIAC adalah sebuah komponen yang mirip dengan TRIAC yang dapat dilewati dua arus, dari anoda ke katoda atau dari katoda ke anoda. Namun DIAC ini tidak mudah untuk dilewati arus begitu saja, hanya dengan tegangan tertentu barulah DIAC dapat menghantarkan arus. Struktur DIAC memang dibuat seperti ini. DIAC memiliki dua elektroda yaitu Anoda dan Katoda. E. Transformator (TRAFO) Transformator/ trafo adalah sebuah lilitan yang berfungsi untuk menurunkan atau menaikkan tegangan AC. Berdasarkan fungsinya trafo ada 2 jenis : 1. Trafo step up Adalah trafo yang berfungsi untuk menaikkan tegangan. 2. Trafo step down Adalah trafo yang berfungsi untuk menurunkan tegangan. Simbol Trafo Cara mengukur trafo : Mengukur trafo bagian primer Gambar Mengukur Bagian Primer Mengukur trafo sangat mudah sekali, karena sama dengan mengukur kawat nyambung atau tidak. Jadi colokkan probe multimeter dibolak balik pun sama saja tidak berpengaruh pada pengukuran. 29 | P a g e Caranya : 1. Switch multimeter pada posisi ohm meter, bebas mau posisi berapa saja. 2. Colokkan probe multimeter posisinya dibolak balik sama saja, di atas sudah dijelaskan, tapi bagi saya terbiasa untuk colokkan probe hitam (-) pada posisi nol, lalu yang merah di 110V dan 220V. 3. Jika posisi 110V dan 220V keduanya jarum bergerak, berarti bagian primer bagus. Apabila tidak bergerak maka bagian primer ini putus/ tidak nyambung. Mengukur trafo bagian sekunder : Gambar Mengukur Bagian Sekunder Cara mengukur bagian sekunder juga sama dengan mengukur primer. Tadi sudah dijelaskan bahwa mengukur trafo hanyalah sama saja dengan mengukur kawat nyambung atau tidak. Cara mengukur bagian sekunder : 1. Switch multimeter tetap pada posisi ohm meter. 2. Colokkan probe hitam (-) pada posisi nol, lalu yang merah (+) dipindahpindah mulai dari angka 4,5 sampai 12. Jarum semua bergerak maka trafo bagian sekunder bagus. 3. Jika salah satu ada yang tidak bergerak berarti putus. 30 | P a g e Cara Mengukur Trafo Bagian Sekunder Menggunakan CT : Gambar Mengukur Bagian Sekunder Yang Memakai CT Caranya sama saja, baik pakai CT maupun tidak : Caranya : 1. Switch multimeter tetap pada posisi ohm meter. 2. Colokkan probe hitam (-) di posisi CT, sebenarnya dibalik sama saja yang merah di posisi CT tidak apa-apa, tapi untuk saya sudah saya biasakan seperti itu. 3. colokkan probe merah (+) di posisi angka-angka selain CT, secara bergantian. Yaitu angka 6 lalu dipindah ke angka 6 yang satunya, jarum harus bergerak. Begitu seterusnya jarum harus bergerak semua, jika ada yang tidak bergerak berarti kawat putus. Seperti itulah cara mengukur trafo, sangat mudah sekali. Cara mengetahui trafo konslet dengan body : Gambar Cara Mengetahui Trafo Konslet Atau Tidak 31 | P a g e Caranya : 1. Colokkan probe hitam dihubungkan ke tep salah satu bagian primer, bisa nolnya atau 110 nya atau 220 nya, atau ketiganya lebih baik. 2. Colokkan probe merah ditempelkan ke body trafo/ current trafonya, jarum seharusnya tidak bergerak, bila bergerak berarti bagian primer konslet dengan bodynya. Jika dipakai maka berbahaya. 3. Kemudian colokkan probe merah dipindah ke salah satu tep bagian sekunder, seharusnya jarum tidak bergerak. Jika bergerak berarti kawat primer dengan sekunder konslet. Kalau dipakai maka sangat berbahaya. Seperti inilah cara mengetahui trafo konslet atau tidak. Trafo yang baik adalah kawat primer tidak konslet dengan body dan kawat sekunder. Jika gulungan kawat primer sudah short dengan currennya atau short dengan gulungan kawat sekunder, maka trafo berbahaya dipakai. Misalnya kawat primer konslet dengan curren, kemungkinan trafo masih bisa dipakai karena output sekundernya masih bisa keluar tegangan. Tetapi sangat berbahaya, karena currennya ada tegangan listrik 220 langsung. Otomatis box nya juga ada setrumnya. Oleh karena itu jika anda beli trafo ukurlah dengan cermat. Kenapa trafo bisa konslet? Mungkin anda bertanya seperti itu. Karena gulungan kawat di dalamnya ada yang lecet, mungkin primernya atau sekundernya. Bisa disebabkan oleh faktor usia trafo yang sudah dipakai bertahun tahun sehingga penyekatnya sudah leleh karena panas. Kalau trafo masih baru tetapi kok konslet? Bisa saja, kemungkinan disaat membuatnya, kawatnya terkena goresan sehingga menyebabkan kawat jadi lecet dan menjadi konslet. Atau penyekatnya yang kurang bagus, bisa menyebabkan konslet. Proses Pembuatan Trafo Dalam pembuatan trafo, semua kawat baik primer maupun sekunder dan currennya sudah ada lapisannya. Anda tau kan yang namanya curren. Curren adalah besi yang dibuat seperti huruf E yang berfungsi untuk induksi. Anda paham tidak cara kerja trafo? Kawat primer dengan sekunder tidak berhubungan langsung, tetapi terpisah. Mungkin bagi pemula agak bingung, kenapa bisa keluar tegangan. Dan keluarannya bisa dibuat sesuai keperluannya. Trafo bekerja karena induksi magnetik. Jika anda bongkar trafo maka pada trafo ada besi yang seperti huruf E yang dipasang saling berhadapan sehingga di tengah ada lubang/ ruang tempat gulungan kawat. Kawat tersebut dililitkan pada curren tersebut tetapi dilapisi kertas atau solasi yang tahan panas. Setelah selesai kemudian ditutup lagi pakai isolasi tahan panas. 32 | P a g e Lalu yang sekunder dililitkan juga di situ (ditumpuk di atasnya), lalu keluarannya disesuaikan kebutuhan, jumlah lilitan dihitung. Jika ingin tegangan lebih besar maka lilitannya ditambah. Begitulah cara membuat trafo dan kerja trafo. Perhatikan gambar dibawah ini adalah contoh current : Gambar Current Tafo Bila diLepas Gambar di atas adalah contoh current trafo bila dilepas satu persatu. Current berbentuk seperti huruf E dan satu lempeng, lihatlah gambar. Cara membuat trafo adalah dua lempeng current yang berbentuk huruf E dipasang saling berhadapan dan satu lempeng tegak lurus saja seperti gambar di atas. Maka bila digabung menjadi kotak dan tengah ada dua lubang, lalu current yang panjang tegak lurus untuk menutup bawahnya, seperti gambar yang diberi tanda panah. Dalam jumlah banyak akan menjadi seperti bawah ini : Gambar Bentuk Current Setelah Dirakit 33 | P a g e Seperti gambar di atas adalah bentuk currren yang sudah dirakit dalam jumlah banyak, berbentuk kotak dan tengah ada 2 ruang. Lilitan primernya dililitkan ditengah curren tersebut, tetapi dilapisi dahulu kertas tahan panas pada currentnya. Seperti gambar dibawah ini : Gambar Lilitan Primer Gambar Kertas Tahan Panas Untuk Lapisan Lilitan Gambar Kawat Primer Dililitkan Di Kertas 34 | P a g e Cara membuat lilitan primer adalah kertas yang sudah disediakan lalu dililit kawat primer, setelah selesai kemudian ditutup lagi pakai kertas. Selanjutnya dimasukkan dalam current. Jadi sebelum current dirakit harus membuat lilitan primer dahulu.Kemudian current dimasukkan satu persatu dalam lilitan primer yang sudah jadi. Kalau sudah selesai kemudian current dibaut, selanjutnya lilitan sekunder dililitkan di atasnya gulungan primer secara rapi. Untuk membuat tegangan output yang diinginkan, ada rumus untuk menghitungnya. Besar kecilnya tembaga dan jumlah lilitan menentukan tegangan output. Seperti inilah gambaran cara membuat trafo. F. Sekilas Tentang Menggunakan Multimeter Analog Gambar multimeter analog Gambar 1 35 | P a g e Gambar 2 Multimeter adalah alat untuk mengukur tegangan, hambatan dan arus pada rangkaian elektronik. Pada contoh di atas adalah multimeter analog. Anda harus benar cara menggunakan multimeter analog. Baik cara membacanya maupun cara menggunakan alat tersebut. Karena jika salah maka bisa menyebabkan kerusakan alat. Apalagi cara membacanya salah, jadi kacau semua. Berikut ini saya jelaskan cara menggunakan multimeter analog dengan benar dan cara membacanya. Anda perhatikan gambar di atas, gambar 1 adalah angka penunjuk jarum untuk membaca hasilnya. Lalu gambar 2 adalah angka untuk menentukan posisi saklar multimeter. Hal ini sangat penting, karena sebelum anda melakukan pengukuran maka harus memilih posisi saklarnya dahulu. Anda akan mengukur apa, misalnya komponen. Komponen banyak sekali macamnya. Lalu mengukur tegangan, dan tegangan ada 2 macam yaitu tegangan arus AC dan tegangan arus DC. Untuk mengukur tegangan harus perhatikan betul posisi saklar multimeter. Karena orang yang baru belajar mengukur tegangan, sering lupa memindah posisi saklarnya sehingga multimeter terbakar. Misalnya anda akan mengukur tegangan 220Volt AC listrik rumah anda. Jangan sampai salah posisi saklarnya, ini sangat bahaya. Jika salah posisinya maka hancur alat multimeter anda. Berikut ini saya jelaskan cara menggunakan Multimeter: Pada posisi ohm yaitu yang ada tulisan X1, X10, X100, X1K, X10K. Maksudnya adalah kali 1, kali 10, kali 100, kali 1000 (1K), kali 10.000 (10K). Posisi ohm berfungsi untuk mengukur semua jenis komponen. Untuk mengetahui komponen masih bagus atau sudah rusak. Lalu angka-angka tersebut untuk apa? Angka tersebut berfungsi untuk mengukur khusus komponen resistor. Jika anda mengukur resistor harus posisi saklar yang tepat dan jarum harus posisi nol tepat, kalau tidak tepat maka membaca nilainya akan selisih banyak dengan aslinya. Maka dari itu multimeter perlu dikalibrasi terlebih dahulu sebelum digunakan. 36 | P a g e Caranya : Hubungkan kedua probe, lalu atur potensio, agar jarum tepat pada posisi nol. Kemudian barulah anda menggunakan. Hal ini wajib dilakukan khusus bila akan mengukur Resistor. Perhatikan contoh berikut ini : Gambar Jarum Disetting Tepat Posisi Nol Hubungkan kedua colokkan probe multi lalu putar potensio agar tepat posisi Nol. Contoh : Anda mengukur resistor yang nilainya 100 ohm. Langkah pertama, posisi saklar di angka X10 atau X100. Lalu setting jarum tepat pada posisi nol (kanan). Kemudian lakukan pengukuran. Jika di posisi X10 berarti jarum akan menunjukkan angka 10. Artinya 10 X 10 = 100. Jika posisi saklar di skala X100, maka jarum menunjukkan angka 1. Artinya 1 X 100 = 100. Sudah pahamkah anda? Jika belum saya jelaskan lagi. Lihat gambar 1 yaitu Angka yang paling atas dari kanan ada simbol ohm. Seperti gambar ini : Ω Simbol OHM 37 | P a g e Lalu angka 0_1_2_5_10_20_30_50_100_200_500_1K_2K adalah angka khusus untuk membaca resistor. Perhatikan gambar 2. Kemudian angka yang di bawahnya dari kanan ada simbol DCA dan dari kiri ada simbol DC ACV, maksudnya adalah angka untuk membaca tegangan arus DC dan tegangan arus AC. Lalu angka yang digunakan yang mana? Yaitu mulai dari 0_50_100_150_200_250_300. Angka yg dibawah juga dipakai. Yaitu sama dari 0_2_4_6_8_10_12. Bagaimana cara menggunakan dan membaca? Contoh : Anda akan mengukur tegangan 100Volt DC. Langkah pertama, posisikan saklar di DCV. Pilih angka di atas 100V, karena tegangan yang akan diukur 100V. Jadi jangan memilih posisi saklar di bawah 100V, multimeter bisa rusak. Pilihlah angka 120 atau 300. Misalnya anda memilih angka 300, maka caranya: Cara mengukurnya, letakkan colokkan probe merah (+) ke positif dan colokkan probe hitam ke negatif (-), jarum bergerak menunjuk angka 100. Bila anda memilih posisi saklar pada angka 120, maka angka yang digunakan untuk membaca yang bawah yaitu 0_2_4_6_8_10_12. Masing-masing angka dikali 10, menjadi 0_20_40_60_80_100_120. Maka jarum menunjukkan angka 10. Artinya, 10 dikalikan 10 sama dengan 100 volt DC. Begitu juga bila anda mengukur tegangan listrik AC 220 volt. Pindah dulu posisi saklar ke ACV ( angka warna merah ) ke posisi skala yang lebih tinggi dari 220 volt yaitu angka 300. Cara mengukurnya : Colokkan kedua colokkan probe mutitester ke listrik yang akan diukur, bolak balik sama saja karena tegangan AC. Angka yang digunakan untuk membaca sama dengan yang 300, maka jarum menunjukkan angka 200 lebih 4 strip. Kenapa lebih 4 strip? Angka 200 sampai 250 ada 10 strip, jadi setiap strip bernilai 5 volt. Jadi 200 lebih 4 setrip sama dengan 220 volt AC. Kemudian angka merah yang bawah lagi mulai dari 0,5_1_2_3_4_5_6. Ada simbol AC 6V. Digunakan untuk mengukur tegangan AC di bawah 6 volt. Sebab kalau menggunakan angka yang besar, membaca nilainya kurang tepat. Oleh karena itu jika anda mengukur tegangan AC di bawah 6 volt, gunakan skala AC 6V. Cara menggunakan mudah sekali, misal anda mengukur tegangan AC 3 volt maka saklar posisikan dulu di AC 6V lalu ukur tegangan. Jarum menunjuk angka 3. Begitu seterusnya. Sampai disini dulu pembahasan tentang dasar elektronika. Jika ada yang kurang benar saya mohon maaf. Mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi anda. Terima kasih. 38 | P a g e