2. DR. B. Kombaitan

advertisement
Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global
Diskusi
S e s i - II
Waktu
:
13.00 - 13.40 WIB
Penyaji
:
1. DR. Riadika Mastra
Penggunaan Citra Satelit untuk Memantau
Perubahan dan Kerusakan Kawasan Pantai
2. DR. B. Kombaitan
Tatanan Kota Pantai yang Sustainable
3. DR. Hideyuki Kobayashi
Locality of Indonesian Coastal Cities and
Approaches for
Quantitative Evaluation of Possible Impact of
Global Warming
Moderator
:
Drs. Zulkarnaen Aksa, MM
Notulis
:
-
Dra. Titi Utami ER
-
Purwito, Dipl. E. Eng
Pertanyaan:
1.Bapak Rusdi , PSDL – UNPAD
-
Kita harus mengambil sikap menghadapi geomorfologi karena keraguan akan menyebabkan
munculnya dua kemungkinan yaitu :

Pemanasan Global betul-betul terjadi

Pemanasan Global tidak ada , semuanya berjalan secara alami , kita ambil masalah
terbesar sehingga dapat dihindari dampak terbesar.
-
Ada kenaikan muka air laut antara 15 – 30 cm , pada tahun 2010 antara 30 – 65 cm dan pada
2100 mencapai 65 cm . diperlukan langlah untuk menghitung luas yang trekena dampak ,
harus dihitung akibat pemanasan global terhadap luas hutan atau kota yang terkena.
-
Ada kebijakan pengurangan penggunaan bahan bakar fosil tidak menolong , selama ada
dampak rumah kaca. Dengan adanya anggapan bahwa pemanasan global itu memang ada ,
perlu dipersiapkan perhitungan dan kemungkinan yang terjadi. Kebijakan Rencana Tata Ruang
harus diikuti karena ternyata banyak yang tidak diikuti sehingga dampak yang berkaitan
dengan pemanasan global semakin meningkat
Diskusi Sesi II
halaman - 351
Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global
-
Kerugian – kerugian akibat naiknya muka air laut harus dilihat tidak hanya dari aspek fisik
tetapi juga dari aspek sosial antara lain adanya kehilangan mata pencaharian yang dialami
oleh masyarakat pantai dan aspek lainnya.
Jawab :
DR.Riadika M : Cara menghitung kenaikan paras air laut berupa silmulasi , pernah dilakukan
dikota Semarang juga dengan cara membandingkan peta topografi regional dan tata kota.
DR.Boy Kombaitan : Masalah pelaksanaan model terbentur pada biaya yang besar. Mitigasi
perlu dilakukan dan penting dalam konteks intrakota ( pantai ) dikaitkan dengan aktifitas
pekotaan , kadar emisi , Co2 sehingga perlu dikaji untuk sampai pada studi kelayakan.
DR.Kobayashi : Setuju dengan penelitian dampak sosial , berdasarkan studi : di jepang ,
dampak kerugian bisa dihindari. Dampak pemanasan global akan terjadi dalam ratusan tahun
sehingga perlu dipelajari dilakukan studi untuk kawasan – kawasan Kota.
2.Pertanyaan
Prof. Sampurno : - merasa sangat senang dengan adanya penekanan untuk
menindak lanjuti Pemanasan Global. Apakah kita yakin dengan adanya pemanasan global ? ,
hal itu memang ada. Pada puncak Cartenz berdasarkan perbandingan data tahun 1980 dan
1990 terlihat adanya penyusutan salju demikian juga data dari New Zealand , bahwa di
Kalimanjaro telah terjadi penyusutan sehingga sudah saatnya melakukan , memonitor dampak
Pemanasan Global karena banyak perubahan yang terjadi. Metode Citra sangat menolong ,
perlu membandingkan satu titik dengan titik lain , terdapat kegiatan dan elevasi yang berbeda.
- Ada upaya / indikasi penanggulangan terhadap unsur bangunan , Semarang dianggap kota
penting untuk mempelajari perubahan global karena gejala termuda cukup siknifikan selain dari
kawasan Timur Indonesia. Semarang dapat dijadikan model dan mitigasi masalah pemanasan
global.
Jawab : DR.Riadika Mastra : Citra dan Teknologi lain. Peta base line dari Australia , Hawai ,
Jepang , Eropa dan Indonesia sudah memiliki titik nol di Cibinong , dapat memonitor gerakan
wilayah
dan dengan adanya kontak dengan negara lain dapat diketahui keadaan negara-
negara lain di dunia.
Tambahan dari Prof. Suriaatmadja : data di antartika ada kenaikan CO2 ( gambar / slide )
3.Pertanyaan Bapak Suryana , Direktorat Jendral Tata Ruang ……………: Adakah rumusan
tertentu untuk mengetahui persentase kerusakan yang akan timbul jika dilihat ada kawasan
non-budidaya , kawasan budidaya dan kita selalu melihat potensi yang non-budidaya menjadi
budidaya. Kita harus mempertimbangkan kawasan yang bertanda kuning dan merah.
Diskusi Sesi II
halaman - 352
Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global
Jawab DRBoy Kombaitan : Hal pertama yang dikaji untuk pembentukan Tata Ruang
menyangkut kawasan non budidaya ( unsur primer ) sehingga jika kawasan yang dikaji
mempunyai aktivitas yang banyak akan menjadi prioritas pertama , harus dilindungi mungkin
juga fungsi utama di kawasan berada diluar lingkungan utama. Perencanaan suatu kawasan
jangan sampai memberatkan masyarakat , jumlah biaya keseluruhan harus dibagi dalam
periode-periode dan Pemerintah Daerah harus tahu , tidak hanya membatasi berdasarkan
jangka waktu pemerintahannya.
Tambahan dari DRRiadika Mastra : ada Panitia Nasional Tata Ruang dengan anggota para
dirjen. Dilematika Nasional mengakomodasi tata Ruang Nasional dengan atlas tata ruang
berskala regional dapat dijadikan acuan Pemerintah Daerah. GIS dengan forum berbagai pihak
bisa merencanakan semua sektor sehingga tidak tumpang tindih.
DRKobayashi : sering dikatakan dalam International Conference , ada daerah yang kaya, ada
daerah yang miskin , dampak kenaikan muka air laut didaerah kaya akan berdampak terhadap
tingginya rupaih yang dikeluarkan karena bangunan mereka bagus tetapi karena mereka
mempunyai uang maka mereka dapat membuat tanggul untuk penahan banjir sedangkan
didaerah dengan penghasilan minim maka rupiah yang akan terkena sedikit karena kualita
bangunan rendah tetapi karena ada kenaikan muka air laut maka sering terjadi banjir sehingga
masyarakat rugi karena tidak bisa membendung / menahan banjir.
Ingin membuat satu global GIS tentang hutan mangrove
4. Pertanyaan Bapak Rusdi ,PSDL-UNPAD , penekanan pada mitigasi , dalam hal ini
kebijakan pemerintah harus mengantisipasi Pemanasan Global karena pembangunan kota
dikawasan pantai meningkat sehingga perlu diantisipasi dengan kebijakan tata ruang.
Perencanaan daerah terbangun dan tidak terbangun sehingga menjadi pendekatan sektoral ,
perlu diikuti pendekatan sistem , kebutuhan kota harus diidentifikasi.
Jawab DRBoy Kombaitan : melakukan antisipasi dengan produk , kita mengisi bagian wilayah
kota , tata ruang , ada perubahan –perubahan sedikit tetapi pada dasarnya / intinya sama
dengan jenjang , teknik partisipasi yang mana sebagai suatu asumsi. Yang penting adalah
masyarakat kawasan kota pantai berupaya dan kita melakukan studi dengan memperhatikan
tingkat adaptasi. Kawasan lindung dapat menjadi kawasan yang baik perlu diketahui
sejauhmana Pemerintah Daerah memiliki wewenang atas kawasan ini.
5. Pertanyaan Bapak Sadikin Rasad : Apakah ada teknologi yang diciptakan sejalan dengan
adanya peningkatan muka air laut karena adanya pemanasan global, seperti bangunan / rumah
diatas air
Jawab DRKobayashi : Rumah panggung diatas air ada di Jepang tetapi karena tanahnya
turun sebagai akibat air tanahnya diambil, sekarang ini belum ada diskusi untuk
mengembangkan tipologi perumahan diatas air
Diskusi Sesi II
halaman - 353
Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global
Tambahan Prof Sampurno : di jepang Aquapolish memecahkan masalah daratan yang sudah
penuh kemudian hidup diatas laut.
6.Pertanyaan Bapak Putut S : pendekatan dengan pemahaman bahwa manusia beradaptasi
dengan lingkungan, alam berubah maka manusia mengikuti , percepatan teknologi dalam 4 – 5
tahun bisa besar , pada tahun 2100 mungkin kita tidak tergantung dari naik turunnya air laut.
Perlu ada standard atau kesepakatan kenaikan air laut terhadap manusia
7.Prof.Sampurno : hambatan yang berjalan lambat menyebabkan manusia beradaptasi
sedangkan hambatan yang datang dengan cepat menyulitkan manusia untuk beradaptasi tetapi
di gurun atau di kutub budaya juga sulit bekembang. Karakter Pemanasan Global cepat atau
lambat dapat teratasi.
Jawab DRKobayashi : dampak sedikit demi sedikit dapat diatasi tetapi kemungkinan bencana
alam pasti datang dengan tidak terduga dan pasti ada korban, dampak pasang naik juga terjadi
secara tiba-tiba. Dalam International Conference di Kobe , laporan dari Asia Pasifik karena
banyaknya tanah datar , tidak ada gunung , kenaikan air yang tiba-tiba menyebabkan
hanyutnya rumah-rumah dan tidak tau harus pindah kemana. Di Indonesia tidak ada daerah
semacam itu tetapi karena wilayahnya luas , orang dapat berpindah-pindah
Dampak yang terjadi di Semarang tidak sampai terjadi dikawasan lain.
8.Pertanyaan Bapak Sakti Prayitno, MSc : pendekatan yang harus dilakukan diwilayah
tersebut .……………..
Jawab : DRBoy Kombaitan : pasal 10 tentang teknologi Pasang Surut
DRRiadika Mastra : perlu satu ruang dilaut , jangan laut dikavling seperti didarat dan pasal 10
harus direvisi bukan penguasaan laut tetapi pengelolaan.
9.Pertanyaan Bapak…………….: Belanda berada dibawah air , dibangun tanggul dan air
dipompa keluar tanggul , dulu dengan cara membuat kincir air. Kenaikan air laut sangat lambat ,
sedikit demi sedikit.
Jawab DRRiadika Mastra : sekarang pulau hilang juga sudah ada tetapi karena pengambilan
pasir.
Diskusi Sesi II
halaman - 354
Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global
Kesimpulan Bapak Zulkarnaen Aksa :
-
Sepakat bahwa pemanasan global pasti terjadi dan muka air laut naik tetapi kehidupan
berjalan terus , jadi bagaimana adaptasi kita , perlu dimonitor dampaknya , model / metode
yang diperlukan dan biayanya.
-
Penataan ruang kota pantai yang berkelanjutan , kerugian bisa dihitung dengan melalui petapeta yang sudah ada.
-
Kegiatan selama tiga tahun ini , menghasilkan rumusan kebijakan penanggulangan dampak
Pemanasan Global.
Diskusi Sesi II
halaman - 355
Download