授業の基本技法

advertisement
Reformasi Pembelajaran dengan
Learning Community dan
Pengembangan Sekolah
Kreasi Pendidikan Model Abad ke-21
International Lesson Study
Conference
3 September 2012
Manabu Sato, Ph.D.
Emeritus Professor: The University of
Tokyo
Profesor: Gakushuin University
Masyarakat dan Pendidikan di Abad ke-21
Masyarakat di abad ke-21 menuntut perbaikan berikut ini
di bidang pendidikan
① Merespon kepada masyarakat yang berbasis
pengetahuan = Dari masyarakat industri menjadi
masyarakat pasca-industri =Masyarakat pembelajaran
yang abadi
② Merespon terhadap masyarakat multibudaya dan
masyarakat bersatu
③ Merespon terhadap masyarakat yang beresiko dan
kesenjangan
④ Membangun masyarakat madani yang matang =
Pendidikan terhadap “kemasyarakatan” =
Pengembangan moral publik
Sekolah di Abad ke-21
* Membidik Kualitas dan Kesetaraan Secara
Bersamaan
* Dari kurikulum (tujuan, pencapaian dan
evaluasi) “Tipe Program” (Tipe Tahapan =
Akuisisi dan Retensi) menjadi kurikulum (subyek,
keingintahuan dan ekspresi) “Tipe
Proyek/Tugas” (Tipe Menanjak = Berpikir dan
bereksplorasi)
* “Pembelajaran kolaboratif”
* Dari “Ahli Mengajar” menjadi “Ahli
Pembelajaran” = Pengembangan kolegialitas
Perubahan Sekolah di Dunia (AS)
Perubahan Sekolah di Dunia (Eropa)
Perubahan Pembelajaran di Dunia
(Eropa)
Perubahan Pembelajaran di Dunia
(Asia)
Sekolah Learning Society di Harbin
City, Cina
Sekolah Learning Society di Shanghai
City, Cina
Cikal-bakal Learning Society di
Jepang di tahun 1920-an
Visi Learning Society
* Definisi = Sekolah Learning Society = Para siswa
saling belajar, para guru saling saling belajar
sebagai ahli, orang tua dan masyarakat
berpartisipasi, bekerja sama dan belajar bersama
* Misi dan tanggung jawab sekolah (guru) adalah
untuk mewujudkan hak-hak belajar setiap anak
dan memastikan pembelajaran berkualitas tinggi
* Mendorong pertumbuhan profesional setiap guru
sebagai ahli pendidikan
3 Fakta dari Filosofi Learning
Community
* Filosofi Publik = Terbuka untuk umum dan kolaborasi
= Melawan personalisasi sehingga berubah menjadi
kesukuan/kesatuan
* Filosofi demokratisasi = Semua siswa, guru dan orang
tua adalah lakon utama; Demokratisasi adalah sebuah
“cara hidup yang saling berhubungan” =
Martabat setiap individu dan rasa hormat terhadap
keberagaman
* Mengejar keunggulan = Menantang untuk jadi yang
terbaik = Mengejar kualitas = Belajar sama seperti
‘Melompat’
Prinsip dan Rencana Aksi Learning
Community
<Prinsip>
① Pengembangan Learning Community disusun dari pelaksanaan
komunikasi dialogis
② Komunikasi dialogis diwujudkan dengan ‘hubungan dari saling
mendengarkan’; ‘Memperhatikan suara orang lain’ menjadi
landasan hubungan yang sifatnya saling belajar
③ Belajar adalah ‘dialog dengan sebuah obyek (teks)’, ‘dialog
dengan orang lain’ dan ‘dialog dengan diri sendiri’
<Rencana Aksi>
Kelas = Menggunakan pembelajaran kolaboratif; Ruang guru =
Mengembangkan kolegialitas; Masyarakat = Mewujudkan “partisipasi
dalam pembelajaran” (berbagi tanggung jawab dan membangun
solidaritas)
Reformasi Terkini
• Normalisasi dari ledakan ekspansi; Tidak ada cara lain untuk
membela hak-hak belajar siswa dan martabat guru (situasi terkini :
2,000 SD, 1,500 SMP dan 300 SMA, atau 10% dari total sekolah
negeri, sedang mencoba menerapkan Learning Community.
Ada 300 sekolah inti. Ada lebih dari 3 sekolah yang membuka
kelasnya setiap hari)
• Program Dinas Pendidikan = Ushiku, Nakatsu, Kumano, Owase,
Kihocho, Komaki, Fuji, Chigasaki, Ube, Oshu, Miyadanicho,
Sagamihara, Miyakojima, Okinawa-Kunigamison・Nago, dll.
• Ada lebih dari 50 ‘Asosiasi Pembelajaran’ di seluruh negeri =
Reformasi pembelajaran dengan pertemuan bulanan
• Internasionalisasi = Cina (Shanghai, Harbin, Xi’an dan Chengdu),
Korea Selatan (Seoul dan Gyeonggi-do), Indonesia, Vietnam,
Singapura, Taiwan, India, Meksiko, A.S. = Mengembangkan
program itu di dalam demokratisasi pendidikan
Tehnik Dasar Pembelajaran (1)
Tugas guru ada 3 : ‘Mendengarkan’, ‘Menghubungkan’ dan
‘Mengembalikan’
① Memposisikan
“Keberadaan (keterampilan)” dan “Nafas” dipadukan
(Respon)
“Melaksanakan” = Mulai dari kenyataan bahwa pendidikan
harus “dilaksanakan” = Alih-alih ‘dicapai’, tapi ‘dimasukan’ =
menciptakan sebuah ‘poros’
② Memberi keseimbangan kepada guru untuk menghasilkan
sebuah “ruang” pembelajaran , “sudut mendengarkan” dan
“pandangan” - Terbuka secara fisik
Menurunkan tensi/ketegangan = ‘Fleksibilitas’ dan
‘konsentrasi’
Kata-kata = Terangkai dengan baik dan pilihan kata yang baik,
menggunakan kata-kata yang sopan dan menyentuh (menyentuh &
tak tersentuh)
Keberadaan Guru (Posisi)
Peluang Belajar dan Membangun
Hubungan
Peluang Belajar dan Membangun
Hubungan (Sekolah Dasar)
Peluang Belajar dan Membangun
Hubungan (SMP atau SMA)
Tehnik-tehnik Dasar Pembelajaran (2)
• Desain Pembelajaran
① Perbedaan antara “Rencana” dan “Desain”
“Rencana” dilaksanakan sebelum pembelajaran.
“Desain” dibuat bahkan ketika di dalam proses
pembelajaran. (Bermain dengan balok kayu)
② Desain bentuknya sederhana, sedangkan refleksi dan relasi
sepantasnya= Seseorang yang fokus kepada hal yang detail
suka lupa hal yang mendasar; Orang yang ceroboh lupa akan
hal-hal yang detail
Dalam desain pembelajaran, tidak menyiapkan lebih dari tiga
langkah (Struktur pembelajaran yang terdiri dari jingkat,
langkah, dan lompat – hop, step, and jump)
③ ‘Awal’ adalah segalanya = Guru yang kemampuannya
kurang berpegang teguh pada tujuan pembelajaran; Guru
yang cemerlang menaruh segalanya di awal pembelajaran
Tehnik-tehnik Dasar Pembelajaran (3)
• Menyelenggarakan pembelajaran kolaboratif
① Pendidikan sekolah di abad ke-21 disusun dengan
kurikulum ‘tipe proyek’ dan melalui ‘pembelajaran
kolaboratif’
② Pembelajaran kolaboratif diatur sebagai berikut :
‘Pembelajaran berpasangan’ untuk Kelas 1 dan 2 di
Sekolah Dasar; Pembelajaran kelompok 4 orang untuk
Kelas 3 ke atas di sekolah dasar (bahkan di sekolah
menengah pertama atau sekolah menengah atas)
③ Sebuah ‘kelompok kecil’ dibentuk dengan
campuran jenis kelamin yang tidak disengaja
④ ‘Pembelajaran kelompok kecil’ memiliki dua
fungsi yaitu untuk ‘mengkolaborasi kerja individu’
dan ‘kolaborasi untuk melompat’
Gambar Pembelajaran
Kolaboratif(Sekolah Dasar)
Gambar Pembelajaran Kolaboratif
(Sekolah Menengah Pertama)
Gambar Pembelajaran Kolaboratif
(Sekolah Menengah Atas)
Tehnik-tehnik Dasar Pembelajaran (4)
• Bukan hubungan ‘saling mengajar’, namun hubungan
‘saling belajar’
Kata-kata yang dilarang: “Jika kamu sudah paham,
tolong ajari teman kamu yang belum paham”
Kata-kata yang benar: “Jika kamu belum paham,
silahkan tanya teman di sebelahmu”
• Siswa yang kurang berprestasi cenderung belajar sendiri
dengan sikap ‘tekun’, ‘gigih’ dan ‘mempertanyakan
diri’
• "Hei, bagaimana kamu menyelesaikan ini?” adalah
langkah pertama dalam membangun ‘hubungan belajar
dengan siswa lain’
• Merespon siswa yang prestasinya rendah = Yang kita
lakukan selama ini keliru
Hubungan Saling Belajar
(Hubungan Saling Memperhatikan)
Tehnik Dasar Pembelajaran (5)
• Menyelenggarakan pembelajaran dengan sebuah
lompatan
Kebanyakan pelajaran di Jepang menjadi pelajaran untuk
‘menjelaskan fakta-fakta yang sudah jelas secara
agak membosankan’ = Pembelajaran tanpa ada
‘lompatan’
• ‘Pembelajaran dengan lompatan’ diraih dengan
pembelajaran kolaboratif
• ‘Pembelajaran dengan lompatan’ menjamin
‘fondasi dasar’ (memahami dengan menyiapkan
tumpuan)
• ‘Pembelajaran dengan lompatan’ meningkatkan
‘siswa menjadi bagus saat belajar’
• ‘Pembelajaran dengan lompatan’ meningkatkan
pertumbuhan guru sebagai seorang profesional
Pembelajaran Timbal-Balik
(Sekolah Menengah Pertama)
Pembelajaran Timbal-Balik
(Sekolah Menengah Pertama)
Guru sebagai Komunitas
Pembelajaran Profesional
• Pembelajaran Profesional adalah perpaduan teori dan
praktek melalui studi kasus (doktor =penelitian klinis;
pengacara = ketentuan hukum yang dahulu (judicial
precedent); guru peneliti = studi kasus pembelajaran)
• Restrukturisasi sekolah sebagai komunitas pembelajaran
guru
• Menyusun pelatihan sekolah melalui studi kasus pembelajaran hingga ke pusat manajemen sekolah
• Semua guru membuka kelasnya setidaknya setahun sekali,
dan mereka melakukan studi kasus pembelajaran di tiap
satuan Tingkat (Kelas)
• Studi kasus pembelajaran dilaksanakan dengan observasi
open class atau dengan menggunakan rekaman video
Pembentukan Kolegialitas dengan
Pelatihan Sekolah
• Tujuan studi kasus pembelajaran bukanlah ‘evaluasi’ atau
‘nasehat’. ‘Belajar dari orang lain’ dengan
membicarakan ‘fakta-fakta pembelajaran’.
• Membicarakan fakta-fakta pembelajaran siswa
(membicarakan berdasarkan fakta-fakta observasi, di bagian
mana pembelajaran terwujud dan di mana pembelajaran
terhambat)
• Alih-alih ‘memberi nasehat’ kepada guru, mereka
membicarakan apa yang mereka pelajari di dalam kelas
sesuai dengan fakta-fakta observasi mereka.
• Guru belajar melalui berkolaborasi dengan guru lain, dan
membangun kolegialitas di sekolah untuk tumbuh bersama
sebagai seorang profesional dalam bidang mengajar.
Gambar Pelatihan Sekolah (1)
Gambar Pelatihan Sekolah (2)
Sekolah Menengah Atas
3 persyaratan untuk menciptakan
pembelajaran
Pembelajaran Otentik
(Pembelajaran yang sejalan dengan sifat mata pelajarannya)
Hubungan saling Belajar
(Hubungan saling mendengarkan)
Belajar dengan lompatan
(Tantangan tingkat tinggi)
Untuk Meningkatkan Prestasi Akademik
• Kunci untuk meningkatkan prestasi akademik bukan
dengan cara mengejar prestasi akademik
• Peningkatan Akademik dimulai dari ‘akademik
tingkat lanjut’ dulu, baru kemudian ‘kemampuan
dasar’ meningkat. Bukan sebaliknya.
• Perlu waktu untuk meningkatkan prestasi akademik.
Perlu 2 – 5 tahun. Tidak perlu panik. Sekali
meningkat, maka akan meningkat dengan secara
keseluruhan. Ia tidak meningkat secara bertahap.
• Peningkatan akademik diraih dengan ‘roket duatahapan’. ‘Roket dua-tahapan’ harus dibuat.
Kesimpulan = Untuk Mendorong
Reformasi
• Isu utama di abad ke-21 adalah untuk mengejar “kualitas” dan
“kesetaraan” secara bersamaan.
• Kurikulum yang berpusat pada eksplorasi, pembelajaran kolaboratif
dan pengembangan kolegialitas guru merupakan strategi dasar untuk
mencapainya.
• Mari membangun sekolah-sekolah pilot di setiap wilayah.
• Reformasi sekolah dapat dilakukan hanya dari dalam. Namun, perlu
dukungan administratif untuk keberlangsungan reformasi itu.
Penyatuan ‘reformasi dari bawah’ dan ‘reformasi dari atas’
• Motor reformasi sekolah di Asia ada pada ‘demokratisasi’.
Mencoba mendorong demokratisasi pendidikan.
• Bagi negara-negara yang muda, Indonesia (rasio populasi dengan
usia diatas 65 tahun: Indonesia = 6.4%, Jepang = 28.1%;
Pertumbuhan ekonomi: Indonesia = 16%, Jepang = -1%) Pendidikan
menjadi penentu masa depan.
Download