Analisis Before-After Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Organik

advertisement
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Kajian Teori
2.1.1. Kehidupan Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial adalah kehidupan bersama manusia atau kesatuan
manusia yang hidup dalam suatu pergaulan. Dalam kehidupannya manusia
mempunyai banyak kebutuhan dan sudah menjadi keharusan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut baik moral maupun material. Dalam pemenuhan kebutuhan
tersebut manusia juga saling berinteraksi satu sama lain (Soleman, 1986).
Kehidupan sosial ekonomi adalah cara-cara yang diterapkan seseorang
dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, serta pemanfaatan penghasilan
yang diperoleh dan juga mengenai keadaan hidup sehari-hari. Menurut Krench,
kehidupan sosial ekonomi seseorang atau keluarga diukur melalui pekerjaan,
tingkat pendidikan, pendapatan. Sedangkan Werner memberikan ciri-ciri
berupa pekerjaan, pendapatan, jenis rumah tinggal. Menurut Koentjaraningrat
selain faktor pekerjaan, pendapatan dan pendidikan faktor lain yang sering
diikutsertakan adalah perumahan, kesehatan dan sosialisasi dalam lingkungan
masyarakat (Mulyanto, 1986).
2.1.2. Kondisi Sosial Ekonomi Petani
Berbicara tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat tidak akan dapat
dilepaskan dari pembicaraan tentang kemiskinan. Kemiskinan biasanya
digambarkan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang paling pokok, seperti pangan, sandang, perumahan dan lain-lain. Mereka
dikatakan hidup dibawah garis kemiskinan apabila pendapatan yang mereka
peroleh tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok.
Banyak aspek yang dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi
petani, seperti pekerjaan yang tidak menetap dengan upah yang kecil,
pendapatan yang rendah sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan pokok
sehari-hari, pendidikan yang rendah sehingga tidak dapat mengangkat harkat
dan martabatnya, perumahan yang tidak sesuai dengan standar kesehatan dan
lain sebagainya.
Secara garis besar, kondisi sosial ekonomi petani yang sering
diidentikan dengan kemiskinan dapat dilihat dari beberapa faktor produksi
seperti pada umumnya mereka tidak memiliki faktor produksi (tanah yang
cukup, modal dan ketrampilan), tidak mempunyai kemungkinan untuk
memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri sehingga pendapatan yang
diperoleh tidak cukup untuk modal usaha, memiliki tingkat pendidikan yang
4
rendah, tidak mempunyai tanah sehingga terpaksa menyewa tanah (Soekanto,
1987).
Tingkatan luasan usahatani menggambarkan tingkat kesejahteraan
masyarakat petani, semakin luas areal menggambarkan semakin tinggi
produksi dan pendapatan yang diterima (E-journal Universitas Udayana, 2008).
2.1.3. Dampak Pertanian Organik Terhadap Peningkatan Sosial Ekonomi
Petani
Pertanian organik memberikan manfaat seperti menghasilkan makanan
yang cukup aman dan bergizi sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat
dan sekaligus daya saing produk agribisnis, meningkatkan pendapatan petani,
menciptakan lingkungan yang aman dan sehat bagi petani, meminimalkan
semua bentuk populasi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian, meningkatkan
dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang, menciptakan
lapangan kerja baru dan keharmonisan kehidupan sosial di pedesaan.
Keuntungan makanan organik jangka panjang bagi tubuh jadi meningkat, lebih
bugar dan tidak mudah terserang penyakit. Dampak positif lainnya adalah
mengurangi resiko gejala, alergi, asma dan sebagainya.
Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat diketahui bahwa Pertanian
Organik mempunyai dampak yang erat dengan tingkat sosial ekonomi karena
Pertanian Organik dianggap pertanian yang ramah lingkungan dan biaya
produksi yang rendah karena tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam peningkatan pendapatan petani
adalah Pertanian Organik. (Jayadinata, 1992)
Pertanian Organik juga bertujuan dalam peningkatan sosial ekonomi
masyarakat, kehidupan sosial ekonomi berkaitan dengan cara manusia
memenuhi kebutuhannya yang ditentukan tingkat pendapatan yang diterima
dan pemanfaatannya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Pengaruh Pertanian
Organik bagi petani berguna dalam peningkatan pendapatan yang akhirnya
akan tercapainya kesejahteraan yaitu mampu memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari (papan, pangan, sandang), mampu menyekolahkan anak, mampu
memperbaiki atau merenovasi rumah.
Pertanian organik memberikan dampak positif terhadap ekonomi petani
karena pertanian organik mampu memproduksi hasil panen setara, bahkan
lebih besar dari pada pertanian konvensional dalam jangka panjang.
produktivitas pertanian organik pada awal masa konversi memang sangat
rendah dibandingkan pertanian konvensional. Para petani organik sebagian
besar tidak hanya melihat manfaat pertanian organik dari sisi produktivitas
5
yang dibandingnkan dengan pertanian konvensional, tetapi juga dari sisi nilai
tambah produk organik dan harga premiumnya yang lebih tinggi dari pada
produk konvensional. Selain itu biaya input operasional pertanian organik
dinilai lebih rendah daripada pertanian konvensional (Jayadinata, 1992).
2.1.4. Aspek Sosial
Istilah sosial oleh Dr. J.A Ponsioen dikatakan mempunyai dua arti
yang berbeda. Pertama “sosial” diartikan sebagai suatu indikasi dari pada
kehidupan bersama makhluk manusia, umpama dalam kebersamaan rasa,
berfikir, bertindak dan dalam hubungan antar manusia. Yang kedua, istilah
“sosial” mempunyai konotasi yang berbeda, lebih sentimental seperti beberapa
istilah yang serupa yang dikaitkan dengan persoalan kemiskinan dan
keterlantaran orang. Meskipun demikian dari konotasi ini kemudian
berkembang dalam segala arah yang bersangkut paut dengan pembaharuan
masyarakat yang bertujuan menanggulangi kemiskinan dan keterlantaran
(Sumarnonugroho, 1984). Sedangkan kegiatan sosial tidak terlepas dari
interaksi sosial, karena merupakan syarat utama terjadinya aktivitas sosial
(Soekanto, 1987). Menurut IFC “Social Environment (social welfare, social
change, population movement, social conflict)”, yang artinya lingkungan sosial
(kesejahteraan social, perubahan social, perpindahan penduduk, konflik sosial)
Menurut EPA,1990“Socio-economic impact assessment is also
important for assessing changes in a community’s social well-being that result
from development. This type of social change is more difficult to quantify than
changes in the social environment because the assessment relies on the
perceptions of current and new residents about how a proposed development
may affect their quality of life.”
Kajian dampak sosial-ekonomi juga penting untuk menilai perubahan
kesejahteraan sosial dalam masyarakat yang merupakan hasil dari
pembangunan. Jenis perubahan sosial lebih sulit untuk diukur daripada
perubahan dalam lingkungan sosial, karena penilaian bergantung pada persepsi
penduduk saat ini dan tentang bagaimana pembangunan yang diusulkan dapat
mempengaruhi kualitas hidup mereka (EPA 1990).
2.1.4.1. Kesejahteraan Petani
Kesejahteraan sosial adalah keseluruhan usaha sosial yang terorganisir
dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
berdasarkan konteks sosialnya. Berdasarkan definisi diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa kesejahteraan mencakup berbagai usaha yang
6
dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik di bidang fisik,
mental, emosional, sosial ekonomi (Muhidin, 1992).
Sedangkan kesejahteraan petani adalah keadaan dimana petani hidup
berkecukupan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Atau petani
berkecukupan dari hasil pertanian yang diperoleh lewat berbagai program
untuk memperbaiki taraf hidupnya maupun dari strategi bertani yang dibuat
sendiri. Tingkat kesejahteraan petani dilihat dari jumlah pengeluaran mereka
baik untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk produksi (Muhidin, 1992).
2.1.4.2. Interaksi Sosial Petani
Proses interaksi sosial menurut Herbert Blumer (1992) adalah saat
manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna yang dimiliki yang
berasal dari interaksi antara seseorang dengan sesamanya. Interaksi sosial
petani adalah hubungan secara umum yang menyangkut antara petani dengan
petani, kelompok tani dengan kelompok tani, petani dengan kelompok tani.
Meliputi melakukan hubungan saling berbalas respon dengan orang lain,
aktivitasnya mulai dari mengobrol, bersaing (Nawawi, 1998).Hal ini seperti
bagaimana hubungan dengan keluarga dan lingkungan sekitar (Muhidin,1992).
2.1.4.3. Kemampuan Manajemen
Kemampuan manajemen merupakan keahlian petani dalam
menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasi faktor-faktor produksi
sayuran yang digunakan sehingga mampu memberikan produksi sayuran yang
diharapkan. Ukuran dari keberhasilan ini adalah produktivitas dari setiap faktor
produksi maupun produktivitas dari usahanya (Hernanto, 1995).
Setiap usaha atau perusahaan baik kecil atau berskala besar dalam
pengelolaannya untuk mencapai hasil yang efektif dan efisien penerapan
manajemen diperlukan, peranan pemilik usaha untuk memahami dan mampu
menjalankan fungsi manajemen menjadi hal yang utama bagi keberhasilan
usaha dimasa mendatang. Pada dasarnya terdapat 3 komponen penting, yaitu
perilaku yang sesuai, motivasi dan kemampuan (skill) (Latif, 2007).
2.1.5. Aspek Ekonomi
Istilah ekonomi diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, yang berkaitan dengan pendapatan, biaya dan
kepemilikan modal (Soekartawi. 1996).
2.1.5.1. Pendapatan
Pendapatan secara umum adalah keuntungan yang diperoleh petani
dengan mengurangkan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dengan
penerimaan usahatani (Soeharjo, 1973). Pendapatan petani adalah jumlah
7
penghasilan yang diterima oleh petani dari hasil penjualan produk sayuran
yang dihitung dari selisih antara penerimaan dengan biaya produksi.
Pendapatan yang diterima petani merupakan hasil penjualan dari komoditi
pertanian yang dijualnya sebagai usaha dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
(Soekartawi, 1996).
Pendapatan petani organik sedikit lebih besar dibanding dengan petani
konvensional. Secara umum, biaya produksi lebih rendah dan pendapatan lebih
besar. Meningkatkan pendapatan akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan
petani, harga jual hasil pertanian organik lebih mahal, pengembangan pertanian
organik berarti memacu daya saing produk agribisnis Indonesia untuk
memenuhi permintaan pasar Internasional akan produk pertanian organik yang
terus meningkat. Ini berarti akan mendatangkan devisa bagi pemerintah daerah
yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani (Jayadinata,
1992).
Besaran pendapatan yang dibelanjakan untuk pangan dari suatu rumah
tangga dapat digunakan sebagai petunjuk tingkat kesejahteraan rumah tangga
tersebut. Dengan kata lain semakin tinggi pangsa pengeluaran pangan, berarti
semakin kurang sejahtera rumah tangga yang bersangkutan. Sebaliknya,
semakin kecil pangsa pengeluaran pangan maka rumah tangga tersebut
semakin sejahtera (Mulyanto, 1986).
2.1.5.2 Biaya
Biaya produksi secara umum merupakan modal yang harus dikeluarkan
petani untuk membudidayakan tanaman sayuran hingga diperoleh hasil dan
terjual, biaya ini termasuk pembelian barang-barang dan pembayaran jasa
pihak ketiga, baik itu didalam maupun diluar usahatani. Sedangkan Biaya
produksi petani adalah total pengeluaran petani yang diperlukan dalam
melakukan proses produksi sayuran (Rahardi, 2000).
Pertanian organik memerlukan biaya produksi relatif lebih rendah
dibandingkan pertanian konvensional, khususnya untuk penyediaan input
produksi. Pengendalian gulma dalam pertanian organik dilakukan secara
mekanis. Dengan perbaikan struktur tanah dan praktek pengolahan yang baik,
atau lebih sedikit dibanding pertanian konvensional (Jayadinata, 1992).
2.1.5.3. Investasi
Investasi secara umum adalah penanaman modal petani kedalam aktiva
tetap atau jasa dengan harapan untuk memperoleh peningkatan keuntungan
dimasa yang akan datang. Sedangkan investasi petani merupakan penanaman
modal petani ke dalam bentuk peralatan selama menjalankan usahatani, yang
8
dimanfaatkan untuk menunjang keberlanjutan produksi sayuran dimasa yang
akan datang. Investasi petani mencakup investasi pertanian yang meliputi
pembelian tanah, alat-alat pertanian dan pembelian ternak dan investasi non
pertanian yang meliputi pendidikan, perbaikan rumah atau kandang dan
investasi lain-lain. Investasi yang dilakukan petani sangat dipengaruhi oleh
jumlah tenaga kerja dan nilai asset yang dimiliki petani (Sukirno, 2004).
Peningkatan pendapatan akan dapat tercapai jika investasi yang dilakukan
dapat memberi nilai ekonomi tinggi artinya investasi yang dipilih betul-betul
dapat mendorong kenaikan tingkat pendapatan, dan peningkatan pendapatan
akan kembali memacu pertambahan investasi pada periode berikutnya
(Sukarman, 1990).
2.2 Hipotesis
Hipotesis adalah kesimpulan sementara atau proposisi relatif tentang
hubungan 2 variabel atau lebih. Hipotesis juga diartikan sebagai kesimpulan
yang belum final, artinya harus dibuktikan kebenarannya (Nawawi, 1998).
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ho : tidak ada perbedaan kehidupan sosial ekonomi sebelum dan sesudah
menjadi petani organik.
Ha : ada perbedaan kehidupan sosial ekonomi sebelum dan sesudah menjadi
petani organik.
2.3 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
Peneliti
Topik
Kehidupan
sosial ekonomi
Manan (2008)
petani gambir
di kabupaten
Pakpak Bharat
Herdiansyah
(2005)
Model
Variabel
analisis
Pendapatan,
Hasil
Pendapatan bersih rata-rata petani
peningkatan
-
kehidupan
sosial ekonomi
sehingga pendapatan dari pertanian
gambir tergolong rendah.
Perbandingan
Kesejahteraan
usahatani
Pangan
Analisis
organik
Kesehatan
regresi
dengan
Pendapatan
logistik
konvensional
Kebutuhan
9
gambir Rp 3.200.000/KK/th
Variabel yang signifikan
mempengaruhi usahatani organik
adalah pendapatan, kesejahteraan,
kebutuhan, pangan dan kesehatan.
2.4 Variabel Pengukuran
Tabel 2.2. Variabel Pengukuran
Variabel
Aspek Sosial
a. Kesejahteraan
Definisi
Indikator
suatu keadaan dimana petani organik
dan
konvensional
hidup
berkecukupan
untuk
memenuhi
kebutuhan hidupnya.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
b. Interaksi
Sosial
i.
hubungan sosial yang dibina antara a.
petani organik dan konvensional
dengan masyarakat.
b.
c.
c. Kemampuan
Manajemen
Aspek
Ekonomi
a. Pendapatan
b. Biaya
Produksi
c. Investasi
Pendapatan
Pengeluaran rumah tangga
Keadaan tempat tinggal
Fasilitas tempat tinggal
Kesehatan anggota keluarga
Kemudahan mendapatkan
pelayanan kesehatan
Kemudahan memasukkan anak
kejenjang pendidikan
Kemudahan mendapatkan
fasilitas transportasi
Nilai gizi makanan
Keikutsertaan program dan
kegiatan didesa
Hubungan dengan kelompok tani
dan penyuluh
Hubungan dengan pelanggan
Keahlian
petani
organik
dan a. Kemampuan berkomunikasi dan
konvensional dalam menentukan,
mengantar sayuran organik tepat
mengorganisir dan mengkoordinasi
waktu
faktor-faktor produksi sayuran yang b. Mampu menyelesaikan masalah
digunakan
sehingga
mampu
dan membuat rencana strategis
menghasilkan produksi sayuran yang
bisnis
diharapkan.
c. Mampu mengarahkan dan
memotivasi tenaga kerja
d. Memperhatikan perubahan
lingkungan yang terkait dengan
usaha.
Jumlah penghasilan yang diterima
oleh petani organik dan konvensional
dari hasil penjualan produk sayuran
yang dihitung dari selisih antara
penerimaan dengan biaya produksi
selama musim tanam lalu yang
dinyatakan dalam Rp/ha/MT.
Total pengeluaran petani organik dan
konvensional yang diperlukan dalam
melakukan proses produksi sayuran
dinyatakan dalam satuan Rp/ha/MT.
Penanaman modal petani organik dan
konvensional ke dalam bentuk
peralatan
selama
menjalankan
usahatani yang dapat dimanfaatkan
untuk menunjang keberlanjutan
produksi sayuran dimasa yang akan
datang.
10
a. Sumber modal usaha
b. Pendapatan dari hasil panen
c. Pemenuhan kebutuhan pokok
sehari-hari
d. Status kepemilikan lahan
a. Pupuk, bibit dan pestisida, tenaga
kerja dan sewa lahan
1. Inves Pertanian
a. Tanah dan alat petanian
b. Ternak dan alat transportasi
c. Green house, Irigasi dan traktor
2. Inves Non Pertanian
a. Pendidikan
b. Kepemilikan rumah
c. Ada/tidaknya tabungan
Download