1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Skandal

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Skandal kecurangan (fraud), manajemen laba (earnings management),
perataan laba (income smoothing), dan akuntansi agresif (aggressive accounting)
merupakan sederet contoh isu dari Financial Numbers Game. Fenomena runtuhnya
perusahaan-perusahaan terkemuka, secara dramatis menempatkan isu ini menjadi
sorotan publik. Media harian The New York Times, dalam artikel yang berjudul
WorldCom’s Collapse: The Overview; WorldCom Files for Bankruptcy; Largest U.S.
Case, yang dituliskan oleh Simon Romero dan Riva D. Atlas, dipublikasikan pada
tanggal 22 Juli 2002, memaparkan runtuhnya WorldCom terkait adanya skandal
akuntansi yang menciptakan miliaran laba ilusi, merupakan pengajuan kebangkrutan
terbesar dalam sejarah Amerika Serikat. Berikut kutipannya: “WorldCom, plagued by
the rapid erosion of its profits and an accounting scandal that created billions in
illusory earnings, last night submitted the largest bankruptcy filing in United States
history.” Fenomena ini merupakan salah satu contoh kasus skandal akuntansi yang
mengakibatkan berkurangnya kepercayaan publik terhadap kualitas laporan keuangan
perusahaan. Di Indonesia juga terdapat beberapa kasus yang melibatkan isu serupa,
seperti PT Citra Marga Nusapala Persada Tbk, PT Lippo Tbk dan PT Kimia Farma
Tbk.
Manajemen laba merupakan salah satu isu dari financial numbers game yang
tentunya mengarah pada trik manajer untuk meningkatkan perfoma keuangan
perusahaan melalui accounting gimmicks. Tindakan manajer, mewakili perusahaan,
merupakan salah satu pelaku pasar yang turut andil dalam lintas pasar modal. Usaha
manajer untuk meningkatkan angka laba secara manipulatif, akan memicu nilai saham,
namun akan membawa dampak yang merugikan dalam jangka panjang. Adapun,
kutipan pidato Arthur Levitt (1998) yang menarik untuk disimak, sebagai berikut:
“Well, today, I’d like to talk to you about another widespread, but too littlechallenged custom: earnings management. This process has evolved over the years
into what can best be characterized as a game among market participants. A game
that, if not addressed soon, will have adverse consequences for America’s
financial reporting system. A game that runs counter to the very principles behind
our market’s strength and success.”
Dalam pidatonya yang berjudul The Numbers Game tersebut, Levitt mengungkapkan
bahwa manajemen laba merupakan sebuah permainan diantara para pelaku pasar, yang
1
2
berlawanan dengan prinsip dasar dibalik kesuksesan dan kekuatan pasar, dalam hal
ini: pasar modal. Pernyataan Levitt terbukti dengan terjadinya goncangan pasar modal
Amerika yang menghantam tajam tahun 2008, setelah satu demi satu perusahaanperusahaan raksasa di Amerika Serikat runtuh terkait adanya skandal akuntansi.
Menindaklanjuti rentetan skandal akuntansi yang meruntuhkan bisnis raksasa
tersebut, maka pemerintah Amerika Serikat mengambil berbagai langkah untuk
melindungi kepentingan investor dan menormalisasi kembali fungsi pasar modal,
salah satunya dengan menerbitkan SARBOX (Sarbanes-Oxley Act). Menanggapi
diberlakukannya SARBOX tersebut dan terkait peningkatan kepercayaan investor
terhadap pasar modal di Indonesia, terutama terkait dengan kehandalan laporan
keuangan yang disampaikan emiten atau perusahaan publik, Bapepam telah merevisi
dan menyusun berbagai peraturan demi pencapaian fenomena tersebut. Adapun,
Bapepam menyatakan bahwa direksi bertanggung jawab atas laporan keuangan yang
disampaikan kepada Bapepam. Hal ini berdasarkan Keputusan Ketua Bapepam
Nomor: KEP-40/PM/2003 tentang Tanggung Jawab Direksi Atas Laporan Keuangan.
Bapepam menegaskan direksi emiten atau perusahaan publik akan dikenakan sanksi
atas pelanggaran dimaksud, termasuk pihak-pihak yang menyebabkan terjadinya
pelanggaran. Ketentuan ini diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.11:
Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan.
Meskipun berbagai peraturan telah direvisi sebagai upaya meminimalisir
praktik manajemen laba, tidak dipungkiri lingkungan bisnis masih menstimulisasi
insentif kecurangan. Praktik manajemen laba yang mengarah pada agresif atau
kecurangan (fraud) disebut dengan istilah earnings magic oleh Gary Giroux (2006).
Berbagai teknik dikembangkan oleh para ahli untuk mendeteksi adanya indikasi
earnings magic. Dengan demikian, memberikan kanvas bagi investor untuk
mengetahui grey area dari laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan publik. “A
grey area where the accounting is being perverted; where managers are cutting
corners; and, where earnings reports reflect the desires of management rather than
the underlying financial performance of the company.” (Arthur Levitt, 1998). Dari
paparan ini, dapat dipahami bahwa grey area, menurut Levitt, digambarkan sebagai
area dimana terdapat indikasi adanya praktik akuntansi yang menyesatkan, dan laba
yang dilaporkan mencerminkan keinginan manajemen daripada kinerja keuangan
perusahaan yang sesungguhnya. Laporan keuangan merupakan sarana yang penting
3
pada setiap sektor perekonomian industri untuk mengkomunikasikan informasi
keuangan perusahaan kepada pihak yang berkepentingan untuk setiap pengambilan
keputusan yang bersifat moneter. Informasi keuangan menjadi menyesatkan pengguna
apabila manajemen telah menyulap angka-angka pada laporan keuangan. Hal ini
menjadi penting bagi pengguna laporan keuangan untuk mengetahui apakah laporan
keuangan tidak berada dalam grey area dimaksud, atau dengan kata lain mendekati
realita keuangan, sebelum melakukan keputusan bisnis. Pada titik ini, tidak terlepas
dari konteks sistem informasi karena terkait pemrosesan data keuangan dan
menyediakan informasi yang dibutuhkan kepada pengguna. Sistem informasi juga
terkait pemahaman teknologi dan aplikasi bisnis. Dalam konteks ini, mengarah pada
bagaimana mengimplementasikan sistem informasi dalam lingkungan bisnis dengan
didukung perangkat keras, perangkat lunak, telekomunikasi, dan database.
Berikut adalah rumusan masalah yang hendak dibahas:
1. Bagaimana perancangan sistem yang melakukan perhitungan matematis dengan
mempertimbangkan berbagai korelasi aspek keuangan, untuk menampilkan grey
area dari laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan?
2. Bagaimana sistem dapat menyajikan informasi terkait analisis keuangan dan
menampilkan red flags bagi kepentingan penelitian auditor atau peneliti lebih
lanjut ?
3. Bagaimana merancang sistem rating perusahaan ditinjau dari aspek keuangan dan
dengan melihat apakah informasi keuangan yang diterbitkan perusahaan
menggambarkan atau mendekati realita keuangan dan potensialitas dari entitas itu
sendiri ?
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk merancang sistem yang
mengolah data keuangan dan menghasilkan informasi bagi pengguna, khususnya
investor dan auditor maupun peneliti, mengenai rating keuangan perusahaan serta
menampilkan grey area dari laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan terbuka
(Tbk) di Indonesia, dengan mengambil beberapa sampel laporan keuangan dari LQ-45
untuk tujuan penyusunan skripsi yang berjudul “PERANCANGAN SISTEM
PEMERINGKAT KUALITAS LAPORAN KEUANGAN DENGAN METODE
GIROUX: STUDI KASUS 8 PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI”.
4
1.2
Ruang Lingkup
Batasan-batasan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah:
1. Perancangan sistem yang mengolah data keuangan untuk menampilkan rating
keuangan perusahaan dan menampilkan grey area, dengan menggunakan model
yang dikembangkan oleh Giroux. Sedangkan, perancangan sistem menggunakan
model berorientasi objek dengan pendekatan Satzinger.
2. Data yang digunakan adalah data sekunder, berupa data keuangan perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Studi kasus 8 perusahaan yang terdaftar di indeks LQ-45 periode Agustus 2012
sampai Januari 2013, masing-masing mewakili sektor industri yang ditetapkan
oleh JASICA, dengan tidak menyertakan industri keuangan (finance) seperti
perbankan.
4. Tidak membahas security yang mendalam, seperti penyalahgunaan username dan
password, dan sebagainya.
1.3
Tujuan dan Manfaat
1.4.1 Tujuan
Adapun tujuan penulis membuat paparan ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana perancangan sistem untuk melakukan
perhitungan matematis dengan mempertimbangkan berbagai korelasi aspek
keuangan, untuk menampilkan grey area dari laporan keuangan yang
diterbitkan perusahaan.
2. Untuk mendapatkan gambaran mengenai perancangan sistem yang
menampilkan informasi yang menyajikan informasi terkait analisis
keuangan dan menampilkan red flags bagi kepentingan penelitian auditor
atau peneliti lebih lanjut.
3. Untuk mendapatkan gambaran mengenai perancangan sistem rating
perusahaan ditinjau dari aspek keuangan dan dengan melihat apakah
informasi keuangan yang diterbitkan perusahaan menggambarkan atau
mendekati realita keuangan dan potensialitas dari entitas itu sendiri.
1.4.2 Manfaat
Manfaat penulis membuat paparan ini adalah:
1. Memberikan gambaran kepada para pembaca mengenai perancangan sistem
yang dapat membuat berbagai korelasi dan perhitungan matematis serta
menampilkan grey area berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan
5
sebagai informasi bagi pengguna, di mana informasi menitikberatkan pada
persepektif investor dan auditor atau peneliti untuk melihat realita keuangan
entitas.
2. Memperluas pengetahuan para pembaca, khususnya bagi akademik,
mengenai earnings magic dan perancangan sistem rating keuangan
perusahaan, serta diharapkan dapat berguna untuk pengembangan sistem
atau penelitian selanjutnya.
3. Mendeskripsikan kepada para pembaca mengenai keandalan informasi yang
tertuang dalam laporan keuangan perusahaan yang dibahas dan diharapkan
dapat memberikan masukan bagi investor sebelum melakukan pengambilan
keputusan investasi.
1.4
Metodologi Penulisan
Penulis menggunakan metodologi penulisan secara deskriptif, dimana penulis
mendeskripsikan secara jelas mengenai perancangan sistem yang mengolah data
keuangan untuk menampilkan rating keuangan perusahaan dan grey area dari laporan
keuangan yang diterbitkan. Penulis juga menggunakan data kepustakaan sebagai
sumber landasan teori dari penelitian ini. Sedangkan, data yang digunakan untuk
analisis dan penelitian adalah data sekunder, berupa laporan keuangan beberapa
perusahaan terbuka yang terdaftar di indeks LQ-45 per 31 Desember 2012.
Pengumpulan data keuangan dilakukan melalui website www.idx.co.id. Metode
perancangan sistem yang digunakan adalah metode analisis dan perancangan sistem
berorientasi objek dengan pendekatan Satzinger.
1.5
Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan, maka sistematika penulisan skripsi ini dibagi
dalam lima bab, yaitu:
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang permasalahan, ruang lingkup,
tujuan dan manfaat, metodologi penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB 2
LANDASAN TEORI
Bab ini berisi uraian mengenai teori dan konsep yang mendukung
perancangan sistem yang akan dibuat serta kerangka berpikir dalam
bentuk bagan.
BAB 3
METODE DAN OBJEK PENELITIAN
6
Bab ini berisi uraian mengenai objek perancangan sistem yang akan
digunakan, yakni meliputi gambaran umum dari perancangan sistem,
metode pengumpulan data, metode analisis data, model dan pendekatan
untuk perancangan sistem.
BAB 4
PERANCANGAN SISTEM DAN PEMBAHASAN HASIL
Bab ini menguraikan hasil olah data dan rancangan sistem. Penulis juga
menampilkan hasil rancangan dalam bentuk grafik, tabel, dan gambar.
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi ringkasan dan implikasi hasil perancangan berdasarkan
analisis data dan permasalahan yang dijelaskan dalam bab-bab
sebelumnya. Pada bab ini juga menyertakan saran bagi pengguna yang
akan menggunakan hasil rancangan.
Download