penyusunan standar pendidikan, kurikulum, dan capaian

advertisement
LAPORAN AKHIR
PROGRAM REVITALISASI BIDANG ILMU
PENYUSUNAN STANDAR PENDIDIKAN, KURIKULUM,
DAN CAPAIAN PEMBELAJARAN (LEARNING OUTCOMES)
PENDIDIKAN PROFESI ARSITEK
Bagian 1: Laporan Pelaksanaan Kegiatan
IKATAN ARSITEK INDONESIA
2015
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2. Tujuan Kegiatan ......................................................................................................... 3
1.3. Luaran Kegiatan ......................................................................................................... 3
2. PELAKSANAAN KEGIATAN ............................................................................................. 4
2.1. Workshop Penyusunan Capaian Pembelajaran (Learning Outcomes)........................ 4
2.2. Workshop Penyusunan Kurikulum .............................................................................. 5
2.3. Workshop Penyusunan Standar Pendidikan ............................................................... 7
2.4. Seminar Sosialisasi I .................................................................................................. 8
2.5. Seminar Sosialisasi II ............................................................................................... 11
2.6. Workshop Finalisasi ................................................................................................. 13
3. PENUTUP ....................................................................................................................... 15
LAMPIRAN ......................................................................................................................... 16
ii
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan arsitektur pada saat ini mengalami perubahan-perubahan yang menuntut model
pembelajaran yang lebih dinamis, multidisiplin dan fokus dalam menghasilkan lulusan yang
memenuhi standar kompetensi yang diakui secara nasional dan internasional. Selain itu,
lulusan yang dihasilkan pun diharapkan mampu merespon isu-isu kiwari seperti mengenai
lingkungan dan keberlanjutan, sosial-politik dan kemasyarakatan sebagai bagian dari
tuntutan zaman, selain juga tantangan globalisasi yang menuntut lulusan pendidikan
arsitektur untuk semakin tajam mengasah diri dalam bersaing dengan Arsitek asing.
Tantangan di tingkat regional ditandai salah satunya dengan diberlakukannya Pasar Bebas
ASEAN Tahun 2015. Dalam hal ini, berlaku standar praktek untuk Arsitek negara-negara
anggota ASEAN yang memungkinkan Arsitek-Arsitek tersebut berpraktek di negara-negara
anggota ASEAN lainnya. Dalam hal ini, pada tahun 2007 yang lalu pemerintah Indonesia
ikut menandatangani keikutsertaan Indonesia dalam ASEAN Mutual Recognition
Arrangement (MRA) for Architectural Services. Sebagai syarat untuk menjadi ASEAN
Architect, maka lulusan perguruan tinggi di Indonesia mesti menempuh pendidikan arsitektur
minimum 5 tahun di luar pemagangan (hal ini juga sesuai syarat yang diminta oleh UIA).
Dalam kenyataannya, pada saat ini pendidikan arsitektur di Indonesia diselenggarakan
melalui pendidikan pada jenjang sarjana (S1) yang menghasilkan lulusan Sarjana Arsitektur
dengan masa pendidikan empat tahun sehingga terdapat kekurangan satu tahun untuk
memenuhi persyaratan internasional. Sejak tahun 2009, organisasi profesi (dalam hal ini
Ikatan Arsitek Indonesia – IAI) yang juga didukung oleh asosiasi perguruan tinggi (dalam hal
ini Asosiasi Pendidikan Tinggi Arsitektur di Indonesia - APTARI) telah menetapkan Program
Pendidikan Profesi Arsitek (baik yang merupakan kelanjutan 1 tahun sesudah menempuh
pendidikan S1 4 tahun, maupun yang dicangkokkan dalam program Magister 2 tahun)
sebagai alur resmi untuk menjadi Arsitek profesional di Indonesia.
Untuk saat ini, menurut data Indonesia Monitoring Committee (IMC) MRA for Architectural
Services kurang lebih baru 84 orang arsitek Indonesia yang mendapat sertifikasi sebagai
ASEAN Architect dari k.l. 2100 orang Arsitek yang sudah memperoleh Sertifikat Keahlian
Arsitek (SKA) di tingkat nasional dan dari total kurang lebih 11.000 arsitek yang terdaftar di
Organisasi Profesi IAI.
Tantangan di tingkat nasional sementara itu menuntut lulusan perguruan tinggi yang mampu
bersaing, tidak hanya dengan arsitek asing, tapi justru dengan sesama lulusan perguruan
tinggi di dalam negeri. Sebagai catatan, Rancangan Undang-Undang (RUU) Arsitek saat ini
sedang dalam proses legislasi untuk ditetapkan sebagai Undang-Undang oleh DPR. Jika
nanti RUU ini disetujui menjadi UU, maka profesi Arsitek menjadi salah satu profesi yang
mempunyai tanggungjawab hukum dalam melakukan praktek konsultansi perancangan.
Sehingga terdapat kejelasan dan kepastian hukum mengenai persyaratan untuk menjadi
Arsitek profesional di tingkat nasional. Oleh sebab itu, pendidikan tinggi arsitektur juga perlu
1
mempersiapkan diri memasuki suatu tatanan baru untuk menghasilkan lulusan yang
memenuhi syarat kompetensi yang baku (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia dan
Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi tahun 2008) melalui penyelenggaran
pendidikan arsitektur yang memenuhi standar pendidikan tinggi yang diakui di tingkat
nasional (UU no. 12/2012 tentang Pendidikan Tinggi).
Berdasarkan data PDDIKTI (2015), jumlah perguruan tinggi penyelenggara program S1
Arsitektur saat ini adalah sejumlah 164 perguruan tinggi dan 159 yang aktif.1 Dari jumlah ini,
ada 16 perguruan tinggi penyelenggara program Magister, dan 7 perguruan tinggi
penyelenggara program Doktor Arsitektur Jumlah ini merupakan yang terbesar di negara
ASEAN (bandingkan dengan Filipina: 83 PT, Vietnam: 22 PT dan Thailand: 20 PT). Jumlah
ini merupakan kekuatan dan peluang bagi Perguruan Tinggi di Indonesia untuk menguasai
pasar tenaga kerja di ASEAN.
Di antara 159 Perguruan tinggi yang membuka program S1 tersebut, tercatat hanya 14
perguruan tinggi yang sudah melakukan kerjasama dengan organisasi profesi (Ikatan
Arsitek Indonesia - IAI) untuk membuka Program PPAr (Pendidikan Profesi Arsitektur) yaitu
Universitas Sumatera Utara, Universitas Indonesia, Universitas Trisakti, Institut Teknologi
Bandung, Universitas Katolik Parahyangan, Universitas Diponegoro, Universitas Katolik
Soegijapranata, Universitas Gadjah Mada, Universitas Kristen Petra, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, Universitas Islam Indonesia, Universitas Bung Hatta, Universitas Katolik
Atma Jaya Yogyakarta dan Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta. Dari 14 perguruan
tinggi ini, baru 1 perguruan tinggi saja penyelenggara PPAr yang tercatat dalam basis data
Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti), yaitu Universitas Indonesia. Hal ini merupakan
tantangan bagi Perguruan Tinggi di Indonesia, dikarenakan belum ada syarat kompetensi
yang baku, rujukan kurikulum yang jelas dan ketiadaan standar pendidikan tinggi bidang
arsitektur yang berkekuatan hukum. Bisa dibayangkan, jika kita ambil perumpamaan bahwa
tiap 2000 penduduk membutuhkan 1 arsitek per tahun, itu artinya dengan 200 juta penduduk
Indonesia, k.l diperlukan 100.000 arsitek. Oleh karena itu, dengan hanya 14 prodi PPAr saja
yang baru menyelenggarakan pendidikan arsitektur 5 tahun, maka diperlukan lebih banyak
lagi perguruan tinggi yang menghasilkan lulusan pendidikan tinggi arsitektur 5 tahun.
Selain itu, berdasarkan data APTARI (2013)2, terdapat disparitas (perbedaan) kualitas yang
cukup besar antara pendidikan arsitektur di pulau Jawa dan di luar pulau Jawa. Pulau Jawa
masih menempati jumlah tertinggi program studi Arsitektur yaitu sebanyak 37%, lalu disusul
oleh Sulawesi, yaitu sebanyak 19% dan Sumatra sebanyak 19%. Berdasarkan data
akreditasi BAN-PT, dari 103 program studi S1 Arsitektur di Jawa dan Sumatra, terdapat 19%
yang terakreditasi A, 48% yang terakreditasi B, dan 33% yang terakreditasi C. Sedangkan
dari 38 program studi S1 Arsitektur di luar Jawa dan Sumatera, terdapat 5% yang
terakreditasi A dan 34% yang terakreditasi B, sementara 61% lainnya terakreditasi C.3
1
Dari 164 data di PDDIKTI terdapat program studi yang dalam proses penghapusan, non aktif
maupun alih bentuk.
2
Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Asosiasi Pendidikan Tinggi Arsitektur Indonesia (APTARI)
Periode 2010 - 2013
3
Data Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) pada bulan Oktober 2015.
2
Sehubungan dengan berbagai tantangan dan peluang tersebut, perlu dilakukan revitalisasi
program pendidikan tinggi arsitektur di Indonesia untuk menghadapi dinamika perubahan
dan tantangan-tantangan keilmuan di tingkat global, regional maupun nasional. Oleh karena
itu, Ikatan Arsitek Indonesia yang juga bekerjasama dengan Perguruan Tinggi, dalam hal ini
Asosiasi Pendidikan Tinggi Arsitektur di Indonesia (APTARI), melaksanakan Program
Revitalisasi Bidang Ilmu untuk Penyusunan Capaian Pembelajaran, Kurikulum, dan Standar
Pendidikan Profesi Arsitek pada tahun 2015. Program ini merupakan upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan tinggi arsitektur di Indonesia secara umum dan
pendidikan profesi arsitektur secara khusus. Program ini meliputi penyusunan capaian
pembelajaran (learning outcomes), kurikulum, dan standar pendidikan.
1.2. Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut.
a) Merumuskan standar pendidikan, kurikulum dan capaian pembelajaran/learning
outcomes pada Pendidikan Profesi Arsitek yang akan menjadi acuan secara nasional.
b) Mensosialisasikan hasil rumusan standar pendidikan, kurikulum dan capaian
pembelajaran/learning outcomes kepada institusi penyelenggara pendidikan arsitektur.
c) Mendorong komitmen institusi penyelenggara pendidikan arsitektur untuk membuka
Program Pendidikan Profesi Arsitek dengan mengacu pada rumusan standar
pendidikan, kurikulum dan capaian pembelajaran/learning outcomes.
1.3. Luaran Kegiatan
Luaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah terdiri dari:
a) Standar Pendidikan Profesi Arsitek berbasis pada 8 standar Pendidikan Tinggi
b) Kurikulum berbasis pada KKNI
c) Rincian capaian pembelajaran/kompetensi/learning outcomes
Melalui kegiatan ini juga diharapkan dapat diperoleh komitmen dari sejumlah perguruan
tinggi untuk membuka program profesi arsitek dalam rangka memenuhi pendidikan selama
lima tahun untuk menjadi arsitek. Dengan mengacu pada ketiga output di atas, diharapkan
bahwa perguruan tinggi yang telah dan akan membuka program pendidikan profesi arsitek
dapat menghasilkan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) untuk diimplementasikan pada
program studi masing-masing.
3
2. PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan penyusunan standar pendidikan, kurikulum dan capaian pembelajaran/learning
outcomes pada Pendidikan Profesi Arsitek dilaksanakan dengan pembentukan tim Pokja
terdiri dari pakar dalam pendidikan dan keprofesian arsitek. Tim Pokja merumuskan standar
pendidikan, kurikulum, dan capaian pembelajaran berdasarkan masukan dari pemangku
kepentingan. Kegiatan dilaksanakan melalui 6 (enam) langkah kegiatan sebagai berikut.
a) Workshop penyusunan capaian pembelajaran (learning outcomes)
b) Workshop penyusunan kurikulum
c) Workshop penyusunan standar pendidikan
d) Seminar sosialisasi I
e) Seminar sosialisasi II
f) Workshop finalisasi
Berikut ini adalah laporan singkat pelaksanaan kegiatan dalam setiap tahapan tersebut.
2.1. Workshop Penyusunan Capaian Pembelajaran (Learning Outcomes)
Kegiatan workshop ini bertujuan untuk merumuskan capaian pembelajaran (learning
outcomes) pada pendidikan profesi arsitek yang akan menjadi acuan bagi seluruh institusi
pendidikan tinggi penyelenggaraan program profesi arsitek. Perumusan capaian
pembelajaran dilakukan dengan berdasarkan pada acuan kompetensi profesi arsitek
nasional dan internasional serta KKNI. Kegiatan ini telah dilaksanakan di Jakarta pada
tanggal 30 Juli 2015 dengan melibatkan Tim Pokja yang terdiri dari 10 (sepuluh) orang dan
mengundang narasumber atau pakar yang terkait dengan learning outcomes Program
Pendidikan Profesi Arsitek sebanyak 12 (duabelas) orang. Workshop ini kemudian
ditindaklanjuti dengan rapat Tim Pokja pada tanggal 6 Agustus 2015 untuk membahas lebih
lanjut dan merumuskan hasil-hasil workshop.
Dalam kegiatan pertama ini ini telah dibahas berbagai isu-isu terkait urgensi perumusan
learning outcomes bagi Pendidikan Profesi Arsitek, identifikasi berbagai konsekuensi dari
pemberlakukan kewajiban Pendidikan Profesi Arsitek terhadap praktik keprofesian arsitek di
Indonesia, serta pentingnya penentuan alur pendidikan arsitektur untuk memposisikan
Pendidikan Profesi Arsitek di dalam jenjang pendidikan dan keprofesian. Dalam kegiatan ini
juga telah dilakukan penelaahan berbagai materi yang telah dirumuskan oleh berbagai pihak
selama ini, terdiri dari Pedoman Pendidikan Profesi Arsitek yang telah dirumuskan oleh IAI
pada tahun 2007, draf capaian pembelajaran serta pemetaan kompetensi pendidikan
arsitektur menurut KKNI dan UIA yang telah dirumuskan oleh APTARI. Bahan-bahan
tersebut menjadi dasar dalam penyusunan learning outcomes bagi Pendidikan Profesi
Arsitek.
4
Kegiatan ini telah menghasilkan luaran yang terdiri dari:
a) Kajian urgensi dan implikasi pemberlakukan Pendidikan Profesi Arsitek dalam
kaitannya dengan keprofesian arsitek di Indonesia.
b) Draf rekomendasi alur pendidikan untuk menjadi arsitek professional.
c) Draf rekomendasi capaian pembelajaran Pendidikan Profesi Arsitek.
d) Pemetaan butir-butir kompetensi mengacu pada UIA dan KKNI.
Gambar 2.1. Kegiatan workshop penyusunan capaian pembelajaran dihadiri oleh Tim Pokja
dan narasumber/pakar profesi dan pendidikan arsitektur
2.2. Workshop Penyusunan Kurikulum
Kegiatan workshop ini bertujuan untuk merumuskan kurikulum pada pendidikan profesi
arsitek yang akan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum, silabus dan Rencana
Pembelajaran Semester (RPS) bagi seluruh institusi pendidikan tinggi penyelenggaraan
program profesi arsitek. Kegiatan workshop telah dilaksanakan di Institut Teknologi Bandung
pada tanggal 12 September 2015. Peserta workshop terdiri dari Tim Pokja, narasumber dari
Direktorat Belmawa Dikti dan Ketua Umum IAI, serta perwakilan dari 15 perguruan tinggi
yang pada saat ini telah menyelenggarakan pendidikan profesi arsitek atau pendidikan
magister arsitektur yang mengandung muatan profesi.
Pada kegiatan kedua ini telah dilakukan pembahasan lebih lanjut mengenai alur pendidikan
untuk menjadi arsitek, khususnya untuk memperoleh titik temu mengenai kesesuaian
pendidikan profesi yang dilaksanakan di perguruan tinggi dengan persyaratan yang
diberlakukan di IAI sebagai asosiasi profesi yang memberikan sertifikasi bagi arsitek. Dalam
kegiatan ini juga dilakukan pemetaan lebih lanjut terhadap learning outcomes untuk program
pendidikna profesi arsitek dengan mengacu pada kompetensi yang ditetapkan oleh IAI dan
UIA, serta dengan memperhatikan ketentuan magang profesi yang diberlakukan oleh IAI.
Selanjutnya perumusan kurikulum dilakukan dengan berdasarkan pada acuan capaian
pembelajaran yang telah dirumuskan dalam kegiatan workshop sebelumnya dan mengacu
5
pada ketentuan penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi yang sesuai dengan KKNI, serta
dengan mempertimbangkan kurikulum yang selama ini telah diimplementasikan pada
program profesi yang telah berjalan. Pembahasan tentang kurikulum menghasilkan pokokpokok bahan kajian untuk pendidikan profesi arsitek, yang akan menjadi dasar bagi
perguruan tinggi penyelenggara dalam merumuskan kurikulumnya masing-masing.
Kegiatan ini telah menghasilkan luaran yang terdiri dari:
a) Penyempurnaan rekomendasi alur pendidikan untuk menjadi arsitek professional
b) Rekomendasi profil lulusan Pendidikan Profesi Arsitek
c) Rekomendasi capaian pembelajaran (learning outcomes) Pendidikan Profesi Arsitek.
d) Rekomendasi bahan kajian untuk kurikulum Pendidikan Profesi Arsitek.
Gambar 2.2. Kegiatan workshop penyusunan kurikulum dibuka oleh Dekan SAPPK ITB
Gambar 2.3. Workshop dihadiri narasumber Ketua Umum IAI dan Direktorat Pembelajaran
6
Gambar 2.4. Pembahasan kaitan PPAr dengan sertifikasi arsitek
2.3. Workshop Penyusunan Standar Pendidikan
Kegiatan workshop ini bertujuan untuk merumuskan standar pendidikan profesi arsitek yang
akan menjadi acuan bagi seluruh institusi pendidikan tinggi penyelenggaraan program
profesi arsitek. Kegiatan workshop dilaksanakan di Jakarta Design Center pada tanggal 28
September 2015. Workshop dihadiri oleh Tim Pokja dengan narasumber Direktur
Pembelajaran Direktorat Jenderal Belmawa, serta Ketua Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP). Workshop ini merupakan kegiatan pertama yang dilaksanakan setelah
pergantian Pengurus Nasional IAI, sehingga dihadiri oleh Ketua IAI yang baru terpilih serta
Dewan Pendidikan Arsitektur (DPA) IAI dan Dewan Keprofesian Arsitek (DKA) IAI yang baru
terbentuk.
Dalam kegiatan ini dilakukan pembahasan terhadap hasil-hasil yang telah dicapai dalam
kegiatan workshop sebelumnya, untuk memperoleh masukan dan pandangan dari anggota
DPA dan DKA IAI yang baru. Selanjutnya perumusan standar pendidikan profesi arsitek
terdiri dari 8 (delapan) standar yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi,
terdiri dari standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar penilaian,
standar pendidik, standar sarana dan prasarana, serta standar pembiayaan. Standar
disusun dengan mempertimbangkan arahan dari BSNP, dengan mengacu pada berbagai
peraturan yang ada dan selama ini telah berlaku baik dalam lingkungan perguruan tinggi
maupuan di lingkungan asosiasi profesi IAI.
7
Kegiatan ini telah menghasilkan luaran yang terdiri dari:
a) Penyempurnaan draf rekomendasi profil lulusan Pendidikan Profesi Arsitek
b) Penyempurnaan draf rekomendasi capaian pembelajaran (learning outcomes)
Pendidikan Profesi Arsitek.
c) Penyempurnaan draf rekomendasi bahan kajian untuk kurikulum Pendidikan Profesi
Arsitek.
d) Matriks perumusan standar pendidikan profesi arsitek dengan mengacu pada
berbagai ketentuan yang telah ada.
Gambar 2.5. Workshop penyusunan standar dihadiri oleh narasumber Ketua BSNP
2.4. Seminar Sosialisasi I
Kegiatan seminar ini bertujuan untuk mensosialisasikan hasil-hasil dari ketiga workshop
sebelumnya mengenai capaian pembelajaran, kurikulum dan standar pendidikan profesi
arsitek. Sosialisasi dilakukan dengan melibatkan perwakilan berbagai perguruan tinggi
penyelenggara program sarjana arsitektur yang diharapkan dapat didorong untuk segera
membuka program profesi arsitek. Melalui kegiatan sosialisasi ini, diharapkan perwakilan
perguruan tinggi dapat memperoleh gambaran untuk penyusunan capaian pembelajaran,
kurikulum dan Rencana Pembelajaran Semester (RPS) untuk diimplementasikan dalam
program studi masing-masing. Seminar ini juga sekaligus merupakan forum dialog untuk
memperoleh masukan dari perguruan tinggi bagi penyempurnaan rumusan capaian
pembelajaran, kurikulum dan standar pendidikan profesi arsitek.
Seminar sosialisasi yang pertama dilaksanakan di Hotel Grand City, Makassar pada tanggal
6-7 November 2015. Seminar dihadiri oleh Tim Pokja, Wakil Ketua IAI Nasional, Perwakilan
IAI Daerah, serta perwakilan dari sekitar 27 perguruan tinggi penyelenggara program
pendidikan arsitektur yang berasal dari Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTT, Maluku dan Papua.
Dalam seminar ini Tim Pokja menyampaikan hasil-hasil rumusan yang telah dicapai sampai
saat ini, serta menampung masukan dan aspirasi dari peserta seminar.
8
Hasil yang dicapai dari kegiatan ini terdiri dari:
a) Membangun komitmen bersama untuk mendukung terlaksananya Pendidikan
Profesi Arsitek
b) Memperoleh masukan dari perguruan tinggi mengenai Pendidikan Profesi Arsitek
Gambar 2.6. Seminar Sosialisasi dihadiri oleh Wakil Ketua IAI Nasional
Gambar 2.7. Peserta seminar berasal dari berbagai perguruan tinggi
di Indonesia Bagian Tengah dan Timur
9
Gambar 2.8. Tim Pokja menyampaikan hasil-hasil yang telah dicapai
Mengenai Pendidikan Profesi Arsitek
Gambar 2.9. Dialog untuk menyampaikan masukan dan aspirasi peserta
10
2.5. Seminar Sosialisasi II
Sebagai kelanjutan dari seminar sosialisasi pertama di Makassar, seminar sosialisasi yang
kedua dilaksanakan di Hotel Santika, Depok pada tanggal 12-13 November 2015. Seminar
dihadiri oleh Tim Pokja, narasumber dari Direktorat Penjaminan Mutu Direktorat Jenderal
Belmawa, Wakil Ketua IAI Nasional, Pengurus IAI Nasional, serta perwakilan dari sekitar 50
perguruan tinggi penyelenggara program pendidikan arsitektur yang berasal dari jawa dan
Sumatra. Dalam seminar ini Tim Pokja menyampaikan hasil-hasil rumusan yang telah
dicapai sampai saat ini, serta menampung masukan dan aspirasi dari peserta seminar.
Gambar 2.10. Peserta seminar berasal dari berbagai perguruan tinggi
di Indonesia Bagian Barat
Gambar 2.11. Seminar dihadiri oleh narasumber dari Direktorat Jenderal Belmawa
11
Hasil yang dicapai dari kegiatan ini terdiri dari:
a) Membangun komitmen bersama untuk mendukung terlaksananya Pendidikan
Profesi Arsitek
b) Memperoleh masukan dari perguruan tinggi mengenai Pendidikan Profesi Arsitek
Gambar 2.12. Tim Pokja menyampaikan hasil-hasil yang telah dicapai
mengenai Pendidikan Profesi Arsitek
Gambar 2.13. Dialog untuk menyampaikan masukan dan aspirasi peserta
12
2.6. Workshop Finalisasi
Kegiatan workshop ini bertujuan untuk memfinalisasi hasil perumusan capaian pembelajaran
(learning outcomes), kurikulum dan standar pendidikan profesi arsitek yang telah dihasilkan
pada ketiga kegiatan workshop, serta dengan mempertimbangkan berbagai masukan yang
diperoleh dari perguruan tinggi peserta seminar sosialisasi I dan II. Rumusan final dari
capaian pembelajaran (learning outcomes), kurikulum dan standar pendidikan profesi arsitek
akan menjadi acuan bagi seluruh institusi pendidikan tinggi yang telah dan akan
menyelenggarakan program profesi arsitek.
Kegiatan workshop dilaksanakan di Hotel Fave, Bogor, 4-5 Desember 2015. Workshop
dihadiri oleh narasumber Direktur Pembelajaran Direktorat Jenderal Belmawa, dengan
peserta terdiri dari berbagai pihak yang akan terlibat dalam implementasi rumusan yang
dihasilkan program ini. Peserta kegiatan workshop adalah Tim Pokja, Pengurus IAI Nasional
yang terdiri dari Badan Pendidikan, Badan Keprofesian, Dewan Pendidikan Arsitek dan
Dewan Keprofesian Arsitek, serta Pengurus APTARI dan perwakilan dari ARCASIA. Dalam
kegiatan ini dilakukan pembahasan terhadap semua rumusan yang telah dihasilkan dari
kegiatan-kegiatan selanjutnya. Kegiatan ini juga berupaya mencapai beberapa kesepakatan
pokok antara IAI dan APTARI mengenai Pendidikan Profesi Arsitek, yang selanjutnya akan
ditindaklanjuti bersama.
Kegiatan ini telah menghasilkan luaran yang terdiri dari:
a) Draf final rekomendasi alur pendidikan, profil lulusan, capaian pembelajaran
(learning outcomes), bahan kajian untuk kurikulum dan standar pendidikan
b) Draf final rekomendasi prosedur pendirian dan penyelenggaraan PPAr
c) Pokok-pokok kesepakatan antara IAI dan APTARI mengenai PPAr
Gambar 2.14. Workshop dipimpin oleh Ketua Umum IAI dan dihadiri oleh narasumber
Direktur Pembelajaran
13
Gambar 2.15. Peserta workshop finalisasi terdiri dari perwakilan IAI dan APTARI
Gambar 2.16. Diskusi mencapai kesepakatan Pendidikan Profesi Arsitek
14
3. PENUTUP
Program Revitalisasi Bidang Ilmu yang dilaksanakan oleh Ikatan Arsitek Indonesia (IAI)
bersama dengan Asosiasi Pendidikan Tinggi Arsitektur Indonesia (APTARI) telah
terlaksanan melalui enam tahap kegiatan dan menghasilkan luaran yang terdiri dari:
a)
b)
c)
d)
e)
f)
Rekomendasi alur pendidikan professional arsitektur
Rekomendasi profil lulusan
Rekomendasi capaian pembelajaran (learning outcomes)
Rekomendasi bahan kajian untuk kurikulum
Rekomendasi standar pendidikan
Rekomendasi prosedur pendirian dan penyelenggaraan PPAr
Rekomendasi yang dihasilkan dari kegiatan ini terdapat dalam Buku 2 yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan Akhir ini. Rekomendasi ini akan ditindaklanjuti
untuk menjadi peraturan yang akan menjadi landasan dalam pendirian dan
penyelenggaraan Program Studi Profesi Arsitek secara nasional.
15
LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Notulen Workshop Penyusunan Capaian Pembelajaran (Learning Outcomes)
Notulen Workshop Penyusunan Kurikulum
Notulen Workshop Penyusunan Standar Pendidikan
Notulen Seminar Sosialisasi !
Notulen Seminar Sosialisasi II
Notulen Workshop Finalisasi
16
Program Revitalisasi Bidang Ilmu
Penyusunan Standar Pendidikan, Kurikulum, dan Capaian Pembelajaran
(Learning Outcomes) Program Profesi Arsitek Tahun 2015
Kegiatan 1: Workshop Penyusunan Capaian Pembelajaran (Learning Outcomes)
Tanggal
Tempat
: 10 Juli 2015
: Ruang Orchid I Jakarta Design Center Lt. 6
Jl. Gatot Subroto Kav. 53, Slipi, Jakarta Pusat 10260
:
Peserta
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nama Peserta
Yandi Andri Yatmo
A. Adib Abadi
Kemas Ridwan Kurniawan
Paramita Atmodiwirjo
Ilya F. Maharika, IAI
Tavip Kurniadi Mustafa, IAI
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
13.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Yuswadi Saliya, IAI
Marwan Massinai, IAI
Susinety Prakoso
Himasari Hanan
Munichy B. Edrees, IAI, AA
Sandi Siregar, IAI
Ronald L. Tambun, IAI, AA
Putu Rumawan Salain, IAI
Achmad D. Tardiyana
Endy Subiono, IAI., AA
Didi Haryadi, IAI
Budi Sukada, IAI
Tateng K. Djajasudarma, IAI, AA
Eko Alvares, IAI
Bambang Soemardiono
Ahmad Djuhara, IAI
Timmy Setiawan T., IAI., AA
Bambang Eryudhawan, IAI
Hadir
√
√
√
√
√
√
Agenda:
1. Pembahasan Pendidikan Profesi Arsitek
2. Pembahasan Capaian Pembelajaran (Learning Outcomes)
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
-
Pembahasan
1. Sesi 1
 Pembukaan
 Pengantar oleh penanggung jawab kegiatan (Ketua I IAI)
 Pengantar oleh Ketua APTARI
 Paparan Sejarah Pendidikan Arsitektur dan PPAr di Indonesia oleh Prof. Kemas Ridwan Kurniawan
 Diskusi/pandangan umum mengenai Pendidikan Profesi Arsitek di Indonesia
dengan moderator Tavip Kurniadi Mustafa, IAI
A. UMUM
1. Agar dilakukan penyempurnaan kronologis Pendidikan Arsitektur di Indonesia.
2. Harus ditelusuri kembali terbentuknya DPA
B. PENDIDIKAN PROFESI ARSITEK
1. Sandi Siregar
a. Sekilas tentang PPAr.
i. Tahun 90an PPAr dicetuskan karena pemerintah menetapkan pendidikan S1
berubah dari 160 sks dengan masa studi 5 tahun menjadi 144sks dengan masa
studi 4 tahun. Akibat pengurangan sks tersebut dirasakan lulusan S1 tidak siap
pakai. Antisipasi yang dilakukan adalah menciptakan penataran strata bagi
lulusan S1 yang mengajukan sertifikat profesional.
ii. UIA menetapkan pendidikan arsitektur 5 tahun sehingga untuk mensejajarkan
pendidikan Arsitektur Indonesia secara internasional maka digagaslah Pendidikan
Profesi Arsitek (PPAr) selama 1 tahun. Dan UIA telah menyetujui pola pendidikan
Arsitektur di Indonesia adalah 4 tahun S1 + 1 tahun PPAr.
iii. DPA dibentuk dalam rangka mewujudkan PPAr.
iv. DPA telah menyusun panduan PPAr tahun 2005 dan dicetak menjadi buku merah
oleh IAI DKI pada tahun 2007.
v. Prinsip panduan PPAr tidak terlalu mengintervensi program studi.
vi. Studio PPAr berkisar 8-10sks dengan total sks studio dari awal pendidikan
minimal 48 sks.
vii. Program PPAr dirancang 2 semester dengan 24 sks.
viii. Program PPAr pertama sekali diselenggarakan di USU (2006).
ix. Sudah ada 12 PT yang menjalankan program PPAr, 11 PT mencangkokan
program PPAr di program Magister dan hanya 1 yang menjadi program studi
secara mandiri yaitu UI, sehingga hanya UI yang dicatat di Dikti sebagai Program
Pendidikan Profesi.
b. Masukan:
i. Agar IAI menegas pengakuan terhadap lulusan program PPAr yang belum
terdaftar di Dikti.
ii. Agar dilakukan penyempurnaan Panduan PPAr dari 24sks menjadi 36 sks sesuai
dengan UU no 12 tahun 2012.
iii. IAI harus memperjuangkan agar PPAr mendapat dukungan legal.
2. Yuswadi Salya
a. Sekilas tentang pendidikan arsitektur
i. Awalnya arsitektur dianggap ilmu lapangan (tidak ilmiah) sehingga ada konflik
bagaimana mengilmiahkan ilmu lapangan.
ii. Dasar ilmu arsitektur adalah etika, lingkungan dan ketrampilan.
b. Masukan
i. IAI agar memetakan tuntutan IAI terhadap lulusan pendidikan arsitektur (profil
lulusan PPAr).
ii. Agar dilakukan pemetaan ilmu sesuai nomenklatur ilmu yang diakui secara
internasional (Unesco,1970).
iii. Agar dirumuskan standar penerimaan mahasiswa.
iv. Learning Outcomes harus mengacu kepada spektrum keilmuan yang ada.
v. Harus dirumuskan tentang keinsinyuran lulusan S1 arsitektur (sebagai engineer).
3. Bambang Sumardiono
a. Pelaksanaan PPAr
i. Panduan PPAr dijalankan berbeda antara satu dengan lainnya.
ii. Penyelenggaraan PPAr tergantung terhadap pengakuan dan pemanfaatan arsitek
dalam kegiatan konstruksi. Hal ini berdampak kepada minat peserta PPAr yang
terkait langsung terhadap kelangsungan program PPAr.
iii. LPJK menetapkan standar yang lebih rendah untuk sebutan ahli muda yaitu
minimal pendidikan D3 yang menyebabkan PPAr sepi peminat.
iv. Mata kuliah dengan judul yang sama dapat berisi materi yang berbeda-beda
antar PT.
b. Masukan
i. Dibutuhkan panduan PPAr yang lebih operasional.
ii. Harus dilakukan pemetaan varian pendidikan arsitektur di daerah.
iii. IAI harus mendorong pemanfaatan arsitek melalui lisensi didaerah.
iv. Penyelenggaraan PPAr butuh dukungan legal. IAI harus berjuang untuk merubah
tersebut.
v. Penertiban judul matakuliah yang diterjemahkan berbeda-beda antar PT.
vi. Eko Alvares: PPAr butuh panduan kelembagaan yang jelas.
1. Persyaratan PT penyelenggara
2. Kesepakatan PT dengan IAI
3. Pengakuan terhadap lulusan
4. Persyaratan pengajar, proporsi antara pengajar akademis dan pengajar
profesi
c. Masalah
i. Ilya: Dalam proses kelembagaan PPAr seharusnya dinilai oleh orang-orang yang
mempunyai kompetensi juga. Harus ditetapkan kualifikasi dan persyaratannya.
ii. Eko Alvares: Ada konflik dimana dosen tidak boleh merangkap menjadi
profesional, karena dosen dipandang sebagai sebuah profesi. Butuh dukungan
legal melalui UUAr, dalam hal ini dapat melihat kepada dunia kedokteran.
C. WORKSHOP SKKNI PU, dilaporkan oleh Timmi Setiawan (IAI)
Bersamaan dengan kegiatan ini dilaksanakan juga workshop penyusunan SKKNI yang
diselenggarakan oleh Departemen PUPera.
1. Laporan
a. Workshop SKKNI PU membahas skema 101 dan 201.
b. Terjadi persepsi yang salah tentang arsitek yang menempatkan arsitek sebagai jabatan
kerja.
c. 13 butir kompetensi sudah diterima didalam forum.
d. Workshop dilaksanakan karena memperhatikan permintaan Depnaker dan Dikti.
e. Ada usaha untuk mengakomedasi pejabat PU dapat melaksanakan pekerjaan
perencanaan secara swa kelola.
f. Didalam worshop diakomodasi keberadaan asosiasi profesi lain selain IAI dan PU sebagai
peserta.
2. Masukan
a. Tidak ada masukan yang spesifik.
D. RUU ARSITEK, dilaporkan oleh Achmad Juhara (pokja RUU Arsitek IAI)
1. Laporan
a. Pokja membangun hubungan yang kuat antara IAI dan DPR.
b. Masih terjadi tarik menarik tentang definisi arsitek sebagai perancang dan arsitek sebagai
insinyur.
c. Terdapat perbedaan pemahaman tentang RUU Ars antar daerah. Termasuk kegunaan
dan pemanfaatnya.
d. Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) akan diakomodasi didalam tugas Dewan Arsitek.
2. Masukan
a. Adib: UU Ars sangat ditunggu sebagai konsideran Kepmen Dikti tentang Pendidikan PPAr.
b. Himasari: UUArs butuh dukungan dari pressure group yang harus dilakukan oleh IAI
dengan melibatkan stakeholder.
c. Eko Alvares: Dalam kunjungan DPR ke daerah terlihat bahwa terdapat distorsi
pemahaman terhadap UU yang berbeda satu dengan yang lain. UU Ars harus didorong
penerapannya di daerah melalui Perda Bangunan Gedung dan peraturan Lisensi
Arsitek/SIBP.
E. LAIN-LAIN
1. Yandi: Dibutuhkan bagan alur pendidikan arsitek menjadi Arsitek.
2. Eko: Dibutuh status pendidikan D3 Arsitek (pendidikan vokasi) dan skema peningkatan menjadi
arsitek (profesi).
2. Sesi 2
Pembahasan mengenai capaian pembelajaran (learning outcomes) Pendidikan Profesi Arsitek dengan
moderator APTARI
Nama
Ilya F. Maharika
Uraian
 Menjelaskan mengenai gambaran capaian profesi
arsitek dan apa yang disajikan sudah dapat dilihat
komparasinya dengan program S-1 dan S-2
 Dalam konteks standard, kita bisa merumuskan model
matrikulasi untuk program arsitektur hasil interpretasi
undang-undang. Ini menjadi dokumen legal yang akan
di-Kepmen-kan
 Apakah pendidikan profesi arsitektur di Indonesia bisa
dibedakan, menjadi professional education atau
architectural engineering
 Konsep pembelajaran PPAr ada di ranah program studi
Nama
Uraian
dan universitas
 Perumusan LO akan menjadi bahan kajian (unit-unit
pengetahuan dan skill) yang diperlukan
 Pada program sarjana, studio dilakukan on-campus. Di
PPAr, studio bisa dilakukan off-campus
 Perbedaan program PPAr dan program magang adalah,
program magang dijalani untuk mendapat pengetahuan
tertentu dari kantor sedangkan program ini adalah
learning process
Yandi Andri Yatmo
Himasari Hanan
Eko Alvares
Didi Haryadi
 Exit exam tidak selalu digabung dengan lisensi untuk
praktik mandiri dan perlu digabung dengan 2 tahun
magang. Jadi pengetahuan bisa didapat di PPAr dan
kemampuan untuk melakukannya didapatkan di
magang
 Apakah empat kuadran CP ada relevansi dengan domain
design, knowledge, dan skill dalam UIA
 Kemampuan mahasiswa mengenai gambar kerja tidak
akan jadi sangat fasih di program profesi, tetapi dia
mengalami
 Dalam KKNI Level 7, permasalahan dilakukan melalui
pendekatan monodisipliner. Apakah tepat untuk PPAr
dimana justru diharapkan multidisiplin dengan bidang
lain?
 Apabila PPAr mengikuti system Dikti, terjadi pindah jalur
sehingga aka nada dua jalur yang berbeda dengan
system pendidikan yang berbeda. Apa bisa berdiri
sendiri?
 Pendidikan arsitektur 5 tahun seharusnya utuh, tidak
ada matrikulasi di antaranya. Kompetensi standard
antara daerah dengan ibu kota masuk dalam
kompetensi yang harus dipikirkan
 Program profesi bisa mengkhususkan untuk
menghasilkan project architect
 Apakah lulusan IAI harus siap praktik mandiri?
 KKNI sudah memiliki dasar hukum pada tahun 2014
dalam Permendikbud : Penerapan KKNI dalam
Pendidikan Perguruan Tinggi
 Sarjana dan Diploma-4 disamakan, cara
menyetarakannya adalah dengan level-level undangundang
 Uji kompetensinya akan seperti apa?
 Pada lima tahun terakhir, LPJK punya dua sisi, baru
tahun ini dijadikan satu. Dalam menyatukan ini,
kelihatannya memang ada beberapa hal yang perlu
direkonstruksi lagi. Ada pepres pendidikan, tapi ada
peraturan Menteri PU yang harus disamakan (Permen
PU No. 09/PRT/M/2013)
 Apa bisa dengan ilmu yang tidak didapatkan di S-1 lalu
memenuhi standard profesi?
 Program magang adalah untuk membentuk sikap.
Apabila di PPAr sikap tidak diajarkan maka dapat
mengikuti program magang
Nama
Bambang Soemardiono
Kemas Ridwan Kurniawan
Uraian
 Ada kesempatan untuk menginterpretasi peraturanperaturan dengan program arsitektur
 KKNI tidak memiliki alasan untuk perbedaan standard
tiap daerah. Kurikulum inti berbeda, tetapi bisa menjadi
standard nasional apabila mengikuti standard learning
outcomes
Yuswadi Saliya
Ahmad Djuhara
Paramita Atmodiwirjo
 Sebaiknya dibuat model yang memudahkan prodi untuk
menentukan mata kuliah
 Sebagai praktisi, apa bedanya mengikuti program PPAr
dan program magang?
 Acuan UIA adalah kemampuan pada tiga tingkat
kompetensi didapat oleh mahasiswa selama 5 tahun
ditambah magang. Ada poin yang tidak diberikan di
perguruan tinggi, tapi diberikan di magang
 Program multi-disiplin adalah penguasaan individu,
terdapat di poin capaian pembelajaran terakhir no.4
3. Penutupan oleh Ketua Tim
Tindak lanjut dari kegiatan rapat ini akan diteruskan oleh Tim Pokja.
Rangkuman dibuat oleh :
 Tavip Kurniadi Mustafa
 Gadisha Amelia
Program Revitalisasi Bidang Ilmu
Penyusunan Standar Pendidikan, Kurikulum, dan Capaian Pembelajaran
(Learning Outcomes) Pendidikan Profesi Arsitek Tahun 2015
Kegiatan 2: Workshop Penyusunan Kurikulum
Tanggal
Tempat
Peserta
: 12 September 2015
: Ruang Sidang Gedung SAPPK ITB
:
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nama Peserta
Yandi Andri Yatmo
A. Adib Abadi
Kemas Ridwan Kurniawan
Paramita Atmodiwirjo
Ilya F. Maharika, IAI
Tavip Kurniadi Mustafa, IAI
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
13.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Susinety Prakoso
Himasari Hanan
Munichy B. Edrees, IAI, AA
Didi Haryadi, IAI
Tateng K. Djajasudarma, IAI, AA
Eko Alvares, IAI
Bambang Soemardiono
Ahmad Djuhara, IAI
Timmy Setiawan T., IAI., AA
Bambang Eryudhawan, IAI
Hanson Endra Kusuma
Eko Purwono
Widjaja Martokusumo
Basuki Dwisusanto
Rahadian Prajudi Herwindo
Rony Gunawan Sunaryo
VG Sri Rejeki
23.
Krisprantono
24.
25.
26.
27.
28.
29.
Ahmad Sarwadi
Baharuddin
Nani Widayati
Nina Carina
Maria Veronica
Gregorius Sri Wuryanto
30.
Freddy M. Nainggolan
Institusi/Lembaga
Tim Pokja
Tim Pokja
Tim Pokja
Tim Pokja
Tim Pokja
Tim Pokja
Tim Pokja
Tim Pokja
Ketua Umum IAI
Dewan Keprofesian
IAI
Universitas Bung Hatta
IAI
IAI
Badan Keprofesian
IAI
ITB
ITB
ITB
Universitas Parahyangan
Universitas Parahyangan
Universitas Kristen Petra
Universitas Katolik
Soegijapranata
Universitas Katolik
Soegijapranata
UGM
Universitas Hasanuddin
Universitas Tarumanegara
Universitas Tarumanegara
Universitas Tarumanegara
Universitas Kristen Duta
Wacana
Universitas Kristen Duta
Wacana
Hadir
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
No
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
Nama Peserta
Arif Kusumawanto
Labdo Pranowo
Jarwa Prasetyo
Triandriani Mustikawati
Bambang Susetyarto
SP. Mursid
Wayan Wiryawan
Nikolaus Nino Ardhiansyah
Institusi/Lembaga
UGM
UGM
Universitas Islam Indonesia
Universitas Brawijaya
Universitas Trisakti
DIKTI
Universitas Udayana
Universitas Atmajaya
Hadir
√
√
√
√
√
√
√
√
Agenda:
1. Pembahasan alur pendidikan, profil lulusan, capaian pembelajaran
2. Pembahasan kurikulum pendidikan profesi
Pembukaan
Moderator : A. Adib Abadi
Sambutan penanggung jawab program oleh A. Adib Abadi
Pengantar oleh Yandi Andri Yatmo



Acara ini didanai oleh Dikti dan IAI bertanggung jawab sebagai penyelenggaranya dan kemudian
bergandengan dengan APTARI agar pihak profesi dan pendidikan dapat sejalan. Tujuan kegiatan
ini adalah untuk memudahkan pendirian dari prodi profesi. Yang diundang pada workshop kali ini
adalah universitas-universitas yang dapat mendirikan Prodi Profesi lebih dahulu.
Kegiatan yang sudah dilakukan adalah melihat hubungan antara UIA, kompetensi di IAI, dll.
Diperlukan masukan untuk alur/capaian yang seperti itu. Juga apakah ada ruang fleksibilitas
untuk Prodi ini di daerah-daerah lain.
Paparan narasumber Dikti oleh SP Mursid
 Di Indonesia dikenal tiga istilah dalam pendidikan yaitu jenis, jalur, dan jenjang. Jalur yaitu
formal dan non formal. UU No. 2 Tahun 1990 hanya berbicara mengenai 2 jenis pendidikan yaitu
akademik dan profesional. Profesional kemudian dipecah menjadi yaitu pendidikan vokasi dan
profesi. Vokasi sendiri adalah sesuatu yang tidak dikenal di dunia. Apabila ditelaah lagi vokasi
adalah kejuruan. Untuk profesi, mestinya bukan pendidikan. Profesi adalah istilah untuk
melakukan fungsi-fungsi profesional. Saat ini di UU No. 20 kita mengenal pendidikan akademik,
vokasi, dan profesi. Profesi adalah pendidikan setelah S-1. Di UU, sebenarnya profesi adalah
kegiatan untuk kedinasan. Dibutuhkan pengakuan terhadap profesi, kemudian dibuat pendidikan
satu tahun di atas S-1 (profesi). Berkaitan dengan sertifikasi profesi dan kompetensi, pengakuan
terhadap lulusan profesi itu adalah sertifikat profesi. Seorang yang mengikuti pendidikan profesi,
selain dengan ijazah juga diakui dengan sertifikat profesi.
 Permendikbud No. 83 disepakati untuk menyelenggarakan pendidikan profesi dan pengakuan
terhadap keprofesian, pendidikan profesi harus diselenggarakan dengan asosisi profesinya. Jadi
yang terpenting adalah bahwa lulusannya nanti harus diakui oleh masyarakat/asosiasi profesinya.
 Apabila berkaitan dengan jenis, pendidikan profesi itu adalah kelanjutan dari kevokasian.
Pendidikan profesi di arsitektur adalah kelanjutan dari S-1. Yang tidak bisa dicocokkan adalah
profesi dimasukkan ke S-2 karena S-2 tidak mengeksplor keprofesian tetapi men-challenge
academic value. Kaidahnya, profesi sejajar pada tingkat yang tidak sepenuhnya sama. S-1 bisa



melanjutkan S-2 atau S-1 bisa melanjutkan profesi.
Pengakuan untuk arsitek adalah sertifikat dan lisensi. Dalam dunia pendidikan adalah sertifikat
sehingga prosesinya adalah sertifikasi. Sertifikasi profesi sebaiknya diselenggarakran oleh asosiasi
profesi. Institusi pendidikan melahirkan lulusan yang siap terjun ke dunia profesional, tetapi
untuk diakui memiliki fungsi profesionalnya itu dapat diakui oleh asosiasi profesi.
Bagaimana kalau pendidikan profesi diselenggarakan oleh institusi pendidikan tinggi? Sertifikasi
tidak bisa disamakan dengan memiliki ijazah. Tetapi dalam keprofesian adalah dia bisa
melakukan tugasnya atau tidak.
Pada keperawatan, pendidikan profesi menjadi kesatuan dengan pendidikannya. Tidak semua
pendidikan sudah ada asosiasi keprofesian.
Paparan oleh Munichy B. Edrees
 RUU Arsitek sudah masuk di Badan Legislatif. Pemerintah perlu dijelaskan lebih lanjut mengenai
apa sebetulnya tugas arsitek dan bahayanya apabila arsitek melakukan mal-praktik. Dijelaskan
bahwa proses desain adalah proses ilmiah. Banyak kekhawatiran mengenai RUU Arsitek untuk
diterapkan di kota-kota di berbagai daerah karena kurang paham akan ilmu arsitektur. Hasil
sosialisasi di ITB adalah banyak mahasiswa arsitektur yang tidak mengaplikasikan
pengetahuannya di dunia arsitektur dan bekerja di bidang lain. Timbul pertanyaan, apakah
sebetulnya yang butuh UU Arsitek adalah pengguna arsitektur?
 Di FGD maupun rapat dengar pendapat, pendidikan arsitek membutuhkan waktu yang lama yaitu
idealnya 5-7 tahun. Bagaimana tim kurikulum bisa mengolah hal tersebut. Saat ini lulusan
arsitektur adalah sarjana arsitektur, tetapi belum bisa prodi melanjutkan pendidikan tersebut
(keprofesian).
 UU Dikti No. 12 Tahun 12, program PPAr adalah program terpisah dari program akademik yang
wajib hukumnya, diselenggarakan oleh PTN atau PTS yang memiliki program arsitektur. Di
Indonesia ada 13 yang buka program PPAr dan yang sudah legal adalah di UI. Ijazah yang
dikeluarkan beragam. Sebaiknya dalam forum ini dapat disepakati bagaimana pendapat yang
bermacam-macam tersebut dapat disamakan.
o Pendidikan profesi arsitek dibutuhkan 5+2 tahun (magang). Untuk dapat lisensi ditambah
2-3 tahun.
Pembahasan
1. Sesi 1: Pembahasan alur pendidikan, profil lulusan, capaian pembelajaran
Moderator : A. Adib Abadi
Paparan Tim Pokja terkait :
1. Draft alur pendidikan
2. Draft profil lulusan
3. Draft capaian pembelajaran
Alur Pendidikan
 Alur menjadi sangat penting untuk mengarahkan sekolah-sekolah dalam proses pengembangan.
Sudah waktunya kita sepakat dalam konteks alur ini. Skema yang ditunjukkan adalah bentuk
yang ideal sehingga mahasiswa memiliki pandangan secara umum sehingga saat menjalani
pendidikan formal kembali di kampus akan membawa pengalaman tersebut dalam diskusi. Ideal
juga bahwa di antara PPAr dan Magister karena memang jenis yang berbeda maka dibedakan.

Yang kami coba rumuskan adalah minimum requirement yang confront dengan berbagai macam
hal. Untuk mahasiswa yang memiliki track record pendidikan 5 tahun sudah dapat memiliki
kesetaraan dengan mahasiswa di Singapura/negara lainnya.
Tidak semua institusi mampu mendirikan magister karena requirement cukup tinggi. Untuk PPAr,
doesn biasa dan ditambah dengan pengalam profesi sudah cukup untuk menjadi dosen program
profesi. Untuk bisa menyajikan pendidikan keprofesian di universitas, requirement ini lebih
mudah dicapai. Apbila sebuah universitas akan memasukkan program profesi, itu akan menjadi
opsi dalam level universitas. Posisi-posisi tersebut yang perlu dirumuskan bersama. Sertifikasi
yang setara dengan proses matrikulasi bisa dibuat.
Profil lulusan
 IAI belum berhasil mengeluarkan profil lulusan, tetapi terdapat acuan berupa 13 kompetensi
IAI untuk memperoleh SKA.
 Tim Pokja melakukan analisis aturan-aturan dari kompetensi-kompetensi yang ada berupa
tabel hubungan antara UIA, IAI, dan Aptari.
 4 tahun di setiap universitas berbeda-beda, di 1 tahun apakah nanti akan disamakan. Perlu
dibicarakan sejauh mana fleksibilitasnya. Ada beberapa pengetahun yang hilang, jadi sangat
sulit untuk 4 tahun kemudian dapat memenuhi standard UIA yang 7 tahun.
 35 butir kompetensi UIA adalah untuk pendidikan arsitektur 5 tahun. Untuk pendidikan
arsitektur 4 tahun ditambah PPAr 1 tahun, semestinya dapat memenuhi 35 butir kompetensi
yang diminta UIA, tetapi untuk saat ini belum cukup materi yang diberikan. Ada beberapa
skill yang diminta UIA tetapi tidak muncul dalam list kompetensi Aptari dan IAI.
 Yang diharapkan dari IAI adalah kemunculan profil karena dapat memberi arahan.
Tanggapan
Didi Haryadi
Penjelasan mengenai tabel kompetensi SKKNI.
Ilya F. Maharika
 Kedudukan dokumen SKKNI adalah alat uji bahwa seorang lulusan PPAr dapat melakukan ini
karena kemungkinan menjadi uji kompetensinya. Ini adalah ujian untuk mendapatkan
sertifikat. Selayaknya diskusi yang dilakukan bermuara ke tabel ini (ditayangkan di layar).
 Cakupan PPAr adalah tiga profil tersebut sehingga proses kurikulumnya akan diarahkan ke
sana. Dokumen yang disampaikan Bu Susi memperlihatkan adanya kesenjangan antar
dokumen. Yang pertama adalah dokumen UIA. Kemudian terdapat perbedaan dengan
dokumen dari Aptari yang merupakan revisi dari KKNI. Yang perlu dilihat adalah apakah
capaian pembelajaran yang berdasarkan KKNI masih terlalu jauh dari UIA. Contohnya, PPAr
intinya profilnya adalah ketiga itu. Kemudian capaian pembelajaran di PPAr dapat dipetakan
berdasarkan dua dokumen yaitu KKNI dan UIA. Dalam penegasan PPAr ini sangat mungkin
untuk hanya melihat minimum requirement saja. Kita bisa membuat prinsip semua sudah
disentuh di PPAr, tetapi untuk mencapai ability dapat diterima di program magang. 13
kompetensi dapat dipakai. Apabila yang bisa dihandle adalah 3 project, minimum
requirement adalah 3 projek.
Yandi Andri Yatmo
Kompleksitas dari projek menentukan
Ilya F. Maharika
Intinya mempunya cukup bekal untuk memenuhi 13 kompetensi. Dokumen-dokumen yang sudah
ada dapat digabungkan. Dalam proses magang akan ada proses-proses pemahiran.
Didi Haryadi
Lupakan jumlah proyek, kita harus melihat butir-butir yang tadi.
A. Adib Abadi
Sekolah arsitektur di Indonesia memiliki situasi beragam dan kita dituntut untuk menghasilkan
kurikulum yang dapat dipakai oleh semuanya.
Capaian Pembelajaran
 Di aturan Dikti level 7. Terdapat hal-hal yang berkaitan dengan sikap, keterampilan umum,
mampu bekerja di bidang keahlian, keterampilan khusus. Sebagian ditetapkan di S-1, tetapi ada
juga yang di profesi.
Sesi Diskusi
1. Hanson Endra Kusuma (Kaprodi Magister dan Doktor Arsitektur)
 Terkait dengan pendidikan 5 tahun. Dilihat di UIA, consideration, objective, dan prasyarat,
memang prasyarat pendidikan arsitektur adalah 5 tahun. Bagaimana kita menyelenggarakan 5
tahun tsb?
 Kalau melihat alur, 5 tahun itu tidak ada pilihan lain kecuali PPAr, apakah memang seperti itu?
Kita mengacu 5 tahun karena itu adalah dari UIA. KAAB menyelenggarakan 5 tahun tersebut
yaitu 4 tahun di S1 dan 2 tahun S2. Di Jepang dan Amerika juga seperti itu. Kekhawatirannya
adalah apakah lulusan kita nanti tidak dipertanyakan?
 Untuk memiliki lisensi arsitek tidak hanya dari PPAr tapi dari Magister juga bisa. Ada UU yang
menyebutkan pendidikan profesi merupakan kelanjutan dari vokasi, tapi mungkin ada
beberapa pilihan untuk menjadi arsitek berlisensi.
Tanggapan
SP Mursid
Level pendidikan tinggi kita memiliki pendidikan yang lebih ke akademik atau lebih ke profesi. Di
Indonesia banyak sekali jenis perguruan tinggi. Institut teknologi dimasukkan ke program akademik.
Dulu kita berpikir bahwa diploma sampai ke sub spsesialis ada di area sekolah tinggi akademik.
Pendidikan profesi berada di level 7. Pada saat membicarakan profesi ada di area akademik
komunitas.
Yandi Andri Yatmo
Di UU dinyatakan ada 3 jenis pendidikan, akademik, profesi, dan vokasi. Pasal 24 ayat 1, program
profesi merupakan pendidikan keahlian khusus yang diperuntukkan bagi lulusan program sarjana
atau sederajat untuk mengembangkan bakat dan kemampuan memperoleh kecakapan yang
diperlukan dalam dunia kerja. Di UIA tidak dikatakan secara spesifik 5 tahun langsung, tetapi
merupakan pilihan. Untuk aturan yang sekarang, akan memudahkan apabila 4 + 1 jadi minimum.
Apakah artinya pendidikan akdemik dan profesi satu-satu atau termasuk semuanya?
Hanson Endra Kusuma
5 tahun diselenggarakan dalam bentuk yang seperti apa? Dalam jenjang seperti apa? Dalam website
KAAB mereka mengatakan yang diakreditasi ada 34. 23 dari 19 adalah master program. PPAr jalan itu
oke, tetapi alur yang tadi hanya 1 pilihan sedangkan di UIA yang dikatakan adalah pendidikan arsitek
5 tahun, bukan 4+1 tahun PPAr. Ada kemungkinan alumni-alumni kita bekerja di luar negeri, apa
nanti tidak dipertanyakan? Seperti yang Pak Ilya katakan tadi kita harus fleksibel. Barangkali alur tadi
bisa sedikit revisi, pendidikan arsitektur 5 tahun bisa disimpan.
2. Sarwadi (UGM)
 Muncul 3 profil dari SKKNI, apakah benar akan seperti itu? Perancangan kota juga keluar,
tetapi asosiasinya juga berbeda. Apakah untuk keahlian memang akan ketiga itu?
Mungkin tidak muatan sks kita bisa membekali untuk seperti itu? Di dalam dokumen
sertifikasi IAI sendiri nilai urban design kecil. Apakah kita akan ubah sertifikasi tersebut?
Atau kita fokuskan pada perancangan bangunan? Di UIA tidak pernah disebut perancang
kota tetapi berwawasan mengenai perancangan kota. Kedodoran di UGM mengenai
lulusan adalah teknikal, jadi kalau ada profesi dapat memfokuskan pada gambar DED itu.
 Berkaitan dengan itu mengenai profil lulusan, mungkin perlu dibuat peta kurikulum
tersambungnya di mana, jadi nanti dapat diketahui mana jatah di PPAr. Di tiap perguruan
tinggi bisa berbeda. Karena kalau berbeda tidak bisa masuk ke PPAr yang lain. Terutama
karena situasi pendidikan arsitektur kita berbeda.
3. Pak Baharuddin (Unhas)
 Pasal 12 sudah bertentangan, apakah kita mau ikuti atau tidak? 5 tahun saya sepakat
bahwa adalah waktu pendidikan di sekolah. Yang tadi digambarkan ada internship yang
diluar pendidikan. 35 kompetensi di UIA memang tidak bisa dicocokkan dengan Aptari
karena Aptari hanya sekolah. Apa yang diurus di sekolah seharusnya berbeda dengan
yang diurus di profesi. Core pendidikan arsitektur tetap diikuti, tetapi kegiatan pendidikan
sendiri di Unhas sangat berbeda dengan di Jawa. Tidak boleh hanya lanjutan-lanjutan
saja. Padahal kalau sudah dipelajari di S-1 kenapa harus dilanjutkan? Barangkali bisa
ditambah dengan kompetensi yang belum didapatkan di S-1?
 Mengenai alur pendidikan, magang setelah PPAr. Sebaiknya PPAr adalah bagian dari
sarjana. Pendidikan kita system S-1nya adalah 4 tahun, kalau kita ubah S-1 3 tahun akan
lebih baik, tetapi harus diakui oleh pemerintah. Jadi magang dilakukan setelah PPAr,
yaitu setelah sekolah. Registrasi arsitek adalah arsitek yang teregistrasi, bagaimana
dengan lisensi?
4. Gregorius Sri Wuryanto
 alur pendidikan di Indonesia ada prasyarat sebelum PPAr harus magang 1 tahun. Setelah
lulus PPAr magang lagi 1 tahun. Lulus PPAr sudah dapat gelar Ar, sudah arsitek pratama.
Berarti PPAr belum tuntas. PPAr 1 tahun, kemudian dapat sertifikasi, dan lisensi.
 Pokja ini atas nama siapa dan posisinya apa. Apakah ini punya hak dan badan hukum
yang legal?
Tanggapan
Yandi Andri Yatmo
Di FGD di Demokrat sudah ditanyakan, selama ini yang kita kerjakan terkait dengan rancang bangun.
Lingkup kerja arsitek dapat dilihat pada UU yang akan keluar 3 bulan kemudian. 2 tahun datangnya dari
mana? UIA dan RUU Arsitek. Disebutkan di UIA dia harus memiliki 5 tahun belajar ditambah 2 tahun
magang yang tidak perlu berurutan. Di UIA disebutkan 5 dan 2, 2 dapat didefinisikan sesuai kebijakan
seberapa Negara ini mau mendapatkan arsiteknya. Tim Pokja berusaha mengikuti aturan yang ada
sehingga menghasilkan alur yang ada.
Gregorius Sri Wuryanto
Kenapa tidak membuat sendiri? Bolehkah kita keluar dari alur-alur UU Pendidikan Tinggi?
Yandi Andri Yatmo
Kami sudah mencoba melihat kemungkinan tersebut. Kesannya 5 + 2 = 7, tapi prior tidak melulu harus
setelah tetapi bisa akumulasi. Mengenai legitimasi Tim Pokja, IAI diberikan mandat oleh Dikti untuk
mengerjakan ini dan semestinya akan menjadi produk Permen. Di tahap kedua, kami akan menjaring lagi
akan apa yang dibutuhkan karena ada kekhawatiran tahap 1 UU Arsitek lebih Jakarta-oriented. RUU
Arsitek mengatakan terus-menerus dan akan sulit dan merugikan.
Gregorius Sri Wuryanto
Bagaimana agar tidak keluar dari koridoor UU?
5. Sri Rejeki Soegijapranata
 Bagaimana bisa menjadi pertimbangan magang 2 tahun? Kita ada KP agar mahasiswa
betul-betul paham dan S-1 bisa diambil untuk itu? Bagaimana dengan 5 tahun bisa
digabung magang? Memungkinkan atau tidak apabila ada yang S-1 + PPAr atau ada S-1
+ magister, bisa tidak bersinergi?
 Kita ada balai pembinaan tenaga konstruksi. Di dalam bali tersebut ada penelitian untuk
lisensi arsitek, yang punya pengalaman 1-2 tahun dilatih dalam 50 jam kemudian diuji di
LPJK, langsung punya sertifikat untuk arsitek muda. SKKNI tadi yang digunakan untuk
menilai. Apakah kita hanya di tataran Indonesia itu sepakat, tetapi harus ada keputusan
untuk strategi gerak cepat.
6. Bambang Susetyarto (Kajur Arsitektur Trisakti)
 Betul bahwa yang akan kita sepakati adalah kesepakatan requirement minimal. Kepada
IAI perlu dipahami bahwa KKNI adalah rezim kebebasan. Kurikulum disebut sebagai
kurikulum perguruan tinggi, jadi yang akan mempertaruhkan adalah perguruan tinggi
masing-masing. Jadi tidak perlu kita mencapai keseragaman, tetapi minimal seragam.
Pada skema yang diberikan, letak PPAr terlalu jauh ke dalam program pendidikan profesi.
 Mengenai jam belajar dan bekerja, saya tetap mengatakan magang adalah working hour
dan 5 tahun adalah learning hour. Dia menjalani proses yang bekerja yang berbeda
antara kedua hal tersebut. harus kita disiplinkan kalau sekolah arsitek adalah sekolah
sehat. Pada saat kita meletakkan pendidikan profesi yaitu bekerja dan menerapkan
kedua, sedangkan akademik adalah eksploratif. Bagaimana PPAr masuk dalam kelompok
akademik tetapi tidak bereksplorasi?
 Saya mengusulkan kalau mau membuka PPAr, harus melatih orang untuk mempelajari
pedoman, dsb. Kalau mau mencuri start, di dalam substance-nya dapat membelah. 5,6,7
nya dapat melatih untuk berterapan dan berkesplorasi.
Tanggapan
A. Adib Abadi


Revisi draft SNPT. Tertulis bahwa pendidikan profesi adalah program lanjutan yang tidak
terpisah dari program sarjana.
Perubahan Permendikbud No. 49. Maksimal masa studi 7 tahun. Belum tahu kapan
diberlakukan.
SP Mursid
 Sepakati bagian minimal yang dapat dibantu oleh profil. Desain UU kita memang
berantakan, semestinya rekan-rekan juga memiliki rencana untuk arsitektur sendiri mau
seperti apa. Tetap ikuti tetapi jangan ragu-ragu bahwa ada rancangan sendiri yang dapat
dilakukan. Yang diharapkan Dikti adalah, boleh saja masing-masing memiliki keunggulan
tetapi harus ada profil dasar yang diajukan.
 Kita mempercayakan pada otonomi dari pt masing-masing. Kurikulum itu nanti di bagian
kajiannya, rekan-rekan boleh mengambil dari SKKNI dan bagaimana menyelenggarakan
PPAr bahwa ada jenjang sendiri. Sejauh rekan-rekan bisa memberikan alasan konkrit.
Termasuk menjawab pertanyaan mengenai eksploratif dan aplikatif, tidak bisa semuanya
mau.
Didi Haryadi
 Mengenai istilah registered architect dan licensed architect. Yang dimaksud lisensi
sebenarnya, lisensi yang mengeluarkan adalah pemerintah daerah. Magang sebaiknya
sebelum registered. Kita hanya sampai register saja, urusan lisensi urusan daerah saja.
Yandi Andri Yatmo
Kalau memang seperti itu akan lebih lama untuk mendapatkan lisensinya. Registernya dimana?
Saya agak bingung dengan istilah licensed, registered, dan sertifikasi. Di UIA menggunakan garis
miring, kalau kita jadi tiga.
Himasari Hanan
Untuk pendidikan profesi gelarnya apa? Setiap kesetaraan ijazah itu yang akan dilihat karena di
situlah PPAr bermasalah. Pendidikan arsitek itu profesional.
SP Mursid
 Indonesia memiliki lebih dari 4000 pt dan lebih dari 22000 prodi. Pada akhirnya ada
aturan-aturan yang generic, perlu dibuat nomenklatur dan pengaturan gelar. Kalau itu
memang tidak fit, tapi bagus apabila dituliskan dalam naskah akademik yang
berdasarkan fakta-fakta dan riset. Mungkin rekan-rekan nanti menyepakati berbagai
model, tidak one fit for all berkaitan dengan prodi. Walaupun nanti ada beberapa model
yang disepakati, sebaiknya diketahui oleh semuanya sehingga kalau diskusi sistematis
dan tidak campur aduk. License setahu saya punya jangka waktu, sedangkan sertifikat
berlaku seumur hidup.
 Mungkinkah semua prodi yang memiliki arsitektur memiliki program yang sama atau bisa
berdiri sendiri karena tuntutannya lain?
 Berkaitan dengan gelar, rekan-rekan bisa menyampaikan opininya.
Himasari Hanan
Bahasa inggrisnya gelar tersebut apa?
SP Mursid
Ada persetujuan dari negara-negara
Fredy Nainggolan
Ibu bertanya mengenai gelar PPAr, sementara kita tahu Pak Munichy sudah bercerita bahwa
mereka sudah menandatangani lulusan PPAr jadi bagaimana dengan lulusan perguruan tinggi
dari program ini?
A. Adib Abadi
Nanti pendidikan profesi arsitek diformalkan. Saat ini baru UI, tetapi pt lain belum ada jadi UI
yang berhak mengeluarkan gelar. Dikti berharap seperti itu, yang sudah terlanjur tidak masalah
tetapi ke depannya ada keinginan Dikti untuk memisahkan itu.
Yandi Andri Yatmo
Gelar diberikan sesuai dengan UU RI No. 12 Th. 2012 tentang Pendidikan Tinggi.
Paramita Atmodiwirjo
Kalaupun institusi menggabungkan S-2 dengan PPAr yang akan terjadi adalah ini sangat
tergantung dengan kurikulum S-2 nya. Atau memang institusi beranggapan ini merupakan
pendidikan yang terpisah. Kalau sudah seperti ini, dapat dilihat bahwa terjadi fleksibel. Termasuk
untuk pt-pt yang belum dan dalam waktu dekat tidak akan membuka S-2, dia dapat langsung
membuat profesi.
Himasari Hanan
Di UU pendidikan dia adalah prodi sendiri
2. Sesi 2: Pembahasan Kurikulum PPAr
Sharing pengalaman membuka program PPAr
Kemas Ridwan Kurniawan (UI)
Magister bidang arsitektur ada bermacam-macam, di luar itu tidak dimasukkan dalam alur ini.
Sebenarnya tidak ada masalah dan tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Sekarang kita sepakat untuk
standard minimum supaya dapat diikuti berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Ini momentum yang baik
untuk kita sama-sama menyempurnakan dari model lama ke model baru.
Ronny Gunawan (Petra Surabaya)
Praktek di kami mahasiswanya hanya 1, 2, hanya berlangsung 2 periode. Di Petra sedang proses
membuka S-2, tidak tahu apakah akan membuka PPAr atau tidak. Lalu ada 10 orang mahasiswa kami
yang minta membuka PPAr. Untuk sementara memilih S-1 yang extended atau bersama dengan S-2.
Apakah ada dari tim pokja IAI yang bisa membantu menjelaskan karena saat ini terjadi perbedaan
pendapat mengenai kepentingan PPAr.
Basuki Dwisusanto (Unpar)
Untuk swasta membuka prodi PPAr cukup berat, salah satunya untuk penyediaan 6 dosen, dsb. Mata
kuliah PPAr dapat elektif dan transferable ke magister. PPAr tidak sepenuhnya aplikatif, tapi per tahun
bisa 6-7 orang. Terutama untuk penyediaan dosen, tidak boleh dosen S-1, S-2, S-3, berat sekali. Tapi
saya melihat peluang pada pendidikan arsitek 5 tahun untuk yang jadi arsitek.
Jarwa Prasetyo (UII)
Kami menunggu adanya kepastian alur, pembelajaran dan metode yang seperti apa. Terutama karena
kami dari swasta, pertanyaan mahasiswa adalah kalau ikut program ini apa yang dilakukan. Kami
termasuk yang setuju bahwa setelah S-1 selesai mahasiswa perlu mengikuti PPAr. Mengenai jalur, dari
kami mengusulkan PPAr sebagai kelanjutan dari S-1. Apakah 5 tahun 100% learning hour, ini terkait
dengan kesan lama sekali.
Timmy Setiawan (IAI)
 Sampai sekarang belum timbul rasa ideal kalau mendesain pakai nama kita, apalagi sekarang
masih bisa dipinjam dan bisa pakai nama orang lain. Mahasiswa harus diberikan pemahaman
bahwa harus bangga kalau namanya ditulis di sana. Kemudian, kita harus sangat menginginkan
sebanyak mungkin arsitek punya SKA, terutama Pratama muda sehingga bisa berlanjut ke Madya
dan Utama.
 Kelemahan para arsitek adalah 2 hal. Gengsi, sok sibuk untuk apply ska. Kedua adalah portfolio.
Kelemahan arsitek adalah tidak pernah mendokumentasikan karyanya, jadi apabila bukti, datanya
sudah tidak ada. 2 poin itu sebaiknya kita tanamkan pada mahasiswa.
 Di Jakarta pernah ada usaha SKA kolektif, tapi tidak terlalu banyak yg datang.
Eko Alvares (Universitas Bung Hatta)
Dari pendapat Pak Basuki, harus sekolah profesi. Apabila itu tidak mungkin kita pakai 4+1 yang
diselenggarakan di pendidikan sarjana level 6. Kalau UU kita lihat, semestinya kita bikin program profesi.
Lalu mengenai penyelenggaraan dosen, boleh atau tidak para profesional masuk dalam program
pendidikan tersebut?
Di tempat saya sudah buka magister, sudah tahun ketujuh. Edukasi mengenai pentingnya PPAr harus
dilakukan sejak S-1.
Himasari Hanan
Justru Pokja harus membalikkan itu, bahwa pendidikan arsitektur tidak sama dengan pendidikan profesi
yang digambarkan UU. Kita tidak bisa mengikuti kaitan UU harus bikin prodi sendiri dan itu dipaksakan
pada masing-masing universitas mau ikut S-2 atau kelanjutan S-1. Jadi kita ikut jenjang 7 dsb, tapi
sebagai institusi bisa tidak Pokja mengusulkan kelanjutan S-1 atau ikut S-2 agar di setiap universitas
dapat serupa. Bisa tidak kita membuat alternative lain supaya tidak perlu membuat prodi baru lagi. Bisa
diterima tidak untuk Dikti bahwa PPAr ikut S-1 atau S-2?
A. Adib Abadi
Usulan Bu Hima bukan tidak mungkin. Pak Mursid menjelaskan bagaimana itu dimungkinkan kalau kita
tidak memiliki alasan-alasan.
Didi Haryadi
Dari UU harus 4 tahun itu minimum atau bagaimana? Mungkin kesepakatan di Pokja bisa 5 tahun. Kita
minta 5 tahun karena UIA adalah karena ada penyetaraan.
Bambang Susetyarto
Saya tertarik usulan Bu Hima. Kita kembangkan yang lebih bijak. Substansi adalah sesuatu yang lebih
penting dari bisnisnya. Kalau mau PPAr (scholar) kita latih dia untuk menuju itu. Tidak mudah membuat
mahasiswa tunduk pada () kalau di swasta akan sulit, dapat kita merger. Itu salah satu cara untuk
terobosan. Teman-teman pt negeri boleh mengajar di pt swasta. Itu yang saya minta terobosannya di
peraturan.
Nina Carina (Untar)
S-1 4 tahun tapi bisa lanjut 5 tahun, ini punya konsekuensi untuk kampus-kampus yang mahasiswanya
besar yang mau melanjutkan ke 5 tahun berapa orang, ini ada di pengaturan dosen. Peraturan PPAr
menjadi potensi apabila ada universitas yang tidak bisa membuka program magister, dsb. KKAB tidak
membolehkan program PPAr dari kampus lain. Yang dijalankan Untar tetap menjalankan 4 tahun untuk
S-1, 2 tahun dari magister di mana terintegrasi dari PPAr.
Ilya F. Maharika
 Eksistensi PPAr ada dan sudah mulai disetujui. Karena UU seperti itu, yang paling ideal adalah
dalam bentuk prodi sendiri. Dosen profesional bisa masuk dapat diajukan sebagai Permen.
Opsinya bisa dilihat pada skema. Eksistensi alur non design ada, tapi sekarang mengacu ke alur
design semua. Apabila di luar negeri ada architectural engineering, ini dapat jadi peluang
universitas untuk membuat prodi baru architectural engineering yang belajarnya sub-sistem
bangunan.
 Sarjana arsitektur yang alur design lantas memiliki 2 opsi. Alur design dengan M.Ars, lalu ada
profesi arsitek yang gelarnya adalah Ar. Apa keuntungan masuk PPAr? Track recordnya jadi lebih
pendek. Ini salah satu masukan yang dapat memiliki berbagai variasi di dalamnya.
 Dari Pak Mursid, apakah kita akan meng-endorse doctoral terapan dari arsitektur. Di Negara kita
belum diperlukan, tapi dari diploma bisa masuk ke PPAr kemudian tersertifikasi.
Himasari Hanan
Setelah pendidikan seharusnya tidak ada sertifikasi
Ilya F. Maharika
Kembali ke definisi sarjana arsitektur itu apa, yaitu siap dikembangkan menjadi perancang bangunan
gedung/ sub-sistem bangunan gedung. Kemudian di PPAr, adalah perancang bangunan gedung
bersertifikat. Kalau profil yang seperti ini disepakati oleh IAI, instrument pendidikan arsitek dapat
didiskusikan. Seperti 13 kompetensi yang diminta IAI dapat dipenuhi.
Hanson Endra Kusuma
Apabila setelah mengikuti pendidikan langsung bersertifikat, apabila lembaga pendidikannya bersertifikasi
atau tidak, dapat dijadikan acuan juga. Sertifikasi seharusnya ujian. Di Jepang, sertifikasi dan lisensi satu
paket. Dia harus uji kompetensi tertentu yang bukan dilangsungkan oleh lembaga pendidikan tetapi oleh
lembaga mandiri yang berada di bawah pemerintah.
Yandi Andri Yatmo
Bedanya kita mengambil magister dan profesi. Kalau kita mengambil profesi, menurut uu kita boleh
mendapat benefit untuk memberi gelar profesi. Sedangkan magister karena jalurnya akademik maka
tidak boleh memberikan gelar profesi.
Himasari Hanan
Gelar profesi itu apa? Maknanya gelar profesi itu apa?
Yandi Andri Yatmo
Ar.
Ilya F. Maharika
Titik kritisnya ada di situ. Ketika kita memberikan gelar Ar., harus sudah ada pengakuan dari IAI,
Pratama misalnya, sehingga jenjang karirnya menjadi jelas. Mengenai proses uji tadi, saya sepakat
bahwa uji tadi dilakukan oleh pihak lain. Justru di sinilah keunikan dari PPAr, karena akan
mengintegrasikan proses-proses itu menjadi satu bagiannya. Secara real mahasiswa dapat menjadi agenagen pembangun yang bertanggung jawab.
Himasari Hanan
Apabila kita menyepakati gelar profesi harus diakui oleh IAI dan punya makna.
Hanson Endra Kusuma
Apabila kita mengikuti skema tersebut, jadi arsitek profesional bisa keduanya, tetapi yang penting 5
tahunnya itu.
Ilya F. Maharika
Di SNPT 4-5 tahun dan maksimum masa studi 5 tahun.
Yandi Andri Yatmo
Yang kita permasalahkan yang magister. Bagaimana kalau nanti ada yang ini?
Ilya F. Maharika
Skema sudah jelas dan tidak menjadi soal. Soal kita adalah di arsitek tersertifikasi.
Hanson Endra Kusuma
Berarti M.Ars. dapat juga menjadi arsitek bersertifikasi
Yandi Andri Yatmo
RUU Arsitek Pasal 6 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan program pendidikan arsitektur 5 tahun
adalah capaian pembelajaran di tingkat pendidikan tinggi yang memenuhi beban belajar setara dengan
masa studi 5 tahun yang mencakup pendidikan akademik dan pendidikan profesi arsitek. Pendidikan kita
harus mengikuti UUPT. Untuk masuk ke profesi, dia harus setelah sarjana.
Eko Alvares
Bisa tidak kita seperti kedokteran, khusus pasal yang ini tidak seperti
Himasari Hanan
IAI tidak berkepentingan, asal IAI sudah menerima tadi apapun kalau 5 tahun kalau itu desain dan di uji
kompetensi lulus, dia bisa menjadi arsitek. Setelah magang 2 tahun dia dikasih arsitek kelas 2. Untuk
lokasinya terserah proyeknya, sudah saya masukkan di RUU. Kalau sudah berapa ribu meter persegi dia
magang lagi, bisa atau tidak di IAI seperti itu.
Yandi Andri Yatmo
Usulan Bu Hima bukan atas nama Aptari, tetapi selama ini Aptari hanya yang dibawa ke Rakernas. Jadi
usulan individu sulit dibahas.
Basuki
Saya setuju dengan Bu Hima. Kalau RUU bisa 5 tahun pendidikan arsitektur, in-line tidak dengan
tuntutan IAI, jadi setelah lulus ada sumpah arsitek.
Eko Alvares (menjelaskan mengenai skema perjalanan menjadi arsitek)
 IAI tidak pernah memberikan statement yang jelas mengenai 4 tahun seperti apa. IAI sudah
memberi guidance mengenai 13 kompetensi untuk penyelenggaraan PPAr.
 Apakah kita akan fight dengan itu semua? Kalau kita paksakan pendidikan profesi 5 tahun,
banyak juga orang kedokteran yang tidak jadi dokter dan lanjut ke S-2. Sama seperti sekarang.
Ilya F. Maharika
Apakah kita akan melanggar UU? Seharusnya ada penjelasan bahwa status magister dapat berlisensi.
Sekarang kita mau inline dengan UUPT , inline dengan apa yang diminta IAI. 1 prodi 1 gelar.
Eko Alvares
Kami semua sulit membuka PPAr karena S2 sudah ada. Berapa banyak dari kita anggota Aptari yang
akan membuka PPAr?
A. Adib Abadi
Yang punya MOU akan diberi prioritas untuk membuka PPAr. Kami akan mencoba merekomendasikan
bahwa bentuknya seperti yang ada sekarang, untuk assessment dan penerimaan, sertifikasi, akan
dilakukan oleh IAI. Yang sudah ada sekarang tetap jalan saja, dan yang sudah lulus akan dapat ska.
Ilya F. Maharika
Saya mencoba melihat dari jalur murni lebih dulu. Ada sarjana, profesi, arsitek tersertifikasi madya,
magang 2 tahun, ujian kompetensi, kemudian menjadi registered architect. Pemula masih di bawah
bimbingan karena masih ada magang.
UGM
Yang lulus sebelum 2009 bagaimana kalau ada magang? Kalau magang apakah dia langsung dapat
madya?
Ilya F. Maharika
Yang dulu-dulu, diatur sendiri saja untuk aturan transisi.
A. Adib Abadi
Akan ada 2 akreditasi. Akreditasi BAN dan LAM.
Kesimpulan :


Skema yang dibuat adalah skema yang akan diajukan sebagai salah satu opsi
Penentuan status muda, madya, dan utama bergantung pada keputusan IAI mengenai ujian
yang diberikan
Pembahasan Kurikulum PPAr
Paparan Tim Pokja mengenai kurikulum menurut buku merah IAI
Diskusi mengenai pembahasan kurikulum PPAr
Diskusi
Yang ada saat ini adalah judul mata kuliah. 13 kompetensi yang diharapkan akan dimasukkan ke mana?
IAI tidak ingin masuk ke dalam isi kurikulumnya. Isi kurikulum silakan menyikapi sendiri yang pasti
mengikuti 13 kompetensi tersebut dan berhubungan dengan kekurangan S-1 juga.
Paramita Atmodiwirjo
Cara penyusunan kurikulum tidak ada bedanya dengan dulu. Kalau dulu diikat dengan nama mata kuliah
dan sks. Kalau sekarang adalah bahan ajarnya. Yang dibahas sekarang bukan nama mata kuliah tetapi
yang perlu kita lihat adalah materi bahan ajarnya.
Bambang Susetyarto
Kalau kita bicara PPAr, kita harus pro pada masalah menerapkan. Bagi S-1, 144 sks campur tanpa
mengkonsentrasikan atau melatihkan cara menerapkan, maka itu adalah 1 paket untuk exercise
menerapkan dalam PPAr. Bagi yang mencampur dengan magister maka 36 sks nya hal menerapkan, 36
lainnya hal eksplorasi. Yang dibolehkan 20 sks, ITB UI UGM, dipilih mahasiswa, tidak seperti kami di
Trisakti kami memakai 18 sks 2 kali, jadi hanya 36 sks. Sebetulnya ukurannya 18, jadi ketemunya 36.
Varian pertama digabung dengan magister. Varian kedua apabila dia menyelenggarakan PPAr tanpa
perkenalan di S-1 tentang menerapkan. Varian ketiga merupakan studio lanjutan dari S-1 jadi seperti
kelanjutan studio.
Yandi Andri Yatmo
Kalau ada contoh lain tapi tetap sesuai dengan syarat-syaratnya, tetap dapat dilakukan.
Eko Alvares
Ada kurikulum pt yang bukan content-based seperti sks yg sudah ketinggalan jaman. Kita bicarakan dulu
capaian pembelajaran atau profilnya apa. Silakan baca pedoman penyusunan kurikulum. Kita tidak bisa
melihat dari jumlah sks.
A. Adib Abadi
Level 7 kita cek ke level 8 kemudian cek level 6 dan memposisikan PPAr ada di mana dalam konteks S-1
dan S-2 tadi. Di magister filsafat ilmu wajib, ditambah lagi di IAI ditambah Etika. Saya usul, kita harus
pahami cara penyusunan kurikulum. Karena ada lokalitas. Competency-based aturannya belum. Dapat
kita putuskan apakah kita menggunakan peraturan yang lama.
UGM
Di dalam PPAr apakah akan dimasukkan latihan tentang kota tadi, mau dimasukkan di mana?
Gregorius Sri Wuryanto
Yang perlu diingat adalah profil dasar. Kita harus sepakati basic requirementnya, baru kemudian program
ini dapat dibreakdown menjadi capaian-capaian.
Didi Haryadi
Profil yang diinginkan pertama sesuai jenjang tadi adalah sesuai yang ditampilkan tadi. Yang kedua,
kenapa tidak langsung terlisensi saja? Ada konten-konten lokal yang harus dipikirkan.
Himasari Hanan
Boleh tidak perancang bangunan dengan luasan bangunan, system bangunan, begitu boleh atau tidak?
Harusnya semua, bangunan tunggal, bangunan multi, jamak.
Bambang Susetyarto
Dalam pengujiannya nanti kalau memang harus semuanya, berarti di bahan ujian untuk arsitek yang
menangani itu terkandung soal-soal mengenai hal-hal tersebut.
Himasari Hanan
Kedalaman multi disiplin yang diminta IAI seperti apa?
Gregorius Sri Wuryanto
Apakah kompleksitas yang dimaksud tadi? Bagaimana urban context. Di urban context dia belajar
tentang ekonomi, traffic, pengembangannya di urban design ada sendiri.
Eko Alvares
Bahannya sudah dibagikan di Jogja, kalau masih ada bahan kemarin, kita baca dan kita berikan masukan.
Ilya F. Maharika
Di sini kita bisa membangun kesepakatan yang prinsip.
Definisi pertama: Lulusan PPAr adalah perancang bangunan gedung yang siap dibimbing menjadi arsitek
mandiri (yang memenuhi 13 unit kompetensi IAI) siap dikembangkan menjadi perancang kota ?
rumusan dari profil menjadi batasan kurikulum di masing-masing universitas.
Definisi kedua (setelah diperbaiki berdasarkan hasil diskusi dan masukan para peserta) : arsitek pemula
yang mempunyai kemampuan merancang bangunan gedung berkompleksitas rendah dengan penerapan
komprehensif pengetahuan, keterampilan, serta mengikuti kaidah perancangan, prosedur, dan peraturan.
Definisi ketiga : Arsitek permula (*)
(*) syarat dan ketentuan berlaku
Gregorius Sri Wuryanto
IAI wajib memberikan definisi. Hal esensial dari PPAr adalah dia memiliki kewenangan, yaitu arsitek
pemula. Kualitas arsitek pemula akan dikunci oleh perangkat yang lain, IAI. Di SKP nanti muncul bahwa
kewenangan menjadi arsitek pemula adalah program PPAr.
Hanson Endra Kusuma
Yang membedakan tiap studio adalah isu-isu yang dibahas dan dipertimbangkan dalam perancangan
semakin komprehensif. Isu-isu semakin banyak. Karena merancang kegiatan sintesis yang membedakan
level di bawah dan di atas, sejauh mana arsitek dalam merancang memasuki desain tertentu ,
komprehensif atau tidak.
Bambang Susetyarto
Kode etik profesi IAI sudah ada
Ilya F. Maharika


Apabila kita sepakat bahwa uji kompetensi adalah sesuatu yang harus dicapai. Ketika kita melihat
ini kita harus melihat acuan terlebih dahulu. Ada definisi arsitek pemula tadi dapat meng-handle
seberapa jauh. Akreditasi akan menmpengaruhi jumlah mahasiswa yang bisa diambil. Yang jadi
soal adalah apabila banyak yang diterima tetapi tidak lulus-lulus.
Kode etik profesi yang selama ini menjadi bagian dari proses strata. Kalau ini dimasukkan
menjadi bahan kajian yang wajib, ada strata.
A. Adib Abadi
Akreditasi akan mendorong universitas untuk maju
Didi Haryadi
Dilihat dari magang.Working hour tadi bisa dibarengi dengan magang.
Ilya F. Maharika





Arsitek pemula itu tidak sampai 6. Tidak perlu lagi ikut strata 1 dan 2. Manajemen proyek mau
sejauh apa? Kasus nyata atau simulasi? Apa perlu manajemen biro?
Untuk meng-handle projek-projek yang kecil tadi seharusnya sudah mandiri, perlu mempelajari
manajemen proyek perseorangan?
Kita sudah mematok arsitek pemula. Ketika itu by law, boleh praktik mandiri. Kalau nanti ada
kontrak yang salah, karena universitasnya yang mengajari. Apabila ada statement praktik
perseorangan, jadi manajemen proyek praktik perseorangan menjadi penting.
Administrasi proyek harus ada di kurikulum.
Kasus nyata muncul di sini, simulasi boleh = simulasi kasus nyata.
Himasari Hanan
Apa itu harus masuk mata kuliah sendiri? Kalau pengetahuan boleh saja.
Eko Alvares



Ketika PPAr sudah jalan, mestikah kita ikut strata?
Lulusan PPAr apa bedanya dengan S-1?
Supaya dapat sertifikat pemula, jadi pemula belum boleh.
Timmy Setiawan
Kalau punya SKA seharusnya dia sudah punya tanggung jawab, tetapi terbatas.
Yandi Andri Yatmo
UU didorong untuk mempercepat jumlah arsitek yang lebih banyak karena kepentingan bangsa. Tidak
perlu arsitek yang besar dan hebat untuk proyek-proyek kecil. Di Perancis, untuk projek-projek kecil dia
diberi wewenang itu tetapi dibatasi. Tetapi di daerah jumlahnya tidak ada.
Timmy Setiawan
Yang bertandatangan adalah lisensi.
Eko Alvares
Magang adalah domain daerah. Yang tahu mentor daerah adalah IAI.
Bambang Susetyarto
Apakah magang recommended UIA? Karena setahu saya tidak (in addition). Magang yang setahun dan 6
bulan tadi jangan dihitung ke 2 tahun. Karena itu Perancis tidak mau mengikuti UIA. Kita memohon
begitu lulus PPAr dia bisa berpraktek dalam skala tertentu
Ilya F. Maharika
Dalam bahasa kurikulum, praktik magang di PPAr dapat menjadi pra syarat untuk segera certified. Arsitek
mula harus punya kualifikasi dan punya pengalaman di lapangan. Aptari dan IAI sepakat bahwa endorse
kurikulumnya bisa tersetujui.
Paramita Atmodiwirjo
Di PPAr itu berarti bisa ditempelkan ke arsitek yang berpraktek.
Sesi 3: Rapat Tim Pokja untuk menyepakati tindak lanjut dari sesi 1 dan 2.
Nama
A. Adib Abadi
Kemas Ridwan Kurniawan
Paramita Atmodiwirjo
Ilya F. Maharika, IAI
Tavip Kurniadi Mustafa, IAI
Didi Haryadi
Susinety Prakoso
Yandi Andri Yatmo
Himasari Hanan
Hadir
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Diskusi
Apakah pengajarnya harus melibatkan disiplin lain? Atau sekedar arsitek mentornya yang mengarahkan?

Paling tidak tahu dan tahu bahwa ada ahli lain yang menghitung
Apakah semua yang menjalankan PPAr tahu akan hal itu?

Harus bisa disebutkan dan dihitung secara kasar
Semua yang menyelenggarakan PPAr perlu dicek proses pembelajarannya.

Dapat diketahui sewaktu magang
Selain di bidang kajian, di metode pembelajarannya apakah ada hal yang spesifik? Perlu komunikasi
dengan disiplin selingkung.

Asal tahu saja dulu
Fitur pembelajarannya adalah simulasi kasus nyata. Yang ditambahkan adalah sikap, etika.
Interface antara desain arsitektur dengan ini bagaimana? Arsitek mengkoordinir system ME dengan
desain arsitektur yang baik.

Di KKNI diminta atau tidak arsitek harus bisa mengkoordinir ini.
Kemampuan integrasi desain harus diperhatikan lebih lanjut. Apabila kembali pada requirement minimal,
pembahasan keilmuan mengenai ME
Sub-peraturan dan keselamatan bangunan (masukkan pembelajaran mengenai gempa, banjir ( disaster)
dan sustainable building, ketahanan, keselamatan, keindahan, dll, aksesibilitas).
Untuk level bidang kajian, yang diperlukan adalah keywords. Kontekstualisasi diserahkan ke pt masingmasing.
Technical documentation belum disebutkan secara spesifik, tetapi di UIA disebutkan secara spesifik.
UIA tidak sepenuhnya bisa dipakai karena tidak cocok di tempat kita. Beberapa kompetensi UIA tidak
cocok.

UIA dibuat supaya cocok di semua tempat dan untuk aplikasi masing-masing Negara dapat
disesuaikan.
Apakah yang dibahas hanya di level 7 atau bahkan masuk di level 8? Level 6 tolong di-share.
Persyaratan mahasiswa PPAr dan Magister (Alur Desain) adalah keanggotaan IAI.
Tindak Lanjut yang perlu dilakukan
 Merumuskan keluaran arsitek PPAr, arsitek pemula (kualifikasi sama dengan SKA Muda tetapi
belum mandiri, diusulkan menjadi mandiri dengan persyaratan khusus)

Perlu penjabaran lebih lanjut mengenai bidang kajian (integrasi perancangan, kode etik profesi
arsitek, materi strata 1 dan 2, administrasi proyek, peraturan dan standar bangunan, dan standar
kinerja bangunan). Di magang sampai DED, di PPAr sampai …
Metode pembelajaran adalah simulasi kasus nyata.
KESIMPULAN
1. Rekomendasi Alur
13 kompetensi IAI harus masuk dalam kurikulum PPAR / Magister Arsitektur alur desain
2. Profil Lulusan
Lulusan PPAr adalah arsitek pemula (kualifikasi sama dengan SKA Muda tetapi belum mandiri, diusulkan
menjadi mandiri dengan persyaratan khusus)
3. Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran PPAr disusun dengan landasan butir kompetensi UIA (benchmark internasional),
KKNI (yang diturunkan Dikti menjadi usulan rincian capaian pembelajaran) dan 13 kompetensi IAI. Perlu
diperhatikan butir-butir yang memang tidak ada di UIA (terutama sikap).
4. Rekomendasi Bahan Kajian
Kurikulum PPAr mencakup bahan kajian sbb:

Integrasi Perancangan

Kode etik profesi arsitek

Materi Penataran Strata 1 IAI

Materi Penataran Strata 2 IAI

Administrasi Proyek

Peraturan dan standar bangunan (keselamatan, keamanan, kesehatan, diffabel)

Dokumentasi Teknis Perancangan Gedung (prinsip kinerja bangunan, DED ada di magang)
Catatan: Cermati rincian bidang kajian yang merujuk pada 13 kompetensi IAI
RENCANA TINDAK LANJUT
1. Workshop selanjutnya adalah pembahasan standar pendidikan yang akan diselenggarakan pada
tanggal 28 September 2015.
2. DPA perlu melakukan pembahasan lebih lanjut mengenai pemberian sertifikasi Arsitek pemula
untuk lulusan PPAr sebelum mengikuti magang
3. Tim Pokja akan mulai menyusun kerangka laporan keseluruhan yang berisi hasil-hasil yang telah
dicapai selama ini.
4. Tim Pokja akan menyiapkan bahan penyusunan standar dengan mengacu pada SNPT dan Buku
Pedoman PPAr IAI.
Notulen : Gadisha Amelia
Program Revitalisasi Bidang Ilmu
Penyusunan Standar Pendidikan, Kurikulum, dan Capaian Pembelajaran
(Learning Outcomes) Pendidikan Profesi Arsitek Tahun 2015
Kegiatan 3: Workshop Penyusunan Standar Pendidikan
Tanggal
Tempat
: 28 September 2015
: Ruang Orchid II Jakarta Design Center Lt. 6
Jl. Gatot Subroto Kav. 53, Slipi, Jakarta Pusat 10260
:
Peserta
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Nama Peserta
Paristiyanti N.
Zainal A. Hasibuan
Ahmad Djuhara, IAI
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Endy Subiono, IAI., AA
Sumardi
Sandi Siregar, IAI
Eko Alvares, IAI
Muhammad Faqih
Hendrajaya
Bambang B.
Nicolaus Simamora
Bambang S.
David Hutama
Rizal S.Y.
Tavip K. Mustafa
Karnaya
Sonny S.
Yandi Andri Yatmo
A. Adib Abadi
Kemas Ridwan Kurniawan
Paramita Atmodiwirjo
Ilya F. Maharika, IAI
Susinety Prakoso
Agenda:
Pembahasan hasil workshop sebelumnya
Pembahasan standar pendidikan
Instansi
Kemristekdikti
BSNP
IAI
IAI/UI
APTARI/ITB
APTARI/UI
UI
APTARI/UII
UPH
Hadir
√
√
√
√
√
√
√
√
√
IAI
IAI
IAI
IAI/UBH
ITS
UI
IAI
IAI
IAI Nasional
DPA
DKA
DPA
DKA
ex. DPA
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Pembahasan
Sesi 1
 Pembukaan
 Pengantar oleh penanggung jawab kegiatan
 Sambutan Ketua Umum IAI
Tujuan kegiatan ini adalah merumuskan standar pendidikan dan kurikulum capaian
pembelajaran dan juga mensosialisasikan standar pendidikan ini. Apabila UU Arsitek terwujud,
perlu ada hubungan yang pas antara pihak asosiasi pendidikan arsitek dengan IAI. Diharapkan
hal ini dapat membantu profesi arsitektur ke depannya dalam bersaing dengan pihak asing
yang akan banyak masuk ke Indonesia nantinya.
 Paparan narasumber DIKTI

Pada 2016 akan banyak saingan yang masuk ke Indonesia sebagai akibat dari AFTA.

Program RPL akan diujicobakan di program studi arsitektur agar bisa ikut ujian dengan
kualifikasi ASEAN agar dapat diketahui status pendidikan arsitektur berada di mana.

Hari ini akan dilakukan koordinasi penyusunan kurikulum pt arsitektur khususnya profesi
arsitektur. Saat ini ada magister yang berada di bidang akademis. Tapi apakah magister bisa
memasukkan kurikulum pendidikan arsitek atau tidak? Apabila di magister, tetap harus
mengikuti ujian profesi. Untuk pendidikan sekolah pendidikan profesi arsitektur, ada jalur 1
tahun profesi, lalu menjadi spesialis 1 dan spesialis 2. Apabila dari profesi ingin masuk ke
magister terapan, selama institusi pendidikan menerima, dipersilahkan. Kemungkinan itu
akan difasilitasi di SN Dikti yang baru. Kami menyarankan, setelah S-1 ada 1 tahun
pendidikan arsitek dan IAI sebaiknya membuat badan untuk sertifikasi dengan computerbased test.

Kami akan mengakomodir Bapak-Ibu yang mempunyai pengalaman menjadi arsitek karena
sedikitnya SDM yang sudah siap berkompetisi di area global. Kepada IAI, kita dapat
memanfaatkan Permenristek Dikti mengenai NIDK. NIDK relative sama dengan NIDN, NIDK
akan digunakan untuk menyelesaikan kekurangan dosen di bidang arsitek dengan
rekomendasi dari asosiasi. Kualifikasinya akan disamakan dengan S-2. Apabila jumlahnya
sudah cukup, akan dilakukan pengecekan lagi.

Khusus untuk kurikulum, flow chart tsb semestinya sudah dihafal. Sebaiknya kompetensi
yang akan dibuat sebaiknya dapat diujikan dalam skala internasional. Apabila kurikulum
berdasarkan standar ASEAN, anak didik kita akan lebih mudah berkompetisi dalam skala
nasional.

Pembelajaran selaras dengan penjaminan mutu.

Tiga pilar utama pengembangan SDM Berbasis Kompetensi.

Diharapkan IAI melakukan kegiatan dengan menggunakan latar belakang yang mengikuti
kebijakan menteri.

IAI harus mendirikan badan yang selevel dan legal untuk uji kompetensi. IAI sudah
melakukan koordinasi dengan BAN PT dan sudah memiliki surat-surat dan badan hukum
yang jelas.

Sudah terdapat capaian pembelajaran yang lengkap, dengan nama jabatan, nomor kode,
dsb. Dapat dijadikan referensi yang baik.

Pada saat melakukan penyusunan, tolong tidak terpaku dengan mata kuliah yang ada
sekarang.

Paparan narasumber BSNP
 Siapa yang sebaiknya memberikan sertifikat profesi? Penyelenggara pendidikan atau
pengguna?
 Standar internasional, yang mengeluarkan sertifikat profesi adalah asosiasi profesi. Respon
dari pemerintah mengenai standar pendidikan adalah KKNI akan tetapi pemahaman
mengenai KKNI tersebut masih kurang. Pengertian dari standar pendidikan adalah untuk
menyatukan NKRI, bukan untuk menseragamkan. Dengan standar kita bisa memantau,














menunjukkan tanggung jawab, meningkatkan mutu, dan memberi acuan pada stake-holder
kita. Kenapa standar, karena kita hidup di era global.
Pengertian standar di sini adalah kriteria minimal. Berarti apa kriteria minimal sebagai
seorang arsitek profesional? Pengujinya di dunia profesi, belajarnya di dunia pendidikan.
Cara menentukan standar pendidikan profesi.
Sifat standar kriteria minimum ; fleksibel, dinamis, kontekstual, measurable, achievable.
Fungsi standar adalah reference, government, guidance, planning, administration.
Siklus pendidikan bermutu Permen 50 Th. 2014. Standar Nasional Pendidikan Tinggi Permen
49 Th. 2014. Kurikulum Berbasis KKNI (Permen 73 Th. 2013).
Standar Nasional Pendidikan Tinggi Permen 49 Th. 2014 (ukuran keberhasilan) Penilaian
Pencapaian (panduan penyusunan) Kurikulum Berbasis KKNI (Permen 73 Th. 2013).
Kurikulum Berbasis KKNI (Permen 73 Th. 2013) (Evaluasi Pelaksanaan) Penilaian
Pencapaian.
Pendidikan dan profesi adalah dua dunia yang berbeda. BSNP ada di dunia pendidikan.
BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi) ada di dunia kerja.
RPL adalah penyetaraan. Tidak pernah mengikuti dunia akademik kemudian diuji di tempat
uji kompetensi arsitek dan lulus, kemudian disetarakan dengan level misal. level 8, berarti
setara dengan level 8 di dunia pendidikan. RPL muncul akibat banyak pengangguran dan
tidak semua masyarakat bisa mendapat kesempatan pendidikan yang sama, ini makanya
diadakan RPL untuk memberi kesempatan penyetaraan pada orang-orang non akademisi
agar bisa memiliki penyetaraan.
Standard an Kebijakan
Dirjen DIKTI - UU Sisdiknas, 2003, PP 19 2005; pp 32 2013 . Permendikbud No. 49/2014 –
SNPT (Keputusan Pimpinan Perguruan Tinggi). BSNP; Standar Nasional Pendidikan (SNP);
Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) (Standar Perguruan Tinggi).
Kerangka Kualifikasi Nasional
Pasal 29, UU Pendidikan Tinggi 12 Th. 2012
Permendikbud No. 49 Th. 2014
Apa yang harus kita pelajari di database untuk mensasar stream profesi ini? Lebih lanjut,
dapat dipetakan di KKNI yang memiliki 9 level. Stream database memiliki kompetensi umum
; kompetensi utama ; kompetensi khusus.
Yang tidak boleh adalah pendidikan profesi juga mengeluarkan sertifikasi profesi, tetapi dia
bekerja sama dengan asosiasi profesi. Bisa dikeluarkan sertifikat menyelesaikan pendidikan,
bukan sertifikat kompetensi.
Sesi 2
Paparan Tim Pokja mengenai profil lulusan, capaian pembelajaran, dan bahan kajian.
Nama
Ilya F. Maharika, IAI
Uraian

Profil lulusan dan capaian pembelajaran sudah memiliki
indikator kunci yang kita sepakati bersama. Terdapat 3 dasar
rekomendasi.

Pernyataan profil lulusan :

Perlu disepakati profil lulusan untuk PPAr terlebih dahulu. Ini
menjadi kewenangan bagi masing-masing universitas. Apabila
masuk magister, itu adalah opsi yang diberikan secara
komprehensif. Apabila diturunkan ke sarjana atau dinaikkan
menjadi magister, itu adalah konteks yang diawasi oleh APTARI.
Lulusan PPAr adalah “Arsitek Muda” yang memenuhi 13
kompetensi IAI dalam taraf kedalaman spesifik, mempunyai
kewenangan untuk melakukan perancangan arsitektur mandiri
secara terbatas yang dibuktikan dengan SKA Arsitek Muda siap
berkembang.
Nama
Uraian

Rumusan Kompetensi Rujukan ( Penjelasan Profil).

Untuk lulusan PPAr yang fresh graduate, belum magang, hal-hal
yang didapat di level PPAr adalah dalam level memahami tetapi
pada prinsipnya di kemampuan untuk memahami. Yang sudah
sampai di tingkat kemahiran, bisa dilakukan secara full setelah
magang.

13 kompetensi lulusan PPAr.

Perbedaan lulusan PPAr dengan Arsitek Madya (pasca magang 2
tahun).

Gelar dan Sertifikat.

Disesuaikan dengan Permendikbud No. 81 Th. 2013 tentang
ijazah keluar istilah sertifikat. Berdasarkan penjelasan Pak Ucok,
seseorang mendapat ijazah setelah menyelesaikan pendidikan
dalam tahap tertentu.

Setelah mahasiswa lulus dari PPAr maka mendapat juga SKA
Arsitek walaupun dalam kedalaman yang lebih rendah (diberi
batasan). Tanpa SKA PPAr jadi tidak berguna.

Nomenklatur Program Studi dan Gelar

Kata kunci profil – level KKNI

Rekomendasi Capaian Pembelajaran PPAr
 Terdapat 4 domain, yaitu sikap, keterampilan umum,
keterampilan khusus, dan pengetahuan.
Sesi Diskusi
David Hutama


Ilya F. Maharika, IAI




Pada saat lulus PPAr mendapat SKA Muda. SKA Muda
didapatkan setelah lulus atau apakah ada uji profesi dulu?
Bagaimana jika ada universitas yang sudah memiliki 5 tahun
pendidikan menerus? Di mana posisinya?
Saat ini hanya yang 5 tahun yang bisa jadi arsitek.
Ada keinginan forum untuk empowering PPAr karena itu produk
dari IAI. Kalau tidak diberi kewenangan apapun, apa gunanya?
Kita mengikuti dunia luar, 5 tahun + magang, baru menjadi
arsitek. Dalam forum, IAI diminta memberi kewenangan.
Apakah lulusan PPAr akan diberikan exit exam, atau ikut uji
kompetensi lagi? Kami menginginkan begitu keluar sudah punya
otoritas tertentu walaupun dalam batasan yang spesifik. Ujian
dimasukkan atau keluar akan menjadi opsi. Yang terpenting
adalah dalam proses pendirian PPAr, IAI harus ada.
UU No. 12 tidak memungkinkan keluar langsung opsi 5 tahun.
Dalam draft ada alur utama, kemudian muncul alur-alur
alternatif. Saat proses assessment bekerja sama dengan IAI
maka proses designnya harus yang menerus.
Ahmad Djuhara, IAI

Prof. Yandi Andri
Yatmo


Prof. Sandi Siregar,
IAI




Eko Alvares, IAI



Ilya F. Maharika, IAI



Paramita Atmodiwirjo

Perlu ada standar, tapi tidak ada penyeragaman. Mestinya boleh
semuanya, asal kita punya standar yang jelas. Kenapa tidak
boleh, alasannya harus jelas. Jalan tengahnya adalah batas
setelah 5 tahun.
Topik itu tidak bisa dibicarakan sekarang karena isu yang
dikeluarkannya belum ada.
Menerus dapat menjadi melebur, atau menerus lanjut, itu belum
didefinisikan.
Saya mendengar ada istilah criteria competency yang kira-kira
intrepetasinya adalah ijazah, tetapi ada 2 istilah ada di situ.
Dibedakan juga dengan kriteria profesi. Bisa atau tidak
pemahaman ini dipilah?
4+1 adalah jalan satu-satunya, bukan karena kita ingin 4+1.
Silakan dilaksanakan program terakhir ini sebagai terpisah.
Merancang sekecil apapun akan menggunakan teori aplikasi.
Aplikasi yang mana? Subyeknya harus dapat berpikir runut,
yaitu proses design, dan harus memahami proses tersebut.
Bagaimana kriteria mengujinya? Mungkin dilengkapi dengan
obyek, kriteria, dsb. Misal obyeknya : bisa menyusun rencana
kerja untuk satu proyek nyata. Tolong dipikirkan juga
bagaimana yang mengujinya.
Ada SKKNI yang belum pernah kita lihat sama sekali dan akan
bertransformasi menjadi uji kompetensi. Pekerjaan standar
dosen dan tenaga pendidikan sudah menjadi soal sekarang.
NIDK adalah untuk mengajak orang pensiun sehingga memiliki
pengakuan akan kesetaraan.
Ada kepentingan IAI dalam proses pendidikan. Bagaimana IAI
bisa menyusun standar pendidikan dan dosen untuk profesi
saja?
5 standar dosen dan standar pendidikan sebaiknya segera
dibahas
Yang dikatakan substansi atau kewenangan sampai di batas
mana atau harus bisa kuncinya ada di SKA Arsitek Muda
tersebut. Di dokumen Pak Didi disebutkan yang sudah spesifik
sehingga dalam profil tidak disebutkan lagi tetapi hanya merefer kepada itu. Kita perlu pemahaman bahwa ini ada
referensinya. Kemudian 13 kompetensi, memang harus itu.
Karena untuk menjadi seorang yang punya SKA tentu harus
punya kapasitas di level tertentu untuk 13 kompetensi ini.
Karena 13 kompetensi itu dinilai 5 th + 2 th magang.
Di universitas swasta tidak banyak resource. Peraturan untuk
prodi baru tidak bisa dicapai, jadi bagi kita untuk memunculkan
profesi ini adalah jalan tengah yang bagus karena resourcenya
tidak terlalu excellent tetapi dalam rangka menghasilkan produk
arsitek yang punya kualifikasi. Jadi PPAr yang 1 tahun adalah
sebuah strategic through untuk memulai sesuatu di prodi
arsitektur. Apakah s-1 akan diurusi atau tidak, itu adalah ketika
bahwa sebuah universitas akan masuk membuat PPAr, maka
harus diverifikasi untuk memiliki kewenangan membuka PPAr.
Siapa yang memvalidasi belum dibicarakan.
Fasilitas harus terpisah dari prodi lainnya terutama untuk
modeling, sepertinya tidak bisa direalisasikan. Bisa dibuat
standar saja.
Ada kecenderungan di DIKTI untuk memagari prodi-prodi yang
menumpang tetapi sebetulnya tidak punya apa-apa. Prinsip
utamanya adalah kecukupan.
Ilya F. Maharika, IAI
A. Adib Abadi
Ilya F. Maharika, IAI
 PPAr murni yang menguji universitas atau ini akan menjadi exit
exam domain IAI?
 Kalau IAI punya badan akreditasi yang bagus dan mengawasi
standar pendidikan, saya yakin bisa, karena mau di luar atau di
dalam akan sama saja. Ini mengenai exit exam setelah 5 tahun
pendidikan.
 Opsi 1: LAM memvalidasi institusi setiap 5 tahun (ideal bila sudah
ada LAM)
 Opsi 2: PT meluluskan, lulusan diuji oleh IAI (sifatnya individu,
datang ke IAI untuk diuji
 Opsi 3: IAI datang untuk menguji
Penutupan oleh Ketua Tim
Tindak lanjut dari kegiatan rapat ini akan diteruskan oleh Tim Pokja untuk memfinalisasi hasil ketiga
workshop dan mempersiapkan sosialisasi ke berbagai perguruan tinggi.
Rangkuman dibuat oleh : Gadisha Amelia
Notulen Seminar Sosialisasi Penyusunan Standar Pendidikan, Kurikulum, dan
Capaian Pembelajaran (Learning Outcomes) Pendidikan Profesi Arsitek
Tahun 2015
Tanggal
Tempat
Peserta
: 6-7 November 2015
: Ruang Orchid I Hotel Grand City Makassar, Sulawesi Selatan
:
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
Nama Peserta
Prof. Yandi Andri Yatmo
Ilya F. Maharika, IAI
Paramita Atmodiwirjo
Marwan Massinai, IAI
Ir. Muaz Yahya M.T., IAI
Dr. Ir. Ahda Mulyati
Faizal Baharuddin
Iwan Ponengo
Mohammad Imran
Dr. Indrabakti S.,S.T.,M.T.
Santi Bachrun
Kalih Trumansyahjaya
Y.P. Erick A.
Agus Kurniawan
Linda W. Fanggidae
Desak M.D. Sukma Widiyani
Dr. Wasilah, S.T., M.T.
Ali Amin Soewarno
Syamsuddin Mustafa
Judy O. Waani
M. Asrianto Densi
Pakhri Anhar
Wiryawan
A. Sukohedi
Ariana Mayangsari Moli
Don Ara Kian
Frysa Wiriantari
Sanusi Anwar, S.T.,M.T.
Halim
Naidah Naing
Bambang Soemardiono
Sayyid Quraisy, S.T.,M.T.
Muh. Tayeb
Baharuddin
Annisa Rahman
Instansi
POKJA
APTARI
UI
IAI
IAI
Univ. Tadulako
UNTAG SMD
ITM Tomohon
STITEK Bina Taruna
Univ. Palangkaraya
Univ. Halu-Oleo
Univ. Negeri Gorontalo
Univ. Gorontalo
Univ. Warmadewa
Univ. Nusa Cendana
Univ. Dwijendra
UIN Alauddin Mksr
Univ. Muhammadiyah Kendari
Univ. Bosowa / Univ. 45
Univ. Sam Ratulangi
Univ. Tomakaka
Univ. Lambung Mangkurat
Univ. Udayana
UST, Jayapura
Univ. Ichsan Gorontalo
Unwira Kupang
Univ. Dwijendra
IAI Sul-Sel
Sekolah Vokasi Arsitektur
Univ. Muslim Makassar
IAI
UNKHAIR, Ternate
UNKHAIR, Ternate
Universitas Hasanuddin
UIN Alauddin Makassae
36.
37.
Faris Jumawan
Abdul Rais
Universitas Fajar
Universitas Bosowa
Agenda:
6 November 2015
o
Pembukaan

Sambutan penanggung jawab kegiatan (Yandi Andri Yatmo)

Sambutan Ketua 1 IAI (Muaz Yahya)

Sambutan perwakilan APTARI (Ilya F. Maharika)
o
Sesi 1
Pembahasan umum Pendidikan Profesi Arsitek (PPAr) dan alur pendidikan arsitektur
Nama (Instansi)
Yandi Andri Yatmo
o
Uraian
 Tujuan seminar ini adalah untuk mengetahui apa
permasalahan di Indonesia Tengah dan Timur
 Kondisi di Tengah dan Timur berbeda. Di Barat, hanya
akreditasi A & B yang diundang
 Kami mengharapkan setiap universitas menjaga
hubungan dengan APTARI
 Pendidikan profesi merupakan kelanjutan dari
pendidikan akademik Sarjana (poin 1 pasal 17). Setelah
Sarjana S-1 barulah mengikuti pendidikan profesi
 Lulusan profesi berhak menggunakan gelar profesi.
Gelar profesi diberikan oleh perguruan tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan profesi
 Kerangka Kualifikasi Nasional harus diperhatikan agar
terlihat bahwa jenjang profesi berbeda dengan sarjana
(pasal 29)
Sesi 2
Pembahasan profil lulusan, capaian pembelajaran, dan kurikulum Pendidikan Profesi Arsitek (PPAr)
Nama
Ilya F. Maharika
Uraian
 Resource untuk membangun PPAr dibanding magister
minim
 Pembahasan skema pendidikan profesi
 Posisi pendidikan sarjana dan profesi harus jelas.
 Skema pendidikan profesi tersebut dapat menjadi acuan
kesetaraan dengan lulusan arsitektur di negara lain
Sesi Diskusi
Nama (Instansi)
Pakhri Anhar (Universitas
Lambung Mangkurat)
Bambang Soemardiono (IAI)
Muaz Yahya
Uraian
 Apakah arsitek muda setara dengan SKA muda?
Kalau mengikuti peraturan ini, kita tetap akan jadi
buruh terus.
 Usul: SKA Muda tidak bisa digunakan mendapat lisensi
SIBT, tetapi bisa menjadi anggota dari tim itu
 Lulusan PPAr seperti lulusan pendidikan notaris, sudah
dapat melakukan praktik tapi lokal
 Sebaiknya tim ini juga meninjau kembali UU Jasa
Konstruksi
 Mengapa 4 tahun tidak cukup? 1 tahun adalah biaya.
 Bagaimana orang-orang di daerah sebagai lulusan s-1
bisa melaksanakannya dari segi anggaran?
 Bagaimana dengan institusi yang tidak mungkin
menyelenggarakan PPAr?
 Kenapa pendidikan S-1 tidak diberikan sertifikat
kompetensi juga?
 Apakah ada ketentuan pemagangan?
 Perubahan lama masa ajar 5 tahun berubah dan tingkat
kompleksitas pembelajaran diturunkan. Bukankah kita
jadi merombak kurikulum prodi?
 Bagaimana kita merubah kurikulum S-1 dengan adanya
PPAr?
 Saran: APTARI bisa memfasilitasi dengan memberi
deskripsi mata kuliah tersebut
 Selama ini kita memakai 4+1 supaya bisa diakui ke
Negara ASEAN, tetapi itu tidak diakui ke UIA. Apabila
kita memperkuat 1 tahun ini maka akan menjadi dasar
yang bagus.
 PPAr dapat dianggap setara dengan pengalaman kerja 4
tahun
 Yang diharapkan untuk masuk PPAr adalah dari lulusan
2009 ke atas.
Belum pernah dilakukan evaluasi PPAr yang sudah
dilakukan selama 6 tahun
 S-1 bertanggung jawab pada keilmuan, PPAr
bertanggung jawab pada ilmu praktis.
 Pada saat merancang, kita juga akan meneliti. Dalam
perancangan inovatif PPAr, kita akan melihat penelitian
mahasiswa dalam pendekatan design seperti apa
 Bila lulusan PPAr mendapat Arsitek Muda maka PPAr
akan menjadi menarik
 Arsitek Muda dapat melaksanakan magang dengan
mengerjakan proyek sendiri (karena sudah bisa) tetapi
di bawah bimbingan arsitek profesional
 Kalau alur ini tidak diikuti, ada durasi waktu tertentu
yang harus diikuti dan cukup lama untuk setara dengan
1 tahun ini.
 Hasil rumusan UU dapat dimasukkan ke standar
kompetensi
 Apabila di semua prodi sudah di level 7, bukankah PPAr
Don (Universitas Katolik Mandira
Kupang)
Naidah Naing (Univ. Muslim
Makassar)
Judy O. Waani (Sam Ratulangi)
Kalih Trumansyahjaya
(Universitas Negeri Gorontalo)
menjadi sama saja dengan S-1?
 Bagaimana konteks penggeseran mata ajar S-1 yang
seharusnya ada di PPAr?
 Bagaimana tanggung jawab IAI dan APTARI pada saat
program PPAr diaplikasikan ke prodi?
 Perlu ada kesamaan mengenai profil lulusan PPAr, apa
yang membedakan dengan lulusan S1
 Bila yang dianggap Arsitek adalah yang ber SKA, maka
di NTT hanya ada 15 orang. Selama ini Sarjana Arsitek
merasa tidak penting untuk mengurus SKA
 PPAr menjadi jembatan yang sangat baik untuk
mendapatkan SKA Muda
 Apakah bisa ada penyederhanaan proses? Mahasiswa
akan ditawarkan pada pilihan, profesi, S-2, atau tidak
melanjutkan. Bagaimana apabila diwajibkan? Selain itu
mahasiswa juga mendapat SKA. Hal ini dapat menjadi
keuntungan bagi mahasiswa.
 PPAr sebaiknya melakukan sosialisasi kepada
mahasiswa dan dunia pendidikan yang lebih luas
 Profil lulusan di prodi masing-masing. PPAr
menghasilkan arsitek dengan kualifikasi siap bekerja.
 Adakah kemungkinan tumpang tindih antara S1 dan
PPAr. Materi kuliah yang diusulkan untuk PPAr banyak
yang sudah diberikan di S1 selama ini.
 Usul agar PPAr lebih berupa praktik, tidak selalu beban
sks tatap muka.
 Bagaimana posisi SKA Muda terhadap jenjang SKA yang
ada selama ini (Pratama, Madya, Utama)?
 Apabila ingin meningkatkan kualitas lulusan S-1, kenapa
tidak diwajibkan melanjutkan ke PPAr?
 Ada pembatasan berlakunya SKA Muda
 Masalah di luar pendidikan arsitektur, UU No. 12 pasal
28 mengenai gelar profesi dinyatakan tidak sah apabila
dikeluarkan oleh yang tidak berwenang. Apakah ada
peluang untuk organisasi lain membuka kesempatan
untuk mendapatkan gelar profesi?
 Masalah di dalam pendidikan arsitektur. Standar UIA
adalah standar yang sama di Eropa, di Amerika, di
Indonesia. Ada masalah SDM dalam menetapkan
kemampuan yang sama untuk seluruh Indonesia.
 Alur yang diusulkan merupakan pilihan bagi arsitek.
 Bisakah tidak melihat alur PPAr sebagai beban institusi?
Institusi menyiapkan dan bertanggung jawab mengenai
alur untuk arsitek bertanggung jawab ke tingkat yang
lebih tinggi.
 Alur disiapkan, tetapi mahasiswa diberi kesempatan
untuk memilih
 S-1 dibuka tahun 2010, baru ada 2 lulusan.
 Dari pendidikan arsitektur S-1, ditambah 1 tahun
profesi, apakah ada overlap antar keduanya?
 Perlu dirumuskan standar pendidikan yang dapat
dipenuhi oleh PT di wilayah timur.
 Apakah ada tim pengajar dari pihak asosiasi?
Linda W. Fanggidae (Universitas
Nusa Cendana Kupang)
Dr. Wasilah, S.T., M.T. (UIN
Alauddin Makassar)
Iwan (Tomohon)
Wiryawan (Udayana)
Indra (Palangkaraya)
Baharuddin (Unhas)
Aisyah Rahma (UIN Alauddin
Makassar)
 PT dapat memilih akan membuat PPAr atau tidak,
tergantung jumlah SDM yang tersedia
 Selama ini pendidikan 4 tahun berisi materi pendidikan
5 tahun sebelumnya sehingga sangat membebani.
Tetapi tetap mengejar tuntutan kompetensi.
 Beban kurikulum adalah mata kuliah studio, gambar,
yang menuju ke mata kuliah profesional. Kurikulum
pendidikan arsitek tidak terlalu perlu bila bisa
dimasukkan ke dalam S-1.
 Bagaimana sinkronisasi pendidikan akademik dengan
pendidikan profesi?
 Apakah caranya dengan 4 tahun itu diringankan? Mata
kuliah studio, gambar, dipindah ke profesi.
 Capaian pembelajaran PPAr masih terasa berat, apakah
tidak diberikan ke akademik aja?
 Kurikulum dimasukkan dengan acuan Al-Quran dan
Hadis. Apakah ada standar sendiri sehingga hal tersebut
bisa menjadi standar juga?
 Prodi arsitektur sudah terbagi jurusan (peminatan).
Bagaimana menstandarkan hal itu?
 Posisi PPAr pada skema 1-7 ada dimana?
 Kewenangan yang dibuktikan oleh sertifikat menjadi
masalah, karena diberikan setelah dia lulus. Akan ada
orang yang lulus tetapi tidak diberikan sertifikat
keahlian. Cukup sampai dia adalah Arsitek Muda yang
memiliki standar kompetensi. Arsitek Muda ditentukan
oleh PPAr.
 Material mengenai rekomendasi bahan kajian PPAr perlu
diinformasikan lebih lanjut
 Capaian pembelajaran berkaitan dengan mata kuliah.
Perlukah ada mata kuliah yang berkaitan dengan sikap?
Keterampilan umum dan keterampilan khusus?
 Diperlukan panduan rekomendasi capaian pembelajaran
 Level dalam uji kompetensi tidak sama
 Kompetensi yang berhubungan dengan keterampilan
khusus?
 Bahan kajian setelah revisi kurikulum tidak cukup. 1
bahan kajian hanya boleh masuk di 1 mata kuliah,
sebaliknya 1 mata kuliah boleh lebih dari 1 bahan
kajian. Bagaimana tercapai kompetensinya? Dengan
membuat banyak bahan kajian.
 Apa yang membedakan perancangan 1 dan 2?
 Bagaimana dengan tenaga pengajar? Tenaga pengajar
dari profesional dapat dikategorikan menjadi dosen
home-based asalkan memenuhi kriteria
 Paket belajar di PPAr dengan kontrol kedalaman (tahu,
bisa, mahir)
 Tahap mahir sudah bisa mendapat SKA Pratama dengan
indikator proyek yang sudah dikerjakan. Bagaimana
menilai proyek? Berdasarkan kuantitas atau kualitas?
 Penutupan Kegiatan Hari I
Rapat akan dilanjutkan di Hari II jam 08.00 WITA
7 November 2015
o
Sesi 3
Pembahasan Standar Pendidikan Profesi Arsitek (PPAr)
Nama (Instansi)
Paramita Atmodiwirjo
Uraian
 Standar pendidikan memiliki peran sebagai acuan untuk
diikuti semua PT, untuk pedoman pendirian prodi dan
untuk penjaminan mutu.
 Standar disusun dengan mempertimbangkan pedoman
yang sudah pernah disusun IAI (Buku Merah)
 Mengacu pada SNP dan SNPT, terdapat 8 standar
pendidikan untuk PPAr
Sesi Diskusi
Nama (Instansi)
Pakhri Anhar (Universitas
Lambung Mangkurat)
Bambang Soemardiono (IAI)
Don (Universitas Katolik
Mandira Kupang)
Uraian
 Bagaimana dengan magang?
 Kedalaman pembelajaran
 Apakah proses pembelajaran yang dilakukan mahasiswa
mandiri? Sejauh apa mahasiswa mendapat feedback?
 Orang yang menjadi reviewer eksternal sebaiknya juga
memiliki sertifikasi sehingga kompetensinya terukur
 Bagaimana pengertian kualifikasi yang tepat?
 Bagaimana dengan universitas dengan dosen yang tidak
memiliki sertifikasi IAI? Bagaimana dengan adanya
instruktur internal dan eksternal?
 Dosen yang berpengalaman sebagai praktisi tidak bisa
mendapat SKA. Bagaimana dengan ini? Apabila harus
bersertifikat madya, berarti reviewer tersebut eksternal.
 Pengalaman kualifikasi dosen sebaiknya diputuskan oleh
IAI sehingga menjadi kebijakan IAI
 Ijazah PPAr diproses institusi, sertifikat dikeluarkan oleh
IAI
 Mekanisme pemberian sertifikat diserahkan pada IAI
 Penundaan nomenklatur?
 Semester pertama mempelajari inovasi desain, semester
dua mempelajari detail desain
 Pekerjaan Arsitek Muda tidak terlalu kompleks, tapi
sebagai mahasiswa harus memahami detail-detail
kompleks
 Tenaga pengajar di PPAr disebut instruktur, bukan
dosen
 Di tempat kami ada 2 mata kuliah kerja praktik. Yang
pertama mahasiswa pergi ke konsultan, yang kedua
praktik lapangan (pelaksanaan fisik). Di PPAr ditekankan
yang mana?
 Simulasi merancang proyek nyata akan lebih spesifik
dalam pembelajaran mahasiswa
Nama (Instansi)
Baharuddin
Muaz Yahya (IAI)
Rangkuman dibuat oleh :
Gadisha Amelia
Uraian
 Kualifikasi dosen dan struktur studio
 Bagaimana bila IAI yang memberi pilihan mengenai
reviewer eksternal?
 Dosen PPAr dipisah dengan instruktur.
 Sebaiknya mencari dosen yang sesuai dengan kriteria
tersebut
 Mendapatkan ijazah adalah penyelesaian proses
 Bagaimana dengan peraturan dosen sebagai S-2?
 Bisakah dibedakan dosen sebagai pengajar,
pembimbing, dan pengelola.
 Apakah dosen PPAr sebagai pengajar sekaligus
instruktur?
 Peraturan mengatakan bahwa UT terakreditasi dapat
menyelenggarakan PPAr
 IAI berkewajiban memberikan SKA
 Pengaruh organisasi lain pada pemberian sertifikat akan
mempengaruhi masa studi mahasiswa. Apabila lembaga
pendidikan yang mengusulkan, maka dapat dianggap
sudah selesai.
SEMINAR SOSIALISASI
12-13 NOVEMBER 2015
Hari/Tanggal : Kamis / 12 november 2015
Waktu
: 15.00-selesai
Tempat
: Ruang Rapat Hotel Santika
Peserta Rapat : Anggota IAI dan APTARI
 Daftar pertanyaan dan jawaban 12 November 2015
a. Unsi : Apakah bisa membuka Pp ars sendiri di universitas?
Jawab ;
Bu darmita , tidak bisa adanya jalur khususmisal rasio dosen 1 :12,
bagaimana kita mencari dosen dimana memiliki keahlian melalui RPL , walaupun
tidak menggambil master tetapi dengan kemampun yang dimiliki dapat dinilai
setara dengan dosen.
Pendidikan arsitektur tetap ada, ada yg sudah terlanjur master tapi dia
belum mengikuti PPAr, dari profesi bisa ke akademik, tapi jalurnya lebih panjang dan
lama dan khusus untuk program arsitektur khususnya alur desain. Dengan adanya
PPAr memungkinkan adanya dosen pada universitas kecil yang sudah punya rpl
(pengalaman) 4s1 +2 magister
b. Buat apa mengambil PPAr kalo lulus bisa langsung kerja ?
Jawab ;
Interpretasi PPAr sangat banyak, rakernas PPAr di Ancol, dimana program
profesi berjalan. Mereka boleh mengajukan hasil kerjanya , sehingga mereka berhak
mengambil ska. PPAr bermasalah ketika mereka tidak punya uang, apakah harus
diambil setelah lulus (setelah 2009). Akan tetapi program ini tidak laku, tetapi
kenapa dipaksa, padahal S1 5 th. Solusinya bagaimana kalo perguruan tinggi
menambah 1 th yang kemudian dinamakan program profesi “ untuk menamkan
program ini” sehingga lulusan bisa diakui. Program profesi ini berhasil diakui di
Asean, programprofesi pada rakernas bisa dilakukan dengan bekerja 4 Th + 2 th
(magang) sebelum dia ujian SKA,
bisa mendesain.
c.
d.
e.
f.
kadang-kadang yang telah memiliki SIPP, hanya
Pak Jaya; Ada dua dunia, kampus dan profesi, pada saat merekrut orang,
tidak peduli memiliki gelar apa, tapi batasanya bagaimana dia mendesain misal dari
yang sederhana bagaimana dia bisa mendesain toilet. Tidak peduli belajarnya dari
mana yang penting kemampuannya. Sebab yang dibutuhkan adalah skill untuk
menghadapi dunia nyata. Terutama mengenai keselamatan manusia, misal membuat
tempat karaoke dimana unsur fire exit sangat diperlukan, itulah persyaratan.
Sekolah 5th, Ada 2 th pemagangan, tidak secara spesifik dijelaskan. Yang
dilihatat adalah lulus ujian SKA atau tidak. Tidak mau terjerat dalam lilitan birokrasi.
Pak Adi ; Bagaimana dengan program magister yang sudah dicangkokkan dengan
S2, karena ijazah yg keluar hanya 1 aja, bagaimana konsekuensinya?
Jawab ;
Hal tersebut merupakan option lain, dan nantinya IAI akan
merekomendasikan memberikan dosen yg berpengalaman
Ririn UIA; Mengapa pendidikan 1 th hanya melengkapi, kenapa 1 th disendirikan
sebagai program baru??? Profesi tidak boleh disamakan dengan master?
Jawab;
Pak tomi : Terkendala dengan undang-undang , ada kekhawatiran kalo
pendidikan 5 th karena dianggap lama, dan akhirnya hanya sedikit mahasiswa yang
masuk arsitektur
Rini : Bagaimana kalo ada mahasiswa lulusan ingin melanjutkan profesi tapi tidak
ingin tambah 1 th?
Jawab;
Pak Tomi : bisa tp harus ada pengalaman + ujian tapi waktunya lebih lama, melalui
IAI.
Pak agus : Kenapa di Indosnesia membuat undang-undang yang merepotkan diri
sendiri?? Saran; peraturan yang sederhana jangan dipesulit,
g. Sally, UPH ; Arsitektur butuh 5 th, kerancuannya akan lebih lagi kalo diagram
diterapkan, pak hendra telah menegaskan, kalo dia tidak mengerti toilet dia tidak
akan berpraktek?? Garis putus2 perlakuannya seperti apa, bagaimana disejajarkan
dengan dokter?
Jawab ;
 Pak hendra tadi telah menjelaskan, ada jalur pendidikan formal/
akademik , apakah lulus jalur tersebut atau tidak, banyak yang profesinya tidak
sesuai bidangnya, garis titik2 bukan jenjang vertikal , kalo di luar semua yang M. Arch
profesional...., kalo di Indonesia belum tentu... dengan kata lain Mars nanti yang
akan dibangun harus profesional.
 Pak Jaya; pendidikan di indonesia unik, di Uae aturan diserahkan ke
negara, kalo undang2 berubah nanti menyesuaikan, apakah ijazah bisa diakui dikti,
kalo ada perubahan akan direvisi, uu berlaku umum tidak hanya 1 perguruan tinggi
saja, standar yang digunakan adalah standart minimal yang bisa diterapkan
didaerah2, dengan adanya usulan”
1.
2.
3.
4.
 Rekomendasi pernyataan profil lulusan
Kemampuan menghasilkan arsitektur yang memenuhi ukuran estetika, persyaratan
dan kelestarian lingkungan
Pemahaman tentang sejarah dan teori
Pengetahuan tentang senirupa dan pengaruhnya
Memahami hubungan mannusia dan bangunan gedungdll
Kerja praktek di tempat-tempat yang ditentukkan di IAI
 Saran
Yang dilihat kompetensi bukan gelarnya, yang masalah di S2 satu gelar tp
keahliannya beda-beda. Singapore hanya 30 % yang jadi arsitektur. Pii lebih gesit,
undang-undangnya sudah ada. Dengan memilhat fenomena yang seperti hukum,
advokat, notaris. Di korea, semester 3 sudah jelas, mau diarahkan kemana tetapi di
Indonesia berbeda. Kenapa kita tidak seperti prodi kedokteran? Berharap mengisi
kekosongan yang sangat besar.
 Materi diskusi sesi malam 12 November 2015 Rekomendasi capaian
pembelajaran PPAr
 Daftar pertanyaan dan jawaban 12 November 2015 SESI Malam (pukul 19.30)
h. Pak Sahid, UPJ; Berkaitan dengan ibu dari dikti, kalo yang dikedokteran antara S1
dan profesinya menjadi satu kesatuan, apakah benar demikian? Antara s1 dan
profesi menjadi satu kesatuan misal dikedokteran, ada peluang kita juga misal
dengan 6 tahun bisa dapat dua2nya, kendala ada problem waktu terlalu lama tapi
tetap mau juga
Jawab;
 Pak Adib : Sebetulnya kalo teman2 kedokteran, kalo ingin profesi daftar
lagi dan tetap dalam satu prodi, dengan uang kuliah yang berbeda dan mendaftar
ditempat yang sama. Yang menguntungkan mereka, selain ada undang-undang
dokter ada undang-undang kedokteran. Di undang-undang disebutkan pendidikan
arsitek 5 th. Prodi lama berkurang dan rasio dosen berubah.
 Kedokteran profesi awal yg dibuka. Kemudian ada notaris , akuntasnsi.
i. Ratna Amanarti, Univ.Riau; rpl ; syarat calon dosen yang mengetes siapa yang
mengeluarkan sertifikat siapa?
Jawab;

Rpl keluarnya dari dikti, universitas bekerjasama dengan organisasi
profesi, ada kriteria yg dikeluarkan. Atas usulan organisasi profesi akan dikeluarkan
nidk (nomer induk dosen khusus). Ada turunan yg dikeluarkan iai, dibuat saat ini
sistemnya. Sertifikat profesi oleh perguruan tinggi, sertifikat profesi oleh profesi/iai.
144 sks sesuai kurikulum 96.
 Di IAI, ada dewan profesi yg mengatur soal keprofesian madya dst. Iai
menyediakan dosen dan dikelola iai nas, mou perguruan tinggi dan iai, dimana sdm
daerah lebih diprioritaskan. Dimana biaya nidk sesuai standart daerah.
j.
Perguruan Tinggi dan PPAr, ada sekolah vokasi, d4 dan s2, keberadaan d4 jika ada,
apakah langsung masuk atau ada matrikulasi?
Jawab;
Diakomodir d3 menjadi d4 dan d3 menjadi s1, dimana sdm semakin
berkembang, tergantung kebutuhan masing-masing. Mereka bisa masuk jalur
profesi, dimana ada ujian penyetaraan, mata kuliah yg diakui untuk bisa masuk
kesana jadi ada matrikulasi dan rekoknisi. Dimana d3 kompetensi drafter, kalo d4
applier. Kriteria belum tercantum, tapi kriteria akan dikembangkan dari s1 dan tidak
ada di d4.
 Pak Adib; ada d4/s1; tergantung gabnya, pencapaian tergantung dan
dapat diisi saat matrikulasi, sangat tergantung pd masing2 perguruan tinggi
melakukan evaluasi, bisa satu semester bisa satu tahun.Di qua tidak semua gap
disampaikan, apakah level d3 dinamakan sebagai teknik gambar, dimana d4
diploma menggambar arsitektur dan tergantung masing2 daerah d3nya, misal d3
teknik bangunan.
Dapat diluruskan juga, dimana berbakat diterapan d3 ke desain, dimana disarankan
menjadi sarjana dan profesi.

Pak taufik,D3 harusnya lebih banyak dari arsitek minimal sama, harusnya
d3 cukup banyak tapi kenyataan kebalikannya, karena animo pendaftarnya, tapi
sebetulnya dalam dunia kerja d3 banyak.
Mengenai PPAr, ada disetiap daerah, minimal ada lembaga yg membuka profesi
arsitektur, misal di Bengkulu dan daerah timur2, iai akan mengerahkan sdmnya ke
timur.
k. Apakah setiap program arsitektur punya PPAr, ??
Sistem dibuat untuk merapikan sistem berikutnya, incorrectment, supaya lulusan
arsitek di aceh sama dengan lulusan didaerah lainnya. standart dibuat supaya semua
dapat meningkat kualitas dimana standart dibuat seminimal mungkin.
Jawab ;
Pak dayat, tidak semua arsitek butuh ska, misal sebagai asisten, harus dibuat
standart , yang menjadi permasalahan adalah diswasta, misal ada program apa
sangat susah. Pp ars adalah wadah untuk menambah satu tahun,
 Saran
Persayaratan dari dikti harus jelas, supaya universitas tidak mengalami
kebingungan. Terutama universitas-universitas di luar Jawa.
l.
Pak Basuki, Unpar; Arsitek kita harus diakui internasional, 4th sebagai sarjana
arsitektur dan 1 tahun sebagai profesi= arsitek. Bagaimana daerah mendirikan
sarjana arsitektur atau profesi?? Perguruan tinggi yang memiliki ijin tersebut,
kualifikasi pendidikan profesi arsitek harus sama.
Jawab;
Pak Adib; ke pak basuki; semangatnya sama untuk mengupgrade semua b jd
c , c jadi b dst. Dosen s1 boleh mengajar tegantung kompetensi.
Yang dialami Unika sama dengan Itb, dimana yg dilihat bukan magisterny tapi
studionya tingkat 1 sampai 5. Assesor ingin melihat bagaimana kualitas profesi s1
terhadap cara mengajarnya, kualifikasinya.
Dikti akan memberikan karpet merah mou untuk mereka yang telah
membuka, passing grade / akreditasi harus naik. Lembaga luar mau mengakreditasi
kalo bannya a. Jadi harus dituntun kualifikasinya baik dan lulusan arsitek kalo harus
diserap pasar
m. Yang menentukkan PPAr harus akademisi siapa? Dihitung2 ada 50 perguruan tinggi,
bagaimana nasih univ. Yang gradenya masih c, ini tidak adil...?? bagaimana univ yg
ada didaerah2....jangan sampai ada kendala yang mencekik kita sendiri...
n. Pak Ardianto, Unika Semarang
PPAr diadakan di s2, tapi sertifikat kesuliatan di sertifikat. Lulusan s1 masuk ke
bidang arsitek tanpa harus adanya PPAr. Disisi lain, PPAr kebutuhan dunia, tapi dari
segi akreditasi banyak yg belum ...
o. Pak Murah,iTS; berorientasi pendidikan 5th , apakah tidak menjadi bumerang. Kalo
perguruan tinggi tidak bisa mendirikan PPAr , sasaran digeser menjadi pendidikan
arsitektur. Perlu adanya kemudahan dalam proses menjadi profesi. Tidak perlu
dicatat dalam nidn
Jawab;
Pak indrajaya; lulusan PPAR kemana harus pergi?? Misal di ui setelah wisuda,
banyak yang galau dan larinya sekolah lagi. Setelah lulus PPAr juga tanya mau
kemana, berarti itu hanya pelarian saja. Tidak semua mahasiswa arsitektur jadi
arsitek, hanya 20%, sisanya diluar. Intinya tidak semua lulusan arsitektur menjadi
arsitek.
Apakah d4 bisa langsung ke profesi, arsitek bukan builder. Builder ilmu teknik. D4
diisi dengan pelajaran teori-teori misal filsafat, antropologi jd dia tidak hanya
memiliki kemampuan membangun tapi apa yang tidak kelihatan. Kemahalan fee
arsitek karena ilmunya. Diarsitek diajarkan tentang space, tidak keliahatan tapi
dapat dirasakan. Yang diciptakan arsitek dengan builder.
Tidak semua arsitek butuh ska. Produk arsitektur lebih banyak produk individual,
kalo yg mendapat penghargaan orang lain , karena yang mendapat pengharagaan
orang lain. Program profesi adalah pilihan bukan kewajiban.
p. Setelah kami lulus PPAr, apa yang dilakukan? Kita berada di 2 alam , akademis dan
profesi, magang 2 tahun di lembagakan. Dimana iai menyediakan tempat dan
akademi memonitoring, dengan demikian setelah 3 th mendapat ska karena menjadi
lebih nyata. Saat magang ada biayanya, dimana saling menguntungkan
-rekomendasi capaian pembelajaran; akan menyesuaikan dengan kode etik ikatan
arsitek indonesia.
q. Sewaktu membuat kurikulum aptari, alumni, stakeholder dan mahasiswa itu sendiri.
Banyak keluhan dari mereka setelah lulus s1 langsung bekerja, dimana s1 hanya
konsep. Akhirnya kurikulum yg ada di s1 adalah konsep yg dapat siap kerja .
efektifitasnya sampai sejauh mana??
r. Pak Ashan, Ums; semua prodi sudah membayar , kalo bisa dosen yg s2 dimudahkan
mendapat ska.
s. Pak nafi, setelah PPAr mau ngapain? Jadi arsitek harusnya. Dari segi keprofesian
setelah mendaftar PPAr, mendaftar anggota iai, misal harus magang dimana
ketentuan2 telah ada di iai. Di iai ada wawasan keprofesian. Guidences ada di
panduaan iai. Mengenai kegalauan , setelah lulus s2 bisa tidak ikut PPAr, ?? selain
keinginan menjadi dosen juga ingin menjadi arsitek.
Dosen dimudahkan dalam mendapat ska, apakah dosen ingin menjadi profesi?
Maksudnya dimudahkan dalam segi biaya/ prosesnya.. lpjk diterima sebagai tenaga
ahli. Sertifikat dari lpjk, misal ada dewan lain yg menyelenggarakan, asal kompeten
keluar skanya. Ska arsitek paling susah dan rumit, madya arsitek minimal rumah
tinggal arsitek.
Uai mengacu arsitektur, kkni menjadi panduan s1 . jika ingin memasukkan
kekhasan bisa tapi jangan membebani mahasiswa.
t. Pak Basuki; rekomendasi; kita akan mendidrikan akademisi 4+1 atau profesi 5th?
Jawab
Pak Adib; Tidak perlu dibuat prodi baru , ini hanya rekomendasi untuk
disampaikan ke dikti. Program vokasi bisa linknya ke engineering.
u. Bu Ririn; kompetensi yang dilakukan standart?
Jawab;
Sarjana dia cendikia, kalo magister ahli. Bukan mata kuliahnya tapi level
kedalamanya. Silabus menjadi titik tolak dimana disilabus merupakan guidenes.
Dengan hal kualitatif bisa mendapatkan kompetensi
SOSIALISASI APTARI IAI 12-13 NOVEMBER 12-13 NOV.2015
Hari/Tanggal : Jumat / 13 November 2015
Waktu
: 08.00-11.00
Tempat
: Ruang Rapat Hotel Santika
Peserta Rapat
: Anggota IAI dan APTARI
Pokok pembahasan : Standart PPAr, Peserta PPAr dan Monitoring dan Evaluasi oleh IAI
A. Roni Gunawan, Uk Pertra Sby, pada pendidikan satu tahun mendapat pendidikan
muda, setelah itu masuk . andaikata dalam satu tahun disimulasikan 6 bulan kuliah 6
bulan magang, kemudian biro di balik, jakarta atau singapura. Apakah massa magang
6 bulan bisa mengurangi masa profesi 1 tahun? Program PPAr memiliki program
kuliah terpisah dengan prodi lain?
JAWAB
Pak adib; sudah ada mou untuk dibentuk LAM, sudah disiapkan formatnya.
Persoalan LAM mengenai keterwakilan berapa persen dari IAI dan APTARI
Pak Eko; sudah ada LAM arsitektur. Dikti telah mensubsidi sebesar 50 juta.
Suka tidak suka telah menjadi aturan. Magang 6 bulan tidak bisa mengurangi waktu
PPAr.
Pak hendra; bagaimana kita memasukan magang pada program profesi,
dulunya pernah disetujui, jika pemagangan masuk dalam kategori yang telah
diberikan oleh IAI. Dimana ada rekonsiliasi antara AAI , dikti dan PT.
B. Pak Agung Dwi, Undip ; katanya yang pendidikan setara yang diakui dalam level
internasional hanya di UI terus di UNDIP bagaimana, kita sudah susah-susah disini
tetapi tidak diakui?
Saran : gelar harus jelas, sarjana arsitek atau arsitek.
PPAr bisa magister bisa sarjana, pola magister yang bagaimana untuk dapat menjadi
PPAr? Ada panduan yang bisa diacu..
JAWAB
Pak Adib; mungkin bisa melompat tapi harus melalui kriteria. Hanya 14 yang
diakui dikti. Ide menarik untuk membangun perwilayah seperti kopertis wilayah.
Dimungkinkan adanya pts bergabung untuk membentuk PPAr tapi kendalanya
apakah mereka bisa bergabung.
Pak eko, 20% harus bikin PPAr,
Pak eko, untuk universitas yang telah memiliki PPAr yang telah memilki Mou
akan dipermudah dalam pelaksanaan yang baru. Dimana PPAr berdiri sendiri,
terpisah dari prodi.
Pak Eko, perancangannya di cek apakah studio memenuhi sksnya. Dimana studio
200 menit. Semakin lama IAI daerah semakin penting. Uji kompetensi oleh IAI.
Pak Hendra, pendidikan arisitektur berbeda-beda tapi tergantung pada kretifitas
mahasiswa juga.
C. UMS, perlu identifikasi masalah berdasarakan persyaratan PPAr, dimana kendala
masih banyak terutama untuk PS menengah kebawah, misal gaji, ruangan terpisah
untuk dicari jalan keluar dan dipetakan misal melalui kerjasama 2 ps apakah bisa?
Bagaimana metodenya? Bagaimana uu yang tidak menyulitkan semuanya? Kalau di
buka PPAr bagaimana prosesnya ?
Jawab
Pak Adib: kendala-kendala memang ada mengenai PPAr, pada tahun 2016
dimana economic ASEAN sudah masuk,
Pak Hendra, ada kesan kekhwatiran keharusan untuk membuat program
profesi, tidak harus program 5 th tapi bisa melalui master desain dan program
vokasi.Didalam uu ada L2 dikti ( kopertis yang bertranformasi) . di BAN akan
membuka cabang di L2 dikiti, disini akan mempermudah
D. Pak Basuki; tidak semua pt mendirikan PPAr. Apakah harus prodi atau terbuka
program profesi 5 th ? apakah yang di Magister bisa diakui sebagai program profesi?
Jawab
Pak Adib; UU yang menyatakan program harus 5 tahun, belum disyahkan.
Pak Hendra; program 5 tahun, harus jelas dimana pada program 4 th atau harus
lanjut 1 tahun.
E. Pak Grek, Ukdw; kalo sosialisasi berarti sudah fix programnya. Diskusi kita masih
pada wilayah administratif, uu berfungsi untuk melindungi arsitektur untuk
menghadapi MEA, apakah disini kita punya standart nasional sendiri? Dimana dikti
mengejar aturan normatif, kita tidak punya national building coach. Kesiapan dari
stakeholder, apakah IAI punya standartnya apa belum? masalah administratif, IAI
dan dikti harus tahu juga tentang PT di Indonesia? Syarat PPAr minimal 6 dosen,
Jawab
Pak Adib, sosialisasi ini bukan akhir tapi masih ada proses
F. Pak Jarwa, UII; diskusi yang terjadi seperti FGD, berdasarkan hal.25 tentang standart
proses. Pelaksanan pembelajaran dapat berupa tutorial dll. Untuk metode
pembelajaran apakah diserahkan pada masing-masing perguruan tinggi, apakah
praktek perancangan di kampus atau diluar dosen? Misal 6 dosen PPAr , 3 dosen
tetapdan 3 dosen luar, apakah studio bisa di biro? jika PPAr didirikan dan mahasiwa
hanya 1 orang , bagaimana kelanjutannya? Bagaimana informasi 5 tahun dipahami
mahasiswa dan orang tua.
Jawab
Pak Adib; Pada saat sambutan diberi gambaran mengenai sistem 5 tahun,
Pak Hendra; sebaiknya pembelajaran dikampus, jangan diluar kampus.
G. Pak Murah, ketua harus membatasi batas diskusi sejauh mana, apakah administratif
atau bagaimana? Seperti dalam 4 th meninjau kurikulum. Apakah s2 perancangan
dapat diakui sebagai profesi? Kalau iya, bisa dicantumkan atau tidak?
Jawab
Paramitha, UI; Dalam pertemuan dengan prodi arsitektur wilayah timur, telah
disepakati adanya PPAr. PPAr tidak harus dibuka di setiap universitas tapi tergantung
kesiapan universitas mana yang telah siapa. Dengan adanya PPAr, kurikulum PT
harus di tinjau kembali.
Jalur S2 apakah bisa dianggap sebagai program profesi, ini merupakan alternatif
solusi tapi dengan persyaratan khusus,
Pak Eko, uji kompetensi kuncinya, SKKNI
Pak Hendra, tidak semua mahasiswa akan atau ingin menjadi arsitek profesional.
H. Pak Greg, sosialisasi tidak konstruktif?
Jawab;
Pak Adib, soasialisasi kali ini untuk menampung pendapat dan saran untuk
ditindaklanjuti dengan DIKTI dengan program 5 tahun. Dengan adanya PPAr apakah
tidak termasuk dalam prodi S1 atau berdiri sendiri.
Bu Mitha, kembali pada rekomendasi alur pendidikan (hal.14 dan 15) revitalisasi
bidang ilmu, dimana ada rekomendasi alur utama dan alur alternatif yang
direkomendasikan pendidikan arsitektur. Magister memiliki muatan profesi, sistem
pendidikan tahun ini tidak memungkinkan didapatkan 2 gelar, pendidikan arsitektur
atau arsitek? Dan indosnesia belum mengakomodir tentang ini. Bagaimana prosedur
pendirian PPAr.
I. Pak Maskur, Borobudur; kita kurang ada keberanian. Perguruan tinggi di Jawa dan
di luar jawa berjalan dengan baik, kalo berdasarkan data berapa orang yang bisa
bersaingan dengan MEA hanya 50 dan yang punya SKA hanya 500. Apakah IAI
mampu bekerjasama dengan PT kecuali perwilayah.
J. Bu nina untar, dari hasil di Makasar dan di DEPOK berapa bannyak yang bisa
dijadikan 4 +1? Rata-rata PT disini,
Ska dibutuhkan , karena kondisi bukan karena IAI. Dulu ada dewan keprofesian,
setelah pindah ke LPJK, ketentuan untuh ahli pendidikan minimal d3, ..
Pak Tarkib, Mengenai uu arsitek , jangan dilupakan karena takutnya uu arsitek
dibuat oleh orang yang tidak paham mengenai dunia arsitek, sekarang uu jasa
konstruksi sedang direvisi.
Masukkan Bu Mitha ke email [email protected]
Rangkuman pertanyaan penting
1. Apakah kita akan membuka prodi baru atau menggabungkan dengan prodi
arsitektur yang sudah ada ?
2. Bagaimana kesiapan perguruan tinggi untuk PPAr terutama di Perguruan
Tinggi di luar Jawa?
-
-
Kesimpulan Rapat Sosialisasi
Implikasi dibukanya PPAr, dapat meningkatkan mutu pendidikan arsitektur di
Indonesia, dimana kita memiliki visi dan misi yang sama sehingga dapat bersaing
dengan dunia luar.
Tantangan-tantangan yang ada harus dapat disikapi dengan baik, misal dengan
adanya MEA kita harus berusaha semaksimal mungkin. Melalui masukkanmasukkan yang ada dapat dikerucutkan menjadi rekomendasi.
Dari POKJA
Sasaran dari pertemuan kali ini untuk menggali informasi, dan menampung
masukkan-masukkan yang nanti akan diteruskan pada pleno yang lebih besar.
Mudah-mudahan kedepan pendidikan arsitektur lebih maju.
Workshop Finalisasi
Penyusunan Standar Pendidikan, Kurikulum, dan Capaian Pembelajaran
(Learning Outcomes) Pendidikan Profesi Arsitek Tahun 2015
Tanggal
Tempat
Peserta
: 4-5 Desember 2015
: Fave Hotel, Bogor
:
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Nama Peserta
Yandi Andri Yatmo
Paramita Atmodiwirjo
Ilya F. Maharika
Marwan Massinai
Kemas Ridwan Kurniawan
Agustinus Adib Abadi
Susinety Prakoso
Ahmad Djuhara
Eko Alvares
Tavip K. Mustafa
Karnaya
Didi Haryadi
Hendrajaya Isnaeni
Endy Subijono
Azhar A. Arif
Nicolaus Simamora
Tateng K. Djajasudarma
Sumardi S.M.
Abdullah Harlansyah
Suwardana W.
Bambang Soemardiono
Amirani Ritva
Instansi
Pokja
Pokja
Pokja
Pokja
Pokja
Pokja
Pokja
IAI
IAI
IAI
IAI
IAI
IAI
IAI
IAI
IAI
IAI
IAI
IAI
IAI
IAI
APTARI
Tujuan Workshop :
1. Menyampaikan hasil Tim Pokja Hibah Revitalisasi Bidang Ilmu tentang Alur Pendidikan, Capaian
Pembelajaran, Kurikulum dan Standar Pendidikan Profesi Arsitek (PPAr)
2. Membangun kesepakatan pokok mengenai Pendidikan Profesi Arsitek (PPAr)
Agenda:
4 Desember 2015
o
Pembukaan

Sambutan Ketua IAI

Sambutan Direktur Pembelajaran

Sambutan Direktur Penjaminan Mutu
o
Sesi 1
Nama (Instansi)
Yandi Andri Yatmo (Pokja)
Uraian
 Memaparkan kembali mengenai tujuan dari program
revitalisasi (merumuskan, mensosialisasikan,
mendorong komitmen)
Pemberitahuan mengenai sosialisasi Makassar dan Depok secara general.
Makassar

Menginginkan standar yang dicapai
adalah standar nasional untuk kebaikan
bersama

Memahami peraturan-peraturan

Ketersediaan pengajar

Muncul pertanyaan : Bisakah 5 tahun jadi
satu kesatuan?

Dibutuhkan pembinaan sehingga terjadi
keseimbangan

Harus ada benang merah pendidikan S-1
dan Profesi

Usulan di setiap wilayah dibuat PPAr,
yang memang sudah mampu didorong
dan dibantu

Resource

Substansi agar tidak terduplikasi dengan
4 tahun

Antusias dan siap mempertanyakan
prosesnya, tetapi harus tahu juga tidak
semua harus dibuka

Mempertanyakan pelaksanaannya

Ucapan terima kasih karena diajak
terlibat

Daya jual PPAr adalah Arsitek muda
Depok

Permasalahan dalam pembukaan prodi
baru

Melihat isu pasar bebas Asia-Pasifik

Apakah akan banyak yang buka PPAr?

Ada yang terima keputusan apapun, ada
yang mengusulkan agar lanjut 5 tahun
saja

Istilah alur alternative. Di draft lama ada
istilah PPAr alur alternative untuk
mendapatkan SKA.

Dikti sudah menyusun kompetensi dan
Arsitektur dinilai yang terbaik, program
revitalisasi menyempurnakan.
Draft/rumusan yang sudah
disempurnakan harus segera disampaikan
ke Dikti.

Ada persoalan dengan D-3 dan D-4
karena mempertanyakan posisi

Pemetaan sekolah PPAr yang diperlukan :
Apakah semua sekolah perlu buka PPAr?

Uji kompetensi
Tanggapan Dewan Keprofesian dan Dewan Pendidikan
Pak Djuhara
 Apakah SKA Muda diberikan untuk lulusan PPAr?
 Penataran kode etik apakah bisa diakui dari PPAr
 Penataran keprofesian Strata 1 Strata 2 dibutuhkan atau tidak
 Apakah lulusan PPAr sudah masuk anggota IAI atau belum?
Masukan :
 Draft Permen dikeluarkan dari laporan ini
 Untuk kepentingan IAI, harus ditetapkan dulu sebelum dijadikan Permen Pendidikan Profesi
Arsitektur.
 Judul diperbaiki untuk di-SK-kan agar sesuai dengan program Dikti
Nama
Didi Haryadi
Bambang
Azhar (DPA)
Karnaya (DKA)
Sumardi (DKA)
Nicolaus Simamora (DKA)
Tavip
Uraian
 SK Ketetapan DPA/DKA mengeluarkan berapa substansi
terkait
 Yang terkait dengan Profesi, DKA mengeluarkan SK
sebagai keputusan Pengurus Nasional (PN)
 SKA DPA/DKA bisa me-refer ke draft ini
 Menjamin bahwa SKA adalah untuk kerja
 Yang diajarkan di 1 berkaitan dari awal (4)
 PPAr merupakan bagian 4+1, 1 adalah yang belum
pernah diajarkan di 4
 Dari substansi laporan, harus disinkronkan
 Penyebaran modul ke daerah-daerah
 Evaluasi bagi PPAr yang sudah dilaksanakan selama ini
 Apakah Dikti-nya sama dengan yang diinginkan UIA?
 Apakah dengan ditambah 1 bisa mengisi kekosongan
sebagai Professional Architect? Apakah di 1 tahun bisa
menutup kekurangan 4 tahun?
 Klasemen Muda, Madya, Utama adalah problem, apakah
IAI harus double standard? Bagaimana bila tidak ada
kelas? Apakah masih diperlukan?
 Selama standard 4 tahun belum sama, agak sulit
menyamakan yang 1 tahun sehingga 5 tahun hanya jadi
kulitnya, bagaimana isinya?
 Pelaksanaan program berdasarkan apa? Apabila UU,
berarti ada kewajiban, semua PT membuat program
baru
 Kuantitas peserta
 Mereka yang lulus PPAr masuk ke Muda
 Rasio penduduk
 Arsitek yang dikehendaki seperti apa?
 Persoalan di daerah adalah tenaga pengajar.
 IAI dengan anggota 16.000, yang aktif 3.000 yaitu
anggota yang tidak punya kegiatan apapun dengan
profesinya. Saat ini dibutuhkan orang yang masuk
memang sesuai dengan profesinya masing-masing,
yang akan professor
 Apabila ada wacana 5 tahun, berarti akan menjadi
arsitek semua.
 Sertifikat diberikan oleh PT Arsitek, padahal tidak semua
lulusan Arsitek, bagaimana peran Asosiasi?
 Evaluasi belum dilakukan, masih trial dan error
 Ahli, spesialis, super spesialis tidak bisa disamakan
dengan Muda, Madya, Utama
 Anggota biasa termasuk dalam 16.000
 Apakah kualifikasi Muda, Madya, Utama masih
diperlukan?
Paparan hasil tim Pokja
1. Alur pendidikan arsitektur
2. Profil lulusan, capaian pembelajaran dan kurikulum
3. Standar Pendidikan
4. Lain-lain
Nama
Ilya F. Maharika
Tanggapan
Yandi A. Yatmo
Paramita A.
Yandi A. Yatmo
Tanggapan
Uraian
 Pemaparan mengenai : latar belakang PPAr, kondisi
pendidikan arsitektur, PPAr dalam Pendidikan Tinggi,
rekomendasi alur pendidikan, profil lulusan, capaian
pembelajaran, dan bahan kajian
 Pada rekomendasi alur, pemberi gelar Architect adalah
PT
 Penjelasan alur utama : lulus berhak atas ijazah arsitek
dan SKA Muda
 Penjelasan alur alternative : lulusan magister
mendapatkan SKA Muda. Magister dan doctor arsitektur
dapat memperoleh SKA
 Klausul tambahan yang perlu
 Nomenklatur bidang arsitektur
 Rekomendasi pernyataan profil lulusan
 Gelar dan sertifikat
Hendrajaya
 Mengenai vokasi juga perlu ada ketegasan
Ahmad Djuhara
 Yang tuntas adalah SKA bukan SKT
Endy Subijono
 Ditegaskan bahwa program matrikulasi masuk ke S-1
Kemas
 Dalam sosialisasi Depok, sudah diarahkan agar tidak
memberi gelar Diploma 4 Asitektur, tetapi Teknik
Bangunan
 Pemaparan mengenai UU yang menyebutkan Profesi
(penjelasan rekomendasi alur pendidikan)
 Memberikan paparan mengenai Standar PPAr, bahwa
PPAr memenuhi standard minimal yang ditetapkan
secara nasional sehingga lulusan sesuai dengan yang
diharapkan, juga paparan mengenai Pendirian PPAr
 Pemaparan mengenai Landasan Penyusunan Standar
 Standar PPAr (wajib dipenuhi, dasar pemberian izin
pembukaan prodi, dasar penyelenggaraan
pembelajaran, dasar pengembangan dan
penyelenggaraan penjaminan mutu)
 Lingkup standar PPAr
 Penjelasan mengenai standar, standar penilaian,
standar pendidik dan tenaga kependidikan, standard
sarana dan prasarana, standard pengelolaan, standard
pembiayaan
 Mengapa ada kewajiban 6 orang dosen untuk tiap
jenjang?
 Di Makassar dikeluhkan mengenai dosen/instruktur
minimal bersertifikat Arsitek Madya
Eko Alvares
Nama
Bu Paris
Uraian
 Apakah peran IAI adalah rekomendasi? Alurnya
semestinya melamar dulu, Dikti meminta rekomendasi,
lalu diijinkan. Kalau tidak bisa saja IAI tidak
memberikan rekomendasi tetapi diijinkan oleh Dikti
 Uji kompetensi apakah exit exam atau terpisah?
 Prosedur NIDK?
 Apakah dinyatakan sebagai profesi tetapi di level 6?
Pilihannya ada di kita.
Tavip
 Penilaian di PPAr, kedetailan pekerjaan mahasiswa
dibatasi oleh waktu, apakah system di PPAr tidak
dibatasi oleh waktu sesuai dengan tahun ajaran itu?
Dengan opsi melengkapi di semester berikutnya?
Endy
 Apakah mahasiswa yang mengambil profesi harus
berlatar belakang arsitektur?
 Kami menyiapkan isi kurikulum profesional, keluarnya
sarjana.
 Sarjana 144 SKS, minimum 4 tahun. Apabila dibuat 3
kuartal per tahun, 3 tahun bisa selesai.
 NUS sudah meratakan Bachelor sebagai 3 tahun,
ditambah 2 tahun professional dengan level master
Ilya
 NIDK maks.70% dari total 6, misal 2 akademik, 4
profesional. Ini akan sangat mempermudah PT untuk
mengembangkan PPAr dan menjamin koherensi dan
kompetensi yang ditetapkan IAI
 Eksistensi teman-teman profesional dalam struktur
pembelajaran
Hendrajaya
 LAM seharusnya sudah ada untuk memvalidasi,
bagaimana pembentukan persisnya?
Ahmad Djuhara
 Draft nomenklatur, apakah kami bisa memberikan
masukan?
 Apakah PPAr bisa dilebur menjadi S-1 5 tahun? Atau S-1
dengan 2 alur, 4 tahun dan 5 tahun?
 Syarat pembiayaan rumit dan menyulitkan, kami
menyarankan ada business plan, termasuk biaya
akreditasi
 Semua yang disampaikan akan berubah bila UU Arsitek
terwujud. Akan muncul badan baru yaitu Dewan Arsitek
Indonesia.
 UU Arsitek akan mendapat Surpres dan paling cepat
terwujud Maret 2016.
 LAM dan Dewan Arsitek apakah sudah
dipertimbangkan?
 Tujuan kami bukan hibah, tetapi LAM-nya, perwujudan
magang yang diakui
 Untuk prodi baru, sedang dimasukkan Permenristek
Dikti 1 pasal tentang gelar dan tata cara penulisan gelar
dalam profesi pendidikan tinggi. Inisiasi pembukaan
Nama
Uraian
prodi baru dilakukan oleh asosiasi profesi dan asosiasi
pendidikan.
 Apabila UU itu keluar, dapat disampaikan surat untuk
peninjauan kembali
 Mengenai exit exam akan langsung diserahkan pada 2
asosiasi tsb yang berkekuatan hukum (SNDIKARS)
 Learning outcomes inisiasi 2 organisasi -> Belmawa ->
validasi -> surat ke Lemkerna -> disiapkan prodi baru
 Masa studi sudah ada di draft, sarjana adalah 7 tahun.
Sarjana Arsitektur apabila melebihi 7 tahun belum
Sarjana, perpanjangan diserahkan pada Senat masingmasing PT. Untuk lulus paling cepat tidak dibatasi,
paling cepat 8 semester, paling lama 14 semester,
dapat diperpanjang dengan persetujuan Senat masingmasing PT
 Magister dapat sarjana dari jurusan lain.
 Untuk NIDK Dosen bidang profesi, berikan kami surat
berisi data ke Pak Dirjen. NIDK bisa dosen tetap dan
tidak tetap
 NIDK bisa menggunakan recognition of prior learning,
setara dengan level 7, level 8, menurut 2 asosiasi yang
berwenang. Akan ada verifikasi dan validasi dari
Belmawa dan Lemkerna. Yang mengajukan adalah PT,
tetapi rekomendasi dari 2 asosiasi. Yang bisa melakukan
RPL adalah PT berakreditasi A atau B 2 kali berturutturut dibantu asosiasi profesi.
 Apabila peserta LAM sudah 150, sebaiknya membuat
LAM sendiri. Kami hanya melayani LAM yang punya
anggota 100-150. Jawabannya sedang menunggu hasil
penilaian tim yang sedang menilai. Apabila kegiatan
berhubungan dengan kurikulum, apabila tidak dapat
blockgrade yang lain, dapat fasilitasi bersama.
 Apabila ditolak, tidak ada salahnya dikirim lagi.
 Usulan diagram disampaikan sebelum Januari karena
pasal mengenai gelar
 Biaya akreditasi yang akan dilakukan oleh LAM? LAM itu
mandiri, per prodi 87 juta. Kemenristek Dikti
memberikan subsidi 30 juta. Banyak item pembiayaan
yang bisa diefektifkan dan diefisienkan.
 2 alur S-1, akan bingung bagaimana gelarnya nanti.
Kalau digabung 5 tahun, keluarnya tetap level 7,
gelarnya double degree. Di LPTK, ada LPTK yang
langsung menggabungkan pendidikan guru dengan
profesi guru, langsung 5 tahun. Gelarnya dikeluarkan 2
kali karena ada di 2 kisi yang berbeda.
 5 tahun selesai sarjana arsitektur, ditambah magang 2
tahun.
 Keluarkan SKPI, Surat Keterangan Pengganti Ijazah,
dikeluarkan atas persetujuan 2 asosiasi
 S-1 5 tahun tetap berada di jalur akademik dan menjadi
Sarjana Arsitektur
 Maksimal 160, tetapi untuk kelebihannya dia dapat
Nama
o
Sesi 2
Tanggapan
Tanggapan
Tanggapan
Tanggapan
Tanggapan
Uraian
mengeluarkan SKPI.
 Yang fiks adalah Sarjana Arsitektur 144-160 SKS (SKS
maksimal masih diperdebatkan). Di atas maksimal dapat
mengeluarkan SKPI
 SKPI adalah portfolio sejak semester 1 – tamat.
 Apabila yang 5 tahun tetap diakui, maka SKPI ini jadi
surat pembuatannya.
 Maksimal masa studi tetap 7 tahun
 Keputusan mengenai SKS ada di 2 asosiasi
 CP Profesi sebagai tambahan kompetensi
 Di KKNI, level 6 adalah analis, level 7 adalah ahli.
 Ada sertifikat kompetensi (asosiasi pendidikan
arsitektur), sertifikat profesi (Asosiasi profesi). Ikutilah
alur yang ada pada KKNI.
 Untuk anak-anak dengan nilai istimewa, diperkenankan
mengambil 9 SKS, dengan semester antara
 Apabila KKNI dikonversi ke Asia, belum tentu yang 8 di
NUS dibanding 8 di Indonesia, akan ada konversinya
 Indonesian Qualification Agency di bulan Mei akan
menilai seperti itu
Paramita
 Begitu institusi memutuskan 5 tahun, semua yang
masuk institusi tersebut 5 tahun
 Secara nasional, akan ada sarjana dengan SKS 144 dan
160 SKS
 SKPI di luar SKS?
Yandi
 Ijin konten akademik tapi sertifikasi profesi?
 Dengan segala itu kegiatan penyelenggaran profesi
untuk apa? Kami didorong untuk mendirikan profesi,
tetapi untuk apa kalau ada berbagai way out?
 Apakah berkompetensi sebagai arsitek boleh tanpa
profesi?
Kemas
 Apakah masa studi bisa bertambah?
 Bagaimana kita menilai magister NUS masuk di level 8
kita?
Ketua Umum IAI
DPA dan Badan Pendidikan IAI
dari DKA dan Badan Keprofesian IAI
APTARI
ARCASIA
Nama
Tanggapan DPA
Eko Alvares
Uraian
 Petunjuk pelaksana untuk draft laporan akhir untuk
orang-orang daerah
 Posisi IAI dan APTARI dalam mengeluarkan
rekomendasi? Dapat bertentangan dengan Dikti
 MOU baru untuk tim sementara IAI dan Aptari untuk
diajukan ke Dikti
Nama
Ilya F. Maharika
Yandi A. Yatmo
Bambang
Endy Subijono
Karnaya
Paramita
Sumardi
Tanggapan APTARI
Adib Abadi
Uraian
 14 PT sebaiknya menentukan sikap dengan tegas. Dulu
MOU-nya adalah dimasukkan ke dalam S-2. Kita
bedakan yang punya ijazah dan tidak
 tidak mesti semua membuka, bagaimana dengan opsi
klaster? Pemetaan itu yang penting, karena itu adalah
informasi berapa jumlah PPAr yang dibutuhkan

 Untuk MOU baru dapat difokuskan salah satunya adalah
evaluasi, seluruh proses pengajuan prodi baru, validasi
dosen, validasi proses pembelajaran, dan penelitian
adalah rekomendasi
 Model klaster bagus, tapi opsi utama adalah punya 6
tenaga pengajar
 Home based akan hilang, yang paling penting adalah
FTE, jd yang paling penting itu adalah bukti bahwa
institusi itu ada dosennya. Setelah buka, akan ada
dosen lain
 Beban kerja dosen PPAr tidak seberat dosen akademik
 Hanya ada 1 prodi resmi yang diakui Negara di
Indonesia
 Di Indonesia Timur akan sulit sekali
 Ada beberapa universitas yang butuh ‘karpet merah’
dan butuh dibantu untuk ijin prodi
 Jika di semester 1 & 2 magister diberi muatan PPAr,
apakah yg bersangkutan boleh mendapat Sertifikat
Arsitek Muda? Sedikit sekali S-2 yang materi tahun
pertama mirip dengan PPAr sehingga validasi perlu
diperketat
Halaman 1 DRAFT
 Agreement (x) tapi arrangement
 Menandatangani Letter of Notification dan menyatakan
ikut serta
 Di website LPJK 2160 orang (hanya IAI)
 Untuk Madya dianggap qualified adalah 5 tahun
bersertifikat, tetapi lebih penting sudah mengerjakan
proyek dengan kualitas bagus sudah dianggap eligible
 Di UIA pengajar adalah yang punya afiliasi dengan
arsitek karena arsitek yang baik belum tentu pengajar
yang baik
 Untuk 6 dosen diakui IAI setara dengan level 8
 Apakah tidak dipikirkan bagaimana profesional
mentransfer ilmunya?
 14 PT yang terdaftar untuk program PPAr sebaiknya
ditanyakan kembali karena kekhawatiran turunnya
akreditasi
 Isu nomenklatur perlu diperhatikan
 Hanya 20% alumni S-1 yang menjadi arsitek
 IAI belum punya lembaga untuk mengatur, pada
periode tertentu sebaiknya dibuat transisi juga terhadap
status 14 perguruan tinggi
 Dalam diagram sebaiknya pendidikan doktor tidak
dimasukkan
Nama
Eko Alvares
Ahmad Djuhara
Ilya F. Maharika
Endy Subijono
Yandi A. Yatmo
Uraian
 Judul diganti Alur Pendidikan Profesi dalam Kerangka
Pendidikan Arsitektur
 Dasar hukum 5 tahun itu di Indonesia apa?
 Wajib atau tidak masuk PPAr? Karena tidak ada surat
dari IAI yang menyatakan harus masuk PPAr untuk
mendapatkan sertifikat
 Keperluan IAI MOU dengan PT tidak diikuti dengan
regulasi
 Kenapa ada PPAr yang ditutup? Karena tidak ada
keharusan anggota IAI untuk sekolah PPAr. Di MOU IAI
dan PT harus ada pernyataan apabila mendapat SKA
harus mengikuti PPAr
 Harus ada kesepakatan megnenai kerja sama IAI, Dikti,
Aptari
 Ijazah PPAr seperti apa?
 Competency-based
 Anggota IAI yang membuat SKA, harus berpengalaman
5 tahun (saat ini masih bisa)
 Infrastruktur magang
 IAI akan meng-endorse semuanya dapat disepakati
 Mengenai SKA Muda perlu dijelaskan lagi. Apabila lulus
PPAr diberikan SKA Muda oleh IAI
 Kenapa tidak dimatrikulasi dulu agar PPAr sama?
 Penataan kode etik merupakan pra syarat untuk masuk
IAI, jadi IAI meminta yang mengikuti program PPAr
adalah anggota IAI
 Moratorium PT yang ingin IAI membuat MOU
 Lulusan Sarjana Arsitektur akan punya opsi pribadi,
tetapi ada framework yang jelas. Satu-satunya cara
paling cepat menjadi arsitek adalah PPAr, jalan yang
lebih panjang adalah magister
 Tenaga pengajar magister harus doktor, sedangkan
PPAr relatif lebih mudah
 Framework ini dapat menjadi akreditasi internasional
 Dari segi pendidikan sudah jelas
 Banyak factor, internal maupun eksternal, ketika muncul
akan ada daya tarik. Ketika ada SK juga akan mengendorse. Tujuan utama adalah framework nasional dan
dengan kesepakatan-kesepakatan semakin
memperkuat, prinsip-prinsip itu yang harus kita bangun
 Bahan kajian diturunkan dari domain keilmuan perlu
apa

 Tidak ada pendukung IAI meminta 5 tahun
 Aturan yang ada saat ini adalah rekomendasi alur ini.
 Karena tidak ada kewajiban ikut PPAr karena itu
peminat tidak banyak
 Bagaimana kalau karena sudah paham kode etik maka
diberi pilihan ikut IAI atau tidak?
 Apabila ingin bergabung, sebaiknya tahu aturannya
seperti apa
 tidak diatur tahun, tetapi mengatur bahwa pendidikan
Nama
Hendrajaya
Didi Haryadi
Bambang
Eko Alvares
Kemas
Tavip Mustafa
Uraian
profesi itu ada
 legalitas dalam framework pendidikan menegaskan
adanya pendidikan profesi
 apakah UU Pendidikan dan UU Arsitek bertentangan?
 Ketegasan profesi?

 sekolah 5 tahun sebenarnya adalah sekolah profesi. Di
sini membingungkan karena 4 + 1.
 Validasi adalah Ujian
 Mahasiswa tidak melihat perlunya 5 tahun ini karena
setelah lulus bisa praktik karena secara legal masih bisa
berarsitektur. Arsitek yang sudah terkenal banyak yang
tidak punya SKA

 IAI Daerah diminta lebih aktif, tetapi tidak ada
sosialisasi. Sebaiknya SK tersebut disebarkan lagi dan
ditegaskan kembali agar legal standing jelas
 Untuk permagangan, sedang dibuat implementasi dari
magang itu sendiri
 Peran besar ada di IAI, LPJK hanya meregistrasi karena
apabila ini diteruskan tidak ada ruginya
 BSRJK ? akreditasi tersebut sedang diusulkan untuk
dibuat kriterianya. Untuk arsitektur, hanya arsitek.
 Syarat (hal.29) di SKK
 Yang sudah magang dianggap sudah tahu semua, untuk
memverifikasinya akan keluar logbook (?)
 Sudah disampaikan pada calon mahasiswa benefitnya
apa
 Apakah masih memberikan alternative mata kuliah?
Karena akan ada PT yang membuat mata kuliah yang
aneh
 Keluaran profesi sudah pasti arsitek. Hanya arsitek.
Tidak seperti S-1 yang akan banyak
 Faktanya mereka akan sangat senang masuk IAI karena
ada kebanggaan
 Perlu dijelaskan bahwa profesi selangkah di atas S-1 ,
selangkah di bawah S-2. Bagaimana mengambil
kompetensi UIA dalam bidang kajian?
 Profil lulusan dibuat berdasarkan SKKNI
 Bagaimana memudahkan bagi yang tidak pernah ikut
sama sekali?
 Dokumen ini dikeluarkan dari mana?
 Untuk kode etik sedikit lebih spesifik
 IAI membuat turunan dari tabel tersebut untuk menjadi
standar
 Sebaiknya profesi nantinya memiliki standar
 Matriks yang dikeluarkan agak rumit dipahami semua
orang. Penterjemahan bahan kajian perancangan
arsitektur kreatif ke learning outcomes seperti sikap,
keterampilan umum, bagaimana menyambungkannya?
 Penataran menjadi mata kuliah? Atau menghilangkan
syarat kode etik karena sudah ikut mata kuliah kode
Nama
Harlan
Uraian
etik. Kode etik yang diajarkan di PPAr adalah kode etik
IAI
 Kode etik akan menjadi pengikat untuk menjadi
anggota IAI dan berhak mendapat pelayanan menjadi
IAI. Tidak diundang pelayanan strata karena memang
belum jadi anggota IAI
 Karena ini pendidikan profesi, dibuat oleh asosiasi
profesi
 Silabus pendidikan profesi dibuat oleh asosiasi profesi
 Silabus pendidikan profesi perlu diperluas dengan
memberikan ide local content
Notes untuk IAI yang akan dibuat:
MOU IAI dan APTARI
SK Enforcement dari IAI lama diperbaharui
 Penutupan Kegiatan Hari I
Rapat akan dilanjutkan di Hari II jam 08.00 WIB
5 Desember 2015
o
Sesi 3
Sesi Diskusi
Nama (Instansi)
Ilya F. Maharika
Uraian
 Rumpun ilmu dan teknologi serta gelar lulusan PT
 Gelar profesi masih Ars., belum sesuai dengan
kesepakatan
 Apakah masih perlu ada Teknik Arsitektur atau kita
meng-endorse yang memiliki Teknik Arsitektur? Apakah
akan prodi baru atau akan membangun architectural
engineering?
 Saat ini ada yang pendidikan karena untuk men-supply
SMK
 Apakah Teknik Arsitektur akan di-endorse atau nanti
melihat prodi baru?
 Pengusulan nomenklatur : kesepakatan yang diendorse, atau pengusulan dari bawah. Ada pengusulan,
asosiasi setuju maka menjadi prodi baru
 Untuk penamaan klastering fakultas tidak ada urusan
dengan ini
 Universitas punya kewajiban untuk secara transparan
menjelaskan system dalam prodi
 Apabila menggunakan istilah Teknik Bangunan, berarti
menjadi Pendidikan Teknik Bangunan. Semua yang nondesign menggunakan nama yang berbeda dengan
Arsitektur
 Juga ada perbedaan antara Sarjana dan Sarjana
Terapan
 Diploma 3 masih mengharapkan agar menggunakan
Nama (Instansi)
Eko Alvares
Adib Abadi
Endy Subijono
Azhar
Uraian
nama Arsitektur, tidak mau Gambar Arsitektur, dengan
harapan bisa meneruskan ke S-1
 Sarjana Teknik Bangunan juga melakukan design
 Untuk S-1, ada domain dari masing-masing institusi
untuk memberikan tambahan
 Universitas tertentu yang punya PPAr akan di-endorse
untuk menjadi badan penilaian. Siapapun akan bisa
menjadi arsitek lewat dunia profesi, di-RPL oleh PPAr ->
diuji -> lulus. Dari dunia industri dan dunia kerja juga
akan seperti itu
 Ketika sudah dilakukan RPL (ekuivalen dengan edukasi
formal + pengalaman) maka boleh menjadi Arsitek
 Melegitimasi bahwa pendidikannya setara dengan
pendidikan 5 tahun
 Untuk submit prodi baru, Januari-Maret ; SeptemberOktober. Tetapi terlalu lambat. Sebaiknay segera
dibentuk tim dari IAI dan Aptari untuk memvalidasi
proposal-proposal yang masuk.
 Apakah lulusan teknik arsitektur bisa menjadi anggota
IAI? Boleh, tetapi bukan yang bergelar S.Pd.
 Harus jelas kalau memang dipisahkan
 Besar LAM >150
 Apabila ingin apply PPAr, bisa bersiap. Ada kesepakatan
Aptari lebih dahulu, IAI siap untuk memvalidasi proposal
 Borang prodi baru sama dengan borang BAN. Ketika
prodi baru dikeluarkan, minimal akreditasi C. Karena itu
sekarang dinamakan borang BAN
 Perbaikan website IAI agar menjadi lebih jelas
 Di IPWK ditolak mengenai Urban Design. Namanya
bukan Rancang Kota tetapi Arsitektur Kota.
 Apabila IAI sudah punya system, akan cepat berjalan
 Disepakati bahwa ini adalah acknowledgement, bukan
meng-endorse
 Anggota IAI tidak bisa diwajibkan, tetapi sangat
dianjurkan (rekomendasi). Benefit lebih besar apabila
menjadi anggota
 Apakah ada pilihan lain untuk menjadi Arsitek selain
lewat program PPAr? (RPL)
 Untuk mengambil sertifikat yang akan diterbitkan Board
of Architect, apakah saya harus ikut PPAr? Tidak
melewati RPL boleh atau tidak?
 Apabila dia bisa lulus tanpa melalui 5 tahun, itu menjadi
jalur non-mainstream
 Yang mengambil jalur PPAr 100% akan menjadi Arsitek,
tidak seperti saat ini yang masih menghasilkan lulusan
dengan beragam pekerjaan. Ada proses yang lebih
menjamin bahwa jalur ini akan menghasilkan banyak
arsitek.
 Apabila belum disosialisasikan di Aptari seperti belum
dianggap final
 Apakah S-1 ikut dikaitkan ke PPAr? (iya)
 Teknik Arsitektur bukan Arsitektur, jadi tidak bisa
Nama (Instansi)
Uraian
dikategorikan sama dengan Arsitek
Ahmad Djuhara
 Apabila Indonesia memerlukan Teknik Arsitektur, bisa
saja di-endorse
 Dalam melihat kebutuhan Indonesia, Teknik Arsitektur
diperlukan, tetapi tidak diurus oleh IAI
 Pengelompokan design ; arsitektur dan design
dikelompokkan sendiri ; misalnya design interior, tetapi
design interior tidak dimasukkan dalam kategori
arsitektur
 UU 12 Th. 12 ada Asosiasi Profesi yang akan berurusan
dengan pendidikan. Pihak pendidikan arsitektur
meminta bahan ajar dari IAI, jadi kita menyerahkan
dengan syarat yang memakai adalah anggota IAI.
Memilih jadi anggota IAI adalah ketika mendaftarkan
untuk ikut PPAr
 Dosen tidak ada masalah, penataran bersyarat, SKA
masih menjadi kewenangan LPJK, belum IAI. Apabila
ada yang lain, harus diberitahu ke LPJK
 Kewenangan SKA nanti bukan di IAI lagi tetapi di
Dewan Arsitek
 Coba lihat dari level siapa yang akan masuk ke prodi
tersebut.
 Pendaftar D-4 2.000 orang, yang diterima hanya +- 100
orang
 RPL yang melakukan adalah Aptari dan IAI, bukan PPAr
 Apabila sudah sekolah 5 tahun, harus ikut RPL lagi?
(disetarakan)
 Di ITS, tidak diterima di salah satu PT di Sumatera
karena tidak ada tulisan Sarjana Teknik Arsitektur. Jadi
tidak diketahui perbedaan Sarjana Arsitektur dan
Sarjana Teknik Arsitektur
 Dalam urban design, porsinya adalah lebih banyak di
design dan ada risetnya
 Ada badan yang akan menilai kesetaraan, tetapi belum
pernah berfungsi
 Sarjana Terapan dan Sarjana Terapan Teknik Bangunan
tidak boleh sama
 Sarjana Terapan muncul karena sekolah-sekolah
penyelenggara pendidikan terapan ingin memiliki
jenjang Sarjana dengan tetap di Vokasi sehingga bisa
punya Magister Terapan
 Sarjana Terapan lanjutan dari Diploma
 Diploma 3 Teknik Bangunan. Sarjana Terapan yang
membingungkan
 Tidak semua Sarjana Arsitektur tidak semua jadi Arsitek,
jadi Sarjana Arsitektur tidak semua IAI
 Kompetensi Profesi?
 Nomenklatur gelar-gelar terpisah, kemudian ada LAM
 Konteks RPL adalah ketika Arsitek Profesional ingin
mengajar di PPAr
 Jalur magister tidak disebut sebagai PPAr, alur
alternative tidak memperoleh SKA
Hendrajaya
Bambang
Paramita
Kemas
Nama (Instansi)
Tavip Mustafa
Yandi
Uraian
 Yang mengikuti PPAr tidak perlu pendaftaran Strata 1
dan Strata 2

 Apabila dikatakan Teknik Bangunan, ada 2 bangunan ;
bangunan sipil dan bangunan gedung
 RPL ke IAI, itu mau diajukan?
 Perlukah di-RPL-kan yang sudah ikut pendidikan formal
5 tahun? (Pasal 5)
 Akan ada beban IAI dan Aptari untuk menyiapkan
pendanaan untuk sosialisasi
 Final ini harus diumumkan kembali perubahanperubahan dan dikomunikasikan kembali
 Pertemuan dengan Dikti sekaligus untuk melakukan sinkronisasi sehingga sangat mungkin akan
ada perubahan-perubahan
 Aptari bertemu anggota di awal Januari
 IAI bertemu dengan 14 PT
Rangkuman dibuat oleh :
Gadisha Amelia
Download