BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perilaku beragama siswa

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku beragama siswa adalah masalah penting dalam pendidikan agama
Islam.
Dalam
perkembangannya
bentuk-bentuk
perilaku
siswa
semakin
memprihatinkan banyak pihak. Sebagai wajah masa depan bangsa, perilaku yang
ditunjukkan siswa menunjukkan harapan gelap. Oleh sebab itu, diperlukan
keseriusan dari para pendidik dalam lingkup sekolah untuk menanggulangi
masalah tersebut. Salah satunya adalah meningkatkan kesadara siswa dalam
mengamalkan ajaran agama Islam, terlebih lagi pada lembaga pendidikan Islam.
Bentuk perilaku yang sering tampak dari siswa yang mudah diamati adalah
saat ini adalah perilaku menyimpang dari nilai-nilai agama dan norma sosial,
walaupun sebagian juga terdapat pelanggaran pada tata tertib sekolah. Padahal tata
tertib dibuat adalah untuk membantu kelancaran proses pendidikan, sebagaimana
dinyatakan bahwa :
Disiplin siswa merupakan tindakan untuk mematuhi peraturan-peraturan yang
telah disepakati bersama. Tindakan ini bila dilakukan secara benar dan terusmenerus akan menjadi kebiasaan yang tertanam dalam perilaku siswa dan akan
membantu tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.1
Dalam ruang lingkup keberagamaan, siswa memiliki posisi yang sangat
diharapkan sumbangsinya pada masa yang akan datang. Karena agama Islam
1
Abdul Majid, http://avinstaff.ugm.ac.id/data/jurnal/, Disiplin Kerja, Diakses 20
September 2011
1
2
hanya akan tumbuh dan berkembang jika nilai ajaranya tetap diamalkan dan
dipertahankan oleh penganutnya, termasuk siswa. Perkembangan zaman yang
sangat cepat mempengaruhi tingkat kesadaran siswa untuk mengamalkan nilai
ajaran agamanya.
Generasi muda yakni siswa harus memiliki semangat keberagamaan yang
tinggi. Oleh sebab itu, diperlukan keterlibatan seluruh pihak seperti tokoh agama
dalam lingkup masyarakat dan orang tua dalam lingkup keluarga serta guru dalam
sekolah untuk membina, membimbing dan mengarahkan siswa agar berjalan di
atas ajaran Islam. Terutama dalam kasus merosotnya moral siswa dengan
rendahnya perilaku akhlak dan tingkah laku mereka.
Pendidikan agama yang diajarkan di lembaga sekolah belum dapat dijadikan
harapan utama, karena materi pelajaran Pendidikan Agama Islam hanya memiliki
kesempatan beberapa jam saja, disebabkan karena para siswa memandang lembaga
pendidikan (sekolah) bukan lagi sebagai tempat menempa ilmu pengetahuan, akan
tetapi, justru dijadikan wahana bermain dan berkumpul dengan teman-teman yang
kemudian membentuk kelompok-kelompok berupa geng dan tidak jarang menjadi
wahana tawuran dan aktivitas negatif lainnya.
Permasalahan tersebut mengindikasikan bahwa pembentukan perilaku
beragama siswa merupakan suatu fenomena yang tampak dalam berbagai jenis
manivestasi religius. Selayaknya guru dalam hal ini guru BP melalui pelaksanaan
bimbingan penyuluhan dituntut untuk mengadakan pendekatan terhadap siswa
dalam setiap proses belajar mengajar berlangsung secara pribadi dengan
3
pendekatan semacam ini, guru akan secara langsung memahami lebih mendalam
kesulitan dan permasalahan siswa. Hal ini dapat membantu guru BP dalam
memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Sebagaimana dikemukakan bahwa:
Dalam hal ini, tampilnya bimbingan pada umumnya didorong oleh adanya
masa-masa kritis dalam tiap masa kehidupan. Banyak ahli psikologi
berpandangan bahwa setiap masa kehidupan adalah mengandung saat-saat
kritis bagi kehidupan individu, meskipun antara masa satu dengan masa
lainnya berbeda intensitas dan kuantitas kritis dimaksud.3
Hal tersebut mengandung arti bahwa adanya pelaksanaan bimbingan
penyuluhan oleh guru BP di sekolah sangat penting sebagai salah satu wadah
untuk membantu pembentukan perilaku beragama siswa yang baik dan problemproblem lainnya. Agar peserta didik dapat berkembang secara optimal sehingga
menjadi pribadi yang utuh dan mandiri.
Berbagai permasalahan yang dihadapi siswa dalam proses akademiknya
sehingga membutuhkan bimbingan dari guru bimbingan dan penyuluhan untuk
memecahkan dan meminimalisasikan kesulitan belajar yang dihadapinya. Di sisi
lain guru bimbingan dapat mengarahkan peserta didik untuk bekerja secara
mandiri, sungguh-sungguh, cermat dan memproyeksikan masa depannya tanpa
hambatan-hambatan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
bimbingan dan penyuluhan adalah untuk mengatasi kesulitan dalam memahami
dirinya sendiri, memahami lingkungannya, mengidentifikasi dan memecahkan
3
Andi Mapiare, Pengantar Bimbingan penyuluhan di Sekolah,(Surabaya: Usaha Nasional
Indo, 1984), h. 19.
4
masalah yang dihadapinya serta menyalurkan kemampuan, minat dan bakat dalam
bidang pendidikan.
Realita perilaku bergama siswa nampak di sekolah dalam berbagai bentuk
sikap yang bisa diamati seperti taat melaksanakan ibadah shalat di sekolah dan
berprilaku sopan santun dan hormat kepada guru, selebihnya perilaku beragama
siswa tentu lebih banyak dilaksanakan di luar sekolah. Bagi siswa yang
mengenyam pendidikan di lembaga pendidikan Islam tentu menjadikan perilaku
Islami sebagai salah satu symbol penting yang harus diutamakan.
Terkhusus di MAN Konda Kabupaten Konsel pembinaan perilaku pada
dasarnya telah berjalan dengan baik. Akan tetapi pengaruh lingkungan pergaulan
yang cukup besar sehingga tindakan-tindakan menyimpang dari para siswa kian
lama semakin menunjukkan persentase yang tinggi, seperti malas beribadah,
melawan guru, perkelahian, membolos sekolah di pertengahan jam pembelajaran,
tidak masuk belajar di ruangan kelas, merokok bahkan meminum minuman keras.
Pihak MAN Konda pun telah melakukan usaha yang cukup banyak. Hal ini sesuai
dengan data guru BP MAN Konda bahwa dari 297 siswa 39 (13,13%) siswa
mengalami masalah dalam perilakunya di sekolah. Dan diantara 39 siswa tersebut
15 (38,46%) adalah terlibat masalah perilaku sikap beragamanya. Penegakan
aturan yang ketat pun telah dilaksanakan, pemberian sanksi-sanksi pun hampir
selalu ditemukan sebagai akibat dari perilaku menyimpang siswa MAN Konda.
Hal ini memberikan indikasi bahwa siswa memerlukan bimbingan dan bantuan
secara persuasif dengan memahami masalah dan problem yang menyebabkan
5
perilaku menyimpang siswa tersebut terjadi. Setelah itu, pihak sekolah dapat
memutuskan tindakan penanggulangan yang tepat sasaran. Apabila hukuman dan
sanksi langsung diberikan, maka keadaan yang dialami siswa dapat semakin
memburuk dan perilaku menyimpang siswa semakin meningkat.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti sangat tertarik untuk melakukan
penelitian secara mendalam tentang “Pengaruh Pelaksanaan Bimbingan
Penyuluhan Terhadap Pengamalan Ajaran Agama Siswa MAN Konda Kabupaten
Konawe Selatan”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang masalah tersebut, maka penulis
menentukan batasan masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai
berikut:
a. Program dan kegiatan guru BP di MAN Konda Kabupaten Konawe Selatan
b. Bentuk-bentuk pengamalan ajaran agama siswa MAN Konda Kabupaten
Konawe Selatan
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah yang
peneliti tentukan adalah “Apakah pelaksanaan bimbingan penyuluhan berpengaruh
langsung terhadap pengamalan ajaran agama siswa di MAN Konda Kabupaten
Konawe Selatan ?”
6
C. Definisi Operasional
Sebagai upaya untuk menghindari kekeliruan persepsi mengenai judul
skripsi ini diperlukan penjabaran definisi operasional sebagai berikut:
1. Pelaksanaan bimbingan penyuluhan di sekolah adalah upaya yang dilakukan
oleh guru BP dalam memberikan bantuan dan bimbingan terhadap persoalan
yang dialami oleh siswa yang berupa masalah dalam aktivitas belajarnya, di
mana upaya tersebut dapat diukur dengan indikator, seperti tindakan guru BP
dalam melaksanakan tahapan bimbingan seperti proses pengumpulan data
tentang siswa, mengamati prilaku siswa, melaksanakan program yang telah
ditetapkan, bekerja sama dengan pihak lain untuk memcahkan masalah serta
mengamati perkembangan diri siswa.
2. Pengamalan ajaran agama siswa adalah perilaku dan sikap siswa dalam
mengamalkan nilai ajaran Islam yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan
Hadits meliputi aspek tauhid (akidah), ubudiyah (ibadah) dan muamalah.
Pengamalan agama yang dimaksud adalah perilaku yang ditunjukkan saat di
sekolah seperti bersikap jujur, mengikuti ibadah shalat dzuhur, dan bersikap
sopan kepada guru serta lain sebagainya.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
7
a. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan bimbingan penyuluhan di MAN
Konda Kabupaten Konawe Selatan
b. Untuk mengetahui gambaran pengamalan ajaran agama siswa MAN Konda
Kabupaten Konawe Selatan
c. Untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan bimbingan penyuluhan terhadap
pengamalan ajaran agama siswa MAN Konda Kabupten Konawe Selatan.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian adalah sebagai berikut:
a. Kegunaan ilmiah
1. Penelitian ini berguna bagi peneliti dalam rangka memperluas khasanah
keilmuannya khususnya dalam bidang pendidikan.
2. Dengan penelitian ini dapat berguna bagi peneliti sebagai langkah awal
mempelajari cara-cara mengadakan penelitian.
3. Sebagai bahan acuan bagi peneliti berikutnya yang berkaitan dengan
pelaksanaan bimbingan penyuluhan di sekolah-sekolah menengah atas.
4. Sebagai karya ilmiah kependidikan yang dapat dijadikan bahan bacaan
ilmiah di kalangan mahasiswa.
5. Dengan penelitian ini penulis dapat mengetahui secara mendalam
tentang bimbingan penyuluhan, pelaksanaan, peran dan pengaruhnya
terhadap kenalakan siswa.
8
b. Kegunaan praktis
1. Hasil penelitian ini berguna bagi guru bimbingan penyuluhan di MAN
Konda
Kabupaten
Konawe
Selatan,
untuk
dijadikan
sebagai
pertimbangan dalam menjelaskan tugasnya.
2. Dengan hasil penelitian ini guru-guru di MAN Konda dapat
mengetahui pengaruh pelaksanaan bimbingan penyuluhan terhadap
pengamalan ajaran agama siswa MAN Konda yang selama ini terjadi,
dengan demikian guru bimbingan dapat memberikan bimbingan kepada
siswa secara optimal.
3. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan rujukan praktis bagi guru BP
dalam melaksanakan bimbingan di sekolah.
Download