Islamisasi Ilmu Dikembangkan di Unsyiah dan UIN

advertisement
Islamisasi Ilmu Dikembangkan di Unsyiah
dan UIN
Rabu, 13 Juli 2016 14:27
BANDA ACEH - International Instituite of Islamic Thought (IIIT) menggandeng Universitas
Syiah Kuala (Unsyiah) dan Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry untuk melakukan
islamisasi ilmu pengetahuan. Hal itu disampaikan Sekretaris Umum IIIT, Prof Dr Omar
Hasan Kasule dalam focus group discussion (FGD) yang berlangsung di Balai Senat Unsyiah,
Darussalam, Banda Aceh, Selasa (12/7).
“Saat ini umat Islam sedang dirudung krisis sistem pendidikan. Terjadi kesenjangan antara
pendidikan umum dengan pendidikan Islam. Pendidikan umum yang berjalan di kampus dan
sekolah umum selama ini umumnya memisahkan antara ilmu dengan nilai-nilai Islam,”
ujarnya.
Disebutkan, dikotomi antara ilmu pengetahuan dengan Islam ini merupakan pemikiran Barat
sebagai proses sekularisasi ilmu pengetahuan. Sedangkan dalam Islam pendidikan dan agama
itu berjalan seiring. Oleh karena itu, perlu adanya integrasi ilmu dengan nilai-nilai Islam
dalam proses pendidikan. Umat Islam, menurutnya, harus mampu melakukan kombinasi
antara pendidikan sekuler dengan pendidikan Islam. “Sekarang kita punya Kitabul Wahid,
yakni Alquran dan sunnah dan Kitabul Qaul, yakni sains atau ilmu akal. Kedua hal itu harus
dikombinasikan sesuai dengan nilai-nilai Islam agar terciptanya peradaban Islam yang
rahmatan lil 'alamin,” ujar Prof Omar Hasan.
Menurutnya, meletakkan nilai-nilai Islam dalam sistem pendidikan awalnya memang berat.
Namun, seiring waktu akan terwujud sebagaimana yang diinginkan. Islamisasi ilmu
pengetahuan dapat dicapai secara perlahan. Untuk itu, para tenaga pendidik dari berbagai
level perlu memberikan pemahaman kepada muridnya tentang perbedaan antara pendidikan
yang bercorak Islam dengan pendidikan yang sekuler. “Misalnya, Islam melarang sistem riba,
tapi dalam pemikiran sekuler sistem riba tidak dipermasalahkan,” jelasnya.
Sementara itu, Koordinator IIIT Indonesia, Drs Muhammad Siddik MA mengungkapkan,
tidak ada dikotomi ilmu dalam Islam. Pendidikan di kampus selama ini umumnya belum
memiliki konektivitas antara ilmu dengan nilai-nilai Islam. Padahal, integrasi antara ilmu
yang berbasis wahyu dan ilmu berbasis akal sangat diperlukan.
“Islamisasi ilmu pengetahuan sangat penting. Epistimologi Islam perlu dikembalikan,” sebut
mantan direktur IDB Kawasan Asia Pasifik itu.
Rektor Unsyiah, Prof Dr Samsul Rizal MEng menyambut baik tawaran IIIT tersebut.
“Unsyiah sudah mulai menjalankan integrasi antara ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai
Islam. Para dosen diminta untuk memuat nilai-nilai Islam dalam materi kuliah yang diajarkan
dan beberapa fakultas sudah mempraktikkannya,” kata Samsul Rizal.
Selain itu, lanjutnya, 60% aset nasional hanya dipegang oleh 2% penduduk Indonesia.
Ironisnya, 2% tersebut pun merupakan kalangan nonmuslim. Maka umat Islam di Indonesia
harusnya dapat mengatasi ketertinggalan untuk kembali meraih kejayaan seperti yang pernah
ditorehkan pada masa kejayaan Islam dulu.
Sementara itu, Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Dr Farid Wajdi mengatakan, sangat sulit
menggabungkan antara sistem pendidikan sekuler dengan nilai-nilai Islam. Pasalnya,
Indonesia tidak memiliki dasar untuk memasukkan nilai-nilai Islam dari kurikulum
pendidikan. “Semua umat Islam setuju supaya sistem pendidikan kita bercorak Islam.
Namun, sepertinya mustahil jika memasukkan nilai-nilai Islam dalam sistem pendidikan
Indonesia yang masih menganut sistem Pancasila. Jadi, perlu ada dasar terlebih dahulu
supaya nilai-nilai Islam itu bisa dimasukkan dalam sistem pendidikan di Indonesia,”
pungkasnya. (dik)
Sumber : http://aceh.tribunnews.com/2016/07/13/islamisasi-ilmu-dikembangkan-di-unsyiah-danuin / Kamis, 08 September 2016 | 14:37 WIB
Download