sejarah ikhtiologi - Repository | UNHAS

advertisement
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
2
PENDAHULUAN
BAB 1
PENDAHULUAN
I
kan adalah hewan berdarah dingin, ciri khasnya adalah
mempunyai tulang belakang, insang dan sirip, dan terutama
ikan sangat bergantung atas air sebagai medium dimana
tempat mereka tinggal. Ikan memiliki kemampuan di dalam air
untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga
keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau
gerakan air yang disebabkan oleh arah angin.
Istilah Ikhtiologi berasal dari Ichthyologia (bahasa Latin:
Yunani) dimana perkataan Ichthys artinya ikan dan logos artinya
ajaran. Sehingga Ikhtiologi diartikan sebagai salah satu cabang
ilmu biologi (zoologi) yang mempelajari khusus tentang ikan
beserta segala aspek kehidupan yang dimilikinya.
Oleh para Ikhtiologis IKAN didefinisikan secara umum yaitu
binatang vertebrata yang berdarah dingin (poikilotherm), hidup
dalam lingkungan air, umumnya bernapas dengan insang,
pergerakan dan keseimbangan badannya terutama menggunakan
sirip.
Dalam keluarga hewan bertulang belakang/ vertebrata, ikan
menempati jumlah terbesar (Gambar 1.1), hingga sekarang terdapat
sekitar 25.000 species yang tercatat, walaupun perkiraannya ada
pada kisaran 40.000 spesies, yang terdiri dari 483 famili dan 57
ordo.
Jenis-jenis ikan ini sebagian besar tersebar di perairan laut
yaitu sekitar 58% (13,630 jenis) dan 42% (9870 jenis) dari
keseluruhan jenis ikan. Jumlah jenis ikan yang lebih besar di
perairan laut, dapat dimengerti karena hampir 70% permukaan
bumi ini terdiri dari air laut dan hanya sekitar 1% merupakan
perairan tawar.
3
PENDAHULUAN
Ini sangat kontras jika dibandingkan dengan perkiraan
jumlah spesies burung yakni 9000 spesies, mamalia 4000 (manusia
termasuk di dalamnya), reptile 5800, dan amphibi 3500 spesies.
Mereka bukan hanya dibedakan oleh jumlah spesies yang beragam,
tetapi juga berbeda dalam berbagai ukuran dan bentuk. Mulai dari
ikan yang berukuran kecil yang disebut Percid dari Amerika
(Etheostoma microperca) yang dewasa secara seksual pada ukuran 27
mm. Di samping itu ada juga jenis goby dari Pasifik (Eviota) yang
bertelur pada ukuran kurang dari 15 mm. Ada pula yang
berukuran raksasa seperti Hiu (Rhincodon) yang dapat mencapai
panjang 21 meter dengan berat 25 ton atau lebih. Kebanyakan ikan
berbentuk terpedo, walaupun beberapa diantaranya berbentuk flat
dan bentuk lainnya.
3
3
Terdapat 113.000 km per spesies ikan laut, dan hanya 15 km
bagi setiap spesies ikan air tawar, atau ruang yang tersedia bagi
spesies ikan laut 7.500 kali lipat dibandingkan ikan air tawar. Bila
yang diperhitungkan hanya ikan yang tinggal di perairan pantai
sampai batas paparan benua (sampai kedalaman 200 meter), maka
3
spesies ikan ini lebih tinggi 20 kali lipat (290 km berbanding 15
3
km ).
Fakta ini memperlihatkan bahwa kehidupan ikan di perairan
tawar jauh lebih berat dibandingkan dengan ikan laut. Belum lagi
bila ditambah dengan kondisi perairan tawar yang rawan terhadap
degradasi habitat, pencemaran dan lain-lain; semuanya itu
memberi tekanan pada keberlangsungan spesies ikan yang pada
gilirannya akan memengaruhi biodiversitas ikan.
4
PENDAHULUAN
Gambar 1.1. Persentase komposisi kelompok vertebrata (Pough,
et. al. 1989)
PENTINGNYA MEMPELAJARI IKHTIOLOGI
Keuntungan mempelajari ikhtiologi hampir tak terbatas,
orang-orang yang mempelajari ilmu ini adalah para ahli ikan
profesional maupun yang bukan. Banyak kontribusi tentang ikan
yang datang dari para ahli filsafat, pemuka agama, dokter, nelayan
dan para penggemar hewan air. Keuntungan dalam penelitian juga
tidak terhingga dimana aspek tentang ikan, lebih banyak yang
belum diketahui dari pada yang sudah diketahui.
Tidak banyak yang memilih profesi pengajar pada bidang
ikhtiologi ini, mereka yang terjun di bidang ini adalah orang yang
memiliki rasa tanggungjawab untuk belajar dan mengajar tentang
ikan. Di bidang ilmu ini peluang untuk bekerja mengembangkan
kepedulian terhadap ikan serta belajar dari koleksi museum-
5
PENDAHULUAN
museum cukup besar. Tugas-tugas orang yang bekerja di museum
meliputi, pengembangan ilmu pengetahuan, studi sejarah,
pengadaan koleksi baru, pengawasan terhadap koleksi museum,
penerbitan karya ilmiah dan lain-lain.
Perusahaan-perusahaan perikanan besar, manajemen
perikanan profesional,
pembudidayaan, penjualan ikan,
permainan, ornamen, dan ikan umpan memberikan peluang usaha
yang besar, baik yang didapati dari pelatihan maupun secara
langsung dalam mempelajari ikhtiologi. Pekerjaan seperti ini
paling tidak memerlukan kemampuan seperti megister atau
sederajat. Untuk mengelola sumber daya perikanan laut maupun
perairan dalam diperlukan pekerja-pekerja yang terlatih.
Perkembangan bidang perikanan ini memberikan banyak peluang
kerja dibandingkan sebelum bidang ini dieksploitasi lebih jauh.
IKAN DAN KEANEKARAGAMAN HABITATNYA
Kehadiran suatu populasi ikan di suatu tempat dan
penyebaran (distribusi) spesies ikan tersebut di muka bumi ini,
selalu berkaitan dengan masalah habitat dan sumberdayanya.
Keberhasilan populasi tersebut untuk dapat hidup dan bertahan
pada habitat tertentu, tidak terlepas dengan adanya penyesuaian
atau adaptasi yang dimiliki anggota populasi tersebut. Perairan
merupakan habitat bagi ikan dalam proses pembentukan struktur
tubuh ikan, proses pernafasan, cara pergerakan, cara memperoleh
makanan, reproduksi dan hal-hal lainnya.
Seperti telah kita ketahui bersama bahwa 70 persen dari
permukaan bumi ini tertutupi oleh air, sehingga tidak
mengherankan jika ditemukan berbagai jenis, morfologi, serta
habitat pada ikan. Ikan-ikan ditemukan di berbagai tempat dan
habitat yang berbeda. Mereka ditemukan di danau tertinggi dunia
dari permukaan laut yaitu danau Titicaca, Amerika Selatan (3812
meter), dan pada daerah kedalaman 7000 m di bawah permukaan
laut. Beberapa jenis ditemukan pada air tawar dengan salinitas
6
PENDAHULUAN
0.01 ‰ (umumnya danau, 0.05 s/d 1‰) hingga pada salinitas yang
sangat tinggi, 100‰ (umumnya 35‰ pada laut terbuka).
Mereka juga dapat ditemui pada gua yang sangat gelap
seperti ditemukan di Tibet, China, dan India hingga pada daerah
yang berarus kuat. Di Afrika ditemukan jenis ikan Tilapia yang
hidup di sungai dengan temperature 44°C, sedangkan di Antartika
ditemukan hidup pada suhu –2°C. Banyak jenis yang ditemukan
memiliki organ pernapasan udara tambahan dan hidup di rawarawa pada daerah tropik. Penyebaran secara vertikal pun dapat
melampaui kemampuan jenis vertebata lainnya (sekitar 5 km di
atas permukaan laut sampai 11 km di bawahnya; Gambar 1.2).
Spesies yang memiliki toleransi yang luas terhadap suhu
biasa disebut eurythermal sedangkan sebaliknya, yang memiliki
teloransi yang sempit terhadap suhu disebut stenothermal. Istilah
yang diberikan kepada spesies yang memiliki tingkat toleransi
yang luas terhadap salinitas yaitu euryhaline dan stenohaline
terhadap spesies yang memiliki kisaran sempit terhadap salinitas.
Ikan telah mampu bertahan seiring dengan perkembangan
variasi dari tempat hidupnya. Mereka hidup di air tawar yang
bersih sampai pada air yang bersalinitas lebih tinggi dari pada air
laut. Mereka ada dalam air gunung yang mengalir deras, di air
dalam sunyi dan gelap yang tidak dihuni oleh vertebrata lainnya.
Bagi ikan, air adalah media komunikasi, tempat beranak, tempat
tidur, tempat bermain, toilet sekaligus sebagai kuburan. Di dalam
airlah ikan melakukan respon terhadap lingkungan, sehingga
mereka dapat mempertahankan hidup dan berkembangbiak
seperti, respon terhadap jumlah oksigen terlarut, penetrasi cahaya,
suhu, zat beracun, konsentrasi organisme pembawa penyakit ikan
dan, kesempatan untuk lepas dari musuh.
Beberapa ikan mampu bernapas dengan menghirup oksigen
secara langsung dari udara melalui paru-paru, walaupun
kebanyakan ikan tetap bergantung pada insang yang berperan
7
PENDAHULUAN
dalam mengekstrak oksigen dari air. Ikan dapat bertahan lama
pada habitat yang kurang oksigen atau yang tidak mencukupi.
Rumput atau tumbuhan mikroskopik, diatom dan alga
(phytoplankton) yang tumbuh di laut, danau dan aliran sungai
memberikan suplai oksigen kepada ikan, dan ini bergantung dari
penetrasi cahaya ke dalam air. Phytoplankton berperan penting
dalam permulaan rantai makanan yang mendorong laju produksi
ikan pada umumnya. Mereka menggunakan sinar matahari dalam
mengubah CO2 menjadi bahan organik dan menjadi makanan bagi
ikan. Selain dari itu, cahaya matahari juga berpengaruh terhadap
pola reproduksi, pertumbuhan dan perilaku, termasuk dalam
kebiasaan makan.
Material yang tidak dikehendaki yang bersifat racun
diproduksi secara alami dan polusi dari aktifitas manusia manjadi
ancaman besar dan serius bagi keberadaan ikan-ikan dan tentunya
juga bagi manusia yang mengkonsumsinya. Walaupun ikan dapat
mendeteksi zat-zat kimia berbahaya, tetapi kebanyakan dari
mereka tidak dapat menghindar dari kontaminasi. Seperti yang
terjadi pada semua hewan, ikan juga mempunyai sejumlah
penyakit yang bisa menyerangnya, baik yang diakibatkan oleh
faktor eksternal seperti, virus, jamur, parasit, protozoa, cacing dll,
maupun akibat sebagian kecil yang bersifat internal. Mereka juga
masih mendapat ancaman dari fluktuasi bahan kimia air laut dan
jeratan alat tangkap nelayan.
8
PENDAHULUAN
Gambar 1.2. Distribusi vetikal ikan kaitannya dengan bentuk relief
maksimum pada permukaan bumi (Lagler,1977)
Berdasarkan jenis perairannya, ikan dikelompokkan
menjadi ikan air tawar (freshwater) dan ikan air asin (saltwater).
Meskipun komposisi air tawar, di danau dan sungai, hanya 0,001%
dari jumlah air di bumi, hampir 40% jenis ikan ditemukan di
perairan jenis ini. Sebagian besar ikan ditemukan di laut. Sekitar
2%-3% jenis ikan ditemukan di air payau.
Ikan yang hidup di laut memiliki habitat yang lebih
beraneka ragam. Hal ini disebabkan laut sangat luas dan memiliki
karakteristik yang unik. Ekosistem laut berdasarkan keadaan
lingkungannya terbagi menjadi ekosistem perairan laut dangkal
(litoral) dan ekosistem perairan laut dalam. Ekosistem laut dangkal
9
PENDAHULUAN
dapat dibedakan menjadi beberapa subekosistem, antara lain
ekosistem terumbu karang, pantai batu dan pantai lumpur. Pada
ekosistem perairan laut dalam memiliki ciri spesifik, yaitu tidak
terjangkau oleh cahaya matahari.
Ekosistem laut berdasarkan kedalaman air terbagi atas tiga
zona, yaitu zona litoral, neiritik dan pelagik. Zona litoral
merupakan daerah pantai yang terletak antara pasang tertinggi
dengan surut terendah. Zona neritik merupakan daerah laut
dangkal yang selalu tertutupi air meskipun pada waktu surut.
Adapun zona pelagik adalah daerah perairan terbuka yang
memiliki kedalaman 0 – 10.000 meter. Berdasarkan kedalaman dan
daya tembus cahaya matahari, zona pelagik terdiri atas zona, yaitu
epipelagik,
mesopelagik,
batipelagik,
abyssopelagik
dan
hadalpelagik. Zona epipelagik memiliki kedalaman 0-200 meter.
Mahluk hidup yang ditemukan pada zona ini adalah plankton,
ubur-ubur, ikan terbang, ikan yang hidup berkelompok seperti ikan
haring, dan ikan pemangsa seperti ikan tuna, ikan pedang, serta
ikan hiu. Zona mesopelagik memiliki kedalaman 200-1000 meter.
Cahaya matahari tidak dapat menembus daerah ini.
Zona
batipelagik memiliki kedalaman 1000-3000 meter.
Zona
abyssopelagik dan hadalpelagik merupakan daerah bawah laut
yang gelap gulita dengan kedalaman dibawah 3000 meter (Gambar
1.3).
10
PENDAHULUAN
Gambar 1.3. Pembagian ekosistem laut berdasarkan kedalaman
dan daya tembus cahaya (www.soest.hawaii.edu)
11
Download