masalah hukum kelembagaan dan pengelolaan kawasan

advertisement
MASALAH HUKUM KELEMBAGAAN DAN
PENGELOLAAN KAWASAN PELABUHAN
DAN PERDAGANGAN BEBAS
Oleh :
Dr. H. Djafar Al Bram, SH.,SE.,MM.,M.Hum
Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai
Pelabuhan Teluk Nibung Tanjung Balai - Asahan
SUMATERA UTARA
Hotel Tiara Medan 9 – 10 Agustus 2006
Latar Belakang
• Dalam menghadapi perkembangan keadaan
baik di dalam maupun di luar negeri
terutama untuk menjawab tantangan
persaingan global. Pemerintah menyikapi
kondisi yang berkembang khususnya dalam
bidang perdagangan internasional dengan
upaya mempercepat pengembangan daerah
sejalan dengan semangat otonomi daerah.
2
• Seiring dengan perwujudan Otonomi
Daerah, beberapa wilayah perlu ditetapkan
sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas.
• Dengan Kawasan Perdagangan Bebas dapat
mendorong kegiatan lalu lintas perdagangan
internasional yang mendatangkan devisa
bagi negara serta dapat memberi pengaruh
dan manfaat
besar bagi kesejahteraan
masyarakat Indonesia.
3
Pembentukan Kawasan Bebas
• Definisi
Kawasan
Perdagangan
Bebas
dan
Pelabuhan Bebas adalah suatu kawasan
yang berada dalam wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah
dari daerah pabean sehingga bebas dari
pengenaan bea masuk, pajak pertambahan
nilai, pajak penjualan atas barang mewah,
dan cukai.
4
Dasar Pembentukan Kawasan
Perdagangan dan Pelabuhan Sabang
a) Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2), Pasal 23, dan pasal 33
Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah
dengan perubahan Kedua Undang-Undang 1945;
b) UU No. 10 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kotapraja
Sabang dengan mengubanh Undang-Undang Nomor 7
Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonomi
Kabupaten di Propinsi Sumatera Utara (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 1965 Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2758)
c) UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
(LN RI Tahun 1999 No. 60, TLN no. 3839);
5
d)
e)
f)
UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (LN RI Tahun 1999
No. 70, TLN No. 388);
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang
Pelaksanaan Keistimewaaan Propinsi Aceh (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 1999 Nomor 172,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3892)
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2000 tentang Kawasan Pelabuhan dan
Perdagangan Bebas (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2000 Nomor 147, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3996)
Sabang ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas
dan pelabuhan Bebas dengan Undang-Undang Nomor 37
Tahun 2000 pada tanggal 21 Desember 2000.
6
Aspek Hukum Kelembagaan
• Presiden sebagai Lembaga Tinggi Negara menetapkan
Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
di Daerah, yang selanjutnya disebut Dewan Kawasan.
Untuk Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Sabang, Presiden menetapkan Dewan Kawasan Sabang
yang diketuai oleh Gubernur Propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam sebagai wakil pemerintah di daerah dengan
anggota Bupati Aceh Besar dan Walikota Sabang. Masa
kerja Ketua dan Anggota Dewan Kawasan selama 5 (lima)
tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
jabatan.
7
Pengelolaan Kawasan Pelabuhan
dan Perdagangan Bebas
a) Kewenangan untuk membuat ketentuan-ketentuan dalam
rangka memperlancar kegiatan di Kawasan Bebas berupa
izin-izin usaha dan izin usaha lainnya yang diperlukan
bagi para pengusaha yang mendirikan dan menjalankan
usaha di Kawasan Bebas melalui pelimpahan wewenang
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b) Kepala
Badan
Pengusahaan
bertugas
untuk
mengembangkan dan membangun kawasan bebas sesuai
dengan fungsi-fungsi kawasan bebas.
8
c) Fungsi-fungsi yang dilaksanakan di Kawasan Pelabuhan
dan Perdangan Bebas meliputi kegiatan manufaktur,
rancang bangun, perekayasaan, penyortiran, pemeriksaan
awal, pemeriksaan akhir, pengepakan, dan pengepakan
ulang atas barang dan bahan baku dari dalam maupun
luar negeri, pelayanan perbaikan atau rekondisi
permesinan dan peningkatan mutu. Penyediaan dan
pengembangan prasarana air dan sumber air, prasarana
dan sarana perhubungan termasuk pelabuhan laut dan
bandar udara, bangunan dan jaringan listrik, pos dan
telekomunikasi serta prasarana dan sarana lainnya.
d) Badan Pengusahaan dengan persetujuan Dewan Kawasan
dapat mengadakan peraturan di bidang tata tertib
pelayaran dan penerbangan, lalu lintas barang di
pelabuhan laut dan penyediaan fasilitas pelabuhan dan
lainnya sebagainya serta penetapan tariff untuk segala
macam jasa sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
9
Kendala Pengelolaan Pelabuhan
Bebas
• Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2000
tentang Penetapan peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2000 Tentang kawasan
Perdagangan dan Pelabuhan Bebas Sabang, hingga saat ini
belum ditetapkan peraturan pelaksanaan dalam bentuk
Peraturan Pemerintah (PP). Hal ini berdampak buruk bagi
pengelolaan Kawasan Sabang antara lain belum adanya
pelimpahan kewenangan perizinan dan berbagai instansi
terkait. Adanya perbedaan penafsiran antara UndangUndang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan dan
Undang-Undang 37 Tahun 2000.
10
Tata Laksana Pengawasan DJBC
di dalam Kawasan Bebas
• Pelayanan manifest;
• Pemeriksaan sarana pengangkut, dan
• Kewenangan penegahan, penyegelan
dan penyidikan
11
Tata Laksana Pemasukan BarangBarang dari Kawasan Bebas
a. Berupa barang penumpang
Ketentuan yang ada saat ini adalah Kep. Menkeu No.
358/KMK.04/2001 memiliki beberapa kelemahan, yaitu terlalu
tingginya batasan nilai maksimal yang dibebaskan (USD 750)
dan tidak ada batasan yang tegas menyatakan bahwa barang
penumpang bukan merupakan barang dagangan.
b. Barang yang dibawa oleh kendaraan dengan kapal Ro-Ro
(Fery lambat)
Sampai dengan saat ini belum ada ketentuan yang secara tegas
mengatur tata cara pelayanan terhadap penyelesaian kewajiban
pabean atas barang eks Kawasan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Sabang yang akan di bawa ke Daerah Pabean Indonesia
Lainnya.
12
Tata Laksana Ekspor
• Dengan penegasan sebagai daerah yang terpisah
dari daerah pabean, maka apakah DJBC dapat
melakukan pelayanan terhadap dokumen ekspor
berupa PEB, sedangkan dokumen ekspor yang
diakui oleh dunia internasional guna pencairan LC
dan lainya, sampai dengan saat ini adalah
dokumen PEB yang dikeluarkan oleh Bea dan
Cukai asal barang.
13
14
Download