KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

advertisement
KAJIAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM ORGANISASI BIROKRASI
DI INDONESIA
Oleh : Kidi,S.Sos Widyaiswara Madya
A. PENDAHUUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Pada zaman Yunani dahulu ada sebuah akademi yang memberikan kuliah
selama tiga tahun. Mahasiswa tingkat pertama disebut orang-orang bijak.
Mahasiswa tingkat dua dipanggil filosof. Artinya orang yang ingin menjadi orang
bijak. Pada tahun ketiga mereka disebut Mahasiswa saja, artinya orang yang
sudah cukup lama belajar sehingga mengetahui betapa perlunya mereka harus
belajar lagi. Barangkali seperti inilah kita ingin mempelajari komunikasi
antarbudaya. Mengapa demikian karena pada awalnya, kita merasa cukup bijak,
tetapi makin banyak kita belajar makin kita dapatkan bahwa kita perlu belajar lagi.
Hanya saja saya khawatir kurikulum seperti itu tidak akan popular di sekolahsekolah kita sekarang ini. Begitu kata Wilbur Schramm Perihal Membangun
Jembatan pada Buku komunikasi antarbudaya (Panduan berkomunikasi dengan
orang-orang berbeda budaya) yang diedit oleh Dr.Deddy Mulyana, M.A dan Drs.
Jalaluddin Rakhmat,M.Sc.
Ada dua garis tanggung jawab yang berkaitan dengan komunikasi antarbudaya.
Yang satu personal yang lainnya governmental (berkaitan dengan pemerintah).
Keduanya tidak seluruhnya terpisah, tidak juga sejajar.
Benjamin Whorf, mengatakan dengarkan bahasa seseorang, maka anda akan
mendengar sejarah dan budayanya. Julius Caesar ketika berkuasa pada zaman
Romawi kuno mendapat gelar Pontifex karena pada zaman Julius Caesar
berkuasa telah membangun jembatan untuk Roma sehingga Roma dengan
begitu cepat dapat dikendalikan, siapa dan apa yang lewat di atas jembatan itu.
Tiga pandangan bagaimana dan mengapa komunikasi merupakan kunci dalam
memahami etika organisasi: Pertama, komunikasi sebagai dasar untuk praktik
etika. Komunikasi dalam organisasi adalah konstitutif dari suasana etika terbesar
dan sebuah praktik etika (Seeger, 1977, 2004). Standar dan tradisi yang spesifik
untuk apa yang dianggap baik, diinginkan, dan kesesuaian komunikasi yang
telah dikembangkan dan sopan. Standar-standar seperti ketulusan dan kejujuran
misalnya, memiliki fondasi yang panjang dalam alasan filsafat dan moral, dan
1
juga mengembangkan fondasi moral yang memiliki dasar untuk praktik yang
komunikatif. Praktek komunikasi sejalan dengan tradisi etika Nichomacean dan
menitik beratkan pada tindakan yang berbudi. Kedua, komunikasi dan
pengambilan keputusan organisasi. Stanley Deetz (1992,1995) yang karyakaryanya menunjukkan pengambilan keputusan menjadi proses yang kompleks
dan melekat dengan politik, mengkontribusikan sebuah argumen bahwa
pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi yang kontemporer dipengaruhi
oleh banyaknya wacana di sekekliling formasi organisasi: yang secara budaya
merupakan cara-cara spesifik dalam berpikir bahwa mengartikulasikan hubungan
antara suatu hal, “kealamian” orang, dan tujuan yang “baik” untuk aktivitas.
Bagaimanapun, diskursif formasi menentukan pengetahuan yang tepat dan
autoritatif, sama seperti: siapa yang dianggap ahli dalam setiap suasana yang
terjadi. Formasi diskursif, bagaimanpun telah mengembangkan nilai-nilai yang
mempengaruhi aksi yang dilakukan oleh anggota organisasi dalam pembuatan
keputusan.
Deetz
menyarankan
semua
ucapan
dalam
interaksi
dapat
diinterogasikan dengan hormat untuk memenuhi empat validitas klaim etika, yang
berkenaan dengan kepercayaan, legitimasi normative, ketulusan, dan ketelitian
(Forester, 1993). Dalam organisasi, biasanya dalam bentuk perusahaan, interaksi
seringkali diubah secara sistematis karena gagal memenuhi klaim validitas
tersebut karena diasosiasikan dengan strategi, daripada aksi yang komunikatif.
Ketiga, komunikasi dan akuntabilitas. Akuntabilitas mengacu kepada kemampuan
dan obligasi untuk mengembangkan sebuah penjelasan – untuk menyediakan
sebuah perhitungan dari sebuah laporan perilaku seseorang (Seeger, 1999).
Akuntabilitas dalam perusahaan mengacu kepada sebuah obligasi, moral, legal,
atau institusional, yang membutuhkan pertukaran informasi antar bagian dan
menunjukkan beberapa level akses ke informasi, keterbukaan, dan transparansi
system.
B. PEMBAHASAN
1. PANDANGAN TENTANG JEMBATAN
a. Telah tumbuh rasa saling
bergantung di seluruh dunia, orang mulai
menyadari bahwa tidak ada manfaatnya mengatakan pada orang lain
“Perahumu itu sedang tenggelam”, karena kita semua berada pada perahu
yang sama. Hal ini memberikan gambaran kepada kita bahwa kita harus
berbicara satu sama lain. Bila dahulu jembatan itu dipandang sebagai perahu,
sekarang justru jembatan itu sangat esensial. Boleh jadi tidak cukup esensial
untuk menghilangkan kecurigaan dan rasa takut yang menghalangi
komunikasi bebas dan tak terbatas, tetapi cukup esensial untuk mengarahkan
perhatian kita pada jembatan di antara kita.
b. Ketakutan akan satelit komunikasi yang menyebar ke Negara-negara Dunia
ketiga pada permulaan tahun 1970-an, menyebarkan siaran televisi langsung
keseluruh Dunia dan saat itu telah membawa kekhawatiran, sehingga perlu
perencanaan kerjasama agar instrument itu digunakan untuk kebaikan semua
orang. Tetapi waktu itu dapat dimaklumi jika Negara-negata Dunia ketiga
mencemaskan efek hiburan murah dan iklan yang merayu akan dicurahkan
kepada bangsa mereka oleh kapitalis besar pemilik satelit. Inilah saatnya
yang idial untuk membuat isu politik dan mencubit ekor kekuasaan-kekuasaan
itu, terutama kekuasaan yang paling besar. Karena itu, masuklah konfrontasi
ke dalam PBB, masing-masing dengan sikap yang kaku: pihak yang satu
menentang masuknya siaran televisi ke suatu negeri tanpa sensor dan
persetujuan (izin) pihak lain berpegang teguh pada konsep abstrak
kebebasan berbicara, arus bebas, dan penyiaran tak terbatas. Tidak
diragukan lagi siapakah yang bakal memenangkan suara.
Konfrontasi ini tidak mendatangkan manfaat kepada siapa pun, kecuali secara
emosional, tetapi konfrontasi ini telah mebayang-bayangi pemikiran dan
perencanaan komunikasi intercultural. Misalnya, seluruh konsep arus
informasi yang bebas dipertanyakan lagi? Apakah arus informasi bebas ini
hanya untuk bangsa-bangsa yang memiliki media internasional? Yang lebih
penting lagi, konfrontasi ini memfokuskan perhatian seperti Prof.Hall
menggambarkan hubungan ini dengan mengatakan, “Budaya adalah
komunikasi, komunikasi adalah budaya”. Namun para pemimpin Negara
Dunia Ketiga melihatnya dari segi sebab akibat: kononikasi mempertahankan
dan mengubah budaya. Karena itu, mengendalikan komunikasi berarti
mengendalikan apa yang bakal terjadi pada budaya mereka.
2. PENDEKATAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA
3
Richard E.Porter dan Larry A. Samovar, mengatakan bahwa dalam dekade 1960an dan 1970-an berbagai peristiwa telah menimbulkan pengaruh besar di dunia.
Pembangunan yang cepat dan luas dalam bidang transportasi dan komunikasi
menyebabkan dunia “susut”; kita memasuki era dunia. Mobilitas kita telah
meningkat sehingga jarak tidak lagi merupakan masalah. Pesawat-pesawat
terbang dapat membawa kita ke mana saja dengan waktu yang singkat; orangorang di seluruh dunia bergerak. Para pedagang internasional, mahasiswamahasiswa asing, diplomat-diplomat, dan terutama turis-turis masuk dan keluar
dari aneka ragam budaya yang sering tampak asing dan kadang-kadang
misterius. Kini kita mempunyai banyak kesempatan untuk melakukan hubunganhubungan antar budaya dalam hidup sehari-hari.
Dalam
berkomunikasi antarbudaya akan terjadi bila pengirim pesan adalah
anggota dari suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota dari suatu
budaya lain. Oleh karena dalam artikel ini akan dibahas hubungan antara
komunikasi, budaya, dan komunikasi antarbudaya.
Untuk memahami interaksi antarbudaya, kita harus memahami komunikasI
manusia. komunikasi manusia berarti memahami apa yang terjadi selama
komunikasi berlangsung, mengapa itu terjadi, apa yang dapat terjadi, akibatakibat dari apa yang terjadi, dan akhirnya apa yang dapat kita perbuat untuk
mempengaruhi dan memaksimalkan hasil-hasil dari kejadian-kejadin tersebut.
2.1. Hubungan antara komunikasi,
Perlu diingat bahwa organisasi adalah sekelompok masyarakat yang saling
bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dan komunikasi adalah
perekat yang memungkinkan kelompok masyarakat tersebut secara
bersama-sama melakukan fungsinya dengan baik (Purwanto, 2006).
Menurut Rakhmat (2004), komunikasi adalah peristiwa sosial, yaitu peristiwa
yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia lainnya. Sebagai
akibatnya, proses komunikasi akan mempengaruhi kondisi psikologis orangorang yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut.
komunikasi
berhubungan
dengan
perilaku
manusia
dan
kepuasan
terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan manusia-manusia lainnya.
Hampir setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang-orang
lainnya, dan kebutuhan ini terpenuhi melalui interaksi atau pertukaran pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan
manusia-manusia yang tanpa berkomunikasi akan ter-isolasi. Pesan-pesan
itu mengemuka lewat prilaku manusia. Ketika anda melambaikan tangan,
tersenyum, bermuka masam dan terkadang cemberut, menganggukkan
kepala, atau memberikan suatu isyarat, kita juga tidak sadar bahwa kita
sedang berprilaku. Sering prilaku-prilaku ini merupakan pesan-pesan; pesanpesan itu digunakan untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada seseorang.
Sebelum prilaku tersebut dapat disebut pesan, perilaku itu harus memenuhi
dua syarat. Pertama, perilaku harus diobservasi oleh seseorang, dan kedua,
prilaku harus mengandung makna. Dengan kata lain, setiap prilaku yang
dapat diartikan sebagi suatu pesan.
Bila kita memaknai pernyataan akhir tersebut, kita dapat menemukan
beberapa implikasi:
a.
Setiap perilaku yang ditunjukkan kepada kita, baik perilaku verbal
ataupun perilaku nonverbal dapat berfungsi sebagai pesan. Pesan
verbal terdiri dari kata-kata terucap atau tertulis (berbicara dan menulis
adalah perilaku yang dapat menghasilkan kata-kata), sementara pesan
nonverbal adalah seluruh perbendaharaan perilaku lainnya.
b.
Perilaku mungkin disadari ataupun tidak disadari. Kadang-kadang kita
melakukan sesuatu tanpa menyadarinya, terutama kalau perilaku kita itu
bersifat nonverbal. Kebiasaan-kebiasaan seperti menggigit kuku jari
tangan, menganggukkan kepala, menatap dan tersenyum, misalnya,
seringkali berlangsung tanpa disadari. Bahkan perilaku-perilaku seperti
duduk
membungkuk
di
kursi,
mengunyah
permen
karet,
atau
menyesuaikan letak kacamata, seringkali merupakan perilaku-perilaku
tak disadari. Oleh karena suatu pesan terdiri dari perilaku-perilaku yang
dapat diartikan, kita harus mengakui kemungkinan memberikan pesan
yang tidak kita ketahui.
c.
Dari pesan perilaku ini adalah bahwa kita sering berperilaku tanpa
disengaja. Misalnya, bila kita malu kita mungkin menampilkan muka
yang bersemu merah atau berbicara tidak lancer/gagap. Kita tidak
bermaksud untuk menampilkan muka yang merah atau suara yang
gagap, tetapi toh kita berprilaku demikian. Perilaku yang tidak disengaja
5
ini menjadi pesan bila seseorang melihatnya dan menangkap suatu
makna dari perilaku itu.
Jadi dengan mengenal konsep hubungan-hubungan perilaku sadar tak sadar
dan sengaja tak disengaja ini, dapat merumuskan suatu defenisi tentang
komunikasi. dan komunikasi didefinisikan sebagai apa yang terjadi bila
makna diberikan kepada suatu perilaku. Bila seseorang memperhatikan
perilaku kita dan memberinya makna, komunikasi telah terjadi terlepas dari
apakah kita menyadari perilaku kita atau tidak dan menyengajanya atau
tidak. Bila memikirkan hal ini, kita harus menyadari bahwa tidak mungkin
bagi kita untuk tidak berperilaku. Setiap perilaku memiliki potensi
komunikasi. Maka tidaklah mungkin bagi kita untuk tidak berkomunikasi;
dengan kata lain, kita tak dapat tidak berkomunikasi. Konsep perilaku
yang disinggung dalam artikel ini juga meliputi segala sesuatu sebagai
rekaman atau akibat dari tindakan-tindakan kita. Tulisan adalah suatu akibat
perilaku dari perilaku-perilaku tertentu karena pada saat menulis atau
mengetik saya harus berfikir.
Pendekatan kita terhadap komunikasi berfokus pada pemberian makna
kepada perilaku. Pemberian di sini berarti bahwa kita memberikan makna
yang telah kita miliki kepada perilaku yang kita observasi di lingkungan kita.
Kita boleh membayangkan bahwa ada suatu perbendaharaan makna yang
kita miliki di suatu tempat dalam otak kita. Berbagai makna ini telah telah
tumbuh sepanjang hidup kita sebagai akibat dari pengaruh budaya kita
terhadap kita dan sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman pribadi dalam
budaya tersebut. Makna adalah relative bagi kita masing-masing, oleh
karena kita masing-masing adalah seorang manusia yang unik dengan
suatu latar belakang dan pengalaman-pengalaman yang unik pula. Ketika
kita mengamati suatu perilaku dalam lingkungan kita, kita masing-masing
menukik ke perbendaharaan makna kita yang unik dan memilih makna yang
kita yakini sebagai makna paling pantas bagi perilaku yang kita amati dan
konteks social di mana perilaku itu terjadi. Biasanya proses ini berlangsung
lancar, tetapi kadang-kadang macet dan kita salah menafsirkan suatu pesan
kita memberi makna yang salah kepada perilaku yang telah kita amati.
2.2. Unsur-unsur komunikasi
Tujuan
kita
mempelajari
komunikasi
antarbudaya
adalah
untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan yang kita terapkan dengan sengaja,
definisi kerja komunikasi di sini akan menekankan komunikasi yang dilakukan
dengan
sengaja.
komunikasi
diartiakn
sebagai
suatu
proses
dinamika
transaksional yang mempengaruhi perilaku mereka untuk menghasilkan pesan
yang mereka salurkan lewat suatu saluran (channel) guna merangsang atau
memperoleh sikap atau perilaku tertentu. komunikasi akan lengkap hanya bila
penerima pesan yang dimaksud mempersepsi atau menyerap perilaku yang
disandi, memberi makna kepadanya dan terpengaruh olehnya. Dalam transaksi
ini harus dimasukkan semua stimuli sadar tak sadar, sengaja tak sengaja, verbal
nonverbal dan kontekstual yang berperan sebagai isyarat-isyarat ke pada
sumber dan penerima tentang kwalitas dan kredibilitas pesan.
Ada delapan unsur khusus komunikasi dakam konteks komunikasi sengaja.
1. Sumber (source). Suatu sumber adalah orang yang mempunyai suatu
kebutuhan untuk berkomunikasi. Kebutuhan ini mungkin berkisar dari
kebutuhan sosial untuk diakui sebagai individu hingga kebutuhan
berbagai informasi dengan orang lain atau mempengaruhi sikap atau
perilaku seseorang atau sekelompok orang lainnya. Keinginan sumber
untuk berkomunikasi adalah keinginan untuk berbagai internal states
dengan orang lain dengan derajat kesenjangan yang berbeda-beda
untuk mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku orang lain
tersebut.
2. Penyandian (encoding) yakni nsuatu kegiatan internal seseorang untuk
memilih dan merancang perilaku verbal dan nonverbalnya yang sesuai
dengan aturan-aturan tata bahasa dan sintaksis guna menciptakan suatu
pesan.
3. Pesan (Message) merupakan hasil dari perilaku menyandi. Pesan terdiri
dari lambing-lambang verbal atau nonverbal yang mewakili perasaan
dan pikiran sumber pada suatu saat dan tempat tertentu. Meskipun
encoding merupakan suatu kegiatan internal yang menghasilkan suatu
pesan, pesannya itu sendiri bersifat eksternal bagi sumber; pesan
7
adalah apa yang harus sampai dari sumber ke penerima bila sumber
bermaksud mempengaruhi penerima.
4. Saluran (Channerl) yang menjadi penghubung antara sumber dan
penerima. Suatu saluran adalah alat fisik yang memindahkan pesan dari
sumber ke penerima bila sumber bermaksud mempengaruhi penerima.
5. Penerima (Receiver) dimana merupakan penerima pesan dan sebagai
akibatnya menjadi terhubungkan dengan sumber pesan. Penerima
mungkin dikehendaki oleh sumber atau orang lain yang dalam keadaan
apapun menerima pesan sekali pesan itu telah memasuki saluran.
6. Penyandian balik (decoding), decoding adalah proses internal penerima
dan pemberian makna kepada perilaku sumber yang mewakili perasaan
dan pikiran sumber. Dalam hal ini bisa saja mempunyai masalah ketika
menerima pesan. Pesan biasanya sampai pada penerima dalam bentuk
gelombang cahaya atau gelombang suara meskipun pesan tersebut
mungkin juga dalam bentuk yang merangsang alat indera. Apapun
bentuk perangsangan inderanya, penerima harus mengubah energienergi ini menjadi pengalaman-pengalaman yang bermakna.
7. Respon Penerima (receiver response). Ini menyangkut apa yang
penerima lakukan setelah ia menerima pesan. Respons ini bisa
beraneka ragam, mulai dari tingkat minimum hingga tingkat maksimum.
Respon minimum adalah keputusan penerima untuk mengabaikan
pesan atau tidak berbuat apapun setelah ia menerima pesan.
Sebaliknya, respon maksimum bisa merupakan suatu tindakan penerima
yang segera, terbuka dan mungkin mengandung kekerasan. komunikasi
dianggap berhasil, bila respons penerima mendekati apa yang
dikehendaki oleh sumber yang menciptakan pesan.
8. Umpan balik (feedback). Umpan balik adalah informasi yang tersedia
bagi sumber yang memungkinkannya menilai keefektifan komunikasi
yang dilakukannya untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian atau
perbaikan-perbaikan dalam komunikasi selanjutnya. Meskipun umpan
balik dan respon bukan hal yang sama, keduanya jelas sangat berkaitan.
Respon adalah apa yang penerima putuskan atau lakukan setelah ia
menerima pesan, sedangkan umpan balik adalah informasi tentang
keefektifan komunikasi. Keduanya berhubungan oleh karena respons
penerima merupakan sumber umpan balik yang normal. Kedelapan
unsur yang telah disampaikan hanya sebagian saja dari faktor-faktor
yang berperan selama suatu peristiwa komunikasi. Disamping unsurunsur ini, bila kita memikirkan komunikasi sebagai suatu proses, ada
beberapa
karakteristik
lainnya
yang
membantu
kita
memahami
bagaimana sebenaranya komunikasi berlangsung.
komunikasi sebagai suatu proses, ada beberapa karakteristik lainnya yang
membantu kita memahami bagaimana sebenarnya komunikasi berlangsung.
1.
komunikasi itu dinamik, artinya bahwa komunikasi itu merupakan
aktivitas yang terus berlangsung dan selalu berubah. Dalam melakukan
komunikasi secara konstan kita dipengaruhi oleh pesan orang lain dan
sebagai konsekwensinya, kita mengalami perubahan yang terus menerus.
Setiap orang dalam kehidupan kita sehari-hari bertemu dan berinteraksi
dengan orang-orang dan orang-orang ini mempengaruhi kita. Setiap kali kita
terpengaruh, kita pasti berubah, seberapa kecil perubahan itu, itu berarti
bahwa kita menjalani hidup ini sesbagai orang-orang yang terus menerus
berubah (dinamis)
2.
komunikasi itu interaktif, artinya bahwa komunikasi terjadi antara
sumber dan penerima. Ini mengimplikasikan dua orang atau lebih yang
membawa latar belakang dan pengalaman unik mereka masing-masing ke
peristiwa komunikasi. Latar belakang dan pengalaman mereka tersebut
mempengaruhi interaksi mereka, Interaksi juga menandakan situasi timbal
balik yang memungkinkan setiap pihak mempengaruhi pihak lainnya. Setiap
pihak secara serentak menciptakan pesan yang dimaksudkan untuk
memperoleh respon-respon tertentu dari pihak lainnya.
3.
komunikasi itu tak dapat dibalik (irreversible) dalam arti bahwa sekali
kita mengatakan sesuatu dan seseorang telah menerima dan men-decode
pesan, kita tak dapat menarik kembali pesan itu dan sama sekali meniadakan
pengaruhnya. Sekali penerima telah dipengaruhi oleh suatu pesan, pengaruh
tersebut tidak dapat ditarik kembali sepenuhnya. Sumber bisa menjadi
mengirimkan lagi pesan-pesan lainnya untuk mengubah efek pesan, tetapi
efek pertama tak dapat ditiadakan. Ini sering merupakan masalah ketika kita
secara tak sadar atau tak sengaja mengirimkan suatu pesan kepada
9
seseorang. Pesan kita mungkin menimbulkan pengaruh yang merugikan dan
kita tidak mengetahuinya. Maka dalam interaksi berikutnya kita mungkin
heran mengapa orang itu bereaksi kepada kita dengan cara yang aneh.
4.
komunikasi berlangsung dalam konteks fisik dan kontaks social. Ketika
kita berinteraksi dengan seseorang, interaksi tidaklah terisolasi, tetapi ada
dalam fisik tertentu dan dinamika sosial tertentu. Lingkungan fisik meliputi
objek-objek fisik tertentu seperti mebel, gorden, jendela, karpet, cahaya,
keheningan
atau
kebisingan,
tumbuh-tumbuhan,
ada
atau
tak
ada
kesemrawutan, pesan-pesan lain yang menyaingi dan sebagainya. Aspek
lingkungan fisik yang dapat dan memang mempengaruhi komunikasi;
kenyamanan, atau ketidaknyamanan, kursi, warna dinding, atau suasana
ruangan keseluruhan, adalah sebagian kecil saja dari lingkungan ini. Arti
simbulik lingkungan fisik juga mempengaruhi komunikasi. Sebagai contoh,
ingatlah pembicaraan perdamaian di Paris yang menghabiskan waktu banyak
untuk memutuskan bentuk meja yang dapat diterima semua pihak. Meskipun
tampaknya tidak penting hal itu justru penting sekali bagi para perunding,
oleh karena suatu meja dengan sisi yang sama secara simbolik menunjukkan
kesederajatan semua pihak yang mengitari meja itu. Bagaimana konteks
sosial tersebut, akan mempengaruhi komunikasi. Bentuk bahasa yang
digunakan, penghormatan atau kurangnya penghormatan yang ditunjukkan
kepada seseorang, waktu, suasana hati, siapa berbicara dengan siapa, dan
derajat kegugupan atau kepercayaan diri yang diperlihatkan orang, semua itu
adalah sebagian saja dari aspek-aspek komunikasi yang dipengaruhi oleh
konteks sosial. Kita harus paham sekarang bahwa komunikasi manusia tidak
terjadi dalam “ruang hampa” sosial. Alih-alih, komunikasi merupakan suatu
matriks tindakan-tindakan sosial yang rumit dan saling berinteraksi, serta
terjadi dalam suatu lingkungan sosial yang kompleks. Lingkungan sosial ini
merefleksikan bagaimana orang hidup, bagaimana ia berinteraksi dengan
orang lainnya. Lingkungan sosial ini adalah budaya, dan bila kita ingin benarbenar memahami komunikasi kita pun harus memahami budaya.
3. BUDAYA
Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal
didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai
sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam
semesta, obyek-obyek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang
dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok.
Budaya
menampakkan diri dalam pola-pola bahasa dan dalam bentuk-bentuk kegiatan
dan perilaku yang berfungsi sebagai model-model bagi tindakan-tindakan
penyesuaian diri dan gaya komunikasi yang memungkinkan orang tinggal dalam
suatu masyarakat di suatu lingkungan giografis tertentu pada suatu tingkat
perkembangan teknis tertentu dan pada suatu saat tertentu. Budaya juga
berkenaan dengan sifat-sifat dari obyek-obyek materi yang memainkan peranan
penting dalam kehidupan sehari-hari. Obyek-obyek seperti rumah, alat dan mesin
yang digunakan dalam industri dan pertanian, jenis-jenis transportasi, dan mesin
yang digunakan dalam industri dan pertanian, jenis-jenis transportasi, dan alatalat perang, menyediakan suatu landasan utama bagi kehidupan social. Budaya
berkesinambungan dan hadir di mana-mana; budaya meliputi semua peneguhan
perilaku yang diterima selama suatu periode kehidupan. Budaya juga berkenaan
dengan bentuk dan struktur fisik serta lingkungan sosial yang mempengaruhi
hidup kita. Sebagaian besar pengaruh budaya terhadap kehidupan kita tidak kita
sadari. Mungkin cara untuk memahami pengaruh budaya adalah dengan
membandingkannya dengan computer elektrinik: kita memogram computer agar
melakukan sesuatu, budaya kita pun memogram kita agar melakukan sesuatu
dan menjadikan kita apa adanya. Badaya kita secara pasti mempengaruhi kita
sejak dalam kandungan hingga mati dan bahkan setelah matipun kita dikuburkan
dengan cara-cara yang sesuai dengan budaya kita.
Budaya dan komunikasi tak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya
menentukan siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang
menyadari pesan, makna yang ia miliki untuk pesan, dan kondisi-kondisinya
untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan, Sebenarnya seluruh
perbendaharaan perilaku kita sangat bergantung pada budaya tempat kita
dibesarkan. Konsekwensinya, budaya merupakan landasan komunikasi. Bila
budaya
beraneka
ragam,
maka
beraneka
ragam
pula
praktek-praktek
komunikasi.
4. komunikasi dalam Birokrasi
Arti penting komunikasi bagi Birokrasi Pemerintahan seperti yang ditulis oleh
Suhaimi Saputra 27 Maret 2013 dalam situs http://www.riaupos.co bahwa
11
didalam kehidupan tak terlepas dari yang namanya komunikasi. Mengapa
demikian..? karena sejatinya manusia merupakan makhluk yang diciptakan oleh
Tuhan sebagai makhluk sosial, makhluk yang tidak bisa hidup sendiri
membutuhkan manusia-manusia lainnya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Sama halnya dengan birokrasi pemerintahan, karena didalam
birokrasi pemerintahan terdapat manusia-manusia sosial. Manusia-manusia
tersebutlah yang menjalankan birokrasi, tentunya dengan cara berkomunikasi
antar sesama pegawai, atasan ke bahawan sebaliknya juga, komunikasi antara
pegawai birokrasi dengan masyarakat serta komunikasi antar birokrasi. Maka
tepatlah seperti yang disampaikan pada awal pembahasan tulisan ini bahwa
komunikasi diibaratkan sebuah jembatan, dengan jembatan kita dapat melewati
suatu proses dalam berinteraksi, siapapun dia dan dimanapun dia terlebih dalam
komunikasi birokrasi bahwa komunikasi harus dibangun karena komunikasi
merupakan sarana mengwujudkan mimpi berupa Visi dan komunikasi juga
sebagai sarana dalam proses dalam bentuk misi dalam perwujudan sebuah Visi.
Ada
beberapa
manajer/atasan
karakteristik
harus
dalam
menyadari
birokrasi
arti
pemerintahan
pentingnya
yaitu;
para
komunikasi,
para
manajer/atasan memadamkan tindakan dan upaya artinya setelah memahami
arti penting komunikasi ada hal tindakan dan upaya yang dilakukan, komitmen
komunikasi dua arah, penekanan komunikasi tatap muka, tanggungjawab
bersama untuk komunikasi karyawan, menangani berita buruk, pesan dibentuk
untuk audien yang dimaksudkan, dan perlakuan komunikasi sabagai suatu
proses berkelanjutan. Selain itu secara umum fungsi komunikasi yaitu untuk;
mencapai pengertian satu sama lain, membina kepercayaan, mengkoordinir
tindakan, merencanakan strategi, melakukan pembagian kerja, melakukan
aktivitas kelompok, serta berbagi rasa.
Kalau dilihat dari 2 perspektif proses komunikasi, yang pertama; proses
komunikasi dalam perspektif psikologis adalah proses komunikasi yang terjadi
dalam diri sendiri.
Ada dua aspek dalam perspektif ini isi pesan dan lambang pada umumnya dalam
bentuk bahasa. Kemudian yang kedua; ialah proses komunikasi dalam perspektif
mekanistis yaitu proses yang bergantung pada situasi komunikasi itu langsung.
Proses ini cukup rumit karena pengoprasian komunikasi melalui bibir/ lisan/
tangan. Jika tulisan tangannya bisa ditangkap oleh komunikan, penangkapan
pesan dari komunikator oleh komunikan itu dapat dilakukan dengan indra
telingga atau mata. Proses ini sering menimbulkan permasalahan. Seperti proses
komunikasi antara orang buta dan orang bisu, dan begitupula komunikasi yang
dipengaruhi oleh karakteristik seseorang yang berbeda dalam satu rangkaian
birokrasi yang sama.
Dari karakteristik, fungsi, serta perspektif komunikasi seperti telah disampaikan
merupakan suatu hal yang tetap ada dalam birokrasi pemerintahan, karena
kemajemukan dalam lingkup kebersamaan. Kebersamaan sebagai pengemban
Pelayanan Karena birokrasi pemerintahan mengemban tugas pelayanan,
pengaturan, pengawasan serta hubungan antara pemerintah dan masyarakat.
Bayangkan saja ketika birokrasi pemerintahan tak memaknai arti penting
komunikasi
tentunya
proses
pelayanan,
pengaturan,
pengawasan
serta
hubungan antara pemerintah dan masyarakat tidak akan berjalan. Dan pada
akhirnya muncul lah permasalahan-permasalahan baik itu ringan maupun sedikit
berat namun terukur didalam birokrasi pemerintahan.
Dengan bergulirnya reformasi birokrasi yang dilatarbelakangi tuntutan terhadap
terbentuknya sistem kepemerintahan yang bersih, transparan, dan mampu
menjawab tuntutan perubahan secara lebih efektif, melahirkan inspirasi
penyediaan data informasi dan media komunikasi yang transparan melalui EGovernment. E-Government merupakan arah perubahan budaya kerja sekaligus
tuntutan dari perubahan itu sendiri, termasuk dengan apa kita melakukan
komunikasi dan bagaimana kita memperlakukan komunikasi itu sebagai salah
satu tujuan dari E-Government. E-Goverment adalah penggunaan teknologi
informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan bagi
warganya,
urusan
pemerintahan.
teknologi
bisnis,
hal-hal
E-government (e-gov)
informasi
pemerintahan
serta
secara
sebagai
alat
lebih
efisien.
lain
intinya
yang
adalah
untuk membantu
Karena
itu,
berkenaan
proses
pemanfaatan
menjalankan
ada
dua
dengan
hal
sistem
utama
dalam pengertian E-Government di atas, yang pertama adalah penggunaan
teknologi informasi (salah satunya adalah internet) sebagai alat bantu, dan yang
kedua adalah tujuan pemanfaatannya, sehingga pemerintahan dapat berjalan
lebih efisien. Ketersediaan informasi yang transparan dan setiap saat dapat
diakses oleh masyarakat adalah bentuk komunikasi yang efektif dalam
13
perwujudan sebuah tujuan dikemudian hari, bagaimana tidak pemerintah telah
terbukti meneglauarkan Instruksi Presiden No.3 tahun 2003 tentang kebijakan
dan strategi nasional pengembangan E-Government Indonesia.
Penyelenggaraan E-Government dalam pemerintahan telah melahirkan 4 model
hubungan, yaitu :
1. G2C (Government to Citizen/Government to Customer)
2. G2B (Government to Business)
3. G2G (Government to Government)
4. G2E (Government to Employees)
Setiap model hubungan diatas seluruhnya bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi, kenyamanan, serta aksesibilitas yang lebih baik dari pelayanan publik
yang diberikan oleh pemerintah kepada setiap elemen masyarakat.
Keseriusan pemerintah dalam mewujudkan E-Government juga jelas tercantum
dalam lampiran Inpres Nomor 3 Tahun
2003, dimana pemerintah telah
menyiapkan strategi nasional pengembangan E-Government. Harus diakui
bahwa belum semua masyarakat kita mampu menerapkan kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi, tetapi dengan adanya tantangan global, pemerintah
harus menganggarkan dana yang cukup untuk menerapkan tahapan-tahapan EGovernment ini. Apabila kita tidak segera menyesuaikan dengan tuntutan global,
maka pemerintah kita akan tertinggal dan terisolasi dalam dunia pembedaan
digital. Masing-masing daerah di Indonesia memiliki visi dan misi yang belum
tentu sama, sehingga perlu formula dan strategi jelas penerapan E-Government
terutama atau dengan kata lain, penerapan E-Government harus memiliki tujuan
dan agenda yang jelas bagi kalangan birokrasi sebagai jembatan menuju
pembaharuan atau modernesasi pelayanan yang efektif dan efesien bagi
pemenuhan kepuasan masyarakat yang menerima pelayanan sebagaimana
diamanatkan oleh Undang-undang pelayanan publik nomor 25 tahun 2009.
REFERENSI ( DAFTAR PUSTAKA )
1. Alfedro Putut Prahoro, S.Psi.,M.Si Penelitian mandiri Hubungan antara
komunikasi efektif dengan intensi turnover pada karyawan bank jatim “ studi
kasus kantor cabang malang”
2. Fenty Effendy / 1101003013 dalam http://www.komunikasi Institut komunikasi
Indonesia baru (Media Kajian komunikasi Masa Depan)
3. I Made Gde Partha Kesuma S, SSTP, M.Si dalam
http://www.biropem.baliprov.go.id tentang E-Government Dalam
Transparansi Sistem Pemerintahan Modern
4. Suhaimi Saputra 27 Maret 2013 dalam http://www.riaupos.co tentang Arti Penting
Komunikasi Bagi Birokrasi Pemerintahan oleh:
15
Download