Kep Ger.Q

advertisement
MAKALAH KEPERAWATAN
Strategi Pencapaian Kesehatan Mental
Untuk Masa Tua yang Sukses
DI SUSUN OLEH :
NAMA : Agung Wahyu Eko P
NIM : (07.40.051)
STIKES KEPANJEN MALANG
PRODI DIII KEPERAWATAN
2009-2010
0
STRATEGI PENCAPAIAN KESEHATAN
MENTAL UNTUK MASA TUA YANG SUKSES
I. Pendahuluan
Beberapa tingkah laku masyarakat yang beraneka ragam mendorong para ahli
Ilmu Psikologi untuk menyelidiki apa penyebab perbedaan tingkah laku orangorang dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu, juga menyelidiki penyebab
seseorang tidak mampu memperoleh ketenangan dan kebahagiaan dalam
kehidupannya. Usaha ini kemudian melahirkan satu cabang termuda dari ilmu
Psikologi, yaitu Kesehatan mental (Mental Hygiene) (Yusak Burhanuddin, 1999:
10).
Kesehatan mental, sebagai disiplin ilmu yang merupakan bagian dari psikologi
agama, terus berkembang dengan pesat. Hal ini tidak terlepas dari masyarakat yang
selalu membutuhkan solusi-solusi dari berbagai problema kehidupan. Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi belum mampu memenuhi kebutuhan ruhani,
bahkan menambah permasalahan-permasalahan baru, seperti kecemasan dengan
kemewahan hidup. Akibat lain adalah rasionalitas teknologi lebih diutamakan
sehingga nilai kemanusiaan diabaikan. Demikian ungkap Sayyid Husain Nasr.
Pada bagian lain, berbagai persoalan hidup yang melanda bangsa Indonesia,
khususnya yang berkaitan dengan krisis multi dimensi di berbagai pelosok
nusantara. Belum tuntas permasalahan ekonomi, muncul konflik berbau Sara, baru
saja meredam pertikaian tersebut, bangsa kita dilanda berbagai bencana, semakin
memperbukuk kondisi mental bangsa ini. Menurut Sururin persoalan kesehatan
mental perlu perhatian serius semenjak adanya asumsi bahwa 2% bangsa Indonesia
terganggu jiwanya.
Di samping itu, adanya perhatian manusia yang besar terhadap kesejahteraan
hidupnya, serta adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya dilakukan
pembinaan kesejahteraan hidup bersama ikut mempercepat perkembangan ilmu
kesehatan mental.
1
II. Kesehatan Mental
A. Pengertian Secara Etimologis dan Terminologis
Secara etimologis, kata “mental” berasal dari kata latin, yaitu “mens” atau
“mentis” artinya roh, sukma, jiwa, atau nyawa. Di dalam bahasa Yunani, kesehatan
terkandung dalam kata hygiene, yang berarti ilmu kesehatan. Maka kesehatan
mental merupakan bagian dari hygiene mental (ilmu kesehatan mental) (Yusak
Burhanuddin, 1999: 9).
Menurut Kartini Kartono dan Jenny Andary dalam Yusak (1999: 9-10), ilmu
kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan mental/jiwa,
yang bertujuan mencegah timbulnya gangguan/penyakit mental dan gangguan
emosi, dan berusaha mengurangi atau menyembuhkan penyakit mental, serta
memajukan kesehatan jiwa rakyat.
Sebagaimana seorang dokter harus mengetahui faktor-faktor penyebab dan
gejala-gejala penyakit yang diderita pasiennya. Sehingga memudahkan dokter untuk
mendeteksi penyakit dan menentukan obat yang tepat. Definisi mereka berdua
menunjukan bahwa kondisi mental yang sakit pada masyarakat dapat disembuhkan
apabila mengetahui terlebih dulu hal-hal yang mempengaruhi kesehatan mental
tersebut melalui pendekatan hygiene mental.
Dalam
perjalanan
sejarahnya,
pengertian
kesehatan
mental
mengalami
perkembangan sebagai berikut :
a. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa
(neurosis dan psikosis).
Pengertian ini terelihat sempit, karena yang dimaksud dengan orang yang
sehat mentalnya adalah mereka yang tidak terganggu dan berpenyakit jiwanya.
Namun demikian, pengertian ini banyak mendapat sambutan dari kalangan psikiatri
(Sururin,2004: 142)
Kembali pada istilah neorosis, pada awalnya kata tersebut berarti
ketidakberesan dalam susunan syaraf. Namun, setelah para ahli penyakit dan ahli
psikologi menyadari bahwa ketidakberesan tingkah laku tersebut tidak hanya
disebabkan oleh ketidakberesan susunan syaraf, tetapi juga dipengaruhi oleh sikap
2
seseorang terhadap dirinya sendiri dan terhadap orang lain, maka aspek mental
(psikologi) dimasukkan pula dalam istilah tersebut.
b. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, dengan orang lain
dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup.
Pengertian ini lebih luas dan umum, karena telah dihubungkan dengan kehidupan
sosial secara menyeluruh. Dengan kemampuan penyesuaian diri, diharapkan akan
menimbulkan ketentraman dan kebahagiaan hidup.
c. Terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa
serta mempunyai kesanggupan untuk mengatasi problem yang biasa terjadi, serta
terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik).
d. Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan
meningkatkan potensi, bakat dan pembawaan semaksimal mungkin, sehingga
membawa kebahagiaan diri dan orang lain, terhindar dari gangguan dan penyakit
jiwa.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang sehat
mentalnya adalah orang yang terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa, maupun
menyesuaikan diri, sanggup menghadapi masalah-masalah dan kegoncangankegoncangan yang bias, adanya keserasian fungsi jiwa, dan merasa bahwa dirinya
berharga, berguna, dan berbahagia serta dapat menggunakan potensi-potensi yang
ada semaksimal mungkin (Sururin,2004: 144).
Kesehatan mental (mental hygiens) adalah ilmu yang meliputi sistem tentang
prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk mempertinggi
kesehatan ruhani (M. Buchori dalam Jalaluddin,2004: 154) Menurut H.C.
Witherington, kesehatan mental meliputi pengetahuan serta prinsip-prinsip yang
terdapat lapangan Psikologi, kedokteran, Psikiatri, Biologi, Sosiologi, dan Agama
(M. Buchori dalam Jalaluddin,2004: 154)
Kesehatan Mental merupakan kondisi kejiwaan manusia yang harmonis.
Seseorang yang memiliki jiwa yang sehat apabila perasaan, pikiran, maupun
fisiknya juga sehat. Jiwa (mental) yang sehat keselarasan kondisi fisik dan psikis
seseorang akan terjaga. Ia tidak akan mengalami kegoncangan, kekacauan jiwa
(stres), frustasi, atau penyakit-penyakit kejiwaan lainnya. Dengan kata lain orang
3
yang memiliki kesehatan mental juga memiliki kecerdasan baik secara intelektual,
emosional, maupun spiritualnya.
B. Pengertian Jiwa (mental) Sebagai Objek Kajian Kesehatan Mental
Di dalam Ensiklopedia Indonesia, Hassan Shadily dkk. (1992: 2787) menulis
bahwa kata “Jiwa” berasal dari kata “Psyche” yang berarti jiwa, pikiran, hidup.
Dalam agama, jiwa merupakan sebagian dari kerohanian manusia, dalam arti
kesanggupan merasakan sesuatu. Suatu makhluk baru dikatakan berjiwa, jika
sanggup mengalami, merasa, berkemauan, dan sebagainya (Hassan Shadily
dkk.,1991: 1597). Jiwa adalah energi mental yang memiliki kekuatan untuk dapat
memotivasi terjadinya proses perilaku yang menjadi bentukan aktivitas yang
dilakukan sehari-hari. (http://id.wikipedia.org/wiki/Jiwa)
Demikianlah pengertian jiwa (mental) secara umum. Di dalam memahami
jiwa ini, penulis teringat dengan unsur-unsur pada struktur jiwa manusia menurut
Sigmund Freud, yakni id, ego,dan super ego (Abdul Mujib,1999: 99). Dan yang
menarik adalah unsur ego dan super ego. Dikatakan demikian karena keduanya
dapat dihubungkan dengan jiwa (mental). Ego dikenal sebagai eksekutif kepribadian
(pengontrol tindakan) yang bersifat rasional-logis. Sedangkan Super ego berperan
dalam penentuan nilai moral suatu tindakan.
Lantas, dimanakah letak hubungannya dengan jiwa?, penulis memahami
bahwa jiwa (mental) cukup rawan mengalami kegoncangan atau ketidakstabilan.
Maka dari itu, jiwa (mental) sangat memerlukan pondasi atau pegangan yang
mampu mengokohkannya bahkan menjadikannya sebagai jiwa yang sehat. Ego dan
super ego sangat berpotensi untuk menjadi penopang dan pendorong jiwa (mental)
ke arah demikian.
Di dalam mengkaji dan memahami Ilmu Kesehatan Mental, jiwa (mental)
yang dijadikan objek kajian ilmu ini tidaklah cukup diartikan sebagai kondisi
kejiwaan manusia yang dikaji dari kesehatan pada jaringan syaraf otak atau secara
fisik saja. Sehingga jika salah satu simpul saraf otak rusak seseorang akan menderita
kelainan jiwa (gila). Sedangkan tidak semua tingkatan gangguan kejiwaan manusia
berakibat gila. Sementara pengertian sakit jiwa adalah kondisi kejiwaan seseorang
yang tidak mampu mengaktualkan tiga potensi dalam dirinya yaitu adaptasi,
regulasi dan interaksi.(http://www.waspada.co.id)
Maka dari itu, jiwa (mental) dalam hal ini adalah pusat kepribadian manusia
yang memiliki kepekaan dalam berinteraksi dengan dirinya sendiri maupun dengan
4
lingkungan di luar dirinya untuk menentukan sikap yang baik dan benar. Ary
Ginanjar Agustian (2002: 65), menggambarkan kondisi mental yang ideal didasari
dari “penjernihan emosi” sehingga memunculkan kecerdasan emosi dan spiritual
(Emotional Spiritual Quotient).
Hal tersebut menunjukkan begitu penting penatatan potensi emosi spiritual
pada masing-masing individu yang berpusat pada sumber spiritual manusia, yaitu
Tuhan. Dengan demikian seseorang akan terbimbing dengan kesadaran pribadi
mengenali energi jiwanya guna meraih ketenangan atau keharmonisan diri.
Melalui pengkajian jiwa (mental) dirinya sendiri, manusia mampu
membimbing dirinya untuk mencintai diri sendiri. Secara fitrah manusia tidak mau
dirinya bobrok dan kacau. Apalagi dirinya disakiti dan merasa ditindas. Semua
orang yang bermental sehat hidup di dunia menginginkan ketenangan dan
kebahagiaan diri bukan sebaliknya. Wajar jika manusia akan membela diri ketika
ada hal-hal yang dapat membahayakan dirinya.
C. Pengertian Jiwa (mental) yang Sehat
Seorang ahli bijak pernah berkata: ''Kesehatan itu mahkota, tak bisa
merasakannya kecuali orang sakit." Nikmat sehat memang menjadi sangat mahal.
Apalah artinya bergelimang kekayaan, rumah mewah dengan jabatan dan kekuasaan
yang tinggi serta anak-anak yang tampan bila tidak disertai nikmat kesehatan.
Karena itulah, semua manusia berlomba untuk mendapatkan nikmat sehat
Di dalam hadis-hadisnya, Rasulullah Saw. menjelaskan kesehatan dan
kestabilan jiwa (mental) seseorang memiliki beberapa indikasi antara lain adanya
rasa aman. Ini disebutkan dalam sabdanya: ''Siapa yang menyongsong pagi hari
dengan perasaan aman terhadap lingkungan sekitar, kondisi tubuh yang sehat, serta
adanya persediaan makanan untuk hari itu, maka seakan-akan dia telah memperoleh
seluruh kenikmatan dunia.'' (HR Tirmidzi).
Pada umumnya pribadi yang normal memiliki mental yang sehat. Demikian
sebaliknya, bagi yang pribadinya abnormal cenderung memiliki mental yang tidak
sehat (Yusak Baharuddin, 1999: 13). Orang yang bermental sehat adalah mereka
yang memiliki ketenangan batin dan kesegaran jasmani.
Untuk memahami jiwa yang sehat, dapat diketahui dari beberapa ciri seseorang
yang memiliki mental yang sehat. Dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada
tahun 1959 memberikan batasan mental yang sehat adalah sebagai berikut :
5
1. Dapat menyesuaikan diri secara konstuktif pada kenyataan meskipun kenyataan
itu buruk banginya.
2. Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya.
3. Merasa lebih puas memberi dari pada menerima.
4. Secara relatif bebas dari rasa tegang dan cemas.
5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling memuaskan.
6. Menerima kekecewaan untuk dipakainya sebagai pelajaran dikemudian hari.
7. Menjuruskan rasa permusuhan kepada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.
8. Mempunyai rasa kasih sayang yang besar.
Kriteria tersebut disempurnakan dengan menambahkan satu elemen spiritual
(agama). Sehingga kesehatan mental ini bukan sehat dari segi fisik, psikologik, dan
sosial saja, melainkan juga sehat dalam art spiritual.
Dan tidak kalah pentingnya adalah mengetahui sekaligus memahami prinsipprinsip dari kesehatan mental itu. Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip kesehatan
mental adalah dasar yang harus ditegakkan orang dalam dirinya untuk mendapatkan
kesehatan mental yang baik serta terhindar dari gangguan kejiwaan. Prinsip-prinsip
tersebut adalah:
1. Gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri (self image)
Prinsip ini dapat dicapai dengan penerimaan diri, keyakinan diri dan kepercayaan
pada diri sendiri. Citra diri positif akan mewarnai pola hidup, sikap, cara pikir dan
corak penghayatan, serta ragam perbuatan yang positif pula.
2. Keterpaduan antara Integrasi Diri. Adanya keseimbangan antara kekuatankekuatan jiwa dalam diri, kesatuan pandangan (falsafah) dalam hidup dan
kesanggupan mengatasi stres (Sururin,2004: 146).
3. Perwujudan Diri (aktualisasi diri)
Inilah proses pematangan diri. Menurut Reiff, orang yang sehat mentalnya adalah
orang yang mampu mengaktualisasikan diri atau mampu mewujudkan potensi yang
dimilikinya, serta memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan cara yang baik dan
memuaskan.
4. Mau menerima orang lain, mampu melakukan aktifitas sosial dan menyesuaikan
diri dengan lingkungan tempat tinggal.
6
5. Berminat dalam tugas dan pekerjaan
Suka pada pekerjaan tertentu walaupun berat maka akan mudah dilakukan
dibandingkan dengan pekerjaan yang kurang diminati.
6. Agama, cita-cita, dan falsafah hidup. Demi menggapai ketenangan dan
kebahagiaan dalam kehidupan.
7. Pengawasan diri
Hal ini dapat dilakukan terhadap keinginan-keinginan dari ego yang bersifat
biologis murni. Sehingga dapat dikendalikan secara sehat dan terarah.
8. Rasa benar dan tanggung jawab. Ini penting bagi tingkah laku.Dengan demikian
muncul rasa percaya diri dan bertanggung jawab penuh atas segala tindakan
sehingga tidak menutup kemungkinan kesuksesan diri akan diraih.
Cara menjaga kesehatan fisik supaya tetap sehat dan kuat, antara lain yaitu:

Memilih jenis makanan sehat (empat sehat lima sempurna), yaitu: tidak makan
sembarangan (teratur), makan yang mengandung kalori, karbohidrat, protein,
mineral, vitamin, susu dan sejenisnya.

Menjaga kebersihan tempat tidur. Tempat tidur merupakan tempat kita
beristirahat dari aktivitas. Dianjurkan apabila hendak tidur agar membersihkan
anggota tubuh seperti kaki, tangan, mulut, dan lain-lain. Tempat tidur yang
tidak bersih dapat menimbulkan penyakit, badan pegal-pegal dan lain-lain.
Kalau tidur dalam keadaan bersih anggota badan kita tentu akan terhindar dari
penyakit. Bangun tidur tubuh menjadi segar. Artinya organ-organ tubuh kita
siap bekerja dan melakukan aktivitas.

Menjaga kebersihan badan. Menjaga kebersihan badan merupakan hal penting
yamg harus di lakukan bila kita menginginkan tubuh tetap sehat. Hal penting
yang terkait dengan kesehatan badan meliputi seluruh anggota tubuh maupun
lingkungan di luar kita seperti lingkungan rumah, halaman, tempat belajar,
kantor dan lain-lain. Agama apapun menuntut kita untuk selalu bersih, karena
kebersihan sebagian dari iman.

Pemeriksaan badan ke Puskesmas atau dokter untuk menjaga kesehatan fisik
antara lain: pemeriksaan mata, gigi dan lain-lain. Gigi dan mata merupakan
organ yang sangat fundamental untuk kesehatan badan secara keseluruhan.
7
Selain itu gigi sebagai daya tarik pemikat senyum, harus di periksa dan di
rawat sebaik-baiknya. Hal ini juga dapat menambah percaya diri.
Cara memiliki dan menjaga kesehatan mental yang tangguh.
Keberhasilan seseorang dalam melakukan atau mencapai sesuatu sangat banyak
dipengaruhi bagaimana ia mampu menjaga kesehatan fisik dan mental sebaikbaiknya (seimbang). Kesehatan fisik dan mental seseorang menjadi satu kesatuan
penting dan tidak terpisahkan dalam setiap aspek kehidupan untuk dapat melakukan
dan mencapai sesuatu secara optimal.
Untuk itu setiap orang agar memilki kemampuan menghadapi persoalan atau
masalah hendaknya;
1. Menerima dan mengakui dirinya sebagaimana adanya.
2. Tekun beribadah dan berakhlak mulia.
3. Bersikap sportif.
4. Percaya diri.
5. Memiliki semangat atau motivasi.
6. Tidak takut menghadapi tantangan dan berusaha terus untuk mengatasinya
(hal positif).
7. Terbuka.
8. Tenang, tidak emosi
bila menghadapi masalah (pikirkan dengan kepala
dingin).
9. Banyak bergaul dan bermasyarakat (bergaul yang positif).
10. Bangun komunikasi yang baik dengan orang tua, teman, guru, dosen, atasan,
dan lain-lain.
11. Banyak latihan mengendalikan diri, seperti tidak pemarah, tidak cemas,
berpikir positif, mudah memaafkan dan lain-lain.
12. Membiasakan diri untuk selalu peduli dengan lingkungan dan orang lain.
13. Demikianlah tips untuk bisa hidup sehat fisik dan mental. Sebaiknya kita
mencobanya kemudian membiasakannya dalam kehidupan sehari-hari. Tubuh
kita yang sehat harus diimbangi dengan mental yang kuat. Mental yang kuat
itupun harus dilatih secara rutin.
8
III. PENUTUP
Kesimpulan
Setelah dipaparkan beberapa pengertian seputar kesehatan mental, dapat
diketahui bersama bahwa sebenarnya kesehatan mental selain sebagai salah satu
cabang ilmu Psikologi termuda, juga berfungsi sebagai alat solusi dari beragam
permasalahan kesehatan kejiwaan pada masyarakat. Melalui pendekatan Mental
Hygiene inilah penyakit jiwa (mental) dapat terdeteksi dan ada harapan untuk
disembuhkan.
Sedangkan menurut definisi umum, kesehatan mental adalah kondisi kejiwaan
manusia yang harmonis yang memungkinkan perkembangan fisik, mental dan
intelektual yang optimal dari seseorang serta perkembangan tersebut berjalan selaras
dengan orang lain.
Kesehatan jiwa juga merupakan perasaan sehat dan berbahagia mampu
mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan
mempunyai sikap positip terhadp diri sendiri dan orang lain.
Ciri-ciri sehat jiwa yakni menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu
menghadapi stress kehidupan yang wajar, dapat berperan serta dalam lingkungan
hidupnya, menerima baik yang ada pada dirinya dan mampu bekerja produktif dan
memenuhi kebutuhan hidupnya serta merasa nyaman bersama orang lain.
9
REFERENSI
Abdul Aziz el Quussy, Ilmu Jiwa : Prinsip-prinsip dan Implementasinya dalam
Pendidikan, Jakarta: Bulan Bintang, 1976
Abdul Mujib, Fitrah & Kepribadian Islam: Sebuah Pendekatan Psikologis, Jakarta:
Darul Falah,1999.
Ary Ginanjar Agustian,. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan
Spiritual (ESQ: Emotional Spiritual Quotient). Jakarta: Arga Wijaya Persada, 2002
Hassan Shadily dkk., Ensiklopedia Indonesia, Jakarta: PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve,
1991
Jalaluddin, Psikologi Agama. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004.
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004
Yusak Burhanuddin, Kesehatan Mental, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999
www.republika.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Jiwa
10
Download