SKRIPSI ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN MASKOKI

advertisement
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
SKRIPSI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS
GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN
Oleh:
AMALIA HAPSARI
SIDOARJO–JAWA TIMUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
SKRIPSI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS
GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN
Oleh:
AMALIA HAPSARI
SIDOARJO–JAWA TIMUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
N a m a
: Amalia Hapsari
N I M
: 141011059
Tempat, tanggal lahir : Sidoarjo, 30 Januari 1992
: Delta Sari Indah Blok O/69 Waru Sidoarjo
Alamat
Judul Skripsi
: Identifikasi dan Isolasi Fungi pada Ikan Maskoki
(Carassius auratus) di Bursa Ikan Hias Gunung Sari Surabaya,
Jawa Timur
Pembimbing
: 1. Rahayu Kusdarwati, Ir. M. Kes
2. Ir. Sudarno, M. Kes
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa hasil tulisan lapporan skripsi yang saya
buat adalah murni hasil karya saya sendiri (bukan plagiat) yang berasal dari Dana
Penelitian : Pribadi. Di dalam skripsi / karya tulis ini tidak terdapat keseluruhan
atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara
menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau symbol yang saya aku
seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada
penulis aslinya, serta kami bersedia :
1. Dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Fakultas
Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga;
2. Memberikan ijin untuk mengganti susunan penulis pada hasil tulisan
skripsi / karya tulis saya ini sesuai dengan peranan pembimbing skripsi;
3. Diberikan sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga,
termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh (sebagai
diatur di dalam Pedoman Pendidikan Unair 2010/2011 Bab, XI pasal 38 42), apabila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan
tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain yang seolah-olah hasil
pemikiran saya sendiri.
Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari
siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
Surabaya, 3 Oktober 2014
Yang membuat pernyataan,
Amalia Hapsari
NIM. 141011059
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
RINGKASAN
AMALIA HAPSARI. Isolasi dan Identifikasi Fungi pada Ikan Maskoki
(Carassius auratus) di Bursa Ikan Hias Gunung Sari Surabaya, Jawa Timur
Dosen Pembimbing Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes dan Ir. Sudarno, M,Kes
Ikan maskoki (Carassius auratus) merupakan ikan hias air tawar yang
banyak ditemukan di Indonesia salah satunya daerah Jawa Timur. Ikan Maskoki
memiliki beberapa keunggulan diantaranya dapat dijadikan ikan hias yang jinak,
dan memiliki warna yang indah dan bentuk tubuh unik. Salah satu penyakit yang
berbahaya bagi kegiatan budidaya adalah fungi. Mendefinisikan penyakit sebagai
suatu keadaan atau sakit yang disebabkan oleh organisme patogen, yaitu parasit,
virus, bakteri, dan fungi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis
fungi yang menginfeksi ikan Maskoki di Bursa Ikan Hias Gunung Sari Surabaya,
Jawa Timur.
Metode penelitian ini adalah survey. Parameter utama yang diamati dalam
penelitian ini adalah jenis fungi yang menginfeksi ikan maskoki di Bursa Ikan
Hias Gunung Sari Surabaya, Jawa Timur. Sedangkan sebagai parameter
temperatur, amonia, dan Oksigen terlarut yang diukur selama kegiatan
pengambilan sampel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 25 sampel ikan yang diambil
dari 6 lokasi, 11 ekor ikan positif terinfeksi fungi. Fungi tersebut adalah
Aspergillus flavus, Aspergillus niger, Penicillium glabrum, Saprolegnia. Perlu
dilakukan penelitian mengenai tingkat patogenitas dari masing-masing spesies
fungi sehingga diperoleh data yang dapat digunakan untuk melakukan
pencegahan.
SUMMARY
Amalia Hapsari. Isolation and Indentification of Fungi on The Gold fish
(Carassius auratus) in the fish market Gunung sari Surabaya East Java.
Academic advisors Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes and Ir. Sudarno, M,Kes.
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
The gold fish (Carassius auratus) is one of ornamental fresh water fish in
indonesia, specially in east java. The gold fish is benign fish and it has beauty
color and unique body. The fungi is one of the problem in fish culture. Obsereved,
parasite, virus, bacteria and fungi are the organism pathogen which can spread the
diseases.
The purpose of this research if to identify the species of fungi that infected
the gold fish in fish market Gunung Sari Surabaya East Java. The survey method
is used in this research. The parameter is fungi that infected the gold fish in fish
market Gunung Sari Surabaya, East Java. The temperate, amonia and dissolved
oxygent are noted when sampling. The results were 25 fish sample from 6
location, 11 samples were positive infected by fungi. The fungus are Aspergillus
flavus, Aspergillus niger, Penicillium galbrum, Saprolegnia. It needs more study
about the pathogenecity every spesies in order to obtain data that can be used for
control.
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rakhmat dan hidayahnya, sehingga Skripsi dengan judul “ Isolasi dan
Identifikasi Fungi pada Ikan Maskoki di Bursa Ikan Hias Gunung Sari Jawa
Timur” ini dapat terselesaikan. Hasil disusun berdasarkan Penelitian yang
dilaksanakan di Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan Kelas I Surabaya I Sidoarjo pada tanggal 11 – 28 Agustus 2014.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan Hasil Penelitian Skripsi selanjutnya. Penulis berharap semoga
Skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi bagi semua pihak guna
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang perikanan. Akhir kata
penulis mengucapkan terimakasih.
Surabaya, 23 September 2014
Penulis
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini, tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Sri Subekti B, S., drh., DEA. Selaku Dekan Fakultas dan
dosen penguji, Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.
2. Ibu Rahayu Kusdarwati, Ir. M. Kes dan Bapak Ir. Sudarno, M. Kes selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, petunjuk dan
bimbingan sejak penyusunan usulan hingga selesainya penyusunan Hasil
Penelitian Skripsi ini.
3. Bapak Agustono, Ir., M..Kes. dosen penguji yang telah memberikan
arahan dalam penulisan Hasil Penelitian Skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Hari Suprapto., dosen penguji yang telah memberikan
arahan dalam penulisan Hasil Penelitian Skripsi ini.
5. Kedua orang tua saya tercinta, Alm. Bapak Ir. Hasto Sunako dan Ibu Ami
Samiagustini, terimaksih atas doa yang tulus, semangat yang kuat dan
kerja kerasnya yang menjadi motivasi terbesar saya dalam menyelesaikan
Hasil Penelitian Skripsi ini.
6. Bapak Yusuf Arif Wahyudi, S. St.Pi. terima kasih telah membimbing saya
selama melakukan penelitian di Laboratorium Balai Karantina Ikan kelas I
Juanda.
7. Rendi Ardiyaksa, terimakasih atas dukungan dan semangatnya untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
8.
Semua teman-teman Budidaya Perairan khususnya angkatan 2010, Sinta,
Mentari, Shasa, Devi, Rahma, Sari, Catur, Dhanik, Maya, Fifit, Mega,
Oktan, Sofie, Arlisa yang selalu memberikan bantuan, dukungan dan
semangat.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan maupun
penyelesaian skripsi ini.
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR ISI
Halaman
Ringkasan ......................................................................................................... iv
Sumarry ........................................................................................................... v
Kata Pengantar ................................................................................................. vi
Ucapan Terimakasih......................................................................................... vii
Daftar Isi........................................................................................................... ix
Daftar Gambar .................................................................................................. xi
Daftar Lampiran ............................................................................................... xii
Pendahuluan ......... ................................................................................... 1
I.
II.
1.1 Latar Belakang .................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................
2
1.3 Tujuan .......... ...................................................................................
3
1.4 Manfaat ........ ...................................................................................
3
Tinjauan Pustaka .. ...................................................................................
4
2.1 Ikan Mas Koki ..................................................................................
4
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi. .....................................................
4
2.1.2 Habitat ...................................................................................
5
2.2 Fungi ............ ...................................................................................
6
2.2.1 Morfologi Fungi ......................................................................
6
2.2.2 Reproduksi Fungi ....................................................................
8
2.2.3 Fungi pada Ikan .......................................................................
8
2.3 Pemeriksaan Fungi pada Ikan.. ........................................................
15
2.4 Identifikasi Fungi .............................................................................
16
III. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ........................................................
17
3.1 Kerangka Konseptual .......................................................................
18
IV. Metodologi Penelitian ................................................................................
19
4.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ......................................................
19
4.2 Materi Penelitian ..............................................................................
19
4.2.1 Alat Penelitian.......................................................................... 19
4.2.2 Bahan Penelitian....................................................................... 19
4.3 Metodologi Penelitian………………………………………………. 20
4.3.1 Rancangan Penelitian...............................................................
Skripsi
20
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
4.3.2 Prosedur Penelitian................................................................... 20
4.3.3 Parameter Penelitian................................................................. 23
4.3.4 Analisis Data............................................................................
23
V. Hasil dan Pembahasan.................................................................................
24
5.1 Hasil Penelitian .................................................................................
24
5.1.1 Identifikasi Fungi..................................................................... 24
Skripsi
5.1.2 Nilai Kualitas Air.....................................................................
31
5.2 Pembahasan.......................................................................................
31
VI. Kesimpulan dan saran ..............................................................................
35
6.1 Kesimpulan ......................................................................................
35
6.2 Saran .................................................................................................
35
Daftar Pustaka ..................................................................................................
36
Lampiran ........................................................................................................
41
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Ikan Maskoki (Carassius auratus) ...............................................
5
2. Hifa Fungi ............ .......................................................................
8
11
3. Saprolegnia ........... .......................................................................
4. Aspergilus flavus ………………………………………………… 12
14
5. Aspergilus niger ... .......................................................................
6. Kerangka Konsteptual....... ............................................................
18
26
7. Koloni Aspergilus flavus......... .....................................................
8. Bagian-bagian Aspergilus flavus....... ...........................................
27
28
9. Koloni Aspergilus niger.......... ......................................................
10. Bagian-bagian Aspergilus niger........... .......................................
29
11. Koloni Saprolegnia......................................................................
31
32
12. Bagian-bagian Saprolegnia...... ...................................................
13. Penicillium glabrum............... .....................................................
33
14. Bagian-bagian Penicillium............ ..............................................
34
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Alat dan Bahan .............................................................................. .......... 45
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha perikanan di Indonesia saat ini telah berkembang dengan pesat terutama
dalam bidang budidaya, baik sektor ikan hias maupun, konsumsi (Lingga dan
Susanto, 2003). Indonesia memiliki perairan tawar yang sangat luas dan
berpotensi besar untuk usaha budidaya berbagai jenis ikan. Ikan hias air tawar
merupakan salah satu alternatif usaha untuk menjalankan perekonomian yang
banyak menghasilkan devisa.
Usaha budidaya ikan tidak terlepas dari masalah penyakit dan fungi pada ikan.
(Handajani dan Samsundari, 2005) mendefinisikan penyakit sebagai suatu
keadaan atau sakit yang disebabkan oleh organisme patogen, yaitu parasit, virus,
bakteri, dan fungi maupun faktor-faktor lain seperti pakan dan kondisi lingkungan
yang buruk. Penyakit merupakan salah satu masalah yang penting dalam budidaya
ikan.
Ikan maskoki merupakan ikan hias air tawar yang banyak ditemukan di
Indonesia salah satunya yaitu daerah Jawa Timur. Ikan maskoki memiliki
beberapa keunggulan diantaranya dapat dijadikan ikan hias yang jinak, dan
memiliki warna yang indah dan bentuk tubuh unik. Selain itu ikan maskoki
mudah dipelihara.
Salah satu penyakit yang menjadi masalah dalam budidaya ikan adalah
penyakit mikosis yang disebabkan oleh fungi (Dana dan Angka, 1990). Menurut
(Dana dan Angka, 1990) infeksi yang disebabkan oleh fungi dapat menyerang
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
telur, larva, tokolan (juvenil) dan ikan dewasa. Pada ikan yang terinfeksi terlihat
adanya sekumpulan hifa di bagian kepala, operkulum dan sirip. Ikan yang
terinfeksi menjadi kurus dan menggosokkan badan pada benda lain. Gejala yang
dapat dilihat secara klinis adalah adanya benang halus menyerupai kapas yang
menempel pada telur atau luka pada bagian eksternal ikan. Selain itu, perubahan
warna sirip dan tubuh ikan menjadi merah. Fungi tersebut dengan cepat menular
kepada ikan lain yang berada dalam satu kolam. Sehingga penyebarannya
semakin cepat dan berpotensi kerugian yang cukup besar bagi pembudidaya dan
pedagang ikan Maskoki.
Bursa ikan hias di Gunung Sari Surabaya merupakan sentra ikan hias yang
terbesar di Surabaya dan komoditas ikan hias terbanyak adalah ikan maskoki. Ikan
maskoki merupakan salah satu komoditas yang mudah terserang penyakit yaitu
parasit dan fungi sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis
fungi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.
Jenis fungi apa saja yang dapat diisolasi dan diidentifikasi dari ikan
maskoki (Carassius auratus) di bursa ikan hias Gunung Sari Surabaya?
2.
Apakah terdapat jenis fungi yang berpotensi menyebabkan penyakit pada
ikan maskoki (Carassius auratus) di bursa ikan hias Gunung Sari
Surabaya?
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
1.3 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini yaitu:
1.
Untuk mengetahui jenis fungi apa saja yang menginfeksi ikan maskoki
(Carassius auratus) di bursa ikan hias Gunung Sari Surabaya?
2.
Untuk mengetahui jenis fungi apa saja yang berpotensi menyebabkan
penyakit pada ikan maskoki (Carassius auratus) di bursa ikan Gunung
Sari Surabaya?
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini yaitu dapat dijadikan
data untuk melakukan pencegahan penyebaran fungi yang menyerang ikan
maskoki (Carassius auratus) di bursa ikan hias Gunung Sari Surabaya dan dapat
dijadikan pertimbangan untuk kegiatan pengobatan bagi ikan yang terinfeksi agar
para pedangang dan pembudidaya ikan tidak mengalami kerugian yang besar
akibat infeksi fungi tersebut.
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Maskoki
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi
Ikan maskoki (Carassius auratus) merupakan salah satu jenis ikan dari
famili Cyprinidae. Klasifikasi ikan maskoki adalah sebagai berikut (Yanovsky,
1967) :
Kingdom
Phylum
Subphylum
Class
Ordo
Famili
Genus
Spesies
: Animalia
: Chordata
: Vertebrata
: Actinopterygii
: Cypriniformes
: Cyprinidae
: Carassius
: Carassius auratus
Secara umum ikan maskoki memiliki bentuk tubuh pendek dan bulat, mata
lebar dan besar, di sisi tubuhnya terdapat gurat sisi dan mempunyai lembaran
insang (Yanovsky, 1967). Di bagian hidung maskoki terdapat tunas pembau yang
tidak berhubungan dengan organ pernafasan. Secara umum ikan maskoki
mempunyai sirip lengkap yang berfungsi sebagai alat gerak dan keseimbangan
yaitu sirip dada (pectoral fin), sirip perut (ventral fin), sirip dubur (anal fin), sirip
ekor (caudal fin) dan sirip punggung (dorsal fin). Sirip perut dan sirip dada
bekerja sama dengan gelembung udara sebagai control terhadap gerakan ke atas
dan ke bawah (Yanovsky, 1967).
Ikan maskoki memiliki sisik berderet rapi, mengkilap dan menutupi tubuh.
Warnanya cukup menarik dan variatif, umumnya sisik ikan maskoki berwarna
metalik merah, kekuning-kuningan. Warna sisik ditentukan oleh banyak
sedikitnya pigmen-pigmen guanine yang terkandung dalam sisik ikan maskoki.
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Pada beberapa ikan maskoki, bagian atas kepala dan pipinya tampak
ditumbuhi tumpukan otot tebal lensa mata pada ikan maskoki tidak dapat
berkontraksi luas sehingga jarak pandang terbatas (Yanovsky, 1967). Kondisi
tersebut menyebabkan ikan maskoki hanya mengandalkan indra penciuman dalam
mencari makan. Gambar morfologi ikan Maskoki dapat dilihat pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 : Morfologi ikan maskoki (Yanovsky, 1967)
2.1.2 Habitat
Ikan maskoki seperti halnya ikan air tawar lainnya yang bersifat
eurythermal, dapat hidup pada kisaran suhu 0-350C, sedangkan suhu optimal
untuk melakukan aktifitas dan makan berkisar antara 20-300C. Secara alami, ikan
maskoki menyukai habitat kolam berlumpur, waduk, sungai dan danau (Wheeler
1975).
2.2 Fungi
Fungi merupakan organisme eukariota yang digolongkan ke dalam
kelompok cendawan sejati. Dinding sel fungi terdiri atas kitin, sel fungi tidak
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
mengandung klorofil. Fungi mendapat makanan secara heterotrof dengan
mengambil makanan dari bahan organik. Bahan organik di sekitar tempat
tumbuhnya diubah menjadi molekul sederhana dan diserap langsung oleh hifa,
oleh karena itu fungi tidak seperti organisme heterotrof lainnya yang menelan
makanan kemudian mencernanya sebelum diserap (Post, 1987).
Fungi merupakan organisme heterofilik yang merupakan senyawa organik
untuk nutrisinya (Pelezar dan Chan, 1986). Bersifat heterotrof, menyerap nutrien
melalui dinding selnya dan mengekskresikan enzim ekstraseluler ke lingkungan,
menghasikan spora atau konidia dan melakukan reproduksi seksual ataupun
aseksual (Sigler 1983).
Fungi memerlukan oksigen untuk hidupnya (bersifat aerobik). Habitat
(tempat hidupnya) fungi terdapat pada air dan tanah. Cara hidupnya bebas atau
bersimbiosis, tumbuh sebagai saprofit atau parasit pada tanaman, hewan dan
manusia (Sigler 1983).
2.2.1 Morfologi Fungi
Badan vegetatif fungi yang tersusun dari filamen-filamen disebut thallus,
yang pada dasarnya terdiri atas dua bagian yaitu miselium dan spora. Miselium
merupakan kumpulan beberapa filamen yang disebut sebagai hifa (Dixon et. al
1991).
Bagian terpenting dari fungi adalah hifa, karena hifa berfungsi menyerap
nutrien dari lingkungan serta membentuk struktur untuk reproduksi. Hifa
merupakan struktur fungus berbentuk tabung menyerupai seuntai benang panjang
yang terbentuk dari pertumbuhan spora atau konidia. Hifa yang sudah bisa
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
bereproduksi mempunyai ukuran tebal berkisar 100-150 µm. Hifa dewasa
mempunyai tambahan bahan pada dinding selnya, yaitu melanin dan lipid (Sigler,
1983).
Berdasarkan fungsinya dibedakan dua macam hifa, yaitu hifa fertil dan
hifa vegetatif. Hifa fertil adalah hifa yang dapat membentuk sel reproduksi atau
spora. Apabila hifa tersebut arah pertumbuhannya keluar dari media disebut hifa
udara. Hifa vegetatif adalah hifa yang berfungsi untuk menyerap makanan dari
substrat. Berdasarkan bentuknya dibedakan lagi menjadi dua macam hifa, yaitu
hifa tidak bersepta dan hifa bersepta. Hifa yang tidak bersepta merupakan ciri
fungi yang termasuk phycomycetes (fungi tingkat rendah). Hifa ini merupakan sel
yang memanjang, bercabang, terdiri dari sitoplasma dengan banyak inti
(senositik). Hifa yang bersepta merupakan ciri dari fungi tingkat tinggi atau yang
termasuk Eumycetes (Summerbell, 1988). Hifa fungi dapat dilihat pada Gambar
2.2.
Gambar 2.2. Hifa Fungi (Moser and Greer, 1998)
Keterangan : a. Hifa tidak bersepta
b. Hifa bersepta
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
2.2.2 Reproduksi Fungi
Fungi yang telah dewasa akan membentuk struktur untuk melakukan
reproduksi agar spesiesnya menyebar dan tidak punah (Weitzman, 1991). Fungi
bereproduksi secara aseksual dan seksual. Kebanyakan fungi memproduksi spora.
Spora merupakan unit transmisi primer. Reproduksi secara aseksual (biasa disebut
sebagai reproduksi vegetatif) yang tidak melibatkan sel lain (Post, 1987).
Reproduksi secara aseksual membentuk karpus yang di dalamnya mengandung
hifa fertil yang menghasilkan spora atau konidia (Weitzman, 1991). Sedangkan
reproduksi secara seksual, spora yang dihasilkan dari pelebaran dua nucleus dari
induknya (Pelezar dan Chan, 1986).
2.2.3 Fungi pada Ikan
Infeksi fungi umumnya terjadi jika ikan mendapat luka baik secara
mekanik maupun infeksi oleh parasit yang lain. Beberapa jenis fungi yang
digolongkan pathogen karena dapat menimbulkan kematian pada ikan antara lain
Ichthyophonus hoferi, Aphanomyces invandans, Branchiomyces sanguinis, Achlya
rasemosa (Hoog, 1983).
Kematian ikan yang terinfeksi fungi terjadi karena kualitas air yang buruk.
Seperti tingginya bahan organik, fluktuasi, suhu dan pH. Keadaan tersebut dapat
memicu tumbuhnya fungi. Kasus kematian ikan air tawar di Eropa yang mencapai
30-50% dari populasi yang disebabkan oleh Branchiomyces sanguinis (Post
1987). Selain itu kasus penyakit EUS (Epizootic Ulcelarative Syndrome) yang
disebabkan oleh fungi Aphanomyces menyebabkan luka dan menyebabkan
kematian pada ikan (Lilley et al, 1992). Fungi tersebut tidak hanya menyebabkan
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
kerugian bagi para pedagang tetapi menyebabkan ikut terinfeksinya ikan yang
sehat.
Fungi tersebut menyerang ikan air tawar seperti, ikan maskoki, ikan nila,
ikan gurami, ikan patin, ikan lele, dan belut. Berikut spesifikasi dari fungi
tersebut:
1. Saprolegnia parasitica
Menurut Bruno and Wood (1994), klasifikasi Fungi Saprolegnia
parasitica adalah sebagai berikut :
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Species
: Oomycota
: Oomycotea
: Saprolegniales
: Saprolegniaceae
: Saprolegnia
: Saprolegnia sp
Saprolegnia sp merupakan infeksi fungi pada ikan dan telur ikan yang
berasal dari famili Saprolegniaceae. Penyakit yang disebabkan oleh fungi
Saprolegnia parasitica adalah Saprolegniasis. Semua ikan dan telur ikan di
perairan tawar dan payau berpotensi terinfeksi saprolegniasis (Post, 2007).
Saprolegnia sp merupakan fungi yang menyerang bagian tubuh ikan yang
terluka dan dalam beberapa waktu akan menyebar pada jaringan
sehat lainnya.
Infeksi Saprolegnia biasanya berkaitan dengan kondisi kualitas air yang buruk,
seperti sirkulasi air rendah, kadar oksigen terlarut rendah, kadar amonia tinggi dan
kadar bahan organik tinggi (Post, 2007).
Ciri makroskopis Saprolegnia sp ditandai dengan munculnya sesuatu
seperti kapas, berwarna putih, terkadang dengan kombinasi kelabu dan coklat,
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
pada kulit, sirip, insang, mata atau telur ikan (Dana dan Angka, 1990).
Identifikasi fungi diperlukan untuk mendiagnosis suatu penyakit yang
disebabkan oleh fungi. Saprolegnia sp merupakan fungi bercabang yang hifanya
tidak
bersepta.
Fungi
tersebut
bereproduksi
secara
aseksual
dimana
zoosporangium lengkap yang ujung dari hifanya fertil (Post, 1987). Pengamatan
Saprolegnia parasitica secara mikroskopis di bawah mikroskop menunjukkan hifa
transparan (hialin), bercabang, tidak bersepta dan hifa berukuran besar dengan
ukuran 7-50 µm (Dewi, 2011). Zoospora Saprolegnia parasitica dapat dilihat
pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Saprolegnia (Alexopoulos, 1979)
Saprolegnia parasitica merupakan fungi yang berfilamen, organisme tidak
bersekat koenositik yang hidup pada habitat air tawar dan untuk mendapatkan
makanan mereka hidup secara saprofit atau parasit. Ciri lain yang dimiliki oleh
Saprolegnia parasitica adalah memiliki sporangium yang berdiameter 100 lebih
lebar dari hifanya. Miseliumnya berkembang di dalam substrat, sedangkan yang
terlihat di luar substrat berfungsi untuk perkembangbiakan. Jika diamati fungi ini
dengan mikroskop, di bagian ujung miseliumnya akan tampak sporangium yang
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
menghasilkan zoospora. Fungi ini dapat tumbuh pada suhu 0-350C, dengan
pertumbuhan optimal 15-300C (Dewi, 2011).
Terjadinya infeksi tergantung pada suhu air dan kondisi ikan. Infeksi bisa
mencapai 40 atau 50% dari permukaan tubuh ikan, insang, dan mata. Degenerasi
jaringan yang dihasilkan dari infeksi fungi dapat mengganggu keseimbangan
osmotik ikan. Ikan yang sakit menjadi semakin lemah dan kehilangan
keseimbangan sesaat sebelum kematian. Mortalitas ikan dapat mencapai 10-15%
dari populasi (Graham, 2005).
2. Aspergillus Flavus
Menurut Samson and Pitt (2000), klasifikasi Aspergillus Flavus adalah
sebagai berikut :
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
: Ascomycota
: Eurotiomycetes
: Eurotiales
: Trichocomaceae
: Aspergillus
: Aspergillus flavus
Secara mikroskopis Aspergillus flavus memiliki ciri-ciri yaitu, memiliki
konidiofor yang panjang, vesikel dan konidia yang berbentuk bulat. Hal ini sesuai
dengan Koneman et al. (1992) yang menyatakan bahwa Aspergillus flavus
memiliki konidiofor yang panjang 400-800 µm, phialids berada di atas vesikel dan
memiliki konidia yang bulat, halus atau kasar. Bagian-bagian Aspergillus flavus
secara mikroskopis dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Gambar 2.4. Aspergillus flavus (Alexopaulus dan Mims 1979)
Aspergillus flavus merupakan fungi yang menghasilkan aflatoksin.
Aflatoksin merupakan toksin yang terdapat pada pakan ikan yang apabila
terkonsumsi menyebabkan ikan tersbut dapat terinfeksi. Salah satu jenis aflatkosin
yang menimbulkan masalah serius pada akuakultur adalah aflatoksin B1 (AFB1).
(Weitzman, 1991).
Aflatoksin yang terdapat pada ikan dapat menyebabkan pertumbuhan ikan
menjadi terganggu (Effiong and Alatise, 2009). Gejala klinis ikan yang terinfeksi
antara lain, insang pucat, sistem peredaran darah terganggu, sisterm kekebalan
menurun, anemia, petumbuhan terganggu dan kurangnya berat badan dan efek
jangka panjang menyebabkan tumor dan gangguan pada hati yang berakibat
tingginya mortalitas ikan (Russo and Yanog, 2010).
3. Aspergillus niger
Menurut Zhao et al. (2009), klasifikasi Aspergillus niger adalah sebagai
berikut :
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
Skripsi
: Ascomycota
: Eurotiomycetes
: Eurotiales
: Trichomaceae
: Aspergillus
: Aspergillus niger
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Secara mikroskopis Aspergillus niger memiliki ciri-ciri yaitu, memiliki
konidiofor yang transparan serta konidia yang berwarna hitam kecoklatan serta
sporangium yang berbentuk bulat dan berwarna hitam. Hal ini sesuai dengan
Larone (2002) yang menyatakan bahwa Aspergillus niger memiliki konidifor
yang panjangnya 400-3000 µm, halus dan berwarna hitam, memiliki vesikel yang
berbentuk bulat dengan diameter 30-75 µm, memiliki konidia yang berwarna
coklat sampai hitam, kasar dan bulat dengan diameter 5-7 µm. Bagian-bagian
Aspergillus niger secara mikroskopis dapat dilihat pada Gambar 2.5.
40µ
mµm
Gambar 2.5. Aspergillus niger (Irkin,
µ et al., 2007)
Aspergillus niger merupakan merupakan fungi yang habitatnya di insang
dan sisik ikan. Sebagian besar ikan yang diisolasi terinfeksi spesies Aspergillus
niger yang sebagian besar memproduksi substansi mikotoksik (Wogu and Lyayi,
2011). Mikotoksik yang diproduksi oleh Aspergillus niger adalah oxalic acid dan
kojic acid yang merupakan mikotoksin yang bersifat akut. Pada kasus tumbuhan
yang terinfeksi Aspergillus niger dapat mengalami kebusukan yang menyebabkan
perubahan tekstur, bentuk, warna serta mengeluarkan bau busuk. Keadaan
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
lingkungan yang tidak terkontrol merupakan faktor yang memicu pertumbuhan
Aspergillus niger (Summerbell and Kane 1988).
Tidak hanya merugikan ikan dan tumbuhan, Aspergillus niger merupakan
salah satu fungi yang mempunyai nilai ekonomis. Aspergillus niger diketahui
sebagai penghasil asam sitrat terbaik yang banyak digunakan di industri. Seperti
penggunaan asam sitrat pada industri pangan dan minuman karena daya larut
besar, toksisitas rendah serta memiliki rasa yang lembut (Summerbell and Kane
1988).
2.3 Pemeriksaan Fungi pada Ikan
a) Metode Slide Culture
Pengamatan isolat fungi dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama
yaitu, pengamatan fungi secara makroskopis yang meliputi pengamatan terhadap
warna dan bentuk koloni. Tahap kedua yaitu, pengamatan secara mikroskopis
yang dilakukan dengan membuat slide preparation. Salah satu metode yang
digunakan adalah slide culture yang meliputi pengamatan terhadap bentuk hifa,
bentuk spesies fungi, dan ukuran spora (Balai karantina Ikan, 2011c).
Metode slide culture dimulai dengan menyiapkan cawan petri yang diisi
dengan kapas dan dibasahi dengan air secukupnya. Dua buah tusuk gigi
diletakkan pada bagian pinggir kapas yang sudah di basahi dan object glass
diletakkan di atas tusuk gigi tersebut. Media SDA (Saboraud Dextrose Agar) yang
baru dipotong dengan ukuran lebih kecil dari ukuran cover glass dan diletakkan di
atas object glass. Fungi yang terdapat pada media SDA yang telah disiapkan pada
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
object glass serta tutup dengan cover glass. Cawan petri tersebut diinkubasi pada
suhu ruangan selama kurang lebih empat hari atau sampai tumbuh fungi. Setelah
empat hari atau sampai fungi tumbuh amati fungi yang tumbuh di atas mikroskop
dengan cara meneteskan Lactophenol cotton Blue pada object glass sebanyak satu
tetes kemudian cover glass yang sudah di tumbuhi fungi diletakkan pada object
glass tersebut dan diamati di bawah mikroskop dan fungi tersebut sudah dapat
untuk diidentifikasi (Balai Karantina Ikan, 2011c).
b) Metode Heinrich’s
Selain metode slide culture, terdapat metode lain yang dapat digunakan
untuk proses pengamatan fungi yaitu metode Heinrichn’s. Metode ini dimulai
dengan mempersiapkan peralatan. Peralatan yang digunakan harus dalam keadaan
steril. Pertama-tama di siapkan object glass, cover glass, tissue basah yang
dimasukkan dalam cawan dan disterilkan dengan autoklaf. Setelah selesai
sterilisasi diberikan lilin (paraffin petrolatum) steril pada sebelah kiri dan kanan
tempat yang akan ditutup cover glass. Tutup dengan cover glass lalu diteteskan
suspensi spora fungi dalam media cair pada media cover glass yang tidak diberi
lilin. Berikan sampai setengah luasan cover glass. Cover glass ditekan sampai
media merata. Inkubasi pada suhu kamar selama 3x24 jam. Preparat diambil dan
diamati di bawah mikroskop (Pradhika, 2008). Identifikasi merupakan
membandingkan isolat yang belum diketahui dengan taksa yang ada untuk
menetapkan identitasnya (Weitzman, 1991).
2.4 Identifikasi Fungi
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Identifikasi dilakukan setelah fungi yang diisolasi tumbuh. Karakteristik
tersebut digunakan sebagai dasar untuk mengklasifikasikan fungi. Karakteristik
makroskopi, bentuk koloni, warna dari permukaan fungi (Murray, 2007).
Klasifikasi fungi sangat dibutuhkan untuk mendiagnosis penyakit ikan yang
disebabkan oleh fungi. Klasifikasi bisa berdasarkan siklus hidup, morfologi hifa,
unit reproduksi dan tipe spora yang dihasilkan. Klasifikasi dari fungi berdasarkan
nomenklatur dan taksonomi. Taksonomi individual berdasarkan hasil interpretasi
morfologi, psikologi dan informasi genetik (Post, 1987).
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
III KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 KERANGKA KONSEPTUAL
Berkembangnya budidaya ikan hias khususnya ikan maskoki di dalam
negeri merupakan suatu tantangan untuk meningkatkan produksi secara
berkesinambungan. Upaya untuk meningkatkan produksi ikan hias telah
dilakukan antara lain memperbaiki manajemen pemeliharaan yang meliputi
manajemen kualitas air, pakan dan penanggulangan penyakit.
Kendala yang dihadapi dalam budidaya ikan hias salah satunya adalah
infeksi jamur. Ikan yang terserang fungi akan ditumbuhi oleh benang-benang
halus seperti kapas pada tubuhnya (Yanovsky, 1967). Fungi akan merusak
jaringan luar tubuh ikan karena luka atau penyakit lain. Munculnya fungi
disebabkan oleh adanya stres karena buruknya kualitas air, padat tebar serta teknik
budidaya yang tidak diperhatikan yang menyebabkan perubahan. Perubahan
tersebut menyebabkan terganggunya keseimbangan lingkungan dan menurunkan
daya tahan tubuh ikan (Bruno and Wood, 1994).
Keberadaan fungi ini akan merusak pemandangan pada ikan maskoki
tersebut dan akan memberikan dampak negatif bagi para pembudidaya. Untuk itu,
perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui jenis fungi apa saja yang menyerang
ikan maskoki, yang digunakan sebagai data acuan untuk memberantas penyebaran
jamur pada ikan maskoki. Kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada
gambar 3.1
Kerangka Konseptual Penelitian
Budidaya Ikan Hias
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Ikan Maskoki
Kendala
Penyakit
Non Infeksius
Virus
Infeksius
Parasit
Faktor yang menyebabkan
pertumbuhan
Fungi pada Ikan
Maskoki :
1. Kualitas air (pH,
Amonia dan Oksigen
Terlarut)
2. Padat tebar
Fungi
Bakteri
Isolasi
Identifikasi
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
IV METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan di Laboraturium Balai Karantina Ikan, Kelas I
Juanda Surabaya, dan pengambilan sampel ikan mas koki diambil di bursa ikan
hias Gunung Sari Surabaya pada bulan Agustus 2014
4.2 Materi Penelitian
4.2.1 Alat Penelitian
a. Peralatan untuk pengambilan sampel.
Peralatan yang digunakan untuk mengambil sampel yaitu jaring kecil,
baskom, cawan petri.
b. Peralatan untuk identifikasi fungi
Perlatan yang digunakan untuk proses identifikasi fungi yaitu mikroskop
cahaya, pinset, bunsen, selotip, gunting bedah, pisau bedah, cawan petri, ose,
beker glass, Object glass, autoklaf, thermometer, pH meter, DO meter, Amonia
meter dan termometer, elenmeyer, Laminar air flow.
4.2.2 Bahan Penelitian
Bahan yang diperlukan untuk proses identifikasi fungi adalah ikan sampel
berupa ikan mas koki sebanyak 25 ekor, di ambil secara acak dari setiap pedagang
ikan maskoki di bursa ikan hias Gunung Sari Surabaya Jawa Timur. Bahan yang
digunakan untuk penelitian ini adalah Sabouraud Dextrose Agar (SDA) menurut
(Merck) dengan komposisi sebagai berikut: Peptic Digest of Animal Tissue 5.0g,
Pancreatic Digest of Casein 5.0g, Dextrose 40.0g, Agar 15,0g. Lactophenol blue,
akuades steril, Streptomicyin, dan Alkohol 70%.
4.3 Metode Penelitian
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
4.3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survey melalui pengambilan sampel
pada lokasi secara langsung untuk mengidentifikasi jenis fungi pada ikan maskoki
(Carassius auratus). Lokasi pengambilan sampel ikan ditentukan dengan cara
sengaja atau dengan metode purposive sampling (random sampling) terhadap ikan
dari beberapa lokasi di bursa ikan hias Gunung Sari Surabaya, Jawa Timur.
4.3.2 Prosedur Penelitian
a. Persiapan alat dan media SDA (Sabouraud Dextrose Agar)
Media SDA merupakan media yang digunakan untuk mengisolasi fungi.
Tahap awal dari persiapan media ini adalah sterilisasi peralatan yang akan
digunakan.
Sterilisasi
merupakan
suatu
proses
untuk
mematikan
atau
menghilangkan semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam
suatu media tidak ada lagi yang dapat berkembang biak (Hall, 1992).
Sterilisasi peralatan harus dalam suasana aseptis oleh karena itu untuk
menciptakan suasana aseptis, bunsen harus tetap dinyalakan untuk mengurangi
kontaminan dengan keadaan sekitar. Peralatan seperti pinset, ose dan object glass
sebelum digunakan terlebih dahulu disemprot alkohol 70%. Ose dan pinset yang
telah disemprot alkohol 70% kemudian dilakukan sterilisasi dengan pembakaran
secara langsung sampai peralatan tersebut pijar dan untuk object glass dan cover
glass cukup didekatkan dengan api selama beberapa detik. Untuk cawan petri
sebelum disterilkan dicuci bersih terlebih dahulu. Cawan petri yang telah bersih
dibungkus rapi mengunakan kertas untuk selanjutnya di autoclave pada suhu
121oC dengan tekanan 1 atm selama 10-15 menit (Weitzman, 1991).
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Komposisi media SDA terdiri dari SDA 65g/1 liter akuades dipanaskan
sampai mendidih mengunakan hot plate stirer larutan SDA dimasukkan autoklaf
pada suhu 1210C dengan tekanan 1 atm selama 15 menit, kemudian ditambahkan
antibiotik Streptomycin yang berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan bakteri
setelah itu dituangkan kedalam petri (Balai Karantina Ikan, 2011).
b. Pengambilan sampel Ikan Mas Koki
Pengambilan sampel ikan mas koki (Carassius auratus) dengan ukuran
4-7 cm diambil dari beberapa lokasi di bursa ikan hias Gunung Sari Surabaya
Jawa Timur. Pengambilan sampel ikan mas koki dilakukan secara acak dengan
menggunakan jaring kecil dari setiap pedagang ikan maskoki di bursa ikan hias
Gunung Sari Surabaya, selanjutnya jamur yang ada pada tubuh ikan mas koki siap
untuk diisolasi pada media SDA.
c. Isolasi Fungi pada Ikan Mas koki (Carassius auratus)
Fungi yang terdapat pada ikan maskoki bila dilihat secara makroskopis
terdapat benda seperti kapas yang terdapat pada bagian sirip maupun kulit ikan
(Hirschhorn, 1989). Fungi tersebut diisolasi menggunakan pinset dan kemudian
ditanam pada media SDA kemudian diinkubasi pada suhu 25oC selama 3-4 hari
(Weitzman, 1991).
Sampel yang ditumbuhkan pada media SDA merupakan campuran dari
berbagai macam isolat fungi dan tidak jarang terkontaminasi oleh bakteri. Oleh
karena itu untuk mempermudah identifikasi maka isolat tersebut dimurnikan.
Proses pemurnian dimulai dengan mengambil satu jenis koloni mengunakan ose
pada media SDA lama yang memiliki warna dan tekstur sejenis kemudian
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
diisolasi pada media SDA baru dan diinkubasi pada suhu 25oC selama 2-7 hari
untuk mendapatkan isolat murni.
d. Pemeriksaan Sampel dan Identifikasi Fungi
Fungi yang sudah dimurnikan siap untuk dilakukan identifikasi. Teknik
identifikasi yang digunakan untuk mengamati isolat fungi adalah metode selotip
dimulai dengan menyiapkan object glass kemudian ditetesi dengan larutan
lactophenol blue sebanyak satu tetes. Kemudian selotip diambil secukupnya lalu
ditempelkan pada fungi yang tumbuh pada media. Selotip tersebut ditempelkan
pada object glass yang sudah ditetesi dengan lactophenol blue lalu ditutup
mengunakan cover glass diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100
dan 400X dan fungi yang terlihat dapat diidentifikasi (Balai karantina Ikan, 2011).
Identifikasi fungi menggunakan teknik identifikasi secara konvensional
yang meliputi dua tahap yaitu pengamatan fungi secara makroskopis dan
mikroskopis. Pengamatan secara makroskopis meliputi bentuk koloni dan warna
koloni sedangkan pengamatan secara mikroskopis meliputi bentuk hifa, bentuk
spora, letak spora dan identifikasi dilakukan menurut prosedur identifikasi Yuasa
dkk (2003).
Bagan Prosedur Kerja
Sampel Ikan Maskoki panjang tubuh 4-7cm
Isolasi fungi (media SDA)
Inkubasi pada suhu kamar 25oC selama 2-3 hari
Pemurnian pada media SDA
Identifikasi
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Jenis Fungi
Analisis data
4.3.3 Parameter Penelitian
a. Parameter Utama
Parameter utama yang diamati adalah isolasi dan identifikasi jenis Genus,
Spesies fungi pada ikan Maskoki (Carassius auratus). dengan acuan kunci
determinasi.
b. Parameter penunjang
Parameter penunjang merupakan parameter yang menunjang parameter uji
utama. Parameter penunjang diantaranya pH, temperatur, amonia dan Oksigen
terlarut. Pengujian parameter penunjang di dapat dari air setiap akuarium yang
berisi sampel ikan Maskoki (Carassius auratus).
4.3.4 Analisis Data
Hasil isolasi dan identifikasi fungi dianalisis mengunakan metode deskriptif, data
yang akan disajikan dalam bentuk gambar dan tabel (Steel and Torrie, 1993).
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil Penelitian
5.1.1
Identifikasi dan Isolasi Fungi pada Ikan Maskoki
Tabel 1. Hasil Identifikasi dan Isolasi Fungi pada ikan Maskoki :
No
Lokasi
Ciri-ciri Hasil
Ciri-ciri Menurut
Ikan
Penelitian
Referensi
3, 9, 10, 25
A, D, F
Warna koloni hijau
Warna koloni
kekuningan,
kuning coklat, hijau
berbentuk bulat,
kekuningan
pertumbuhan cepat,
konidiofor tidak
terkstur halus seperti berwarna kasar,
kapas, konidiofor
pertumbuhanya
cenderung kasar
cepat, tekstur halus
seperti kapas
(Summerbell and
Kane, 1988).
6, 12, 14, 15
C, E
Warna koloni hijau
Warna koloni hijau,
tua, berbentuk bulat biru hijau, hijau abu,
kecil, pertumbuhan
pertumbuhan cepat,
cepat, konidiofor
tekstur lembut
tegak luruis
seperti tepung,
membentuk rantai
konidiofor yang
panjang yang disebut lurus dan tegak,hifa
phialid, hifa bersepta bersepta
(Summerbell and
Kane, 1988).
18, 19
F
Warna koloni hitam Warna koloni hitam
dan pinggirnya
putih kekuningan,
berwarna putih,
tekstur berbulu halus
konidiofor
seperti tepung,
transparan, tekstur
konidiofor halus
berbulu halus seperti berwarna coklat
tepung, pertumbuhan (Summerbell and
cepat, sporangium
Kane, 1988).
yang berbentuk bulat
dan berwarna hitam
24
F
Warna koloni putih
Warna koloni putih
seperti kapas, hifa
seperti kapas,hifa
tidak bersepta,
tidak bersepta,
memiliki zoospora di reproduksi secara
dalam tubuh
aseksual yang
menghasilkan
Skripsi
Jenis
Fungi
Aspergillus
flavus
Penicillium
glabrum
Aspergillus
niger
Saprolegnia sp
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
zoospora yang
panjang (Weitzman,
1991)
Hasil identifikasi fungi pada ikan Maskoki ditemukan 4 spesies yaitu:
Aspergillus flavus, ditemukan pada lokasi A, D, dan F; Penicillium, ditemukan
pada lokasi C dan E; Saprolegnia sp,ditemukan pada lokasi F; Aspergillus niger,
ditemukan pada lokasi F. Jamur pada ikan Maskoki yang ditemukan pada
penelitian ini yaitu Aspergillus flavus, Aspergillus niger, Penicillium, Saprolegnia
sp. Berikut jamur yang ditemukan pada penelitian ini:
1.
Aspergillus flavus
Menurut Summerbell and Kane (1998), klasifikasi Aspergillus flavus
adalah sebagai berikut:
Phylum
Class
Ordo
Family
Spesies
: Ascomycota
: Eurotiomycetes
: Eurotiales
: Aspergillus
: Aspegillus flavus
Hasil identifikasi yang telah dilakukan Aspergillus flavus secara
makroskopis memiliki ciri-ciri yaitu, koloni berbentuk bulat yang berwarna hijau
kekuningan. Aspergillus flavus memiliki pertumbuhan yang cepat dan biasanya
tumbuh pada suhu 27oC, memiliki koloni yang berwarna kuning sampai kuning
kehijauan, tekstur koloni halus seperti kapas. Koloni Aspergillus flavus dapat
dilihat pada gambar 5.2
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Gambar 5.1 Koloni Aspergillus flavus pada media SDA
(Dokumen pribadi, 2014)
Secara mikroskopis Aspergillus flavus memiliki ciri-ciri yaitu, memiliki
konidiofor yang panjang, vesikel dan konidia yang berbentuk bulat. Aspergillus
flavus memiliki konidiofor yang panjangnya 400-800 µm dan cenderung kasar,
vesikel bulat dengan diameter 25-45 µm, phialids berada di atas vesikel dan
memiliki konidia yang bulat, halus atau kasar. Bagian-bagian Aspergillus flavus
secara mikroskopis dapat dilihat pada gambar 5.2.
A
C
B
D
E
Gambar 5.2 Bagian-bagian Aspergillus flavus secara mikroskop dengan
pembesaran 1000X. (Dokumen pribadi, 2014)
Keterangan : A; konidia, B; Phialid, C; Metula, D; Vesicule, E; Konidiofor
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
2.
Aspergillus niger
Menurut Zhao et al.(2009), klasifikasi Aspergillus niger adalah sebagai
berikut:
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
: Ascomycota
: Eurotiomycetes
: Eurotiales
: Trichomaceae
: Aspergillus
: Aspergillus niger
Hasil identifikasi yang telah dilakukan Aspergillus niger secara
makroskopis memiliki ciri-ciri yaitu, memiliki koloni yang berwarna hitam dan
pada bagian pinggir berwarna putih. Koloni Aspergillus niger berwarna hitam.
Koloni dari Aspergillus niger dapat dilihat pada gambar 5.3
Gambar 5.3 Koloni Aspergillus niger pada media SDA
(Dokumen pribadi, 2014)
Secara mikroskopis Aspergillus niger memiliki ciri-ciri yaitu, memiliki
konidiofor yang transparan serta konidia yang berwarna hitam kecoklatan serta
sporangium yang berbentuk bulat dan berwarna hitam. Aspergillus niger memiliki
konidiofor yang panjangnya 400-3000 µm, halus dan berwarna hitam, memiliki
vesikel yang berbentuk bulat dengan diameter 30-75 µm, memiliki konidia yang
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
berwarna coklat sampai hitam, kasar dan bulat dengan diameter 6-7 µm. Bagianbagian Aspergillus niger secara mikroskopis dapat dilihat pada gambar 5.4
A
B
C
Gambar 5.4 Bagian-bagian Aspergillus niger secara mikroskop dengan
pembesaran 400X. (Dokumen pribadi, 2014)
Keterangan : A; Konidiofor, B; Sporangium, C; Phialid
3.
Saprolegnia
Menurut Bruno and Wood (1994), Klasifikasi Saprolegnia adalah sebagai
berikut:
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
: Oomycota
: Oomycotea
: Saprolegniales
: Saprolegniaceae
: Saprolegnia
Hasil identifikasi yang telah dilkukan Saprolegnia secara makroskopis
memiliki ciri-ciri yaitu, koloni seperti kapas dan berwarna putih. Genus
Saprolegnia memiliki ciri yaitu, terdapat koloni yang menyerupai kapas, berwarna
putih dan koloni tersebut dapat ditemukan pada permukaan kulit, sirip dan insang.
Koloni Saprolegnia dapat dilihat pada gambar 5.5.
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Gambar 5.5 Koloni Saprolegnia pada media SDA
(Dokumen pribadi, 2014)
Secara makroskopis Saprolegnia memiliki ciri-ciri yaitu, memiliki hifa
yang tidak bersepta dan memiliki zoospora di dalam tubuh. Saprolegnia
merupakan jamur yang memiliki hifa panjang yang tidak bersepta, reproduksi
secara aseksual yang menghasilkan zoospora yang panjang, ramping dan
berflagel. Selain itu, zoospora genus Saprolegnia dihasilkan dari hifa yang
panjang. Zoospora Saprolegnia yang panjang dan silindris memiliki panjang 180350 µm dengan lebar 20-24 µm. Bagian-bagian Saprolegnia secara mikroskopis
dapat dilihat pada gambar 11.
A
C
B
Gambar 11. Bagian-bagian Saprolegnia secara mikroskopis dengan pembesaran
400X. (Dokumen pribadi, 2014)
Keterangan : A; Hifa, B; Konidiofor, C; Sporangium
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
4.
Penicillium glabrum
Menurut Summerbell and Kane (1998), klasifikasi Penicillium glabrum
adalah sebagai berikut:
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
: Ascomycota
: Euascomycetes
: Eurotiales
: Trichomaceae
: Penicillium
: Peniccilium glabrum
Hasil identifikasi yang telah dilakukan Penicilliun glabrum secara makroskopis
memilki ciri-ciri yaitu, memiliki koloni berbentuk bulat kecil, berwarna hijau tua,
dan pinggirannya terdapat benang-benang putih. Penicillium glabrum memiliki
koloni yang berwarna hijau, hijau keabuan dan tumbuh pada suhu 25oC. Koloni
Penicillium glabrum dapat dilihat pada gambar 5.7.
Gambar 5.7 Penicillium glabrum pada media SDA
(Dokumen pribadi, 2014)
Secara mikroskopis Penicillium glabrum memiliki konidia, memiliki
konidiofor monoverticilla yang lurus dan tegak. Hal ini sesuai dengan Samson and
Frisvad (2004) yang menyatakan bahwa Penicillium glabrum merupakan genus
dari filum Askomycota. Penicillium glabrum memiliki hifa bersepta dan
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
membentuk badan spora yang disebut konidium. Konidium ini memiliki tangkai
yang disebut phialid. Memiliki 10-12 phialid. Spora yang dihasilkan oleh phialid
disebut dengan konidia. Konidia berbentuk bulat atau semi bulat yang membentuk
rantai panjang dengan diameter 3-3,5 µm. Bagian-bagian Penicillium glabrum
secara mikroskopis dapat dilihat pada gambar 5.8.
A
C
B
Gambar 5.8 Bagian-bagian Penicillium secara mikroskopis dengan pembesaran
1000X. (Dokumen pribadi, 2014)
Keterangan : A; Konidia, B; Phialid, C; Konidiofor
5.1.2 Nilai Kualitas Air
Hasil Pengukuran Kualitas air pada lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada
tabel 2.
Tabel 2. Hasil pengukuran kualitas air
NO
Parameter
L1
L2
L3
L4
L5
L6
1.
Suhu (oC)
33
31
33
31
33
33
2.
DO (ppm)
2
2
4
6
4
2
3.
Ph
8
7
7
7
7
7
4.
Amonia (ppm)
1
0,25
1
0,25
1
0,25
Keterangan:
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
L1 : Lokasi A, L2 : Lokasi B, L3 : Lokasi C, L4 : Lokasi D, L5 : Lokasi E,
L6 : Lokasi F
Hasil pengukuran kualitas air pada lokasi pengambilan sampel
menunjukkan,disi perairan yang masih dalam keadaan normal untuk kandungan
Suhu, DO, pH, dan amonia. Data pengukuran kualitas air menunjukan nilai
kisaran kualitas air yaitu: suhu 31-33oC, DO 2-6 ppm, pH 7-8 dan amonia 0,25-1
ppm.
5.2
Pembahasan
Fungi merupakan organisme eukariotik, tumbuh sebagai hifa atau sel
khamir, memiliki dinding sel yang mengandung kitin, bersifat heterotrof,
menyerap nutrient melalui dinding selnya dan mengekresikan enzim ekstraseluler
ke lingkungan dan menghasilkan spora (Subandi, 2010).
Ikan yang terinfeksi fungi menujukkan gejala klinis seperti, terlihat adanya
benda yang menyerupai kapas pada sirip dan permukaan kulit. Menurut,
pernyataan Stoskopf (1993) yang meyatakan bahwa ikan yang terinfeksi jamur
terlihat adanya benda yang menyerupai kapas pada permukaan kulit atau insang.
Selain itu keberadaan jamur dalam jumlah banyak menyebabkan ikan yang
terinfeksi
mengalami
kematian
dan
menyebabkan
kerugian
bagi
para
pembudidaya (Neish, 1977).
Fungi yang ditemukan pada penelitian ini yaitu Aspergillus flavus,
Aspergillus niger, Penicillium, Saprolegnia. Menurut, Sheikh and Mughal (2012)
yang menemukan fungi Penicillium, Rhizopus dan Aspergillus diperairan tawar;
Hussein et al. (2001) yang menemukan Saprolegnia pada perairan Jepang. Infeksi
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
jamur pada ikan disebabkan karena perubahan lingkungan atau musim serta
kurangnya perhatian terhadap kualitas air (Fadaeifard et al., 2011). Keberadaan
fungi disebabkan karena lokasi tersebut tidak memperhatikan faktor lingkungan
pemeliharaan ikan seperti, terdapat sisa pakan yang tidak dibersihkan dan tidak
jarang pakan tersebut mengandung fungi yang akan membahayakan ikan Maskoki
yang dibudidayakan. Menurut, Russo and Yanog (2010) yang menyatakan bahwa
yang mengkonsumsi pakan yang berjamur dapat menyebabkan ikan tersebut
terinfeksi dan apabila dalam jumlah banyak dapat menyebabkan ikan stres dan
menurunkan sistem imun. Nabib dan Pasaribu (1989) menyatakan bahwa
munculnya penyakit jamur disebabkan adanya perubahan lingkungan yang
disebabkan oleh perubahan suhu, pemakaian antiboitika dan tingkat kebersihan
kolam atau aquarium yang tidak diperhatikan yang menyebabkan terganggunya
keseimbangan lingkungan dan menurunkan daya tahan tubuh ikan. Selain itu,
Bruno and Wood (1994) yang menyatakan bahwa fungi yang menginfeksi ikan
merupakan infeksi sekunder yang berasal dari infeksi bakteri, lingkungan perairan
yang tidak diperhatikan, infestasi parasit, penanganan pasca panen, dan terlalu
padatnya ikan pada perairan sehingga dapat menyebabkan sistem imun ikan
menurun dan menyebabkan mudahnya ikan tersebut terinfeksi fungi.
Pada penelitian ini didapatkan kisaran nilai kualitas air yang normal yaitu:
suhu 30-330C, DO 2-6ppm, pH 7-8, dan amonia 0,25-1 ppm. Vedca (2009)
menyatakan bahwa nilai kualitas air yang optimal untuk pertumbuhan ikan yaitu
suhu air 25-320C. Selain suhu DO, pH dan kandungan amonia merupakan faktor
kualitas air yang perlu diperhatikan. Pascod (1973) mengatakan bahwa kandungan
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DO suatu perairan agar pertumbuhan ikan ideal tidak kurang dari 2 ppm, pH 6,58,5 dan kandungan amonia tidak lebih dari 1 ppm. Nilai kualitas air ini merupakan
nilai yang optimum untuk budidaya ikan Maskoki. Kualitas air perairan
mempengaruhi pertumbuhan fungi dan proses reproduksi fungi, seperti pH,
konsentrasi bahan organik, kandungan bahan organik dan suhu (Willoughby, 1994
and Alabi, 1971).
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil Penelitian
5.1.1
Identifikasi dan Isolasi Fungi pada Ikan Maskoki
Tabel 1. Hasil Identifikasi dan Isolasi Fungi pada ikan Maskoki :
No
Lokasi
Ciri-ciri Hasil
Ciri-ciri Menurut
Ikan
Penelitian
Referensi
3, 9, 10, 25
A, D, F
Warna koloni hijau
Warna koloni
kekuningan,
kuning coklat, hijau
berbentuk bulat,
kekuningan
pertumbuhan cepat,
konidiofor tidak
terkstur halus seperti berwarna kasar,
kapas, konidiofor
pertumbuhanya
cenderung kasar
cepat, tekstur halus
seperti kapas
(Summerbell and
Kane, 1988).
6, 12, 14, 15
C, E
Warna koloni hijau
Warna koloni hijau,
tua, berbentuk bulat biru hijau, hijau abu,
kecil, pertumbuhan
pertumbuhan cepat,
cepat, konidiofor
tekstur lembut
tegak luruis
seperti tepung,
membentuk rantai
konidiofor yang
panjang yang disebut lurus dan tegak,hifa
phialid, hifa bersepta bersepta
(Summerbell and
Kane, 1988).
18, 19
F
Warna koloni hitam Warna koloni hitam
dan pinggirnya
putih kekuningan,
berwarna putih,
tekstur berbulu halus
konidiofor
seperti tepung,
transparan, tekstur
konidiofor halus
berbulu halus seperti berwarna coklat
tepung, pertumbuhan (Summerbell and
cepat, sporangium
Kane, 1988).
yang berbentuk bulat
dan berwarna hitam
24
F
Warna koloni putih
Warna koloni putih
seperti kapas, hifa
seperti kapas,hifa
tidak bersepta,
tidak bersepta,
memiliki zoospora di reproduksi secara
dalam tubuh
aseksual yang
menghasilkan
Skripsi
Jenis
Fungi
Aspergillus
flavus
Penicillium
glabrum
Aspergillus
niger
Saprolegnia sp
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
zoospora yang
panjang (Weitzman,
1991)
Hasil identifikasi fungi pada ikan Maskoki ditemukan 4 spesies yaitu:
Aspergillus flavus, ditemukan pada lokasi A, D, dan F; Penicillium, ditemukan
pada lokasi C dan E; Saprolegnia sp,ditemukan pada lokasi F; Aspergillus niger,
ditemukan pada lokasi F. Jamur pada ikan Maskoki yang ditemukan pada
penelitian ini yaitu Aspergillus flavus, Aspergillus niger, Penicillium, Saprolegnia
sp. Berikut jamur yang ditemukan pada penelitian ini:
1.
Aspergillus flavus
Menurut Summerbell and Kane (1998), klasifikasi Aspergillus flavus
adalah sebagai berikut:
Phylum
Class
Ordo
Family
Spesies
: Ascomycota
: Eurotiomycetes
: Eurotiales
: Aspergillus
: Aspegillus flavus
Hasil identifikasi yang telah dilakukan Aspergillus flavus secara
makroskopis memiliki ciri-ciri yaitu, koloni berbentuk bulat yang berwarna hijau
kekuningan. Aspergillus flavus memiliki pertumbuhan yang cepat dan biasanya
tumbuh pada suhu 27oC, memiliki koloni yang berwarna kuning sampai kuning
kehijauan, tekstur koloni halus seperti kapas. Koloni Aspergillus flavus dapat
dilihat pada gambar 5.2
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Gambar 5.1 Koloni Aspergillus flavus pada media SDA
(Dokumen pribadi, 2014)
Secara mikroskopis Aspergillus flavus memiliki ciri-ciri yaitu, memiliki
konidiofor yang panjang, vesikel dan konidia yang berbentuk bulat. Aspergillus
flavus memiliki konidiofor yang panjangnya 400-800 µm dan cenderung kasar,
vesikel bulat dengan diameter 25-45 µm, phialids berada di atas vesikel dan
memiliki konidia yang bulat, halus atau kasar. Bagian-bagian Aspergillus flavus
secara mikroskopis dapat dilihat pada gambar 5.2.
A
C
B
D
E
Gambar 5.2 Bagian-bagian Aspergillus flavus secara mikroskop dengan
pembesaran 1000X. (Dokumen pribadi, 2014)
Keterangan : A; konidia, B; Phialid, C; Metula, D; Vesicule, E; Konidiofor
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
2.
Aspergillus niger
Menurut Zhao et al.(2009), klasifikasi Aspergillus niger adalah sebagai
berikut:
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
: Ascomycota
: Eurotiomycetes
: Eurotiales
: Trichomaceae
: Aspergillus
: Aspergillus niger
Hasil identifikasi yang telah dilakukan Aspergillus niger secara
makroskopis memiliki ciri-ciri yaitu, memiliki koloni yang berwarna hitam dan
pada bagian pinggir berwarna putih. Koloni Aspergillus niger berwarna hitam.
Koloni dari Aspergillus niger dapat dilihat pada gambar 5.3
Gambar 5.3 Koloni Aspergillus niger pada media SDA
(Dokumen pribadi, 2014)
Secara mikroskopis Aspergillus niger memiliki ciri-ciri yaitu, memiliki
konidiofor yang transparan serta konidia yang berwarna hitam kecoklatan serta
sporangium yang berbentuk bulat dan berwarna hitam. Aspergillus niger memiliki
konidiofor yang panjangnya 400-3000 µm, halus dan berwarna hitam, memiliki
vesikel yang berbentuk bulat dengan diameter 30-75 µm, memiliki konidia yang
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
berwarna coklat sampai hitam, kasar dan bulat dengan diameter 6-7 µm. Bagianbagian Aspergillus niger secara mikroskopis dapat dilihat pada gambar 5.4
A
B
C
Gambar 5.4 Bagian-bagian Aspergillus niger secara mikroskop dengan
pembesaran 400X. (Dokumen pribadi, 2014)
Keterangan : A; Konidiofor, B; Sporangium, C; Phialid
3.
Saprolegnia
Menurut Bruno and Wood (1994), Klasifikasi Saprolegnia adalah sebagai
berikut:
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
: Oomycota
: Oomycotea
: Saprolegniales
: Saprolegniaceae
: Saprolegnia
Hasil identifikasi yang telah dilkukan Saprolegnia secara makroskopis
memiliki ciri-ciri yaitu, koloni seperti kapas dan berwarna putih. Genus
Saprolegnia memiliki ciri yaitu, terdapat koloni yang menyerupai kapas, berwarna
putih dan koloni tersebut dapat ditemukan pada permukaan kulit, sirip dan insang.
Koloni Saprolegnia dapat dilihat pada gambar 5.5.
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Gambar 5.5 Koloni Saprolegnia pada media SDA
(Dokumen pribadi, 2014)
Secara makroskopis Saprolegnia memiliki ciri-ciri yaitu, memiliki hifa
yang tidak bersepta dan memiliki zoospora di dalam tubuh. Saprolegnia
merupakan jamur yang memiliki hifa panjang yang tidak bersepta, reproduksi
secara aseksual yang menghasilkan zoospora yang panjang, ramping dan
berflagel. Selain itu, zoospora genus Saprolegnia dihasilkan dari hifa yang
panjang. Zoospora Saprolegnia yang panjang dan silindris memiliki panjang 180350 µm dengan lebar 20-24 µm. Bagian-bagian Saprolegnia secara mikroskopis
dapat dilihat pada gambar 11.
A
C
B
Gambar 11. Bagian-bagian Saprolegnia secara mikroskopis dengan pembesaran
400X. (Dokumen pribadi, 2014)
Keterangan : A; Hifa, B; Konidiofor, C; Sporangium
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
4.
Penicillium glabrum
Menurut Summerbell and Kane (1998), klasifikasi Penicillium glabrum
adalah sebagai berikut:
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Spesies
: Ascomycota
: Euascomycetes
: Eurotiales
: Trichomaceae
: Penicillium
: Peniccilium glabrum
Hasil identifikasi yang telah dilakukan Penicilliun glabrum secara makroskopis
memilki ciri-ciri yaitu, memiliki koloni berbentuk bulat kecil, berwarna hijau tua,
dan pinggirannya terdapat benang-benang putih. Penicillium glabrum memiliki
koloni yang berwarna hijau, hijau keabuan dan tumbuh pada suhu 25oC. Koloni
Penicillium glabrum dapat dilihat pada gambar 5.7.
Gambar 5.7 Penicillium glabrum pada media SDA
(Dokumen pribadi, 2014)
Secara mikroskopis Penicillium glabrum memiliki konidia, memiliki
konidiofor monoverticilla yang lurus dan tegak. Hal ini sesuai dengan Samson and
Frisvad (2004) yang menyatakan bahwa Penicillium glabrum merupakan genus
dari filum Askomycota. Penicillium glabrum memiliki hifa bersepta dan
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
membentuk badan spora yang disebut konidium. Konidium ini memiliki tangkai
yang disebut phialid. Memiliki 10-12 phialid. Spora yang dihasilkan oleh phialid
disebut dengan konidia. Konidia berbentuk bulat atau semi bulat yang membentuk
rantai panjang dengan diameter 3-3,5 µm. Bagian-bagian Penicillium glabrum
secara mikroskopis dapat dilihat pada gambar 5.8.
A
C
B
Gambar 5.8 Bagian-bagian Penicillium secara mikroskopis dengan pembesaran
1000X. (Dokumen pribadi, 2014)
Keterangan : A; Konidia, B; Phialid, C; Konidiofor
5.1.2 Nilai Kualitas Air
Hasil Pengukuran Kualitas air pada lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada
tabel 2.
Tabel 2. Hasil pengukuran kualitas air
NO
Parameter
L1
L2
L3
L4
L5
L6
1.
Suhu (oC)
33
31
33
31
33
33
2.
DO (ppm)
2
2
4
6
4
2
3.
Ph
8
7
7
7
7
7
4.
Amonia (ppm)
1
0,25
1
0,25
1
0,25
Keterangan:
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
L1 : Lokasi A, L2 : Lokasi B, L3 : Lokasi C, L4 : Lokasi D, L5 : Lokasi E,
L6 : Lokasi F
Hasil pengukuran kualitas air pada lokasi pengambilan sampel
menunjukkan,disi perairan yang masih dalam keadaan normal untuk kandungan
Suhu, DO, pH, dan amonia. Data pengukuran kualitas air menunjukan nilai
kisaran kualitas air yaitu: suhu 31-33oC, DO 2-6 ppm, pH 7-8 dan amonia 0,25-1
ppm.
5.2
Pembahasan
Fungi merupakan organisme eukariotik, tumbuh sebagai hifa atau sel
khamir, memiliki dinding sel yang mengandung kitin, bersifat heterotrof,
menyerap nutrient melalui dinding selnya dan mengekresikan enzim ekstraseluler
ke lingkungan dan menghasilkan spora (Subandi, 2010).
Ikan yang terinfeksi fungi menujukkan gejala klinis seperti, terlihat adanya
benda yang menyerupai kapas pada sirip dan permukaan kulit. Menurut,
pernyataan Stoskopf (1993) yang meyatakan bahwa ikan yang terinfeksi jamur
terlihat adanya benda yang menyerupai kapas pada permukaan kulit atau insang.
Selain itu keberadaan jamur dalam jumlah banyak menyebabkan ikan yang
terinfeksi
mengalami
kematian
dan
menyebabkan
kerugian
bagi
para
pembudidaya (Neish, 1977).
Fungi yang ditemukan pada penelitian ini yaitu Aspergillus flavus,
Aspergillus niger, Penicillium, Saprolegnia. Menurut, Sheikh and Mughal (2012)
yang menemukan fungi Penicillium, Rhizopus dan Aspergillus diperairan tawar;
Hussein et al. (2001) yang menemukan Saprolegnia pada perairan Jepang. Infeksi
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
jamur pada ikan disebabkan karena perubahan lingkungan atau musim serta
kurangnya perhatian terhadap kualitas air (Fadaeifard et al., 2011). Keberadaan
fungi disebabkan karena lokasi tersebut tidak memperhatikan faktor lingkungan
pemeliharaan ikan seperti, terdapat sisa pakan yang tidak dibersihkan dan tidak
jarang pakan tersebut mengandung fungi yang akan membahayakan ikan Maskoki
yang dibudidayakan. Menurut, Russo and Yanog (2010) yang menyatakan bahwa
yang mengkonsumsi pakan yang berjamur dapat menyebabkan ikan tersebut
terinfeksi dan apabila dalam jumlah banyak dapat menyebabkan ikan stres dan
menurunkan sistem imun. Nabib dan Pasaribu (1989) menyatakan bahwa
munculnya penyakit jamur disebabkan adanya perubahan lingkungan yang
disebabkan oleh perubahan suhu, pemakaian antiboitika dan tingkat kebersihan
kolam atau aquarium yang tidak diperhatikan yang menyebabkan terganggunya
keseimbangan lingkungan dan menurunkan daya tahan tubuh ikan. Selain itu,
Bruno and Wood (1994) yang menyatakan bahwa fungi yang menginfeksi ikan
merupakan infeksi sekunder yang berasal dari infeksi bakteri, lingkungan perairan
yang tidak diperhatikan, infestasi parasit, penanganan pasca panen, dan terlalu
padatnya ikan pada perairan sehingga dapat menyebabkan sistem imun ikan
menurun dan menyebabkan mudahnya ikan tersebut terinfeksi fungi.
Pada penelitian ini didapatkan kisaran nilai kualitas air yang normal yaitu:
suhu 30-330C, DO 2-6ppm, pH 7-8, dan amonia 0,25-1 ppm. Vedca (2009)
menyatakan bahwa nilai kualitas air yang optimal untuk pertumbuhan ikan yaitu
suhu air 25-320C. Selain suhu DO, pH dan kandungan amonia merupakan faktor
kualitas air yang perlu diperhatikan. Pascod (1973) mengatakan bahwa kandungan
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DO suatu perairan agar pertumbuhan ikan ideal tidak kurang dari 2 ppm, pH 6,58,5 dan kandungan amonia tidak lebih dari 1 ppm. Nilai kualitas air ini merupakan
nilai yang optimum untuk budidaya ikan Maskoki. Kualitas air perairan
mempengaruhi pertumbuhan fungi dan proses reproduksi fungi, seperti pH,
konsentrasi bahan organik, kandungan bahan organik dan suhu (Willoughby, 1994
and Alabi, 1971).
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR PUSTAKA
Alexopoulos, C. J, and C. W. Mims. 1979. Introductory Mycology. John willey
And sons. New York-Chiechester-Brisbane-Toroto-Singapore.
Bachtiar, Y dan Tim Lentera, Mencemerlangkan Warna ikan maskoki,
ArgoMedia Pustaka,2002
Balai Karantina Ikan. 2011a. Pembuatan Media SDA. Balai Karantina Ikan Kelas
II.Tanujung Emas. Semarang.
Balai Karantina Ikan. 2011b. Teknik Identifikasi Jamur Metode Selotip. Balai
Karantina Ikan Kelas II. Tanjung Emas Semarang.
Balai Karantina Ikan. 2011c. Teknik Identifikasi Jamur Metode Slide Culture.
BalaiKarantina Ikan Kelas II. Tanjung Emas. Semarang.
Blezer, V. S., J. H. Lilley., W. B. Schill., Y, Kiryu., C. L. Desmore., V.
Panyawachira., and S. Cinabut. 2002. Aphanomyces invadansi in Atlantic
Menhaden along the East Coast of the United State.Aquaculture Health.
14:1-10.
Bruno, D.W., and B. P. Wood 1994. Saprolegnia and other Oomycetes. In Fish
Diseases and Disorders, Volume 3, Viral, Bacterial and Fungal Infections.
Edited by P.T.K. Woo and D.W. Bruno. Cabi Publishing. Wallingford.
Oxon.United Kingdom. Pp. 599-659.
Dana, D. dan Angka, 1990. “Masalah Penyakit Parasit dan Bakteri pada Ikan
Tawar Serta CaraPenaggulangannya”. Prosiding Seminar Nasional II,
Penyakit Ikan dan Udang. Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perikanan, Bogor.
Dewi. R. R. 2011. Pengendalian Saprolegnia sp. Pada telur ikan Menggunakan
BakteriKitinolotik. Tesis. Program Studi Magister Biologi. Fakultas
Matematika dan IlmuAlam. Universitas Sumatra Utara. Medan.72 Hal.
Effiong, B. N., And S. P. Alaties. 2009. Effect Of Mold Infested Feeds On The
Growth And Survival Of Heterobranchus longifilis Fingerlings. Report
And Opinion 1(3):9-14.
Eli, A, O.F. Briyai and J. F. N. Abower 2011. A Review Of Some Fungi Infection
In African Fish Saprolegniasis Dermal Mycoses; Branchiomyces
Infections, Systemic Mycoses and Dermocystidium. Asian 3(5): 198-205.
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Fadaeifard, F., M. Raissy., H. Bahrami., E. Rahmi., A. Najafipoor. 2011.
Freshwater Fungi Isolated from Eggs and Broodstock with an Emphasis on
Saprolegnia in rainbow trout Frams in West Iran.Microbio 4(22):36473651.
Gay, L. R. and Diehl, P.L. 1992. Research Methods for Business and
Management.Macmillan Publising. New York.
Graham, D. 2005. Saprolegniasis. Fish Diseases Unit. Disease Surveillance and
Investigation.Veterinary Sciences Division. Departement of Agriculture
and Rural Development.Stoney Road. Stormont. Belfast BT4 3SD.
Northem Ireland.
Hamdiyanti, Y., Ammi dan Kusnadi, 2003. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi.
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Jakarta. hal 49-53
Handajani, A. dan S. Samsundari. 2005. Parasit dan Penyakit Ikan.
Muhammadiyah University Press. Malang. 201 hal.
Hall,
G.S., K. Pratt-Rippin, J.A. Washington. 1992. Evaluation of
Chemiluminescent probe assay for identification of Hitoplasma
Capsulatum isolate. Journal of Clinical Microbiology 30:3003-3004.
Hirschhorn, H. H. 1989. Handbook of Fish Disease. TFH Publication. United
StatesOf America. 160 P.
Hoog, G.S. de. 1983. On the potentially pathogenic dematiaceous Hyphomycetes.
pp. 149-216 In D.H. Howard (ed.), Fungi Phatogenic for humans and
animals. Marcel Dekker, New York.
Hussein, M. M. A., K. Hatai., and T. Nomura. 2001. Saprolegniosis in salmonids
And their eggs in Japan. Journal of Wildlife Diseases. 37(1) 204-207.
Irkin, R and M. Korukluoglu. 2007. Control of Aspergillus Niger with garlic,
Onion and leek extracts. African. Journal of Biotecnology. 386 Balikesir
University. Turkey vol. 6 (4), pp. 384-387.
Iswanto, A. H. 2009. Identifikasi Jamur Perusak Kayu. Karya Tulis. Departemen
Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara. 13 Hal
Jantrarotai, W and R.T. Lovell. 1990. Subchronic Toxicity of Dietary Aflatoxin
B1 to Channel catfish. Aquatic Animal 2: 248-251.
Koneman, E. M., S. D. Allen., W. M. Janda., P.C. Schreckenberger., W. C. Winn.
1992. Color Atlas and Text of Diagnostic Mikrobiology. 4th Edition.
United States of America. J.B. Lippincott Company. Pp 804.
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Larone, D. H. 2002. P. 175 and 266. Medically Important Fungi. 4th ed. ASM
Press. Washington, DC.
Lilley, J. H., M. J. Phillips and K. Tonguthai. 1992. A Reviw of Epizootic
Ulcerative Syndrome (EUS) in Asia Aquatic Animal Health. Research
Institute- Kasetsart.University Campus. Bangkok. 73 p.
Lilley, J. H., R. B. Callinan., S. Chinabut., S. Kanchanakhan., I. H. Macrae and
M.J.Phillips. 1998. Epizootic Ulcerative Syndrome (EUS) Technical
Handbook.Aquatic Animal Health Research Institute. Bangkok. Thailand.
Lingga, P., dan Susanto, 2003. Ikan Hias Air Tawar (Edisi Revisi). Penebar
Swadaya. Jakarta. 238 hal.
Moser, S.A., F.L. Lyon, D.L. Greer. 1988. Systemic mycoses, pp. 173-238. In
B.B. Wentworth (ed.), Diagnostic Prosedures for mycotic and parasitic
Infection American Public Health Association, .Washington, D.C.
Murray, P. R., E. J. Baron., J. H, Jorgensen., M. L. Landry., and M. A. Pfaller.,
2007.Manual of Clinical Mikrobiology. 9th Edition. Washington, D.C
ASM Press.pp. 1726
Nabib, R dan F. H, Pasaribu. 1989. Patologi dan Penyakit Ikan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral pendidikan Tinggi. IPB.
Bogor. 158 hal.
Neish, G. W. 1997. Observations on Saprolegniasis of Adult Sockeye Salmon,
Oncorhynchus nerka. Fish. 10:513-522.
Nevarez, L., V. Vasseur., A. LeMadec., M. A. Lebras., L. Coroller., I.
Leguerinel., G. Barbie. 2009. Physiological Traits of Penicillium Strain
LPC 08.5568, a Filamentous Fungus Isolated from Bottled Aromatised
Mineral Water. Food Microbio. 130(3):166-171.
Pascod, M. B. 1973. Investigation of Rational Effluent and Stream Standarts for
Tropical Countries. Asean Institute of Technology. Bangkok. 54pp.
Pelczar, M. dan E. C. S. Chan. 1986. Dasar-dasar mikrobiologi. Universitas
Indonesia. Jakarta. 443 hal.
Pickering, A. D., Willoughby, L. G., 1982. Saprolegnia infection of salmonid
Fish. In: Roberts, R. J. (Ed.), Microbial Diseases of Fish. Academic Press
London, pp. 271-297.
Post, G. 1987. Textbook of Fish Health. United States of Amerika. TFH
Publication.288 Hal.
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Pradhika, I. 2008. Mikrobiologi Dasar. http://www.repository.usu.ac.id 03 Maret
2011. 7 hal.
Russo, J. A. R., and R. P. E. Yanong. 2010. Molds in Fish Feeds and
Aflatoxicosis. Journal Mycologi. 21:1-4.
Robert, R. J., 2011. The Mycology of Teleosts, Fish Pathology, (3rd end.). W.B.
Saunders, London, p.334.
Samson, R. A., J. I. Pitt. 2000. Intergration of Moderen Taxonomic Methods for
Penicillium and Aspergillus Classofication. Harwood Scientific Publishers.
Amsterdam.
Samson, R. A., Frisvad, J. C. 2004. Penicillium Subgenus Penicillium: New
Taxonomic Schemes, Mycotoxins and Other Extrolites. Study Mycology.
49:1-173.
Sayuti, 2003. Budidaya Koki. Pengalaman dari Tulungagung. Agromedia Pustaka.
Sheikh, U and Mughal, R. 2012. Fungal Infections in Some Economically
Important Freshwater Fishes. Pakistan Veteriner Journal, 32(3):422-426.
Sharma, O. P. 1989. Text Book of Fungi. Matta Me Graw-Hill. New Delhi.
Sigler, L., J.W. Carmichael. 1983. Redisposition of some fungi referred to Oidium
microspermum and a review of Arthrographis. Microbiology 18:495-507.
Steel, R. G. D dan J. H. Torrie. 1993. Prinsip Prosedur Statistika. Terjemahan
Oleh Bambang Sumantri. Gramedia Pustaka.
Stoskopf, M. K. 1993. Fish Medicine. WB Saunders Company. Mexico.
Subandi. 2010. Mikrobiologi. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Hal 91
Summerbell, R.C., S.A. Rosenthal and J. Kane. 1988. Rapid method for
Differention of Trichophyton rubhum, Trichophyton mentagrophytes, And
related dermatophyte species. Journal of Clinic Microbio 26:2279-2282.
Susanto, 1989. Maskoki. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hal.
Vandenberg, G. 2008. Evaluation of Antifungal Activity of CHCx Formulaion
Against Saprolegnia Paracitica. Research Report. Canada.
Varweij PE, Brandt ME, 2007. P. 1802-1838. Aspergillus, Fusarium, and other
Opportunitistic moniliaceous fungi. In PR Murray et al. (ed.) Manual of
Clinical Microbiology. Ch. 121. 9th ed. ASM Press. Washington, DC.
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Vedca, 2009. Teknologi Pengelolaan Kualitas Air. Bogor. 37 hal.
Weitzman, I., J. Kane. 1991. Dermatophytes and agents of superficial mycoses,
pp. 601-616, In A. Balows, W.J. Hausler jr., K.L. Herrmann, H.D.
Isenberg, H.J. Shadomy. Manual of Clinical Microbiology, 5th ed.
American Society for Mycrobiology, Washington, D.C.
Wheeler. E.L., and R.R. Ferrel, 1971. Habitat Carassius auratus, Cereal Chem 48:
230-312.
Willoughby, L. G. 1994. Fungi and Fish Disease. Pisces Stirling. 57 P.
Wogu, M. D., and A. D. Lyayi, 2011. Mycoflora of Some Smoked Fish Varieties
In Benin City Nigeria. Ethiopian Env Studies and Management (4):1-3.
Yanovsky, E.G. 1967. On the biology of common carp in the Ural Riverln:
Biological principles of the fisheries in Middle Asia and Kazakhstan.
Balkhash. Pp. 319-320.
Yuasa, K., N. Panigro., M. Bahnan. dan E. B. Kholidin. 2003. Panduan Diagnosa
Penyakit Ikan : Teknik Diagnosa Penyakit Ikan Budidaya Air Tawar di
Indonesia.Japan Intrnasional Cooperation Argency dan Balai Budidaya Air
Tawar.Jambi. Hal 49-54
Zhao, K., W. Ping., Q. Li., S. Hao., T. Gao and D. Zhou. 2009. Aspergillus niger
Var. taxi, a New Species Variant of Taxol-Producing Fungus Isolated from
Taxus Cuspidate in China. Journal Microbiology. (2009):1202-1207.
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Lampiran
Media SDA dan PDA
Skripsi
Lactophenol Blue
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Mesin Autoclave
Skripsi
Mesin Inkubator
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Mikroskop Cahaya
Skripsi
Timbangan Digital
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Laminar Air Flow
Magnetik
Strirer
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Imersol
Skripsi
Aquades Sreril
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Hecting Set
Sample Air Lokasi A, B, C
Selotip
Sample Air Lokasi C,
D, F
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Suhu dan PH Meter Digital
Mikro Pipet
Skripsi
Ammonia Meter
Bunsen
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Media SDA
Metode Slide
Culture
Skripsi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Sample Ikan Maskoki
sisik dan insang
Skripsi
Pengambilan Sample pada
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Penanaman sample pada Media SDA dan PDA
siap diidentifikasi
Jenis Fungi Penicillium
Aspergillus flavus
Skripsi
Sample yang
Jenis Fungi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Jenis Fungi Saprolegnia sp
Aspergillus niger
Skripsi
Jenis Fungi
AMALIA HAPSARI
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FUNGI PADA IKAN
MASKOKI (Carassius auratus) DI BURSA IKAN HIAS GUNUNG SARI SURABAYA, JAWA TIMUR
Download