yuni astuti d1a 012 458 - fh unram

advertisement
i
JURNAL KARYA ILMIAH
PRIVATISASI PT. INDOSAT MENURUT UNDANG-UNDANG
NOMOR 19 TAHUN 2003
Oleh
YUNI ASTUTI
D1A012458
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2016
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PRIVATISASI PT. INDOSAT MENURUT UNDANG-UNDANG
NOMOR 19 TAHUN 2003
Oleh :
YUNI ASTUTI
D1A012458
Menyetujui,
Pembimbing Pertama,
Dr. Kurniawan SH., M.Hum
NIP. 19770303 200312 1 001
iii
PRIVATISASI PT. INDOSAT MENURUT UNDANG-UNDANG
NOMOR 19 TAHUN 2003
YUNI ASTUTI
D1A012458
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode privatisasi pada PT. Indosat
menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN dan dampak
yang akan ditimbulkan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum
normatif dengan metode pendekatan perundang-undangan, konseptual dan study
kasus. Program privatisasi diberlakukan pada saat dikorporasikannya perusahaan
negara menjadi perusahaan umum, didorong dengan krisis keuangan pemerintah
dan dikenakannya kewajiban pemerintah untuk melakukan bail out atas utang
bank-bank swasta yang menyebabkan devisit APBN, metode privatisasi yang
sering digunakan yaitu penawaran umum, penjualan langsung kepada investor dan
penjualan saham kepada karyawan. Dengan dilakukan privatisasi secara langsung
otomatis menimbulkan dampak positif dan negatif.
Kata kunci : Privatisasi, perusahaan, BUMN.
PRIVATIZATION PT. INDOSAT STATUTORY
NUMBER 19 OF 2003
ABSTRACT
This study aims to determine the method of privatization of PT. Indosat according
to Acts No. 19 Of 2003 concerning State Enterprises and its impact that will be
caused. This study uses normative law research method approach to legislation,
conceptual and case studies. The privatization program implemented at the time
corporate state company into a public company, driven by the financial crisis the
government and wore the obligation of governments to bail out the debts of
private banks that caused the deficit state budget, methods of privatization that is
often used is the public offering, selling directly to investors and the sale of shares
to employees. Bosed on the privatization done directly automatically lead to
positive and negative impacts.
Keywords: Privatization, company, BUMN.
iv
PENDAHULUAN
Privatisasi sebagai bagian dari liberalisasi ekonomi di Indonesia
sebenarnya diisukan secara bertahap sejak masa pemerintahan Soeharto, yakni
sejak diberlakukannya deregulasi dan dikorporasikannya perusahaan negara
menjadi perusahaan umum. Didorong oleh krisis keuangan pada tahun 1998,
menyusul dikenakannya kewajiban pemerintah untuk melakukan bail out atas
hutang bank-bank swasta yang menyebabkan devisit Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), maka pemerintah diminta oleh International Monetary
Fund (IMF) melalui letter of intent memberlakukan Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2001 tentang Minyak Dan Gas Bumi mengenai privatisasi BUMN sebagai
perusahaan publik (PERSERO). UU ini kemudian diikuti Peraturan Pemerintah
Nomor 31 tahun 2003. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang termasuk paling
awal diprivatisasi adalah Perusahaan Negara PN. Pertamina yang diubah menjadi
PT. PERTAMINA (PERSERO) pada tanggal 9 Oktober 2003,1
Privatisasi sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (12) UU BUMN nomor
19 tahun 2003, adalah penjualan saham Persero, baik sebagian maupun
seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai
perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas
kepemilikan saham oleh masyarakat.
Program privatisasi pada hakikatnya adalah melepas kontrol monopolistik
Pemerintah terhadap perusahaan negara. Akibat kontrol monopolistik pemerintah
1
hlm. 26
Anggoro,Pony, Privatiasasi BUMN : Sebuah Ironi, (Jakarta: Sinar Harapan, 2008)
v
atas perusahaan negara menimbulkan distorsi antara lain, pola pengelolaan
perusahaan negara menjadi sama seperti birokrasi pemerintah, terdapat conflict of
interest antara fungsi pemerintah sebagai regulator dan penyelenggara bisnis yang
menyebabkan pengelolaan perusahaan negara cenderung tidak transparan. Praktik
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) hampir tidak ditemukan pada perusahaan
negara yang telah menjadi perusahaan terbuka (go public).
Salah satu perusahaan persero BUMN yang diprivatisasi yakni perusahaan
indosat yang dimana Penjualan saham Indosat ke perusahaan asing asal
Singapore, Singapore Technologies Telemedia (STT). Dimana nilai jual saham
indosat saat itu dinilai sangat murah, padahal asset Indosat saat itu sangat besar,
karena sebelum dijual Indosat baru saja mengakuisisi Satelindo (dampak dari
pemisahan saham indosat dan telkom di seluruh perusahaan telekomunikasi yang
ada di Indonesia). Dan dana hasil penjualan juga tidak jelas alirannya kemana.
Saat ini pemerintah Indonesia tidak memiliki kontrol yang kuat di Indosat, karena
mayoritas saham dimiliki oleh STT, yaitu sebanyak 39,96%, JP morgan memiliki
saham sebesar 8,38%, saham publik sebesar 37,37%, sedangkan pemerintah
Indonesia hanya memiliki saham sebesar 14,29%. Hal yang lebih penting lagi
asset negara yang begitu besar yang ada di Indosat tidak lagi dapat dimanfaatkan
sepenuhnya untuk kepentingan nasional yang dalam hal ini pelaksanaan UU No
19 Tahun 2003 mengenai privatisasi perusahaan negara tidak sejalan dengan Pasal
33 ayat (2) dan (3) UUD 1945, ayat (2) ’’cabang-cabang produksi penting bagi
negara yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara” ayat (3)
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
vi
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, 2 karena
berhubungan langsung dengan hajat hidup orang banyak, kepemilikan saham STT
begitu banyak akan mengurangi peran pemerintah dalam mengalokasikan sumber
daya publik pada masyarakat. Semakin besar pemegang saham membeli saham
suatu perusahaan maka semakin besar pula investasi yang dapat ia lakukan dalam
menentukan dalam kebijakan perusahaan.
2
Fredi Purnama Adi, Analisis Kasus Penjualan Saham Telkomsel http;//fredypurnama.blogsport-kasus-penjualan-saham-telkomse diunduh pada tanggal 12 juni 20l2
vii
BAB II
PEMBAHASAN
Metode Privatisasi Yang Mendatangakan Manfaat Bagi Pemerintah dan
Masyarakat pada PT. Indosat Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara.
Ketika melaksanakan program privatisasi, pemerintah Indonesia mengikuti
model penerapan privatisasi yang dilakukan oleh pemerintah Belanda ketika
mentransformasikan status hukum perusahaan negara milik mereka dalam
program privatisasi.
Kegiatan Privatisasi termasuk juga dalam konversi dari perusahaan negara
menjadi PT yang dimiliki oleh negara (persero) disebut “pseudos-privatisation”.
Lebih dari pada itu perubahan dari perusahaan negara menjadi PT milik negara
merupakan setengah langkah untuk menuju ke privatisasi.3
Kedua negara, baik pemerintah Indonesia maupun pemerintah Belanda
mempunyai langkah yang hampir sama dengan “altering”status hukum
perusahaan negaranya atau menerapkan “a pseudos privatization style”, sebelum
meningkat menuju ke program privatisasi yang sesungguhnya.
Di beberapa negara, privatisasi dianggap lebih sesuai ketika menerapkan
“direct corporatisation”, walaupun belum tentu sesuai diterapkan di negara lain.
Bentuk korporasi bertujuan untuk mengefisienkan sebelum dilakukan privatisasi
3
Rudy B Adweg dalam Safri Nugraha Management Privatisasi BUMN PT. Elex Media
Komputindo, Gramedia, Jakarta, tahun 2008. Hlm. 164
viii
secara mutlak. Sebuah studi menyarankan bahwa di beberapa industri, waktu
untuk menstrukturisasi disarankan/mengacu sebelum dilaksanakan privatisasi.
Program
korporasisasi
dapat
diimplementasikan
dalam
bentuk
restrukturisasi perusahaan melalui join venture atau joint management venture
atau bentuk lainnya.
Dengan menerapkan atau melakukan kerja sama ‘strstegic partners’,
terutama dengan perusahaan internasional (MNC’s), perusahaan negara akan
mendapatkan lebih banyak suntikan dana, pangsa pasar, sumber daya manusia dan
manajemen yang kompeten.4
Agar suatu privatisasi dapat berjalan dengan baik dan tepat tujuan, tentu
harus diatur ketentuan menganai bentuk-bentuk privatisasi yang dapat dilakukan
oleh BUMN. Bentuk-bentuk privatisasi tersebut sesungguhnya beraneka ragam,
sehingga Undang-undang Badan Usaha Milik Negara memberikan batasan bentuk
privatisasi yang dapat dilakukan oleh BUMN yang hendak melakukan privatisasi.
Dalam Pasal 78 Undang-undang BUMN privatisasi dapat dilaksanakan dengan
cara sebagai berikut:
a) Penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal hal ini berarti privatisasi
dilakukan dengan penjualan saham melalui penawaran umum, penerbitan obligasi
konfersi dan efek lain yang bersifat ekuitas. Termasuk dalam pengertian ini adalah
penjualan saham kepada mitra strategis bagi BUMN yang telah terdaftar di bursa.
b) Penjualan saham langsung kepada investor, hal ini berarti suatu privatisasi
dilakukan dengan penjualan saham kepada mitra strategis atau kepada investor
4
Safri Nugraha, Pengkajian Hukum tentang Privatisasi Perusahaan Milik Negara
Ditinjau Dari UUD 1945. Jakarta: 2011,. Hlm 85
ix
lainnya termasuk financial investor. Cara ini khusus berlaku bagi penjualan saham
BUMN yang belum terdaftar di bursa. Hal ini berarti saham milik suatu BUMN
tersebut dijual pada pihak tertentu yang hendak menjadi mitra usaha dari BUMN
tersebut sehingga mitra usaha tersebut kemudian bertindak sebagai pemilik.
Dengan kata lain, mitra usaha dapat juga bertindak sebagai pemegang saham
mayoritas yang kemudian juga sebagai pengendali perusahaan. c) Penjualan
saham kepada menejemen dan atau karyawan yang bersangkutan merupaka
penjualan sebagian besar atau seluruh saham suatu perusahaan langsung kepada
menejemen dan atau karyawan perusahaan yang bersangkutan. Dengan kata lain,
kepemilikan perusahaan beralih pada pihak yang terkait dengan perusahaan.
Dalam Pasal 79 disebutkan bahwa untuk membahas dan memutuskan
kebijakan tentang privatisasi sehubungan dengan kebijakan lintas sektoral,
pemerintah mementuk komite privatisasi sebagai wadah koordinasi. Komite
privatisasi dipimpin oleh Menteri Koordinator yang membidangi perekonomian
dengan anggota, yaitu Menteri, Menteri Keuangan, Menteri Teknis tempat persero
melakukan kehgiatan usaha. dalam hal ini Menteri Teknis bertindak sebagai
regulator di sektor tempat BUMN melakukan kegiatan usaha, menjadi anggota
komite privatisasi dalam privatisasi BUMN di bidangnya. Dengan kata lain,
Menteri Teknis ini menjadi pengendali dalam proses privatisasi BUMN dalam
rangka perannya sebagai komite privatisasi. Keanggotaan komite privatisasi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dengan keputuan presiden.
Komite privatisasi bertugas untuk :
x
a)
Merumuskan dan menetapkan kebijakan umum dalam persayratan dalam
pelaksanaan privatisasi. b) Menetapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk
memperlancar privatisasi
Membahas dan memberikan jalan ke luar atas permasalahan startegis yang
timbul dalam proses privatisasi, termasuk hubungan dengan kebijakan sektoral
pemerintah.
Beberapa metode privatisasi berikut ini dapat dijadikan suatu acuan,
yaitu:5
1. Privatisasi melalui pasar modal Privatisasi melalui pasar modal
Belum tentu dapat memacu pertumbuhan perekonomian. Hal ini terjadi bisa
dilihat dari komposisi investor yang membeli saham BUMN di pasar modal.
Apabila sebagian besar penyertaan modal dilakukan oleh investor dalam negeri,
berarti tidak banyak pertambahan uang beredar di masyarakat, sehingga sulit
untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Namun sebaliknya, apabila sebagian
besar investor berasal dari luar negeri, maka akan menyebabkan peningkatan uang
beredar, yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
2. Privatisasi Melalui Private Placement oleh Investor Dalam Negeri dengan
Penyertaan di bawah 50%.
Pada strategi ini, pemerintah menjual sebagian kecil (kurang dari 50%) dari
saham yang dimiliki atas BUMN tertentu kepada satu atau sekelompok investor
dalam negeri. Calon investor pada umumnya sudah diidentifikasi terlebih dulu,
5
Purwoko, Model Privatisasi BUMN yang Mendatangkan Manfaat Bagi Pemerintah
dan Masyarakat Indonesia Kajian Ekonomi dan Keuangan Vol.6, No.1, Maret 2002, hlm. 12
xi
sehingga pemerintah dapat memilih investor mana yang paling cocok untuk
dijadikan partner usahanya.
3. Privatisasi Melalui Private Placement oleh Investor Dalam Negeri dengan
Penyertaan di atas 50%
Seperti halnya alternatif sebelumnya, privatisasi melalui private placement
oleh investor dalam negeri dengan penyertaan di atas 50% akan menghasilkan
dana bagi pemerintah untuk menutup devisit anggaran. Namun demikian alternatif
ini tidak dapat mendongkrak perekonomian nasional, karena dana yang
ditanamkan di BUMN berasal dari dalam negeri (sektor swasta). Penyertaan
investor di atas 50% akan menyebabkan investor baru memiliki kekuatan untuk
ikut menentukan kebijakan dalam menjalankan kegiatan operasional BUMN,
sehingga akan terjadi pergeseran peran pemerintah dari pemilik dan pelaksana
usaha menjadi regulator dan promotor kebijakan.
4. Privatisasi Melalui Private Placement oleh Investor Luar Negeri dengan
Penyertaan di bawah 50%
Alternatif ini akan menyebabkan adanya aliran dana masuk ke Indonesia,
yang sangat berarti untuk mempercepat perputaran perekonomian dan penyerapan
tenaga kerja. Investor luar negeri pada umumnya menginginkan adanya good
corporate government dalam mengelola BUMN.
Dampak Yang Ditimbukan Akibat Privatisasi Yang Dilakukan Terhadap
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pada PT. Indosat.
Dampak kebijakan privatisasi BUMN jelas terlihat pada perubahan
kebijakan pemerintah dan control regulasi. Dimana dapat dikatakan sebagai
xii
sarana transisi menuju pasar bebas, aktivitas ekonomi akan lebih terbuka menuju
kekuatan pasar bebas, aktivitas ekonomi akan lebih terbuka menuju kekuatan
pasar yang lebih kompetitif, dengan adanya jaminan tidak ada hambatan dalam
kompetisi, baik berupa aturan, regulasi maupun subsidi. kebijakan privatisasi
dikaitkan dengan kebijakan eksternal yang penting seperti tariff, tiingkat nilai
tukar dan regulasi bagi investor asing. Juga menyangkut kebijakan domestik,
antara lain keadaan pasarkeuangan, termasuk akses modal, penerapan pajak dan
regulasi yang adail dan kepastian hukum serta arbitrase untuk mengantisipasi
kemungkinan muncul kasus perselisihan bisnis.
Dampak lain yang sering dirasakan dari kebijakan privatisasi yaitu
menyebarnya kepemilikan pemerintah kepada swasta, merugikan sentralisasi
kepemilikan pada suatu kelompok atau konglomerat tertentu. Sebagai sarana
transisi menuju pasar bebas, aktivitas ekonomi akan lebih terbuka menuju
kekuatan pasar yang lebih kompetitif, dengan jaminan tidak ada hambatan dalam
kompetisi baik berupa aturan, regulasi maupun subsidi. Untuk itu diperlukan
perombakan hambatan masuk pasardan adopsi sebuah kebijakan yang dapat
membantu pembangunan dan menasik investasi swasta dengan memindahkan efek
keruetan dari kepemilikan pemerintah. Seharusnya program privatisasi ditekankan
pda manfaat transformasi suatu monopoli public menjadi swasta. Hal ini terbatas
pada keuntungan ekonomi dan politik. Dengan pengalihan kepemilikan, salah satu
alternative yaitu dengan pelepasan saham kepada rakyat dan kayawan BUMN
yang bersangkutan dapat ikut melakukan kontrol dan lebih memotivasi kerja
karyawan karena merasa ikut memiliki dan lebih semangat berpartisipasi dalam
xiii
rangka meningkatkan kinerja BUMN yang sehat. Haal ini dapat berdampak pada
peningkatan produktivitas karyawan yang berjuang pada kenaikan keuntungan.
Privatisasi BUMN di Indonesia mulai dilakukan pemerintah sejak tahun 1980-an
BUMN yang diprivatisasi seperti, PT. TElKOM (Persero), PT. Perusahaan Gas
Negara, PT. Indosat, ternyata mampu memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap likuiditas dan pergerakan pasar modal. 6 Kondisi ini membuat semakin
kuatnya dorongan untuk melakukan privatisasi secara lebih luas kepada BUMNBUMN lainnya namun demikian, diketahui pula bahwa terdapat beberapa BUMN
yang tidak menunjukkan perbaikan kinerja terutama dua sampai tiga tahun
pertanma setelah diprivatisasi, mislkan pada PT. Indofarma Tbk. Dan PT. Kimia
Farma Tbk. Dimana target privatisasi BUMN masih belum tercapai sepenuhnya.
Selain itu metode privatisasi yang dilalakukan pemerintah pun banyak yang
berbentuk penjualan saham kepada swasta.
Hal ini menyebabkan uang yang diperoleh dari hasil penjualan sahamsaham BUMN tersebut masuk ketangan pemerintah, bukannya masuk ke dalam
BUMN
yang
digunakan
sebagai
tambahan
pendanaan
dalam
rangka
mengembangkan usahanya. Bagi pemerintah hal ini berdampak cukup
menguntungkan, karena pemerintah memperoleh pendapatan penjualan sahamnya,
namun sebenarnya bagi BUMN hal ini kurang menguntungkan, karena dalam
pemilikan saham baru, tentunya mereka dituntut untuk melakukan berbagai
perubahan, namun perubahan tersebut kurang diimbangi tambahan dana segar
yang cukup, sebagian besar hanya berasal dari kegiatan-kegiatan oprasionalnya
6
Zul Piero, Privatisasi BUMN di Indonesia . http://zulpiero.wordpress.com diunduh
pada tanggal 20 April 2010
xiv
terdahulu yang seharusnya didapatnya kurang efesien. Dari segi politis masih
banyak yang kontra terhadap kebijakan privatisasi saham kepada pihak asing ini,
pasalnya, kebijakan ini dinilai tidak sesuai daengan prinsip-prinsip Nasionalisme.
Privatisasi kepada pihak asing dinilai menyebabkan tidak adanya keuntungan
untuk BUMN dan keuntungan tersebut akan lebih kepada pihak asing dan bukan
kembali kepada rakyat Indonesia.
Dampak Privatisasi PT. Indosat
a. Dampak Positif
Damoak positif, negara mendapat tambahan dana atau devisa dari hasil
penjualan saham perusahaan tersebut, selain itu dengan masuknya kedua anak
perusahaan Temsek, maka akan ada perbaikan dan baik pada manajemen maupun
peningkatan teknologinya, yang tentunya akan berdampak perbaikan mutu dan
pelayanan, dan juga bahwa privatisasi dapat memberikan manfaat bagi publik,
termasuk untuk hak publik mendapat jasa telekomunikasi dengan harga yang
kompetitif dari Telkom dan Indosat yang sudah diprivatisasi.
b. Dampak negative
Dampak negatifnya adalah terjadinya ekses yang mengindikasikan adanya
monopoli pasar yang dilakukan oleh perusahaan induk dari sigtel dan STT
Singapore yaitu PT. Temsek singapura kondisi yang tidak diinginkan lingkungan
industri, yang mana akan merusak bisnis diindonesia, walaupun tidak menguasai
seluruh saham kedua perusahaan tersebut, tetapi lebih dari sepertiga sahamnya
dikuasainya dan secara langsung Temsek mempunyai andil yang sangat besar
dalam mengintervensi kebijaksanaan, strategi dan keuntungan yang didapat oleh
xv
kedua perusahaan Telekomunikasi Indonesia tersebut. Selain itu pemerintah akan
mengalami kesulitan untuk menginvertensi dan mengatur perusahaan-perusahaan
ini secara langsung, karena selain berhadapan dengan Temsek tetapi juga akan
berhadapan dengan hukun internasional.
xvi
PENUTUP
Kesimpulan
Bardasarkan uraian pada bab sebelumnya, penyusun dapat menarik
simpulan sebagai berikut:
1. Kebijakan privatisasi diambil oleh pemerintah untuk mewujudkan good
corporate governance, meningkatkan kinerja BUMN yang akan diprivatisasi,
meningkatkan akses ke pasar internasional,dan menutup defisit APBN, tujuan
ini tampaknya tidak bias tercapai karena yang terjadi justru banyaknya
permasalahan yang muncul. Privatisasi sebenarnya konsep libralisme yang
apabila bisa dilakukan secara ideal akan mendatangkan manfaat bagi negara
dan pasar. Dalam proses privatisasi PT. Indosat pemerintah dan pasar berusaha
untuk menjalankan perannya dalam kasus ini privatisasi justru menggambarkan
adanya distorsi peran negara banyak terdistorsi oleh kepentingan politis dan
peran pasar tidak bisa berjalan secara optimal. Hubungan antara keduanya
dapat diperbaiki apabila masing-masing melaksanakan perannya dalam
wilayah yang spesifik secara maksimal.
2. Dampak terhadap perusahaan milik negara yang diprivatisasi antara lain
peningkatan peningkatan budaya kerja atau kinerja perusahaan, yang
selanjutnya dapat meningkatkan atau mempertinggi daya saing perusahaan baik
dalam sekala nasional maupun internasional sehingga dapat memberikan
kontribusi yang lebih besar terhadap perekonomian negara. Namun dampak
lain yang tidak dapat dilupakan adalah dampak terhadap tenaga kerja.
xvii
Saran
Pelaksanaan privatisasi harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku yaitu UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN. Mengingat program
privatisasi yang sudah dilakukan oleh banyak negara termasuk Indonesia guna
meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakatnya, diperlukan penelitian
yang lebih mendalam mengenai metode privatisasi yang paling sesuai diterapkan
di Indonesia, selain itu perlu juga dilakukan penelitian tentang tenaga kerja akibat
dilakukan privatisasi terhadap perusahaan milik negara.
xviii
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Anggoro, Pony. Privatiasasi BUMN : Sebuah Ironi, Jakarta: Sinar Harapan, 2008
Rudy B Adweg dalam Safri Nugraha Management Privatisasi BUMN PT. Elex
Media Komputindo, Gramedia, Jakarta, tahun 2008.
Safri Nugraha, Pengkajian Hukum tentang Privatisasi Perusahaan Milik Negara
Ditinjau Dari UUD 1945.Badan Pembinaan Hukum Nasional
Kemenkum dan HAM Jakarta: 2011
Purwoko, Model Privatisasi BUMN yang Mendatangkan Manfaat Bagi
Pemerintah dan Masyarakat Indonesia Kajian Ekonomi dan Keuangan
Vol.6, No.1, Maret 2002,
Undang-Undang
Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milk
Negara (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70)
Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2005
Tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan perseroan (Lembar Negara
Republik Indonesia 4528)
Internet
Fredi Purnama Adi, Analisis Kasus Penjualan Saham Telkomsel http;//fredypurnama.blogsport-kasus-penjualan-saham-telkomse/2012/06/html
Zul Piero, Privatisasi BUMN di Indonesia . http://zulpiero.wordpress.com diunduh pada tanggal
20 April 2010
Download