PENGATURAN PROSEDUR PEMBATALAN SERTIPIKAT

advertisement
PENGATURAN PROSEDUR PEMBATALAN SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH
YANG MERUPAKAN BARANG MILIK NEGARA.
Oleh:
Anak Agung Istri Diah Mahadewi
Program Studi S2 Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Pemerintahan
Astract
This study discusses, "regulation of Procedure Cancellation of Certificate of Land which
is the State Owned Assets", which aims to study theoretically on Cancellation of Certificate
of Rights to the land including State owned Assets, ie, how the implementation Regulation of
Cancellation of Certificate of Land to include of State.
This research is a law that is derived from primary and secondary legal materials were
then analyzed by using the approach of legislation and legal concepts and approaches using
analytical tools and techniques argumetasi legal description.
Discussion and research results can be summarized as follows: Regulation Procedure
cancellation of Certificate of Land which is the State Owned Assets can not provide legal
certainty for the National Land Agency officials in conducting cancellation, because to the
state owned assets known as asset removal must be approved by Property Manager the
Minister of Finance, while the state owned assets such as land has issued a certificate if the
object of the dispute and has permanent legal force in terms of the form of action settlement
with the cancellation of the certificate of land Rights. So in this case the absence of a definite
regulation that can be used as guidelines for the Government Apparatus to take legal action in
the form of cancellation of Certificate of Land Rights.
Key words:Regulation, cancellation of certificate of land rights, state owned assets.
Indonesia Tahun 1945 dan Pasal 2
I. PENDAHULUAN
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
1.1 Latar Belakang
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Indonesia merupakan negara yang
kaya akan sumber daya alam, salah
satunya adalah tanah. Tanah mempunyai
fungsi yang sangat penting yaitu sebagai
perekat
Negara
Kesatuan
Republik
Indoensia yang harus dikuasai oleh negara
sebagaimana amanat Pasal 33 ayat (3)
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Agraria
selanjutnya
yang
disingkat
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA),
sehingga atas dasar tersebutlah lairlah hak
menguasai
negra
atas
tanah.
Hak
menguasai negara atas tanah mempunyai
makna
bahwa
negara
memiliki
kewenangan untuk mengatur penguasaan,
peruntukkan,
penggunaan
dan
pemanfaatan atas tanah, sehingga dengan
Indonesia, yaitu sistem publikasi negatif
adaya hak menguasai negara atas tanah,
yang tidak murni, dalam artian bahwa
lahirlah bermacam-macam hak atas tanah.
data-data yang disajikan dalam sertipikat
Adapun bermacam-macam hak atas tanah
hak atas tanah kebenaran tidak dijamin
yang terdapat di Indonesia diatur dalam
oleh negara. dengan kata lain bahwa
Pasal 16 UUPA yaitu: a. Hak Milik; b.
apabila telah terbit sertipikat hak atas tanah
Hak Guna-Usaha (HGU); c. Hak Guna-
terhadap suatu bidang tanah tertentu,
Bangunan (HGB); d. Hak Pakai; e. hak
apabila
sewa, dan hak-hak lainnya yang tidak
keberatan atas terbitnya Sertipikat Atas
termasuk dalam hak-hak tersebut.
Tanah tersebut, maka dapat menggugat di
terdapat
pihak
yang
yang
kepastian
Pengadilan sepanjang dapat membuktikan
hukum atas hak-hak tanah tersebut, maka
sebaliknya. Adanya peluang bagi pihak
diterbitkan Sertipikat Hak Atas tanah.
lain untuk menuntut terbitnya Sertipikat
Sertipikat
Hak Atas tanah menyebabkan munculnya
Dalam
rangka
memberikan
merupakan
tanda
bukti
kepemilikan hak atas tanah bagi pemegang
sengketa-sengketa
hak yang berkenaan jenis hak atas tanah,
penyelesaian. Pemerintah dalam hal ini
subyek hak dan obyek hak, sebagaimana
adalah Badan Pertanahan Nasional yang
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah
memeiliki kewenangan untuk mengurusi
Nomor
tentang
bidang pertanahan telah berupaya untuk
Pendaftaran tanah, yaitu diatur dalam Pasal
menyelesaikan sengketa-sengketa tanah
1 angka 20. Jadi Sertipikat Hak Atas
salah
Tanah merupakan tanda bukti kepemilikan
Pembatalan Sertipikat hak Atas Tanah
atas tanah, namun dalam hal ini Sertipikat
yang
Hak Atas tanah bukan merupakan alat
Kepala Badan Pertanahan Nasional RI
bukti yang mutlak melainkan Sertipikat
Nomor 3 Tahun 2011 tentang pengeloaan
Hak Atas Tanah merupakan tanda bukti
Pengkajian
kepemilikan hak atas tanah yang kuat,
Pertanahan. Terbitnya Peraturan Kepala
dalam artian bahwa kebenaran data fisik
Badan Pertanahan Nasional ini diharapkan
dan data yuridis yang termuat dalam
dapat memberikan suatu kepastian hukum
Sertipikat hak Atas tanah harus diterima
bagi
sampai adanya pembuktian sebaliknya.
terhadap kepemilikan hak atas tanah,
Hal ini disebabkan karena sistem publikasi
sehingga
pendaftaran
Kebijakan tersebut, maka aparatur Badan
24
Tahun
tanah
1997
yang
dianut
di
satunya
selanjutnya
dan
pihak-pihak
yang
memerlukan
dengan
melakukan
dibentuk
Peraturan
Penanganan
yang
diterbitkannya
Kasus
bersengketa
Peraturan
Pertanahan Nasional memiliki pedoman
untuk menangani dan menyelesaikan kasus
adanya suatu peraturan tentang prosedur
pertanahan.
dan
terkait pelaksanaan Pembatalan Sertipikat
penyelesaian sengketa tanah salah satunya
Hak Milik Atas Tanah yang merupakan
yaitu dengan mengambil tindakan hukum
barang Milik negara apakah dihapus
berupa Pembatalan Sertipikat Hak Atas
terlebih dahulu karena merupakan Barang
Tanah. Namun tidak semua sengketa tanah
Milik Negara atau dilakukan Pembatalan
yang
Sertipikat Hak Milik Atas Tanah terlebih
Bentuk
berkaitan
Sertipikat
Hak
dilaksanakan
Pertanahan
penanganan
dengan
Atas
Pembatalan
oleh
aparatur
Nasional,
pelaksanaannya
Tanah
karena
muncul
dapat
dahulu oleh Badan Pertanahan Nasional.
Badan
Oleh karena itu penulis melakukan kajian
dalam
terhadap Pengaturan Prosedur pembatalan
berbagai
persoalan, salah satunya yaitu pelaksanaan
Sertipikat
Hak
Atas
Tanah
yang
merupakan Barang Milik Negara (BMN).
Pembatalan Sertipikat Atas Tanah yang
termasuk Barang Milik Negara (BMN)
khususnya
apabila
terdapat
Putusan
1.2 Rumusan Masalah
Pengadilan yang telah berkekuatan hukum
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun
tetap. Hal ini disebabkan karena peraturan
rumusana masalahnya yaitu: “bagaimana
hukum yang tersedia baik dalam bentuk
pengaturan
peraturan perundang-undangan maupun
Sertipikat Hak Milik Atas Tanah yang
dalam bentuk Peraturan Kebijakan belum
termasuk Barang Milik Negara?”
pelaksnaan
Pembatalan
tersedia secara memadai dalam artian
peraturan
tersedia
perundang-undangan
baik
mengenai
yang
1.3 Tujuan Penulisan
Pembatalan
Sertipikat Hak Milik Atas Tanah khusunya
1. Untuk mengkaji secara teoritis
tentang tanah Barang Milik Negara dan
tentang Pembatalan Sertipikat Hak
tentang
Atas tanah yang termasuk barang
Penghapusan
belum
dapat
memberikan kepastian bagi aparatur Badan
Milik Negara;
Pertanahan Nasional untuk melaksanakan
2. Untuk menemukan dan mengkaji
pembatalan. Selain itu terhadap Barang
Peraturan-Peraturan yang berkaitan
Milik Negara dikenal dengan penghapusan
dengan Pembatalan Sertipikat Hak
Barang Milik Negara, sedangkan Badan
Atas Tanah yang berkaitan dengan
pertanahan Nasional memiliki wewenang
Barang Milik Negara.
untuk membatalkan Sertipikat Hak Milik
Atas Tanah. Sehingga dalam hal ini belum
bermacam-macam hak atas tanah, adapun
II. METODE PENELITIAN
Penelitian merupakan satu cara dan
sarana untuk melakukan suatu pencarian
dalam
rangka
pengetahuan.
mengembangkan
Menurut
Peter
ilmu
bermacam-macam hak atas tanah tersebut
yaitu:
1. Hak Milik
mahmud
Hak Milik diatur dalam Pasal 20
Marzuki, “penelitian hukum adalah suatu
Undang-Undang Nomor 5 Tahun
proses untuk menemukan aturan hukum,
1960, yang pada dasarnya mengatur
prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-
tentang pengertian Hak Milik yang
doktrin hukum guna menjawab isu hukum
merupakan hak yang terkuat dan
1
yang dihadapi. Dalam penelitian hukum
terpenuh. Sifat hak milik demikian
dikenal dengan penelitian hukum empiris
tidak berarti bahwa hak milik
dan normatif. Penelitian hukum tentang
merupakan hak yang bersiat mutlak
pengaturan prosedur pembatalan Sertipikat
dan tidak terbatas, karena tanah
Hak Atas tanah yang merupakan Barang
merupakan fungsi sosial dan hukum
Milik
jenis
tanah di Indonesia juga didasarkan
penelitian normatif. Penelitian hukum
atas hukum adat, sehingga hak milik
normatif merupakan penelitian hukum
memiliki sifat terkuat dan terpenuh
kepustakaaan, yaitu penelitian peraturan
dimaksudkan untuk membedakan
perundang-undangan.
dengan
Negara
menggunakan
Hak
Guna
Bangunan
(HGB), Hak Guna Usaha (HGU),
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Tinjauan Umum hak atas tanah
Hak Pakai dan sebagainya.
Berdasakan Pasal 21 UUPA, Hak
Hak atas tanah merupakan suatu
Milik Atas Tanah hanya dapat
perwujudan dari hak menguasai negara
diberikan kepada Warga Negara
dalam bidang pertanahan yang diatur oleh
Indonesia (WNI) dan Badan-badan
Undang-Undang Pokok Agraria. Dengan
Hukum
hak
pemerintah. dimana hak milik tidak
menguasai
negara
atas
tanah
yang
memberikan kewenangan kepada negara
mempunyai
dalam
berlakunya
hal
mengatur
penguasaan,
ditetapkan
jangka
dan
dapat
oleh
waktu
dimiliki
peruntukan pemilikan dan penggunaan atas
secara turun temurun. Hak Milik
tanah beserta hubungan hukum antara
dapat
seseorang atas tanah sehingga melahirkan
musnah dan atau jatuh kepada
1
Peter Mahmud Marzuki, 2005, Peneitian
Hukum, Cetakan ke-1, Kencana, Jakarta, h. 35.
negara.
hapus
apabila
tanahnya
2. Hak Guna Bangunan (HGB)
Hak
Guna
Bangunan
permohonan pemberian hak atas
(HGB)
merupakan salah satu jenis hak atas
tanah negara.
3. Hak Guna Usaha (HGU)
tanah di Indonesia yang tidak
Hak Guna Usaha merupakan salah
dikenal dalam perangkat hak-hak
satu jenis hak yang memberikan
atas tanah menurut hukum adat,
kewenangan bagi pemegang hak
dimana hak guna bangunan ini
memakai
diadakan dalam rangka memenuhi
diusahakannya. Hak guna usaha
kebutuhan masyarakat modern. Hak
(HGU)
guna bangunan merupakan hak
mengusahakan
untuk
dilangsung dikuasai oleh negara
mendirikan
bangunan
diatas
bangunan-
merupakan
untuk
hak
untuk
tanah
yang
bukan
yang diberikan terhadap tanah yang
miliknya dalam jangka waktu 30
luasnya paling sedikit 5 hektar
tahun
sedangkan
dan
bisa
perpanjangan
tanah
tanah
dimohonkan
kemudian
apabila
tanahnya
dalam
mencapai 25 hektar atau lebih harus
jangka waktu 20 tahun sebagaimana
mengunakan investasi modal yang
diatur dalam pasal 35 UUPA. Hak
layak sebagaimana diatur dalam
Guna Bangunan dapat diberikan
pasal 28 Undang-Undang Pokok
kepada warga negara Indonesia
Agraria. Selain itu dalam pemberian
(WNI) serta badan hukum yang
Hak Guna Usaha, apabila tanah
berkedudukan di Indonesia dan
yang masih dilekatkan hak, maka
dibentuk
berdasarkan
hukum
harus dilepaskan terlebih dahulu
Selanjutnya
apabila
menjadi
Indonesia.
tanah
negara,
dilihat dari tanah asalnya, Hak Guna
selanjutnya
Bangunan dapat berasal dari tanah
diberikan Hak Guna Usaha. Jadi
negara,
serta
tanah yang diberikan Hak Guna
berasal dari tanah hak milik. Hak
Usaha adalah tanah yang tidak
Guna Bangunan yang diberikan atas
dilekatkan hak diatasnya (Tanah
tanah yang dikuasai langsung oleh
Negara), sehingga apabila diatas
negara, terjadi haknya didasarkan
tanah yang dimohonkan Hak Guna
atas penetapan pemerintah. Hal ini
Usaha
berarti bahwa Hak Guna Bangunan
diatasnya,
ini,
harus ada pelepasan menjadi tanah
hak
haknya
Pengelolaan
terjadi
melalui
negara.
setelah
yang
apabila
maka
dilepaskan
terdapat
tanah
hak
tersebut
Selanjutnya ketentuan Pasal 29
dapat
Undang-Undang
waktu tertentu atau selama tanahnya
menjelaskan
Pokok
Agraria
jangka
waktu
diberikan
dipergunakan
selama
dengan
jangka
perjanjian
diberikannya Hak Guna Usaha yaitu
untuk
dalam jangka waktu 25 tahun dan
sebagaimana yang diatur dalam
untuk
memerlukan
Pasal 41 ayat (2) Undang-Undang
waktu yang lebih panjang dapat
Pokok Agraria. Pihak-pihak yang
diberikan jangka waktu paling lama
dapat diberikan hak pakai adalah
35 tahun, dan atas permohonan
warga negara Indonesia (WNI),
pemegang hak, maka jangka waktu
warga negara asing (WNA) yang
yang
dimohon
berkedudukan di Indonesia, badan
perpanjangan dalam waktu paling
hukum indonesia dan badan hukum
lama 25 tahun. Pihak yang dapat
asing
mempunyai
perwakilan
usaha
yang
dimaksud
dapat
Hak
Guna
Usaha
keperluan
yang
tertentu
mempunyai
di
kantor
Indonesia
adalah Warga Negara Indonesia
sebagaimana yang diatur dalam
(WNI) dan Badan Hukum yang
Pasal 42 Undang-Undang Pokok
berkedudukan di Indonesia dan
Agraria.
didirikian
menurut
hukum
Indenesia.
Berdasarkan uraian jenis-jenis hak yang
diatur
4. Hak pakai
dalam
Undang-Undang
Pokok
Agraria tersebut, maka jenis hak atas tanah
Hak Pakai secara umum dapat
yang pada umumnya diberikan kepada
diartikan sebagi hak untuk memakai
instansi pemerintah adalah Hak Pakai,
bidang tanah tertentu yang dihaki
karena seperti yang telah disebutkan
baik terhadap tanah yang dikuasai
diatas, bahwa hak Pakai tidak mempunyai
langsung oleh negara maupun atas
batasan waktu berlakunya dan dapat
tanah
yang
berlaku sepanjang tanah yang diberikan
diberikan atas dasar pemberian hak
Hak Pakai tersebut digunakan sesuai
oleh pemerintah sebagaimana yang
dengan keperluan secara cuma-cuma.
milik
orang
lain,
dapat dilihat dalam Pasal 41 ayat (1)
Undang-Undang
Pokok
Agraria.
3.2
Tinjuan Umum tentang Barang
Hak pakai tidak mempunyai batasan
Milik Negara (BMN)
yang jelas jangka waktu berlakunya
a. Pengertian Barang Milik Negara
seperti Hak Guna Bangunan dan
(BMN)
Hak Guna Usaha yaitu Hak Pakai
Pengertian Barang Milik Negara
3. Peraturan Pemerintah Nomor 6
diatur dalam Undang-Undang Nomor 1
Tahun
Tahun
Pengelolaan
2004
tentang
Perbendaharaan
Negara, dimana Barang Milik Negara
2006
tentang
Barang
Milik
Negara atau Daerah;
(BMN) merupakan semua barang yang
4. Peraturan Menteri Keuangan
dibeli atau diperoleh berdasarkan beban
Nomor 96 Tahun 2007 tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tata
(APBN) atau berasal dari peroleh lainnya
Penggunaan,
yang sah. Berarti yang termasuk Barang
Penghapusan,
Milik Negara merupakan semua jenis
Pemindahtanganan BMN;
barang baik barang bergerak maupun tidak
Cara
Pelaksanaan
Pemanfaatan,
&
5. Peraturan Menteri Keuangan
bergerak misalnya tanah yang dibeli atau
Nomor
138
Tahun
2010
diperoleh dari APBN.
tentang
Pengelolaan
Barang Milik Negara yang bersal dari
Milik Negara Berupa Rumah
perolehan lainnya yang sah meliputi
Negara;
Barang
barang :
1. hibah/sumbangan atau yg sejenis.
b. Penghapusan Barang Milik Negara
2. pelaksanaan perjanjian/ kontrak;
3. berdasarkan
ketentuan
(BMN)
undang-
undang;
(BMN) dapat dilakukan penghapusan yang
4. berdasarkan putusan
yang telah
Terhadap Barang Milik Negara
pengadilan
dilakukan oleh pejabat yang berwenang
berkekuatan hukum
sebagaimana yang diatur dalam Peraturan
tetap;
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Peraturan Hukum yang menjadi
Pengelolaan Barang Milik Negara atau
landasan Barang Milik Negara (BMN)
Daerah.
berupa
Negara pada dasarnya merupakan tindakan
Peraturan
Perundang-Undangan
dan Peraturan Kebijakan, yaitu:
1. Undang-Undang
Penghapusan
mengahapus
tindakan
Milik
Barang
17
Milik Negara dari Daftar Barang oleh
Tahun 2003 tentang Keuangan
Pengguna Barang dan atau Daftar Barang
Negara;
Milik Negara oleh Pengelola Barang yang
2. Undang-Undang
Tahun
Nomor
catatan
Barang
Nomor
2004
Perbendaharaan Negara;
1
disertai dengan penerbitan Keputusan oleh
tentang
Pejabat yang berwenang. Penghapusan
Barang Milik Negara bertujuan untuk
membebaskan Kuasa Pengguna dan atau
Penggelola Barang dari tanggungjawab
yang dapat dilihat dalam Pasal 50 Undang-
fisik dan administrasi terhadap barang
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
yang berada dalam penguasaannya.
Perbendaharaan Negara. Sehingga oleh
Latar belakang dilakukan penghapusan
karena terhadap Barang Milik Negara
terhadap Barang Milik Negara yaitu:
tersebut tidak dapat dilakukan penyitaan
1. Diserahkannya
Barang
Milik
walaupun terdapat Putusan pengadilan
Negara (BMN) kepada Pengelola
yang berkekuatanhukum tetap (inkracht),
Barang;
maka dalam hal penghapusan Barang
2. Dailihkannya status Penggunaan ke
Pengguna Barang lainnya;
Milik Negara harus mendapat persetujuan
dari Pengelola Barang dalam hal ini
3. Pemindahtanganan Barang Milik
Menteri Keuangan.
Negara kepada pihak lain;
4. Adanya Putusan Pengadilan yang
3.3 Pembatalan Sertipikat Hak Atas
telah berkekuatan hukum tetap;
Tanah yang merupakan Barang Milik
5. Pemusnahan;
Negara
6. Sebab-sebab yang lain.
Pembatalan Sertipikat Hak Atas
Penghapusan Barang Milik Negara baik
Tanah merupakan salah tindakan hukum
berupa benda bergerak maupun tidak
pemerintah
bergerak
atau
Pertanahan Nasional sebagai lembaga
dengan
pemerintah yang memiliki kewenangan
melakukan penerbitan Surat Keputusan
dalam bidang pertanahan sebagaimana
dari Pengguna Barang setelah mendapat
yang diatur dalam Peraturan Presiden
persetujuan dari Pengelola barang untuk
Nomor 10 Tahun 2006 dalam rangka
Barang
menanganani dan menyelesaikan kasus
termasuk
bangunan
tanah/dan
ditindaklanjuti
Milik
Negara
yaitu
Menteri
Keuangan.
baik
hal
ini
Badan
pertanahan sehingga dapat memberikan
Terhadap Barang Milik Negara
(BMN)
dalam
berupa
benda
amaupun tidak bergerak
suatu kepastian hukum bagi para pihak
bergerak
yang bersengketa dalam kaitannya dengan
yaitu tanah
penggunaan, pemilikan, penguasaan tanah
dan/atau bangunan tidak dapat dilakukan
di Indonesia.
suatu penyitaan oleh pihak manapun,
Tindakan
hukum
pemerintah
walaupun Barang Milik Negara tersebut
merupakan tindakan atau perbuatan yang
berwujud tanah atau bangunan yang
dilakukan
terdapat putusan pengadilan yang telah
administrasi negara dalam melaksanakan
berkekuatan hukum tetap sebagaimana
tugas
oleh
pemerintah
pemerintahan
yang
atau
dapat
menimbulkan akibat hukum. Pelaksanaan
1. Adanya
cacat
hukum
dalam
sertipikat,
baik
Pembatalan Sertipikat Hak Atas Tanah
penerbitan
diatur diatur dalam Peraturan Kepala
didasarkan
Badan Pertanahan Nasional RI Nomor 3
dari pihak yang berkepentingan
Tahun
atau
2011
Pengkajian
tentang
dan
Pengelolaan
Penanganan
Kasus
adanya
yang
permohonan
dirugikan
maupun
ditemukan sendiri oleh Kepala
Pertanahan.
Kantor
Pertanahan
yang
bersangkutan.
Pembatalan Sertipikat Hak Atas
Tanah merupakan salah satu tindakan
2. Adanya putusan Pengadilan yang
hukum yang diambil oleh Pemerintah
telah berkekuatanhukum tetap yang
dalam hal ini adalah Badan Pertanahan
harus dilaksanakan.
Nasional dalam bidang pertanahan sebagai
Jadi semua tanah yang termasuk tanah
akibat dari adanya sengketa pertanahan,
yang
hal ini disebabkan karena Sertipikat Hak
dimohonkan pembatalan apabila terdapat
Atas Tanah bukan merupakan tanda bukti
putusan Pengadilan yang telah berkekuatan
kepemilikan
hukum tetap maupun adanya cacat hukum
bersifat
yang
kuat,
mutlak,
dalam
melainkan
artian
bahwa
telah
administrasi.
dilekatkan
hak
Terhadap
dapat
Pembatalan
Sertipikat sebagai tanda bukti kepemilikan
Sertipikat Hak Atas Tanah berdasarkan
mengenai data fisik dan data yuridis yang
putusan pengadilan yang telah berkekuatan
termuat
sepanjang
hukum tetap walaupun amar putusannya
sesuai dengan yang termuat dalam buku
menyatakan suatu sertipikat hak atas tanah
tanah dan surat ukur, sehingga apabila ada
batal, batal demi hukum atau tidak sah,
pihak yang berkeberatan atas terbitnya
namun Sertipikat Hak Atas tanah tersebut
Sertipikat Hak Atas Tanah tersbeut dapat
tidak serta merta menjadi batal, melainkan
mnegajukan
harus dimohonkan pembatalan oleh pihak
didalam
Sertipikat
keberatan
kepada
Badna
Pertanahan Nasional untuk dibatalkan atau
yang
mengajukan gugatan di Pengadilan.
pengadilan yang diperoleh tersebut, karena
Pembatalan Sertipkat Hak Atas
dikonkretkan
dengan
Atas
membatalakan
oleh
putusan
tindakan pembatalan Sertipikat Hak Atas
Tanah merupakan tindakan administrasi
Sertipikat
Hak
sebagai
pejabat organ pemerintah sebagamana
Keputusan
Kepala Kantor Pertanahan
yurisprudensi putusan Mahkamah Agung
dilakukan dalam hal:
Tanh
dimenangkan
Nomor 350K/Sip/1968, tanggal 3 Mei
1969. Begitu juga terhadap tanah yang
telah diterbitkan Sertipikat Hak Atas tanah
Sertipikat
yang telah menjadi Barang Milik Negara
penerbitan Surat Keputusan Pembatalan
juga menjadi wewenang Badan Pertanahan
baik
Nasional untuk melakukan Pembatalan,
pengadilan
hal ini dapat dilihat dari Pasal 1 angka 6
administrasi terdapat beberapa tahapan
Peraturan
Pertanahan
yang harus dilaksanakan yang dapat dilihat
Nasional Republik Indonesia Nomor 3
dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Tahun
tentang
Nasional RI Nomor 3 Tahun 2011 yaitu
definisi tanah aset yaitu tanah barang milik
(1) penelitian data dari pihak pemohon; (2)
negara
daerah
pemeriksaan
lapangan;
sebagaimana dimaksud dalam Undang-
internal/gelar
eksternal/delar
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
gelar istimewa apabila diperlukan; (4)
Perbendaharaan Negara. diaturnya definisi
penyruusan Risalah Pengolahan Data; (5)
tanah aset dalam Peraturan Kepala Badan
pengambilan keputusan. melihat prosedur
Pertanahan Nasional RI Nomor 3 Tahun
pembatalan Sertipikat Hak Atas tanah
2011 bermakna bahwa ruang lingkup
tersebut, terlihat tidak adanya kejelasan
wewenang untuk membatalkan tanah Aset
terkait dengan Pembatalan Sertipikat hak
yang termasuk Barang Milik Negara
Atas tanah yang merupakan barang milik
adalah
negara,
Kepala
2011
atau
yang
Badan
mengatur
barang
wewenang
milik
Badan
Pertanahan
Hak
Atas
sebagai
Tanah
berupa
pelaksanaan
maupun
sehingga
putusan
cacat
hukum
(3)
dengan
gelar
mediasi/
demikian
Nasional. Namun walaupun demikian,
Pembatalan terhadap Sertipikat Hak Atas
Badan Pertanahan Nasional tidak dapat
tanah yang merupakan Barang Milik
begitu
pembatalan
Negara belum bisa dilaksanakan, karena
terhadap Sertipikat Hak Atas Tanah yang
belum adanya kepastian tenatang prosedur
merupakan Barang Milik Negara, karena
pembatalan terhadap Sertipikat Hak Atas
mengingat bahwa Barang MilikNegara
tanah yang menjadi barang milik negara
(BMN) tidak dapat dilakukan penyitaan
(BMN).
saja
melakukan
dan dalam Barang Milik Negara dikenal
Apabila tanah yang berupa Barang
adanya penghapusan yang harus melalui
Milik Negara (BMN) yang menjadi obyek
persetujuan dari Pengelola barang yaitu
sengketa
Menteri Keuangan. Selain itu terhadap
berkekuatan hukum tetap khususnya ketika
barang Milik Negara tunduk terhadap
diperiksa,
peraturan-peraturan tersendiri sebagaimana
Pengadilan Tata Usaha Negara dapat
yang telah disebutkan diatas. Sedangkan
menyebabkan suatu ketidakpastian bagi
prosedur dalam melakukan Pembatalan
dipengadilan
diadili
dan
yang
diputus
telah
oleh
pemerintah
dalam
hal
ini
Badan
atau
Pertanahan Nasional untuk mengambil
tindakan
hukum
berupa
pembatalan
dikenakan
sanksi
administratif.
-
Selanjutnya apabila tetap tidak
Sertipikat hak Atas Tanah yang merupakan
dilaksanakan putusan Pengadilan
barang Milik Negara. Hal ini disebabkan
yang
karena disatu sisi bahwa belum adanya
tetap, maka akan diumumkan pada
peraturan hukum yang menjadi landasan
media massa cetak setempat oleh
hukum yang kuat bagi Badan Pertanahan
panitera;
Nasionl untuk melakukan pembatalan
-
telah
berkekuatanhukum
Selain diumumkan pada media
terhadap Sertipikat Hak Atas Tanah yang
massa
merupakan Barang Milik Negara, dimana
pengadilan mengajukan hal ini
terhadap Barang Milik Negara dikenal
kepada Presiden sebagai pemegang
dengan adanya pengahapusan, sedangkan
kekuasaan
terhadap tanah yang telah diterbitkan
untuk
Sertipikat
tersebut
dikenal
dengan pembatalan
cetak
setempat,
ketua
pemerintah
tertinggi
memerintahkan
pejabat
melaksanakan
putusan
Sertipikat Hak Atas Tanah. Namun disisi
pengadilan, dan kepada lembaga
lain
perwakilan
adanya
kewajiban
untuk
rakyat
agar
melaksanakan putusan pengadilan Tata
menjalankan fungsi pengawasan.
Usaha Negara sebagaimana yang diatur
Dengan
adanya
ketidakjelasan
dalam pasal 116 Undang-Undang Nomor 5
terkait dengan prosedur untuk melakukan
tahun 1986 Jis. Undang-Undang Nomor 9
Pembatalan Sertipikat Hak Atas Tanah
tahun 2004 Jis. Undang-Undang Nomor 51
yang menjadi Barang Milik Negara,
Tahun 2009 tentang peradilan Tata Usaha
menyebabkan ketidakpastian bagi aparatur
Negara. dalam Pasal tersebut mengatur
Badan
tentang pelaksanaan putusan pengadilan
mengambil
yang telah memeperoleh kekuatan hukum
mneyelesaikan kasus pertanahan tersebut.
teatp, yang pada intinya yaitu:
Setiap
-
Apabila
tindakan
untuk
hukum
utnuk
pemerintah
harus
didasarkan pada asas legalitas. Ruang
pihak dalam perkara TUN tidak
Lingkup legalitas tindak pemerintahan
melaksanakan Putusan Pengadilan
meliputi: wewenang. Prosedur, substansi.2
yang telah berkekuatan hukum
Wewenang yang dimaksud adalah bahwa
maka
bersangkutan
yang
tindakan
Nasional
menjadi
tetap,
pejabat
Pertanahan
pejabat
akan
yang
dikenakan
pembayaran sejumlah uang paksa
2
Philipus M. Hadjon, et.al,2011, Hukum
Administrasi dan Tindak Pidana Korupsi, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta , h. 17
tindak pemerintah harus didasarkan pada
landasan peraturan Perundang-Undangan,
kewenangan yang sah, dimana sumber
kepatutan, dan keadilan dalam setiap
wewenang pemerintah diperoleh melalui
kebijakan
tiga sumber yaitu, atribusi, delegasi dan
Profesor
mandat. Prosedur yang dimaksud adalah
bukunya, Hukum dalam Jagat Ketertiban,
bahwa dalam hal pemerintah melakukan
2006:
suatu tindakan hukm harus didasarkan
Kepastian hukum dengan menggunakan
pada prosedur, yang dapat memberikan
perspektif sosiologis, yaitu:
Substansial yang dimaksud yaitu bahwa
dibatasi
secara
substansial yaitu harus didasari pada
tujuan tertentu, sehingga tidak terjadi
tindakan
penyalahgunaan
wewenang.
Berdasarkan hal tersebut, walaupun Suatu
pejabat pemerintah memiliki wewenang
untuk
menerbitkan
namun
prosedur
suatu
untuk
Rahardjo
membahas
Negara”.
(dalam
masalah
Setiap ranah kehidupan memiliki
semacam ikon masing-masing.
Untuk ekonomi ikon tersebut
adalah efisiensi, untuk kedokteran:
mengawal hidup manusia dan
seterusnya. Ikon untuk hukum
modern adalah kepastian hukum.
Setiap orang akan melihat fungsi
hukum
modern
sebagai
menghasilkan kepastian hukum.
Masyarakat terutama masyarakat
modern, sangat membutuhkan
adanya kepastian dalam berbagai
interaksi antara para anggotanya
dan tugas itu diletakkan di pundak
hukum.
Ilmu
hukum
pun
disibukkan oleh masalah tersebut.3
Kepastian hukum adalah “Scherkeit
berdaya guna bagi masayarakat. Dan
pemerintah
Satjipto
133-136)
perlindungan, keterbukaan informasi, dan
tindakan
Penyelenggaraan
Keputusan,
menerbitkan
Keputusan tersebut tidak jelas, sehingga
belum dapat menghasilkan daya guna dan
des Rechts selbst” (kepastian tentang
hasil guna bagi masyarakat.
hukum itu sendiri), terdapat empat hal
Suatu tindakan pemerintah harus
dapat memberikan suatu kepastian hukum.
yang
berhubungan
dengan
makna
kepastian hukum yaitu:
Asas Kepastian Hukum merupakan salah
Pertama, bahwa hukum itu harus
positif, artinya bahwa ia adalah
perundang-undangan (Gesetzliches
Recht). Kedua, bahwa hukum ini
didasarkan pada fakta (Tatsachen),
bukan suatu rumusan tentang
penilain yang nanti akan dilakukan
satu perwujudan dari asas legalitas dalam
negara hukum. Menurut penjelasan atas
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
tentang penyelenggaraan Negara yang
bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme, menentukan bahwa “ Asas
Kepastian hukum merupakan Asas dalam
negara
hukum
yang
mengutamakan
3
Achmad Ali, 2009, Menguak Teori Hukum
(Legal
Theory)
dan
Teori
Peradilan
(Judicialprudence), termasuk Interpretasi UndangUndang (Legisprudence)”, Edisi Pertama, cetakan
ke-2, Kencana Prenada Media Group,Jakarta, h.
289-290.
oleh hakim seperti “kemauan baik”,
“kesopanan”. Ketiga, bahwa fakta
itu harus dirumuskan dengan cara
yang jelas sehingga menghindari
kekeliruan dalam pemaknaan,
disamping juga mudah dijalankan.
Keempat, hukum positif itu tidak
boleh sering diubah-ubah.4
Milik Negara, karena setiap Barang Milik
Jadi suatu aturan hukum harus jelas
peraturan hukum yang pasti yang dapat
sehingga
dapat
memberikan
Negara berupa tanah harus disertipikatkan
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 49
Undang-Udnang Nomor 1 Tahun 2004
tentang perbendaharaan Negara. Dengan
demikian oleh karena belum adanya
suatu
dijadikan
payung
hukum
kepastian bagi tindakan pemerintah, yang
sehingga
dapat
memberikan
nantinya juga dapat memberikan kepastian
kepastian hukum bagi aparatur Badan
bagi
Peratanahan Nasional untuk mengambil
masyarakat. Begitu juga dalam
yang
suatu
kaitannya dengan pelaksanaan pembatalan
tindakan-tindakan
Sertipikat
yang
pelaksanaan pembatalan Sertipikat Hak
Negara.
Atas Tanah, maka perlu adanya suatu
Ketidakpastian peraturan tersebut terlihat
aturan hukum yang dapat memberikan
bahwa terhadap Barang Milik Negara
kepastian hukum bagi aparatur Badan
dikenal dengan adanya penghapusan Aset,
Pertanahan Nasional untuk mengambil
dimana penghapusan aset harus mendapat
suatu
persetujuan
menyelesaikan kasus pertanahan.
Hak
merupakan
Menteri
putusan
Atas
Barang
Tanah
Milik
Pengelola
Barang
yaitu
tindakan
hukum
kuat
hukum
berupa
untuk
Keuangan meskipun terdapat
pengadilan
berkekuatanhukum
yang
tetap
telah
sebagaimana
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 6 Tahun 2006. Dan untuk tanah
IV. SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Pengaturan Prosedur pembatalan
yang telah diterbitkan Sertipikat dalam hal
Sertipikat
terjadi sengketa dalam peyelesaiannya
merupakan Barang Milik Negara belum
berupa Pembatalan Sertipikat Hak Atas
dapat memberikan kepastian hukum bagi
Tanah sebagaimana yang diatur dalam
aparatur Badan Pertanahan Nasional dalam
Peraturan
Pertanahan
melakukan Pembatalan, karena terhadap
Nasional RI Nomor 3 Tahun 2011 tentang
Barang Milik Negara dikenal dengan
Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan
penghapusan aset yang harus mendapat
Kasus Pertanahan, termasuk juga Barang
persetujuan dari Pengelola Barang yaitu
Kepala
Badan
Hak
Atas
Tanah
yang
Menteri Keuangan, sedangkan terhadap
4
Ibid, h. 292-293.
Barang Milik Negara berwujud tanah yang
telah diterbitkan Sertipikat apabila menjadi
obyek
sengketa
berkekuatanhukum
dan
tetap
penyelesaiannya
telah
dalam
dilakukan
hal
dengan
tindakan berupa pembatalan Sertipikat Hak
Atas Tanah tersebut. Sehingga dalam hal
ini belum adanya suatu pengaturan yang
2. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria.
Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986
Jis. Undang-Undang Nomor 9
tahun 2004 Jis. Undang-Undang
Nomor 51 Tahun 2009 tentang
peradilan Tata Usaha Negara.
pasti yang dapat diajdikan pedoman bagi
Aparatur Pemerintah untuk mengambil
tindakan
hukum
berupa
pembatalan
Sertipikat Hak Milik Atas Tanah.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara.
4.2 Saran
Perlu dibentuk peraturan hukum
yang
pasti
yang
berkaitan
dengen
Pembatalan Sertipikat Hak Atas Tanah
yang merupakan Barang Milik Negara,
sehingga
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
tentang penyelenggaraan Negara
yang bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
dapat
memberikan
kepstian
hukum bagi Aparatur pemerintah dalam
hal ini Badan Pertanahan Nasional untuk
mengambil tindakan hukum.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Ali, Achmad, 2009, Menguak Teori Hukum
(Legal
Theory)
dan
Teori
Peradilan
(Judicialprudence),
termasuk Interpretasi UndangUndang (Legisprudence)”, Edisi
Pertama, cetakan ke-2, Kencana
Prenada Media Group,Jakarta.
Hadjon, Philipus M, et.al,2011, Hukum
Administrasi dan Tindak Pidana
Korupsi, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun
2006
tentang
Pengelolaan
Barang Milik Negara atau
Daerah.
Download