asean-china free trade agreement dan

advertisement
ABSTRAKSI
Idar Desriyanti, E 131 08 001, Pengaruh ASEAN-China Free Trade Agreement
Terhadap Stabilitas Ekonomi Indonesia, di bawah bimbingan Mappa Nasrun sebagai
pembimbing I dan Pusparida Syahdan sebagai pembimbing II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak ACFTA terhadap stabilitas
ekonomi Indonesia, strategi pemerintah dalam meningkatkan ekonomi indoensia melalui
kerjasama ACFTA serta peluang dan tantangan Indonesia dalam kerjasama ACFTA.
Metode penulisan yang digunakan penulis adalah tipe penelitian kualitatif.
Sedangkan teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah menggunakan data
moneteri dan fiskal serta data sekunder, yaitu data-data mengenai perjalanan ACFTA dan
juga kebijakan-kebijakan
yang dilakukan oleh pemerintah
untuk menjaga dan
meningkatkan stabilitas ekonomi Indonesia, serta data perekonomian Indonesia sebelum
dan sesudah ACFTA. Adapun sumber data yaitu buku-buku atau refrensi mengenai
ACFTA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ACFTA membawa dampak terhadap industriindustri domestik dalam negeri hal ini membawa pengaruh terhadap stabilitas Indonesia. ini
dilihat dari dua sektor industri yang penulis teliti yaitu industri tekstil dan alas kaki. Impor
Indonesia dari China untuk barang-barang tekstil dan alas kaki mengalami peningkatan
yang cukup signifikan, penyebabnya adalah harga yang murah dan lebih beragam. Hal ini
mengakibatkan pasar domestik dikuasai oleh barang-barang China sehingga barang buatan
dalam negeri tidak mampu bersaing. Banyaknya dampak yang ditimbulkan oleh perjanjian
ACFTA ini membawa pemerintah melakukan strategi demi menyelamatkan industriindustri dalam negeri salah satunya dengan melakukan peningakatan daya saing,
memproteksi produk dalam negeri sehingga produk–produk impor tidak menguasai pasar
dalam negeri sehingga mampu tercipta peluang yang lebih besar untuk produk–produk
dalam negeri menguasai pasar sendiri serta mengambil kebijakan-kebijakan untuk
meningkatakan stabilitas ekonomi indonesia. Selain itu walaupun ACFTA banyak
membawa pengaruh negatif terhadap industri-industri dalam negeri akan tetapi Indonesia
masih bisa mendapatkan peluang yaitu dengan meningkatkan ekspor produk-produk
unggulan dalam negeri, Indonesia harus jeli melihat peluang yanga ada agar dapat
mengambil keuntungan yang mampu menopang perekonomian indoensia. Sementara itu,
tantangan utama yang dihadapi Indonesia dalam bidang perdagangan luar negeri adalah
bagaimana meningkatkan daya saing terhadap ekonomi negara-negara kawasan yang makin
meningkat pertumbuhan dan produktifitasnya.
Kata pengantar
1
Bunch of thanks to :
Allah SWT…..
Alhamdulillah Puji syukur atas kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya yang sangat luar biasa, terima kasih atas pertolongan dan lindungan
di saat penulis merasa sendiri dan ketika putus asa ditengah-tengah meyelesaikan
skripsi ini. thanks God, your light in my life.
My parents
For my inspiration, motivator and as my donation, hahaha.. Lovely father H.
Ambo Sakka M. and mother Hj. Irna Suryanti Waaaaahhhhhh sarjanamaaa bapak
aji mama inna sayaaang (kaya mau keluar air mataku ) mulai lebay…hhi :D.
Bapak aji, bapak yang keras kalau merah harus merah, HARUS ! namun bijaksana,
terima kasih atas semua semua yang telah bapak berikan. Buat mama Inna-ku
tercinta, ibu yang multifungsi, sebagai sahabat, teman curhat, teman bergosip,
mother I love you more than my own life. kalian selalu ada di saat penulis happy,
sad, cry, fall, and rise maka dari itu penulis ucapkan banyak terima kasih atas doa,
didikan, dukungan, pengorbanan, kesabaran, semangat, dan kasih sayang kalian
selama ini. Mungkin menjadi sarjana hanya sebagian kecil yang bisa menggantikan
pengorbanan kalian, namun apapun itu penulis akan selalu mencoba untuk
membahagiakan dan menjadi anak yang bisa di banggakan. Walaupun semuanya
tidak akan pernah cukup membalas apa yang telah kalian berdua berikan. You know
that I am very proud to be your daughter, I love you both more and more...... buat
2
Suryani J kita memang tidak satu rahim tapi kau lebih dari saudari dan kakak
buatku terimah kasih sudah menemani umi di saat penulis jauh.
Penulis juga mengucapkan banyak terimah kasih kepada pihak-pihak yang
telah memberikan bantuan agar skripsi ini dapat selesai. Bapak Rektor Universitas
Hasanuddin beserta jajarannya, Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UNHAS beserta jajarannya, Bapak Prof.Dr.H. Mappa Nasrun.M.A sebagai
pembimbing I dan Ibu Pusparida Syahdan, S.Sos,M.si sebagai pembimbing II.
Bapak dan ibu dosen Jurusan Hubungan Internasional, buat bapak Drs. Aspianoor
Masri terimah kasih atas bantuan dan masukannya, penulis tidak akan pernah lupa
jasa-jasa bapak, serta terima kasih banyak buat Bunda dan Kak Rahma yang telah
memberikan bantuan, nasehat, dan dukungannya kepada penulis.
Sahabat-sahabatku tercinta my friendship, my hotbebs, my partner in crime,
haha. Mulai dari Maba sampai sekarang yang selalu mewarnai hari-hari penulis
selama kuliah Deta “detong” petualangan kita di Jakarta selama penelitian takkan
pernah terlupakan hahaha.. Terima kasih atas bantuannya apa jadinya kalau ga ada
kamu hho :P, Weny “si ceroboh” :D logat Sorowako-mu nda pernah berubah,
haha.. paling nda bisa saya lupa ‘duluan mko, sa nyusulji itu bahh’ Haha, Chea
“Bondeng”
ayo deh RM Sulawesi ayam bakar sama es teh manis, :P, Idha
“Ceplos” ajari duleh bahasa Arab, wee mana janjimu ajakki semua ke
Bone,,apajii,,,!, Nhya “Kodok”
kantor polisi daya nda bisa saya lupa sama
kamu,,hha, Janet “Nuuurrr” janet bagusmikah jalanan kekampungmu? kapan lagi
ini ke kebunmu makan rambutan? :P, Ria “jamila” ada rahasiamu sama saya hha
3
:P, Arini “si gadis oon” :P cantik tapi hobby menjomblo,,hha :P ayok deh pi
jalan.(kata yang paling sering di ucapkan :D). Terima kasih buat canda tawa dan
kegilaanya, kita bertemu, kenalan dan bersahabat. Makasih sudah menjadi bagian
dari cerita hidupku. Cepat nyusul yaahhh semua :D.
My Hegemony 08 (eehmmm…berhenti sejenak, nyesek, dan tiba-tiba galau
:P) baiklah kita flashback sejenak mencoba mengingat-ingat satu persatu dari
kalian. Naota, pembimbing III hhi maksih banyak atas bantuannya, Nilam, Ade,
makasih sudah denger curhatanku waktu KKN di Gubernuran, hhe setiap kejadian
pasti ada hikmahnya, di cariko pak Yani,,hha. Kiko, penelitian atau Shoppingko di
Jakarta hha, Imel, saya tunggu undanganmu sama icca bawakanka ke
Bulukumba,,:D, Ayu, Dede, Maya, Ayu monica, semoga apa yang kalian citacitakan dapat terwujud amin, Nely, Husnul, Marwah, Tuti, semangat kalian patut
di contoh,,hhe mba Eka, kak Muji, Yana, teman cerita yang baik, Iva, Riri, Icha,
Rara, mba Mutia, Farah, sukses yah,,! Poeng, Tika, Titin, kompak terus
yah,,,!hhe. Kak dirga, Acong, pulu, Agung, Gilang, Arham, Biondi, Fredi,
Parman, Fatun, Hakri, Tuandi, Memet, Irsum, mas Adi, Achi, Hasan, Sabir,
Iccang, mudah-mudahan kalian semua sukses, di manapun kalian berada, jangan
sombong yyahh,,,! Seneng banget bisa menjadi bagian dari keluarga Hegemoni, bisa
menjadi bagian dari kalian. I love u guys I hope someday if we meet again, all of u
are already become successful people. I’ll be miss u all.
Buat para HIers kak Levi, kak Bia terima kasih atas masukan, bantuan dan
bahan-bahan skripsinya, senior 07 dst, sukses yah kanda-kanda bawa nama baik HI
4
:D dimanapun kalian berada dan junior 09 dst, selamat berkarya, terimah kasih
sudah menjadi bagian dari cerita penulis selama kuliah.
Buat my “Dontu” Anugra Yanti Syam best friend, no matter what I feel u
always there, makasih sudah jadi sahabat terbaikku selama ini. Aries Hiddin u are
my best brother, my hero, my best friend, hhe. Ariiisssssssss terimah kasih selalu
ada di saat saya butuh apa-apa, maaf selalu merepotkan :D, Ilo “cacing” my brother
terima kasih buat candanya, ‘calla-calla’nya, ngumpul-ngumpulnya. Terima kasih
semua buat waktu dan telinganya untuk curhatanku, atas bantuan, dukungan, dan
motivasinya, kita memang tidak sauadara kandung tapi kalian tidak kurang dari
saudara dan sudah lebih dari seorang sahabat yang baik untukku. Buat sahabatsahabat SMA ku Imon, Ilha, Iccank, Didik terima kasih untuk dukungannya.
Buat Nenek dan tente mama Utti tempatku bermanja-manja, Terima kasih
buat kebersamaan selama empat tahun, buat masakan dan kue-kue yang enak di
rumah, dan buat kesabaran menghadapi penulis yang kadang malas hhe… Terima
kasih, kalian sebagai pengganti orang tuaku di saat mereka jauh. dan juga buat
mama-mamaku, mama Onny, mama Misa, mama Ratna, sepupu-sepupu penulis
Ilham dan Chaca terima kasih sudah menjaga dan menemani penulis selama kuliah
di Makassar.
For the last but not least to “Satujuni. Even though that you are my past but in
present time you are such a big help for me. Without you, I’m not gonna become
who I am right now. With you, no matter what I’m feeling, I feel that everything is
gonna be ok. So much love, care, laugh and tears since I met you. I’m so proud to
be your lover, partner, friend and sister. Of course my bunch of thanks to your
5
family for their kindness and everything that they gave me, I feel your family is like
my own family. I hope you will become a successful man and someday your dreams
will come true, keep fighting!! My last hope for you is no matter what will happen to
us, you will always become your own self that I always knes that it is you.
“IHTYAMF”.:D
Idharechy 
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………….
HALAMAN PENERIMAAN………………………………………………
ABSTRAK…………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR………………………………………………………..
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..
DAFTAR TABEL.…………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
LatarBelakang………………………………………………………1
Batasan dan Rumusan Masalah……………………………………..8
Tujuan dan keguanaan penelitian……………………………………9
Kerangka konseptual……………………………………………….10
Metode penelitian…………………………………………………..14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
6
A. Perdagangan bebas…………………………………………………16
B. Stabilitas ekonomi …………………………………………………21
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Kerjasama ACFTA…………………………………………………29
B. Stabilitas perekonomian Indonesia
1. Sebelum ACFTA……………………………………………….47
2. Sesudah ACFTA……………………………………………….49
BAB. IV PENGARUH ACFTA TERHADAP STABILITAS EKONOMI INDONESIA
A. Dampak
diberlakukannya
ACFTA
terhadap
stabiliats
Indonesia…………………………………………………………...51
B. Starategi pemerintah dalam meningkatkan stabilitas ekonomi melalui
kerjasama ACFTA…………………………………………………59
C. Peluang dan tantangan Indonesia dalam menghadapi ACFTA……73
ekonomi
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………………80
B. Saran ……………………………………………………………….81
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..
7
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1. Modalitas Penurunan Tarif EHP………………………………..37
2. Tabel 2. Jadwal Penurunan atau Penghapusan Tarif Pada Normal Track
antara ASEAN dan China ……………………………………………….41
3. Tabel 3. Neraca Perdagangan Indoensia dengan
Rep. Rakyat China periode 2006-2010…………………………..............45
4. Tabel 4. Perkembangan Ekspor Produk Non Migas Menurut
Tujuan……………………………………................................................46
Negara
5. Tabel 5. Data Perdagangan
Ekspor-impor Tekstil (TPT) Indonesia ke
China……………………………………………………………………..48
6. Tabel
6.
Data
Perdagangan
Ekspor
Alas
kaki
periode
2009………………………………………………………………………48
2008-
7. Tabel 7. Data Perdagangan Impor Alas Kaki periode 2008-2009……...49
8
8. Tabel 8. Data Ekspor impor Industri TPT Periode……………………...50
9. Tabel 9. Data Ekspor Impor Alas Kaki Periode 2010-2011…………….54
10. Tabel 10. Nilai Impor Per Negara Muat Barang Alas Kaki Januari 2010
dan Januari 2011…………………………………………………………55
11. Tabel 11 : Ekspor Impor Tekstil Sebelum ACFTA periode 2008-2009…55
12. Tabel 12 : Ekspor Impor Tekstil Sesudah ACFTA periode 2010-2011…56
13. Tabel 13 :Ekspor Impor alas kaki sebelum ACFTA periode 2008 -2009..56
14. Tabel 14: Ekspor Impor Alas Kaki Sesudah ACFTA Periode
2011………………………………………………………………………56
2010-
9
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ASEAN (Association of Shoutheast Asia Nations) merupakan organisasi
Geo-politik dan Ekonomi Negara-negara di kawasan Asia tenggara seperti
Singapura, Malaysia, Indonesia, Brunai Darussalam, Vietnam, Filifina, Thailand,
laos dan kamboja. Pembentukan organisasi regional ini bertujuan untuk
meningkatkan kerjasama multilateral antarnegara di kawasan Asia tenggara bentuk
kerjasama antarnegara itu meliputi bidang ekonomi, sosial dan budaya, serta
pertahanan keamanan dan perdamaian antar negara ASEAN.1 Adapun pembahasan
selanjutnya akan menitikbertakan pada kerjasama ASEAN dalam bidang ekonomi
yang dikenal dengan Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA) dengan tujuan
menjadikan ASEAN sebagai sebuah kawasan yang stabil, makmur, dan berdaya
saing tinggi saing didalamnya terdapat aliran bebas dengan tingkat pembangunan
ekonomi yang merata serta kesenjangan ekonomi dan kemiskinan yang makin
berkurang.2
Perkembangan global yang di alami oleh ASEAN menjadikan kawasan
ini perlu melakukan kerjasama ekonomi di dunia internasional, mengingat
pentingnya perdagangan ASEAN dengan negara-negara lain di luar kawasan. Hal
1
http://www.anneahira.com/sejarah-asean.htm di akses tanggal 1 november 2011 pkl.19.41 wita
Kementrian Republik Indonesia, kerjasama Perdagangan Bebas ASEAN dengan mitra wicara, Jakarta:
Kementrian Republik Indonesia, 2010
2
10
ini agar berbagai peluang kerjasama dapat dimanfaatkan oleh para pelaku usaha
ASEAN untuk bersaing secara internasional, disamping itu ASEAN harus dapat
menjadi pasar yang menarik bagi investasi asing. Melalui pembentukan kawasan
perdagangan bebas (free Trade Area/ FTA) ASEAN melakukan kerjasama ekonomi
dengan beberapa negara mitra seperti Jepang, China, Korea, Australia, Selandia
Baru dan india. Dalam kerjasama ini pula setiap negara anggota ASEAN dapat
melakukan kerjasama bilateral dengan negara-negara yang menjadi mitra ASEAN
tersebut.
Dari beberapa mitra ASEAN, Cina merupakan negara yang mengalami
perkembangan paling pesat. Pasca reformasi Deng Xio ping, Cina mengalami
kemajuan yang sangat besar terutama dalam bidang ekonomi. Faktanya saat ini Cina
telah menjadi salah satu negara penggerak perkeonomian dunia. Hal ini terlihat pada
produk-produk China yang telah mampu menjangkau berbagai belahan dunia.
Selain luasnya wilayah perdagangan China juga memiliki kelebihan dimana harga
produk yang di tawarkan jauh lebih murah. Disamping itu China memiliki jumlah
penduduk terbanyak di dunia dan kemajuan tekhnologi serta infrastruktur lainnya
yang tentu saja dapat menunjang kemajuan negara ini.
ACFTA dimulai ketika pada tahun 2001 digelar ASEAN-China Summit di
Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam. Pertemuan kelima antara ASEAN
dengan China ini menyetujui usulan China untuk membentuk ACFTA dalam waktu
10 tahun. Lima bidang kunci yang disepakati untuk dilakukan kerjasama adalah
pertanian, telekomunikasi, pengembangan sumberdaya manusia, investasi antar11
negara dan pembangunan di sekitar area sungai Mekong.3 Pertemuan ini
ditindaklanjuti dengan pertemuan antar Menteri Ekonomi dalam ASEAN-China
Summit tahun 2002 di Phnom Penh, Vietnam. Pertemuan ini menyepakati
“Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation” (CEC), yang
didalamnya termasuk FTA. Sejak pertemuan itulah ACFTA dideklarasikan.4
Kerjasama ACFTA ini sangat penting, mengingat tujuan-tujuan yang
ingin dicapai bisa memberikan keuntungan yang begitu besar bagi negara-negara
yang terlibat apabila dapat dimanfaatkan dengan baik. Salah satu tujuan yaitu
memperkuat dan meningkatkan kerjasama perdagangan yang dapat menguntungkan
tanpa menjatuhkan yang satu dengan yang lainnya. Dalam kesepakatan tersebut
juga akan merealisasikan liberalisasi jasa dan investasi dan juga investasi yang telah
disepekati setelah tarif barang dilakukan, menggali bidang-bidang kerjasama yang
baru dan mengembangkan kebijaksanaan yang tepat dalam rangka kerjasama
ekonomi antara Negara-negara anggota. Dari beberapa tujuan ini ASEAN memiliki
harapan beberapa harapan yang dapat dicapai dengan jalan melaksanakan ACFTA.
salah satu tujuan tersebut adalah memperbaiki keadaan perekonomian di Negaranegara ASEAN yang menurun drastis akibat krisis khususnya bagi Laos, Vietnam,
Myanmar dan Kamboja.
3
http://map.ugm.ac.id/index.php/component/content/article/11-policyforum/64-acfta-dan-indonesia di akses
tanggal 1 november 2011 pkl 21.34 wita
4
Ibid
12
Dalam ACFTA seluruh negara sudah harus mengurangi tarif menjadi 05% untuk 40% komoditas yang ada pada normal track sebelum 1 Juli 2006.5
Seluruh negara sudah harus mengurangi tarif menjadi 0-5% untuk 60% komoditas
yang ada pada normal track sebelum 1 Januari 2007. Dan seluruh negara sudah
harus mengurangi tarif menjadi 0-5% untuk 100% komoditas yang ada pada normal
track sebelum 1 Januari 2010. Maksimum sebanyak 150 tarif dapat diajukan
penundaan hingga 1 Januari 2012.6 Dengan adanya pengurangan tarif tersebut
perdagangan bebas antara Cina dengan Negara-negara di kawasan Asia tenggara
telah di laksanakan tentu hal ini para pelaku yang bermain didalamya harus mampu
memanfaatkan peluang yang ada agar dapat memperoleh keuntungan sebanyakbanyaknya.
Perjanjian ACFTA ini dilakukan dalam beberapa tahap, fase awal dari
kesepakatan perdagangan ini, dikenal dengan Program Panen Awal (EHP- Early
Harvest Programme), EHP adalah suatu program untuk mempercepat implementasi
ACFTA dimana tarif Most Favored Nation (MFN) sudah dapat dihapus untuk
beberapa kategori komoditas tertentu. Ini mulai dilaksanakan tanggal 1 Januari
2004, merupakan komitmen pemotongan tarif bagi produk-produk sektor pertanian
ASEAN yang masuk ke China.7
5
Ibid
Ibid
7
Daniel Pambudi dan Alexander C, Chandra, Garuda Terbelit Naga-Dampak Kesepakatan Perdagangan
Bebas Bilateral ASEAN-Cina Terhadap Perekonomian Indonesia. jakarata : Institute For Global Justice. 2006
hal.3
6
13
Sejak perjanjian ACFTA mulai diberlakukan tentunya Negara-negara
ASEAN, khususnya Indonesia telah mempersiapkan diri dalam mengahadapi
peluang dan tantangan ada. Sebagai bagian dari keseriusan pemerintah mengawali
dengan meratifikasi Framework Agreement ASEAN-China FTA melalui Keputusan
Presiden Nomor 48 Tahun 2004 tanggal 15 Juni 2004.8
Keputusan presiden no.48 tahun 2004, pasal 1 :
Mengesahkan framework Agreement on coomprehensiv Economic
cooperation between between the assocationof South East Asian Nations
and the people’s Republik of Cina (Persetujuan Kerangka Kerja mengenai
Kerjasama Ekonomi menyeluruh antara Negara-negara Anggota Asosiasi
Bangsa-Bangsa Asia Tenggara dan republic rakyat China), yang telah
ditanda tangani Pemerintah Republik Indonesia di Phnom penh, Kamboja,
apada tanggal 4 November 2002, sebagai hasil perundingan antara para
wakil Negara-negara Anggota Asosiasi Bangsa-bangsa Asia Tenggara
dan Pemerintah Republik Rakyat Cina yang salinan naskah aslinya dalam
bahasa inggris dan terjemahannya terlampir pada keputusan presiden ini.9
Keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah ini menandakan bahwa
pemerintah Indonesia telah siap dalam menghadapi ACFTA, namun kenyataan
dilapangan berkata lain industri-industri sebagai penopang perekonomian Indonesia
malah terkena dampak negatif dengan adanya ACFTA, akibatnya ekonomi
Indonesia seakan jalan ditempat. Berdasarakan analisis dan perhitungan yang
dilakukan oleh Warta Ekonomi Intelegence Unit ada delapan sektor industri di
8
Sekretaris Negara Republik Indonesia, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 tahun 2004, 15
juni 2004.( http://www.bpkp.go.id/unit/hukum/kp/2004/048-04.pdf) diakses tanggal 22 November 2011
pukul 20.00 wita
9
ibid
14
Indonesia yang terancam akibat implementasi ACFTA.10 Kedelapan sektor itu ialah
sektor alas kaki, sektor tekstil dan produk tekstil, sektor kimia, sektor besi dan baja,
sektor furnitur, sektor elektronik, sektor makanan dan minuman. Sektor-sektor yang
terancam ini membuat pasar domestik Indonesia kalah bersaing dengan produk
impor yang terus membanjiri pasar domestik Indonesia, khususnya barang Cina.
fakta ini sejalan dengan hasil perhitungan BPS, dimana naraca perdagangan antara
Indonesia dengan Cina kini mengalami defisit. Artinya nilai import dari Cina masih
lebih besar dibanding ekspor Indonesia ke Cina.11
Penyebab industri-industri di Indonesia tidak mampu bersaing dengan
China, yaitu terkait sumber daya daya dan tenaga kerja yang mayoritas (60
persennya) masih berpendidikan level SD ke bawah.12 Kondisi ini tentu saja sangat
mempengaruhi kualitas kerja dan produktivitas tenaga kerja Indonesia. Selain itu
juga tingkat suku bunga kredit yang masih tinggi. Berbeda dengan Indonesia, bunga
pinjaman yang diterapkan pemerintah China dalam menggairahkan usaha rakyat
hanya dipatok pemerintah antara 4-6 persen pertahun, sedangkan di Indonesia suku
bunga kredit masih bertengger di angka 14-16 persen.13 Dengan suku bunga
pinjaman sebesar itu, bisa dipastikan iklim usaha Indonesia akan terus menurun.
Soal lain yang juga tak kalah penting adalah terkait penegakan dan juga kepastian
hukum masalah yang satu ini memang sangat sulit untuk didapatkan solusinya.
Ivan Limdan Philipp Kauppert, “Apa Pilihan untuk Indonesia”. Jurnal Sosial Demokrasi- Perdagangan
bebas ASEAN-Cina : Berdagang Untuk Siapa?, 2010, vol.8, Februari-jun.
11
Ibid
12
Ibid
13
Ibid
10
15
Stabilitas ekonomi yang baik didukung oleh langkah-langkah penguatan
dalam sektor keuangan yang mendorong kegiatan ekonomi.14 Hal ini misalnya pada
sektor industri dalam memproduksi barang, ini bertujuan untuk meningkatkan
efisiensi dan kualitas produksi mereka. Sebaliknya jika tidak ada dukungan dari
sektor keuangan, industri domestik tersebut akan terhambat dalam melakukan
produksi barang.
Selain itu, eksistensi industri domestik banyak ditentukan oleh kebijakan
fiskal yang dikeluarkan oleh pemerintah. Bentuk kebijakan pemerintah seperti
penentuan tingkat suku bunga, penetapan tarif pajak, dan alokasi pemberian kredit,
ketiga hal tersebut sangat menentukan ketersediaan modal untuk menunjang
produksi domestik dalam negeri. Jadi apabila pemerintah menetapkan tingkat suku
bunga dan pajak yang tinggi serta akses terhadap kredit yang sulit maka industri
akan kekurangan modal, terjadi fluktuasi dalam jumlah barang yang diproduksi
oleh industri domestik yang pada akhirnya berpeluang menyebabkan instabilitas
ekonomi.
Gambaran latar belakang yang dipaparkan di atas serta sedikit fakta-fakta
yang terjadi, maka itulah menjadi alasan utama penulis untuk mengangkat pengaruh
ACFTA terhadap perekonomian Indonesia saat ini sebab menurut penulis hal ini
sangat menarik apabila dikaji lebih jauh serta menguraikan dan menganalisisnya
lebih mendalam. penulis mengangkatnya dengan judul : “PENGARUH ACFTA
14
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/EDADA5DD-29CC-4E36-90677C3ACCA654F2/20126/PeranBankSentralDalamMenjagaStabilitasSistimKeuang.pdf diakses tanggal 24
nevember 2011 pukul 21.00 wita
16
(ASEAN-CINA
FREE
TRADE
AGREEMENT)
TERHADAP
STABILITAS
EKONOMI INDONESIA”.
B. Batasan dan rumusan masalah
Pemberlakuan ACFTA di mulai pada tanggal 1 Januari 2010, tentu
sebelum diberlakukannya perjanjian ini
Indonesia sudah siap dengan segala
persiapan dalam menghadapi ACFTA, namun permasalahan yang timbul dengan
adanya perjanjian ini pasar domestik Indonesia di serbu bahkan dikuasai oleh
produk-produk buatan Cina yang tentu hal ini berpengaruh pada perekonomian
Indonesia. penulis akan mencoba menganalisis faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan Indonesia terkena dampak negatif dengan adanya perjanjian ini.
ACFTA tidak akan memberi keuntungan apapun bagi Indonesia jika
kesiapan Indonesia tidak dibangun, apabila menghadapi negara seperti Cina yang
sudah berada jauh kedepan. Maka dari itu ACFTA harus jadi momentum yang
menguntungkan bagi Indonesia. Indonesia perlu mengambil kebijakan-kebijakan
agar mampu mengubah dan memperbaiki perekonomian Indonesia dengan adanya
perjanjian ini. Sektor usaha yang berpotensi meraih kesempatan dengan adanya
ACFTA ialah apabila sektor usaha itu mampu menjadi penopang ekonomi
domestik. Adapun sektor industri yang mampu bersaing dengan produk-produk
China yang terus membanjiri pasar Indonesia namun tidak di pungkiri masih banyak
tantangan yang dihadapi, sektor industri tersebut ialah Tekstil dan industri Sepatu.
17
Kedua sektor industri tersebut akan menjadi fokus kajian penulis dalam
penelitian ini. Dalam perjanjian ACFTA kedua sektor industri tersebut masuk dalam
kategori Sensitive Track. Adapun cakupan dalam Sensitive Track yang masih dibagi
menjadi dua yakni Sensitive List dan Highly Sensitive List. Industri sepatu tergolong
ke dalam Sensitive List sedangkan industri tekstil di kategorikan ke dalam Highly
Sensiteve List.
Berdasarkan batasan di atas, maka rumusan masalah yang penulis
gunakan adalah :
1. Apakah dampak diberlakukannya ACFTA terhadap stabilitas ekonomi
Indonesia?
2. Bagaimana strategi pemerintah dalam meningkatkan ekonomi Indonesia melalui
kerjasama ACFTA?
3. Bagaimana peluang dan tantangan Indonesia dalam kerjasama ACFTA?
C. Tujuan penelitian dan kegunaan penelitian
1. Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui dampak diberlakukannya ACFTA terhadap stabilitas ekonomi
Indonesia
b. Mengetahui startegi pemerintah dalam meningkatkan ekonomi Indonesia
melalui kerjasama ACFTA
c. Mengetahui peluang dan tantangan Indonesia dalam kerjasama ACFTA
18
2. Kegunaan penelitian
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menjadi bahan
kajian para peneliti hubungan Internasional serta pemerhati masalahmasalah Internasional, khususnya Ekonomi Politik internasional
b. Penelitian diharapakan pula dapat menjadi suatu bentuk masukan bagi para
pengambil kebijakan dalam hal kesepakatan hubungan perdagangan bebas.
D. Kerangka konseptual
Globalisasi merupakan sebuah fenomena dalam dunia internasional yang
telah menjadi perbincangan sejak tahun 1980. Globalisasi digambarkan sebuah
situasi atau proses dimana setiap Negara tidak lagi memiliki sekat-sekat antara yang
satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain, setiap negara maupun individu
memiliki ruang gerak yang lebih luas dan juga peranan yang lebih luas pula.
Globalisasi menjadikan berbagai aspek kehidupan menjadi lebih meluas baik itu
ekonomi, politik, sosial dan budaya. Namun yang terliat adanya globalisasi dalam
bidang ekonomi.
Globalisasi dalam bidang ekonomi dapat dikatakan sebagai suatu proses
kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara diseluruh dunia menjadi
satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas
territorial Negara.15 Dengan adanya Globalisasi ekonomi ini, setiap negara dapat
memperluas wilayah penjualan barang-barang produksi dari dalam negerinya yang
15
Apridar, Ekonomi Internasioanal : teori, konsep dan Permasalahan dalam Aplikasinya. Yogyakarta :
Graha ilmu, 2009
19
tentu saja akan akan mendatangkan keuntungan terhadap Negara. Selain itu juga,
jika dilihat dari segi konsumen tentu saja akan lebih beragam yang juga akan
menguntungkan konsumen yang dapat memilki barang dengan kualitas terbaik dan
juga dengan harga terjangkau.
Globalisasi ekonomi ini menghasilkan sebuah bentuk perdagangan
internasional yang hampir sama dengan keadaan dan tujuan globalisasi ekonomi
yaitu free trade atau perdagangan bebas. Perdagangan bebas ini telah diberlakukan
di banyak negara, khususnya negara berkembang. Perdagangan bebas pertama kalai
diberlakukan oleh Amerika Serikat dan Negara-negara Eropa. Hal ini dilakukan
untuk membuka pasar mereka dan menjual produk mereka kewilayah yang lebih
luas, selain itu memberikan pilihan pada konsumen dalam negeri yang lebih
beragam.
Perdagangan bebas dapat juga dikatakan sebagai perdagangan terbuka atau
perdagangan antar negara berdasarkan hukum keunggulan komparatif.16 Terbuka
dalam artian bahwa negara menghapus berbagai aturan yang mengontrol dan
membatasi perdagangan, yaitu tarif, peraturan-peraturan, standar standar tertentu
seperti legislasi, ujuran-ukuran yang diregulasi serta pembatasan-pembatasan aliran
kapital dan investasi. 17
Tujuh argumen moral untuk mendukung perdagangan bebas antar negaranegara Menurut Daniel T. Griswola yaitu :
Martin Grifftihs and Terry O’Callagahan, international Relations: The Key Concepts, London:
Routledge.2002
17
Anup Shah, keepentingan Utama Globalisasi, The Institute Of Global Justice & Lembaga Pembebasan ,
Jakarta :Media dan Ilmu Sosial, 2004
16
20
Free Trade Respects Individual Dignity and Sovereignty, Free Trade
Restrains the Power of the State, Free Trade Encourages Individuals to
Cultivate Moral Virtues, Free Trade Brings People Together, Free Trade
Encourages Other Basic Human Rights, Free Trade Fosters Peace, Free
Trade Feeds and Clothes the Poor. 18
Ketika semua argumen yang ditimbang, harus menjadi jelas bahwa
kebijakan bebas perdagangan moral serta efisien. perdagangan bebas membatasi
kekuasaan negara dan meningkatkan kebebasan, otonomi, dan tanggung jawab
pribadi individu.19 Perdagangan bebas yang dilakukan oleh negara dengan negara
masing-masing akan membawa keuntungan apabila mampu berkompetisi dan
mampu melihat peluang yang ada. Selain itu perdagangan bebas dapat menjadi
pemicu para pelaku untuk meningkatkan daya saing dan keunggulan kompetitif.
Menurut IMF Stabilitas ekonomi mengacu pada tidak adanya fluktuasi
yang berlebihan di dalam makroekonomi.20 Sebuah ekonomi dengan cukup konstan
pertumbuhan output dan inflasi yang rendah dan stabil akan dianggap ekonomi
stabil. Menurut IMF Stabilitas ekonomi juga berkaitan dengan stabilitas keuangan.
Stabilitas keuangan didefinisikan dalam hal kemampuannya untuk memfasilitasi
dan meningkatkan proses ekonomi, mengelola risiko, dan menyerap guncangan.
Selain itu, stabilitas keuangan dianggap sebuah kontinum, berubah dari waktu ke
waktu dan konsisten dengan beberapa kombinasi dari unsur-unsur keuangan.21
18
http://www.cato.org/pubs/policy_report/v23n4/freetrade.pdf di akses tanggal 24 novemeber 2011 pukul
21.45 wita
19
Ibid
20
http://www.imf.org/External/np/exr/facts/pdf/globstab.pdf di akses tanggal 23 november 2011 pukul 20.00
wita
21
http://cdi.mecon.gov.ar/biblio/docelec/fmi/wp/wp04187.pdf di akses tanggal 23 november 2011 pukul
20.06 wita
21
Menurut Milton Friedman stabilitas ekonomi mengacu pada a monetary
and fiscal
framework.22
Kebijakan Moneter
adalah suatu
usaha
dalam
mengendalikan keadaan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang
diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian.
Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya
peningkatan output keseimbangan.23 Dalam ilmu ekonomi dan ilmu politik,
kebijakan fiskal adalah penggunaan pengeluaran pemerintah dan pengumpulan
pendapatan (pajak) untuk mempengaruhi ekonomi.24 Kebijakan fiskal dapat
dibandingkan dengan jenis utama lain dari kebijakan makroekonomi, kebijakan
moneter, yang mencoba untuk menstabilkan ekonomi dengan suku bunga
mengendalikan dan pengeluaran. Dua instrumen utama kebijakan fiskal adalah
pengeluaran pemerintah dan perpajakan. Perubahan tingkat dan komposisi pajak
dan pengeluaran pemerintah dapat mempengaruhi variabel-variabel berikut dalam
perekonomian Agregat permintaan dan tingkat aktivitas ekonomi, Pola alokasi
sumber daya dan distribusi pendapatan.25
22
http://www.fpif.org/search?q=economic+stability di akses tanggal 23 november 2011 pukul 20.20 wita
23
http://organisasi.org/definisi-pengertian-kebijakan-moneter-dan-kebijakan-fiskal-instrumen-sertapenjelasannya di akses tanggal 23 november 2011 pukul 21.00 wita
24
http://en.wikipedia.org/wiki/Fiscal_policy diakses tanggal 23 november 2011 pukul 20.45 wita
25
Ibid
22
Metode penelitian
1. Tipe penelitian
Dari beberapa rumusan yang diambil oleh penulis, maka penulisan dalam
penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini hanya berupa pecarian
fakta-fakta mengenai ACFTA dan pengaruhnya terhadap stabilitas ekonomi
Indonesia yng kemudian akan diolah dan dianalisa dengan cara non-stastik.
2. Jenis data dan sumber data
Dalam penulisan ini, penelitian menggunakan data moneteri dan fiscal
serta data sekunder, yaitu data-data mengenai perjalanan ACFTA dan juga
kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah utuk menjaga dan
meningkatkan stabilitas ekonomi Indonesia, serta data perekonomian Indonesia
sebelum dan sesudah ACFTA. adapun sumber data yaitu buku-buku atau
refrensi mengenai ACFTA.
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis yaitu telaah pustaka
(library research) yaitu dengan cara mengumpulkan data dari literature yang
berhubungan
dengan
permalahan
yang akan
dibahas,
dan
kemudian
menganalisanya. Literatur itu berupa buku-buku, dokumen, jurnal-jurnal
majalah, Koran, situs-situs internet ataupun laporan-laporan yang berkaitan
dengan permalahan yang akan penulis teliti.
23
Adapun tempat-tempat yang akan dikunjungi selama penelitian dan
pengumpulan data antara lain yaitu :
a. Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia, Jakarta
b. Kementrian Perdagangan, Jakarta
c. Kementrian Perindustrian, Jakarta
d. Badan Pusat Statistik, Jakarta
e. Badan Pusat Statistik, Makassar
f. Perpustakaan pusat Universitas Hasanuddin
g. Ruang baca Fisip Unhas, Makassar
4. Teknik analisa data
Teknik analisa data yang penulis gunakan dalam penulisan ini adalah
teknik kualitatif dan eksplanatif. Dalam hal ini penulis akan mengumpulkan datadata tentang pemberlakuan ACFTA serta menganalisa data untuk mengetahui
dampak terhadap stabilitas ekonomi Indoensia.
24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Perdagangan Bebas
Beberapa dekade belakangan ini, globalisasi ekonomi telah menjadi salah
satu isu menarik di luar isu-isu lain seperti isu-isu tentang keamanan dan lingkungan
global. Sebagai isu yang paling sering di bahas, globalisasi menjadi sebuah
fenomena multifaset (banyak wajah) yang menimbulkan beraneka ragam pandangan
dan interpretasi, terutama jika dikaitkan dengan kesejahteraan umat manusia di
dunia. Selain itu Globalisasi dalam bidang ekonomi dapat dikatakan sebagai suatu
proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara diseluruh dunia
menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas
territorial Negara.
Pada hakekatnya, sebuah negara melakukan perdagangan internasional
dengan alasan adanya perbedaan pada faktor sumber daya alam maupun
manusianya. Hal ini sejalan dengan Ohlin dalam tesisnya yang berjudul Haldens
Teori yang ditulis ulang sebagai Interregional dan International trade, yang
mengatakan bahwa negara-negara tertentu di dukung secara tidak sebanding oleh
faktor-faktor tertentu sehingga memungkinkan mereka dapat memproduksi
komoditi yang paling menguntungkan.26
26
Walter S.Jones, Logika Hubungan Internasional, kekuasaan Ekonomi-Politik Internasional, dan Tatanan
Dunia 2, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993
25
Perdagangan internasional yang dilakukan antar negara sering dibatasi oleh
berbagai pajak negara, biaya tambahan yang diterapkan pada barang ekspor impor,
dan juga regulasi non tarif pada barang impor.27 Dan kemudian muncul sebuah
perdagangan internasional yang menjadi cara baru bagi negara-negara di dunia
untuk melakukan kerjasama dalam perdagangan. Perdagangan ini disebut
perdagangan bebas atau Free Trade. Perdagangan bebas ini telah diberlakukan di
banyak negara, khususnya negara berkembang. Perdagangan bebas pertama kali
dilakukan oleh Amerika serikat dan Eropa. Hal ini dilakukan untuk membuka pasar
mereka dan menjual produk mereka di wilayah yang lebih luas.
Lahirnya pasar bebas dipelopori oleh kaum, liberalis. Dalam hal ini kaum
liberalis mengusahakan masyarakat yang bebas berpikir, pembatasan kekuasaan
baik itu dari pemerintah atau agama, penegakan hukum, pertukaran gagasan yang
bebas, ekonomi dasar yang mendukung usaha pribadi yang relatif bebas dan suatu
sistem pemerintah yang transparan, yang didalamnya hak-hak kaum minoritas
dijamin.28 Dalam hal ini kaum liberalis beranggapan bahwa setiap orang berhak
mendapatkan kebebasan dalam menjalani kehidupannya dalam sebuah negara, dan
memiliki kebebasan untuk berusaha dan melakukan interaksi dalam perekonomian.
Jadi dalam sebuah negara setiap warganya dapat ikut serta dalam kegiatan ekonomi,
khususnya perdagangan baik itu domestik ataupun yang melintas batas negara.
27
Ibid
Apridar, Ekonomi Internasional-Sejarah Teori, Konsep dan Permasalahan dalam Aplikasinya, Yogyakarta,
Graha Ilmu.2009
28
26
Perdagangan bebas dapat juga dikatakan sebagai perdagangan terbuka atau
perdagangan antar negara berdasarkan hukum keunggulan komperatif.29 Terbuka
dalam artian bahwa negara menghapus berbagai aturan yang mengontrol dan
membatasi perdagangan, yaitu :
1. Tarif
2. Peraturan-peraturan
3. Standar-standar tertentu, legislasi, ukuran-ukuran yang diregulasi
4. Pembatasan-pembatasan terhadap aliran kapital dan investasi.30
Sedangkan
keunggulan
komparatif
yang
dimaksudkan
merupakan
kuunggulan suatu negara atau kawasan dam memproduksi barang tertentu apabila
biaya sosial untuk memproduksi barang tersebut lebih rendah dari pada dilakukan
oleh negara atau kawasan lain atau dengan kata lain negara sebaiknya mengekspor
produk yang dapat diproduksi lebih efisien dari yang diproduksi oleh negara lain
yang mengimpr barang-barang yang biaya produksinya relative lebih mahal.31
Perdagangan dilakukan oleh dua negara atau lebih diberlakukan dengan
membebaskan tariff dan saling bertukar barang yang dinilai memiliki keunggulan di
negara tersebut. Dalam hal ini, setiap negara dapat membuat barang apa saja yang
menjadi kebutuhan penduduknya. Namun, dalam wilayah produksi terdapat
Martin Griffiths and Terry O’collaghan, International Relation : The key concept, London :
Routledge.2002
30
Anup Shah,, keepentingan Utama Globalisasi, The Institute Of Global Justice & Lembaga Pembebasan ,
Jakarta :Media dan Ilmu Sosial. 2004
31
Tumpal Rumapea, Kamus Lengkap perdagngan Internasional, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama,
2000
29
27
perbedaan barang yang dinilai dari segi biaya produksi. Barang-barang yang
memiliki biaya produksi rendah itulah yang akan diekspor kenegara lain sebagai
komoditi unggulan, sedangkan barang-barang yang memiliki biaya produksi mahal
dibandingkan harga dunia, maka akan dilakukan impor dari negara lainnya sehingga
biaya yang dikeluarkan seimbang dengan nilai barang yang diekspor keluar negeri
ataupun yang menghasilkan keuntungan.
Kerjasama perdagangan yang dilakukan kedua negara kemudian mengalami
perubahan dan membentuk sebuah kesepakatan yang terdiri dari beberapa negara
dan membentuk sebuah area untuk perdagangan bebas yang dilaksanakan oleh
negara-negara yang termasuk di dalam keanggotaannya. Negara-negara yang
tergabung di dalam kerjasama ini akan membebaskan tarif bagi barang-barang yang
masuk ke negaranya begitupun sebaliknya. Perdagangan yang dilakukan ini tentu
saja telah berbeda dengan kerjasama yang hanya dilakukan oleh dua negara saja.
Karena terdapat beberapa negara yang akan melakukan perdagangan didalam
kesepakatan dan juga dalam jumlah ekspor dan impor pun jauh berbeda.
Dalam pelaksanaanya perdagangan bebas bebas dalam sebuah area, akan
saling bertukar barang yang juga merupakan keunggulan dari negara lain. Jika
pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan keunggulan komparatif yang diharapkan,
maka setiap negara dapat memperoleh keuntungan lebih besar dari biaya ekspor
ataupun impor. Hal ini disebabkan karna harga sebuah barang bergerak dari
domestik ke wilayah dunia, yang mengalami kerugian akan mengurangi jumlah
penjualan mereka sedangkan yang mengalami keuntungan akan semakin
28
mendapatkan keuntungan akibat berkurangnya kuantitas dari pihak yang mengalami
kekalahan. Sehingga keuntungan yang diperoleh melebihi biaya ekspor ataupun
impor.32
Perdangangan bebas memberikan manfaat lain bagi pelaku perdagangan
maupun konsumen. Tiga manfaat yang diberikan perdagangan bebas yakni :
1. Perdagangan memupuk persaingan terbuka
2. Perdagangan mempromosikan pilihan konsumen, memberikan akses
konsumen untuk melihat varian barang yang lebih banyak dari yang
biasanya mereka beli
3. Perdagangan terbuka mengurangi kekurangan barang tertentu. 33
Persaingan terbuka yang diberikan pasar bebas, akan menguntungkan pihakpihak yang memiliki kualitas dan harga menunjang, begitupun sebaliknya. Selain itu
persaingan yang ada dapat juga produsen terus berusaha menghasilkan yang terbaik,
dan hal tersebut dapat menguntungkan konsumen. Pilihan yang lebih banyak akan
memberikan kepuasan kepada konsumen untuk memilih barang yang berkualitas
tinggi dengan harga yang memuaskan. Perdagangan bebas juga akan menutupi
kekurangan sebuah negara dalam hal produk yang tidak dapat diproduksi ataupun
kurang diproduksi di sebuah negara.
Perdagangan bebas diyakini dapat memberikan manfaat dan keuntungan dari
segi manapun, baik itu bagi negara, produsen maupun konsumen apabila
32
33
Martin Griffiths and Terry O’collaghan, op.cit,
Ibid
29
dilaksanakan sesuai dengan prinsip perdagangan bebas. Dalam hal ini prinsip
keunggulan komparatif tentu saja harus dilaksnakan. Dimana setiap negara harus
memisahkan antara barang yang memiliki keunggulan yang tinggi dan yang rendah.
Sehingga dapat terlihat barang yang akan di ekspor ataupun barang yang akan di
impor dari negara lainnya. Sehingga terjadi kesetaraan dan menghasilkan
keuntungan yang lebih besar.
B. Stabilitas Ekonomi
Menurut Milton Friedman stabilitas ekonomi mengacu pada a monetary and
fiscal framework.34 Terpeliharanya stabilitas moneter adalah salah satu dimensi
stabilitas nasional yang merupakan bagian integral dan sasaran pembangunan
nasional. Stabilitas moneter yang mantap mempunyai pengaruh yang luas terhadap
kegiatan perekonomian, termasuk di antaranya kegiatan di sektor perbankan.
Indikator kebijakan moneter yakni suku bunga dan uang beredar. Akan tetapi,
dalam keseharian perekonomian, hanya indikator suku bunga yang dapat di monitor
secara langsung oleh masyarakat. Oleh karena itu lazimnya, masyarakat juga dapat
melihat dan merasakan beberapa hal penting yang menjadi indikator dari stabilitas
moneter :
1. Laju inflasi pada tingkat yang cukup rendah
2. Suku bunga pada tingkat yang wajar
3. Nilai tukar rupiah yang realistis
34
http://www.fpif.org/search?q=economic+stability di akses tanggal 23 november 2011 pukul 20.20 wita
30
4. Ekspektasi masyarakat terhadap moneter.35
Keempat tolak ukur bisa dilihat sehari-hari dan dirasakan pengaruhnya oleh
masyarakat. Perkembangan beberapa tolak ukur stabilitas moneter tersebut
mempunyai keterkaitan yang erat dengan perkembangan kegiatan perbankan yang
sehat, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Perkembangan ekonomi suatu negara mengalami pasang surut atau
mengalami siklus yang pada periode tertentu tumbuh pesat dan pada periode lain
tumbuh lambat. Untuk mengelolah perekonomian agar dapat berlangsung dengan
baik dan stabil, pemerintah atau otoritas moneter melakukan langkah yang dikenal
dengan kebijakan ekonomi makro. Kebijakan ekonomi makro ini mengelolah sisi
permintaan dan penawaran suatu perekonomian agar mengarah pada kondisi
keseimbangan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.
Kebijakan moneter diterapkan sejalan dengan siklus ekonomi, baik siklus
ekonomi yang berkembang pesat atau boom atau saat siklus ekonomi yang
melambat atau depression atau slump. Dengan demikian, dikenal ada dua kebijakan
moneter yang ekspansif dan kontraktif.36 Kebijakan moneter yang ekspansif adalah
kebijakan moneter yang ditujukan untukl mendorong kegiatan ekonomi, misalnya
dilakukan dengan meningkatkan jumlah uang yang beredar, Kebijakan moneter
35
Wayan Sudirman, kebijakan Fiskal dan Moneter : Teori dan Empirikal, Kencana Prenada Group:Jakarta
2011
36
Ibid
31
yang kontraktif adalah kebijakan moneter yang ditujukan untuk memperlambat
kegiatan ekonomi, misalnya dengan mengurangi uang yang beredar.37
Efektifitas kebijakan moneter tergantung pada hubungan antar uang beredar
dan variable ekonomi utama seperti out put dan inflasi. Perlu diteliti antara uang
beredar, inflasi, dan out put dalam jangka panjang. Mungkin dalam jangka panjang,
kebijakan moneter hanya berdampak pada inflasi dan tidak ada pengaruhnya
terhadap kegiatan ekonomi. Sebaliknya, dalam jangka pendek kebijkan moneter
yang ekspansif dapt mendorong kegiatan ekonomi yang sedang mengalami resesi
berkepanjangan.
Kebijakan moneter yang ditempuh otoritas moneter sangatlah beragam
tergantung pada target akhir yang ingin dicapai sangatlah beragam pula. Di
Indonesia, strategi kebijakan moneter juga dipengaruhi misalnya oleh kondisi
kelembagaan pendukung efektivitas yang masih dalam taraf pengembangan, tingkat
monetisasi perekonomian masih lebih rendah, tingkat penggunaan jasa perbankan
yang relatif rendah.
Sebagaimana disebutkan bahwa kebijak moneter dilakukan untuk mencapai
target akhir tertentu yang ditetapkan oleh otoritas moneter. Dalam pelaksanaanya,
kebijakan moneter dapat dilaksanakan secara efektif untuk mencapai sasaran yang
diinginkan apabila didukung oleh adanya lembaga-lembaga dan sarana-sarana yang
mendukung antara lain sistem keuangan termasuk sistem moneter didalamnya pasar
37
Ibid
32
uang antar bank, pasar modal, serta system pembayaran. Tanpa dukungan optimal
dari sistem yang melingkupinya, kebijakan moneter tidak akan berjalan efektif.
Kebijakan fiskal adalah penyesuaian dalam pendapatan dan penegeluaran
pemerintah sebagaimana ditetapkan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara
atau APBN untuk mencapai kestabilan ekonomi yang lebih baik dan laju
pembangunan ekonomi yang dikehendaki yang umumnya ditetapkan dalam rencana
pembangunan.38 Kebijakan dengan mengubah-ubah kebijakan pajak atau kebijakan
fiskal dilakukan karena adanya keinginan pemerintah untuk mengubah pendapatan
pemerintah yang bersumber dari wajib pajak, yang nantinya diguanakan untuk
mengubah
kemampuan
pemerintah
dalam
mendanai
programnya
dalm
meningkatkan pertumbuhan ekonomin atau kesejahteraan rakyat.
Kebijakan fiskal mempengaruhi keseimbangan sektor barang dan jasa yang
kemudian mempengaruhi barang dan jasa yang kemudian mempengaruhi sektor
lainnya. Pengaruh ini dimulai dari keseimbangan pasar barang dan jasa atau sektor
riil kemudian pada keseimbangan pasar uang dan akhirnya keseimbangan pasar luar
negeri. Keseimbangan pasar barang dan jasa atau sektor riil adalah keseimbangan
pendapatan pada perubahan tingkat bunga karena perubahan tabungan yang
disebabkan
oleh
perubahan
pajak
yang
kemudian
berinteraksi
dengan
memenagaruhi investasi.39
38
39
Ibid
Ibid
33
Dalam perubahan pasar barang dan jasa tersebut karena pengaruh kebijakan
fiskal, terlihat bahwa kebijakan fiskal memiliki tiga tujuan, yaitu:
1. Menjamin pertumbuhan ekonomi pada tingkat yang potensial
2. Menciptakan tingkat harga umum yang stabil dan wajar
3. Meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi tanpa merintangi tujuan lain
dari masyarakat.40
Dalam beberapa tahun terakhir, strategi kebijakan fiskal lebih diarahkan
untuk melanjutkan dan memantapkan langkah-langkah konsolidasi fiskal dalam
mewujudkan APBN yang sehat dan berkelanjutan (fiscal sustainability), tetapi
masih dapt memberikan ruang untuk stimulus fiskal dalam batas-batas kemampuan
keuangan negara. Kebijakan fiskal secara umum adalah kearah ekspansif yang
dicerminkan dari adanya kebijakan defisit, sehingga dapat memberikan andil dalam
peningkatan pertumbuhan ekonomi.41
Kebijakan fiskal tahun 2009 tetap di arahkan untuk memberikan stimulus
bagi perekonomian domestik dengan besaran defisit yang berkesinambungan sesuai
dengan batas kemampuan negara.42 Pada tahun 2010, kebijakan di sektor riil pada
tahun sebelumnya dilanjutkan melalui pengucuran insentif fiskal.43 Menurut Sry
Mulyani, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam menggenjot
perekonomian di sektor riil pada tahun 2010 di harapkan dapat menjadi angin segar
40
Ibid
Ibid
42
Ibid
43
Ibid
41
34
untuk perekonomian nasional. Pada tahun 2011 selain memberikan insentif fiskal
kepda pengusaha berupa tax holiday bagi industri pioneer, pada tahun ini,
pemerintah juga member kemudahan untuk pengucuran kredit dari perbankan ke
pengusaha, sehingga dapat mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi.44
Penjelasan mengenai kebijakan moneter dan fiskal dapat ditarik kesimpulan
bahwa dua kebijakan ini sangatlah penting diantara seperangkat kebijakan ekonomi
atau merupakan bagian intergral dari seperangkat kebijakan ekonomi makro. Oleh
karena itu, diakui pula bahwa dalam pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter
membawah pengaruh terhadap perubahan keseimbangan internal dan eksternal
ekonomi suatu negara. Keseimbangan internal atau sering juga disebut dengan
keseimbangan domestik
Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk
mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa
pajak) pemerintah.45 Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, yang
bertujuan men-stabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan
jumlah uang yang beredar. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran
dan pajak.46 Perubahan tingkat dan komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah
dapat memengaruhi variabel-variabel berikut:
44
Ibid
http://id.wikipedia.org/wiki/Kebijakan_fiskal di akses tanggal 29 januari 2012
46
Ibid
45
35
1.
Permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi
2.
Pola persebaran sumber daya
3.
Distribusi pendapatan47
Kebijakan fiskal oleh pemerintah yang mencakup tentang pengaturan
pengeluaran dan penerimaan APBN. Salah satu cara yang dapat digunakan
pemerintah untuk mempengaruhi penerimaan APBN yakni pengaturan terkait tarif
pajak. Apabila pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk meningkatkan tarif pajak
untuk produk-produk ekspor dan impor, hal tersebut jelas akan mempengaruhi
kondisi stabilitas perekonomian nasional utamanya industri yang berbasis pada
ekspor seperti contoh industri tekstil dan alas kaki. Kedua industri tersebut
merupakan industri yang banyak menghasilkan produk-produk unggulan untuk
komoditi ekspor Indonesia.
Apabila pemerintah menaikkan tarif pajak untuk produk-produk ekspor
maka dapat berpotensi mengurangi kapasitas produksi dan kemampuan daya saing
produk-produk dari industri tekstil dan alas kaki. Dan bila dalam waktu yang
bersamaan, pemerintah menerapkan kebijakan yang penurunan tarif bea masuk
untuk produk-produk impor sesuai dengan perjanjian ACFTA maka kondisi tersebut
jelas akan memberikan keuntungan bagi produk-produk impor dan potensi untuk
mendominasi pasar domestik akan semakin besar.
47
Ibid
36
Begitu pun sebaliknya, ketika pemerintah menurunkan tarif bea keluar untuk
produk-produk ekspor maka jelas akan menjadi peluang besar bagi industri seperti
industri tekstil dan alas kaki untuk memperbesar pangsa pasarnya. Hal tersebut
dikarenakan, pelaku industri akan dapat menekan biaya produksi sehingga peluang
untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dapat diperoleh. Akan tetapi, hal
buruk dari kebijakan ini yakni, kebutuhan akan produk-produk tekstil dan alas kaki
domestik kemungkinan tidak terpenuhi. Hal ini terjadi karena para produsen akan
lebih memilih untuk memasarkan produknya keluar negeri bila dibandingkan dalam
negeri dengan iming-iming keuntungan besar. Namun apabila kebutuhan dalam
negari dapat dipenuhi maka, kebijakan tersebut berhasil mengurangi impor tekstil
dan alas kaki indonesia dari China Bilamana pemerintah menaikkan tarif bea masuk
dari china maka hal tersebut jelas akan menekan masuknya produk impor dari
China.
37
BAB III
ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREEMENT DAN
STABILITAS EKONOMI INDONESIA
A. Kerjasama ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA)
Kerjasama ekonomi dan perdagangan ASEAN semakin mengalami
pertumbuhan yang pesat terutama sejak masuknya China sebagai mitra wicara
ASEAN pada bulan Juli 1996. Keputusan untuk menciptakan kerjasama
perdagangan bebas di antara semua negara Asia Tenggara dan China mulai muncul
sebagai tanggapan terhadap usulan yang diajukan oleh perdana menteri China waktu
itu, Zhu Rongji, pada pertemuan puncak ASEAN keenam, pada November 2000,
setahun kemudian pada pertemuan puncak ASEAN kelima yang diadakan di Bandar
Seri Begawan, Brunai, Perdana Menteri Zhu menekankan pentingnya bagi ASEAN
dan China untuk fokus terhjadap bentuk-bentuk kerjasama, serta berusaha untuk
mempromosikan pemabentukan ACFTA. Hal ini dicetuskan perdana Menteri Zhu
dalam pidatonya yang berjudul : penguatan Kerjasama Asia Timur dan
Mempromosikan Pembangunan Bersama (Strengthening East Asian Cooperation
and Promotion Common Development).
Pada bulan November 2002, selama dilangsungkannnya Pertemuan Puncak
Kedelapan, di Phnom penh, Kamboja, para pemimpin ASEAN dan China
menandatangani kerangka kesepakatan kerjasama Ekonomi Menyeluruh antara
ASEAN dan Republik rakyat China (Framework Agreement on Comperehensive
38
Economic Cooperation between ASEAN and The people’s Republic of China.48
Secara keseluruhan kerangka kerjasama ini mengikat komitmen dari ASEAN dan
China untuk memperkuat kerjasama ekonomi diantara kedua belah pihak.
ASEAN dan China menyetujui dibentuknya ACFTA dalam dua tahapan
waktu yaitu: tahun 2010 dengan negara pendiri ASEAN, yang meliputi Thailand,
Malaysia, Singapura, Indonesia, dan Filifina, dan pada tahun 2012 dengan kelima
Negara anggota baru ASEAN yakni Brunai Darussalam, Vietnam, Kamboja, Laos,
dan Myanmar. Gagasan pembentukan ACFTA untuk pertama kalinya disepakati
dalam Konfrensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-7 di Bandar Sri Bengawan, pada
November 2011 . ketika itu, ASEAN menyetujui pembentukan ACFTA dalm waktu
10 tahun yang dirumuskan dalam ASEAN-China Framework Agreement on
Economic Cooperation yang di sahkan pada KTT ASEAN berikutnya di Phonm
Penh, kamboja, November 2002.49
Kesepakatan tersebut ditandatangani Perdana Menteri China Zhu Rongji
dengan para pemimpin ASEAN. kesepakatan tersebut antara lain:
1. Membangun kawasan perdagangan bebas dalam jangka waktu sepuluh
tahun berupa penghapusan tarif dan hambatan-hambatan lainnya.
2. Perundingan kawasan perdagangan bebas ASEAN-China dengan potensi
pasae sebanyak 1,7 milyar penduduk dan nilai produk domestic bruto
48
Danil Pambudi dan Alexander C.Chandra, Garuda Terbelit Naga : Dampak Kesepakatan Perdagangan
Bebas Bilateral ASEAN-China Terhadap Perekonomian Indonesia. Jakarta :Institute Global For Justice. 2006
Hal 29
49
Ibid
39
antara US$ 1,5 trilyun US$ 2 trilyun; akan dimulai pada 1 juli 2003
bersamaan dengan pelaksanaan perdagangan bebas (AFTA)
3. Menyepakati kerangka perjanjian kerjasama ekonomi komperehensif,
dimana untuk senior ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Filifina,
Thailand dan Singapura, pasar bebas akan mulai berlaku pada tahun
2010. Sementara untuk negara anggota ASEAN lainnya, yaitu Vietnam,
Kamboja, Laos dan Myanmar mulai berlaku 2015
4. ASEAN dan China akan mengurangi hambatan tarif dan non tariff secara
progresif terhadap perdagangan barang sementara secara bebas
bersamaan untuk melangkah pada upaya perdagangan bebas bagi produk
jasa.
5. ASEAN dan China sepakat membangun rezim investasi yang terbuka
dan komperehensif, yang didukung prosedur imigrasi yang lebih mudah.
China akan memberikan perlakuan tarif yang menguntungkan bagi tiga
negara miskin ASEAN, yaitu Kamboja, Laos, dan Myanmar
6. ASEAN dan China sepakat untuk mempererat kerjasama di lima sektor
prioritas,yaitu
pertanian,
teknologi,
komunikasi,
informasi,
pengembangan sumber daya manusia, investasi dan pembangunan
sepanjang sungai Mekong.
7. Dalam jangka waktu 10 tahun bagi terwujudnya perdagangan bebas
ASEAN-China, China menawarkan lebih awal sektor-sektor pertanian
tertentu. Paket ini akan dilaksanakan pada tahun 2004
40
8. Penyelengaraan KTT Sub-regional pertama negara-negara sekitar sungai
Mekong (Great Mekhong Sub-regional) di antara Vietnam, kamboja,
Myanmar, laos, Thailand, serta provinsi Yunan di China Selatan
dimaksudkan untuk mengejar ketertinggalan perkembangan dikawasan
ini.
9. ASEAN-China sepakat untuk mengeksplorasi bidang-bidang baru serta
mengembangkan
langkah-langkah
peningkatan
kerjasama
untuk
memfasilitasi integrasi anggota-anggota ASEAN baru, yaitu Vietnam,
Kamboja, Myanmar dan Laos untuk menjembatangi ketertinggalan
negara-negara tersebut.
Kerangka persetujuan Comperehensive Economic Cooperation berisi tiga
elemen yaitu liberalisasi, fasilitas, dan kerjasama ekonomi.50 Ketiga elemen tersebut
terlihat secara umum dalam perjanjian kerjasama ekonomi antara ASEAN dan
China tersebut. Dan jika dilihat secara khusus, terdapat enam komponen penting
dalam krangka kesepakatan atas kerjasama ekonomi menyeluruh antara ASEAN
dan china, termasuk:
1. Perdagangan dan langkah-langkah fasilitasnya (meliputi berbagai isu
seperti penghapusan hambata-hambatan non tariff, adanya kesepakatan
mengenai standard an penilaian prosedur sektor jasa)
50
Vica Herawati, Analisis pengaruh ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA) Terhadap Kinerja
Keuangan Yang Dilihat Dari Penjualan Pada UKM Tekstil Di pekalongan, Skripsi, Universitas Diponegor,
2010.
41
2. Bantuan teknis dan pengembangan kapasitas bagi negara-negara anggota
ASEAN yang baru (atau negara-negara CLMV, termasuk Kamboja,
Laos, Myanmar, dan Vietna)
3. Adanya langkah-langkah promosi perdagangan yang konsisten dengan
peraturan-peraturan dalam WTO
4. Perluasan kerjasama dalam bidang keuangan, pariwisata, pertanian,
pengembangan sumber daya manusia, dan hak kekayaan intelektual dan
lain-lain
5. Pembentukan kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA)
dalam jangka waktu sepuluh tahun, dan diberikannya perlakuan khusus
dan berbeda terhadap negara-negara CLMV (ASEAN 6, termasuk
Brunai, Indonesia, Malaysia, Filifina, singapura, dan Thailan, diharapkan
dapat menyelesaikan proses penurunan tariff mereka pada tahun 2010.
Sementara itu, negara-negara CLMV diberikan lima tahun tambahan,
atau hingga 2015, untuk melakukan hal serupa)
6. Pembentukan lembaga-lembaga yang tepat antara ASEAN dan China
untuk melaksanakan kerangka kerjasama di antara kedua belah pihak.51
Dalam
penandatanganan
kerangka
kesepakatan
kerjasama
ekonomi
ASEAN-China ini terdapat beberapa tujuan, yaitu:
1. Memperkuat dan meningkatkan kerjasama ekonomi, perdagangan, dan
investasi antara negara-negara anggota
51
Daniel Pembudi dan Alexander C. Chandra, op.cit,hal 54-55
42
2. Meliberalisasi secara progresif dan meningkatkan perdagangan barang
dan jasa menciptakan suatu sistem yang transparan dan untuk
mempermudah investasi
3. Menggali bidang-bidang kerjasama yang baru dan mengembangkan
kebijaksanaan yang tepat dalam rangka kerjasama ekonomi antara
negara-negara anggota
4. Memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif dari para anggota
ASEAN baru (Cambodia, Laos, Myanmar, dan Vietnam-CLMV) dan
menjembatani kesenjangan pembangunan ekonomi di antara negaranegara anggota.52
Awal tahun 2010 dimulai dengan pemberlakuan ACFTA atau ASEAN-China
Free trade Area. Pro dan kontra mengenai pemberlakuan ACFTA marak
diperbincangkan. Sebagian masyarakat menganggap ACFTA sebagai tantangan
bagi Indonesia untuk maju, namun sebagian lainnya menganggap ACFTA sebagai
suatu kerugian besar bagi industri-industri dalam negeri. ACFTA merupakan
kesepakatan antara
negara-negara
anggota
ASEAN dengan china untuk
mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan atau mengurangi
hambata-hambatan perdagangan barang baik tarif ataupun non tarif, peningkatan
akses kerjasama ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian para pihak
ACFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan China.
52
Direkorat kerjasama Regional, Ditjen Kerjasama perdagangan Internasional, ASEAN-China Free Trade
Area, Jakarta, 2010, hal.2
43
1. Persetujuan Perdagangan Barang
Dalam ACFTA disepakati akan dilaksanakan liberalisasi penuh
pada tahun 2010 bagi ASEAN 6 dan China, serta tahun 2015 untuk serta
Kamboja, Laos, Vietnam, Myanmar.
A. Program Penurunan Tarif Bea Masuk
`Dilakukan melalui 3 Tahap, yaitu:53
Tahap I : Early Harvest Program (EHP)
Tahap II : Normal Track I dan II
Tahap III : sensitive / Highly Sensitive list
Program penurunan tarif kerangka Perdagangan Bebas ASEAN
dan China, dilakukan secara bertahap dimulai pada 1 januari 2004 untuk
EHP dan menjadi 0% pada januari 2006, kemudian dimulai tanggal 20
Juli 2005 untuk Normal Track, yang menjadi 0% pada tahun 2010,
dengan fleksibiltas pada produk-produk yang akan menjadi 0% pada
tahun 2012.54
Produk-produk dalam kelompok sensitive, akan dilakukan
penurunan tariff mulai tahun 2012s, dengan penjadwalan bahwa
maksimun tarif bea masuk pada tahun 2012 adalah 20% dan akan
menjadi 0-5% mulai tahun 2018. Prouk-produk Highly Sensitive akan
53
Gusmadi Bustami. Laporan Timnas PPI (laporan Perundingan Perdagangan Internasional) Pdf. Februari
direktur jenderal kerjasama perdagangan Internasional., semester II-Tahun 2009 hal.49.
54
Pusat kebijakan pendapatan negara-badan kajian fiskal http://PenjelasanUmumTarif.html di akses tanggal
26 maret 2012
44
dilakukan penurunan tarif bea masuk pada tahun 2015, dengan
maksimun tarif bea masuk pada tahun 2015 sebebsar 50%. Jadi tidak
benar kalau ada pemahaman penurunan dan penghapusan tarif bea
masuk dalm Perdagangan Bebas ASEAN dan China dilakukan serentak
atas seluruh produk mulai 20 juli 2005.55
a.
Tahap I: Early Harvest Program terdiri dari:56
Produk-produk dalam Chapter 01 sampai dengan Chapter 08 yaitu:
Binatang hidup, Ikan, Tumbuhan, Sayuran, kecuali jagung manis
dan buah-buahan.
Jumlah kelompok ehP ini 530 pos tarif (HS 10 digit).

Produk-produk spesifik yang ditentukan melalui kesepakatan
Bilateral, antara lain kopi, minyak kelapa/CPO, Coklat, barang
dari karet dan perabotan.
Jumlah kelompok EHP ini 47 pos tarif (HS 10 digit)

Penurunan tariff dimulai pada tanggal 1januari 2004 dan akan
menjadi 0% pada 1 januari 2006

55
56
Adapun modalitas penurunan tarif untuk EHP sebagai berikut
Gusmadi Bustami. Op.cit.
Ibid
45
Tabel 1. Modalitas Penurunan Tarif EHP
Product
Existing
MFN
Category
Tariff Rates (X)
Tarif Rates
1 Januari
1 Januari
1 Januari
2004
2005
2006
1
X > 15%
10%
5%
0%
2
5% ≤ X ≤ 15%
5%
0%
0%
3
X < 5%
0%
0%
0%
Legal enactment penuruan dan penghapusan tariff untuk EHP telah
dilakukan melalui:
1. SK MENKEU Nomor : 355/KMK.01/2004 tanggal 21 Juli 2004 tentang
Penetapan Tarif Bea Masuk atas Impor Barang Dalam Kerangka EHP
ASEAN-China Free Trade Area (FTA)
2. SK MENKEU Nomor 356/KMK.01/2004 tanggal 21 Juli 2004 tentang
Penetapan Tarif Bea Masuk atas Impor Barang dalam kerangka EHP
Bilateral Indonesia-China FTA.
Sedangkan untuk produk tearic Acid telah masuk kedalam program EHP dan
mulai berlaku penurunan tarifnya pada tanggal 1 Januari 2005 dengan Peraturan
Menteri Keuangan No. 09/PMK.010/2005 tanggal 31 januari 2005. Pada tanggal 1
Januari 2006 tarif bea masuk ke China untuk semua produk-produk yang tercakup
dalm Early Harvest Program (EHP) sudah menjadi 0%. Adapun cakupan produk
46
tersebut adalah Chapter -1 sampai dengan 08 (yaitu 01.Live animals; 02. Meat and
Edible Meat Offal; 03 Fish; 04 daily products; 05 Other Animal Product;06 Live
Tress; 07. Edible Vegetables dan 08. Edible Fruits and Nuts) dengan pengecualian
Sweet Corn (HS 07 10 40000). Selain itu untuk menyeimbangkan nilai ekspor
Indonesia dan China terhadap produk-produk di atas, disepakati produk-produk
EHP yang dinegosiasikan secara Bilateral sebanyak 47 pos tariff (10 digit)antara
lain Kopi, Minyak Kelapa (Kopra), Lemak dan minyak hewani, margarine, Bubuk
kakao, (HS 1806.10.00.00), sabun, perabotan dari rotan dan Stearic Acid.
b.
Tahap II. Normal Track 57
Kategori komoditas yang masuk dalam normal track, tarif MFN nya
harus dihapus berdasarkan skedul. Hampir seluruh komoditas masuk dalam
kategori ini, kecuali dimintakan pengecualian (dengan demikian masuk
kedalam sensitive track).

Seluruh negara sudah harus mengurangi tarif menjadi 0-5% untuk 40
komoditas yang ada pada normal track sebelum 1 Juli 2006.

Seluruh negara sudah harus mengurangi tarif menjadi 0-5% untuk 60%
komoditas yang ada pada normal track sebelum 1 januari 2007

Seluruh negara sudah harus mengurangi tarif menjadi 0-5% untuk
100% komoditas yang ada pada normal track sebelum 1 januari 2010.
57
ACFTA dan Indonesia http://www.map.ugm.ac.id./index.php/analisis/64-acfta-dan-indonesia di akses
tanggal 22 maret 2012
47
Maksimum sebanyak 150 tarif dapat diajukan penundaan hingga 1
januari 2012.
c.
Tahap III : sensitive Track58
Program penurunan tarif dimulai tahun 2012, dengan penjadwalan
bahwa untuk produk-roduk sensitive tariff bea masuk maksimun pada tanun
2012 adalah 20%. Selanjutnya di lakukan penghapusan terhadap atas bea
masuk produk-produk yang dimaksud, sehingga di mualai tahun 2018 tarif
bea masuknya menjadi 0-5%. Program penurunan tariff bea masuk untuk
produk-produk highly sensitive, di mulai pada tahun 2015, dengan
penjadwalan bahwa pada tahun 2015 tarif bea masuk maksimun 50%.59
Berikut cakupan Produk dalam Sensitive Track Indonesia :

Produk-produk dalam sensitive list adalah tariff BM akan diturunkan
atau dihapuskan menjadi 0-20% pada tahun 2012 sampai dengan 2017
dan menjadi 0-5% mulai tahun 2018. Sebesar 304 pos tariff (HS 6 digit)
yang diantara lain terdiri dari tas kulit, alas kaki, sepatu, kacamata, alat
musik, mainan, alat olahraga, alat tulis, besi dan baja, spare part, alat
angkut, glosida dan alkaloid nabati dan antibiotic.

Produk-produk dalam Highly Sensitive list adalah tarid BM akan
diturunkan atau dihapuskan menjadi 0-50% mulai tahun 2015 sebesar 47
58
http://blogs.unpad.ac.id/yogix/2010/03/12/bagaimana-mekanisme-acfta-2010/ di akses tanggal 31 Maret
2012 pukul 17.45 wita
59
Ibid
48
pos tariff (HS 6 digit) di antara lain terdiri dari produk pertanian, seperti
beras, gula, jagung dan kedelai,produk industri tekstil dan produk tekstil
(ITPT) dan produk otomotif.
Produk andalan Indonesia yang oleh China dimasukkan dalam sensitive
dan highly sensitive antara lain palm oil dan turunannya (HS 1511),
karet alam (HS 4001), playwood (HS 4412). Sebaliknya Indonesia juga
memasukkan produk-produk unggulan ekspor China ke Indonesia antara
lain barang jadi, tas kulit, alas kaki, sepatu sport, kacamata, alat musik,
alat olahraga, besi dan baja, spare part.barang-barang palstik, produk
pertanian, seperti beras, gula jagung dan kedelai, produk industri tekstil
dan produk tekstil (ITPT), produk otomotif, produk ceramic tableware.
Tabel 2. Jadwal Penurunan atau Penghapusan Tarif Pada Normal Track
antara ASEAN dan China
X = Tingkat
Tingkat Tarif Preferensial Kawasan Perdagangan Bebas
Tarif MFN yang
ASEAN-China (tidak melampaui 1 Januari 2010)
berlaku
2005
2007
2009
2010
X≥ 20 %
20
12
5
0
15% ≤ x < 20%
15
8
5
0
10% ≤ x < 15%
10
8
5
0
5% ≤ x < 10%
5
5
0
0
0
0
x< 5%
Tetap
Sumber : Kementerian Republik Indonesia,2010, Kerjasama Perdagangan Bebas
ASEAN Dengan Mitra Wicara, Jakarta : Kementerian Republik Indonesia, hal.7.
49
2. Peraturan Nasional Terkait ACFTA
1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 tahun 2004
tanggal 15 Juni 2004 tentang pengesahan Framework Agremeent on
Comprehensive Economic Cooperation Between the ASEAN and
people’s Republic of China
2. Keputusan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor
355/kmk.01/2004 tanggal 21 Juli 2004 tentang Penetapan Tarif Bea
Masuk atas impor barang dalam rangka Early Harvest package
ASEAN-China Free Trade Area.
3. Peraturan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor
57/PMK.010/2005 tanggal 7 Juli 2005 tentang Penetapan Tarif Bea
Masuk dalam rangka Normal track ASEAN-China free Trade
Agreement
4. Peraturan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor
21/PMK.010/2006 tanggal 15 maret 2006 tentang Penetapan Ttarif
Bea Masuk dalam rangka Normal Track
5. Peraturan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor
04/PMK.011/2007 tanggal 25 Januari 2007 tentang perpanjangan
penetapan Tarif Bea Masuk dalam rangka Normal Track ASEAN
China free Trade Area
6. Peraturan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor
04/PMK.011/2007 tanggal 22 Mei 2007 tentang Penetapan Tarif Bea
Masuk dalam rangka ASEAN-China Free Trade Area
50
7. Peraturan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor
04/PMK.011/2008 tanggal 23 Desember 2008 tentang Penetapan
Tarif Bea Masuk dalam rangka ASEAN-China Freea Trade Area
Penerapan ACFTA menimbulkan banyak kekhawatiran terhadap para
pengusaha dan para pelaku industri, terutama industri kecil an menengah. Untuk
mengantisipasi dampak dari implementasi ACFTA, pemerintah secara umum telah
menerapkan sepuluh kebijakan, yaitu
1. Mengevaluasi dan merevisi semua Standar Nasional Indonesia (SNI) yang
sudah kadaluarsa dan menerapkannya secara wajib dengan terlebih dahulu
menotifikasikan ke WTO
2. Mengefektifkan fungsi komite Anti Dumping dan menangani setiap kasus
dugaan praktek dumpinh dan pemberian subsidi secara langsung oleh
negara mitra jepang
3. Mengefektifkan fungsi komite Pengamanan Perdagangan Indonesia
(KPPI) dalam menanggulangi lonjakan barang impor di pasar dalm negeri
4. Meningkatkan lobi pemerintah untuk mengamankan ekspor Indonesia
antara laindari ancaman dumping an subsidi oleh negara mitra dagang
5. Mengakselerasi penerapan dari Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2008
tentang fokus ekonomi 2008-2009
6. Melakukan harmonisasi tarif bea masuk pos tarif untuk produk hulu dan
hilir, sehingga diharapkan akan memacu investasi dan daya saing
51
7. Mengefektifkan tugas dan fungsi aparat kepabeanan, termasuk mengkaji
kemungkinan penerapan jalur merah bagi produk yang rawan akan
penyelundupan produk illegal
8. Membatasi/melarang ekspor bahan baku mentah untuk mencukupi
kebutuhan energy bagi industri dalam negeri sehingga dapat mendorong
tumbuhnya industri pengolahan ditingkat hulu sekaligus memperkuat daya
saing industri lokal
9. Mempertajam kebijakan Permendag(Peraturan Menteri Perdagangan)
No.56 tahun 2008 yang mengatur pembatasan pintu masuk pelabuhan
untuk lima produk tertentu yaitu alas kaki, barang elektronik, mainan
anak-anak, garmen serta makanan dan minuman.60
B. Stabilitas Perekonomian Indonesia
Ekonomi pada umumnya diukur PDB (prodak domestik bruto), ada
dua cara perhitungan, pendekatan pengeluaran dan pendekatan
pendapatan. Namun, umumnya digunakan pendekatan pengeluaran
merupakan akumulasi dari total konsusmi, investasi, pengeluaran
pemerintah dan ekpor impor. Konsumsi adalah pengeluaran yang
dilakukan oleh rumah tangga, investasi oleh sektor usaha, pengeluaran
pemerintah oleh pemerintah, dan ekspor dan impor yang melibatkan
sektor luar negeri.61 Dari beberapa indikator tersebut ekspor impor
Firman Mutakin dan Azisa Rahmaniar Salam, “Dampak Penerapan ASEAN-China Free Trade Agreement
(ACFTA) bagi Perdagangan Indonesia’’, Economic review, No. 218, Jakarta : Departemen Perdagangan RI,
2009, hal 8-9
61
www.anneahira.com/kondisi-perekonomian-indonesia-saat-ini.htm diakses tanggal 31 maret 2012
60
52
indonesia yang akan dibahas lebih jauh di mana keduanya merupakan
ukuran untuk melihat perekonomian Indonesia berada pada posisi stabil
ataukah menurun.
53
Tabel 3.
NERACA PERDAGANGAN
INDONESIA
CINA2006-2011
Tabel 3. Neraca Perdagangan
Indonesia dengan
Rep.DENGAN
RakyatREP.RAKYAT
China periode
PERIODE 2006-2011
No.
I.
II.
URAIAN
2006
2007
Nilai : US$
2008
JAN-OKT
2009
2010
2010
2011
Perub. % Trend %
11/10
06-10
- Ekspor
8,343,571,337 9,675,512,723 11,636,503,721
11,499,327,261 15,692,611,103 11,632,545,572 18,211,540,086
56.56
15.44
- Migas
- Non Migas
2,876,961,299 3,011,412,826 3,849,335,305
5,466,610,038 6,664,099,897 7,787,168,416
2,579,242,813 1,611,661,251 1,016,775,344 1,075,410,709
8,920,084,448 14,080,949,852 10,615,770,228 17,136,129,377
5.77
61.42
-12.31
24.41
- Impor
6,636,895,111 8,557,877,121 15,247,168,927
14,002,170,505 20,424,218,244 16,597,733,973 21,389,719,365
28.87
31.53
- Migas
- Non Migas
1,134,912,549 600,622,747 299,265,597
5,501,982,562 7,957,254,374 14,947,903,330
510,809,426 736,199,986 687,634,763
681,018,391
13,491,361,079 19,688,018,258 15,910,099,210 20,708,700,974
-0.96
30.16
-9.77
36.04
14,980,466,448 18,233,389,844 26,883,672,648
25,501,497,766 36,116,829,347 28,230,279,545 39,601,259,451
40.28
23.31
4,011,873,848 3,612,035,573 4,148,600,902
10,968,592,600 14,621,354,271 22,735,071,746
3,090,052,239 2,347,861,237 1,704,410,107 1,756,429,100
22,411,445,527 33,768,968,110 26,525,869,438 37,844,830,351
3.05
42.67
-11.55
30.68
1,706,676,226 1,117,635,602 -3,610,665,206
-2,502,843,244 -4,731,607,141 -4,965,188,401 -3,178,179,279
-35.99
-
1,742,048,750 2,410,790,079 3,550,069,708
-35,372,524 -1,293,154,477 -7,160,734,914
2,068,433,387 875,461,265 329,140,581
394,392,318
-4,571,276,631 -5,607,068,406 -5,294,328,982 -3,572,571,597
19.82
-32.52
-14.18
-
III. - Total Perdagangan
- Migas
- Non Migas
IV. - Neraca
- Migas
- Non Migas
Sumber : BPS (Diolah oleh Pusdatin Kementerian Perdagangan )
54
Table 4. Perkembangan Ekspor Produk Non Migas Menurut Negara Tujuan
Kawasan ekspor
Tahun
2009
2010
3687,9
3277,8
 Asia Timur
1250,2
1299,2
a) Jepang
b) China
1206,8
1010,9
3720,2
2769,0
 Asia selatan dan Tenggara
a) Thailand
274,3
296,4
b) Singapura
713,8
655,1
c) Philipina
226,2
195,2
d) Malaysia
730,3
597,7
440,0
330,9
 Asia barat
388,1
208,1
 Afrika
197,8
197,9
 Australia dan oseania
1091,7
1038,9
 Amerika utara
1044,1
991,1
a) Amerika serikat
225,1
181,9
 Amerika tengah dan selatan
1388,6
1126,1
 Eropa barat
155,8
120,4
 Eropa timur
Jumlah
10 845,2
9 251,0
Sumber : BPS diolah kementrian Perdagangan, Januari 2012
2011
3514,5
1208,6
1161,1
3853,4
440,6
887,7
346,2
979,3
502,3
313,2
273,9
1337,1
1262,0
287,7
1736,6
208,4
11 991,2
Berdasarkan tebel diatas, perkembangan ekspor non migas Indonesia
keberbagai negara tujuan mengalami penurunan dari tahun 2009 sebesar
10.845,2 menjadi 9251,0 ditahun 2010. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan
produksi Indonesia sebagai akibat dari krisis global yang terjadi pada 2008-2010
akan tetapi memasuki tahun 2011 kemampuan produksi Indonesia secara umum
mengalami peningkatan menjadi 11 991,2.
Secara khusus, ekspor non migas Indonesia ke Asia timur merupakan
salah satu kawasan yang menjadi tujuan ekspor Indonesia terbesar, salah satunya
negara China apalagi hal ini didukung dengan perjanjian perdagangan bebas
55
antara Indonesia-China. Nilai total ekspor non migas Indonesia sebesar 1 208, 6
pada tahun 2011.
1. Sebelum ACFTA
Sektor industri merupakan salah satu sektor yang
terpenting dalam menopang perekonomian nasional, sektor
industri ini juga sangat berpengaruh pada kelancaran aktivitas
ekspor impor Indonesia. Dari sekian banyak industri tekstil dan
alas kaki merupakan industri yang sangat berpengaruh, hal ini
mengingat bahwa industri tersebut memiliki kapasitas industri
yang sangat besar, baik dari sudut pandang produksi dan
kebutuhan atau konsumsi masyarakat.
Industri tekstil Indonesia berdasarkan golongan produk
berupa serat dan benang sintetis, pakaian dan assesorisnya, kapas,
benang dan barang dari padanya, selimut, linen, barang perabot
lainnya, penutup dan pelapis dari bahan tekstil, serat nabati,
benang kertas, dan barang dari padanya, karpet dan permadani,
kain rajutan, kain tenunan, berjumbai dan sulaman, pakaian
bekas, wol, benang dari bulu hewan dan barang dari padanya,
sutra dan kain tenunan dari sutra.62 Untuk industri alas kaki
berdasarkan golongan produk berupa sepatu kulit, sepatu sport
62
Rahbia, Pengaruh Asean China Free Trade Agreement (ACFTA)terhadap Industri
tekstil Indonesia, Skripsi Hubungan Internasional, Universitas hasanuddin, 2011
56
kulit, sandal dan alas kaki lainnya dari kulit, sepatu olahraga dari
karet atau plastic dan kanvas, sepatu teknik lapangan.63
Meskipun industri alas kaki dan tekstil banyak menopang
perekonomian Indonesia namun, kedua industri tersebut sangat
rentan terpengaruh oleh kebijakan pemerintah seperti kebijakan
perdagangan bebas antara Indonesia dan China atau ACFTA, hal
ini sangat jelas bahwa aktivitas ekspor Indonesia akan
dipengaruhi oleh impor dari China. Berikut beberapa tabel ekspor
impor Indonesia-China sebelum adanya ACFTA.
Tabel 5. Data Perdagangan Ekspor-impor Tekstil (TPT) Indonesia ke China
Flow
Nilai US$
2007
2008
2009
Ekspor
162,088,484
175,116,118
180,617,348
Impor
348,852,858
1,034,736,272
1,038,771,012
Sumber : BPS diolah Kementrian Perdagangan Direktorat Ekspor Hasil Industri dan
Pertambangan
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sebelum dibentukknya ACFTA
ekspor-impor industri tekstil ke China setiap tahun mengalami peningkatan
namun
hanya sedikit.
Sedangkan untuk
impor, tahun 2008 sebesar
1,034,736,262 naik menjadi 1,038,771,012 di tahun 2009. Peningkatan tiap
tahunnya menandakan bahwa aktivitas ekspor impor antara China dengan
Indonesia untuk sektor industri sangat mempengaruhi perekonomian Indonesia.
63
Levi Ista Primasari, Pengaruh Asean China Free Tradee Agreement ACFTA terhadap Industri
Domestik Indonesia (kasus: Industri Sepatu),Makassar: HI Fisip UNHAS, 2011
57
Tabel 6. Data Perdagangan Ekspor Alas kaki periode 2008-2009
Bulan
Tahun
2008
2009
Januari
163.180,39
156.194,14
Februari
139.392,82
147.961,18
Maret
128.377,62
120.729,49
April
159.271,49
150.943,93
Mei
173.174,57
174.232,79
Juni
168.369,21
177.488,60
Juli
174.281,77
134.559,64
Agustus
151.617,31
120.369,50
September
128.221,76
89.381,74
Oktober
141.275,27
133.352,50
November
169.756,18
149.870,73
Desember
188.715,07
181.030,20
Total
1.885 477,46
1.736.114,44
Sumber :BPS diolah Kementrian Perdagangan RI, Januari 2012
Dari tabel diatas dapat di lihat bahwa ekspor Indonesia pada tahun 2008
Januari hingga Desember sebesar 1.885.477, 46 menjadi 1.736.114,44 pada
tahun 2009 hal ini berarti ekspor Indonesia mengalami penurunan yang cukup
signifikan hal ini karena barang-barang impor sudah mulai menggeser barangbarang dalm negeri. Ini menandakan bahwa masyarakat Indonesia lebih
menggunakan produk luar yang tentunya lebih murah dan lebih beragam.
58
Table 7. Data Perdagangan Impor Alas Kaki periode 2008-2009
Bulan
Tahun
2008
2009
Januari
12.847.122
12.611.309
Februari
7.245.443
6.505.505
Maret
11.598.086
10.139.626
April
15.575.669
10.921.046
Mei
15.436.553
11.605.309
Juni
15.535.982
12.880.310
Juli
14.665.080
12.155.741
Agustus
18.095.106
14.634.659
September
13.333.382
9.490.458
Oktober
13.955.834
10.147.898
November
12.790.452
10.531.834
Desember
11.093.270
9.997.743
Total
131.161.959
162.621.438
Sumber : BPS diolah Kementrian Perdagangan RI, januari 2012
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa impor Indonesia pada tahun 2008
dengan total 131.161.959 dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 162.621.438
hal ini karena penguatan nilai impor dipengaruhi oleh banyaknya barang-barang
luar yang membanjiri produk domestik Indoesia. Apalagi ditunjang dengan
banyaknya permintaan konsumen dalam negeri yang ingin menggunakan produk
dari luar yang jauh lebih murah. Hal ini menandakan bahwa sebelum dibentuk
ACFTA indonesia sudah di kuasai oleh produk-produk buatan dalam negeri
yang tentu saja akan membawah pengaruh buruk bagi perindustrian alas kaki di
Indonesia.
59
2. Sesudah ACFTA
Walaupun perjanjian ACFTA telah dibicarakan mulai
tahun 2002 namun melalui berbagai tahapan yang sangat panjang
dan baru mulai resmi di implementasikan pada tanggal 1 Januari
2010. Perjanjian ini sangat mempengaruhi keadaan industriindustri domestik Indonesia khususnya dua industri besar yang
ada di Indonesia yaitu TPT dan alas kaki, perubahan nilai ekspor
impor tiap tahunnya akan membawa pengaruh terhadap
kestabilan ekonomi di Indonesia, hal ini bisa dilihat mulai dari
sebelum dan sesudah adanya ACFTA. beberapa tabel kegiatan
ekspor
dan
impor
kedua
industri
tersebut
sesudah
diberlakukannya ACFTA.
Tabel 8. Data Ekspor impor Industri TPT Periode
( Nilai US$)
Flow
2010
2011
Ekspor
9,18
11,12
Impor
3,32
8,6
Sumber: BPS diolah Kementrian Perdagangan RI, Januari 2012
Dari
tabel
diatas
menunjukkan
bahwa
industri
tekstil
setelah
diberlakukannya ACFTA dari tahun terjadi peningkatan ekspor dari tahun 2010
ke tahun 2011 sebesar 9,18 menjadi 11,12. Sedangkan nilai impornya juga
mengalami lonjakan yang sangat tinggi dari 3,32 menjadi 8,6. Hal ini
menandakan bahwa peningkatan impor pada tahun yang sama tidak sejalan
dengan peningkatan ekspor, perbedaan impor dari tahun sebelumnya sangat
60
tinggi. ini menunjukkan bahwa tekstil buatan China lebih diminati ileh
masyarakat dalam negeri.
Tabel 9. Data Ekspor Impor Alas Kaki Periode 2010-2011
( Nilai US$)
Flow
Tahun
2010
2011
Ekspor
2,5
3,1
Impor
7,034
11,04
Sumber : diolah sendiri berdasarkan data BPS diolah Kementrian Perdagangan RI,
Januari 2012
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa setelah diberlakukannya ACFTA
terjadi peningkatan ekspor dari tahun 2010 ke tahun 2011 yaitu dari 2,5 menjadi
3,1, meskipun demikian nilai peningkatan impor pada tahun tersebut secara
keseluruhan lebih besar bila di bandingkan dengan total ekspor.
61
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Dampak Diberlakukannya ACFTA Terhadap Stabilitas Ekonomi indonesia
Kembali ke tujuan awal dibentuknya perdagangan bebas ASEAN-China
bahwa setiap negara akan memperoleh keutungan apabila mampu bersaing dan
mampu memanfaatkan peluang yang ada. Sejak pengimplementasian ACFTA
yang saat ini sudah berlangsung kurang lebih 2 tahun, mulai diberlakukan pada
tanggal 1 Januari 2010, memberikan dampak negatif terhadap negara yang tidak
memiliki kesiapan dalam menghadapi ACFTA. Walau tidak di pungkiri ada
negara yang merasakan dampak positif karena sudah mempersiapkan diri jauh
sebelum ACFTA mulai diberlakukan.
Indonesia sebagai negara yang terlibat dalam perjanjian perdagangan
bebas ini terkena dampak negatif hal ini dibuktikan dengan masuknya barangbarang China di pasar domestik sehingga produk dalam negeri tidak mampu
bersaing. Sebelum adanya ACFTA pun Indonesia sudah dibanjiri produk China
misalnya elektronik, furniture, alas kaki mudah di dapat di toko-toko di
Indonesia. Dengan penurunan bea masuk yang sampai 0% China menjadi leluasa
memasarkan produknya di pasar Indonesia apalagi ditawarkan dengan harga
yang jauh lebih murah menjadikan konsumen lebih memilih barang-brang dari
China. Hal ini tentu saja akan meresahkan para pelaku bisnis dan industri besar
maupun kecil dalam negeri.
ACFTA banyak membawa dampak terhadap industri-industri yang ada di
Indonesia, hal ini akan membawa pengaruh terhadap stabilitas ekonomi
62
Indonesia. untuk dapat mengetahui stabilitas Indonesia penulis akan mengambil
dan memaparkan industri-industri yang sangat terkena dampak dari adanya
ACFTA yaitu industri tekstil dan alas kaki. Jauh sebelum adanya perjanjian
ACFTA, pada kenyataannya tekstil China sudah mulai membanjiri pasar dalam
negeri lihat tabel 3, impor Indonesia tiap tahunnya terus mengalami peningkatan.
Masuknya barang-barang tekstil ke Indonesia baik melalui impor illegal
ataupun impor illegal, penyelundupan tekstil tampaknya makin seperti lampu
merah. Menurut Asosiasi Perstekstilan Indonesia (API), menjelang lebaran 2009
kontainer berisi produk tekstil diselundupkan, sehingga menimbulkan kerugian
negara sekitar 100 milyar. Bahkan setelah itu ditemukan bahwa dipelabuhan
China dan Singapura, sebanyak 197 kontainer tekstil illegal siap diberangkatkan
ke Indonesia64 data ini berdasarkan hasil penyelidikan API yang dilansir belum
lama itu tentu sangat memprihatinkan. Dengan gampangnya, produk tekstil
masuk ke Indonesia hal ini tentu saja kurang jelinya pemerintah dalam
mengawasi pelabuhan-pelabuhan yang menjadi tempat masuknya produk tekstil
illegal. Apabila terus dibiarkan sudah dipastikan akan menghancurkan produksi
tekstil dalam negeri.
Masuknya tekstil China secara illegal, sudah menjadi perhatian pihak bea
cukai sejak lama. Dalam program kerjanya, mereka telah menerjunkan tim-tim
yang mengawasi pelabuhan diseluruh Indonesia terutama pelabuhan yang
berpotensi besar memasukkan barang-barang illegal. Namun tetap saja para
importir illegal tersebut lebih cerdik dibanding para petugas Bea Cukai.
64
http://review-a001.blogspot.com/2010/01/asean-china-free-trade-agreement-acfta.html diakses taggal
26 Januari 2012
63
Pemalsuan tanda tangan petugas yang jabatannya lebih tinggi menjadi salah satu
cara mereka mengelabui petugas dipelabuhan. Selain itu, pengguna nama nama
fiktif perusahaan importir juga salah satu cara mereka untuk berkelit dari kasus
hukum jika terjadi pengangkapan dipelabuhan atau razia di kelautan Indonesia.
Selain produk tekstil, produk alas kaki juga sangat terkena dampak dengan
adanya ACFTA. Seperti penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh Levi
Ista Primasari, dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh ASEAN China Free
Trade Agreement ACFTA Terhadap Industri Domestik Indonesia (kasus:
Industri Sepatu)65 mengatakan bahwa, dalam pembuatan sepatu, dalam
seminggu sebuah industri rumahan dapat membuat 250/pasang dengan
kerusakan maksimal 3 pasang sepatu. Sebuah sepatu laki-laki dengan bahan
kulit akan dijual ke toko dengan patokan harga sekitar Rp. 95.000- Rp.100.000
dengan keuntungan per sepatu hanya Rp.5.000- Rp.10.000. hal ini berbeda
dengan China, Sepasang produk sepatu China dapat dibeli dengan harga
Rp.25.000, sedangkan sepatu dalam negeri paling murah adalah Rp.50.000.66
Hal inilah yang kemudian menjadi kesempatan bagi produk China yang masuk
ke Indonesia. Selain itu, produk Indonesia yang memiliki kualitas terbaik
memiliki harga yang terbilang mahal. Produk-produk seperti ini akan di ekspor
ke berbagai negara dan sebagian akan di jual di dalam negeri. Tetapi tentu saja
pasar produk sepatu dalam negeri dengan kualitas terbaik ini hanya dapat
dinikmati oleh kalangan atas. Dan kalangan menengah ke bawah akan beralih ke
65
Levi Ista Primasari, Pengaruh Asean China Free Tradee Agreement ACFTA terhadap Industri
Domestik Indonesia (kasus: Industri Sepatu),Makassar: HI Fisip UNHAS, 2011
64
produk impor dari China. Pada tahun Januari 2010 sampai dengan Januari 2011,
impor China untuk sepatu naik sebesar 97%.67 Lonjakan impor ini dapat terlihat
dari table sebagai berikut.
Tabel 10. Nilai Impor Per Negara Muat Barang Alas Kaki
Januari 2010 dan Januari 2011
%
NILAI IMPORT (USD)
NO
NEGARA
1
CHINA
2
2010
2011
JANUARI
JANUARI
Perubahan
Jan'10
Dibanding
Jan'11
3,404,021.53
6,698,719.14
96.79
SINGAPORE
787,574.73
1,836,881.67
133.23
3
HONGKONG
1,286,923.30
817,570.55
(36.47)
4
MALAYSIA
207,874.18
560,521.75
169.64
5
VIETNAM
996,815.32
552,946.87
(44.53)
6
SPAIN
269,466.47
411,573.58
52.74
7
THAILAND
-
40,265.95
100.00
8
SOUTH AFRICA
-
34,922.16
100.00
9
CAMBODIA
-
18,958.00
100.00
10
TAIWAN
-
13,136.80
100.00
11
UNITED STATES
42,354.66
12,959.72
(69.40)
12
GREAT BRITAIN
28,019.98
10,579.79
(62.24)
13
AUSTRALIA
-
3,666.60
100.00
14
PHILIPPINES
-
2,229.11
100.00
15
SRI LANKA
8,776.00
-
(100.00)
16
INDIA
2,707.10
-
(100.00)
TOTAL
7,034,533.27
11,014,931.69
56.58
Sumber : Dokumen Kementerian Perdagangan.
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa impor alas kaki dari China
merupakan yang paling tinggi dan terus mengalami peningkatan, dari tahun
2010 yang hanya
3,404,021.53 menjadi 6,698,719.14. Tentu hal ini karena
Mahendra Siregar, “RI-China Menuju Keseimbangan Win-Win”, Bisnis Indonesia, Senin, 25 April
2011, hal.2
67
65
implementasi ACFTA antara China dan Indonesia yang membebaskan biaya
tarif masuk.
Akumulasi data yang diperoleh, untuk ekspor impor yang dilakukan oleh
industri tekstil dan alas kaki, dalam kurung waktu empat tahun. Hal ini dilihat
dari dua tahun sebelum terbentuk ACFTA dan dua tahun sesudah ACFTA di
implementasikan. Dapat dilihat dari tabel sebagai berikut:
Tabel 11. Ekspor Impor Tekstil Sebelum ACFTA
periode 2008-2009
Tahun
Ekspor
Impor
Surplus
Defisit
2008
15,76
9,31
6,45
-
2009
9,31
9,34
-
0,03
Sumber : diolah sendiri berdasarkan data dari BPS, April 2012
Tabel 12. Ekspor Impor Tekstil Sesudah ACFTA
periode 2010-2011
Tahun
Ekspor
Impor
Surplus
Defisit
2010
9,18
3,32
5,86
-
2011
11,12
8,6
2,57
-
Sumber : diolah sendiri berdasarkan data dari BPS, April 2012
Tabel 13. Ekspor Impor alas kaki sebelum ACFTA
periode 2008-2009
Tahun
Ekspor
Impor
Surplus
Defisit
2008
16,97
14,59
2,38
-
2009
15,63
11,85
3,78
-
Sumber : diolah sendiri berdasarkan data dari BPS, April 2012
66
Tabel 14. Ekspor Impor Alas Kaki Sesudah ACFTA
Periode 2010-2011
Tahun
Ekspor
Impor
Surplus
Defisit
2010
2,5
7,03
-
4,53
2011
3,1
11,4
-
7,94
Sumber : diolah sendiri berdasarkan data dari BPS, April 2012
Dari tabel di atas (lihat tabel 11 & 12) dapat dilihat bahwa industri tekstil
pada tahun 2008 mengalami surplus sebesar 6,45, namun pada tahun 2009
terjadi defisit dengan total 0,03. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan produksi
tekstil yang cukup dipengaruhi oleh krisis global pada waktu itu. setelah
perjanjian ACFTA Indonesia terus mengalami perbaikan ekonomi, sehingga
pada tahun 2010 mengalami surplus sebesar 5,86 di tahun 2011 industri tekstil
masih mengalami surplus sebesar 2,57, namun terjadi perbedaan yang cukup
signifikan di tahun sebelumnya hal ini karena Indonesia sudah dibanjiri produkproduk buatan China yang hampir menguasai pasar domestik dalam negeri.
Untuk industri alas kaki (lihat tabel 13 dan 14) pada tahun 2008
mengalami surplus sebesar 2,38 sedangkan pada tahun 2009 naik menjadi 3,78.
Hal ini berarti industri alas kaki tidak dipengaruhi oleh krisis global yang terjadi
pada tahun 2008-2009 sebab terjadi peningkatan surplus sebesar 1,4. Namun
pada tahun 2010 sesudah perjanjian ACFTA di implementasikan industri alas
kaki mengalami defisit sebesar 4, 53 yang cukup mempengaruhi perekonomian
Indonesia, dan diperparah lagi pada tahun 2011 mengalami defisit kembali
sebesar 7,94 ini membuktikan industri alas kaki sangat terkena dampak dengan
adanya ACFTA.
67
Dari akumulasi data diatas dapat disimpulkan bahwa perjanjian ACFTA
membawa ekonomi Indonesia cenderung tidak stabil, ini dilihat dari dua sektor
industri Indonesia tekstil dan alas kaki ekspor impor tiap tahunnya sering
mengalami perubahan yang signifikan bahkan ada yang mengalami defisit
selama ACFTA berlangsung. Apabila industri-industri Indonesia sering
mengalami defisit berarti terjadi penurunan produksi akibatnya pendapatan
berkurang, hal ini berimbas pada pengurangan tenaga kerja dan dampak terburuk
industri akan mengalami kebangkrutan dan pada akhirnya industri akan ditutup.
Siklus ini tidak hanya mempengaruhi pendapatan pemerintah akan tetapi secara
keseluruhan turut mempengaruhi stabilitas ekonomi Indonesia yang berujung
pada instabilitas Indonesia.
Kebijakan pemerintah menyetujui perdagangan bebas dengan China.
Terkait penurunan tarif bea masuk dan keluar termasuk mengatur industri tekstil
dan alas kaki secara tidak langsung merupakan penjabaran dari kebijakan fiskal
yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia, oleh karena itu tinggi rendahnya
ekspor impor Indonesia sangat dipengaruhi oleh kebijakan fiskal tersebut
dimana pengaturan terkait tarif pajak. Apabila pemerintah mengeluarkan
kebijakan untuk meningkatkan tarif pajak untuk produk-produk ekspor dan
impor, hal tersebut jelas akan mempengaruhi kondisi stabilitas perekonomian
nasional utamanya industri yang berbasis pada ekspor seperti contoh industri
tekstil dan alas kaki
Selain itu yang tidak kalah penting akibat dari implementasi ACFTA
adanya anggapan di kalangan masyarakat Indonesia bahwa buatan luar negeri
jauh lebih baik dari pada buatan dalam negeri, harga yang lebih murah, dan
68
banyaknya pilihan barang menjadikan produk China diminati sampai saat ini.
Namun anggapan seperti ini sangatlah wajar mengingat sebagian besar
masyarakat Indonesia dari kalangan ekonomi kebawah. Mereka tidak
memperhatikan kualitas asal harganya lebih murah dan lebih terjangkau, hal
inilah yang dimanfaatkan oleh China sehingga menjadikan negara tersebut
mengalami perkembangan yang sangat pesat apalagi setelah adanya ACFTA ini.
Penurunan produksi barang akan terus berlanjut apabila Indonesia tidak
mengambil langkah nyata dalam menghadapi ACFTA ini, pada dasarnya adanya
kerugian dalam pelaksanaan perdagangan bebas ini karena Indonesia belum siap
dalam menghadapi ACFTA ini, seperti sumberdaya manusia Indonesia belum
mampu menyaingi SDM China yang lebih kreatif, infrastruktur yang kurang
memadai, selain itu yang tidak kalah penting pajak yang tinggi kebijakan fiskal
yang diterapkan pemerintah kurang berpihak pada industri-industri dalam negeri.
B. Strategi Pemerintah Dalam Meningkatkan Stabilitas Ekonomi Melalui
Kerjasama ACFTA
Dampak negatif yang dirasakan
dari adanya perdagangan bebas
ASEAN-China sudah sangat merugikan dan meresahkan berbagai pihak baik
yang terlibat langsung dari perdagangan maupun yang tidak mereka sama-sama
mengharapakan pemerintah sebagai pengambil keputusan untuk mengambil
langkah tegas menyelamatkan perekonomian nasional yang semakin mengalami
penurunan dengan adanya ACFTA. Industri-industri dalam negeri merupakan
penyeimbang tertinggi dalam menopang perekonomian Indonesia, maka dari itu
pemerintah harus membuat kebijakan agar industri-industri dalam negeri mampu
69
bertahan dan bisa bersaing dengan barang-barang dari luar yang terus
berdatangan ke dalam pasar domestik.
Tindakan yang dilakukan adalah menata kelembagaan dan sistem
perdagangan luar negeri, memanfaatkan forum kerjasama bilateral maupun
regional dalam rangka mengamankan dan memperluas akses pasar. Dalam
menghadapi pasar bebas perdagangan bebas yang semakin pesat, utamanya
dalam meningkatkan ekspor non migas Indonesia ke China, maka dalam
kebijakan pembangunan industri dan perdagangan pemerintah Indonesia
bertekad untuk meningkatkan daya saing nasional dalam rangka mewujudkan
pembangunan yang berkesinambungan dengan meningkatkan produktivitas
nasional secara terus menerus melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta pengembangan sumber daya manusia.
Langkah awal yang dilakukan pemerintah dengan memperbaiki struktur
internal dalam negeri yang mendukung jalannya perdagangan bebas ini misalnya
mengambil beberapa kebijakan yang dicantumkan dalam pasal No. 57 Tahun
2010. Kebijakan-kebijakan tersebut seperti:
1. Perusahaan yang dapat mengimpor barang merupakan importir yang
telah terdaftar sebagai IT (Importir Terdaftar) -produk tertentu
2. Proses impor hanya dapat dilakukan di beberapa pelabuhan yaitu
Medan, Jakarta, Semarang, Makassar, Dumai dan Jayapura.
3.
Dan dalam pelaksanaannya akan diperiksa oleh surveyor yang
berada di setiap pelabuhan.
70
Dari kebijakan diatas dapat terlihat jelas bahwa pemerintah
bermaksud untuk lebih memproteksi produk dalam negeri sehingga
produk–produk impor tidak menguasai pasar dalam negeri sehingga
mampu tercipta peluang yang lebih besar untuk produk–produk dalam
negeri menguasai pasar sendiri. Hal ini juga merupakan salah satu cara
untuk mencegah kecurangan yang akan dilakukan oleh importer.
Strategi
menghadapi
Perdagangan
Bebas
Menurut
Mentri
Perdagangan dan Pengamat Ekonomi Sekretaris Jendral Kementrian
Perdagangan Ardiansyah Parman memaparkan jurus menghadapi
ACFTA antara lain:68
1. Meningkatkan daya saing, pengamanan perdagangan dalam
negeri serta penguatan ekspor. “untuk penguatan daya saing
pihak Kementrian akan melaksanakan pembenahan infrastruktur
dan energi, pemberian intensif, membangaun KEK (kawasan
Ekonomi
Khusus),
memperluas
akses
pembiayaan
dan
pengurangan biaya bunga, pembenahan sistem logistik, pelayan
public, serta penyederhanaan peraturan dan meningkatkan
kapasitas kerja”
2. Strategi pengaman pasar domestik akan difokuskan kepada
pengawasan tingkat border (pengaman) serta peredaran barang
dipasar lokal. Namun pihaknya juga akan melakukan promosi
pengunann produksi dalam negeri. Sedangkan untuk penguatan
68
Andri Gilang Nugraha, SE, M Fin (staf dibagian Keuangan Sekretariat Ditjen Kerjasama Perdagangan
Internasional, Kementrian Perdagangan. Tantangan dan Peluang serta Langkah-langkah yang dilakukan
Pemerintah Indonesia Terhadap Implementasi penuh ACFTA. Buletin KPI edisi -02/KPI/2010.
71
industri,
pihak
Kementrian
Perdagangan
berupaya
mengoptimalkan peluang pasar China di ASEAN sekaligus
penguatan peran perwakilan luar negeri. Kementrian berusaha
mengembangkan kebijakan dan diplomasi perdagangan di forum
internasional,
menjaga
pertumbuhan
(ekonomi,
menekan
kesenjangan kesejahteraan masyarakat dan lainnya,” kementrian
perdagangan telah menetapkan beberapa program dan kegiatan
yang bertujuan meningkatkan daya saing komoditi ekspor serta
mengamankan perdagangan dalam negeri.
Dari strategi diatas dapat dimanfaatkan oleh pemerintah dalam
meningkatkan produk dan mampu bersaing dengan produk luar. Dengan adanya
ACFTA pemerintah harus jeli melihat peluang potensi barang ekspor Indonesia
seperti tekstil dan alas kaki, kedua produk ini sudah sangat dikenal oleh negaranegara baik dikawasan ASEAN maupun Eropa dan Amerika.
Beberapa instrument non tariff yang akan digunakan pemerintah dalam
mempertahankan daya saing produk Indonesia antara lain adalah:69
1.
Penggunaan Standar Nasional Indonesia
2.
Instrument Label Halal
3.
Ketentuan produk impor tertentu
4.
Pengetatan Pengawasan
69
Kasus dan pembahasan : Menghadapi FTA ASEAN-CHINA : Indonesia Terapkan Strategi Hambatan
Non Tarif http://kasus-danpembahasan-menghadapi-fta-html di akses tanggal 3 april 2012
72
Berikut penjelasan masing-masing strategi diatas:
1. Penggunaan Standar Nasional Indonesia (SNI)
Pemerintah perlu mengimplementasikan kebijakan non-tarif dan
antidumping
untuk
melindungi
sektor
industri
nasional,
misalnya
menyediakan bantuan untuk restrukturisasi permesinan dan pembebasan bea
masuk impor untuk bahan baku dan permesinan yang dibutuhkan industri
nasional juga Indonesia bisa menerapkan SNI bagi produk impor yang dijual
di pasar lokal. Anggota DPR Komisi F, Rindra Edhy Prabowo
mengharapkan kalangan industri bisa merubah stigma ancaman dari ACFTA
jadi sebuah peluang untuk bersaing dan meningkatkan hasil produksi
Menurut pengamat ekonomi untan, Evi Asmayadi mengefektifkan
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 56/2008 yang mengharuskan setiap
barang impor yang masuk ke Indonesia harus lolos verivikasi sucofindo.
Hasil verifikasi itu bisa dicantumkan dalam bentuk sertifikat yang ditempel
di setiap barang produk impor yang masuk kepasar Indonesia. kemudian
segera diberlakukan penggunann Standar Nasional Indonesia terhadap
produk impor, termasuk produk buatan China yang akan masuk. Selanjutnya
SNI harus diberlakukan terhadap produk-produk buatan pabrik milik
perusahaan cina yang ada di Indonesia. “penerapan SNI ini penting untuk
menciptakan standarisasi produk-produk impor yang ada di Indonesia, yang
tak kalah penting adalah membenahi faktor-faktor yang menyangkut
peraturan dan perijinan, meminimalisir ekonomi biaya tinggi, menurunkan
suku
bunga
kredit,
mempercepat
pembangunan
dan
memperbaiki
73
infrastruktur, khususnya listrik, jalan, air bersih, dan pelabuhan, kemudian
meningkatkan kualitas enterepreneur dan tenaga kerja, teknologi produksi,
pemasaran, keuangan, iklim usaha dan investasi.
Penggunan SNI ini tentu saja bukan hanya untuk produk luar saja
akan tetapi juga untuk produk Indonesia. ini dilakukan agar negara lain tidak
memandang adanya diskriminasi terhadap produknya apalagi dalm
menghadapi ACFTA ini tentu saja produk-produk dari negara yang
meratifikasi perjanjian tersebut tentu saja akan mengekspor produknya ke
Indonesia.
2. Instrument Label
Label adalah setiap keterangan mengenai barang yang dapat berupa
gambar, tulisan atau kombinasi keduanya atau bentuk lain yang memuat
informasi tentang barang dan keterangan pelaku usaha serta informasi
lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
disertakan pada produk, dimasukkan kedalam, ditempelkan pada, atau
merupakan bagian kemasan. Label memiliki kegunaan untuk memberikan
informasi yang benar, jelas dan lengkap baik mengenai kuantitas, isi,
kualitas, maupun hal-hal lain yang diperlukan mengenai barang yang
diperdagangkan. Dengan adanya label konsumen akan memperoleh
informasi yang benar, jelas dan baik mengenai kuantitas, isi, kualitas
mengenai barang/jasa beredar dan dapat menentukan pilihan sebelum
membeli atau mengkonsusmi barang dan jasa.
74
Bagi konsumen, label mempunyai peranan yang sangat penting,
setidaknya ada tiga hal pokok yang mendasarinya yaitu:
a. Informasi yang dibutuhkan sebagai pertimbangan untuk membeli
atau tidak produk tertentu
b. Dengan pengetahuan tersebut, konsumen dapat menentuakn,
memilih satu produk sejenis lainnya
c. Dengan informasi yang benar dan lengkap, konsumen juga dapat
terhindar dari kemungkinan gangguan keamanan dan keselamatan
konsumsinya, bila produksi bersangkutan tidak cocok untuk
dirinya atau mengandung suatu zat yang membahayakan
Pencantuman label pada barang baru saja pengaturannya dikeluarkan
oleh
Mentri
Perdagangan
dengan
Peraturan
Mentri
Perdagangan
No.62/MDAG/PER/12/2009 tentang kewajiban pencantuman label pada barang
(Permendag No. 62/M-DAG/PER/12/2009). Sedangkan pengaturan mengenai
label pangan diatur dengan UU No. 7 tahun 1996 tentang pangan (UU pangan)
yang menggariskan bahwa label pangan adalah setiap keterangan mengenai
pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain
yang disertakan pada pangan dimasukkan kedalam, ditempelkan pada atau
meruapakan bagian kemasan pangan.
Pemerintah terus melakukan upaya dalam meningkatkan pengawasan
agar tidak ada kecurangan yang dilakukan oleh China, selain itu pemerintah juga
fokus pada barang-barang illegal
yang masuk ke Indonesia dengan
meningkatkan pengawasan di pelabuhan - pelabuhan setiap kota di Indonesia.
75
strategi lain yaitu terus meningkatkan daya saing, menerapkan adanya
safeguard, anti dumping, menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI),
Pengetatan Surat, Keterangan Asal (SKA), label produk dalam bahasa Indonesia,
dan pemeriksaan kandungan bahan, kadaluarsa, kesehatan, lingkungan
keamanan produk, serta pengawasan terhadap isu hak kekayaan intelektual.70
Hal ini dilakukan untuk menjaga stabilitas industri domestik. Peningkatan daya
saing dilakukan dengan adanya pembenahan infrastuktur nasional, penyediaan
pasokan energi, serta perbaikan fasilitas perdagangan seperti infrastuktur
pelabuhan, kapal dagang, dan angkutan barang.71
a. Nama produk
b. Daftar bahan yang digunakan
c. Berat bersih atau isi berat
d. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan
pangan kedalam wilayah Indonesia
e. Keterangan tentang halal
f. Tanggal, buatan dan tahun kadaluarsa
Dalam mencantumkan keterangan pada label, pencantuman
keterangan tersebut harus berbahasa Indonesia, selain itu keterangan
harus benar dan tidak menyesatkan, baik mengenai tulisan, gambar atau
bentuk apapun lainnya. Yang dimaksud dengan keterangan tidak benar
adalah suatu keterangan yang isinya bertentangan dengan kenyataan
sebenarnya atau tidak memuat keterangan yang diperlukan agar
70
71
Mahendra Siregar, Loc.cit.
Ibid
76
keterangan tersebut dapat memberikan gambaran atau kesan yang
sebenarnya tentang pangan, sedangkan keterangan yang menyesatkan
adalah perntayataan yang berkaitan dengan hal-hal seperti sifat, harga,
bahan, mutu, komposisi, manfaat atau keamanan pangan yang meskipun
benar dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman
mengenai pangan yang bersangkutan.
Latar belakang diwajibkan pencantunan label pada barang ialah
untuk pemenuhan hak konsumen atas informasi yang benar, jelas, dan
jujur mengenai kondisi dan jaminan barang yang akan dipakai,
digunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen, belum terdapat ketentuan
yang mengatur perlabelan produk non pangan, merupakan upaya untuk
mendorong penciptaan persaingan usaha yang sehat, dan untuk
memperjelas
ketentuan
pasal
8
Undang-Undaang
Perlindungan
Konsumen, selain itu alasan lainnya adalah masih banyaknya barang
impor yang beredar dipasar dalam negeri yang tidak mencamtunkan label
dalam bahasa indosesia.
Pengaturan label pada barang baru saja diatur dalam Peraturan
Manteri Perdagangan No.62/M-DAG/PER/12/2009 tentang Kewajiban
Pencantum Label Pada Barang. Dalam peraturan tersebut di atur bahwa
Label adalah setiap keterangan mengenai barang yang berbentuk gambar,
tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain mengenai informasi lainya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
disertakan pada barang, dimasukan kedalam, di tempelkan, atau
merupakan kemasan barang.
77
Label dapat di jadikan salah satu parameter pengawasan barang
yang beredar selain itu dapat memberikan suatu informasi tentang suatu
barang. Dengan adanya informasi tentang suatu barang secara jelas dan
lengkap
diharapkan
dapat
terhindar
dari
akses
negatif
akibat
penggunaan/pemakaian/pemanfaatan barang.
3. Ketentuan Impor Produk Tertentu
Keputusan mengenai impor produk tertentu tertuang dalam Peraturan
Menteri Perdagangan (Permendag) No.56/M-DAG/PER/12/2008 tentang
ketentuan impor produk tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Perdagangan
pada 29 Desember 2010 sejauh ini penegakan hukum (enforcement) yang
telah dilakukan pemerintah terhadap Importir Terdaftar (IT), sebagai berikut
1. Telah diterbitkan sebanyak 4.516 IT, terdiri dari klafisikasi Elektronika
sebanyak 1.959 IT, Pemakain jadi sebanyak 697 IT, mainan sebanyak
680 IT, Makanan dan Minuman 614 IT, Alas kaki sebanyak 539 IT
2. Telah di cabut sebanyak 1.325, terdiri dari klafisikasi Elektronika
sebanyak 627 IT, pakaian jadi sebanyak 176 IT, mainan sebanyak 185
IT, makanan dan ninuman 175 IT,alas kaki sebanyak 162 IT.
3. Data IT sebanyak 3.191 terdiri dari klasifikasi Elektronika sebanyak
1.332 IT, pakaian jadi sebanyak 521 IT, Mainan sebanyak 495 IT,
Makanan dan Minuman 466 IT, dan Alas Kaki 377 IT
Ketentuan impor produk tertentu ini dilakukan untuk mengantisipasi
produk-produk illegal ataupun produk yang tidak masuk dalam perjanjian
78
tersebut agar tidak berdampak negative bagi produk Indonesia khususnya
bagi konsumen.
4. Pengetatan dan pengawasan
Implementasi Permendag 56/2008 dan 60/2008 permendag 56/2008
mengatur bahwa impor Produk Tertentu yaitu makanam dan minuman, alas
kaki, pakaian jadi, mainan anak, dan elektronika hanya dapat dilakukan oleh
Importir Terdaftar (IT) produk tertentu. Selain itu, pengawasan juga
diperketat pada lima pelabuhan untuk impor lima barang. Bahkan, selain
pembatasan pintu masuk impor untu elektronik alas kaki, mainan anak,
pakaian jadi, serta makanan/minuman, kini pemerintah juga membatasi pintu
masuk untuk produk jamu dan kosmetik impor. Ini tertuang dalam revisi
kedua Peraturan Menteri Perdagangan (Pemendag) No 56 tahun 2008.
Perubahan tersebut dilakukan dengan menerbitkan Permendag No.23 tahun
2010 tentang ketentuan impor produk tertentu.
Adapun 5 pelabuhan laut tertentu tersebut itu yakni Belawan di
Medan, Tanjung Priok Jakarta, Tanjung Emas di semarang, Tanjung Perak di
Surabaya dan Sukarno Hatta di Makassar, dan pada Permendak 60/2008
ditambahkan laut pelabuhan di Dumai sebagai Pelabuhan tujuan hanya untuk
produk makanan dan minuman. Sedangkan untuk pelabuhan udara dapat
dilakukan di seluruh pelabuhan udara internasional. Selain lima produk
terdahulu dan lima produk tersebut, ada tambahan 41 pos tariff dalam
lampiran barang yang diatur, yaitu tujuh pos tariff untuk obat tradisional dan
herbal, serta 33 pos tariff untuk produk domestic. Selain itu juga
79
ditambahkan satu pos tariff untuk lampu hemat energy (LHE). Aturan
mengenai
pelabuhan
manasaja
yang
boleh
melakukan
importisasi
sebelumnya tercantum dalam Permendak 44 tahun 2008 mengenai
pengaturan impor produk tertentu yaitu garmen, mainan, elektronik alas
kaki, makanan dan minuman.
Dalam Permendag Nomor 23/2010, secara umum diatur ketentuan –
ketentuan antara lain penambahan 41 Pos Tarif/HS dalam lampiran Barang
yang diatur, yaitu: 7 Pos Tarif/HS untuk produk obat tradisional dan herbal:
33 Pos Tarif/HS untuk produk kosmetik: 1 Pos Tarif/HS untuk lampu hemat
Energi. Khusus untuk produk obat tradisional dan herbal serta kosmetik di
bebaskan dari kewajiban verifikasi dan penelusuran teksis impor di
pelabuhan muat. Aturan baru lainya yang diatur dalam permendeg ini adalah
penambahan palabuhan laut Jayapura sebagai pelabuhan tujuan untuk produk
makanan dan minuman. Selain itu, sanksi juga diatur, dimana bagi yang
melakukan pelanggaran, yaitu tidak menyampaiakan laporan realisasi impor
melalui website hhtp.//inatrade.depdag.go.id tidak melakukan impor produk
tertentu dalam jangka 6 bulan berturut-turut atau melakukan pelanggaran
kepabeanan, maka akan dikenakan sanksi berupa pencabutan importer
terdaftar (IT) produk Tertentu.
Impor barang tertentu yang dicantumkan pada ketentuan impor
tersebut yang dimana hanya pada pelabuhan tertentu itu dilakukan untuk
mengawasi produk impor yang masuk di Idonesia agar mudah untuk di
kontrol atau diawasi hal ini dilakukan untuk menhindari produk-produk
impor yang secara illegal masuk di Indonesia. Berbagai langkah yang
80
ditempuh oleh pemerintah sebagai upaya menyikapi pemberlakuan penuh
ACFTA diantaranya mengirimkan surat kepada sekretarui Jendaral ASEAN
pada tanggal 31 Desember 2009 yang menyatakan bahwa Indonesia tetap
pada komitmenya, namun terdapat beberapa sector yang bermasalah, untuk
itu di bawah Koodinasi Penanggulanan Hambatan Perdangangan dan
Industri pada tanggal yang sama untuk melakukan pembahasan bersama
berbagai usaha di tanah air.
Semua pihak telah mengupayakan berbagai kebijakan untuk memproteksi
produk dalam negeri agar tetap menguasai pasar sendiri dan tidak dikuasai oleh
produk–produk China sebagai akibat dari adanya ACFTA, salah satu lembaga
pemerintah yang melakukan hal tersebut adalah Kementerian Perindutrian. Sebagai
wujud dari keseriusan pemerintah dalam meningkatkan perekonomian Indonesia
dengan melibatkan Kementrian Perindustrian maka upaya-upaya yang dilakukan
adalah :
1. Kementerian Perindustrian selanjutnya melaksanakan tugas tersebut dengan
melakukan survei dan studi yang terbagi atas 5 kelompok kegiatan sbb :
a. Memantau perkembangan impor melalui ACFTA dari bulan ke bulan
terutama produk-produk yang dianggap sensitif
b. Memonitor sejauh mana dampak ACFTA terhadap kinerja industri
dalam negeri terutama yang mencakup 228 pos tarif, dengan fokus pada
5 kelompok industri: logam, TPT, elektronik, permesinan dan furnitur.
c. Memonitor faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan masyarakat
dalam membeli/mengkonsumsi produk RRT yang dalam hal ini
81
dibedakan lagi ke dalam 2 kategori yaitu (i) penjual dan (ii)
pembeli/pemakai.
d. Meningkatkan pengetahuan dan “awareness” masyarakat industri dan
SDM aparatur terhadap manfaat dan kerugian pemberlakuan ACFTA .
e. Mengevaluasi kesiapan SNI untuk menghadang produk China yang non
standar atau berkualitas rendah yang termasuk 228 pos tarif dari 11
kelompok industri: Logam, tekstil, permesinan, elektronika, kimia
organik, petrokimia, jamu, kosmetik, furniture, alas kaki, kapal.
2. Untuk beberapa produk yang disurvei di dalam negeri selanjutnya diteliti di
RRT untuk meneliti apakah terdapat indikasi dumping yang merugikan industri
dalam negeri
3. Pelaksanaan dilakukan secara swakelola oleh para personil Kementerian
Perindustrian
C. Peluang dan Tantangan Indonesia dalam Kerjasama ACFTA
Perjanjian ASEAN China Free Trade Agreement banyak membawa
pengaruh bagi perekonomian Indonesia walaupun sebagian besar menganggap
perjanjian ini akan membawa pengaruh buruk, namun Indonesia masih bisa
mengambil sedikit keuntungan dari adanya perjanjian ini. Indonesia pastinya
harus selalu siap dengan kondisi apapun menghadapi ACFTA mengingat
perjanjian ini terlanjur telah disepakati bersama dengan negara-negara yang
terlibat didalamnya. Salah satu yang bisa dilakukan dengan meningkatkan
82
produktifitas produk-produk yang di unggulkan, Indonesia harus jeli melihat
produk apa saja yang memiliki nilai jual yang tinggi bagi pasar China.
Meningkatkan daya saing, memperbaiki infrastrukur yang mendukung
jalannya perdagangan, serta mengambil kebijakan yang tegas ketiga hal ini
apabila diterapakan dengan baik oleh pemerintah pasti akan meningkatkan
ekspor barang-barang industri migas ataupun non migas khususnya alas kaki dan
tekstil sehingga peluang Indonesia untuk mendapatkan keuntungan di ACFTA
ini akan semakin besar. Mengingat aktivitas ekspor yang dilakukan oleh negara
akan menopang perekonomian Indonesia sehingga tercipta lapangan kerja dan
pengangguran akan sedikit berkurang dan tercipta kesejahteraan rakyat.
Sementara itu, tantangan utama yang dihadapi Indonesia dalam bidang
perdagangan luar negeri adalah bagaimana meningkatkan daya saing terhadap
ekonomi negara-negara kawasan yang makin meningkat pertumbuhan dan
produktifitasnya. Di antara negara-negara di Asia Timur itu, ekonomi China
memang sangat besar, dan besar pula pertumbuhan serta daya saingnya. Oleh
Karena itu besarnya ini, China memang menjadi masalah tidak hanya bagi
Indonesia, akan tetapi juga bagi seluruh kawasan dan malahan bagi seluruh
dunia. Berikut beberapa hambatan Indonesia dalm bersaing dengan industri
negara lain72 :
1. Industri Indonesia sangat tergantung pada impor sumber-sumber
teknologi dari negara lain, terutama negara-negara yang telah
maju dalam berteknologi dan berindustri (industrially developed
72
Andri Gilang Nugraha, SE, M Fin (staf dibagian Keuangan Sekretariat Ditjen Kerjasama Perdagangan
Internasional, Kementrian Perdagangan. Tantangan dan Peluang serta Langkah-langkah yang dilakukan
Pemerintah Indonesia Terhadap Implementasi penuh ACFTA. Buletin KPI edisi -02/KPI/2010..hal.4
83
Countries). Ketrgantungan yang tinggi terhadap impor teknologi
ini merupakan salah satu faktor tersembunyi yang menjadi
penyebab kegagalan dari berbagai sistem industri dan sistem
ekonomi di Indonesia.
2. Tataran nasional maupun internasional, sistem industri Indonesia
tidak memiliki kemampuan responsif dan adaptif yang mandiri.
Karenanya sangat lemah dalam mengantisipasi perubahan dan tak
mampu
melakukan
tindakan-tindakan
preventif
untuk
menghadapi terjadinya perubahan tersebut. Tuntutan perubahan
pasar dan persaingan antar industri secara global tidak hanya
mencakup perubahan didalam corak, sifat, kualitas, dan harga diri
komoditas yang diperdagangkan, tetapi juga tuntutan lain yang
muncul karena berkembangnya idealisme masyrakat dunia
terhadap hak asasi manusia, pelestarian lingkungan, liberalisasi
perdagangan, dan sebagainya
3. Gerak ekonomi Indonesia sangat tergantung pada arus modal
asing yang masuk ke inonesia serta besarnya cadangan devisa
yang terhimpin melalui perdagangan dan hutan luar negeri
4. Komposisi komoditi ekspor Indonesia pada umumnyta bukan
merupakan komoditi yang berdaya saing, melainkan karna
adanya keunggulan komparatif yang berkaitan dengan (i)
tersedianya sumber daya alam seperti hasil perikanan, kopi, karet,
dan kayu; dan (ii) tersedianya tenaga kerja yang murah seperti
pada industri tekstil, alas kaki, dan barang elektronik.
84
Keunggulan komparatif, bukan keunggulan kompetitif, inilah
yang dijadikan acuan untuk menarik investor
5. Komoditi primer yang merupakan andalan ekspor Indonesia pada
umunya dalam bentuk bahan mentah (raw material), sehingga
nilai tambahan yang diperoleh sangat kecil. Misalnya Indonesia
mengekspor kayu dalm bentuk gelondongan, yang kemudian
diimpor lagi dalam bentuk mebel (furniture) karena terbatasnya
penguasaan desain dan teknologi finishing
6. Masih relaitif rendahnya kualitas sumber daya manusia. Hal ini
sangat dipengaruhi oleh sistem pendidikan formal dan pola
pelaksanaan pelatihan yang cenderung masih bersifat umum dan
kurang beriorentasi pada perkembangan kebutuhan dunia usaha.
Selain itu, rendahnya kualitas sumber daya manusia akibat dari
pola penyerapan tenaga kerja di masa lalu yang masih
mementingkan jumlah tenaga manusia yang terserap (labor
intensive)
ketimbang
kualitas
tenaga
manusianya
(labor
efficiency)
85
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dampak Diberlakukannya ACFTA Terhadap Stabilitas Ekonomi Indonesia
Perjanjian perdagangan bebas yang disepakati antara Indonesia
dengan China, resmi di implementasikan pada tanggal 1 Januari 2010.
Perdagangan bebas ini beruapa pembebasan tarif masuk 0%, semenjak mulai
diberlakukan perjanjian ini, Indonesia sudah terkena dampak yang sangat
meresahkan dan akan membawa pengaruh yang sangat signifikan bagi
perekonomian nasional. Hal ini dibuktikan dengan membanjirnya produkproduk buatan China di pasar Indonesia begaiman tidak buatan China harga
yang ditawarkan lebih murah, dan lebih beragam sehingga konsumen
golongan ekonomi ke bawah di dalam negeri lebih memilih untuk
menggunakan produk China tersebut, akibatnya industri-industri kalah
bersaing, produksi terganggu, pengurangan tenaga kerja, dan berujung pada
penutupan industri tersebut yang akan mengganggu stabilitas ekonomi di
Indonesia.
Dampak yang dirasakan Indonesia dari adanya ACFTA ini dapat
dilihat dari dua sektor industri yang melakukan aktivitas ekspor impor yaitu
industri tekstil dan alas kaki utuk industri tekstil sebelum ACFTA diterapkan
86
awalnya mengalami surplus 6,45 lalu tahun berikutnya defisit 0,03, lalu
setelah ACFTA
tahun pertama mengalami surplus 5,86 dan tahun berikutnya juga
surplus 2,57 namun terjadi penurunan surplus yang berbeda jauh dari
sebelumnya. Untuk industri alas kaki sebelum ACFTA di implementasikan
tahun pertama mengalami surplus 2,38 lalu tahun berikutnya surplus kembali
3,78, dan setelah ACFTA mengalami defisit secara berturut-turut dari tahun
pertama sampai tahun berikutnya 4,53 menjadi 7,94. Dari akumulasi data
dapat dikatakan bahwa stabilitas Indonesia cenderung tidak stabil.
2. Strategi Pemerintah Dalam Meningkatkan Stabilitas Ekonomi Melalui
Kerjasama ACFTA
Indonesia sangat terkena dampak dari adanya perjanjian ACFTA ini,
maka dari itu pemerintah perlu mengambil langkah tegas untuk memperbaiki
dan melindungi industri-industri domestik dari serbuan barang-barang China
yang sudah menguasai pasar domestik Indonesia. Pemerintah perlu menyusun
strategi dan mengambil kebijakan yang tepat salah satunya dengan melakukan
renegosiasi dengan China, penguatan dan pengamanan pasar domestik,
meningkatakan daya saing. selain itu kebijakan pembangunan industri dan
perdagangan pemerintah Indonesia bertekad untuk meningkatkan daya saing
nasional dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkesinambungan
dengan meningkatkan produktivitas nasional secara terus menerus melalui
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengembangan sumber daya
manusia.
87
Dampak dari perjanjian perdagangan bebas langsung dirasakan oleh
industri-industri domestik dan berujung pada terganggunya stabilitas ekonomi
maka dari itu pemerintah mengambil kebijakan fiskal yang mencakup tentang
pengaturan pengeluaran dan penerimaan APBN. Salah satu cara yang dapat
digunakan pemerintah
untuk
mempengaruhi
penerimaan APBN
yakni
pengaturan terkait tarif pajak Apabila pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk
meningkatkan tarif pajak untuk produk-produk ekspor dan impor, hal tersebut
jelas akan mempengaruhi kondisi stabilitas perekonomian nasional utamanya
industri yang berbasis pada ekspor seperti contoh industri tekstil dan alas kaki.
Kedua industri tersebut merupakan industri yang banyak menghasilkan produkproduk unggulan untuk komoditi ekspor Indonesia.
Apabila pemerintah menaikkan tarif pajak untuk produk-produk ekspor
maka dapat berpotensi mengurangi kapasitas produksi dan kemampuan daya
saing produk-produk dari industri tekstil dan alas kaki. Dan bila dalam waktu
yang bersamaan, pemerintah menerapkan kebijakan yang penurunan tarif bea
masuk untuk produk-produk impor sesuai dengan perjanjian ACFTA maka
kondisi tersebut jelas akan memberikan keuntungan bagi produk-produk impor
dan potensi untuk mendominasi pasar domestik akan semakin besar.
Begitu pun sebaliknya, ketika pemerintah menurunkan tarif bea keluar
untuk produk-produk ekspor maka jelas akan menjadi peluang besar bagi
industri seperti industri tekstil dan alas kaki untuk memperbesar pangsa
pasarnya. Hal tersebut dikarenakan, pelaku industri akan dapat menekan biaya
produksi sehingga peluang untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar
dapat diperoleh. Akan tetapi, hal buruk dari kebijakan ini yakni, kebutuhan akan
88
produk-produk tekstil dan alas kaki domestik kemungkinan tidak terpenuhi. Hal
ini terjadi karena para produsen akan lebih memilih untuk memasarkan
produknya keluar negeri bila dibandingkan dalam negeri dengan iming-iming
keuntungan besar. Namun apabila kebutuhan dalam negari dapat dipenuhi maka,
kebijakan tersebut berhasil mengurangi impor tekstil dan alas kaki indonesia dari
China Bilamana pemerintah menaikkan tarif bea masuk dari china maka hal
tersebut jelas akan menekan masuknya produk impor dari China.
3. Peluang dan Tantangan Indonesia dalam kerjasama ACFTA
Perjanjian perdagangan bebas antara indoensia dengan China sudah
terlanjur di sepakati oleh pemerintah Indonesia walaupun membawa
pengaruh yang cukup mengganggu stabilitas ekonomi Indonesia, namun
Indonesia masih bisa mengambil peluang dari adanya ACFTA ini. Indonesia
negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah dan pastinya China
tidak memiliki yang satu ini, maka dari itu pemerintah perlu jeli dalam
melihat dan memanfaatkan potensi tersebut. Sehingga tercipta produk
unggulan yang dapat diekspor agar menopang perekonomian nasional,
lapangan kerja bertambah dan pengangguran akan sedikit berkurang lalu
akan tercipta kesejahteraan rakyat.
Sementara itu, tantangan utama yang dihadapi Indonesia dalam
bidang perdagangan luar negeri adalah bagaimana meningkatkan daya saing
terhadap
ekonomi
negara-negara
kawasan
yang
makin
meningkat
pertumbuhan dan produktifitasnya. Serbuan produk-produk China semenjak
ACFTA diberlakukan sunggu sangat meresahkan bagi industri-industri
89
domestik. Selain itu yang tidak kalah penting masih lemahnya sistem hukum
yang ada di Indonesia.
B. Saran
1. Pemerintah seharusnya meningkatkan sumber daya manusia Indonesia
dengan memberikan pelatihan kepada para pekerja atau melakukan
sosialisasi mengenai ACFTA kepada para pelaku usaha agar mereka dapat
meningkatkan kreatifitas dan daya saing
2. Pemerintah seharusnya memberikan intensif atau pinjaman modal dengan
suku bunga yang rendah kepada para usaha kecil dan menengah
3. Pemerintah lebih menggalakkan aksi “100% CINTA INDONESIA ” agar
para konsumen lebih memilih dan menggunak produk dalam negeri
90
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Apridar. Ekonomi Internasional : Sejarah, Teori, Konsep dan Permasalahan
dalam Aplikasinya. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2009
Colombus, Theodore A. Pengantar Hubungan Internasional: Keadilan dan Power.
Bandung : Abardin CV. 1990
Griffiths, Martin and O’Callaghan, Terry. International Relations : The Key Concepts.
London : Routledge. 2002
Hadiwinata, Bob Sugeng. Politik Bisnis Internasional. Yogyakarta : Kanisius. 2002
Holsti, K.J. Politik Internasional : Suatu Kerangka Analisis. Bandung : Bina Cipta.
1992
Isaak, Robert A. Ekonomi Politik Internasional. Yogya : PT. Tiara Wacana. 1995
Jackson, Robert dan Sorensen, Georg. Pengantar Studi Hubungan Internasional.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2009.
Jones, Walter S. Logika Hubungan Internasional-Kekuasaan, Ekonomi-Politik
Internasional, dan tatanan Dunia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993
Kementerian Republik Indonesia. Kerjasama Perdagangan Bebas ASEAN Dengan
Mitra Wicara. Jakarta : Kementerian Republik Indonesia. 2010
Nuraeini (et.al). Regionalisme Dalam Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar. 2010
Pambudi, Daniel dan Chandra, Alexander C. Garuda Terbelit Naga-Dampak
Kesepakatan Perdagangan Bebas Bilateral ASEAN-Cina Terhadap
Perekonomian Indonesia. Jakarta : Institute for Global Justice. 2006
Pangestu, Mari (et.al). Transformasi Industri Indonesia Dalam Era Perdagangan
Bebas. Jakarta : CSIS.1996
Pangestu, Mari Elka. Indonesia ke Depan Dalam Era Free Trade Area (FTA). Jakarta:
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
Perwita, Anak Agung Banyu. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung :
Remaja Rosdakarya. 2005
91
Rudi , T. May. Hubungan Internasional Kontemporer dan Masalah-Masalah Global:
Isu, Konsep, Teori dan Paradigma. Bandung : Rafika Aditama. 2003
Rumapea, Tumpal. Kamus Lengkap Perdagangan Internasional. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama. 2000
Shah, Anup. Kepentingan Utama Globalisasi, The Institute of Global Justice &
Lembaga Pembebasan. Jakarta : Media Dan Ilmu Sosial. 2004
Sudirman, wayang, Kebijakan Fiskal dan Moneter : Teori dan Empirikal, Jakarta :
Kharisma Putra Utama, 2011
Yusuf, Sufri. Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri: Sebuah Analisis dan
Uraian tentang Pelaksanaannya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 1999
Dokumen
Anonim. Direktorat Kerjasama Regional, Ditjen Kerjasama
Internasional. Asean-Cina Free Trade Area. Pebruari 2010.
Perdagangan
Anonim. ASEAN-China Free Trade Agreement : A Primer. Filipina : Universal Access
to Competitiveness and Trade (U-ACT)
Direktorat Jenderal Kerjasama Asean Departemen Luar Negeri Republik Indonesia.
ASEAN Selayang Pandang. 2007.
Direktorat Kerjasama Regional, Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional. ASEANChina Free Trade Area. Jakarta. 2010
Kementerian Perdagangan, Nilai Impor Per Negara Muat Barang Alas Kaki Periode
Januari-Februari 2011
Jurnal
Farrell, Mary (et.al). Global Politics and Regionalism Teori and Practice. London :
Pluto Press. 2005
Haas, Ernest B. The Challenge of Regionalism. International Organization :
Cambridge University Press. Vol. 12. No. 4, pp. 440-458.
ISEAS. Know Your ASEAN. Singapura : Institute of Southeast Asian Studies
Lim, Ivan dan Kauppert, Philipp. “Apa Pilihan Untuk Indonesia”. Jurnal Sosial
Demokrasi Perdagangan ASEAN-Cina : Berdagang untuk Siapa?. Jakarta :
Pergerakan Indonesia dan Komite Persiapan Yayasan Indonesia Kita. Vol.8
Februari- Juni 2010
92
Mutakin, Firman dan Rahmaniar Salam, Aziza. “Dampak Penerapan ASEAN-China
Free Trade Agreement (ACFTA) Bagi Perdagangan Indonesia”, Economic
Review, No. 218. Jakarta : Departemen Perdagangan RI. 2009
Yue, Chia Siow. ASEAN-China Free Trade Area. Singapore Institute of International
Affairs, Paper for presentation at the AEP Conference Hong
Kong,12-13
April
2004
Skripsi
Ista, Levi. Pengaruh Asean China Free Trade Agreement (ACFTA)Terhadap Industri
Domestik Indonesia (kasus: Industri Sepatu). Skripsi Hubungan Internasional,
Universitas hasanuddin, 2011
Rahbia, Pengaruh Asean China Free Trade Agreement (ACFTA)terhadap Industri
tekstil Indonesia, Skripsi Hubungan Internasional, Universitas hasanuddin, 2011
Majalah
Ndaru, Herjuno dan Anaga, Andis. “Dampak FTA ASEAN-China dan FTA ASEANIndia bagi Indonesia”, Free Trade Watch Supremasi Organisasi Multilateral.
Jakarta : Institute of Global Justice. Edisi II-Juli 2010
Website :
Sekretaris Negara Republik Indonesia, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
48 tahun 2004, 15 juni 2004.( http://www.bpkp.go.id/unit/hukum/kp/2004/04804.pdf) diakses tanggal 22 November 2011 pukul 20.00 wita
http://www.cato.org/pubs/policy_report/v23n4/freetrade.pdf di akses tanggal 24
novemeber 2011 pukul 21.45 wita
http://www.imf.org/External/np/exr/facts/pdf/globstab.pdf di akses tanggal
23 november 2011 pukul 20.00 wita
http://cdi.mecon.gov.ar/biblio/docelec/fmi/wp/wp04187.pdf di akses tanggal 23
november 2011 pukul 20.06 wita
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/EDADA5DD-29CC-4E3690677C3ACCA654F2/20126/PeranBankSentralDalamMenjagaStabilitasSistim
Keuang.pdf diakses tanggal 24 nevember 2011 pukul 21.00 wita
http://map.ugm.ac.id/index.php/component/content/article/11-policyforum/64-acftadan-indonesia di akses tanggal 1 November 2011 pkl 21.34 wita
http://arsipberita.com/list/bisnis/sektorriil/permintaan-alas-kaki-naik-8%.html)di
tanggal 2 Desember pukul 21.45 wita
akses
93
http://arsipberita.com/list/2011-penjualan-alas-kaki-domestik-capai-rp-27-triliun125761.html) di akses tanggal 2 Desember pukul 21.50 wita
(http://bisnis.vivanews.com/news/read/141895inilah_alasan_renegosiasi_acfta_gagal)
diakses tanggal 4 Januari pukul 15.00 wita
http://www.asia-planet.net/china/industry.htm di akses tanggal 4 Januari 2012, pukul
14.31 wita)
http://www.nationsencyclopedia.com/Asia-and-Oceania/China-industry.html(di akses
tanggal 4 Januari 2012, pukul 14.30 wita)
http://www.articlesnatch.com/Article/China-s-Footwear-Industry-And-The-WorldShoe-Game/1645922.html ( di akses 4 Januari 2012, pukul 14.43 WITA)
http://www.prolog.org/10057820-opportunities-and-challenges-with-transformation-ofshoes-industry-dongguan-china-shoes-2008-spring.html ( di akses tanggal 30
Januari 2012, pukul 14.35 wita)
http://ezinearticles.com/?Things-You-Dont-Know-About-China-ShoeIndustry&id=1084318.html di akses 3 Maret 2012 pukul 20.00 wita
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/ekonomi/10/07/28/127141-acftadiberlakukan-produksi-sepatu-cibaduyut-anjlok-60-persen di akses tanggal 3
Maret 2012 pukul 3 Maret 2012 pukul 20.50 wita
Sekretaris Negara Republik Indonesia, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
48 Tahun 2004, 15 Juni 2004
http://www.bpkp.go.id/unit/hukum/kp/2004/048-04.pdf di akses tanggal 5
April 2012 pukul 21.45 wita
94
Download