Peranan Modal Sosial Dan Modal Manusia Dalam

advertisement
Available Online at http://fe.unp.ac.id/
Book of Proceedings published by (c)
SNEMA-2015
SEMINAR NASIONAL EKONOMI MANAJEMEN DAN
AKUNTANSI (SNEMA) FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Padang-Indonesia.
ISBN: 978-602-17129-5-5
Peranan Modal Sosial Dan Modal Manusia Dalam Wirausaha
Primadona
Politeknik Negeri Padang
Kampus Unand Limau Manis Padang
Telp: 0751-72590
E-mail: [email protected]
Abstract
The purpose of this paper was to determine the role of social capital and human capital of the entrepreneur theoretically.
During this time we see that the entrepreneur was able to expand and enhance its role as the facilities and services in areas
such as capital sufficient, adequate facilities but some of the findings revealed that the role of social capital such as
networking, interaction and human capital has a particularly strong role in wiarausaha start a business. This study was able
to see the results of some previous research done by providing input and arguments so as to have a proper conclusion in this
paper about the role of social and human capital in entrepreneurship.
Keywords: social capital, entrepreneurship, human capital, networks
1.
PENDAHULUAN
Tulisan ini membahas peran dan interaksi modal manusia dan modal sosial dalam kinerja
kewirausahaan di negara berkembang. Modal sosial sebenarnya bukanlah ilmu yang baru namun selama ini
modal sosial belum banyak diangkat dalam sebuah penelitian tetapi beberapa waktu belakangan ini sudah
banyak mulai dilakukan. Penelitian mengenai modal sosial sudah banyak dilakukan dan mampu dilihat dari
berbagai pandangan keilmuan karena modal sosial adalah ilmu yang sangat berkembang tetapi belum begitu
dikenal oleh banyak orang walau dalam kehidupan masyarakat sehari-hari modal sosial sudah banyak
dilakukan. Para pekerja yang berhenti dari pekerjaannya dan memperoleh pekerjaan lain banyak menemui
keberhasilan dengan menggunakan modal sosial yang biasanya menggunakan jaringan, trust dan resiprocity
(Zhao,2002:563-4).
Apa yang dilakukan dalam wirausaha dan bisnis akan cepat berkembang jika mampu mempergunakan
modal sosial dalam wirausaha. Mereka yang memiliki tingkat yang lebih besar dari modal manusia lebih rentan
untuk menemukan peluang yang dianggap cukup menarik untuk memicu mengambil langkah-langkah untuk
menuju memulai bisnis mereka sendiri dibandingkan dengan yang tidak memiliki (Shane dan Venkataraman,
2000). Temuan ini sejalan dengan studi sebelumnya yang dilakukan dalam studi mengenaibagiamana lahirnya
pengusaha baru (Bates, 1995; Robinson dan Sexton, 1994). Dalambeberapa literatur ekonomi mengenai modal
sosial sudah banyak yang mendefinisikan arti dari modal sosial. Diantaranya(Putman,1993:167) menjelaskan
modal sosial mengacu pada fitur organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma, dan jaringan, yang dapat
meningkatkan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan terkoordinasi. Artinya modal sosial telah
ditunjukkan sebagai sumber potensi pertumbuhan ekonomi, dan sebagian besar literatur tentang topik ini telah
mampu mengungkapkan dalam tingkat empiris.
Sejauh ini belum ada kesepakatan secara umum mengenai konsep modal sosial (lih, Akcomak dan
Weel 2006) namun beberapa penelitian mampu pula mendefiniskan modal manusia mengacu pada pengetahuan
dan keterampilan yang telah diperoleh pelaku ekonomi, yang dapat digunakan untuk tujuan produktif, sehingga
menghasilkan pendapatan. Pandangan ini dapat dipahami sebagai sumber daya material dan bahan yang
mempunyai hasil yang berpengaruh kepada kelompok atau individu yang memiliki jaringan sehingga mampu
menjalin hubungan yang cukup lama. Beberapa pandangan baru akhir-akhir ini sudah mulai mengeksplorasikan
dua peran modal dalam wirausaha yaitu modal sosial dan modal manusia yang dipergunakan bersama-sama
dalam studi berbagai topik, seperti kinerja sekolah (Coleman 1988), pembubaran perusahaan (Pennings, Lee dan
Witteloostuijn 1998), keuntungan organisasi (Nahapiet dan Ghoshal, 1998), dan inovasi di tingkat negara
(Dakhli dan De Clercq 2003).
Primadona
Pakar kewirausahaan baru-baru ini juga mulai memperhatikan interaksi modal manusia dan modal
sosial (Honig 1998; Brüderl dan Preisendörfer 1998; Renzulli, Aldrich dan Moody 2000; Anderson dan Miller
2003; Davidson dan Honig 2003; Bosma et al 2004, Mosey. dan Wright 2007). Melihat pandangan dari beberapa
penelitian terdahulu, modal sosial akan mampumengurangikemiskinan dan kriminal (Estrin & Mickiewicz,2012)
hal ini tentu harus mendapatkan perhatian karena masalah sosial sangat mempengaruhi peningkatan kehidupan
masyarakat.U n s u r m o d a l s o s i a l s a n g a t b a n y a k y a n g m a m p u u n t u k m e mb a n g u n p e n i n g k a t a n
e k o n o m i m a s y a r a k a t s e p e r t i k e p e r c a y a a n , j a r i n g a n d a n n o r m a - n o r m a . Kepercayaan yang
me r up a ka n salah satu unsur modal sosial perluuntuk ditingkatkan di dalam menghasilkan modal sosial yang
kuat (Qianhong Fu,2004) sehingga kewirausahaan dengan modal sosial d a n m o d a l m a n u s i a akan mampu
meningkatkan kehidupan masyarakat secara ekonomi.
Literatur tentang peran modal manusia dan modal sosial dalam kewirausahaan masih terbatas dan
dalam beberapa kasus masih kontradiktif walau sudah banyak para ilmuan mencoba mengkombinasikan kedua
modal tersebut. Banyak penelitian tidak membahas interaksi antara manusia dan modal sosial. Beberapa peneliti
berpendapat bahwa dalam kewirausahaan peran modal manusia dan modal sosial adalah pengganti dan bukan
berdiri satu rumpun, sementara yang lain melihatnya modal sosial dan modal manusia sebagai pelengkap.
Pandangan ini didukung juga oleh Brüderl dan Preisendörfer (1998) menyatakan bahwa modal sosial saling
melengkapi jika ada kekurangan dalam modal manusia, sedangkan pandangan Piazza-Georgi (2002)
menyimpulkan bahwa investasi dalam modal manusia akan menyebabkan hilangnya modal sosial karena tidak
bisa berdiri sendiri-sendiri, karena salah satu tidak dapat berinvestasi secara bersamaan secara baik dalam
bentuk modal.
Pandangan dalam literatur sosiologis klasik memberikan pengertian yang berbeda, modal manusia dan
modal sosial dipandang sebagai pelengkap, seperti manusia dan modal fisik semakin dilihat sebagai pelengkap
dalam literatur ekonomi terhadap pertumbuhan dan produktivitas (Abramovitz 1989; Szirmai 2008). Modal
manusia hanya efektif dalam konteks sosial dan belum tentu dalam kontek yang lain (Coleman 1988; Burt
2001). Pemakaian kedua modal juga menjadi persoalan dalam penerapannya seperti terdapatnya kelemahan
kedua modal tersebut dalam literatur kewirausahaan karena penelitian mengenai kombinasi kedua modal ini
masih terbatas sehingga masih harus banyak referensi yang mesti dikumpulkan karena selama ini penerapan
untuk kedua modal ini adalah fokus pada modal manusia dan modal sosial di negara maju, sementara itu ada
pendapat bahwa aspek-aspek ini sangat penting untuk negara-negara berkembang (Woolcock 1998). Ini
mengabaikan pandangan beberapa peneliti yang menyatakan negara-negara berkembang dikatakan cacat dalam
literatur kewirausahaan secara umum (Naude 2007; Bruton, Ahstrom dan Obloj 2008). Dalam tulisan ini penulis
ingin mengatasi kekurangan ini dengan berfokus pada efek dari modal manusia dan modal sosial dalam
kewirausahaan di negara berkembang(Davidson dan Honig, 2003) dan hanya fokus terutama pada interaksi
antara modal manusia dan sosial dalam kewirausahaan.
Tujuan dari tulisan ini adalah ingin melihat secara teoritis bagaimana hubungan antara modal sosial
dengan modal manusia yang berperan dalam kewirausahaan.
2. PEMBAHASAN
2.1 Konsep Modal Sosial
Modal sosial adalah ilmu yang sangat menarik untuk dikaji karena dapat dilihat dari berbagai
pandangan. Konsep mengenai modal sosial sudah lama dijalankan walau sebenarnyamengenalkan dan
mengkaji mengenai modal sosial baru beberapa dekade terakhir di telusuri di beberapa negara khususnya di
negara berkembang. Konsep modal sosial baru-baru ini sangat menarik untuk dikaji, ini dibuktikan dnegan
banyaknya muncul kajian-kajian mengenai modal sosial yang dihubungkan dengan berbagai bidang ilmu karena
modal sosial mampu dilihat dari berbagai bidang ilmu seperti ekonomi, sosiologi, politik, dan juga dalam teori
manajemen yang mana sangat mampu untuk melibatkan unsur ini pada berbagai bidang di dalam
menuntaskan persoalan (Portes, 1998; Burt, 2000; Woolcock & Narayan, 2000; Mouw, 2006).
Melihat kontribusi modal manusia lebih mengacu pada pengetahuan dan keterampilan yang telah
diperoleh pelaku ekonomi dan berbeda dengan modal sosial lebih pada interaksi, yang sama-sama dapat
digunakan untuk tujuan produktif, sehingga menghasilkan pendapatan. Sejauh ini, belum ada kesepakatan
umum tentang konsep modal sosial dan definisi khusus mengenai modal sosial dan hal ini sudah brkali-kali
diungkapkan (lih, Akcomak dan ter Weel 2006). Dalam tulisan ini dapat dipahami modal sosial sebagai sumber
daya material dan bahan yang mampu dipadukan dalam bentuk kelompok atau individu yang berdasarkan pada
hubungan yang memiliki jaringan tahan lama dan tidak mampu diraba dan dihitung dalam angka dalam waktu
yang singkat sebenarnya dalam konsep modal manusia tentu dapat dipahami lebih dalam lagi dan mampu diukur
dengan cepat misalnya dampak pendidikan terhadap kemajuan bisnis. Dalam beberapa dekade terakhir kedua
bentuk modal tersebut yaitu modal sosial dan modal manusia telah digunakan bersama-sama dalam studi
berbagai topik, seperti kinerja sekolah (Coleman 1988), pembubaran perusahaan (Pennings, Lee dan
200
Peranan Modal Sosial Dan Modal Manusia Dalam Wirausaha
Witteloostuijn 1998), keuntungan organisasi (Nahapiet dan Ghoshal, 1998), dan inovasi di tingkat negara
(Dakhli dan De Clercq 2003).
Meningatkan kembali peran dari modal manusia dan modal sosial membuat para peneliti
kewirausahaan baru-baru ini juga mulai memperhatikan interaksi modal manusia dan modal sosial seperti apa
yang sudah diungkapkan diatas (Honig 1998; Brüderl dan Preisendörfer 1998; Renzulli, Aldrich dan Moody
2000; Anderson dan Miller 2003; Davidson dan Honig 2003; Bosma et al 2004, Mosey dan Wright 2007) yang
mampu diungkapkan dalam beberapa penelitian. Para peneliti sudah mencoba mengkombinasikan kedua modal
tersebut dalam bentuk satu perpaduan dalam melihat arti modal tapi meskipunsudah dilakukan banyak
penelitian, literatur tentang peran modal manusia dan modal sosial dalam kewirausahaan masih terbatas dan
dalam beberapa kasus kontradiktif. Banyak penelitian tidak membahas interaksi antara manusia dan modal
sosial. Beberapa kontributor berpendapat bahwa dalam ilmu kewirausahaan modal manusia dan modal sosial
adalah pengganti, sementara yang lain melihatnya sebagai pelengkap.
Pandangan (Costa, 2001) menunjukkan bahwa individu-individu yang terhubung lebih baik
menghabiskan lebih sedikit waktu menganggur dan dibayar lebih baik dalam dua kontribusi penting bagi
ekonomi tenaga kerja. Namun, hanya sedikit artikel sampai saat ini telah membahas kontribusi modal sosial
untuk pertumbuhan ekonomi di kerangka teoritis. Dalam (Beugelsdijk., 2004) agen memiliki preferensi untuk
bersosialisasi, yang mereka trade off terhadap kesejahteraan materi. Partisipasi dalam jaringan sosial adalah
memakan waktu dan datang pada biaya partisipasi dalam bidang ekonomi formal dan waktu kerja.
Oleh karena itu, melalui saluran ini, tingkat yang lebih tinggi sosial cap-ital dapat menurunkan
pertumbuhan ekonomi. Selain itu, partisipasi dalam jaringan antar mengurangi insentif untuk melakukan rente
dan kecurangan. Melalui saluran ini, tingkat yang lebih tinggi dari jaringan, modal sosial dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. (Bartolini, 2007) menggunakan model pertumbuhan endogen, menemukan korelasi
negatif antara perluasan kegiatan pasar terkait dan modal sosial, dan dalam model mereka pertumbuhan
ekonomi dan modal sosial memiliki hubungan negatif. Selain itu, model ini juga mengungkapkan fakta yang
ditemukan oleh (Putnam, 2000), yang menurut modal sosial telah menurun di Amerika Serikat, meskipun
negara itu telah berkembang. (Rothstein, 2001) model modal sosial sebagai struktur sosial yang
memfasilitasi perdagangan koperasi sebagai keseimbangan. Namun, sebagian besar modal sosial juga baru-baru
ini dapat dipandang sebagai salah satu modal yang mampu meningkatkan tingkat wirausaha.
Mengelola modal sosial secara efektif maka organisasi membutuhkan manajer agar mampu mengelola,
membangun serta memelihara struktur sehingga mampu melakukan proses sehingga norma dan kepercayaan
dapat mengembangkan organisasi dari waktu ke waktu. Faktor-faktor seperti manajemen berperan dalam modal
sosial dapat masuk dalam hal-hal seperti berikut (Luthans, 2004)
Pertama, buka saluran komunikasi. Trust berkembang dari waktu ke waktu, melalui banyak interaksi
yang dilakukan berulang. Terbukanya komunikasi akan menjadi kunci untuk pengembangan kepercayaan dalam
organisasi melalui kemampuan individu. Jelas dikomunikasikan visi organisasi dan tujuan yang memastikan
terjadinya konsistensi dan memungkinkan untuk praktik terbaik dalam mencapat tujuan organisasi seperti
partisipasi dan keterlibatan yang diharapkan akan terwujud. Transparansi kepemimpinan akan mampu
meningkatkan persepsi masyarakat sebenarnya terhadap organisasi, memungkinkan para pemimpin untuk
menarik dukungan serta memberikan pendapat yang dapat dipergunakan dalam interaksi setiap hari dan ini
menjadi yang sangat penting untuk membimbing unit mereka untuk mencapai target dan tujuan mereka. Budaya
organisasi terjadinya keterbukaan akan dapat meningkatkan akuntabilitas, dan memperkuat keinginan
bertanggung jawab, menimbulkan keputusan yang diambil lebih.Selain itu, praktik terbaik mampu
menghasilkan komunikasi yang berorientasi, seperti umpan balik positif dan pengakuan sosial, telah terbukti
melalui penelitian ulang dapat meningkatkan kinerja dari karyawan tersebut. Paran pentingnya modal sosial
dikembangkan dalam organisasi dalapt dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Luthan, 2004 bahwa umpan
kembali dalam organisasi dapat meningkatkan kinerja rata-rata sebesar 10 persen, sedangkan adanya pengakuan
sosial dapat meningkatkan kinerja rata-rata sebesar 17 persen.
Umpan balik meningkatkan kinerja melalui mengklarifikasi tugas dan harapan yang dilakukan oleh
oraganisasi bersama-sama antara pemimpin dan karyawan. Pada sisi lain penguatan sosial mampu meningkatkan
kontrak psikologis dan hubungan kepercayaan. Dibandingkan dengan fasilitas mahal dan hadiah uang, umpan
balik dapat dilakukan oleh manajer untuk menggunakan umpan balik tanpa biaya, namun hal demikian sering
diabaikan sebagai suatu penghargaan.
Kedua, tim kerja lintas fungsional. Banyak ditemui pada organisasi terjadinya departemen fungsional
dapat menjadi terlalu khusus dan terisolasi dari seluruh organisasi yang ada pada perusahaan dan ini disebut
juga dengan lintas-fungsional. Tim kerja lintas-fungsional dapat menyediakan platform untuk komunikasi
dengan organisasi lintas, sehingga budaya organisasi yang lebih terintegrasi dan selaras dengan strategis dapat
dilakukan. Sudut pandang diversifikasi memungkinkan untuk memberikan respek, apresiasi, dan kepercayaan
diri untuk mengembangkan seluruh departemen dan unit kerja, yang pada gilirannya mengurangi risiko yang
dirasakan dan meningkatkan manfaat yang dirasakan dari lintas satuan hubungan dan kolaborasi yang dibangun
berjalan.
201
Primadona
Ketiga program keseimbangan dalam kerja-kehidupan. Anggota organisatoris menarik modal sosial
mereka dari berbagai sumber. Sumber-sumber ini tidak dibatasi oleh batas-batas organisasi dan ini dapat
dilakukan tanpa menganggug modal-modal lainnya. Kegiatan di luar pada gilirannya dapat mempengaruhi
kinerja pekerjaan, baik secara langsung melalui koneksi yang dibuat dan kontak antar individu, yang
mampumelalui diperkaya melalui dukungan sosial dan dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis.
2.2 Modal Sosial dan Modal Manusia
Pada tahun 1960 dan 1970, Denison, Schultz dan Becker memperkenalkan konsep modal manusia, di
mana investasi dalam pendidikan dan kualitas tenaga kerja yang dapat dilihat setidaknya sama pentingnya
dengan investasi barang modal fisik. Modal sosial berasal dari ilmu sosiologi dan mampu dilihat antara disiplin
ilmu ekonomi dan sosiologi. Merujuk pada sumber daya sosial yang dapat dimanfaatkan pada proses
kewirausahaan dan produksi walau peran dari modal sosial tidak terlihat tetapi beberapa kesuksesan dalam
wirausaha selama ini sangat banyak ditunjang oleh modal sosial di samping modal manusia.
Sejalan dengan munculnya konsep modal sosial, ekonom mulai memperkenalkan istilah-istilah seperti
interaksi, daya serap, jaringan dan kemampuan sosial yang menekankan kerangka sosial di mana manusia dan
modal fisik produktif dapat digunakan. Modal sosial juga menarik perhatian pada peran pengusaha, yang
berperan dalam fungsi pengembangan organisasi dari fungsi produksi ekonomi modern. Salah satu cara
meningkatkan inovasi mesti harus dilakukan dengan membentuk jaringan dan kepercayaan sehingga dapat
menciptakan kinerja yang sesuai dengan harapan wirausaha (Evans, Puick, & Barsous, 2001). Bagi usaha yang
berkembang dan ingin mendapatkan sumber daya yang sesuai maka nilai modal sosial yang ada di dalam
masyarakat dalam membentuk jaringan sosial akan sangat berpengaruh (Lee, Lee & Pennings, 2001).Nilai yang
diciptakan ketika modal manusia sejajar dengan strategi perusahaan dan terlibat penuh dalam membuat
kebijakan dan memberikan masukkan yang efektif telah diteliti secara luas oleh Harter, Schmidt, dan Hayes
(2002) dan lain-lain ditemukan memiliki dampak positif yang signifikan pada hasil kinerja.
Studi sebelumnya telah mengidentifikasi faktor-faktor kewirausahaan yang berkontribusi terhadap
keberhasilan pengusaha yang dapat diuraikan dari beberapa pandangan sebelumnya (Zafir, 2011). Say (1971)
mengusulkan bahwa pengusaha sukses harus memiliki kualitas yang luar biasa, terutama dalam pengambilan
keputusan karena pengambilan keputusan berpengaruh terhadap kesuksesan wirausaha, sedangkan McClelland
(1961) menyatakan bahwa seorang pengusaha merasa kebutuhan untuk berprestasi dan mampu untuk mencapai
itu. Kualitas luar biasa lainnya termasuk internal locus of control (Rotter, 1966), kepercayaan diri, kemandirian
(Hisrich dan Gracher, 1995) dan inovasi serta komunikasi yang baik dan pengambilan keputusan keterampilan
(Cox dan Jennings, 1995). (Zafir, 2011) seorang pengusaha juga harus mampu menghadapi kemungkinan
apapun secara efektif selama pembentukan usaha baru. Ini berarti bahwa pengusahadapat melakukan pengambil
risiko (Cox dan Jennings, 1995). Pengambilan risiko merupakan faktor penting dalam mengembangkan
kepribadian kewirausahaan yang kuat, yang berguna untuk kegiatan usaha (Wadhaw et al.,1998).
Bertentangan dengan konsep modal manusia, yang sekarang diterima secara luas, modal sosial masih
merupakan konsep yang agak diperebutkan dan bahkan diperdebatkan dalam beberapa hal. Ekonom seperti
Solow pernah mempertanyakan apakah hubungan sosial adalah bentuk sebenarnya dari modal, karena hubungan
bukanlah hasil dari investasi dan sulit untuk diukur dalam analisis biaya atau manfaat dan hal ini menjadi suatu
dilema dalam memakai modal sosial dalam beberapa bidang ilmu. Penulis lain juga berpendapat berbeda
melawan kritik ini dengan mengarahkan pada modal manusia (misalnya, Weslund dan Bolton 2003). Selain
suara-suara kritis, ada orang-orang yang berpendapat sangat keras bahwa modal sosial sebagai konsep
pemersatu dan sangat menjanjikan. Misalnya, Woolcock (1998: 153-4) percaya bahwa konsep modal sosial
dapat berfungsi sebagai jembatan antara teori dan disiplin ilmu.
Gagasan bahwa modal manusia dan modal sosial adalah bentuk komplementer dalam pemakaian modal
dan pemahaman modal dapat ditelusuri kembali ke Coleman (1988). Coleman membahas pengaruh modal sosial
pada modal manusia pada generasi berikutnya. Dia berpendapat bahwa modal sosial dalam keluarga maupun
dalam masyarakat mempromosikan pembentukan modal manusia. Tanpa modal sosial akan ada saham yang
lebih rendah dari modal manusia. Pandangan lain juga diungkapakan oleh Burt (2001: 32) yang
mempertimbangkan modal manusia dan sosial sebagai pelengkap: "Modal sosial adalah pelengkap kontekstual
untuk modal manusia '. Dalam perspektif Burt, modal manusia menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi,
karena dilengkapi dengan modal sosial: itu adalah 'apa yang Anda ketahui' dan 'siapa yang kamu kenal'.
Pernyataan dari Burt ataupun Coleman sudah menjadi referensi yang
3.
SIMPULAN
Meski masih banyak yang memperdebatkan mengenai peran dari modal sosial dan modal manusia
dalam berwirausaha namun kedua modal tersebut mampu saling berperan dalam kegiatan wirausaha. Banyak
penelitian sudah membuktikan bahwa modal sosial mampu menjadi salah satu modal yang berperan dalam
wirausaha walaupun banyak juga yang masih mempertanyakan dan begitu juga peran modal sosial bila
202
Peranan Modal Sosial Dan Modal Manusia Dalam Wirausaha
dikombinasikan dengan modal manusia maka kedua modal tersebut mampu berperan dalam kesuksesan
wirausaha. Masih banyak perdebatan yang terjadi terhadap peran dari masing-masing modal namun kedua
modal mampu berperan besar dalam kewirausahaan saat ini khususnya negara berkembang.
REFERENSI
Anderson and Miller (2003). Who attains social status? Effects of personality and physical attractiveness in social groups.
Journal of Personality and Social Psychology, 81,116–132.
Bates,T.,1995.Self-employment entry across industry groups. Journal of Business Venturing 10:143-156.
Burt, R. S. 2000. The network structure of social capital. In: R. Sutton and B. Staw, eds., Research in Organzational
Behavior. Greenwich Ct.: JAI Press.
Bosma, N. S., van Praag, C. M., Thurik, A. R., & de Wit, G., 2004. The value of human and social capital investments for
the business performance of startups. Small Business Economics, 23, 227-236.
Coleman, J., 1988. Social capital in the creation of human capital. American Journal of Sociology 94(S):S95-S120.
Cook, K., Whitmeyer, M., 1992. Two approaches to social structure: Exchange theory and network analysis. Annual Review
of Sociology 18:109-127.
Costa, J. C.; (2001) – The coastal vegetation of the Portuguese Divisory Sector: dunes, cliffs and low-scrub communities.
Finisterra XXXV, 69 : 63-87.
Davidsson, P., & Honig, B., 2003. The role of social and human capital among nascent entrepreneurs. Journal of Business
Venturing, 18, 301–331.
Estrin, S., K.E. Meyer, and M. Bytchkova (2006). ‘Entrepreneurship in Transition Economies’, in M. Casson, B. Yeung, A.
Basu, and N. Wadeson (eds), The Oxford Handbook of Entrepreneurship, Oxford University Press: Oxford.
Evans, D.S., and B. Jovanovic (1989). ‘As Estimated Model of Entrepreneurial ChoiceUnder Liquidity Constraints’, Journal
of Political Economy 97(4): 808-27.
Harter, James K., Frank L. Schmidt, and Theodore L. Hayes. 2002. Business-unit level relationship between employee
satis- faction, employee engagement, and business outcomes: A meta- analysis. Journal of Applied Psychology
87/2 (April): 268-279.
Honig, B., 1996. Education and self employment in Jamaica. Comparative Education Review 40 (2, May).
Honig, B., 1998. What determines success? Examining the human, financial, and social capital of Jamaican
microentrepreneurs. Journal of Business Venturing 13(5):371-394.
Hisrich, 1991., Kewirausahaan dan Manajemen Usaha, Earlangga Jakarta.
Luthans, Fred. 2002(a). The need for and meaning of positive organizational behavior. Journal of Organizational Behavior
23/6 (September): 695-706.
Lee, C., Lee, K. & Pennings, J. M. (2001). Internal capabilities, external networks, and performance: A study of technology
bases ventures. Strategic Management Journal, 22, 615-640.
Nahapiet, J., Ghoshal, S., 1998. Social capital, intellectual capital, and the organizationaladvantage.
Management Review 23(2):242-266.
Academy of
Naudé, W.A., and J.J.D. Havenga (2007). ‘An Overview of African Entrepreneurship and Small Business Research’, in L.-P.
Dana, and R.B. Anderson (eds), Entrepreneurship as a Function of Cultural Perceptions or Opportunity: A
Multidisciplinary Theory, The Edward Elgar International Handbook of Research on Indigenous Entrepreneurship,
Edward Elgar: Cheltenham.
Naudé, W.A., and M. Matthee (2007). ‘The Geographical Location of Manufacturing Exporters in South Africa’, WIDER
Research Paper 2007/09, UNU-WIDER: Helsinki.
McClelland, D. C. (1961). The achieving society. New York: The Free Press.
203
Primadona
McClelland, D. C., Atkinson, J. W., Clark, R. A., &Lowell, E. L. (1958). A scoring manual for the achievement motive. In J.
W.Atkinson (Ed.), Motives in fantasy, action, and society(pp. 179-204). Princeton, NJ: D. Van Nostrand Company,
Inc.
Pennings SC, Callaway RM (1998) Impact of a parasitic plant onthe structure and dynamics of salt marsh vegetation.
Ecology77:1410±1419
Putnam, R., 2000. Bowling Alone: The Collapse and Revivial of American Community. NewYork: Simon and Schuster.
Piazza-Georgi, B (200). The Role of Human and Social Capital in Growth: Extending Our Understanding. Cambridge
Journal of Economics. Vol. 26 (4). p 461-79
Portes, A. 1999. Social capital: its origins and applications in modern sociology. Annual Review of Sociology 24:1–24.
Qianhong Fu. 2004. Trust, Social Capital, and Organizational Effectiveness. Blacksburg, VA
Robinson, P., Sexton, E., 1994. The effect of education and experience on self-employment success. Journal of Business
Venturing 9:141-156.
Szirmai, A. (2009). Industrialization and an Engine of Growth in Developing Countries,1950-2005’, Paper presented at the
UNU-WIDER, UNU-MERIT and UNIDO Workshop on Pathways to Industrialization in the 21stCentury: New Chal
lenges and Emerging Paradigms, Maastricht, The Netherlands, 22-23 October.
Shane, S., Venkataraman, S., 2000. The promise of entrepreneurship as a field of research.Academy of Management Review
25(1):217-226.
Woolcock, M. dan D. Narayan. 2000. Social capital: implications for development theory, research, and policy. The World
Bank Research Observer 15(2): 225-249.
Westlund, Hans and Roger Bolton, 2003, ‘Local Social Capital and Entrepreneurship’. Small
Business Economics, Vol. 21 (forthcoming).
Zhao, X.-Y., Frese, M., & Giardini, A. (2010, in press). Business owners' network size and business growth in China: The
role of comprehensive social competency. Entrepreneurship & Regional Development.
Zafir Mohd Makhbul & Fazilah Mohamad Hasun. (2011). Gender Responses to Stress Outcomes. Journal of Global
Management 1(1):47-55.
204
Download