hidup sehat hindari kanker

advertisement
Saya Senantiasa Mengutamakan Kesehatan Penderita
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya
www.rsudrsoetomo.jatimprov.go.id
HIDUP SEHAT HINDARI KANKER
Koordinasi
Monitoring &
Evaluasi RSUD
Dr. Soetomo / 02
Perawakan
Pendek Pada
Anak / 08
Prosedur
Pengiriman
Jenazah Ke
Luar Negeri / 22
Januari 2015 Vol.19 No. 1
t:
Inser
05 g
.
o
N
I
n
UU R014 tenta
n 2 tur Sipil
u
h
a
T para
A
ra
Nega
ISSN : 14106450
Survey Verifikasi Akreditasi RS Versi KARS 2012
Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 16-17 Desember 2014
Oleh Surveyor : Alzarita Arbain, M.Kes dan Susihar, M.Kep
1
2
3
4
5
6
1. Sambutan pembukaan oleh Direktur RSUD Dr. Soetomo.
2. Suasana verifikasi di Ruang Loka Widya.
3. Surveyor telusur di Ruang K3RS. 4. Telusur di Instalasi Rawat Jalan.
5. Surveyor telusur di Instalasi Radioterapi. 6. Telusur di Irna Medik.
daftar isi
januari 2015 Vol. 19 No. 1
BERITA UTAMA
02
Koordinasi Monitoring &
Evaluasi RSUD Dr. Soetomo
06
ARTIKEL KESEHATAN
1. Mengenal Tanda-tanda Kusta
2. Perawakan pendek pada anak : Bisakah
diobati ?
3. Aplikasi Alat Timer Turning Schedule (TTS)
4. Peran Vitamin D pada Asma Bronkiale
15 SEPUTAR SOETOMO
1.
2.
3.
4.
22
Seputar Soetomo
Perubahan Pelayanan di IGD
Peringatan HUT Dharma Wanita & Hari Ibu
Lomba Budaya Malu
SEKILAS INFO
26 RUANG WANITA
• Rainbow Satay
• Cup Puding Isi
Buah Saus Susu
27
COVER :
RUANG UNIK & LUCU
28
kuis mimbar
Pelepasan balon oleh Gubernur
Jatim Dr. H. Soekarwo di Halaman
Gedung Negara Grahadi Jl.
Gubernur Soeryo Surabaya
sebagai tanda Peringatan Hari
Kanker Sedunia Tahun 2015
didampingi Ketua Panitia Hari
Kanker Sedunia di Surabaya
Tahun 2015 Hendrian Dwi Koloso,
dr, SpM dan Sekdaprov. Jatim Dr.
H. Akhmad Sukardi, MM
Rabu, 5 Pebruari 2015.
Dari Redaksi
’HIDUP SEHAT HINDARI KANKER’ adalah tema Hari Kanker
Sedunia 4 Pebruari 2015 ini, yang kita jadikan tema Majalah
Mimbar Januari 2015 ini yang dapat dilihat kegiatannya
dalam gambar di sampul depan dan belakang.
Kami muat sebagai insert mengenai UU RI No. 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN), agar kita yang
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dapat mengetahui adanya
perubahan mulai Tahun 2015 ini menjadi ASN.
Berita utama mengenai Koordinasi, Monitoring & Evaluasi
RSUD Dr. Soetomo menambah wawasan kita akan RS kita
yang tercinta ini.
Artikel Kesehatan, Seputar Soetomo, Sekilas Info, Tokoh,
Ruang Wanita, Ruang Unik & Lucu tetap kita sajikan dan
dapat menarik pembaca.
Selamat membaca dan mengisi Kuis Mimbar sebagai
selingan waktu dan obat anti pikun.
Susunan Redaksi
Pelindung : Dodo Anondo, dr, MPh - Direktur RSUDD Dr. Soetomo
Penasehat : Drs. Pungky Hendriastjarjo, MAk - Wakil Direktur Umum dan Keuangan • Dr. Kohar
Hari Santoso, dr., SpAn, KIC, KAP - Wakil Direktur Pelayanan Medik & Keperawatan • Dra.
Sri Widayati, Apt, SpFRS - Wakil Direktur Penunjang Medik • Bangun Trapsila Purwaka, dr.,
SpOG(K) - Wakil Direktur Pendidikan Profesi & Penelitian.
Pimpinan Redaksi : Sunarso Suyoso, dr., Sp.KK(K) - Kepala Instalasi PKRS & Humas
Wakil Redaksi : Didi Aryono Budiyono, dr., Sp.KJ(K) - Wakil Kepala Instalasi PKRS & Humas
Prosedur Pengiriman Jenazah ke Luar Negeri
Dewan Redaksi : Roestiniadi Djoko Soemantri, dr., Sp.THT (K) • Pranawa, dr., Sp.PD.KGH,
Agus Hariyanto, dr., SpA (K), Syaiful Islam, dr., Sp.S, Dr. Esti Handayani, dra. Apt.MARS
• Rahayu Warni Kusasih, SKM • Rama Krishna, SKM • Tutik Murniati, SE. • Ruri Mustikarani,
S.Sos • Yasta Dwi Amanda, SKM
37
Tata Usaha : Widyowati, Zainal Mutakin, S.Sos, Susana Shinta A.
Alamat : Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo 6 - 8 Surabaya • Telp. 5501086, 5501088, 5501123
• eMail: [email protected] • Website: www.rsudrsoetomo.jatimprov.go.id •
Foto-foto : ZM
TOKOH
Bambang Dwiantoro, Drs
Redaksi menerima sumbangan foto atau karangan, berupa tulisan ilmiah,
pengalaman kerja, ide cerita, anekdot, suka duka dan lain-lain yang
menyangkut kesehatan. Redaksi berhak mengurangi atau menambah,
tanpa mengubah isi.
januari 2015 mimbar 1
berita utama
KOORDINASI MONITORING DAN EVALUASI
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo
Wakil Direktur Pelayanan Medik & Keperawatan
A. PENDAHULUAN
Monitoring dan evaluasi adalah sesuatu yang
dibutuhkan dalam rangka melakukan Akuntabilitas Kinerja
organisasi maupun perseorangan. Data & Laporan yang
ada menjadi dasar dalam merencanakan Program Kegiatan
serta Penyusunan Anggaran. Upaya ini harus dilakukan guna
menghindari penggunaan Anggaran untuk hal hal yang
tidak terkait dengan Visi, Misi dan Tujuan Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Soetomo. Untuk dapat melakukan Monitoring
& Evaluasi atas aktivitas berbagai unit kerja di Lingkungan
RSUD Dr. Soetomo butuh mengenal kesatuan yang ada di
RSUD Dr. Soetomo.
Secara umum kegiatan dan personalia RSUD Dr. Soetomo
diorganisasikan dalam :
I. Struktural
II. Fungsional
Di samping Struktural dikenal juga satuan organisasi
Komite, Tim, Panitia, Pusat dan Gedung. Ada baiknya
didiskusikan satu persatu agar ada kesamaan faham
sehingga terbentuk pola standar pengorganisasian dan tata
kelola rumah sakit yang harmonis.
B. STRUKTURAL
Struktural adalah para Pejabat Struktural beserta Staf
yang bekerja dalam rangka Manajemen RSUD Dr. Soetomo.
Yang saat ini dikenal adanya Direksi, Bidang / Bagian dan
Seksi/ Sub Bagian.
Saat ini ada 11 Bidang / Bagian di RSUD Dr. Soetomo :
1. Bidang Pelayanan Medik
2. Bidang Pelayanan Diagnostik & Khusus
3. Bidang Keperawatan
4. Bidang Perbekalan dan Peralatan Medik
5. Bidang Pemasaran dan Rekam Medik
6. Bidang Pendidikan & Pelatihan
7. Bidang Penelitian dan Pengembangan
8. Bagian Tata Usaha
9. Bagian Kepegawaian
10. Bagian Keuangan
11. Bagian Perencanaan Program.
Para Kepala Bidang membawahi para Kepala Seksi/ Sub
bagian. Ada sebanyak 26 Kepala Seksi / Sub bagian, yakni :
• Bidang Pelayanan Medik
1. Seksi IRNA & IRJ
2. Seksi Rawat Darurat , Intensif & Invasif
• Bidang Pelayanan Diagnostik & Khusus
1. Seksi Pelayanan Khusus
2. Seksi Pelayanan Diagnostik
• Bidang Keperawatan
1. Seksi Pelayanan Keperawatan
2. Seksi Pengembangan Mutu Keperawatan
• Bidang Perbekalan dan Peralatan Medik
1. Seksi Perbekalan Medik
2. Seksi Peralatan Medik
• Bidang Pemasaran dan Rekam Medik
2 mimbar januari 2015
1. Seksi Pemasaran
2. Seksi Rekam Medik
• Bidang Pendidikan & Pelatihan
1. Seksi Pendidikan Klinik
2. Seksi Pendidikan dan Pelatihan Profesi
3. Seksi Pelatihan
• Bidang Penelitian dan Pengembangan
1. Seksi Penelitian
2. Seksi Pengembangan.
• Bagian Tata Usaha
1. Sub bagian Umum & Rumah Tangga
2. Sub bagian Perlengkapan & Aset
3. Sub bagian Perundangan dan Ketertiban
• Bagian Kepegawaian
1. Sub bagian Administrasi Pembinaan Pegawai
2. Sub bagian Formasi Kepegawaian
• Bagian Keuangan
1. Sub bagian Penerimaan
2. Sub bagian Akutansi
3. Sub bagian Verifikasi
4. Sub bagian Perbendaharaan
• Bagian Perencanaan Program.
1. Sub bagian Perencanaan Program & Anggaran
2. Sub bagian Evaluasi & Pelaporan
Mungkin ada yang melihat kebutuhan untuk
mereorganisasi struktur manajemen yang ada, akan
tetapi lebih lengkap dan konkret kalau dibentuk Tim
Perumus Reorganisasi untuk merumuskan Organisasi dan
Tata Kelola RSUD agar miskin Struktur tapi kaya Fungsi.
Orientasinya efektivitas dalam merespon permasalahan
dalam menghadirkan jasa kepada masyarakat secara efisien
dalam pembiayaan di era JKN dengan tarif INA CNGs.
C. FUNGSIONAL
Pengorganisasian tenaga profesional atau fungsional
di Rumah Sakit dikelompokkan dalam Instalasi dan
SMF. Perawat misalnya, mereka ada dalam kesatuan di
Instalasi atau unit kerja di bawahnya. Apoteker dan asisten
apoteker dalam kesatuan Instalasi Farmasi. Tenaga Medik
atau Dokter tidak menetap pada satu Instalasi atau unit
kerja. Seorang dokter kadang bekerja di Poliklinik, kadang
di Ruang perawatan atau mungkin juga di ruang tindakan
atau kamar operasi. Oleh karenanya dokter di kelompok
pada kesatuan Staf Medik Fungsional (SMF) atau Kesatuan
Staf Medik (KSM).
Instalasi yang sudah ada Di RSUD Dr. Soetomo sangat
banyak sehingga bisa terlewatkan tidak tercatat. Secara
umum Instalasi dapat dikelompokkan menjadi 2 yakni ;
I. Instalasi Pelayanan Langsung
II. Instalasi Penunjang Pelayanan.
I. Instalasi Pelayanan Langsung
1. Instalasi Rawat jalan (IRJ)
2. Instalasi Gigi & Mulut
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Instalasi Paliatif & Bebas Nyeri
Instalasi Rehabilitasi Medik
Instalasi Hemodialisa
Instalasi Rawat Intensif & Reanimasi (IRIR)
Instalasi rawat Inap Anak (IRNA Anak)
Instalasi rawat Inap Obstetri & Ginekologi (IRNA
Obgyn)
9. Instalasi rawat Inap Medik (IRNA Medik)
10.Instalasi rawat Inap Bedah (IRNA Bedah)
11.Instalasi rawat Inap Jiwa (IRNA Jiwa)
12. Instalasi Rawat Darurat (IRD)
13. Instalasi Bedah Pusat (IBP)
14. Instalasi Diagnostik Intervensi Kardiovaskular (IDIK)
15. Instalasi Invasif Urogenital (IIU)
16. Instalasi Anestesi
17. Instalasi Radiologi
18.Instalasi Patologi klinik
19.Instalasi Patologi anatomi
20.Instalasi Mikrobiologi
21. Instalasi Radioterapi
22. Instalasi Transfusi Darah (ITD)
23. Instalasi Bank Jaringan dan sel
24. Instalasi Kedokteran Forensik.
25. Instalasi GRIU Graha Amerta
Beberapa Instalasi tersebut ada yang terdiri sedemikian
banyak unit kerja yang diampu. Sebagai contoh : Instalasi
rawat inap Medik (IRNA Medik) terdiri dari :
1. Ruang Pandan Wangi
2. Ruang pandan 1
3. Ruang Pandan 2
4. Ruang Rosela 1
5. Ruang Rosela 2
6. Ruang Palm 1
7. Ruang Palm 2
8. Ruang Kemuning 1
9. Ruang Kemuning 2
10.Ruang Seruni
11.Ruang Seruni A
12.Ruang Seruni B
13.Ruang UPIPI
14.Ruang Camelia
15.Ruang Isolasi Khusus (RIK)
16.Unit EMG & EEG
17.Unit Ekhokardiografi
18.Unit USG Medik
19.Unit Onkologi Hematologi
20.Unit Endoskopi
21.Unit OK Paru
22.Unit Laboratorium Paru
23.Unit Sleep Disorder (dalam penataan)
Bandingkan dengan Instalasi Transfusi Darah dengan
3 Unit Pelayanan :
1. Unit Pelayanan Transfusi
2. Unit Pelayanan Donor
3. Unit Pelayanan Apheresis.
Oleh karenanya patut difikirkan rentang kendali yang
efektif dengan melakukan pemecahan Instalasi atau
sebaliknya juga dilakukan penggabungan beberapa
Instalasi dengan aktivitas yang “serumpun” menjadi satu
Instalasi. Patut dibentuk Tim Khusus yang merumuskan
akan hal tersebut sehingga tercipta pengelolaan Unit
unit kerja di RSUD Dr. Soetomo secara efektif dan efisien
berorientasi pada Customer dan keharmonisan budaya
kerja.
Data kinerja harian Unit Kerja dari masing masing
Instalasi dirangkum secara bulanan, triwulan serta tahunan.
Secara umum jenis pelayanan dari unit unit kerja dapat
digolongkan sebagai berikut ;
a. Pelayanan Rawat Jalan
b. Pelayanan Rawat Darurat
c. Pelayanan Rawat Inap
d. Pelayanan Rawat Sehari
e. Pelayanan Pembedahan & Tindakan invasif.
f. Pelayanan MDG’s (Ponek, HIV, Tb)
g. Pelayanan Diagnostik
h. Pelayanan Pengembangan
i. Pelayanan Lain lain
Format apa yang harus dilaporkan oleh Instalasi
tergantung jenis pelayanan dari unit kerja yang ada dibawah
kendalinya. Jenis Pelayanan rawat jalan di RSUD Dr. Soetomo
dilakukan oleh beberapa Instalasi atau Unit kerja antara lain:
A. Instalasi Rawat Jalan , à 26 URJ à108 Klinik
B. Instalasi Gigi & Mulut.
C. Instalasi Paliatif.
D. Poliklinik di Upipi
E. UMC (Unit Medical Check Up)
F. Unit Rawat Jalan Instalasi GRIU, à 20 Klinik.
Demikian pula satu Instalasi yang menyelenggarakan
berbagai jenis pelayanan. Sebagai contoh Instalasi GRIU
Graha Amerta yang menyelenggarakan pelayanan :
1. Pelayanan Rawat Jalan / Poliklinik
2. Pelayanan Rawat Inap (lantai 2 hingga 7)
3. Pelayanan Rawat Sehari (Hemosialisa , ODS, ODC ,Medical
Check up)
4. Pelayanan Pembedahan (kamar Tindakan GRIU)
II. Instalasi Penunjang Pelayanan.
1. Instalasi Farmasi (IFRS)
2. Instalasi Gizi
3. Instalasi Sterilisasi & Binatu (ISB)
4. Instalasi Pemeliharaan Sarana Medik (IPSM)
5. Instalasi Sanitasi & Lingkungan (ISL)
6. Instalasi Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (Inst.
PKRS)
7. Instalasi Teknologi Infomasi
8. Instalasi Kerjasama Pembiayaan Kesehatan
Instalasi penunjang pelayanan menjadi wadah Kesatuan
bagi tenaga profesional sesuai ilmu keprofesian yang
dimilikinya. Ahli Gizi misalnya, menerapkan keilmuan
gizi untuk mendukung kesembuhan pasien. Apoteker
dan asisten apoteker bekerja dari sudut pandang Ilmu
farmasi untuk mendukung kesembuhan pasien. Peran
belanja obat , alat kesehatan, makanan pasien diserahkan
pada manajemen - Unit Layanan Pengadaan. Tentu saja
spesifikasi kebutuhan akan logistik medik harus jelas dan
detail agar memenuhi kebutuhan medik. Kebutuhan obat
dalam rangka pelayanan harus mengacu pada Formularium
Nasional. Apabila tidak terakomodir dalam Formularium
Nasional maka RS melengkapi dalam Formularium Rumah
Sakit yang disusun oleh KFT. Oleh karenanya Formulasi
kebutuhan dalam bentuk Formularium yang mengakomodir
kebutuhan SMF dengan dikoordinasikan dalam Komite
Farmasi dan Terapi adalah suatu Kebutuhan. Di sisi lain biaya
investasi rumah sakit untuk pengadaan obat hanya dengan
1 original , 1 “me too” 50 % lebih efisien dibandingkan 1
original dengan 3 “me too”.
januari 2015 mimbar 3
berita utama
Kepala Instlasi Penunjang Pelayanan melaporkan Kinerja
Individual anggota (sesuai laporan tenaga profesional) maupun kinerja pelayanan sesuai macam aktivitas pelayanan
yang dilakukan.
Laporan Kinerja Instalasi ........................ Bulan ......... Tahun .........
No
Kegiatan
Total Kegiatan
Volume kegiatan
Keterangan
100 %
* form dapat diperpanjang sesuai kebutuhan.
Laporan Kinerja individu sesuai dengan format SKP
(sasaran kerja pegawai)
D. SMF
Untuk RSUD Dr. Soetomo dan rumah sakit pendidikan
dilakukan pengelompokkan dokter dalam SMF sesuai
rumpun ilmu yang ditekuni. Seperti Ilmu Kesehatan Anak,
Ilmu Kesehatan Mata, Neurologi, Ortopedi dan sebagainya.
SMF atau Staf Medik Fungsional adalah unit fungsional
Rumah Sakit. Di rumah sakit pendidikan seperti RSUD Dr.
Soetomo, SMF seringkali diidentikan dengan Unit kerja dari
Fakultas Kedokteran yang dengan sebutan Departemen.
SMF dan Departemenn bagai dua sisi dari sekeping “mata
uang”. Departemen adalah unit kerja atau kesatuan dari
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, sedangkan SMF
adalah bagian dari RSUD Dr. Soetomo. Namun demikian ada
juga SMF yang bukan merupakan Departemen dari Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga. SMF yang saat ini ada di
RSUD Dr. Soetomo (mohon maaf kalau salah menyebutkan) :
1. SMF Ilmu Kesehatan Anak
2. SMF Ilmu Penyakit Dalam
3. SMF Pulmonolgi
4. SMF Kardiologi
5. SMF Obstetri & Ginekologi
6. SMF Ilmu Kesehatan Mata
7. SMF Telinga Hidung, Tenggorokan & Kepala leher.
8. SMF Bedah
9. SMF Ortopedi & Traumatologi
10.SMF Urologi
11.SMF Bedah Plastik & Rekonstruksi
12.SMF Bedah Saraf
13.SMF Anestesiologi
14.SMF Neurologi
15.SMF Psikiatri
16.SMF Patologi Klinik
17.SMF Patologi Anatomi
18.SMF Mikrobiologi
19.SMF Radiologi
20.SMF Radioterapi
21.SMF Kedokteran Fisik & Rehabilitasi
22.SMF Kedokteran Forensik
23.SMF Andrologi
24.SMF Gigi & Mulut
25.SMF Dokter Umum
E. KOMITE KOMITE
Di samping Struktural dan Fungsional dibentuk pula
Komite yang memiliki tugas dan fungsi untuk melakukan
pembahasan dan memberikan rekomendasi terkait sesuatu
4 mimbar januari 2015
Permasalahan. Yang disebut dalam Undang Undang
Rumah Sakit adalah Komite Medik. Komite Medik bertugas
untuk hal hal terkait tenaga medik (dokter). Sesuai
dengan permenkes , Permasalahan yang diampu Komite
Medik menyangkut Kredensial, Etika dan Mutu Profesi
sebagaimana Sub Komite yang dimilikinya. Dapatlah
disimak bahwa sebuah Komite bersifat sebagai “Brain
Tank” untuk Direksi. Sedangkan eksekusinya diserahkan
pada Struktural yang terkait atau kalau tidak ada maka
dibentuk Tim.
Pembentukan Tim beranggota wakil dari berbagai
Kesatuan Organisasi secara “ex officio” atau personal
yang memiliki kompetensi untuk permasalahan yang
dibutuhkan dalam rangka menyelesaikan Tugas Tim. Kebutuhan untuk pembentukan Tim bisa sangat luas dari
berbagai peran dan masalah yang dihadapi. F. INDIKATOR
Tiap Instalasi melaporkan Kinerja Personal dari setiap
Pegawai yang bekerja di Instalasi. Format laporan Tenaga
Fungsional digunakan untuk mencatat kinerja masing
masing pegawai sesuai profesi / keahlian masing masing.
Profesi
Tehnik Bulan
Tahun
No
LAPORAN KINERJA TENAGA FUNGSIONAL
: Dokter / Keperawatan / Farmasi / Sanitasi /
: ...................
: ......................... : .........................................
Jenis
Aktivitas
Volume
aktivitas
Bobot
Aktivitas
Bobot
Profesi
Jumlah
Point
TOTAL
• Tabel dapat diperpanjang sesuai kebutuhan
Jenis aktivitas adalah macam kegiatan yang dilakukan
oleh profesi masing masing. Volume aktivitas adalah
jumlah kegiatan yang dilakukan dalam kurun waktu 1
bulan. Konfirmasi atas jumlah ini dapat dilakukan dengan
“log book” masing masing dilengkapi no identifikasi
barang atau no RM (untuk pasien) yang ditangani.
Tiap jenis aktivitas diberi bobot untuk menjadi faktor
perkalian dari masing maisng aktivitas. Bobot profesi
adalah pembobotan yang diberikan untuk profesi dengan
membanding urutkan semua profesi yang bekerja di
rumah sakit. Sebagaimana diketahui bahwa disamping
dokter, keperawatan. Farmasi dan Gizi ada sekitar 22
keahlian lain yang bekerja di rumah sakit.
Laporan kinerja dokter dilakukan oleh Ka SMF dengan
mengklarifikasi “log book” tiap dokter.
LAPORAN KINERJA TENAGA FUNGSIONAL
Profesi : Dokter / Keperawatan / Farmasi / Sanitasi /
Tehnik : ...................
Bulan
: ......................... Tahun
: .........................................
No
Jenis Aktivitas
1
Memeriksa
pasien di Poli
Visite pasien
Ruangan
Melakukan
Operasi kecil
Melakukan
Operasi Sedang
TOTAL
2
3
4
Volume
aktivitas
Bobot
Aktivitas
Bobot
Profesi
Jumlah
Point
• Tabel dapat diperpanjang sesuai kebutuhan
Untuk Pegawai / Karyawan struktural dilakukan
pengukuran kinerja dilakukan dengan TAPKIN (penetapan
kinerja)
Ka Instalasi juga melaporkan kinerja unit kerja /
ruangan dalam lingkup kerjanya sesuai jenis pelayanan
yang dilakukan.
• 10 Diagnosa terbanyak
• Jumlah Pasien berdasar asal tempat tinggal
• Jumlah pasien menurut umur
• Jumlah pasien menurut jenis kelamin
• Jumlah kunjungan pasien rawat jalan
• Jumlah pasien rawat darurat berdasar tingkat
kegawatan
• Jumlah Pasien IRD tiap SMF/ Divisi berdasar cara bayar.
• Jumlah Pasien IRD tiap SMF/ Divisi berdasar tingkat
kegawatan.
• Jumlah pasien rawat inap tiap ruang menurut cara
bayar
• Jumlah Hari Rawat berdasar kelas perawatan
• BOR (Beds Occupancy Rate) berdasar kelas perawatan
• ALOS (Average Lenghth of Stay) berdasar kelas
perawatan
• TOI (turn Over Interval) berdasar kelas perawatan
• BTO (bed Turn Over) berdasar kelas perawatan
• Jumlah pasien menurut kondisi saat pulang.
• Jumlah Pasien Rawat Sehari
• Jumlah Tindakan operasi di tiap Kamar Operasi
• Jumlah Tindakan Invasif / Intervensi / Anestesi
• Jumlah Pemeriksaan Diagnostik sesuai jenis
pemeriksaan.
Tiap Instalasi juga memanatau masalah PMKP
(peningkatan mutu & keselamatan pasien) di unit kerja
masing masing. Dari indikator PMKP yang dihimpun
menjadi dasar untuk membuat Program PMKP di Instlasi
/ unit kerja masing masing. Indikator PMKP tersebut
menyangkut area klinis, manajerial, JCI library dan 6
sasaran keselamatan pasien.
Untuk Struktural melaporkan
Penetapan Kinerja (TAPKIN)
kinerjanya
sesuai
Laporan Kinerja Ka Bid/Bag, Ka Sie/SubBag
No
Kode
rekening
Uraian
belanja /
Kegiatan
Alokasi
Anggaran
Realisasi Triwulan ini
Kegiatan Anggaran
%
serapan
Total
INDIKATOR MUTU AREA KLINIS
Pemanatauan Asesmen pasien
Mutu Pelayanan laboratorium
Mutu Pelayanan Radiologi dan diagnostic imaging Mutu Prosedur bedah
Mutu Penggunaan antibiotik dan medikasi lain
Laporan Medication errors dan near misses;
Laporan Penggunaan Anestesi dan sedasi
Lapotran Penggunaan darah dan produk darah
Laporan Ketersediaan, konten dan penggunaan Rekam
Medik
Laporan Pencegahan & Pengendalian Infeksi
Laporan Penelitian klinis
INDIKATOR MUTU AREA MANAJERIAL
Laporan Pengadaan rutin Alkes & Obat (IAM1)
Laporan Pelaporan aktivitas RS (IAM2)
Laporan Manajemen Risiko (IAM3)
Laporan Manajemen SDM (IAM4)
Laporan Harapan & Kepuasan Pasien (IAM5) Laporan Harapan & Kepuasan Staf (IAM6)
Laporan Manajemen Keuangan (IAM8)
Laporan Dx & Geografi (IAM7)
Laporan K3RS (IAM9)
Indikator JCI library/ Audit
Laporan Forum Audit Clinical Pathway & INA CBG dari
Komite Medik , maupun Audit Keperwatan dari Komite
Keperawatan maupun Ka Sie Mutu Keperawatan adalah
suatu keniscayaan.
Indikator Keselamatan Pasien .
Laporan Identifikasi pasien
Laporan Pelaksanaan Komunikasi SBAR & TBAK
Laporan Pemantauan terkait High Alert Drugs
Laporan Safe Surgery Save life
Laporan Pencegahan & Kejadian Resiko Pasien jatuh
Laporan Pengurangan Risiko Infeksi.
Tampaknya data dan Laporan terkait Indikator ini
sedemikian banyak, namun kalau dicermati bahwa masing
masing Instalasi / Unit kerja mengumpulkan data sesuai
aktivitas yang dilakukan. Oleh karenanya penataan data
dokumen menjadi sangat penting dan tanpa data maka tidak
ada Laporan yang bisa disajikan. Dan tanpa Laporan maka
kegiatan kita menjadi tidak memiliki arah yang jelas menuju
Visi yang akan kita capai. Ayo kita tingkatkan mutu RSUD
Dr. Soetomo agar kita dapat turut bangga memakmurkan
bangsa & negara Republik Indonesia.
januari 2015 mimbar 5
artikel kesehatan
MENGENAL TANDA-TANDA KUSTA
dr. Medhi Denisa Alinda SpKK - Divisi Lepra SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin
M
orbus Hansen adalah penyakit infeksi kronis
yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae
yang menyerang saraf tepi dan dapat menyerang
kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem
retikuloendotelial, mata, otot, tulang dan testis. Di Indonesia
pasien kusta diperoleh terdapat di hampir seluruh propinsi
tetapi area hiperendemis ada pada pulau Jawa, Sulawesi,
Maluku dan Papua. Data dari WHO pada tahun 2010,
tercatat 17.012 kasus baru kusta di Indonesia dengan angka
prevalensi 7,22 per 100.000 penduduk sedangkan pada
tahun 2011, tercatat 19.371 kasus baru kusta di Indonesia
dengan angka prevalensi 8,03 per 100.000 penduduk dan
Indonesia merupakan negara dengan prevalensi kusta yang
tinggi menempati urutan ketiga didunia setelah India dan
Brazil. Masalah yang banyak timbul adalah masalah klinis
yaitu mayoritas ditemukannya pasien kusta tipe multibasiler,
kusta pada anak, disabilitas dan masalah sosial yang ditemui
yaitu stigma di masyarakat Indonesia.
Gambaran Klinis Penyakit Kusta
Penyakit kusta adalah penyakit menular, menahun,
dan disebabkan oleh kuman Mycobakterium lepraeyang
menyerang saraf tepi, kulit, dan jaringan tubuh lainnya
kecuali susunan saraf pusat.
Diagnosis kusta diperoleh satu dari tanda kardinal
sebagai berikut :
1. Bercak kulit yang mati rasa (bercak kulit dapat berbentuk
bercak putih/ hipopigmentasi dan bercak kemerahan/
eritematus yang mati rasa/ anastesia
2. Penebalan saraf tepi dengan gangguan saraf (gangguan
fungsi sensoris yaitu mati rasa, gangguan fumgsi motoris
yaitu kelemahan otot/ kelumpuhan dan gangguan
fungsi otonom yaitu kulit kering)
3. Ditemukannya M.leprae atau bakteri tahan asam pada
pemeriksaan bakteriologis yang berasal dari kerokan
jaringan kulit
Cara penularan penyakit kusta masih belum diketahui
secara pasti. Penularan diduga melalui saluran pernafasan,
atau melalui kontak kulit. Apabila pasien sudah
didiagnosis kusta maka berikutnya harus ditentukan tipe
atau klasifikasinya yang bertujuan untuk menentukan
pengobatan, prognosis dan komplikasi serta identifikasi
pasien yang kemungkinan besar akan mengalami kecacatan.
Kuman penyebab kusta pertama kali ditemukan oleh
GH Armauer Hansen pada tahun 1873 kemudian pada
tahun 1953 penyakit kusta diklasifikasikan oleh Madrid yaitu
menjadi tipe lepromatosus, tipe tuberkuloid, indeterminate
dan borderline. Pada tahun 1966 muncul klasifikasi RidleyJopling menjadi 5 kelompok yaitu : TT - BT – BB – BL – LL.
Dan pada tahun 1982 WHO mengeluarkan penyederhanaan
klasifikasi menjadi 2 kelompok yaitu Multibasiler (MB) dan
Pausibasiler (PB).
Penentuan klasifikasi / tipe penyakit menurut WHO
adalah sebagai berikut :
TANDA UTAMA
Bercak kusta
Penebalan saraf tepi yang
disertai ganggu an fungsi
(kurang/mati
rasa,
atau
kelemahan otot yang dipersarafi
saraf yang bersangkutan)
Sediaan apusan
6 mimbar januari 2015
PB
Jumlah 1-5
Hanya satu saraf
MB
Jumlah > 5
Lebih dari satu saraf
BTA negatif
BTA positif
Tanda lain yang dapat dipertimbangkan dalam
penentuan klasifikasi penyakit kusta adalah sebagai
berikut :
Kelainan kulit dan hasil
pemeriksaan
1. Bercak (makula) mati rasa
a.Ukuran
b.Distribusi
c.Konsistensi
d.Batas
e.Kehilangan rasa pada
bercak
PB
Kecil dan besar
Unilateral atau
bilateral simetris
Kering dan kasar
Tegas
Selalu ada dan
jelas
f. Kehilangan kemampuan
berkeringat, rambut
rontok pada bercak
2. Infiltrat
a.Kulit
Selalu ada dan
jelas
b.Membran mukosa
(hidung tersumbat,
perdarahan di hidung)
3.Ciri-ciri
Tidak pernah ada
4.Nodulus
5.Deformitas
Tidak ada
Central healing
(penyembuhan di
tengah)
Tidak ada
Terjadi dini
MB
Kecil-kecil
Bilateral simetris
Halus, berkilat
Kurang tegas
Biasanya tidak jelas,
jika ada terjadi pada
yang sudah lanjut
Biasanya tidak jelas,
jika ada terjadi pada
yang sudah lanjut
Ada, kadang-kadang
tidak ada
Ada, kadang-kadang
tidak ada
- punched out lesion
- madarosis
- ginekomastia
- hidung pelana
- suara sengau
Kadang-kadang ada
Biasanya simetris,
terjadi lambat
Klasifikasi Ridley dan Jopling mengelompokkan kusta
berdasarkan 5 kelompok yaitu dari gambaran klinis,
bakteriologis, histopatologis dan imunologis. Adapun
klasifikasinya adalah :
• Tipe Tuberkuloid (TT)
Lesi kulit bisa satu atau beberapa, dapat berupa makula
atau plakat, batas jelas dan pada bagian tengah dapat
ditemukan lesi yang regresi atau central healing.Lesi
nampak kering disebabkan karena kerusakan saraf
otonom, kasar, dan tidak berambut. Lesi dapat disertai
dengan hilangnya rangsang sensoris terutama rasa
nyeri dan rangsang terhadap suhu. Penebalan saraf
perifer biasanya dapat dipalpasi dekat dengan lesi
kulit. Adanya infiltrasi tuberkuloid dan tidak adanya
kuman merupakan tanda terdapatnya respons imun
yang adekuat terhadap kuman kusta.
Gambar 1. MH tipe tuberkuloid
• Tipe Borderline Tuberkuloid (BT)
Lesi kulit menyerupai tipe tuberkuloid.Jumlah lesi dapat
satu atau beberapa, tetapi gambaran hipopigmentasi,
kekeringan kulit atau skuama tidak sejelas tipe
tuberkuloid.Ukuran lesi lebih kecil dibandingkan
dengan tipe TT dan batasnya tegas namun tidak
teratur.Lesi biasanya terletak dekat saraf perifer yang
menebal. Adanya gangguan saraf tidak seberat tipe
tuberkuloid, dan biasanya asimetris.Pembesaran dan
nyeri saraf dapat dikeluhkan. Reaksi tipe 1 dan neuritis
kadang dapat muncul sebagai wujud eksaserbasi
akut pada lesi kulit. Pemeriksaan hasil histopatologi
menunjukkan gambaran granuloma epiteloid pada
dermis, namun limfosit yang mengelilingi tidak
sebanyak pada tipe TT. Sel Langhans dapat ditemukan
di sekitar granuloma.
Gambar 2. MH tipe BT
• Tipe Borderline Leprosy (tipe BB)
Merupakan tipe yang tidak stabilcenderung mudah
berpindah ke tipe BT atau BL, lesinya tendensi simetris.
Permukaan lesi dapat mengkilat, batas lesi kurang jelas.
Lesi berupa makula, batas lesi kurang jelas dengan
jumlah lesi lebih banyak daripada BT. Didapatkan
lesi yang disebut dengan punched out lession yang
merupakan ciri khas tipe ini yaitu hipopigmentasi
pada bagian tengah, dengan batas jelas. Gangguan
saraf dapat terasa terutama pada lesi. Pemeriksaan
histopatologi menunjukkan gambaran makrofag
menyerupai sel-sel epiteloid dalam granuloma yang
berbeda, limfosit jumlahnya sedikit dan tersebar, tidak
ditemukan sel raksasa
Gambar 4. MH tipe BL
• Tipe Lepromatous Leprosy (tipe LL)
Pada awal tipe LL, lesi yang muncul berupa makula atau
papula eritematus dengan batas tidak jelas yang tersebar
di ekstremitas dan badan secara simetris. Permukaan
lesi mengkilap dan halus, dan keluhan anestesi jarang
didapatkan. Pembesaran saraf tepi tidak didapatkan.
Seiring perkembangan penyakit, maka jumlah dan besar
lesi meningkat, dan muncul nodul. Keluhan yang sering
muncul buntu hidung disertai perdarahan dan edema
kaki. Pada tipe LL yang lebih lanjut, wajah bengkak
disertai penebalan hidung dan cuping telinga, yang
bisa disebut facies leonina. Gejala lanjut yang dapat
ditemukan hilangnya alis (madarosis), saddle nose,
sterilitas dan ginekomastia. Manifestasi dari kerusakan
nervus perlahan muncul. Kehilangan sensorik pada area
simetris dan pertama kali dideteksi pada area ekstensor,
pada permukaan lengan, kaki, tangan dan telapak kaki.
Pemeriksaan histopatologi menunjukkan gambaran sel
makrofag foamy padat di dermis. Infiltrasi limfosit tidak
didapatkan atau minimal. Pada LL lanjut, akan nampak
sel lepra yaitu makrofag foamy yang dikelilingi oleh
kuman M.leprae bentuk globi.
Gambar 5. MH tipe LL
Gambar 3. MH tipe BB
• Tipe Borderline lepromatous (tipe BL)
Lesi dimulai dengan makula. Awalnya hanya dalam
jumlah sedikit dan cepat menyebar ke seluruh badan.
Makula lebih jelas dan lebih bervariasi bentuknya.
Walaupun masih kecil, papul dan nodul lebih
tegas dengan distribusi lesi yang hampir simetris.
Jumlah lesi kulit lebih sedikit dibanding tipe LL dan
belum terdistribusi simetris. Lesi bagian tengah
tampak normal dengan pinggir dalam infiltrat lebih
jelas dibandingkan dengan pinggir luarnya, dan
beberapa plak tampak seperti punched out. Tandatanda kerusakan saraf berupa hilangnya sensasi,
hipopigmentasi, berkurangnya keringat dan hilangnya
rambut lebih cepat muncul dibandingkan dengan tipe
LL.Pemeriksaan histopatologis memberikan gambaran
proliferasi histiosit difus dengan diferensiasi mengarah
pada sel epiteloid. Sel foamy tidak ditemukan dan
jumlah limfosit minimal.
Hal terpenting pada pasien kusta adalah pencegahan
dini agar masalah klinis yang dihadapi dapat dihindari yaitu
keterlambatan diagnosis sehingga mayoritas pasien dengan
multibasiler, kusta pada anak dan disabilitas dan kualitas
kehidupan pasien kusta harus baik.
Referensi :
1. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Buku
Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kusta. Jakarta:
Bakti Husada; 2007. 2. Makino M, Matsuoka M, Goto M, Hatano K. Leprosy :
Science working toward dignity. Japan; Tokai University
Press; 2011. p. 122-30.
3. Prakoeswa CRS, Agusni I, Listiawan MY, editors. Kapita
Selekta Penatalaksanaan Morbus Hansen Terkini. Surabaya;
Dept/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin; 2013.
4. Hastings RC, Gillis TP, Krahenbuhl JL, Franzblau SG.
Leprosy. 1998; 1(3):330-45
5. Bryceson A, Pfaltzgraff. Leprosy Medicine in the Tropies. 3rd
ed. Churchill Livingstone. New York USA.1990
januari 2015 mimbar 7
artikel kesehatan
PERAWAKAN PENDEK PADA ANAK: BISAKAH DIOBATI?
Penulis: Nur Rochmah, dr, SpA.
Staf Ilmu Kesehatan Anak RS dr Soetomo-FK Universitas Airlangga Surabaya
“Apakah ada kriteria untuk dilakukannya
pemeriksaan khusus atau lanjut pada perawakan
pendek?“
Ada, yaitu antara lain tinggi badan di bawah persentil
3 atau -2SD,
kecepatan pertumbuhan di bawah persentil
25 atau laju pertumbuhan <4cm/tahun (usia 3 – 12
tahun)
dan perkiraan tinggi dewasa di bawah mid parental
height.
“Bagaimana terapi pada perawakan pendek ini?”
Terapi disesuaikan dengan underlying disease yang
diderita. Pada kekurangan hormone pertumbuhan maka
dapat diberikan terapi injeksi hormone pertumbuhan ini.
P
erawakan pendek merupakan keluhan yang sering
diutarakan oleh orang tua saat konsultasi di poli
endokrin anak. Penderita terkadang mendapat
perlakuan negative (bullying) dari orang sekitarnya. Hal
ini tentu saja memberi dampak psikologis pada penderita
mulai dari minder, menarik diri dari lingkungan dan depresi.
“Apakah yang dimaksud perawakan pendek? “
Perawakan pendek atau short stature adalah tinggi
badan yang berada di bawah persentil 3 atau -2 SD pada
kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut
atau kurva NCHS.
“Apa saja penyebabnya?”
Perawakan pendek dapat disebabkan karena berbagai
kelainan endokrin maupun non endokrin. Penyebab
terbanyak adalah kelainan non endokrin seperti penyakit
infeksi kronik, gangguan nutrisi, kelainan gastrointestinal,
penyakit jantung bawaan dan lain lain.
Perawakan pendek dapat merupakan salah satu bentuk
malnutrisi. Data WHO menunjukkan tinggi anak Indonesia
masih jauh tertinggal dibandingkan tinggi anak dari negaranegara lain. Berdasarkan hasil Riskesdas 2010, prevalensi
anak balita pendek (stunting) 35,6 % atau turun 1,2 %
dibandingkan 2007 (36,8 %);
“Dapatkah dilakukan deteksi dini perawakan pendek
ini?”
Ya. Pemantauan tinggi badan berkala sangat penting
untuk menilai normal tidaknya pertumbuhan anak. Deteksi
dini penyimpangan pertumbuhan diperlukan untuk
pemberian terapi lebih awal, sehingga memberikan hasil
yang lebih baik.
Pengukuran tinggi badan, berat badan harus diukur dan
dipantau berkala, minimal pada waktu waktu berikut yaitu :
- Umur < 1 tahun : saat lahir, 1,2,4,6,9,12 bulan
- Umur 1 – 2 tahun : setiap 3 bulan
- Umur > 3 – 21 tahun : setiap 6 bulan
Beberapa variasi normal perawakan pendek yang
fisiologis yaitu perawakan pendek familial dan constitutional
delay of growth and puberty.
8 mimbar januari 2015
“Apakah indikasi terapi hormone pertumbuhan
itu?”
Beberapa kelompok pasien telah disetujui untuk
mendapat terapi hormone pertumbuhan, antara lain pada
kass sebagai berikut:
- Defisiensi hormon pertumbuhan
- Sindrom Turner
Anak
- IUGR (Intra Uterine Growth Retardation) atau KMK
(Kecil Masa Kehamilan)
- Gagal ginjal kronik
- Sindrom Prader Willi
- Idiopathic short stature
“Apa yang dipantau selama mendapat terapi?”
Terapi hormon dihentikan bila lempeng epifisis telah
menutup atau respon tidak adekuat terhadap terapi yaitu
pertambahan kecepatan pertumbuhan tidak sesuai yang
diharapkan. Bila dijumpai kelainan perawakan pendek
yang patologis harap dirujuk ke divisi Endokrinologi Anak
untuk penanganan subspesialistik lebih lanjut.
Gambar
dikutip
dari
http://medicastore.com/
penyakit/3079/Perawakan_Pendek.html
Sumber : Depkes RI, SPM IDAI 2010
PERSI AWARDS 2014
APLIKASI ALAT TIMER TURNING SCHEDULE (TTS)
TERHADAP PELAKSANAAN MOBILISASI DALAM UPAYA MEMPERCEPAT PROSES PENYEMBUHAN LUKA DEKUBITUS
Erfandi Ekaputra, S.Kep.Ns.ETN
Perawat Poli Bedah Lantai 3 Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr.Soetomo Surabaya
P
ada era globalisasi banyak permasalahan dan kasus
khususnya dalam penanganan luka dan menuntut
kita petugas kesehatan untuk lebih kreatif dalam
memberikan pelayanan perawatan pada masyarakat. Dari
data yang ada bahwa luka dekubitus merupakan kasus
yang paling besar pada waktu tertentu (WOCN, 2004). Pada
tingkat asia, menurut Suriadi, 2008 bahwa insiden luka
dekubitus di Indonesia sebesar 33,3% dan tertinggi diantara
Negara ASEAN.
Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya menunjukkan bahwa dari
sekitar 306 kasus luka pertahun, luka dekubitus ada pada
peringkat ketiga sebesar 13,1% setelah luka diabetes dan luka
bakar (PerdanakusumaDS, 2007). Di Rumah sakit Dr.Soetomo
Surabaya program mobilisasi sudah dilaksanakan dengan
pemberian jadwal mobilisasi pada pasien tetapi hasilnya
belum optimal, beberapa permasalahan, antara lain :
1. Keluarga/pasien
harus
selalu fokus untuk melihat dan membaca jadwal
yang tersedia.
2. Kertas jadwal program
terkadang hilang sehingga menghambat
program
latihan mobilisasi pasien
3. Pelaksanaan
masih
dibebankan pada pasien
dan keluarga
4. Tidak praktis tempat
Permasalahan di atas,
dapat menciptakan sebuah
mimpi yang akhirnya menjadi
bukti nyata. Maka terciptalah sebuah alat yang diberi nama
Timer Turning Schedule (TTS) dengan konsep 4 M (Mudah,
Murah, Menarik dan Multi fungsi).
A. TINJAUAN PUSTAKA
• Pengertian Luka Dekubitus
Menurut (Chapman, 1986, hal.106); Suatu daerah
kerusakan selluler yang terlokalisasi, baik akibat tekanan
langsung pada kulit, sehingga menyebabkan “iskemia
tekanan” maupun akibat kekuatan gesekan sehingga
menyebabkan stess mekanik terhadap jaringan.
• Turning Schedule
Merupakan jadwal yang
dibuat dalam bentuk jam
sebagai pengingat bagi
perawat dan keluarga saat
waktu melakukan pergantian
posisi mobilisasi dengan
tujuan untuk mengurangi
resiko
terjadinya
luka
dekubitus bagi pasien (Pieper et al, 1997, 1998).
• Jam Timer/Weker
Merupakan jam yang digunakan untuk menentukan
waktu dan dilengkapi dengan alarm/bunyi untuk
memanggil dan mengingatkan seseorang.
B. KERANGKA KONSEPTUAL DAN KERANGKA KERJA
januari 2015 mimbar 9
artikel kesehatan
Berdasarkan hasil wawancara bahwa sebanyak 90%
metode TTS dapat memberikan kemudahan bagi
pasien dibandingkan Non TTS.
F. KESIMPULAN
Penggunaan Alat Timer Turning Schedule (TTS) dalam
manajemen pasien dengan luka dekubitus :
Mempermudah keluarga untuk mengadopsi
perawatan luka
Mempercepat proses penyembuhan luka
G. PEMBUKTIAN
Sebelum Setelah
C. METODOLOGI
• Desain penelitian ini adalah Eksperimental (Trial
Klinik)
• Populasi adalah semua pasien yang mengalami
kelumpuhan, keadaan lemah, pasien dengan
kesadaran baik dan terdapat luka dekubitus.
• Besar sampel = 14 pasien
• Pengukuran score menggunakan Pengkajian
“DESIGN” dari Sanada
• Analisis Data : Menggunakan uji Wilcoxon Signed
Rank Test yaitu untuk mengetahui pengaruh antara
dua variabel dengan tingkat kemaknaan p ≤ 0,05.
dengan komputerisasi dan menggunakan SPSS. D. HASIL
E. PEMBAHASAN
Tabel 1 :
Menunjukkan adanya penurunan score secara
angka sebelum dan sesudah perlakuan (TTS dan
Non TTS). Dan terdapat penurunan jumlah total
score rerata pada sesudah perlakuan antara yang
menggunakan TTS dan Non TTS (TTS = 4,0 dan Non
TTS = 6,4).
Dari gambar trens perubahan score, pada TTS
menunjukkan penurunan tajam dibawah garis
rerata dibandingkan Non TTS diatas garis rerata.
10 mimbar januari 2015
H. CARA MEMBUAT TTS DAN APLIKASI
• Persiapan Alat
1. Gunting
2. Lem
3. Kertas yang sudah ada gambar turning schedule
4. Jam Weker (cari yang mudah dilepas kaca
depannya)
• Cara membuat TTS
1. Siapkan jam weker , coba alat timernya apakah
berfungsi dengan baik atau tidak
2. Buka kaca depan jam weker secara hati-hati dan
pastikan tidak merusak semua komponen jam .
3. Siapkan kertas yang sudah terdapat gambar
turning schedule kemudian gunting kertas sesuai
dengan bentuk lingkaran pada jam weker .
4. Kertas dipasang lem kemudian pasang tepat
ditengah jarum jam weker kemudian ratakan
kertas dengan tangan agar tidak mengganggu
kerja jarum jam.
5. Kemudian pasang kaca depan jam weker, pasang
bateri jam .
6. Alat TTS sudah jadi, gampang kan.
7. Silahkan mencoba. APLIKASI TTS
1. Siapkan alat TTS dan perhatikan : warna dan posisi
pasien pada jam memulai (Hijau=Terlentang(Back),Mera
h=Mika,Kuning=Miki )
2. Apabila pasien membutuhkan alarm/timer untuk
mengingat, maka putar tombol dibelakang yang
bertanda bel dan letakkan jarum timer pada posisi 2 jam
berikutnya, misalnya mulai awal mobilisasi jam 11 maka
2 jam berikutnya jam 1/13.
4th edition, 2001, Silver Chain Foundation
3. Dealey Carol, The Care Of wound Guide For Nurse, Third
Edition, 2005, Blackwell Publishing Ltd
4. Parkway Group health carePTE Ltd, Wound Care Manual,
Second Edition, 1997
5. Formulary Of Wound Management Product, A Guide
For Health Care Staff, Ninth Edition 6. Baranoski S.Ayello EA.Wound Care Essentials Practice
Principles. Philadelphia : Lippincott William &Willkin
:2003.p.79-90.
7. Dealey C The Care Of Wound. A Guide For nurses.Oxford
:Blackwell Science Ltd; 1994.p.7-27
8. Kerstein MD. The Scientific Basis Of Healing. Adv Wound
Care 1997;10 ;30 ;36
9. Wound Care Made Incredible easy. Philadelphia:Lippincott
William &Wilkin :2003:p.71,126
10.Suryadi, Manajemen Luka, STIKEP Muhammadiyah,
2007.
11.Nursalam, Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan, 2003, Penerbit Salemba Medika
12.Erfandi Ekaputra, Evolusi Managemen Luka, Menguak
5 Keajaiban Moist Dressing, 2013, Penerbit Trans Info
Media Jakarta
13.David S. Perdanakusuma, Upaya Menjawab Tantangan
Permasalahan Hulu-Hilir Luka Dan Keloid, 2009,
Universitas Airlangga, Surabaya.
Ingredian paling penting adalah, angkat
bokong dan lakukan sesuatu. Cuma
sesederhana itu saja. Banyak orang punya
ide, tapi hanya sedikit yang memutuskan
untuk melakukan sesuatu tentang itu
sekarang. Bukan besok, bukan minggu
depan, tapi hari ini. Entrepreneur sejati
adalah doer.
(Nolan Bushnell)
Saran hadiah : untuk musuh, maaf.
Untuk penentang, toleransi. Untuk sahabat,
hati anda. Untuk pelanggan, pelayanan.
Untuk semua orang, kemurahan hati.
Untuk setiap anak, contoh yang baik.
Untuk diri sendiri respek.
(Oren Arnold)
3. Pergantian posisi berikutnya, lakukan seperti petunjuk
nomer 2.
Daftar Pustaka
1. Bryant Ruth. A. Nix Denise p,Acut & Chronic Wound Current
Management Concept, Third Edition, 2007, Mosby Elsevier
2. Carville Keryln, Wound Care Manual Revised & expanded
Salah satu menjadi juara adalah dengan
bertindak seperti juara. Anda harus belajar
cara menang dan tidak lari ketika kalah.
Semua pernah gagal dan pernah meraih
sukses, anda harus hati-hati agar tidak
kehilangan percaya diri atau menjadi
terlalu percaya diri.
(Nancy Kerrigan)
artikel kesehatan
Peran Vitamin
pada Asma Bronkiale
Oleh : Astu Anindya Jati dan Arief Bakhtiar - SMF Penyakit Paru
A
sma Bronkiale adalah adalah salah satu penyakit
kronis yang kerap dijumpai dengan prevalensi yang
makin meningkat dalam beberapa dekade terakhir.
Data WHO menunjukkan pada tahun 2011 ada 235-330
Juta penderita asma di seluruh dunia.1,2,3 Menurut definisi
dari Global Iniative for Asthma (GINA), Asma Bronkial
adalah kelainan inflamasi kronis yang berkaitan dengan
saluran nafas yang hiperesponsif yang ditandai dengan
rasa sesak, sempit di dada, suara nafas mengi, dan batuk.4
Vitamin D adalah nutrien sekaligus hormon sekosteroid
yang didapat dari secara eksogen dari makanan yang
difortifikasi, minyak ikan, kuning telur, maupun endogen
melalui mekanisme fotosintetik (Ultraviolet B) di kulit
yang mengubah 7-dehidrokolesterol menjadi pre vitamin
D3.1,5,6,7
Mekanisme efek vitamin D pada asma bronkial belum
sepenuhnya jelas namun disebutkan keterlibatan regulasi
genomik dan non genomik melalui pengendalian respons
inflamasi imun alamiah dan adaptif dan peningkatan
sitokin-sitokin anti-inflamasi dan mekanisme antimikrobial
sebagai pemicu asma.8,9
Pada studi-studi observasional tentang hubungan
vitamin D dengan asma masih ditemukan hasil yang
inkonsisten dan pada beberapa clinical trial dengan
suplementasi vitamin D justru tidak menunjukkan perbaikan klinis yang bermakna.10,11
PATOFISIOLOGI ASMA
Pada asma bronkial terjadi inflamasi lokal pada mukosa
dan hiper-reaktivitas dari saluran nafas bagian bawah. Inflamasi dapat menyebabkan perubahan patologis di
saluran nafas berupa peningkatan sekresi mukus, edema,
infiltrasi sel-sel radang, kerusakan sel epitel, hipertrofi otot
polos dan fibrosis pada lapisan submukosa.12,13
Asma dapat dipicu oleh infeksi virus, udara dingin,
kelelahan dan alergen yang dapat berupa serbuk sari
(pollen), asap, debu rumah atau bulu binatang. Alergen
yang terhirup masuk akan ditangkap oleh sel dendritik
yang berada di epitel saluran nafas.12,13
Kerusakan epitel akan menyebabkan hilangnya
fungsi barrier sehingga memudahkan penetrasi alergen,
kehilangan enzim neural endopeptidase, faktor relaksan
EDRF dan paparan terhadap syaraf sensoris yang
kesemuanya akan memicu refleks neural hiper-reaktifitas
dari saluran nafas, bronkokonstriksi via aktivasi asetilkolin
dan neuropeptida pada reseptor muskarinik.12,13,14
VITAMIN D
Vitamin D adalah nutrien sekaligus hormon yang
berperan terutama pada metabolisme tulang dengan
meningkatkan absorbsi kalsium dan fosfor di usus. Vitamin
D merupakan vitamin larut lemak dengan efek biologik
yang luas meliputi modulasi sistem imun, regulasi fungsi
neurovaskuler, diferensiasi seluler, sekresi insulin dan
tekanan darah 1,3,15,16
Nutrisi yang mengandung vitamin D dapat didapatkan
terbatas per 100 g pada Minyak liver ikan Tuna (5 juta IU),
minyak liver ikan kod (23.000 IU), Ikan salmon (168-1380
12 mimbar januari 2015
IU), Halibut (188-1094 IU), Jamur Morel (166-252 IU), telur/
kuning telur (28-480 IU), daging ayam (0-12 IU), Daging
sapi (0-38 IU), Fortifikasi vitamin D pada susu (42-79 IU),
Keju (102-1000 IU), corn flakes/sereal (87-189 IU), margarin,
yoghurt, suplemen.1,4,16
Sinar Ultraviolet B (UVB) dengan panjang gelombang
290-315 nm akan membuka cincin B dari 7-dehidrokolesterol
menjadi previtamin D3. Isomerisasi termal non enzimatik
akan mengubah previtamin D3 menjadi vitamin D3. Vitamin
D3 akan mengalami 2x hidroksilasi yang pertama di liver
menjadi 25-hidroksi vitamin D3 oleh enzim 25-hidroksilase
(CYP27A1), 12-hidroksivitamin D3 adalah yang paling
banyak terukur di dalam serum terhidrolisir kembali di renal
atau organ lokal menjadi bentuk aktif 1,25-dihidroksivitamin
D3 (kalsitriol) oleh enzim (25(OH)D3)-1α-hidroksilase
(CYP27B1). Kalsitriol berikatan dengan Reseptor Vitamin D
(VDR) membentuk heterodimer dengan reseptor X-retinoid
(RXR) lalu menempel pada regio promoter gen VDRE yang
terdapat di berbagai jaringan maupun sel. Metabolisme
vitamin D di kulit dipengaruhi oleh melanin, umur, lemak
dan faktor-faktor yang mempengaruhi pajanan seperti
penggunaan tabir surya,aktivitas indoor dsb.2,5,6,10,16,17
VITAMIN D SEBAGAI IMUNOMODULATOR
Proses inflamasi yang terjadi pada asma berlangsung
kompleks meliputi respons imun alamiah maupun adaptif
dapat berlangsung akut, subakut dan kronik yang ditandai
oleh edema saluran nafas, hipersekresi mukus, hiperplasia
sel otot polos dan hipereaktivitas bronkus dan remodelling
saluran nafas. 1.25(OH)D3 (Kalsitriol) mempunyai efek
sebagai imunomodulator. Reseptor vitamin D terdapat pada
sel-sel yang berkaitan dengan sistem imun yaitu limfosit T
CD4+ dan CD8+, Limfosit B, Neutrofil, Sel Penyaji Antigen,
Makrofag dan sel dendritik.
Secara umum mekanisme imunologis vitamin D terhadap
asma meliputi (1) Pengendalian repons imun alamiah dan
adaptif, (2) Memicu mekanisme regulasi dari sistem imun
(3) Induksi langsung mekanisme antimikrobial sebagai salah
satu pencetus asma.18
STUDI TERKAIT ASOSIASI VITAMIN D DAN ASMA
Potensi efek imunomodulasi vitamin D terhadap asma
yang tampak pada studi dasar mendorong lebih lanjut studi
observasional (cohort, cross-sectional) dan eksperimental
(RCT) pada manusia. Terdapat 3 macam kelompok populasi
yang diteliti yaitu pada wanita hamil beserta bayi yang
dikandung, anak-anak usia sekolah dan orang dewasa.
Peningkatan prevalensi asma dapat dikaitkan dengan
faktor genetik dan lingkungan. Salah satu faktor lingkungan
adalah pajanan nutrisi saat anak masih berada di kandungan.
Deveraux dkk, melalui kuisioner mengukur jumlah intake
vitamin D pada wanita hamil lalu secara kohort prospektif
mencatat kejadian wheezing sampai anak usia pra sekolah.
Pada akhir studi disimpulkan antara kuintil intake tertinggi
dan terendah terhadap risiko wheezing terdapat hubungan
yang negatif dengan nilai OR 0.33 (95% CI, 0.11–0.98).19,20
Penelitian cohort dari Carrol, Gale dan Morales mengukur
konsentrasi 25(OH)D atau kalsidiol pada darah ibu. Carrol
menemukan setiap kenaikan 35 nmol/L 25(OH)D akan
menurunkan 50% kemungkinan asma pada ibu namun tidak
memukan hubungannya dengan penurunan risiko infeksi
dan asma pada anak. Sementara Morales menemukan
peningkatan kadar kalsidiol pada ibu berhubungan dengan
penurunan risiko infeksi pada anak. Gale menemukan hal
yang berbeda bahwa peningkatan kadar kalsidiol diatas 75
nmol/L justru akan meningkatkan risiko dermatitis atopik.19,20
Beberapa RCT telah dilakukan oleh Urashima dkk yang
membandingkan anak-anak usia sekolah (6-15 th) di Jepang.
Selama musim dingin yang diberikan vitamin D3 1200 IU/hari
vs plasebo. didapatkan hasil bahwa suplementasi vitamin D3
dihubungkan dengan penurunan eksaserbasi dibandingkan
dengan plasebo (RR 0,17). Studi oleh Majak dkk, dilakukan
RCT pada 48 anak yang baru didiagnosis dengan asma
dan mendapat terapi 800 µg budesonide inhalasi. Pada
kelompok yang mendapat tambahan suplementasi 500
IU/hr vitamin D3, terdapat risiko eksaserbasi lebih rendah
dibandingkan dengan kontrol (4:11).19,20
Penemuan ini menunjukkan bahwa suplementasi vitamin
D pada anak kemungkinan mempunyai efek terapeutik yang
menguntungkan. Sejumlah studi cross-sectional pada orang
dewasa juga menunjukkan hubungan antara status vitamin
D dan kontrol terhadap asma. Merujuk pada data NHANES,
Keet dkk meneliti subyek diatas 6 tahun dan menemukan
penurunan 10 ng/mL kalsidiol dihubungkan dengan
20% peningkatan kemungkinan terjadi wheezing dan
8% untuk asma. Penurunan kadar kalsidiol pada studi lain
juga berhubungan dengan peningkatan risiko eksaserbasi,
perawatan darurat di sentra kesehatan, penurunan faal
paru, peningkatan hiperesponsifitas saluran nafas terhadap
metakolin dan penurunan respons glukokortikoid.21,22
Sebuah studi lama (1934) dari Rappaport menemukan
suplementasi dengan vitamin D2 menyebabkan perbaikan
pada 96% pasien asma dan alergi musiman. namun studi
RCT terbaru (VIDA trial) dari Castro dkk pada 408 pasien
dengan asma simtomatik dan kadar serum 25(OH)D dibawah
30 ng/mL. pemberian vitamin D3 yang ditambahkan pada
ciclesonide inhalasi ternyata tidak menurunkan tingkat
eksaserbasi(HR 0.9[95%CI,0,6-1.3). Namun didapatkan
perbedaan yang kecil pada dosis keseluruhan ciclesonide
untuk kontrol harian asma.11,19
Sebuah meta-analisis dari 10 studi dilakukan oleh Zhang
dkk dan didapatkan hasil. Prevalensi defisiensi vitamin D
<20ng/mL secara signifikan lebih besar pada kelompok
kasus subyek dengan asma daripada kontrol [RR = 1.59,
95%CI = 1.07-2.36]. Namun insufisiensi vitamin D (<30ng/
mL) tidak secara signifikan berhubungan dengan asma.22
RINGKASAN
Penelitian eksperimental dan studi-studi observasional
pada manusia sebagian besar menunjukkan efek yang
menguntungkan dari vitamin D terhadap asma dan
morbiditas asma.Mekanisme yang paling konsisten
menurut penelitian yaitu melalui pencegahan dari
infeksi virus dan peningkatan respons dari steroid. Studi
juga menunjukkan kesempatan untuk intervensi dini
vitamin D pada anak khususnya pada populasi dengan
defisiensi vitamin D <20ng/mL. Namun rekomendasi
definitif suplementasi vitamin D sebagai pencegahan
dan terapi adjuvan untuk asma masih belum dapat
diberikan mengingat masih banyak kelemahan pada studi
observasional, hasil yang inkonsisten, faktor perancu,
heterogenitas data, perbedaan batasan defisiensi
dan waktu pengambilan sampel vitamin D. beberapa
RCT menunjukkan vitamin D kurang mempunyai efek
terapeutik sehingga studi uji coba klinis (double blind
RCT) yang lebih besar menunjukkan hubungan sebab
akibat lebih lanjut perlu lebih banyak lagi dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Litonjua AA and Weiss ST. Is vitamin D deficiency to
blame for the asthma epidemic?. 2007. J Allergy Clin
Immunol. Nov;120(5):1031-5
2. Korn S, Hübner M, Jung M et al. Severe and uncontrolled
adult asthma is associated with vitamin D insufficiency
and deficiency. Respir Res. Feb 22 2013;14:25. doi:
10.1186/1465-9921-14-25
3. El Aaty HEA, El Aziz AAA, El Habasy MM et al.
Assessment of Serum Vitamin D in Patients with Bronchial
Asthma. 2014. Egyptian Journal of Chest Diseases and
Tuberculosis.
4. Huang H, Porpodis K, Zarogoulidis P et al. Vitamin
D in asthma and future perspectives. Drug Design,
Development and Therapy 2013:7 1003–1013
5. Guillot X, Semerano L, Saidenberg-Kermanac’h N et
al. Vitamin D and inflammation.Joint Bone Spine. 2010
Dec;77(6):552-7
6. Poon AH, Mahboub B, Hamid Q et al. Vitamin D
deficiency and severe asthma. Pharmacol Ther. 2013
Nov;140(2):148-55
7. Shebl RE, Shetera SM, Elgabry M et al. 2013. Vitamin D
and phenotypes of bronchial asthma. Egyptian Journal
of Chest Diseases and Tuberculosis. 2013. 62, 201–205
8. Dimeloe S, Nanzer A, Ryanna K et al. Regulatory T
cells, inflammation and the allergic response-The role of
glucocorticoids and Vitamin D. J Steroid Biochem Mol
Biol. May 31 2010;120(2-3):86-95
9. Columbo M, Panettieri RA Jr, Rohr AS. Asthma in the
elderly: a study of the role of vitamin D.Allergy Asthma
Clin Immunol. 2014 Sep 5;10(1):48
10.Van Belle TL, Gysemans C, Mathieu C. Vitamin D in
autoimmune, infectious and allergic diseases: a vital
player?. Best Pract Res Clin Endocrinol Metab. 2011
Aug;25(4):617-32
11.Castro M, King TS, Kunselman SJ et al. Effect of vitamin D3
on asthma treatment failures in adults with symptomatic
januari 2015 mimbar 13
artikel kesehatan
asthma and lower vitamin D levels: the VIDA randomized
clinical trial. JAMA. 2014 May;311(20):2083-91
12.Barnes PJ. Asthma. in Harrison’s principles of internal
medicine 18th edition. editor : Dan Longo, Anthony
Fauci, Dennis Kasper. Chapter 254. New York, McGrawHill, Medical Pub. Division. ebook version. 2011. ISBN :
007174889X / 9780071748896
13.Alangari AA. Corticosteroids in the treatment of acute
asthma. Ann Thorac Med. 2014 Oct;9 (4):187-92
14.McPhee Stephen J, Hammer Gary D, Chapter 9 :
Pulmonary Disease in Patophysiology of Disease: An
Introduction to Clinical Medicine, 6th edition. 2010.
McGraw-Hill Companies, Inc. EBook Version
15.De Tena G, Debek EH, Gutierrez H et al. The role of vitamin
D in chronic obstructive pulmonary disease, asthma and
other respiratory diseases. Arch Bronconeumol. 2014
May;50(5):179-84
16.Bendik I, Friedel A, Roos FF et al. Vitamin D: a
critical and essential micronutrient for human health.
Front Physiol.2014 Jul 11;5:248. doi: 10.3389/
fphys.2014.00248. eCollection 2014
17.Herr C, Greulich T, Koczulla RA et al. The role of
vitamin D in pulmonary disease: COPD, asthma,
infection, and cancer. Respir Res. 2011 Mar 18;12:31.
doi: 10.1186/1465-9921-12-31
18.Muehleisen B, Gallo RL. Vitamin D in allergic disease:
shedding light on a complex problem. J Allergy Clin
Immunol. 2013 Feb;131(2):324-9
19.Brown SD, Calvert HH, Fitzpatrick AM. Vitamin
D and asthma.Dermatoendocrinol. 2012 Apr
1;4(2):137-45
20.Paul G1, Brehm JM, Alcorn JF et al. Vitamin D
and asthma.Am J Respir Crit Care Med. 2012 Jan
15;185(2):124-32
21.Sharief S1, Jariwala S, Kumar J, Muntner P. Vitamin
D levels and food and environmental allergies in the
United States: results from the National Health and
Nutrition Examination Survey 2005-2006. J Allergy
Clin Immunol. 2011 May;127(5):1195-202
22.Zhang LL, Gong J, Liu CT. 2014. Genet
Mol Res.13(3):7607-16. doi: 10.4238/2014.
February.13.10
Workshop Midface Fracture, Surabaya 21-22 Desember 2014
Duduk, Kiri-Kanan: Dr. Iwan Sidharta, SpB, Dr. Sahudi, SpB(K)KL, Dr. Maryono Dwi Wibowo, SpB(K)KL, Dr. Dwi Hari Susilo, SpB(K)KL, Prof.
Martatko Marmowinoto, dr., SpB(K)Onk,KL, Prof. Sunarto Reksoprawiro, dr., SpB(K)Onk,KL, Dr. Yoga Wijayahadi, SpB(K)KL, Urip Murtedjo,
dr., SpB(K)KL, Dr. Hendrick Chandra, SpB, Dr. Suharyo, SpB.
Berdiri, Baris Pertama, Kiri-Kanan: Dr. Bella Barus, SpB, Dr. Sugeng Pranoto, SpB, Dr. Donald Aronggear, SpB, Dr. Moch. Aleq Sander,
SpB, Dr. M Ali Yusni, SpB, Dr. I Gusti Ngurah Virgiandhy, SpB, Dr. Fransiscus Arifin, SpB, Dr. Windhy Pramono, SpB, Dr. Jan F. Tahalele, SpB.
Berdiri, Baris Kedua, Kiri-Kanan: Dr. Gagak Ismanoe, SpB, Dr. Wahyu Nurchalamsyah, SpB, Dr. Win Teki Sendy, SpB, Dr. Arif Dharmawan,
SpB, Dr. Andry Adysaputra, SpB.
14 mimbar januari 2015
seputar soetomo
DARURAT
T
A
W
A
G
SI
A
L
A
ST
IN
I
D
N
A
N
PERUBAHAN PELAYA
Sertifikat Akreditasi RS versi 2012 Tingkat Paripurna.
Sehubungan dengan kelulusan akreditasi RSUD Dr. Soetonio Surabaya,
maka terdapat rekornendasi terkait pelayanan gawat darurat antara lain :
1. Penambahan Ruang Buffer/Ruang Penyangga
Ruang Buffer/Ruang Penyangga adalah ruang rawat inap low care dengan 20 tempat tidur yang disediakan bagi pasien yang telah
selesai menjalani penanganan/tindakan gawat darurat dan kondisi pernafasan serta hemodinamik stabil baik, tidak memerlukan
observasi ketat tetapi terdapat indikasi untuk rawat inap namun tempat tidur di rawat inap belum tersedia.
(berdasarkan SK Direktur RSUD Dr. Soetomo Nomor 188.4/10663/301/2014 tanggal 14 Oktober 2014)
2. Perubahan Nama Instalasi Rawat Darurat (IRD) menjadi Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Berdasarkan rekomendasi KARS Pusat yang mengacu pada Kepmenkes No 856 tahun 2009 tentang Instalasi Gawat Darurat (IGD)
di Rumah Sakit, maka dilakukan perubahan nama Instalasi Rawat Darurat (IRD) menjadi Instalasi Gawat Darurat (IGD).
(berdasarkan SK Direktur RSUD Dr. Soetomo Nomor 188.4/12726/301/2014 tanggal 4 Desember 2014).
januari 2015 mimbar 15
seputar soetomo
Tampak kiri pemberian cindera mata pada acara studi bandingAkreditasi RSUD Ibnu Sina Gresik ke RSUD Dr. Soetomo pada Senin 22
Desember 2014 dan kanan penandatangan MOU Jaringan penguat Sinyal antara RSUD Dr. Soetomo dengan PT. Mega Inti Gemilang pada
tanggal 22 Januari 2015.
Mahasiswa STIKES Dr. Soetomo melakukan studi lapangan melihat penyuluhan yang dilakukan di IRNA Obsgyn
pada 8 Desember 2014. Foto kanan, tampak Direktur dan Urip Murtedjo, dr., saat konferensi pers Persiapan Siaga
Natal 2014 dan Tahun Baru 2015 pada tanggal 24 Desember 2014.
Panitia Halal Bihalal dan Panitia Hari Lahir RSUD Dr. Soetomo ke 76 foto bersama pada acara pembubaran panitia, Rabu 24 Desember 2014.
16 mimbar januari 2015
Peringatan HUT Dharma Wanita Persatuan ke-15 dan Hari Ibu ke-86
Dengan Tema : Dharma Wanita Persatuan Tanggung Jawab : Tantangan Perempuan
di Era Globalisasi, Kamis 18 Desember 2014
Tampak kiri HUT Dharma Wanita Persatuan (DWP) ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh Ketua DWP RSUD Dr. Soetomo dan Ketua
DWP FK. Unair didampingi Direktur RSUD Dr. Soetomo dan Dekan FK. Unair. Tampak kanan pada acara tersebut diadakan lomba memakai
Hijab tanpa cermin dan merias wajah tanpa cermin.
Pada kesempatan tersebut dilakukan pemberian beasiswa kepada 37 putra dan putri pegawai RSUD Dr. Soetomo dan FK Unair
Para pemenang Lomba, foto bersama panitia.
januari 2015 mimbar 17
seputar soetomo
Serah terima kembar siam Citra Fariza Ramadhani & Nezya Fazira Ramadhani dari RSUD Dr. Soetomo kepada Pemda Kabupaten Kediri
pada Senin 24 Nopember 2014. Dengan identitas perempuan, MRS 17 Juli 2013, lahir 14 Juli 2013 di RS Gambiran Kediri, setelah menjalani
pemeriksaan dan perawatan di RSUD Dr. Soetomo dengan diagnosa kembar siam Tharacoabdominophagus diputuskan dalam rapat pleno
Tim Kembar Siam RSUD Dr. Soetomo (23 September 2014) kembar siam yang tidak mungkin dipisahkan, pasien kembar siam ini dirawat
sepanjang masa (dirujuk kembali ke Kabupaten Kediri untuk dirawat bersama oleh RSUD Kabupaten Kediri/ Puskesmas dan Bidan).
Penyerahan bayi laki-laki atas nama Satria Ramadhan berusia 7 bulan kepada Dinas Sosial Provinsi Jatim untuk mendapatkan pemeliharaan
lebih lanjut karena setelah dilakukan perawatan di RSUD Dr. Soetomo sejak tanggal 22 September s/d 8 Desember 2014 telah dinyatakan
sehat dan boleh keluar RS oleh Direktur RSUD Dr. Soetomo Dodo Anondo, dr, MPH pada 23 Desember 2014.
Tim IAEA (International Atomic Energy Agency) Austria datang ke Instalasi Radioterapi dalam rangka melakukan audit QUATRO (Quality
Assurance Team for Radiation Oncology) selama 5 hari (26-30 Januari 2015), mereka akan melakukan audit secara keseluruhan mulai
dari SDM, pelayanan, hingga sarana prasarana. Tim audit terdiri dari 3 orang yaitu Prof. Dr. Gunther Hartmann, Dr. Vedang Murthy dan Dr.
Glentin Louis.
18 mimbar januari 2015
p
p
omo diundang
RSUD Dr. Soet
Tim Bulutangkis
l Cup 2 dalam
ica
ed
Soebandi M
di
dalam kejuaraan
50 dan Hari Ja
ringati HKN ke
n Jember
te
rangka mempe
pa
bu
Ka
di
di ke 40
n pada 23
RSD Dr. Soeban
pat juara Harapa
.
dengan menda
m
Nope ber 2014
Penyerahan SK
CPNS formasi kh
usus
kepada 25 dokte
r di lingkungan RS
UD Dr.
Soetomo
pada apel Pagi Se
nin 24 Nopember
2014.
Dan 33 dokter pa
da Senin 12 Janu
ari 2015.
Dalam rangka memperingati 15 Tahun PPRA (Program Pengendalian Resistensi Antimikroba) RSUD Dr. Soetomo – FK Unair Direktur RSUD
Dr. Soetomo Dodo Anondo, dr, MPH menyerahkan penghargaan kepada 11 pejuang PPRA; Prof. Karjadi Wirjoatmodjo, dr, SpAn-KIC (Alm),
Prof. Widjoseno Gardjito, dr, SpB, SpU(K)(Alm), Prof. Dr. Djoko Roeshadi, dr, SpB, SpOT(K)(Alm), Assoc.Prof.Dra.Erni P.Kolopaking, MPPM,
Apt, Dr. Slamet Riyadi Yuwono, dr, DTM&H, MARS, Prof. Dr.dr.Med Paul Tahalele, dr, SpB, SpBTKV(K), Prof. Bambang Permono, dr, SpA(K),
Prof. Dr. Ismoedijanto, dr, DTM&H, SpA(K), Prof. Dr. Kuntaman, dr, MS, SpMK(K), Hari Paraton, dr, SpOG(K), dan Prof. Usman Hadi, dr,
PhD, SpPD-KPTI pada Rabu 26 Nopember 2014 di Ruang Loka Widya Husada RSUD Dr. Soetomo.
januari 2015 mimbar 19
seputar soetomo
Lomba Gelar Budaya Kerja Konvensi Mutu-XIII RSUD Dr. Soetomo dalam rangka mewujudkan budaya kerja melalui peningkatan mutu &
keselamatan pasien untuk mempertahankan Akreditasi menuju standar JCI pada Rabu 19 Nopember 2014.
RSUD Dr. Soetomo
mengikuti jalan sehat
bareng Gubernur Jatim
Soekarwo
dalam rangka
memperingati HUT
ke 43 KORPRI tahun
2014 dengan start
dan finish di Grahadi
Surabaya, pada Jum’at
21 Nopember 2014
20 mimbar januari 2015
Lomba Budaya Malu Aparatur
Pelaksanaan Lomba Budaya Malu pada tanggal 4-19 Desember 2014 dengan criteria : 1) Berpakaian rapi dan
memakai atribut lengkap, 2) Tidak terlambat masuk kantor dan pulang tepat waktu, 3) Bekerja dengan tanggung
jawab, 4) Sikap, perilaku dan komunikasi baik dan 5) Dapat bekerja sama
Pemenangnya sebagai berikut :
Moh. Faizi, dr, SpA (K)
SMF Ilmu Kesehatan Anak
Kategori Dokter DPJP
Yanuar Satrio, dr
SMF Ilmu Kesehatan Jiwa
Kategori Dokter PPDS
Restiningsih, S.Keb.Bd
Irna Obgyn
Kategori Keperawatan
Drs. Bambang Dwiantoro
Instalasi Gawat Darurat
Kategori Administrasi
Pelayanan
Isdiah Primawati, drg
IKPK
Kategori Administrasi Penunjang
Imam Mu’if, SKM
Bagian Rengram
Kategori Administrasi
Struktural
Para pemenang mendapat piagam penghargaan, medali dan uang, tampak Direktur RSUD Dr. Soetomo, Dekan FK Unair dan Wadir
Penunjang Medik mengalungkan medali.
januari 2015 mimbar 21
sekilas info
PROSEDUR PENGIRIMAN JENAZAH KE LUAR NEGERI
Nola Margaret Gunawan, HariadiApuranto
Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Abstrak
Kematian adalah suatu siklus yang pasti terjadi pada
setiap orang di manapun di seluruh muka bumi. Seiring
dengan meningkatnya aktivitas serta mobilitas manusia,
saat ini sudah umum ditemui seseorang yang tidak tinggal
dan bekerja di negara asalnya, tetapi di luar negaranya
selama puluhan tahun. Namun, saat seseorang meninggal,
sering pula ia ingin dikubur di tempat kelahirannya atau bila
dikremasi, abunya dibawa ke tempat kelahirannya. Pada
keadaan ini, mengirim jenazah atau abu (human remains)
keluar negeri tidak dapat dihindari.
Sebagaimana proses pengiriman kargo pada umumnya,
maka ada beberapa syarat yang harus dipenuhi saat akan
mengirim human remains keluar negeri. Pada karya tulis ini
akan dibahas tata cara pengiriman jenazah ke luar negeri.
Kata kunci: human remains, luarnegeri.
Pembahasan
Secara medis, penyebab kematian dapat terjadi akibat
penyakit, tua, kekerasan (ruda paksa) atau keracunan.Dilihat
dari caranya, kematian dapat dibagi menjadi kematian wajar
dan kematian tidak wajar. Kematian wajar adalah kematian
yang terjadi akibat ketuaan atau penyakit. Kematian tidak
wajar adalah kematian yang terjadi akibat suatu peristiwa
pembunuhan, bunuh diri, serta kecelakaan.
Suatu kematian disebut wajar jika orang tersebut berada
dalam perawatan seorang dokter, diagnosis penyakitnya
telah diketahui dan kematiannya diduga karena penyakitnya
tersebut. Pada kematian yang terjadi dalam perawatan di
Rumah Sakit atau dalam perawatan seorang dokter, pada
umumnya dokter dapat memastikan bahwa kematian
tersebut kematian wajar. Pada kasus ini dokter yang
memeriksa pasien terakhir kali atau dokter yang merawat
dapat langsung memberikan surat keterangan kematian dan
jenazahnya dapat langsung diserahkan pada keluarganya.
Setiap kematian yang terjadi akibat kekerasan atau
keracunan termasuk kematian yang tidak wajar. Cara
kematian pada kematian tidak wajar adalah pembunuhan,
bunuh diri dan kecelakaan. Pada kasus kematian tidak wajar,
kasusnya hendaknya segera dilaporkan ke penyidik, sesuai
dengan pasal 108 KUHAP. Adapun yang termasuk dalam
kategori kasus yang harus dilaporkan ke penyidik adalah:
1. Kematian yang terjadi di alam tahanan atau penjara,
2. Kematian terjadi bukan karena penyakit dan bukan
karena hukuman mati,
3. Adanya penemuan mayat di mana penyebab dan
informasi mengenai kematiannya tidak ada,
4. Keadaan kematiannya menunjukkan bahwa kemungkinan
kematian akibat perbuatan melanggar hukum,
5. Orang tersebut melakukan bunuh diri atau situasi
kematiannya mengindikasikan kematian akibat bunuh
diri,
22 mimbar januari 2015
6. Kematian yang terjadi tanpa kehadiran dokter,
7. Kematian yang disaksikan dokter tetapi ia tidak dapat
memastikan penyebab kematiannya.
Pada kasus kematian tidak wajar, setelah selesai
dilakukan pemeriksaan bedah jenazah atau otopsi barulah
pengawetan jenazah bisa dilakukan serta dikeluarkan
surat keterangan kematian (formulir A).
Bila kematian tersebut terjadi pada warga negara
asing, maka sebelum otopsi dilakukan, dokter yang
akan memeriksa harus terlebih dahulu menghubungi
perwakilan negara asal jenazah yang bersangkutan untuk
menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan.
Setelah seluruh prosedur pemeriksaan selesai
dilakukan, bila jenazah tersebut akan dikirim keluar
negeri, diperlukan persiapan teknis maupun administratif
terhadap jenazah itu sendiri, peti jenazah yang akan
digunakan serta kelengkapan surat-surat yang diperlukan.
Syarat-syarat pengangkutan jenazah keluar negeri adalah:
1. Jenazah harus diawetkan dengan formalin 10%
sebanyak kira-kira 12 liter.
2. Dimasukkan dalam peti logam, misalnya seng, timah
dll.
3. Alas peti logam dilapisi bahan absorbent, misalnya
serbuk gergaji.
4. Peti logam ditutup rapat dan disolder.
5. Peti logam ini kemudian dimasukkan ke dalam peti
kayu yang tebalnya kira-kira minimal 3 sentimeter
dan diusahakan jangan sampai peti logam bergerak.
Dimensi dari peti ini harus disesuaikan agar dapat
masuk ke pintu pesawat.
6. Peti kayu ini dipaku dengan sekrup, dengan jarak
masing-masing 20 sentimeter.
7. Peti kayu ini kemudian diperkuat dengan melingkarinya
memakai plat dari logam.
8. Kemudian peti dimasukkan kedalam peti barang yang
terbuat dari kayu.
9. Peti yang berisi jenazah ini harus diletakkan di bagian
dari kapal atau pesawat terbang yang jauh dari
makanan atau minuman dan tidak menghalangi lalul
alang dari penumpang atau awak kapal.
10.Harus ada proses verbal yang sah dari polisi tentang
pemasukan jenazah tersebut.
11.Harus ada keterangan dari dokter yang menyatakan
bahwa jenazah tersebut tidak meninggal karena
penyakit menular.
12.Semua surat-surat keterangan yang bersangkutan
harus disertakan dengan jenazah untuk ditandatangani
oleh dokter pelabuhan.
Dokumen dari dokter yang harus disertakan pada
jenazah yang akan dikirim ke luar negeri adalah:
1. Surat keterangan kematian (formulir A),
2. Surat keterangan bahwa jenazah meninggal bukan
karena penyakit menular,
3. Surat keterangan pengawetan jenazah (embalming).
Bila yang dikirim adalah abu jenazah, maka abu
Kesimpulan
Seiring dengan semakin majunya peradaban manusia,
maka mobilitas orang dan barang antar negara tidak dapat
dihindarkan lagi. Hal ini membawa konsekuensi berupa
semakin banyaknya warga negara yang tinggal dan bekerja
bukan di negara asalnya. Sering pula dijumpai bahwa
orang tersebut akhirnya meninggal di luar negara asalnya
sehingga untuk pemakaman jenazahnya harus melalui
beberapa prosedur agar jenazahnya atau abu jenazahnya
dapat dikirim ke negara asalnya.
Dari pihak dokter atau rumah sakit, yang perlu dilakukan
adalah pengawetan jenazah serta mengeluarkan surat
keterangan kematian (formulir A), surat keterangan bahwa
jenazah meninggal bukan karena penyakit menular dan
surat keterangan pengawetan jenazah.
tersebut harus dimasukkan ke dalam tabung abu jenazah
yang disegel. Siapa yang menyegel tabung abu jenazah ini
tergantung pada aturan tiap negara (bila yang meninggal
adalah orang Indonesia di luar negeri, yang menyegel
adalah petugas kedutaan besar atau konsulat jenderal
RI di luar negeri), tetapi minimal ada perwakilan negara
tersebut yang menyaksikan proses penyegelan jenazah.
DaftarPustaka
1. Algozi, AM. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal. Surabaya: Departemen Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga; 2010.
2. Atmadja DS. Tata Cara Dan Pelayanan Pemeriksaan Serta
Pengawetan Jenazah Pada Kematian Wajar. (http://
tatacaraembalming.blogspot.com/)
3. Konsulat Jenderal RI Frankfurt am Main. Surat Keterangan.
(http://www.kjriffm.de/index.php?option=com_content
&view=category&layout=blog&id=17&Itemid=23&lang
=id)
4. http://bakiruntokri.blogspot.com/2010/01/cargohandling.html
Pada akhirnya, semua operasi bisnis bisa dirangkum menjadi tiga kata : orang, produk, dan profit.
Jika tak punya orang yang baik, kita tak bisa berbuat banyak untuk meraih dua yang lainnya.
(Lee Lococca)
Pemimpin besar dihormati bukan karena kekuasaan, tapi karena apa yang telah dilakukan.
(Pepatah Kuno)
Pekerjaan besar biasanya diberikan kepada orang-orang yang telah membuktikan
bisa mengerjakan pekerjaan kecil.
(Ralph Waldo Emerson)
Hari Besar Kesehatan
NO
1
2
3
4
5
6
TANGGAL
15 Januari
25 Januari
27 Januari
04 Pebruari
11 Pebruari
24 Maret
KETERANGAN
Hari Kanker Anak Sedunia
Hari Gizi
Hari Kusta Se-Dunia
Hari Kanker Se-Dunia
Hari Penyakit Se-Dunia
Hari Tuberkolosis Se-Dunia
Sumber : Kalender Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2011
Kalender 2013, Tabloid Gaya Hidup Sehat, edisi XIII-41, 4 Januari 2013
januari 2015 mimbar 23
tokoh
Diawal tahun 2015 Mimbar menampilkan sosok tokoh
yang menjadi pemenang lomba budaya malu aparatur
dengan kategori terbaik administrasi pelayanan di Unit
Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Soetomo.
BAMBANG DWIANTORO Drs.
Pemenang Lomba Budaya Malu Aparatur - Unit Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. Soetomo
RIWAYAT PEKERJAAN
Mulai bekerja di RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun
1995 dengan status tenaga honorer dan ditempatkan di
IGD pada bagian keuangan tepatnya di bagian loket pembayaran Ruang Observasi Intensif Lt.3 dengan jadwal jam kerja : Dinas Shift ( Pagi / Sore / Malam ) Delapan tahun kemudian ( Tahun 2003 ) dirotasi pada
bagian loket pembayaran VK Bersalin dan Bayi ( Obsgyn /
Nicu ) IRD Lt.2 tetapi pada tahun 2005 dengan adanya
efisiensi karyawan pada bagian keuangan maka semua
pembayaran tindakan/perawatan di IGD dipusatkan diloket Lt.1 Pada tahun 2008 diangkat sebagai Calon Pegawai Negri Sipil dan setahun kemudian 2009 mendapat SK PNS dengan Pangkat / Golongan : Penata Muda/ IIIa dan sejak itu
ditempatkan oleh kepala IGD pada bagian Staf Kepegawaian 24 mimbar januari 2015
IGD sekaligus mendapat tugas sebagai koordinator PKRS/ HUMAS di IGD sampai sekarang.
PENGALAMAN SELAMA BEKERJA DI RSUD. DR.
SOETOMO
Bekerja dilingkungan pelayanan seperti di IGD bila dibandingkan dengan administrasi perkantoran yang pada umumnya duduk dibelakang meja berhadapan
dengan komputer, serius dengan internet dan ditemani
dengan telepon genggam dll. tampak adanya perbedaan
dimana dibagian pelayanan, saya dapat mempelajari berbagai macam watak/ karakter dan prilaku serta tingkat
emosi dari keluarga pasien yang ada di IGD secara
langsung tetapi itu semua memberikan hikmah tersendiri
bagi saya karena ini menambah wawasan pengetahuan
serta bekal untuk pendewasaan diri.
Sukanya : • Bekerja di IGD saya merasa nyaman karena rasa kekeluargaan sangat terasa tampak seperti team yang
solid dimana muncul solidaritas yang tinggi antara dokter, perawat, staf ruangan dan bahu membahu
dalam me- laksanakan kegiatan serta bekerja dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
PENDIDIKAN
• Bersyukur karena kepala IGD selalu memfasilitasi dan
• Lulus SD di Surabaya, 25 Mei 1982
memberi semangat pada kegiatan kami yang rutin • Lulus SMP di Surabaya, 15 Mei 1985
seperti Senam Aerobic untuk -kebugaran dan kesehatan
• Lulus SMA di Surabaya, 20 Mei 1988
karyawan IGD yang diadakan rutin setiap Selasa & Jum’at • Lulus Kuliah di Surabaya, 8 Maret 1993
mulai jam 06.00 dan kegiatan Jum’at Bersih yang S1 Administrasi Negara Universitas Dr. Soetomo di laksanakan sekali dalam sebulan untuk menjaga
Surabaya
kebersihan serta keindahan lingkungan yang diikuti oleh
segenap karyawan IGD.
RIWAYAT HIDUP
Dukanya : Saya dilahirkan di Surabaya tgl 05 Maret 1969 di Rumah • Sering merasa tidak dihiraukan saat memberikan
Sakit Simpang yang merupakan cikal bakal IGD saat ini, penjelasan pada rekan –rekan kerja serta para
bertempat tinggal di sana sampai sekitar tahun Delapan
pengunjung IGD tentang larangan merokok / bebas
Puluhan sebelum berubah menjadi Mall Delta Plaza. Dua
asap rokok dilingkungan Rumah Sakit.
bersaudara dengan kakak laki-laki saya yang juga PNS • Merasa prihatin apabila melihat rekan-rekan kerja kita
dan berdinas di Poli Gigi RSUD Dr. Soetomo. Bapak saya
yang dalam menjalankan tugas tidak bisa maksimal
bernama H. Soedarmo perawat OK RS. Simpang sampai karena menderita sakit.
Purna Tugas dari OK IGD Lt.5 tahun 1995.
Pada tanggal 27 Oktober 1995 menikah dengan
PESAN-PESAN
Sulistyaningsih yang kini berpropesi sebagai ibu rumah • Bekerjalah dengan disiplin, taat dan patuh pada aturan
tangga dan saya dikaruniai 2 orang putra, yang pertama serta hati yang ikhlas juga penuh rasa tanggung jawab
bernama Hamzah Setyantoro yang masih kuliah di Stikes
dan selalu tabah dalam menghadapi rintangan sehingga
Yayasan RS. Dr. Soetomo dan adiknya bernama Fardhan
semua akan terselesaikan dengan baik.
Falah masih duduk dikelas enam SDN. Ngagel Rejo 5 • Jangan pernah menyerah untuk selalu berbuat kebaikan Surabaya. selama kita punya kemauan untuk berubah menjadi
baik, Allah pasti akan memberikan jalan yang terbaik.
SUKA DUKA SELAMA DALAM BEKERJA
• Ciptakan suasana kerja yang nyaman, menyenangkan Selama bekerja di IGD RSUD Dr. Soetomo banyak dengan rasa kekeluargaan dan kebersamaan.
sekali suka duka yang saya alami diantaranya :
• Janganlah lupa bekerja dibidang pelayanan, Salam,
Senyum dan Sapa tidak boleh ditingglkan.
Berbekal pengalaman bekerja dibidang pelayanan , serta ditambah pengalaman selama enam tahun disektor
swasta ( 1988 sampai 1994 ) yang menerapkan sistem
target, tanggung jawab dan kedisiplinan yang tinggi
maka saya dapat menerapkan mana yang terbaik untuk diaplikasikan di dalam tugas sehari-hari.
Selalu mendampingi kegiatan penyuluhan kepada
keluarga pasien di IGD.
Aktif dalam kegiatan Senam Aerobic di IGD.
januari 2015 mimbar 25
ruang wanita
CUP PUDING ISI BUAH SAUS SUSU
RAINBOW SATAY (3 porsi )
BAHAN :
A. Bahan Sate :
225 g
singkong putih kupas
30 g
gula pasir
6 g
mentega
3 sdm
tepung susu fullcream
Daun pandan wangi
Pewarna makanan warna hijau, orange, merah, ungu (sesuai
keinginan)
B. Bahan Isi :
60 g
kacang hijau kupas
15 g
gula pasir
3 sdm
tepung susu fullcream
C. Pelengkap (aduk jadi satu lalu kukus 15 menit)
30 gr
kelapa parut
Garam secukupnya
Daun pandan wangi
CARA MEMBUAT :
1. BAHAN ISI :
• Rebus kacang hijau bersama pandan wangi hingga
matang dan air tinggal sedikit
• Kacang hijau yang telah matang ditiriskan
• Haluskan kacang hijau yang telah ditiriskan bersama gula
pasir
• Setelah halus tambahkan tepung susu, aduk-aduk hingga
tercampur rata
• Bagi menjadi tiga bagian
2. SATE :
• Kukus singkong bersama daun pandan hingga matang
(kurang lebih 15 menit)
• Haluskan singkong yang masih panas bersama mentega
dan gula pasir, lalu tambahkan tepung susu.
• Bagi adonan menjadi empat bagian, masing-masing
diberi pewarna makanan yang berbeda-beda. Adukaduk menggunakan tangan yang terbungkus plastik
hingga warna benar-benar tercampur rata.
3. Pipihkan masing-masing adonan sate yang telah diberi
warna dengan ketebalan sekitar 0.5 cm, dan panjang sekitar
8 cm lebar sekitar 6 cm.
4. Letakkan lembaran pertama diatas plastik, lapisi atasnya
dengan adonan isi, lalu tutup dengan lembaran kedua (warna
berbeda) dan lapisi kembali dengan adonan isi, lakukan terus
hingga lembaran adonan warna habis.
5. Potong tumpukan adonan warna-warni menjadi tiga bagian
dengan lebar sekitar 2 cm
6. Potong lagi masing-masing tumpukan adonan yang telah
dipotong menjadi tiga menjadi empat bagian
7. Tusukkan masing-masing bagian pada tusukan sate.
8. Hidangkan diatas piring yang telah diberi taburan kelapa
parut.
9. Sajikan
Kandungan Zat Gizi :
Energi : 304.2 kkal, Protein : 6.9 g, 26 mimbar januari 2015
Lemak : 7.4 g,
Karbohidrat : 54 g
Bahan Cup Puding :
60 g
Tepung susu fullcream
2 sdm Agar-agar bubuk 1 sdm Jeli bubuk rasa melon
30 g
Gula pasir
2 sdm Jeli balls 200 ml air
Bahan Isi :
50 g
Melon (dibentuk bulat kecil)
20 g
Nenas (dipotong kecil) 30 g
Strowberi (dipotong kecil)
30 g
Buah kiwi (dipotong kecil)
30 ml Sirup melon
Bahan Saus :
2 sdm Tepung susu fullcream
20 g Gula pasir
7,5 g Tepung Maizena
150 cc Air
(3 porsi )
Cara Membuat :
1. Campur agar-agar bubuk, jeli bubuk dan gula pasir, masak
dengan 150 ml air sambil diaduk di atas api sedang hingga
mendidih, setelah api dimatikan masukkan tepung susu
(yang sudah dicairkan dengan 50 ml air matang), lalu
tambahkan Jeli balls aduk hingga merata.
2. Tuangkan ke dalam gelas kaca (volume 200 ml) hingga ½
bagian, lalu tekan ke dalamnya dengan gelas lainnya yang
lebih kecil diamkan hingga dingin (kemudian keluarkan
gelas yang lebih kecil) dan dinginkan kembali.
3. Siapkan buah melon (kupas dan bentuk bulat-bulat kecil),
nenas, strawbery dan buah kiwi (kupas dan potong kecilkecil), sisihkan.
4. Buat saus dengan cara rebus gula pasir dengan 100 ml air
sambil diaduk di atas api kecil, sebelum mendidih masukkan
tepung maizena yang sudah dicairkan dengan 20 ml air,
aduk kembali hingga mengental dan matang, matikan api,
setelah itu masukkan tepung susu (yang sudah dicairkan
dengan ±30 ml air matang), aduk hingga rata dan sisihkan.
5. Ambil mangkuk masukkan buah melon, nenas, strowberi
dan buah kiwi aduk, tuangkan sirup melon dan aduk kembali
hingga rata, lalu sisihkan.
6. Ambil cup puding isikan campuran buah dan terakhir siram
saus susu di atasnya, hias dan sajikan.
Kandungan Zat Gizi :
Energi : 237 kkal, Protein : 5.0 g, Lemak Karbohidrat
: 4 g,
: 45.6 g
Resep oleh : Tim Gizi RSUD Dr. Soetomo
ruang unik & lucu
PASIENKU SAYANG PASIENKU MALANG
“Salah Dzikir”
Suatu harl dihari ke-3 bulan puasa Ramadhan, dengan
penuh semangat aku bekerja menuju ruang rawat inap
penyakit dalam di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Walau
badan agak capek karena disamping mempersiapkan
makan sahur untuk keluarga, aku pada rninggu pertama
Ramadhan aku mendapat tugas dinas subuh di Unit
Produksi Makanan Instalasi Gizi RSUD Dr. Soetomo
Surabaya.
Tapi ..,.. semua itu tidak aku hiraukan, karena niatku
bekerja adalah untuk beribadah kepada Allah SWT,
sehingga aku akan tetap menjalanl hari-hariku dengan
penuh suka cita.
Sesampai diruang rawat inap ternpatku bekerja,
Aku segera mengucapkan salam pada karyawan yang
aku temui .......Dingin rasanya hati ini. Saat menuju rneja
kerjaku, aku harus melewati lorong / galeri yang dipakai
untuk rneletakkan pasien dengan ekstra bed. Pada saat
itu ada dua pasien ekstra bed yang diternpatkan ditorong.
Sebelum aku melewati lorong, dari jarak jauh sebenarnya
telah terdengar suara gaduh dari pasien yang berteriakteriak tidak jelas, dan hal itu sudah biasa bagi kami yang
bekerja di ruang rawat inap.
Pada saat aku melewati dua pasien ekstra bed, baru
aku ketahui bahwa yang berteniak-teriak adalah salah
satu pasien dengan ekstra bed. Kalimat yang diteriakkan
adalah ibuuuk ....... ibuuuk. .......... ibuuuk dan kalimatkalirnat jorok yang tidak pantas untuk diucapkan. Pada
saat melewati pasien ekstra bed kedua yang tampaknya
lebih tenang ternyata sama saja tidak sehat kejiwaannya,
karena ternyata dia sedang berkata : “Ono setan... ono
rambutan, ono setan .... ono rambutan, ono setan ono
rambutan ...... ..dst” dengan padangan mata kosong
melihat kedepan sambil tidur dikasur.
Melihat kejadian itu geli rasanya hatiku, karena yang
satu berteriak-teriak jorok tapi yang satunya sebenarnya
mau berdzikir tapi yang diucapkan salah “ono setan ono
rambutan” hahahaha ................hhmrnmmm ............namanya
juga gangguan jiwa. Oalah.... Pasienku sayang, pasienku
malang.
Suci Purwati, S.Gz - Instalasi Gizi
TEMANKU KEBANGETAN
Sebagal orang tua tentu merasa senang, apabila
memiliki seorang putra maupun putri dapat menyelesaikan
studinya tepat waktu, aku memiliki seorang putra semester
VI (enam) mahasiswa D3 Akademi Keperawatan (Akper) di
Surabaya, sebagai syarat akhir dalam menempuh ujian
TA, ia harus mengikuti pelatihan / praktek di rumah sakit,
kebetulan putraku, mendapat giliran praktek di Ruang
Mata RSUD Dr. Soetomo, aku merasa senang dan bangga
ikut mensuport kegiatan tersebut.
Saking senangnya aku pernah menitipkan pada Teman
Perawat Senior di Ruang Mata, agar putraku dibimbing
dan diarahkan menjadi seorang perawat yang baik,
namun apa yang terjadi” Temanku menanyai putraku yang
aneh-aneh”
contohnya” Apa benar kamu putra Bapak ini ? kok gak
ganteng seperti Ayahmu”,
Sore hari setelah pulang dari tempat praktek, aku
didamprat o!eh anakku, katanya ”Ayah ngomong opo
sama temannya” Waduh kebangetan Temanku,
Agung Ponijo, S.Sos. Bidang Perbekalan dan Peralatan Medik
“TIDAK USAH REPOT”
Kejadian ini berawal pada saat acara Halal Bil Halal
1435 H dan pelepasan Purna Tugas Instalasi Gizi Rumah
Sakit Dr. Soetomo Surabaya tahun 2014.
Setelah selesai acara, Asep (salah satu panitia) diberikan
tugas untuk mengantarkan Dr. A (penceramah pada acara
tersebut) sampai ke tempat parkir. Begitu dekat dengan
mobil :
Dr A : (sambil menyalakan remote mobil)” Ditaruh di
jok belakang saja dik
Asep : “iya Dok” (membuka pintu dan menaruh
bingkisan di jok belakang).
Kemudian berpamitan pada Dr A.
Asep : Ass wr wb, mari Dok”
Dr A : Tiba-tiba menoleh dan memanggil. “Dik, tunggu
sebentar “ (sambil merogoh saku bajunya.
Asep : Berbailk dan berguman dalam hati (“Wah....apa
mau dapat angpao ya ?) spontan nyeletuk: “Tidak usah
repot Dok, terima kasih “ (dengan wajah tersipu-sipu)
Dr A : “ Oh... ini lho, saya ingin memberi kartu nama,
siapa tahu ada yang ingin mengundang saya”
Asep : Senyum senyum sendiri menerima kartu nama
tersebut” iya Dok, terima kasih banyak” dengan berguman
(“Wah, saya kira dapat angpao... hehe he... Kok GR ya ..”)
Nuning Hartiana W, SKM - Instalasi Gizi
KERUPUK BLEK..
Siang hari di Poli OTI sedang berkumpul, beberapa
staf dan dokter untuk makan siang. Kebetulan di Poli
OTI ada seorang dokter wanita (dokter N) yang berasal
dari Kepulauan Natuna, sebingga kurang begitu paham
bahasa jawa. Terjadilah percakapan antara dokter N
dengan seorang perawat :
Dr. N
: Mbak, kalo makan rujak gini enaknya
pake krupuk
Perawat : itu dokter, di atas kulkas ada krupuk
blek
Dokter N : sambil mencari berkata” mana mbak
nggak ada yang blek”
Perawat
: “ada kok” sambil mendekati membantu
mencarikan. “lhaaaa ini krupuk bleknya”
Dokter N : ini kan wamanya bukan blek (hitam)
mbak, krem.....
Semua tertawa, karena dokter tersebut tidak tau kalau
knupuk yang dimaksud blek adalah krupuk uwel yang
warnanya krem dan biasanya di masukan blek (kaleng
dalam bahasa jawa) bukan krupuk yang warnanya hitam.
Perawat : kalau di jawa krupuk blek maksudnya
krupuk yang ditempatkan dikaleng / blek, bukan krupuk
yang wamanya hitam
Dr. .N
: hahaaaaa......sambil makan dia
terpingkal - pingkal.
Poli OTI
januari 2015 mimbar 27
kuis mimbar
Tebak Siapa Dia
?
?
?
Tulis nama lengkap
dan unit kerjanya !!!
ak :
bat 6 minggu
eja redaksi paling lam
dim
ai
mp
sa
hir
ak
ter
• Jawaban
terbitan
setelah terbit.
majalah “Mimbar”
mumkan pada
diu
ng
na
me
Pe
•
berikutnya.
di ganggu gugat.
mutlak tidak dapat
njukkan
• Keputusan juri
sendiri dengan menu
mengambil hadiah
rus
ha
ng
na
me
Pe
•
88
kartu identitas.
PKRS Telp. 1086-10
di kantor Instalasi
il
mb
dia
t
pa
da
h
• Hadia
pada Jam kerja.
. 75.000,Hadiah sebesar Rp
Ketentuan meneb
Su Doku Teka-Teki abad ini :
Kita dipersilahkan mengisi kotak-kotak itu dengan angka mulai
dari 1 sampai 9. Syaratnya tidak boleh ada pengulangan angka di
dalam satu kolom, juga di dalam satu baris, serta didalam setiap
kotak parsial 3 x 3. Sebagai patokan awal, beberapa kotak telah
diisi dengan angka-angka pembuka, kita kemudian melanjutkan.
8
5
3
7
9
4
5
9
Jawaban Su Doku
3
1
9
5
7
2
6
8
4
4
8
6
3
9
1
7
5
2
7
2
5
4
8
6
3
1
9
8
6
3
7
2
5
9
4
1
1
7
4
9
3
8
2
6
5
5
9
2
6
1
4
8
3
7
6
5
8
2
4
9
1
7
3
2
3
1
8
5
7
4
9
6
9
4
7
1
6
3
5
2
8
1
5
Pemenang Su Doku :
Pemenangnya :
1. Nova Rozidah
Ruang Neonatus (Bayi)
RSUD Dr. Soetomo
2. Abdul Malik
SMF Bedah
RSUD Dr. Soetomo
Jawaban “Kuis Mimbar” Vol. 18, No.4 :
Tebak Siapa Dia:
Sutrisno Suwito
Purna Tugas Poli Onkologi
RSUD Dr. Soetomo
Pemenangnya :
1. Aris Waluyo
Banpol PP
RSUD Dr. Soetomo
2. Renny Rachmawati, SE
Bagian TU Bedah H
RSUD Dr. Soetomo
28 mimbar januari 2015
6
7
3
2
4
3
7
3
8
9
7
5
2
6
8
6
1
5
Angket Berhadiah
Artikel apa yang paling anda senangi pada edisi
Mimbar edisi ini :
1. ......................................................................
......................................................................
2. ......................................................................
......................................................................
Pemenang Angket Berhadiah :
1. Suprihatin
Poli Jiwa II - RSUD Dr. Soetomo
(Artikel Kesehatan )
2. Dwi Fatma Ganifiati
Bag. Perlengkapan & Aset RSUD Dr. Soetomo
(Sekilas info & Tokoh)
7
1
6
2
3
7
9
8
1. Masyarakat Jawa Timur
menandatangani Deklarasi
Grahadi 2015 ”Hidup Sehat
Hindari Kanker” merupakan
komitmen seluruh elemen
masyarakat bertepatan dengan
peringatan World Cancer Day
(Hari Kanker Sedunia) di Halaman
Gedung Negara Grahadi Jl.
Gubernur Soeryo Surabaya, Rabu
4 Pebruari 2015. Komitmennya
berisi 3 hal yaitu :
1) melakukan dan
memasyarakatkan gaya hidup
untuk mencegah kanker,
2) bersedia melaksanakan dan
memasyarakatkan deteksi dini,
3) meningkatkan kualitas hidup
bagi penderita kanker dan
keluarganya.
2. Laporan Ketua Panitia oleh
Hendrian Dwi Koloso, dr, SpM,
3. Sambutan Sambutan Ketua
Yayasan Kanker Indonesia
Cabang Jatim oleh
Dra. Hj. Nina Soekarwo, Msi
4. Penyerahan Deklarasi oleh
Heru Purwanto, dr, SpB(K)Onk.
5. Penandatanganan Deklarasi
6. Edukasi pasien kanker
di Poli Onkologi,
7. Edukasi di Instalasi Rawat Jalan,
8. Edukasi di Pusat Diagnostik Terpadu,
9. Edukasi di Ruang Kemoterapi Sukardje,
10. Membagi leaflet ke
masyarakat di depan Grahadi,
11. Di depan Taman Bungkul dan
12. di Jl. Polisi Istimewa Raya Darmo
4
5
10
11
12
Download