Buletin Sariputra, Juni 2015 Vol. 5 (2) 85 HUBUNGAN

advertisement
Buletin Sariputra, Juni 2015 Vol. 5 (2)
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KLIEN DENGAN TINDAKAN
PENCEGAHAN KEKAMBUHAN PENYAKIT GOUT ARTRITIS
DI PUSKESMAS GIRIAN WERU KOTA BITUNG
THE CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF CLIENTS WITH
GOUTY ARTHRITIS DISEASE RECURRENCE PREVENTION ACTION
IN GIRIAN WERU COMMUNITY HEALTH CENTER BITUNG CITY
Suardi Yase Wayan, Muhamad Hadi, Kartini Tungka
Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon
Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon
ABSTRAK
Gout artritis atau penyakit asam urat adalah penyakit yang timbul akibat kadar asam urat darah
yang berlebihan.Di Indonesia prevalensi gout artritis sekitar 29% dan sering terjadi di Sulawesi
Selatan dan di Jawa Tengah pada 4683 pria berumur di atas 18 tahun menunjukkan 0,8% di
antaranya menderita gout artritis.Tujuan penelitian untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Dan
Sikap Klien Dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan Gouty Artritis Di Puskesmas Girian Weru.
Metode penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif analitik yang bersifat cross sectional,
jumlah sampel yang di gunakan adalah 40 orang. Variabel independent yaitu pengetahuan dan
sikap. Variabel dependent yaitu tindakan pencegahan. Penelitian ini menggunkan Uji Statistik
Spearman rho menunjukkan signifikasi (p) 0,053 dan koefisien korelasi (r) 0,308 menunjukkan
tingkat hubungan rendah antara pengetahuan dan tindakan pencegahan. Dari hasil analisa
hubungan variabel sikap dan tindakan pencegahan menunjukkan signifikasi (p) 0,042 dan koefisien
korelasi (r) 0,323 dengan hubungan rendah dengan α0,05. Dengan demikian H1 diterima dan H0
ditolak atau ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan tindakan pencegahan
kekambuhan gout artritis di Puskesmas Girian Weru.
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Tindakan Pencegahan
ABSTRACT
Gauty arthritis is a disease that caused by the excessive level of blood uric acid. Indonesia’s
prevalence of gauty arthritis is around 29% and often occurs in sout sulawesi and central java. In
4683 men over 18 years old show that 0,8 %of them suffering gouty artritis. The purpose of this
study is to determine the relationshipof the client’s knowledge and attitudes with gouty artritis
recurrence prevention action in girian weru community health center. The research method,
crossectional, with 40 number of sampel, Independent variables are knowledge and attitude. The
dependent variable is the level of the low correlation between knowledge and precautions . The
result of analysis the relationship of attitude and preventive action show the significance (p) 0,043
and 0,323 correlation coefficient with a low correlation with a 0,05 The means H1 is accepted and
HO is rejected. There is a relationship between knowledge and attitude with gouty arthritis
recurrence prevention action in Girian Weru Community Health center.
Keywords : Knowledge, Attitude, Preventive Measure
PENDAHULUAN
Gout artritis atau penyakit asam urat
adalah penyakit yang timbul akibat kadar asam
urat darah yang berlebihan. Adanya produksi
asam urat yang berlebihan tersebut karena
meningkatnya pembentukan zat purin dalam
tubuh. Peningkatan tersebut berasal dari
asupan makanan yang mengandung purin
tinggi dan gangguan pada ginjal. Hal tersebut
juga dapat menimbulkan komplikasi lain yaitu
pengendapan asam urat dalam ginjal yang
akhirnya terjadi pembentukan batu ginjal dan
kristal asam urat (Kertia, 2009 dalam
Muhammad, 2010).
Insidensi dan prevalensi gout artritis
sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis, etnis
dan konstitusi faktor genetik. Prevalensi
penderita laki-laki lebih banyak dari pada
perempuan. Dalam populasi umum, prevalensi
keseluruhan adalah 2,6-13,5per 1000 jiwa. Di
Amerika Serikat prevalensi gout artritis
85
Buletin Sariputra, Juni 2015 Vol. 5 (2)
keseluruhan adalah 13,6 per 1000 jiwa
untuklaki-laki dan 6,4 per 1000 jiwa untuk
wanita. Secara keseluruhan gout artritis diderita
oleh 1% dari seluruh populasi di Amerika
Serikat. Gout artritis juga tersebar di negaranegara berkembang sebesar 2%-15%. Di
Indonesia prevalensi gout artritis sekitar 29%
dan sering terjadi di Sulawesi Utara dan
Sulawesi Selatan (Muniroh, et al, 2010) dan di
Jawa Tengah pada 4683 pria di atas 18 tahun
menunjukkan 0,8% di antaranya menderita gout
artritis (Kertia dan Widodo, 2009).
Data yang diperoleh dari buku register
kunjungan pasien rawat jalan Puskesmas
Girian Weru tahun 2013 menunjukkan salah
satu penyakit yang sering diderita oleh
masyarakat di Kecamatan Girian Kota Bitung
adalah
penyakit
gangguan
sistem
muskuloskeletal yang di dalamnya termasuk
Gout Artritis dengan distribusi jumlah kunjungan
sebanyak 936 kunjungan dengan rata-rata per
bulan 78 kunjungan. Pada bulan januari sampai
dengan oktober 2014 total kunjungan penderita
dengan
penyakit
gangguan
sistem
muskuloskeletal sebanyak 980 kunjungan,
dengan rata-rata 98 kunjungan per bulan
adalah penderita Gout Artritis.
Orang mengkonsumsi apa saja yang
diinginkan,
tanpa
mempertimbangkan
kandungan di dalamnya. Makanan yang
bersumber dari produk hewani biasanya
mengandung purin sangat tinggi, yang efeknya
tidak baik bagi orang-orang tertentu yang
beresiko
mengalami
asam
urat.
Jika
mengkonsumsi makanan tanpa pengaturan diet
yang sesuai, jumlah purin dalam tubuh dapat
melewati
ambang
batas
normaldan
kemungkinan untuk menjadi penyakit gout
artritis makin besar. Biasanya 25% orang yang
asam uratnya tinggi akan menderita penyakit
gout artritis (Dechacare, 2011).
Upaya untuk mencegah seranganserangan gout artritisyaitu dengan melibatkan
pemasukan cairan yang cukup, pengurangan
berat badan, perubahan-perubahan diet,
mengurangi konsumsi alkohol, dan obat-obatan
untuk menurunkan tingkat asam urat dalam
darah (Anonim, 2008).
Tujuan
penelitian
ini
diketahui
hubungan pengetahuan dan sikap klien dengan
tindakan pencegahan kekambuhan penyakit
gout artritis di Puskesmas Girian Weru
Kecamatan Girian Kota Bitung.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
dibuat dalam bentuk kuesioner oleh peneliti
dengan
mengacu
pada
tinjauan
pustaka.Instrumen pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner.
METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan metode kekambuhan gout artritis) di Puskesmas Girian
penelitian cross sectional, sampel yang Weru. Instrumen yang digunakan adalah
digunakan adalah semua pasien adalah 40 kuesioner. Analisis Statistik menggunakan uji
pasien. Pengukuran data dilakukan pada spermans rho dengan tingkat kemaknaan < (α)
variabel independen (pengetahuan dan sikap) 0,05.
dan
variabel
dependen
(pencegahan
HASIL PENELITIAN
1.1 Data Demografi
1.1.1 Karakteristik Respoden Berdasarkan Jenis Kelamin
Perempuan, 9
,0
Laki-laki, 31
Gambar 5.1
Diagram distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Dari gambar 5.1 menunjukkan bahwa terbanyak adalah responden laki-laki yaitu 31 orang.
86
Buletin Sariputra, Juni 2015 Vol. 5 (2)
1.1.2 Karakteristik Respoden Berdasarkan Umur
>55 tahun, 6
,0
30-35
tahun, 12
36-55
tahun, 22
Gambar 5.2
Diagram distribusi karakteristik responden berdasarkan umur
Dari gambar 5.2 menunjukkan bahwa terbanyak adalah responden umur 36 – 55 tahun berjumlah
22 orang.
1.1.3 Karakteristik Respoden Berdasarkan Pendidikan
SD, 8
PT, 11
SMA, 12
Gambar 5.3
SMP, 9
Diagram distribusi karakteristik responden berdasarkan pendidikan
Dari gambar 5.3 menunjukkan bahwa terbanyak adalah responden dengan pendidikan
SMA yaitu 12 orang.
1.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
PNS/
Pensiunan, 7
Tani, 8
Swasta, 17
Gambar 5.4
Nelayan, 8
Diagram distribusi karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
Dari gambar 5.4 menunjukkan bahwa terbanyak adalah responden dengan pekerjaan swasta
berjumlah 17 orang.
87
Buletin Sariputra, Juni 2015 Vol. 5 (2)
1.2 Analisa Univariat
1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan
Kurang, 7
Baik, 10
,0
Cukup, 23
Gambar 5.5
Diagram distribusi karakteristik responden berdasarkan pengetahuan
Dari gambar 5.5 menunjukkan bahwa terbanyak adalah responden dengan pengetahuan cukup
yaitu 23 orang.
1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Sikap
Baik, 8
Buruk, 4
Cukup, 11
Gambar 5.6
Kurang, 17
Diagram distribusi karakteristik responden berdasarkan sikap
Dari gambar 5.6 menunjukkan bahwa terbanyak adalah responden dengan sikap kurang yaitu 17
responden.
1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tindakan
Kurang, 12
Baik, 11
Cukup, 17
Gambar 5.7
Diagram distribusi karakteristik responden berdasarkan tindakan
Dari gambar 5.6 menunjukkan bahwa terbanyak adalah responden dengan tindakan cukup yaitu
17 responden.
88
Buletin Sariputra, Juni 2015 Vol. 5 (2)
1.3. Analisa Bivariate
Tabel 1.1 Hubungan pengetahuan dengan tindakan pencegahan kekambuhan gout artritis di
wilayah kerja Puskesmas Girian Weru
Tindakan Pencegahan
Pengetahuan
Baik
n
5
Baik
%
12,5
Cukup
n
%
3
7,5
Kurang
n
%
2
5
Buruk
n
%
0
0
n
10
Cukup
5
Kurang
Total
Total
%
25
12,5
12
30
6
15
0
0
23
57,5
1
2,5
2
5
4
10
0
0
7
17,5
11
27,5
17
17,5
12
30
0
0
40
Signifikasi (p) = 0,053
KoefisienKorelasiSpearman rho (r) = 0,308
100
Tabel 1.2 Hubungan sikap dengan tindakan pencegahan kekambuhan gout artritis di wilayah kerja
Puskesmas Girian Weru
Tindakan Pencegahan
Sikap
Baik
n
3
Baik
%
7,5
Cukup
n
%
4
10
Kurang
n
%
1
2,5
Buruk
n
%
0
0
n
8
Total
%
20
Cukup
5
12,5
4
10
2
5
0
0
11
27,5
Kurang
3
7,5
6
15
8
20
0
0
17
42,5
Buruk
0
0
3
7,5
1
2,5
0
0
4
10
Total
11
27,5
17
42,5
12
30
0
0
40
Signifikasi (p) = 0,042
KoefisienKorelasiSpearman rho (r) = 0,323
100
2.1 Hubungan pengetahuan dengan tindakan pencegahan kekambuhan gout artritis di wilayah
kerja Puskesmas Girian Weru
PEMBAHASAN
Pengetahuan juga dapat diperoleh melalui
pengalaman dan proses belajar yang baik yang
bersifat formal maupun informal. Pengetahuan
terjadi setelah orang melakukan pengideraan
terhadap suatu objek, yang diperoleh dengan
berbagai cara baik inisiatif sendiri maupun
orang lain, dengan melihat atau mendengar
sendiri tentang kenyataan atau melalui alat
komunikasi, seperti radio, televisi, majalah,
surat kabar dan lain-lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terbanyak
responden
yang
memiliki
pengetahuan
cukup
dengan
tindakan
pencegahan kekambuhan gout artritis cukup,
akan tetapi proporsi responden yang memiliki
pengetahuan
cukup
dengan
tindakan
pencegahan kurang masih cukup tinggi.
Dari hasil uji statistik Spearman rho
yang telah diuraikan dimana tingkat signifikasi
p=0,053 yang berarti nilai p lebih kecil dari 5%
dan Koefisien Korelasi (r)=0,308 menunjukkan
bahwa ada hubungan antara pengetahuan
dengan tindakan pencegahan kekambuhan
gout artritis di wilayah kerja Puskesmas Girian
Weru.
Hasil penelitian ini menurut Notoadmojo (2007)
pengetahuan yaitu hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah
orang
melakukan
penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Karena tingkat
pengetahuan yang pertama yaitu tahu (know)
diartikan sebagai mengingat kembali (recall)
suatu materi yang dipelajari sebelumnya
terhadap suatu yang spesifik dan seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
89
Buletin Sariputra, Juni 2015 Vol. 5 (2)
telah diterima dan tingkat kedua yaitu
memahami (comprehension) yaitu kemampuan
untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
Peneliti berasumsi bahwa ada hubungan antara
pengetahuan dengan tindakan pencegahan
kekambuhan gouty artritis karena kurangnya
informasi-informasi tentang gout artritis yang
diterima klien baik melalui petugas kesehatan
maupun dari sumber yang lain, sehingga dapat
berpengaruh pada tindakan pencegahan
kekambuhan gout artritis. Selain itu tidak
adanya kesadaran, kurangnya motivasi dari
masyarakat, juga faktor eksternal dalam hal ini
pengaruh faktor sosial budaya/lingkungan
sosial dan ekonomi masyarakat.
2.2 Hubungan sikap dengan tindakan
pencegahan kekambuhan gout artritis di
wilayah kerja Puskesmas Girian Weru.
Sikap dapat menimbulkan pola-pola cara
berpikir tertentu dalam masyarakat. Pola-pola
cara berpikir ini mempengaruhi tindakan dan
kelakuan masyarakat, baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam hal membuat
keputusan yang penting dalam hidup. Sikap
merupakan suatu respon batin seseorang yang
masih tertutup saat melakukan pengideraan
terhadap suatu objek. Individu sering kali
memperlihatkan tindakan yang bertentang
dengan sikapnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terbanyak
responden yang memiliki sikap kurang dengan
tindakan pencegahan kekambuhan gout artritis
kurang yaitu 8 responden, dan tetapi proporsi
responden yang memiliki sikap kurang dengan
tindakan pencegahan cukup yaitu 6 responden.
Dari hasil uji statistik Spearman rho yang telah
diuraikan dimana tingkat signifikasi p=0,042
yang berarti nilai p lebih kecil dari α5% dan
Koefisien Korelasi (r)=0,323 menunjukkan
bahwa ada hubungan antara sikap dengan
tindakan pencegahan kekambuhan gout artritis
di wilayah kerja Puskesmas Girian Weru.
Dari hasil penelitian peneliti berasumsi
bahwa ada hubungan antara sikap dan
tindakan pencegahan kekambuhan gouty
artriitis karena kurangnya pengetahuan,
kesadaran, motivasi, dukungan keluarga dan
faktor sosial budaya atau lingkungan sosial.
Pengaruh lingkungan sosial yang dimaksud
adalah pada responden laki-laki yang pada
umumnya sering mengkonsumsi makanan dan
minuman yang beresiko kekambuhan gout
artritis dalam hal ini misalnya minuman
beralkohol. Jadi sikap seseorang sangat
ditentukan oleh pengetahuan yang didasari
oleh kesadaran dan motivasi yang kuat, serta
faktor dukungan dari luar individu berupa
fasilitas pelayanan kesehatan.
Pernyataan peneliti sesuai dengan teori bahwa
sikap dapat terbentuk dari adanya interaksi
sosial yang dialami individu. Interaksi di sini
tidak hanya berupa kontak sosial dan hubungan
antar pribadi sebagai anggota kelompok sosial,
tetapi meliputi juga hubungan dengan
lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis
sekitarnya (Maulana, 2009). Suatu sikap tidak
secara otomatis terwujud dalam suatu tindakan
(overt behavior). Untuk terbentuknya sikap
menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan
faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, yaitu fasilitas dan faktor
dukungan
(support)
dari
pihak
lain
(Notoatmodjo 2007).
KESIMPULAN
Ada hubungan antara Pengetahuan Dan Sikap
Klien
Dengan
Tindakan
Pencegahan
Kekambuhan Gouty Artritis Di Puskesmas
Girian Weru .
SARAN
1.
Bagi Instutusi Pendidikan agar dapat
menjadi sumbangan pemikiran ilmiah dalam
pengembangan kurikulum khususnya dalam
bidang Kerperawatan Medical Bedah Sistem
Muskuloskeletal: Gout Artritis dan Riset
Keperawatan.
3.
Bagi institusi kesehatan khususnya
puskesmas, agar dapat menjadi dasar untuk
pengembangan
pelayanan
pencegahan
kekambuhan klien dengan gangguan sistem
muskuloskeletal:
Gout
Artritis,
serta
2.
Bagi
tenaga
kesehatan
agar
pengalaman dalam penelitian ini dapat menjadi
dasar
pemikiran
untuk
pengembangan
penerapan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan sistem muskuloskeletal:
Gout Artritis.
peningkatan standar pelayanan promosi
kesehatan.
4.
Bagi pasien agar penelitian ini dapat
menambah wawasan pengetahuan tentang
gout
arthritis
dan
cara
pencegahan
kekambuhan.
90
Buletin Sariputra, Juni 2015 Vol. 5 (2)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Informasi Tentang Penyakit
Gout. DalamHttp://www.Total kesehatan
anda. Com/Gout 1.Html. Nov, 02, 2014.
Kurniawidjaya. 2011. Promosi Kesehatan Di
Tempat Kerja. Depkes RI. Jakarta.
Maulana. D.J. 2011. Promosi Kesehatan. EGC.
Jakarta.
Dechacare. 2011. Informasi Kesehatan Asam
Urat.
DalamHttp://Www.
Dechacare.Com/Asam-Urat-1-I136.Html.
Nov,02, 2014.
Muhammad. A. 2010. Waspadai Asam Urat.
DIVA Pres. Yogyakarta.
Notoatmodjo. S. 2007. Kesehatan Masyarakat
Ilmu dan Seni. Edisi Revisi. Rineka Cipta.
Jakarta.
Depkes. 2007.Pedoman Pengobatan Dasar
Puskesmas.dalamHttp://Www.
Depkes.Go.Id/Downloads/Doen2008/Pus
kesmas_2007.Pdf. Nov, 03, 2014.
Eptria
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Edisi 2. Salemba Medika. Jakarta.
Shinta. 2010. Hubungan Tingkat
Pengetahuan Gizi dan Gaya Hidup
dengan kadar Asam Urat dalam Darah
pada Penderita Gout Artritis. ADLN.
dalamHttp://Adln.Lib.Unair.Ac.Id/Files/Dis
k1/361/Gdlhub-Gdl-S1-2011-Eptriashin18038-Kkckkf-K.Pdf. Nov, 03, 2014.
RiwidikdoHandoko. 2008. StatistikKesehatan.
CetakanKelima.
MitraCendikiaPress.Yogyakarta.
Suratun., Heryati., Manurung. S., dan Raenah.
E. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien
gangguan Sistem Muskuloskeletal. EGC.
Jakarta.
Haris Z.K.,Felisia E.M., Miftahudin., Primiarti.,
Lesmono.,
Nurrizki.,
Darmanto.,
Siswanto. 2010. Pengetahuan dan
Perilaku Ibu Rumah Tangga Mengenai
Arthritis Gout. MKI. 55 (1): 9-15.
Syahrazad Irawan. 2010. Cara Mudah
menaklukkan Asam Urat. Octopus.
Yogyakarta.
Hidayat .A.A. 2007. Riset Keperawatan dan
Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba
Medika. Jakarta.
_____2010. Penyakit Dalam Arthritis Gout.
dalamHttp://Klikdokter.Com/
Medisaz/Read/2010/07/05/44arthritisGout. Nov, 02, 2014.
Johnstone A. 2008. Gout Farmakologi. D.
Lyrawati(penterjemah).
2008.
Gout
Farmakologi.
dalamHttp://Adln.Lib.Unair.Ac.Id/Files/Dis
k1/361/Gdlhub-Gdl-S1-2011-Eptriashin18038-Kkckkf-K.Pdf. Oct, 03,2014.
_____2011. Infusa daun salam (Eugenia
polyantha Wight) dapat
memberikan
efek penurunan kadar asam urat
darahHttp://Etd.
Eprints.Ums.Ac.Id/15193/4/Bab
_1.Pdf.Nov, 14, 2014.
Kertia Ndan Widodo S. 2009. Artritis Gout
dengan nefropati Urat: suatu Studi
Kasus. Berkala Kesehatan Klinik. 15 (1):
56-67.
91
Buletin Sariputra, Juni 2015 Vol. 5 (2)
Download