ANAK JALANAN DALAM PENDEKATAN ILMU

advertisement
Flores G. Mayaut, Anak Jalanan
ANAK JALANAN
DALAM PENDEKATAN ILMU PEKERJAAN SOSIAL
Flores G. Mayaut
Pendahuluan
Pembangunan Nasional yang dilaksanakan
dewasa ini bertujuan membangun manusia
Indonesia seutuhnya. Sesuai dengan UUD’45
dan Pancasila. Untuk membangun manusia
Indonesia yang berkualitas, harus dilaksanakan
sejak dini yaitu dari masa balitra dan masa
anak-anak. Anak sebagai generasi penerus
adalah pewaris cita-cita perjuangan bangsa
yang merupakan sumber daya manusia yang
sangat penting dalam mencapai keberhasilan
pembangunan. Untuk menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas, anak mempunyai
hak dan kebutuhan akan makan dan gizi,
kesehatan, bermain, kebutuhan emosional
kasih sayang, pengembangan spiritual dan
moral,
pendidikan
serta
memerlukan
lingkungan keluarga dan lingkungan sosial
yang mendukung bagi kelangsungan hidup,
tumbuh kembang dan perlindungannya. Anak
juga berhak atas peluang dan dukungan untuk
mewujudkan dan mengembangkan diri dan
kemampuannya.
Kesejahteraan anak menurut Undang-undang
Republik Indonesia no. 4 tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak pasal 1 mengatakan :
1. Kesejahteraan Anak adalah suatu
tata kehidupan dan penghidupan
anak yang dapat
menjamin
pertumbuhan
perkembangannya
dengan wajar, baik secara rohani,
jasmani maupun sosial.
2. Usaha Kesejahteraan Anak adalah
usaha kesejahteraan sosial yang
ditujukan
untuk
menjamin
terwujudnya kesejahteraan anak,
terutama terpenuhinya kebutuhan
pokok anak.
Menurut penjelasan diatas bahwa setiap anak
berhak mendapatkan kebutuhan yang
diperlukan untuk mengembangkan dan
menumbuhkan diri. Agar mereka menjadi
sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam
perkembangan anak sangat memerlukan
bantuan orang lain, sedangkan yang peling
dekat dan bertanggung jawab terhadap anak
adalah orangtua mereka sendiri. Tanggung
jawab orangtua memenuhi kebutuhankebutuhan anak, baik dari sudut organis
psikologis, diantaranya makan maupun
kebutuhan psikis seperti kebutuhan akan
perkembangan intelektual, melalui pendidikan,
kebutuhan akan dikasihi dan rasa aman.
Namun realitanya, tidak setiap anak dapat
memenuhi kebutuhan yang diperlukan si anak.
Ini dapat kita lihat anak-anak yang berkeliaran
di lampu merah, stasiun, terminal, pasar, dan
lain-lain. Dengan berbagai aktivitas seperti
mengamen, menjual Koran, pengemis, penjual
kantong plastik, dan lain-lain. Karena aktivitas
anak-anak dilakukan dijalan, merekalah yang
kita sebut sebagai Anak Jalanan. Ya …
mereka adalah anak-anak, sama seperti si upik
dan si buyung yang bisa tersenyum dalam film
maupun dalam iklan ditelevisi. Mungkin
Cuma kisah mereka yang berbeda. Anak-anak
yang mencari nafkah di jalanan masih ada
yang bersekolah, drop out atau belum pernah
merasakan bersekolah sama sekali. Banyak
faktor yang menyebabkan mereka berada
dijalan, karena kondisi ekonomi keluarga yang
rendah dan beranggotakan banyaknya
keluarga, atau dari keluarga yang berantakan.
Kehidupan di jalan bagi seorang anak tidak
ada hal-hal positif yang bisa mereka ambil
namun dampak negatiflah yang mendominasi
pembentukan perilaku mereka. Kehidupan
dijalan rentan dengan berbagai masalah,
seperti masalah fisik yaitu kurang gizi, polusi
lingkungan, ancaman terhadap keselamatan
fisik yaitu rawan perkelahian, dan siksaan
anak yang lebih besar, tindakan kasar dari
orang-orang sekitarnya. Masalah eksploitasi
oleh orang dewasa yaitu dipaksa bekerja,
menjadi korban sindikat kejahatan termasuk
pengedar narkotika, masalah pelecehan
seksual, pelacuran untuk anak jalanan
perempuan yang sangat rawan. Disamping itu
mereka juga rentan terhadap berbagai penyakit
menular, dan tidak tertutup kemungkinan akan
bahaya HIV / AIDS serta bahaya-bahaya
lainnya. Dan yang tidak kalah pentingnya
bahwa kelompok anak-anak ini jauh dari
INSA NI No. 9./Th.XXIII/ Ju li/ 2005
47
Flores G. Mayaut, Anak Jalanan
belaian kasih sayang yang patut didapatkan
seseorang anak dari orangtuanya. Mereka mau
tidak mau harus berusaha untuk tumbuh dan
berkembang dalam berbagai keterbatasan
pemenuhan kebutuhan di jalan.
Jumlah anak jalanan di kota-kota besar
cenderung meningkat pesat, terutama karena
dipicu oleh krisis ekonomi yang terus
berlangsung sejak pertengahan tahun 1997
hingga sekarang. Hasil Survei dan Pemetaan
Sosial yang dilaksanakan oleh Pusat Kajian
Pembangunan
Masyarakat
(PKPM),
Universitas Katolik Atmajaya, Jakarta pada
tahun 1999 anak jalanan di 12 kota besar yaitu
Medan, Padang, Palembang, Lampung,
Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta,
Surabaya, Malang, Mataram, Ujung Pandang
adalah 39,861 anak, yang terdiri dari 32.678
anak laki-laki dan 7.183 anak perempuan.
Pada tahun 1997, UNICEF memperkirakan
jumlah anak jalanan seluruh Indonesia
sebanyak 50.000 anak. Dengan belum
pulihnya kehidupan bangsa dari krisis,
diperkirakan jumlah anak jalanan pada saat ini
jauh lebih besar dari angka-angka tersebut.
Menghadapi kenyataan ini, apakah kita harus
menyalahkan orangtua mereka ? rasanya tidak
mungkin… karena sebelum anak turun ke
jalan untuk bekerja, orangtua telah berusaha
keras untuk merubah kehidupan keluarganya
ke arah yang lebih baik, namun gagal. Hal ini
disebabkan karena kondisi masayarakat
setelah krisis ekonomi, saat ini berpacu untuk
saling bersaing mendapatkan kehiduapn secara
lebih baik. Dan oleh karena keterbatasan
pendidikan dan kesempatan menyebabkan
mereka tertinggal dan sampai sekarang tidak
dapat merubah nasib kehidupan mereka. Di
sisi lain kebutuhan hidup yang kian meningkat
dan kebutuhan upaya pemenuhan kebutuah
yang tinggi pula. Akibatnya dengan sangat
terpaksa
anak-anak
mereka
harus
meninggalkan bangku-bangku sekolah dan
tempat-tempat bermain mereka, untuk bekerja
guna menopang kehidupan ekonomi keluarga
mereka. Bahkan kasih sayang, perhatian yang
harus diberikan orangtua, tidak dapat
diberikan secara baik. Hal ini disebabkan
48
karena keterbatasan waktu mereka untuk
berjumpa dengan anak-anaknya. Ironis
memang, apalagi anak harus bekerja dengan
sistem target tertentu, dimana setiap harinya
dituntut untuk memberikan sejumlah uang
kepada orangtuanya, dari hasil kerjanya.
Alangkah bijaksananya jika kita tidak saling
mempersalahkan. Kita perlu melihat tentang
bagaimana upaya untuk mencari jawaban atau
jalan keluar terhadap masalah yang sementara
dialami oleh anak-anak jalanan yaitu sebagai
suatu usaha untuk membantu meningkatkan
kesejahteraannya. Pemerintah dalam hal ini
telah beupaya keras untuk mencarikan
pemecahan masalah yaitu melalui panti-panti
yang menyediakan berbagai ketrampilan.
Diakui atau tidak, masalah ini merupakan
masalah kita bersama baik perseorangan,
kelompok, masyarakat, pemerintah, swasta
maupun organisasi-organisasi masyarakat.
Anak Jalanan dan Perkembangannya
Dipandang dari perwujudan diri individu dan
dari segi keperluan pembangunan, maka
generasi muda termasuk anak merupakan
sumber potensi bangsa, sehingga perlu
dipersiapkan dan dikembangkan agar dapat
berpartisipasi dan memberikan sumbangan
yang nyata kepada pembangunan bangsa dan
negara.
Berbicara mengenai anak maka pengertian
anak menurut UU No. 4 tahun 1979 pasal 1
ayat 2, tentang Kesejahteraan Anak
menyatakan bahwa “anak adalah seseorang
yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum
menikah”.
Anak adalah bagian dari lingkungan manusia,
ia memiliki hak untuk mempertahankan
kehidupannya juga mempunyai kewajiban
untuk masa depannya. Untuk itu anak
mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang harus
dipenuhi.
Abraham
H.
Maslow,
mengemukakan kebutuhan-kebutuhan yang
harus dipenuhi agar perkembangan anak dapat
berlangsung dengan baik, seperti kebutuhan
dibawah ini :
INSA NI No. 9/Th.XXIII/ Juli/2005
Flores G. Mayaut, Anak Jalanan
Perkembangan
Diri
(Aktualisasi)
Rasa sayang, Perhatian (Psikis)
Keamanan, Lingkungan yang sehat
Makan, minum dan kebutuhan dasar lainnya
Keluarga sebagai institusi sosial yang dekat
dengan anak diharapkan untuk dapat
memenuhi kebutuhan mereka secara baik.
Disamping untuk memenuhi kebutuhan fisik,
psikis orangtua juga diharapkan untuk
memberikan sosialisasi dan pendidikan dasar
bagi anak dirumah. Namun kenyataan yang
kita lihat bahwa ada berbagai keterbatasan
yang mengakibatkan orangtua tidak dapat
memberikan pemenuhan kebutuhan hidup
kepada anak secara baik. Dengan pendidikan
yang rendah, pekerjaan yang sulit diperoleh,
pendapatan yang minim, ditambah arus
perubahan yang kian pesat menyebabkan
mereka semakin tertinggal dan upaya untuk
mensejahterakan anak-anaknya semakin sulit.
Akhirnya yang terjadi adalah justru mereka
memanfaatkan anak-anaknya untuk turun
kejalan, pasar, terminal, stasiun hanyalah
untuk membantu memenuhi kebutuhan agar
mereka bisa bertahan hidup. Dan seperti yang
telah disinggung diawal tulisan bahwa anakanak ini yang sering disebut sebagai anak
jalanan.
Definisi anak jalanan menurut Fanggidae
(1993 : 127), yaitu :
…….anak yang menyatu di jalananjalanan ibukota, dengan berbagai
aktivitas
pekerjaan
yang
menghasilkan
uang
untuk
pemenuhan kebutuhan setiap hari.
Sedangkan definisi anak jalanan menurut
(Depsos 1989 : 5 adalah :
……anak jalanan adalah anak usia 7
– 15 tahun yang bekerja di jalan
raya dan tempat umum lainnya yang
dapat mengganggu ketentraman dan
keselamatan dirinya dan orang lain.
Dari uraian-uraian diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan, Anak Jalanan adalah anak-anak
yang berusia balita (masa usia sekolah).
Keberadaan mereka dijalan dikarenakan oleh
berbagai
factor-faktor
yang
terjadi
dilingkungan keluarganya, seperti kondisi
keluarga yang berekonomi lemah, terjadinya
keretakan keluarga dan yang lainnya, sehingga
mereka harus turun kejalan. Mereka
melakukan aktivitas dijalan yang bertujuan
adalah untuk memenuhi kebutuhan mereka
maupun keluarganya. Keberadaan mereka di
jalan, dapat beresiko akan keselamatan diri
mereka dan secara tidak langsung dapat
mengganggu ketertiban dan ketentraman orang
lain.
Kehidupan anak jalanan memberi peluang
yang besar bagi tiimbulnya masalah-masalah
bagi dirinya sendiri dan juga bagi orang lain.
Mereka harus mengalami ketertinggalan
pengetahuan dan ketrampilan akibat tidak
sekolah dengan baik; jika tidak berhati-hati
mereka akan sering mengalami kecelakaan
lalu lintas ; mereka juga rentan terhadap
bahaya penyakit menular seksual akibat
perilaku seks secara bebas ; perkembangan
moral mereka juga terancam dengan adanya
pengaruh-pengaruh di jalan yang berbahaya
dan lain sebagainya.
Kondisi jalanan memang tidak menjanjikan
suatu keamanan dan perkembangan anak
secara optimal. Tapi itulah keadaan yang harus
INSA NI No. 9./Th.XXIII/ Ju li/ 2005
49
Flores G. Mayaut, Anak Jalanan
meraka alami dan sudah tidak dapat
dipisahkan lagi dari kehidupan mereka.
Dengan
permasalahan
ini
memang
membutuhkan suatu perhatian dan usaha untuk
sekurang-kurangnya mengurangi masalah
yang dialami oleh anak-anak jalanan. Salah
satu upaya untuk memecahkan masalah diatas
yaitu melalui keterlibtan lembaga-lembaga
swadaya masyarakat di samping pemerintah
dalam memberikan pendekatan-pendekatan
yang tepat pada anak agar berubah.
Dalam
memahami
perkembangan
permasalahan yang dialami oleh anak jalanan,
dapat kita lihat dengan menggunakan beberapa
cara yaitu:
1. Observasi, untuk mengamati gejala psikis
secara objektif dengan menggunakan
seluruh indra kita khususnya mata, telinga
untuk mengumpulkan data. Data yang
diperoleh dari lapangan merupakan kunci
utama dalam kita mencari alternatifalternatif pemecahan masalahnya. Datadata yang telah dikumpulkan akan selalu
berkembang dan berubah sesuai dengan
apa yang ditampilkan oleh anak jalanan
maupun
keluarganya.
Untuk
itu
monitoring
melalui
wawancara,
kunjungan-kunjungan
rumah
sangat
diperlukan untuk melihat perkembangan
permasalahan yang dialami oleh anakanak jalanan.
2. Menggunakan teori atau sejumlah
informasi dan peraturan hukum yang
berhubungan dengan masalah anak.
Misalnya kita tahu bahwa anak usia 7 – 15
tahun adalah suatu masa di mana anak
harus sekolah dan bermain, namun
kenyataan bahwa mereka harus bekerja
sehingga kesempatan tadi tidak dapat
dialami oleh mereka. Menghadapi hal ini
lembaga
bisa
untuk menyediakan
program-program bantuan pendidikan
dengan mengembangkan metode-metode
permainan yang disenangi anak-anak.
Dari kedua cara tadi, kita yang berada
dilapangan dapat melakukan suatu penglihatan
dan pencatatan tentang perkembangan anak
jalanan khususnya dalam kehidupan seharihari dijalan. Dalam usaha meningkatkan
keberfungsian sosial anak jalanan dengan
program-program pelayanan yang ada maka
dibutuhkan
pula
pendekatan-pendekatan
secara tepat.
Daftar Pustaka
Abraham Fanggidae, 1993,
Memahami Masalah Kesejahteraan Sosial, Jakarta : Puspa Wara, Cet. 1
Boediman Hard jo marsono dkk, 2000,
Teori Dan Metode Intervensi Sosial, Pusat Penerbitan Un iversitas Terbuka, Jakarta
Badan Koordinasi Pelaksanaan Inpres No. 6 tahun 1971,
Pengertian Psikiatri Dan Psikologi Untuk Pembangunan Bangsa II, Diktat, Jakarta
Departemen Sosial RI, 1995,
Undang-Undang RI, Kesejahteraan Anak, No. 4 tahun 1979
Makmur Sanusi, 2003,
Anak terlantar Dalam perspektif Pekerjaan Sosial, Disampaikan dalam seminar Nasional
Penanganan Anak terlantar Berbasis Pemberdayaan Keluarga, Makalah
Universitas Muhammadiyah, Jakarta
Mathilda Hiariej, 2000,
Program Pelayanan Kepada Anak Jalanan di P3M Widuri Yang Ditinjau dari Pendekatan Ilmu
Pekerjaan Sosial, Jakarta
FLORES G. MAYAUT, Lahir
DI Bogor, 28 Nopember 1968, menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata 1
Bidang Ilmu Kesejahteraan Sosial STISIP Widuri tahun 2002. Bertempat-t inggal di Ko mp l. BBD Blo k C2 No.
22, Ciganjur Jakarta Selatan.
50
INSA NI No. 9/Th.XXIII/ Juli/2005
Download