Rezim Keamanan Internasional

advertisement
Rekapitulasi Perkuliahan
It ain’t simple being cool,
but it’s cool being simple
 sekumpulan prinsip (keyakinan tentang fakta, penyebab, dan
moralitas), norma (standar perilaku yang didefinisikan dalam
bentuk hak dan kewajiban), aturan (preskripsi dan larangan
tindakan); dan prosedur (praktik-praktik yang menjadi model untuk
membuat dan mengimplementasikan pilihan bersama) yang
menjadi instrumen bagi pemenuhan ekspektasi bersama di suatu
isu tertentu (Ruggie, 1975)
 sistem aturan yang dirancang untuk mengatur koordinasi,
manajemen, dan regulasi masalah-masalah dari sejumlah otoritas
berdaulat, melalui intervensi oleh aktor-aktor publik maupun
privat, melalui pengaturan formal maupun informal, dan
sepenuhnya ditujukan untuk pencapaian kebijakan tertentu
(Kirchner, 2007)
 the rules that govern elements of world politics and the
organizations that help implement those rules (Keohane, 1998).
 Membedakan kerjasama keamanan internasional dan rezim.
International
Security
Evolusi Pemikiran
Keamanan
Internasional
War + Power
RMA (Revolusi
Sistem
Persenjataan)
Strategi
Pertahanan
Indonesia
MK Kelompok
Kurikulum Inti
Kompetensi Utama
Teori Keamanan
Internasional I
Security
Rezim
Keamanan
Internasional
Keamanan Non
tradisional
MK Kurikulum Institusional
Kompetensi Pendukung
(Wajib Peminatan)
Peace
Kajian
Perdamaian
Internasional
Resolusi Konflik
Internasional
MK Kurikulum
Institusional /
Kompetensi Lainnya
 Ancaman yang berkarakter transnasional hampir tidak
mungkin, atau akan terlalu mahal, bila dihadapi secara
unilateral saja.
 pentingnya kerjasama keamanan dalam menghadapi
ancaman tidak menyingkirkan pentingnya kebijakan
unilateral berupa pembangunan kapasitas mandiri untuk
menghadapi ancaman. Pada faktanya kerjasama antar
negara tidak akan terjadi bila ada ketimpangan kapabilitas.
 Kedua, institusi kerjasama keamanan tidak mengambil
bentuk yang tunggal, tetapi bisa mengambil setidaknya tiga
bentuk: bi, multi, atau global. Perdebatan antar bentukbentuk ini lah yang biasanya mewarnai wacana rezim
keamanan internasional.
 Pada kondisi apa kerjasama lebih bermanfaat dari pada
rezim?
The diversity and complexity of the new
security threats outruns the capacities of
states to respond unilaterally. Issues of
efficiency and effectiveness compel states to
cooperate with a variety of NGO and
international actors, as well as to draw upon
their resources and expertise, in responding to
the ‘emergence’ of these threats. (Kirchner,
2007: 9)
 Negara dapat memenuhi kepentingan nasional nya
melalui sebuah rezim internasional:
 Rezim perdagangan  akses ke perdagangan internasional
 Rezim keamanan  penangkalan bersama ancaman
keamanan internasional
 negara harus menyerahkan sebagian dari
kedaulatannya, tetapi kedaulatan nasional bisa
diperkuat dengan rezim internasional.
 Syarat apa yang harus dipenuhi suatu negara untuk
bergabung dengan suatu rezim kerjasama dan
keuntungan apa yang dapat diperolhnya?
 kemiripan persepsi tentang ancaman keamanan
nasional  ada persepsi yang serupa tentang kondisikondisi eksternal yang ada di luar perbatasan yang bisa
mempengaruhi pencapaian tujuan-tujuan nasional.
 Kemiripan agenda keamanan (inter)nasional = identitas
kolektif.
 Tidak hanya kemiripan yang diperlukan, tetapi juga
prioritas, yang sesungguhnya mencerminkan
komitmen politik dari masing-masing negara.
 Apakah suatu rezim keamanan telah memiliki
karakteristik sebagai komunitas keamanan?
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
ASEAN,
ARF,
East Asia Summit,
Council on Security Cooperation in Asia Pacific
Conference on Interaction and Confidence-building in Asia,
Shangri-La Dialogue
Shanghai Cooperation Organization
South Asian Association for Regional Cooperation,
Pacific Islands Forum
Organization for Security Cooperation in Europe
North Atlantic Treaty Organization
European Union
Western African Union
United Nations Security Council
8
 Deutsch: Komunitas keamanan terbentuk melalui:
 kebercocokan (compatibility) pada nilai-nilai utama,
 ekspektasi dari keuntungan bersama yang bisa datang
sebelum terjadi pemaksaan beban amalgamasi;
 peningkatan kapabilitas administratif dan politik dari
negara-negara anggota;
 komunikasi yang tidak terputus antar wilayah
geografis maupun antar strata sosial;
 perluasan elit politik;
 peningkatan mobilitas individual;
 dan peningkatan berlipat dari komunikasi dan
transaksi.
 Keohane (1998): ada tiga dimensi pengukuran
institusionalisasi, yaitu commonality, specificity, dan
differentiation.
 Commonality mengacu pada tingkat pengakuan akan
ekspektasi perilaku yang diharapkan (norma)
 Specificity mengacu kepada keberadaan aturan yang
spesifik dan sustainable, untuk mengatur praktik para
pejabat, kewajiban negara, dan prosedur yang diakui untuk
merubah kebijakan kolektif. Aturan yang lebih detil dan
menuntut menandakan spesifisitas.
 Diferensiasi fungsi mengacu pada adanya pembagian tugas
dari rezim kepada anggota. Ini yang membedakan rezim
keamanan dengan sistem internasional yang anarkis.
 Perbedaan format institusi dipengaruhi beberapa faktor. Tiga yang
paling berpengaruh adalah sejarah hubungan luar negeri negaranegara anggota, lingkungan strategis regional (khususnya berkaitan
dengan peran negara-negara besar di luar region), dan kesiapan
institusional masing-masing negara.
 Sejarah hubungan luar negeri masing-massing anggota yang
diwarnai dengan hubungan imperialistik, sejarah hubungan antar
negara anggota yang diwarnai peperangan dan upaya
pembentukan rezim, sejarah hubungan luar negri yang dikelilingi
negara-negara besar.
 Lingkungan strategis regional: dikelilingi negara-negara konflik, ,
dikelilingi negara-negara besar, rekonsiliasi regional belum selesai.
 Kesiapan institusional: apakah negara-negara anggota sudah on
equal terms dalam hal kesiapan lembaga-lembaga negara dalam
penanganan masalah-masalah nasional.
 Rezim harus menjadi wujud kelembagaan (embodiment)
dari kepentingan kolektif negara-negara anggota. Dengan
kata lain, kepentingan kolektif dipandang sebagai
kepentingan nasional.
 Sesuai dengan definisinya, rezim harus memiliki
seperangkat instrumen institusional yang bisa
mengimplementasikan komitmen politik.
 Rezim keamanan dapat menjadi efektif bila setiap anggota
bisa melakukan yang terbaik untuk mengkontribusikan
suatu fungsi untuk kepentingan kolektif.
 Apakah tingkat institusi formal lebih baik dari pada
mekanisme informal?
konsepsi kepentingan bersama
kolaborasi
Pemaksaan
kekuatan dominan
aturan tentang bagaimana kerjasama
dilakukan untuk kepentingan bersama
Rezim keamanan
internasional adalah
perantara yang
menghubungkan balance
of power dan pencapaian
kepentingan nasional
 perubahan-perubahan
perilaku internasional apa
yang bisa dinisiasikan atau
difasilitasi oleh rezim?
 Contoh: perilaku Cina di
laut cina selatan dan peran
ASEAN.
 Common, Comprehensive, and Cooperative Security;
Concert; Collective Security; Security Regime; Collective
Defense
 Mengapa suatu rezim keamanan mengambil suatu bentuk
dan bukan bentuk yang lain? Apakah bentuk-bentuk rezim
menunjukkan progress atau setara satu sama lain?
 Bentuk rezim keamanan yang ideal tidak bergantung pada
pendekatan nya (security with v security against), tetapi
pada kemampuannya mengatasi masalah-masalah
regional.
 Kecenderungan yang terjadi adalah bentuk rezim akan
mengikuti pola kepercayaan antar anggota dan kapabiltias
nasional.
 Peran Intramural: hegemonik (penguasaan
sumber daya).
 Peran extra-mural: strategic balancing, national
interests.
 Mengapa rezim keamanan internasional dapat
bertahan tanpa peran hegemonik salah satu
anggota?
 Apa pengaruh intervensi negara-negara besar
extra-regional bagi keberlansungan rezim
keamanan internasional?
 Studi kasus yang penting untuk memahami bagaimana suatu rezim
keamanan berusaha untuk tetap relevan dengan perubahan
lingkungan strategis.
 Penelaahan terhadap NATO menunjukkan adanya perubahan dari
format rezim, yaitu dari rezim yang menekakan fungsi collective
defense menjadi sebagian collective security, dengan kata lain dari
threat management menjadi risk management (Wallander &
Keohane, 1999).
 Kondisi-kondisi apa yang memungkinkan terjadinya transformasi
rezim keamanan?
 Tingkat institusionalisasi
 Ragam kompleksitas ancaman yang dihadapi: exclusivity v inclusivity
 Apa peranan berbagai instrumen kebijakan
keamanan regional dalam EU : CFSP, WEU,
European Security and Defence Policy?
 Mengapa EU mementingkan fungsi crisis
management, peacekeeping, dan misi
kemanusiaan? (petersberg tasks)?
 Mengapa EU berusaha meningkatkan
kontribusinya kepada NATO?
 Upaya-upaya apa yang dilakukan Uni Eropa untuk
meningkatkan kapabilitas pertahanan kolektif?
 Asia timur terdiri dari Cina, Jepang, Korea, Taiwan.
Meski terdiri dari negara-negara maju, tetapi
sesungguhnya Asia Timur praktis tidak memiliki rezim
keamanan selain East Asia Caucus, yaitu ASEAN+3.
 ASEAN memiliki peranan sebagai driving force di asia
timur, tetapi faktor-faktor intramural masih membatasi
“driving force” pada level simbolik.
 Amerika Serikat memiliki kepentingan permanen di
Asia Timur dan cenderung membentuk kaukus nya
sendiri.
 Mengapa tidak ada rezim keamanan yang tunggal di
Asia Timur? Apa konsekuensinya di masa depan?
 Apa yang harus dilakukan ASEAN terhadap prinsip
kedaulatan dan konsesus di masa yang akan datang?
 Apakah ASEAN masih bisa disebut sebagai rezim
keamanan? Atau “multilateralisme institusional”?
 Asia Tenggara merupakan region tanpa negara besar
(great power), mengapa bisa menghasilkan sebagian
besar institusi keamanan regional di Asia?
 Apakah ASEAN Way dapat dikatakan mendikte cara
negara ekstra-regional bekerjasama dengan negara
Asia Tenggara?
 Apa pengaruh interaksi kekuatan struktural AS dengan aktor-aktor
regional terhadap pemaknaan dan bentuk keamanan regional?
 Prioritisasi dari pihak AS untuk mencapai kepentingan geo-strategis
di Asia Tenggara.
 AS mementingkan kerjasama keamanan bilateral ketimbang
multilateral.
 Amerika Serikat memandang pengaturan keamanan multilateral
yang murni dikonsepsikan Asia Tenggara secara strategis lebih tidak
penting daripada pengaturan yang diajukan aktor-aktor ekstraregional
 AS memandang bahwa norma regional yang dibangun ASEAN,
seperti Treaty of Amity and Cooperation, akan membatasi ruang
manuver stratejik.
 AS masih menerapkan pendekatan realis di Asia Tenggara.
 Kemandirian, persatuan nasional, dan kesejahteraan adalah tiga
prinsip yang menyatukan Indonesia, dan dengan prinsip ini pula
Indonesia mendekati kerjasama regional di bidang keamanan.
Perubahan apa yang terjadi dalam cara Indonesia menyikapi
negara-negara lain tidak menunjukkan prinsip kemandirian
regional?
 Apa pengaruh demokratisasi bagi kebijakan keamanan
internasional Indonesia di Asia Tenggara? Apakah konflik atau friksi
dengan negara tetangga semakin banyak ?
 Apa yang menyebabkan keengganan Indonesia menjalin atau
bahkan menerima keberadaan collective defence di Asia Tenggara?
 Faktor-faktor yang menentukan antara lain kepercayaan antar
anggota, intensitas komitmen politik untuk memprioritas regional
solution for regional problems, dan kemapanan kedaulatan
nasional.
Keamanan maritim adalah kebutuhan negaranegara pantai di Asia tenggara. Namun
kerjasama yang bisa mengatur hak dan
kewajiban para anggota sangat sulit
dilakukan.
Apakah pendekatan koordinatif memang lebih
baik dari pada multilateralism? Apa
perbedaan keduanya?
Terorisme telah lama menjadi isu domestik
negara-negara anggota ASEAN, apakah
“regionalisasi” isu terorisme mengikuti
agenda keamanan internasional (Amerika
Serikat)?
Apakah isu kontra-terorisme telah
meningkatkan level interaksi kerjasama
keamanan di Asia Tenggara?
 PBB adalah bentuk kerjasama keamanan kolektif,
dalam format ini kemampuan untuk melakukan
ancaman atau tindakan (kekerasan) terhadap anggota
yang melanggar menjadi krusial.
 Kondisi-kondisi apa yang membuat tindakan kekerasan
terhadap anggota dikatakan berlegitimasi dan sesuai
hukum?
 DK PBB memiliki wewenang untuk menentukan
legalitas suatu tindakan terhadap negara anggota,
tetapi legitimasi tindakan tersebut harus terlebih dulu
ada. Apa yang harus diprioritaskan, legitimasi atau
keabsahan? Apa konsekuensinya?
Last resort
Proper
purpose
Serious
threat
Non-military measures have
proved inadequate. But for
how long should we wait
while the threat is growing?
Indication of threat in the
future without specific
state victim
Sanctions will not work in
the face failed regime or
inadequate technical
capacity.
Terrorist seeks to acquire
WMD
Proportional
means
Balance of
Consequences
Not for certain national
interest
Use of force should be
minimum necessary to
eliminate threat.
High likeliness of
success, action is
better than inaction.
Other individual
motives cannot be
ruled out but overall
purpose should be
proper.
Maybe followed by
forced regime change
if the regime continues
supporting terrorists.
Asymmetric warfare:
action maybe harmful
for innocent people.
 Unilateral action can only authorized in the face
of self-defence, thus after terrorist attack
occured (Article 51). Articel 2.4 prohibits use of
force by states.
 Can preventive military action be legitimate on
moral and political grounds.
 Doctrine of humanitarian intervention maybe
subject to abuse, doctrine of unilateral
preventive action invites abuse. Preventive
action’s necessity is speculative and subjective.
Five criteria of legimate use of force;
Security council is blocked;
Alternative forum of legitimacy is preferrable;
Broadest possible coalition of governments to
avoid allegations of abuse by national
interests.
Download