rancangan - Hukumonline

advertisement
www.hukumonline.com
RANCANGAN
PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR ..... TAHUN ....
TENTANG
KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN
Menimbang:
bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 28 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2002
tentang Ketenagalistrikan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Keselamatan
Ketenagalistrikan.
Mengingat:
1.
Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan
Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945;
2.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3699);
3.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3821);
4.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Lembaga Pengembangan Jasa
Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54 Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3837);
5.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3839);
6.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2002 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor
4226);
7.
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Daerah sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3950);
8.
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090);
9.
Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 199, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4020);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESELAMATAN
KETENAGALISTRIKAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1.
Ketenagalistrikan adalah segala sesuatu yang menyangkut penyediaan dan pemanfaatan
tenaga listrik serta usaha penunjang tenaga listrik.
2.
Instalasi tenaga listrik selanjutnya disebut instalasi adalah bangunan-bangunan sipil dan
elektromekanik, mesin-mesin, peralatan, saluran-saluran dan perlengkapannya yang
digunakan untuk pembangkitan, konversi, transmisi, distribusi dan pemanfaat tenaga
listrik.
3.
Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang ketenagalistrikan.
4.
Pemerintah adalah Pemerintah Pusat yang terdiri dari Presiden beserta Para Menteri
yang merupakan perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5.
Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat Daerah Otonom yang lain
sebagai Badan Eksekutif Daerah (Propinsi, Kabupaten dan Kota).
6.
Tenaga Listrik adalah suatu bentuk energi sekunder yang dibangkitkan, ditransmisikan,
dan didistribusikan untuk segala macam keperluan, tidak termasuk listrik yang dipakai
untuk komunikasi, elektronika dan isyarat.
7.
Keselamatan ketenagalistrikan adalah segala upaya atau langkah-langkah pengamanan
instalasi tenaga listrik, peralatan dan pemanfaat tenaga listrik untuk mewujudkan kondisi
andal bagi instalasi dan kondisi aman bagi manusia, baik pekerja maupun masyarakat
umum, serta kondisi akrab lingkungan dalam arti tidak merusak lingkungan hidup
disekitar instalasi tenaga listrik.
8.
Akreditasi adalah rangkaian kegiatan pengakuan formal yang menyatakan bahwa suatu
lembaga/institusi telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan sertifikasi
tertentu.
9.
Sertifikasi adalah rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap barang, jasa, proses,
sistem atau tenaga teknik.
10. Sertifikat adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh lembaga/institusi yang telah
diakreditasi untuk menyatakan bahwa barang, jasa, proses, sistem atau tenaga teknik
telah memenuhi standar yang dipersyaratkan.
11. Institusi Akreditasi adalah institusi yang berwenang berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku untuk memberikan akreditasi kepada lembaga/institusi/
perusahaan/asosiasi sebagai lembaga sertifikasi dalam bidang kegiatan tertentu.
12. Lembaga Sertifikasi adalah institusi/perusahaan/asosiasi yang telah diakreditasi oleh
Institusi Akreditasi untuk memberikan sertifikasi atas barang, jasa, proses, sistem atau
tenaga teknik dalam bidang kegiatan tertentu.
13. Saluran transmisi adalah saluran tenaga listrik dengan tegangan tinggi atau ekstra tinggi
untuk menyalurkan tenaga listrik.
14. Saluran distribusi adalah saluran tenaga listrik dengan tegangan menengah atau
tegangan rendah untuk menyalurkan tenaga listrik.
15. Saluran udara adalah saluran transmisi atau distribusi dengan kabel atau konduktor
telanjang termasuk penunjangnya yang berada di atas permukaan tanah dan di udara
terbuka.
16. Saluran bawah tanah adalah saluran kabel transmisi atau distribusi termasuk
penunjangnya yang dipasang di dalam tanah.
17. Saluran bawah air adalah saluran kabel transmisi atau distribusi termasuk penunjangnya
yang berada di bawah permukaan (dasar) sungai atau laut.
18. Tegangan ekstra tinggi, tegangan tinggi, tegangan menengah dan tegangan rendah
adalah tingkat tegangan listrik sebagaimana ditetapkan dalam Standar Nasional
Indonesia.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Sistem Tenaga Listrik adalah rangkaian instalasi tenaga listrik dari pembangkitan,
transmisi, dan distribusi yang dioperasikan secara serentak dalam rangka penyedian
tenaga listrik.
Peralatan Tenaga Listrik adalah semua alat dan sarana listrik yang dipergunakan untuk
pembangkitan, konversi, transmisi, dan distribusi tenaga listrik.
Pemeriksaan adalah segala kegiatan untuk mengadakan penilaian terhadap suatu
instalasi dengan cara mencocokan terhadap persyaratan dan spesifikasi teknis yang
ditentukan.
Tenaga Teknik Ketenagalistrikan adalah seseorang yang berpendidikan di bidang teknik
dan atau memiliki pengalaman kerja di bidang ketenagalistrikan.
Tanda Keselamatan adalah suatu tanda tertentu yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
yang menyatakan bahwa suatu produk yang telah dibubuhi Tanda Keselamatan tersebut
diakui telah memenuhi persyaratan keselamatan.
Inspektur Ketenagalistrikan adalah pegawai negeri yang diberi tugas, tanggungjawab,
wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan
inspeksi ketenagalistrikan.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
Ruang lingkup ketentuan keselamatan ketenagalistrikan meliputi:
a.
kesesuaian standar;
b.
kelaikan instalasi tenaga listrik;
c.
pengamanan peralatan dan pemanfaat listrik;
d.
tenaga teknik;
e.
lindungan lingkungan;
f.
pelaksanaan inspeksi.
BAB III
INSTALASI TENAGA LISTRIK
Bagian Pertama
Konsultansi, Pembangunan dan Pemasangan, Pengujian, Pengoperasian dan
Pemeliharaan
(1)
(2)
Pasal 3
Rancangan instalasi harus dibuat sesuai persyaratan dan Standar Nasional Indonesia
bidang ketenagalistrikan.
Rancangan instalasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dibuat oleh pelaku
usaha di bidang konsultansi perancangan instalasi yang telah memiliki Sertifikat.
Pasal 4
Pembangunan dan pemasangan instalasi dilakukan oleh pelaku usaha di bidang pembangunan
dan pemasangan instalasi yang telah memiliki Sertifikat.
(1)
Pasal 5
Instalasi hanya dapat dioperasikan setelah mendapatkan sertifikat laik operasi.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
Untuk mendapatkan sertifikat laik operasi, setiap instalasi harus melalui pengujian yang
dilakukan oleh Lembaga pengujian instalasi tenaga listrik yang terakreditasi dan memiliki
izin usaha.
Pedoman pemeriksaan, dan pengujian instalasi diatur lebih lanjut oleh Menteri.
Pasal 6
Instalasi harus dioperasikan dan dipelihara sesuai dengan persyaratan Keselamatan
Ketenagalistrikan.
Pengoperasian dapat dilakukan oleh pelaku usaha di bidang pengoperasian yang telah
memiliki Sertifikat.
Pemeliharaan dapat dilakukan oleh pelaku usaha di bidang pemeliharaan yang telah
memiliki Sertifikat.
Bagian Kedua
Pengamanan Instalasi
(1)
(2)
Pasal 7
Instalasi harus dilengkapi dengan peralatan dan tanda pengaman sesuai dengan
persyaratan dan standar yang berlaku.
Instalasi yang berpotensi menimbulkan bahaya harus dilengkapi dengan tanda bahaya.
Pasal 8
Pembangkit, saluran udara, saluran bawah tanah dan saluran bawah air harus memperhatikan
keselamatan, keamanan dan tata ruang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
BAB IV
PERALATAN DAN PEMANFAAT TENAGA LISTRIK
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
Pasal 9
Peralatan tenaga listrik yang akan dipasang pada instalasi harus dibubuhi tanda SNI atau
memenuhi SNI.
Untuk mendapatkan Tanda SNI sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dilakukan
pengujian oleh Lembaga Sertifikasi.
Pasal 10
Pemanfaat tenaga listrik yang diperjualbelikan, harus memiliki Tanda Keselamatan.
Untuk mendapatkan Tanda Keselamatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus
dilakukan pengujian oleh Lembaga Uji.
Ketentuan pemberian Tanda Keselamatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan oleh Menteri.
BAB V
TENAGA TEKNIK BIDANG KETENAGALISTRIKAN
(1)
Pasal 11
Tenaga teknik ketenagalistrikan untuk usaha penyediaan dan usaha penunjang wajib
memiliki sertifikat kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan.
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
(2)
(3)
Sertifikasi kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dari Lembaga
Sertifikasi yang telah diakreditasi.
Standardisasi Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan diatur lebih lanjut oleh
Menteri.
BAB VI
LINDUNGAN LINGKUNGAN
(1)
(2)
Pasal 12
Setiap pengoperasian instalasi wajib memenuhi baku mutu lingkungan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Untuk memenuhi baku mutu lingkungan sebagaimana dimaksud ayat (1) pemilik instalasi
wajib melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
(1)
(2)
Pasal 13
Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap keselamatan ketenagalistrikan.
Menteri menetapkan pedoman untuk pelaksanaan pembinaan dan pengawasan
keselamatan ketenagalistrikan.
Pasal 14
Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dilaksanakan oleh Inspektur
Ketenagalistrikan.
Pasal 15
Dalam hal terjadi keadaan yang membahayakan keselamatan umum dan lingkungan
Pemerintah dan atau Pemda dapat memerintahkan tindakan penghentian operasi.
BAB VIII
SANKSI
Pasal 16
Pelaku di sektor ketenagalistrikan yang tidak mentaati ketentuan dalam Peraturan Pemerintah
ini dapat dikenakan sanksi administrasi dan/atau pidana sesuai ketentuan yang berlaku.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 17
Pada saat ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini, semua ketentuan pelaksanaan yang
berhubungan dengan Keselamatan Ketenagalistrikan meliputi kesesuaian standar, kelaikan
instalasi tenaga listrik, pengamanan peralatan dan pemanfaat tenaga listrik, tenaga teknik,
lindungan lingkungan, dan pelaksanaan inspeksi ketenagalistrikan yang telah ditetapkan,
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru
berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 18
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal ...............
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal .........
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN......NOMOR........
www.hukumonline.com
Download