hasil penelitian dan - UPT Perpustakaan Universitas Ngudi Waluyo

advertisement
HUBUNGAN PERSEPSI IBU TENTANG KOLOSTRUM DENGAN PERILAKU
PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI DI DESA MLILIR
KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG
Mujianingsih 1), Ninik Christiani, S.SiT 2), Raharjo Apriyatmoko, SKM, M.Kes3)
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
Email : up2m@akbidngudiwaluyo
ABSTRAK
HUBUNGAN PERSEPSI IBU TENTANG KOLOSTRUM DENGAN PERILAKU
PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI
DI DESA MLILIR KECAMATAN
BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG. Kolostrum terdapat pada ASI dengan jumlah yang
tidak banyak tetapi kaya akan zat-zat yang bergizi dan sangat baik untuk dikonsumsi bayi. Tetapi
karena faktor kekurangtahuan atau kepercayaan yang salah banyak ibu yang baru melahirkan tidak
memberikan kolostrum pada bayinya. Beberapa pengertian dan persepsi yang salah mengenai
kolostrum, yang diperkirakan ASI yang kotor, sehingga tidak patut diberikan pada bayi.
Tujuan penelitian mengetahui hubungan persepsi ibu tentang kolostrum dengan perilaku pemberian
kolostrum pada bayi di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Desain penelitian
deskriptif analitik dengan pendekatan Cross sectional dan pengambilan data menggunakan data
primer. Populasi seluruh ibu nifas hari 1-4 di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten
Semarang. Sampel menggunakan teknik sampling Total Sampling dan didapatkan responden
sebanyak 24 responden.
Hasil penelitian persepsi tentang kolostrum lebih banyak positif sebanyak 14 responden (41,7%),
pemberian kolostrum lebih banyak yang memberikan sebanyak 13 responden (54,2%). Ada
hubungan antara persepsi ibu tentang kolostrum dengan perilaku pemberian kolostrum pada bayi di
Desa Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang p value0,000 <  (0,05).
Saran Ibu diharapkan memberikan kolostrum pada bayinya supaya bayi tidak mudah
terserang berbagai penyakit serta menjadikan bayi sehat dan cerdas
Kata Kunci : Persepsi ibu, Kolostrum, Perilaku Pemberian Kolostrum
1
Hubungan Persepsi Ibu tentang Kolostrum dengan Perilaku Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Desa Mlilir
Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang
ABSTRACT
RELATIONSHIP OF MOTHER’S PERCEPTION OF COLOSTRUM AND THE
BEHAVIOR OF GIVING COLOSTRUM TO THE BABY IN THE VILLAGE OF MLILIR,
BANDUNGAN DISTRICT, SEMARANG REGENCY. Colostrum is found in breast milk in
little amount but it is rich of very nutritionssubtances that is very good to babies. However, because
of false understanding and the wrong belief many new mothers do not give colostrum to their
infansts. There are some false understanding and perseptions about colostrum, which is expected to
gross milk, so it should not be given to infants.
This study aimed to find out the relationship of mother’s perception of colostrum and the behavior
of giving colostrum to the baby in the village of Mlilir, Bandungan District, Semarang regency.
This study used analytic descriptive study design with cross sectional approach and retrieval of data
used primary, data. The entire population 1-3 day postpartum mothers in the village of Mlilir,
Bandungan District, Semarang regency. The sampling techniques used total sampling with
respondents obtained were 24 respondents.
The result of study found that most of perseption of colostrum was positive that were 14
respondents ( 41.7% ), Most of respondents gave that colostrum were 13 respondents ( 54.2% ).
There was a relationship between the baby in the village of Mlilir, Bandungan District, Semarang
regency with p value 0.000 < (0,05).
Mothers are expected to give their colostrum to baby and have positive perceptions about
colostrum, so the babies are not easy to various diseases and make them healthy and smart.
Keywords : Perseption of mother, Colostrum, Colostrum Giving Behavior
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menyusui segera setelah bayi baru lahir
sangat berperan dalam menurunkan angka
kematian bayi. Maka tema perayaan pekan
ASI dunia (World Breastfeeding Week) tahun
2012, “menyusui pada satu jam pertama
menyelamatkan satu juta nyawa bayi".
Faktanya dalam 1 tahun 4 juta bayi berusia 28
hari meninggal. Jika semua bayi di dunia
segera setelah lahir diberi kesempatan
mendapatkan ASI (kolostrum) maka 1 juta
nyawa bayi ini dapat diselamatkan (Roesli,
2008 : h.8), sangat disayangkan bahwa
komitmen tersebut belum dimanfaatkan para
ibu secara maksimal. Rekomendasi World
Health Organization (WHO) melalui
"sepuluh
langkah
untuk
keberhasilan
menyusui" dan isinya telah direvisi oleh
Depkes tahun 2012, yang salah satunya
menganjurkan agar petugas kesehatan
membantu ibu-ibu menyusui sesegera
2
mungkin setelah melahirkan di ruang bersalin.
Pemberian ASI secara penuh sangat
dianjurkan oleh para ahli gizi diseluruh dunia.
Tidak
satupun
susu
formula
dapat
menggantikan perlindungan kekebalan tubuh
seorang bayi, seperti yang diperoleh dari
kolostrum, yaitu ASI yang dihasilkan selama
beberapa hari pertama setelah kelahiran. Air
Susu Ibu adalah makanan yang paling penting
terutama
pada
bulan-bulan
pertama
kehidupan. Komposisi zat-zat gizi di dalam
ASI secara optimal mampu menjamin
pertumbuhan bayi. Komposisi gizi ASI yang
paling baik adalah pada tiga hari pertama
setelah lahir yang dinamakan kolostrum
(Widjaja,2004 : h.58).
Kolostrum adalah cairan pertama yang
disekresi
oleh
kelenjar
payudara
(Soetjiningsih, 2005 ; h.91). Kandungan
tertinggi dalam kolostrum adalah antibody
yang siap melindungi bayi ketika kondisi bayi
masih sangat lemah. Kandungan protein
dalam kolostrum lebih tinggi dibandingkan
dengan kandungan protein dalam susu matur.
Hubungan Persepsi Ibu tentang Kolostrum dengan Perilaku Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Desa Mlilir
Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang
Pemberian kolostrum secara awal pada bayi
dan pemberian ASI secara terus menerus
merupakan perlindungan yang terbaik pada
bayi karena bayi dapat terhindar dari penyakit
dan memiliki zat anti kekebalan 10-17 kali
daripada susu matang/matur (Soetjiningsih,
2005 : 92).
Kolostrum terdapat pada ASI dengan
jumlah yang tidak banyak tetapi kaya akan
zat-zat yang bergizi dan sangat baik untuk
dikonsumsi bayi. Tetapi karena faktor
kekurangtahuan atau kepercayaan yang salah
banyak ibu yang baru melahirkan tidak
memberikan kolostrum pada bayinya. Mereka
berpendapat dan percaya bahwa kolostrum
akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan
anak. Persepsi yang berkembang dikalangan
masyarakat
masih
banyak
adanya
kepercayaan bahwa ASI pertama (yang
berwarna kekuningan) tidak baik bagi bayi,
ASI harus dibuang dulu sebelum disusukan.
Alasannya, ASI yang keluar adalah ASI lama
(basi) (Puji, 2011). Persepsi yang salah
terhadap kolostrum yang berkembang di
dalam masyarakat dikarenakan kurangnya
informasi dan pengetahuan serta kepercayaan
yang salah
tentang kolostrum. Terdapat
beberapa pengertian dan persepsi yang salah
mengenai kolostrum, yang diperkirakan ASI
yang kotor, sehingga tidak patut diberikan
pada bayi. Ternyata kolostrum sebagai
pembuka jalan agar bayi dapat menerima ASI
penuh. Kolostrum banyak mengandung
antibodi dan anti-infeksi serta dapat
menumbuh kembangkan flora dalam usus
bayi, untuk siap menerima ASI (Manuaba,
2010 : h.182).
Persepsi yang salah menjadikan sebagian
besar masyarakat mempunyai perilaku yang
salah khususnya dalam hal pemberian
kolostrum pada bayi yang baru dilahirkannya.
Menurut Sunaryo (2004 : h.52), menyatakan
bahwa persepsi merupakan proses akhir dari
pengamatan yang diawali oleh penginderaan,
melalui persepsi individu menyadari dan
dapat mengerti tentang keadaan lingkungan
yang ada disekitarnya maupun tentang hal-hal
yang ada dalam diri individu yang
bersangkutan. Persepsi meliputi penerimaan
stimulus,
menterjemahkannya
dan
mengorganisasikanya
sehingga
mempengaruhi perilaku (Robins, 2004). Data
3
Riskesdas (2010 : h.21) dikumpulkan data
tentang perlakuan ibu bayi terhadap
kolostrum, yang dikategorikan menjadi tiga,
yaitu : 1) diberikan semua kepada bayi, 2)
dibuang
sebagian kemudian
diberikan
kepada bayi, dan 3) dibuang semua.
Persentase perilaku ibu terhadap kolostrum
dari data provinsi di nIndonesia menunjukkan
provinsi yang
persentase pemberian
kolostrum kepada bayi adalah 74,7%,
tertinggi di DI Yogyakarta 91,4% dan
terendah di Sulawesi Tengah 54,9%.
Persentase perilaku ibu yang membuang
semua kolostrum adalah 8,4%, tertinggi di
Gorontalo (32,4%) dan terendah di DI
Yogyakarta (3,2%) (Riskesdas, 2011 : h.21).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan
yang
dilakukan
Puskesmas
Jimbaran
Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang
didapatkan data sebanyak 91 persalinan pada
bulan Agustus- September 2012 yang terbagi
dalam 5 Desa yaitu Desa Pakopoen sebanyak
17 persalinan, Desa Sidomukti 21 persalinan,
Desa Jimbaran 18 persalinan, Desa Mlilir 26
persalinan dan Desa Jetis sebanyak 9
persalinan.
Berdasarkan
hasil
studi
pendahuluan tersebut diketahui bahwa jumlah
persalinan terbanyak pada bulan AgustusSeptember adalah di Desa Mlilir Kecamatan
Bandungan kabupaten Semarang.
Hasil wawancara terhadap 10 orang ibu
post partum di Desa Mlilir Kecamatan
Bandungan Kabupaten Semarang didapatkan
data bahwa terdapat 7 orang ibu tidak
memberikan kolostrum pada bayinya karena
adanya anggapan bahwa kolostrum tersebut
kotor dan tidak dibutuhkan bayinya. Hal ini
terjadi dikarenakan adanya persepsi dan
kepercayaan
dari
orang
tua
serta
lingkungannya bahwa ASI yang pertama
keluar hendaknya dibuang setelah bersih lalu
menyusui bayi, mereka beranggapan bahwa
kolostrum adalah basi dan tidak baik bagi
bayi, para orang tua ada yang memberikan
madu sebelum usia bayi 6 bulan mereka
beranggapan bahwa anak yang diberi madu
akan baik bagi kesehatannya. Informasi
persepsi yang benar tentang kolostrum
diberikan oleh bidan dengan memberikan
konseling pemberian kolostrum segera setelah
bayi lahir dengan inisiasi menyusu dini.
Hubungan Persepsi Ibu tentang Kolostrum dengan Perilaku Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Desa Mlilir
Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang
Berdasarkan uraian di atas, penulis
tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan
persepsi ibu tentang kolostrum dengan
perilaku pemberian kolostrum pada bayi di
Desa
Mlilir
Kecamatan
Bandungan
Kabupaten Semarang”.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan
metode deskriptif analitik dengan pendekatan
penelitian menggunakan cara cross sectional.
Populasi seluruh ibu nifas hari pertama,
kedua, ketiga atau keempat di Desa Mlilir
Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang
sebanyak 24 ibu. Penelitian ini menggunakan
teknik
total
sampling.
Instrumen
menggunakan kuesioner. Analisis data
menggunakan uji chi square.
2. Perilaku pemberian kolostrum pada bayi di
Desa Mlilir Kecamatan Bandungan
Kabupaten Semarang
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi perilaku
pemberian kolostrum pada
bayi
di
Desa
Mlilir
Kecamatan
Bandungan
Kabupaten Semarang
Perilaku
Frekuensi Persentase (%)
Diberikan
13
54,2
Tidak
11
45,8
diberikan
Jumlah
24
100,0%
Tabel 4.2. menunjukkan bahwa
responden yang memberikan kolostrum
lebih banyak dari yang tidak memberikan
sejumlah 13 responden (54,2%).
Bivariat
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Univariat
Hasil penelitian dilakukan pada bulan Juli
2013 di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan
Kabupaten Semarang pada 24 responden
diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Persepsi ibu tentang kolostrum di Desa
Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten
Semarang
Tabel 4.1. Distribusi frekuensi persepsi
ibu tentang kolostrum di
Desa
Mlilir
Kecamatan
Bandungan
Kabupaten
Semarang
Persepsi Frekuensi
Persentase (%)
Positif
14
58,3
Negatif
10
41,7
Jumlah
24
100,0%
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa
persepsi responden tentang kolostrum lebih
banyak yang positif sejumlah 14 responden
(58,3%).
4
a. Hubungan persepsi ibu tentang kolostrum
dengan perilaku pemberian kolostrum pada
bayi di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan
Kabupaten Semarang
Tabel 4.3. Hubungan
persepsi
ibu
tentang kolostrum dengan
perilaku
pemberian
kolostrum pada bayi di Desa
Mlilir
Kecamatan
Bandungan
Kabupaten
Semarang
Persepsi
Positif
Negatif
Total
Pemberian kolostrum
Tidak
Diberikan
Total
diberikan
f
%
f
%
f
%
13 92,9 1
7,1
14 100.0
0
0
10 100,0 10 100,0
13 54,2 11 45,8
24 100,0
P
value
0,000
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa
responden yang berpersepsi positif
sebagian besar memberikan kolostrum
sebanyak 13 responden (92%) dan
responden yang berpersepsi negatif
sebanyak 10 responden (100,0%) tidak
memberikan kolostrum.
Berdasarkan uji chi square dapat
dilihat bahwa nilai p value 0,000 <
 (0,05) yang artinya Ha diterima ada
hubungan antara persepsi ibu tentang
kolostrum dengan perilaku pemberian
kolostrum pada bayi di Desa Mlilir
Hubungan Persepsi Ibu tentang Kolostrum dengan Perilaku Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Desa Mlilir
Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang
Kecamatan
Semarang.
Bandungan
Kabupaten
PEMBAHASAN
Univariat
a. Persepsi ibu tentang kolostrum di Desa
Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten
Semarang
Hasil penelitian didapatkan persepsi
responden tentang kolostrum lebih banyak
yang positif sejumlah 14 responden
(58,3%). Persepsi tentang kolostrum
berupa apa saja yang diketahui responden
tentang kolostrum. Adapun yang harus
diketahui oleh responden mengenai
persepsi terhadap pengertian kolostrum,
kandungan kolostrum, manfaat kolostrum.
Persepsi pada penelitian ini lebih banyak
yang positif disebabkan informasi yang
diperoleh responden tentang kolostrum
telah cukup banyak baik dari tenaga
kesehatan maupun sumber informasi lain
seperti majalah atau tv. Informasi dari
tenaga kesehatan sangat berguna dalam
membuat
persepsi
positif
tentang
kolostrum.
Persepsi merupakan proses akhir dari
pengamatan yang diawali oleh proses
pengindraan, yaitu proses diterimanya
stimulus oleh alat indra, lalu diteruskan ke
otak, dan baru kemudian individu
menyadari tentang
sesuatu yang
dipersepsikan (Sunaryo, 2004 ; h.93).
Persepsi dibentuk dari pengamatan ibu.
Pengamatan ibu terhadap anak yang
diberikan kolostrum dimana daya tahannya
meningkat menyebabkan persepsi positif
terhadap kolostrum.
Selain itu pengalaman ibu pada anak
sebelumnya dimana ibu
memberikan
kolostrum ataupun pengalaman orang di
sekitarnya
yang
mempersepsikan
kolostrum positif ikut mempengaruhi
persepsi ibu pada penelitian ini. Menurut
Rakhmat
(2004)
persepsi
adalah
pengalaman tentang objek, peristiwa atau
hubungan-hubungan
yang
diperoleh
dengan menyimpulkan informasi dan
melampirkan pesan.
5
Persepsi ibu timbul bila ada stimulus.
Stimulus
tentang
kolostrum
dapat
diperoleh dari indera yang menangkap
informasi tentang kolostrum. Syarat
timbulnya persepsi yakni, adanya objek,
adanya perhatian sebagai langkah pertama
untuk megadakan persepsi, adanya alat
indra sebagai reseptor penerima stimulus
yakni saraf sensoris sebagai alat untuk
meneruskan stimulus ke otak dan dari otak
dibawa melalui saraf motoris sebagai alat
untuk mengadakan respons (Sunaryo,
2004 ; 94).
Penelitian ini didukung penelitian dari
Tri Rahayuningsih,
(2005)
tentang
hubungan antara tingkat pengetahuan ibu
tentang
ASI
dengan
pemberian
kolostrum dan ASI Eksklusif di
Kelurahan
Purwoyoso
Kecamatan
Ngaliyan dimana hasilnya sebagian besar
pengetahuan responden baik (64%).
Pengetahuan dapat menjadi stimulus
persepsi seseorang sehingga dengan
pengetahuan baik persepsinya akan positif.
Persepsi pada penelitian ini tentang
kolostrum ada yang negative disebabkan
warna dari kolostrum yang kekuningan
dan hanya keluar sedikit membuat ibu
merasa tidak baik untuk bayi dan bukan
merupakan cairan susu. Menurut Baiqhaqi
(2005) persepsi dapat muncul secara
spontan
yaitu
ketika
seseorang
berhadapan dengan dunia yang penuh
dengan rangsangan. Persepsi merupakan
sifat paling asli yang merupakan titik tolak
perubahan. Dalam mempersepsikan tidak
selalu dipersepsikan secara keseluruhan,
mungkin cukup hanya diingat. Persepsi
tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi
atau bergantung pada konteks dan
pengalaman.
Selain itu persepsi ibu tentang
kolostrum juga dipengaruhi oleh faktor
dari dalam dan luar responden sendiri.
Menurut Walgito (2003 ; h.22)
mengemukakan persepsi dilatarbelakangi
pada faktor internal yaitu apa yang ada
dalam diri individu akan mempengaruhi
dalam individu mengadakan persepsi.
Inilah yang dinamakan faktor internal dan
faktor eksternal seperti lingkungan di
mana persepsi itu berlangsung. Stimulus
Hubungan Persepsi Ibu tentang Kolostrum dengan Perilaku Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Desa Mlilir
Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang
dan lingkungan sebagai faktor eksternal
dan individu sebagai faktor internal saling
berinteraksi dalam individu mengadakan
persepsi.
Bidan dalam penelitian ini diharapkan
meluruskan persepsi negatif dari ibu
mengenai
kolostrum
mengingat
pentingnya kolostrum bagi kekebalan
tubuh bayi dengan cara memberikan
penyuluhan dan konseling pada ibu
melahirkan.
b. Perilaku pemberian kolostrum pada bayi di
Desa Mlilir Kecamatan Bandungan
Kabupaten Semarang
Hasil penelitian didapatkan sebagian
besar responden memberikan kolostrum
sebanyak
13
responden
(54,2%).
Pemberian kolostrum yang dilakukan ibu
disebabkan mayoritas ibu bersalin di
tenaga kesehatan dimana tenaga kesehatan
memotivasi ibu untuk segera memberikan
kolostrum yang keluar kepada bayinya.
Selain
memotivasi
petugas
juga
mengarahkan responden untuk segera
memberikan kolostrum pada bayinya
sehingga mau tidak mau responden akan
memberikan kolostrumnya.
Kolostrum sendiri adalah, cairan
pelindung yang kaya akan zat anti infeksi
dan berprotein tinggi yang keluar dari hari
pertama sampai hari keempat setelah
melahirkan (Roesli, 2004 ; h.24).
Pemberian kolostrum yang di dasarkan
pada arahan petugas kesehatan merupakan
pemberian disebabkan pengaruh faktor
eksternal. Faktor eksternal merupakan
faktor yang memiliki peran yang sangat
besar dalam membentuk perilaku manusia
karena dipengaruhi oleh faktor sosial dan
budaya dimana seseorang itu berada
(Notoatmodjo, 2007 ; h.116).
Perilaku manusia pada hakekatnya
adalah suatu aktifitas dari manusia itu
sendiri, yang mempunyai bentangan yang
sangat luas mencakup berjalan, berbicara,
bereaksi, berpikir, persepsi dan emosi.
Perilaku juga dapat diartikan sebagai
aktifitas organisme, baik yang dapat
diamati secara langsung maupun tidak
langsun. Pemberian kolostrum yang
diberikan oleh ibu merupakan hasil dari
segala macam pengalaman serta interaksi
6
manusia dengan lingkungannya yang
terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap
dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku
memberikan kolostrum ini merupakan
respon/reaksi seorang individu terhadap
stimulus yang berasal dari luar maupun
dari dalam dirinya.
Perilaku dan gejala yang tampak pada
kegiatan organisme tersebut dipengaruhi
oleh faktor genetik dan hidup terutama
perilaku manusia. Faktor keturunan
merupakan konsep dasar atau modal untuk
perkembangan perilaku makhluk hidup itu
selanjutnya,
sedangkan
lingkungan
merupakan kondisi atau lahan untuk
perkembangan perilaku tersebut. Dengan
demikian kita juga dapat menyimpulkan
bahwa banyak perilaku yang melekat pada
diri manusia baik secara sadar maupun
tidak sadar. Salah satu perilaku yang
penting dan mendasar bagi manusia adalah
perilaku kesehatan.
Pada penelitian ini masih ada ibu yang
tidak memberikan kolostrum pada bayinya
disebabkan kurang pahamnya ibu tentang
manfaat kolostrum. Hasil ini didukung
penelitian
yang
dilakukan
Tri
Rahayuningsih (2005) tentang hubungan
antara tingkat pengetahuan ibu tentang
ASI dengan pemberian kolostrum dan
ASI Eksklusif di Kelurahan Purwoyoso
Kecamatan Ngaliyan didapatkan hasil
sebagian
besar
responden
tidak
memberikan kolostrum pada bayinya.
Tidak diberikannya kolostrum sangat
disayangkan
karena
kolostrum
mengandung zat kekebalan bagi bayi.
Kekebalan bayi akan bertambah
dengan adanya kandungan zat-zat dan
vitamin yang terdapat pada air susu ibu
tersebut, serta volume kolostrum yang
meningkat dan ditambah dengan adanya
isapan bayi baru lahir secara terus
menerus. Hal ini yang mengharuskan bayi
segera setelah lahir ditempelkan ke
payudara ibu, agar bayi dapat sesering
mungkin menyusu. Kandungan kolostrum
inilah yang tidak diketahui ibu sehingga
banyak ibu dimasa setelah persalinan
tidak memberikan kolostrum kepada bayi
baru lahir karena pengetahuan tentang
Hubungan Persepsi Ibu tentang Kolostrum dengan Perilaku Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Desa Mlilir
Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang
kandungan kolostrum itu tidak ada
(Purwanti, H, 2004 ; h. 30).
Alasan
ibu
tidak
memberikan
kolostrum kepada bayinya bermacammacam seperti kolostrum tidak bergizi,
bukan ASI dan harus dibuang. Selain itu
budaya di masyarakat yang membuang
kolostrum juga mempengaruhi ibu dalam
pemberian kolostrum. Fenomena bahwa
kolostrum bukan ASI dan harus dibuang
juga mempengaruhi responden tidak
memberikan kolostrumnya. Agar ibu
memberikan kolostrum pada bayinya ibu
perlu di jelaskan manfaat dan kandungan
kolostrum bagi bayi.
Bivariat
a. Hubungan persepsi ibu tentang kolostrum
dengan perilaku pemberian kolostrum
pada bayi di Desa Mlilir Kecamatan
Bandungan Kabupaten Semarang
Hasil penelitian ada hubungan antara
persepsi ibu tentang kolostrum dengan
perilaku pemberian kolostrum pada bayi
di Desa Mlilir Kecamatan Bandungan
Kabupaten Semarang dengan nilai p value
0,000 <  (0,05). Adanya hubungan juga
dapat dilihat dari responden yang
berpersepsi positif sebagian besar
memberikan kolostrum sebanyak 13
responden (92%) dan responden yang
berpersepsi
negatif
sebanyak
10
responden (100,0%) tidak memberikan
kolostrum.
Perilaku memberikan kolostrum
dilakukan
oleh
responden
yang
persepsinya positif. Perilaku merupakan
faktor yang mempengaruhi kesehatan baik
pada individu, kelompok maupun
masyarakat
(Bloom,
1974
dalam
Notoatmodjo, 2003 ; 115). Perilaku adalah
apa yang dikerjakan atau aktivitas
seseorang yang dapat diamati (Sobur,
2003). Perilaku manusia merupakan hasil
dari pengalaman, interaksi manusia
dengan lingkungannya yang terwujud
dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
tindakan. Perilaku seorang ibu juga
mempengaruhi
dalam
pemberian
kolostrum terhadap bayinya.
Menurut Suraatmaja (1989), faktor7
faktor yang mempengaruhi ibu dalam
pemberian kolostrum adalah : persepsi,
faktor sosial budaya, faktor psikologis,
faktor fisik ibu, faktor keterpaparan
terhadap iklan promosi susu kaleng.
Menurut Sobur (2003) untuk mendorong
seseorang berperilaku kesehatan seperti
memberikan kolostrum, maka dibutuhkan
upaya pemberian informasi tentang
kolostrum dan untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan, seseorang
memerlukan proses belajar.
Hasil penelitian didukung penelitian
Tri Rahayuningsih, (2005) yang hasilnya
Ada hubungan yang cukup kuat antara
pengetahuan ibu tentang ASI dengan
pemberian kolostrum, dengan P value
sebesar 13,014 dan nilai contingency
coefficient sebesar 0,538 (berada pada
rentang 0,40-0,59). Juga ada hubungan
yang cukup kuat antara pengetahuan ibu
tentang ASI dengan pemberian ASI
eksklusif, dengan P value sebesar 10,473
dan nilai contingency coefficient sebesar
0,497 (berada pada rentang 0,40-0,59).
Ini membuktikan adanya hubungan yang
bermakna antara pengetahuan ibu
tentang ASI dengan pemberian kolostrum
dan ASI eksklusif
Ibu yang memberikan kolostrum pada
anak sebelumnya, dengan persepsi positif
tentang kolostrum akan menunjang
pemberian kolostrum pada laktasi
berikutnya.
Sebaliknya
kegagalan
memberikan kolostrum dimasa lalu serta
mitos-mitos yang berlaku dimasyarakat
akan mempengaruhi perilaku seorang ibu
terhadap penyusuan sekarang. Dalam hal
ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam diri
si ibu secara sukarela dan penuh rasa
percaya diri dan mampu menyusui
bayinya begitu lahir. Persepsi tentang
kolostrum harus positif dilakukan dengan
pemberian nasehat, penyuluhan, bacaan.
Pandangan dan nilai yang berlaku
dimasyarakat akan membentuk perilaku
ibu yang positif terhadap masalah
pemberian kolostrum dan menyusui
(Roesli, 2000 ; h.24).
Pada penelitian ini fenomena yang
didapatkan di tempat penelitian persepsi
responden yang negatife membuat ibu
Hubungan Persepsi Ibu tentang Kolostrum dengan Perilaku Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Desa Mlilir
Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang
sama sekali tidak memberikan kolostrum
pada bayinya. Persepsi negatif seperti
warna kekuningan pada kolostrum
merupakan sumber penyakit dan cairan
kotor membuat responden jijik dan
membuang
kolostrum
tersebut.
Pendapat ini didukung penelitian dari
Ros Rahmawati (2010) yang hasilnya ibu
hamil trimester ketiga yang diberi
konseling ASI eksklusif secara intensif
23,92 lebih besar kemungkinan untuk
menyusui dini dan memberikan kolostrum
pada tiga hari pertama kelahiran
dibanding ibu hamil trimester ketiga yang
mendapat konseling ASI eksklusif tidak
secara intensif OR=23,92 (95% CI = 8,4367,83). Dari hasil analisis pada ibu
nullipara kemungkinan untuk tidak
menyusui dini dan memberikan kolostrum
pada tiga hari pertama kelahiran 0,22
lebih besar dibanding ibu multipara OR =
0,22 (95% Ci = 0, 06-0, 75)
Oleh karena itu ibu-ibu yang
persepsinya negatif diberi nasehat tentang
keuntungan, manfaat dan kandungan
kolostrum sehingga setelah bersalin
langsung memberikan kolostrum dan
tidak menunggu sampai berwarna putih
ataupun cairan berwarna kuning dibuang.
Ibu yang persepsinya positif diharapkan
pada anak selanjutnya tetap memberikan
kolostrum pada anak-anaknya.
PENUTUP
Semarang p value 0,000 <  (0,05).
Saran
1.
2.
3.
4.
Bagi Responden
Ibu diharapkan dapat memahami
kandungan yang ada dalam kolostrum
sehingga ibu bersedia memberikan
kolostrum pada bayinya supaya bayi
tidak mudah terserang berbagai penyakit
serta menjadikan bayi sehat dan cerdas.
Bagi Tenaga Kesehatan (Bidan)
Bidan segera memberikan informasi
tentang kolostrum sedini mungkin kepada
ibu
dan
menganjurkan
segera
memberikan kolostrum pada bayinya
Bagi Institusi Pendidikan
Institusi supaya menambah referensi
di perpustakaan tentang kolostrum
sehingga dapat dimanfaatkan bagi
penelitian selanjutnya.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti
selanjutnya
sebaiknya
meneliti tentang hubungan peran bidan
dengan pemberian kolostrum pada bayi
baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA
Almatzier, S. (2005). Prinsip Dasar Ilmu
Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian:
suatu pendekatan praktek (Edisi
kelima). Jakarta: Rineka Cipta.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian di Desa Mlilir
Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang
pada 24 responden diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Sebagian besar persepsi responden
tentang kolostrum positif sebanyak 14
responden (41,7%).
2. Sebagian besar responden memberikan
kolostrum sebanyak 13 responden
(54,2%).
3. Ada hubungan antara persepsi ibu
tentang kolostrum dengan perilaku
pemberian kolostrum pada bayi di Desa
Mlilir Kecamatan Bandungan Kabupaten
8
Arisman. (2004). Gizi dalam daur kehidupan.
Jakarta: EGC.
Azwar, S. (2005). Sikap Manusia, Teori dan
Pengukurannya.
Yogyakarta
:
Pustaka Pelajar
Chumbley, J. (2004). Menyusui: Panduan
para ibu untuk menyusui dan
mengenalkan bayi pada susu botol,
Jakarta: Erlagga
Depkes RI, (2004). Pelaksanaan Stimulasi,
Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak. Depkes: Jakarta
Hubungan Persepsi Ibu tentang Kolostrum dengan Perilaku Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Desa Mlilir
Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang
Depkes RI, (2004). Peraturan pemerintah
republik indonesia no 33 tahun 2012
tentang pemberian ASI eksklusif.
Depkes: Jakarta
Krisnatuti, W. (2000). Pemeliharaan Gizi
bayi dan balita. Jakarta : PT.
Bhatara Niaga Media
Kristiyansari, W. (2009). ASI, Menyusui dan
Sadari, Yogyakarta: Nuha Medika
Muchtadi, D. (2002). Gizi untuk bayi. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Roesli, U. (2008). Inisiasi menyusui dini.
Jakarta: Pustaka Bunda
Ros Rahmawati (2010) Pengaruh konseling
ASI eksklusif pada ibu hamil
trimester ketiga terhadap penyusuan
dini dan pemberian kolostrum.
Jurnal Kesehatan ; 2010
Santosa, A. (2004). Seni Menyusui Bayi:
Bagaimanakah teknik menyusui
paling baik bagi bayi, Jakarta:
Progres
Siregar
Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Notoatmodjo,
S.
(2010).
Metodologi
penelitian kesehatan (Edisi Revisi).
Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan
dan ilmu perilaku Jakarta: Rineka
Cipta.
Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan
metodologi
penelitian
ilmu
keperawatan: pedoman skripsi, tesis
dan instrumen penelitian (edisi
pertama). Jakarta: Salemba medika.
Pudjiadji, S. (2005). Ilmu gizi klinis pada
anak. Jakarta: FKUI.
Riskesdas (2010). Laporan riset kesehatan
dasar 2010. Badan Penelitian Dan
Pengembangan
Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Riskesdas (2011). Laporan riset kesehatan
dasar 2011. Badan Penelitian Dan
Pengembangan
Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Robin, S. (2008). Perilaku organisasi. Jakarta
: salemba empat.
(2004).
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi penberian ASI oleh
ibu
melahirkan
.
From:
http://www.nakita.com.
Sri purwanti, H. (2004). Konsep Penerapan
ASI Eksklusif: Buku saku untuk
bidan, Jakarta: EGC
Sobur, A (2009). Psikologi Umum. CV
Pustaka Setia : Bandung.
Soetjiningsih. (2005). ASI : Petunjuk untuk
Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC.
Sunaryo.
(2004).
Psikologi
Keperawatan. Jakarta : EGC
Untuk
Sugiyono. (2008). Statistika untuk penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Tri Rahayuningsih,
(2005)
Hubungan
antara tingkat pengetahuan ibu
tentang ASI dengan pemberian
kolostrum dan ASI Eksklusif di
Kelurahan Purwoyoso Kecamatan
Ngaliyan. KTI. Stikes Karya Husada
Semarang
Walgito,
B .(2005). Psikologi
Yogyakarta:Andi
Umum.
Widjadja. (2005). Gizi tepat untuk
perkembangan otak dan kesehatan
balita. Jakarta: Kawan Pustaka.
Roesli, U. (2002). Mengenal ASI eksklusif.
Jakarta: Trubus Agriwidya.
9
Hubungan Persepsi Ibu tentang Kolostrum dengan Perilaku Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Desa Mlilir
Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang
HUBUNGAN PERSEPSI IBU TENTANG KOLOSTRUM DENGAN PERILAKU
PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI DI DESA MLILIR
KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG
ARTIKEL PENELITIAN
OLEH
MUJIANINGSIH
NIM : 0101282
AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2013
10
Hubungan Persepsi Ibu tentang Kolostrum dengan Perilaku Pemberian Kolostrum Pada Bayi di Desa Mlilir
Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang
Download