faktor-faktor yang berhubungan dengan terkendalinya kadar gula

advertisement
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
TERKENDALINYA KADAR GULA DARAH
PADA PASIEN DIABETES MELITUS
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT(RSUP) FATMAWATI
JAKARTA
TAHUN 2009
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH:
QURRATUAENI
105104003477
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430H/2009M
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
TERKENDALINYA KADAR GULA DARAH
PADA PASIEN DIABETES MELITUS
DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT(RSUP) FATMAWATI
JAKARTA
TAHUN 2009
OLEH:
QURRATUAENI
105104003477
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430H/2009M
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan Judul
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
TERKENDALINYA
KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS
DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
(RSUP) FATMAWATI JAKARTA
TAHUN 2009
Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 23 Desember 2009
Pembimbing I
Ernawati, S.Kp. Mkep
Pembimbing II
Ns. Sri Mulyani,
S.Kep. MKM
NIP: 150 68771
199803 2 003
NIP: 19701102
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 23 Desember 2009
Penguji I
TIEN GARTINAH, MN
Penguji II
ITA YUANITA, S.Kp, M.Kep
NIP: 150408677
Penguji III
YULI AMRAN, SKM, MKM
NIP:150408687
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 23 Desember 2009
Mengetahui;
Ketua program studi Ilmu Keperawatan
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Tien Gartinah, MN.
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif hidayatullah Jakarta
Prof. DR.(hc).dr.M.K Tadjudin, Sp.And
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan Judul
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
TERKENDALINYA
KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS
DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
(RSUP) FATMAWATI JAKARTA
TAHUN 2009
Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 23 Desember 2009
Pembimbing I
Ernawati, S.Kp. Mkep
Pembimbing II
Ns. Sri Mulyani,
S.Kep. MKM
NIP: 150 68771
199803 2 003
NIP: 19701102
LEMBAR PERSEMBAHAN
Skripsi ini, dengan Rasa Haru dan Bangga serta Penuh Hormat,
Ku Persembahkan kepada Kedua Orang Tuaku (Mah,Ince) yang
Tiada Henti dan Lelah Menghaturkan Do’a-Do’a Sucinya
Dengan Linangan Air Mata Penuh Harap, dalam setiap Langkah
Perjuangan Ananda Menuju Kesuksesan.
Tak Pernah Cukup Kata
Untuk Memagari Cinta Tulusmu,
Tak Pernah Cukup Kata
Untuk Merangkai dan Mengukir
Bentuk Pengorbananmu.
Terimakasih dan Sembah Sujud, Ananda .......
BAB
I
“LUV
U”
PENDAHULUAN
SURAT PERNYATAAN
Yang bertandatangan dibawah ini, saya:
Nama
: Qurratuaeni
NIM
: 105104003477
Program studi
: Ilmu Keperawatan
Tahun akademik
: 2005
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,
Desember
2009
( Qurratuaeni )
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Desember 2009
Qurratuaeni, NIM : 105104003477
Faktor-faktor yang berhubungan dengan terkendalinya kadar gula darah pada
pasien diabetes melitus di ruang poliklinik penyakit dalam rumah sakit umum
pusat (RSUP) Fatmawati Jakarta tahun 2009
xxiv + 86 Halaman, 17 tabel, 2 Diagram, 2 Skema
Kata kunci : Terkendalinya kadar gula darah, Diabetes melitus
ABSTRAK
Penyakit kronis adalah kondisi penyakit atau masalah kesehatan yang
berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan
penatalaksanaan jangka panjang. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit
kronis, sehingga memerlukan penatalaksanaan yang tepat agar dapat
mengendalikan kadar gula darah dalam keadaan normal dan stabil serta mencegah
terjadinya komplikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes
melitus di ruang poliklinik penyakit dalam rumah sakit umum pusat (RSUP)
Fatmawati tahun 2009. Di dalamnya akan di bahas mengenai pengetahuan pasien,
pendidikan pasien, kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi,
asupan makan pasien, aktivitas fisik pasien, asupan obat pasien, serta komplikasi
penyakit lain, yang di duga mempengaruhi pengendalian kadar gula darah.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini mengunakan
desain cross sectional dengan teknik pengambilan data adalah consecutive
sampling. Analisis data yang di gunakan adalah univariat dan bivariat. Tempat
penelitian di poliklinik penyakit dalam rumah sakit umum pusat Fatmawati.
Penelitian ini menggunakan instrument berupa kuesioner. Total populasi tidak
diketahui. Adapun sampel pada penelitian ini adalah pasien diabetes melitus yang
dilakukan pemeriksaan HbA1C (hemoglobin terglikasi) sebanyak 75 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 75 orang terdapat 54 (72,0%)
pasien diabetes yang kadar gula darahnya terkontrol, sedangkan 21 (28,0%)
pasien diabetes yang kadar gula darahnya tidak terkontrol. Dengan demikian,
proporsi pasien yang kadar gula darahnya terkontrol lebih banyak dari pada pasien
yang kadar gula daranya tidak terkontrol.
Selain itu, berdasarkan analisis data dengan menggunakan analisis chi
square, correlation dan regresi logistic diperoleh hasil bahwa tidak terdapat
hubungan antara pengetahuan, pendidikan, kedekatan dan keterpaparan terhadap
sumber informasi, asupan makan, aktivitas fisik pasien,, asupan obat pasien, serta
komplikasi penyakit lain ( P value = 0,622; 0,612; 0,743; 0,903; 0,564; 0,503;
0,649 ) dengan pangendalian kadar gula darah.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis menyarankan keluarga untuk
lebih memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang menderita diabetes
untuk melakukan pengendalian terhadap kadar gula darahnya. Untuk petugas
kesehatan agar lebih meningkatkan sosialisasi, penyuluhan serta pelayanan dalam
penatalaksanaan diabetes melitus agar kadar gula darah pasien dapat terkendali,
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Daftar bacaan : 47 ( 1982-2009)
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
NURSING PROGRAM STUDY
ISLAMIC STATE UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Undergraduate thesis, December 2009
Qurratuaeni, NIM: 105104003477
Factors which correlate with rate of blood sugar controled to patient of Diabetes
Mellitus in the internal disease polyclinic room Fatmawati Jakarta of general
central hospital (RSUP) year 2009
xxiv + 86 Pages, 17 tables, 2 Diagrams, 2 Scheme
Keyword: rate of blood sugar controlled, diabetes mellitus
ABSTRACT
Chronic disease is a disease condition or health problem related to
symptoms or disabilities who need long-term management. Diabetes mellitus is a
chronic disease that requires proper management in order to control blood sugar
levels in normal, stable and prevent complications. This study aims to identify the
factors that affect blood sugar control in Diabetes Mellitus patients in the internal
medicine clinic in the central general hospital (RSUP) Fatmawati in 2009. In it
will be discussed regarding patient knowledge, patient education, the proximity
and exposure to sources of information, the patient's intake of food, physical
activity the patient, the patient's drug intake, as well as other disease
complications, which affect the expected control blood sugar levels.
This research is quantitative research. This study using cross-sectional
design with data retrieval techniques are consecutive sampling. Analysis of data in
use are univariate and bivariate. Place of research on diseases clinic in a general
hospital Fatmawati center. This study uses a questionnaire instrument. The total
population is unknown. The sample in this study were patients with diabetes
mellitus who had blood the examination HbA1C (hemoglobin terglikasi) as many
as 75 people.
The results showed that there were 75 people from 54 (72.0%) patients
with diabetes who control their blood sugar levels, while 21 (28.0%) patients with
diabetes who are not their blood sugar levels under control. Thus, the proportion
of patients with uncontrolled blood sugar levels more than in patients who do not
blood sugar levels under control.
In addition, based on data analysis using chi square analysis, correlation
and logistic regression obtained results indicate that there is no relationship
between knowledge, education, proximity and exposure to sources of information,
food intake, physical activity patient, the patient's drug intake, as well as other
disease complications (P value = 0.622; 0.612; 0.743; 0.903; 0.564; 0.503; 0.649)
with control of blood sugar levels.
Based on these research results suggest the author's family to better
provide support to members who have diabetes family to perform controlling of
blood sugar levels. For health workers in order to further enhance socialization,
counseling and services in the management of diabetes mellitus to patients' blood
sugar levels can be controlled, so as to improve health status.
References: 47 (1982-2009)
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan beberapa rahmat, taufiq dan hidayat-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Baginda Rasulullah Nabi Muhammad SAW, pembawa
syari’ah-Nya yang universal bagi semua manusia dalam setiap waktu dan tempat
sampai akhir zaman. Atas segala nikamat dan karunia-Nya Yang Maha Besar
sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Pengendalian Kadar Gula Darah pada Pasien
Diabetes Melitus di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati
Jakarta Tahun 2009.
Dalam penelitian skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
peneliti jumpai. Namun, syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya,
kesungguhan, kerja keras dan kerja cerdas disertai dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak baik moril maupun materil, segala kesulitan dapat diatasi dengan
sebaik-baiknya, sehinga pada akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.
Oleh sebab itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan kali ini peneliti
ingin mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya
kepada :
1. Bapak Prof. DR (hc). Dr. M.K. Tajudin, Sp.And dan Drs. H. Achmad Gholib,
MA, selaku Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Tien Gartinah, MN dan ibu Irma Nurbaeti, S.Kep, M.Kep Sp.Mat , selaku
Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Ernawati. Skep. Mkep.Sp.Mb dan Ibu Ns. Sri Mulyani S.Kep.MKM,
selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan ikhlas hati meluangkan waktu,
tenaga, serta fikiran selama membimbing peneliti.
4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan tulus dan ikhlas
memberikan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selama duduk di bangku
perkuliahan.
5. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas
yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai
bahan rujukan skripsi.
6. Ibu Emi S.Kp dan segenap perawat serta staf yang bertugas di ruang poliklinik
penyakit dalam yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti dan
mengarahkan peneliti dalam proses pengambilan data sebagai bahan rujukan
skripsi.
7. Kedua orang tua peneliti, Sujud hormat ananda atas semua pengorbanan
ayahanda Drs. H. Nurdin M. Ali dan Ibunda Hj. Hanah Hasan yang senantiasa
memberikan dukungan penuh baik berupa material maupun spiritual dan
selalu mengiringi setiap langkahku dengan do’a yang tulus dan ikhlas
sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan pada jenjang perguruan
tinggi.
8. Kakak-kakakku tersayang Nurrahmawati, Maskurrizal, Dwi Nursyamsi; abang
iparku Akhmad Fakhri; bibi Siti Rukaya; serta nenek-nenekku Hj. Zaenab dan
Hj. Aminah yang selalu memberikan do’a dan dukungan kepada peneliti
dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
9. K’qu Asyari yang selalu memberikan perhatian, dukungan, motivasi, serta
semangat untuk terus berjuang, sekaligus tempat berkeluh kesal dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
10. Kakak-kakakku di HMI Cab.Ciputat yang selalu memberikan pelajaran dan
pengalaman yang berharga bagi peneliti, teman-teman seperjuanganku di
KOMFAKDIK dan LKMI (k’sari, k’mala, nunung, erma, kiki, udoh, dan
teman-teman semuanya yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu) yang
selalu memberi dukungan, semangat, dan motivasi dalam menyelesaikan
skripsi ini.
11. Sahabat terbaikku Wina Karlina yang setia mendukung peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini
12. Teman-teman baikku di Back Community (dewi, zahro, nandang, husni,
balqis, risma, dita, leli, itoh, otul, ayu, aish, cut) yang selalu mendukung dan
memberikan semangat peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Kawan-kawanku di kostan RedLine (Neneng, Lita, Tika, Intan, Herna,
Fauziah) yang selalu memotivasi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
14. Teman-temanku di kostan Wida salon ( Iis, Ela, Neng, Omi, Yunda, dan
semuanya yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu) yang selalu memberi
dukungan, semangat, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
15. Teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan ’05
yang tidak dapat peniliti sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan,
semangat, kenangan, inspirasi-inspirasi yang telah diberikan dan kebersamaan
yang indah selama ini yang engga akan terlupakan. Semangat semua..!
Akhir kata, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun
sehingga peneliti dapat menyempurnakan skripsi ini. Peneliti berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca
yang
mempergunakannya,
terutama
untuk proses
kemajuan
pendidikan
selanjutnya.
Jakarta, Desember 2009
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Surat Pernyataan ……………………………………………………………….. i
Abstrak ...……………………………………………………………………….. ii
Abstract ………………………………………………………………………… iv
Pernyataan Persetujuan Pembimbing ……………………………………….. vi
Pengesahan Penguji …...…………………………………………………….... vii
Daftar Riwayat Hidup ……………………………………………………........ ix
Lembar Persembahan …………………………………………………………. x
Kata Pengantar ………………………………………………………………... xi
Daftar Isi …………………………………………………………………….… xv
Daftar Tabel ……………………………………………………………..…..... xix
Daftar Diagram …………………………………………………………….... xxii
Daftar Skema ………………………………………………………………... xxiii
Daftar Singkatan ……………………………………………………………... xiv
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………...... 1
A.
Latar Belakang ……………………………………….….… 1
B.
Rumusan Masalah …………………………………….….... 7
C.
Tujuan Penelitian ………………………………………...... 8
1. Tujuan Umum ………………………………………....... 8
2. Tujuan Khusus …………………………………….……. 8
D.
Manfaat Penelitian ………………………………………… 9
1. Bagi Profesi Keperawatan ………………………………. 9
2. Bagi Rumah Sakit ………………………………..……. 10
3. Bagi Pasien dan Keluarga ……………………….…….. 10
4. Bagi Peneliti ………………………………………….... 10
E.
BAB II
Ruang Lingkup Penelitian ………………………………... 11
TINJAUAN PUSTAKA ………………………………….…… 12
A. Diabetes Melitus ................................................................. 12
1.
Definisi .......................................................................12
2.
Klasifikasi .................................................................. 13
3.
Etiologi ...................................................................... 14
4.
Patofisiologi Diabetes Melitus .................................. 15
5.
Manifestasi Klinis ..................................................... 18
6.
Pemeriksaan Laboratorium ....................................... 20
7.
Penatalaksanaan Diabetes Melitus ............................ 26
B. Pengendalian Kadar Gula Darah ........................................ 29
1.
Kadar Gula Darah ...................................................... 29
2.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah
.................................................................................... 31
3.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengendalian Kadar
Gula Darah ................................................................. 34
4.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pasien Melakukan
Pengendalian Kadar Gula Darah ............................... 35
C. Penelitian Terkait ……………………………………....… 37
D. Kerangka Teori ……………………………………….….. 39
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS …………………………………………………… 40
A. Kerangka Konsep …………………………………………... 40
B. Definisi Operasional ………………………………………... 41
C. Hipotesis Penelitian ………………………………………… 43
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN ................................................ 45
A. Desain Penelitian ………………………………………...…. 45
B. Variabel Penelitian …………………………………….....… 46
C. Tempat dan Waktu …………………………………….....… 46
D. Populasi Penelitian …………………………………….....… 46
E. Sampel dan Teknik Penelitian …………………………..…. 47
1. Sampel ………………...…………………………..…… 47
2. Teknik Pengambilan Sampel ………………………..…. 49
F. Etika Penelitian ………...……………………………..…… 50
G. Pengumpulan Data ……………………………………..….. 51
H. Pengolahan Data ……………………………………..……. 51
I. Analisa Data …………………………………………..…… 52
BAB V
HASIL PENELITIAN………………………………………… 54
A. Gambaran Lokasi Penelitian dan Sampel…………………... 54
B. Analisa Univariat…… ……………………………………... 55
1. Pengendalia Kadar Gula Darah ………………….………. 55
2. Pengetahuan ……………………………………….…...… 56
3. Pendidikan ………………………………………………... 56
4. Kedekatan dan Keterpaparan terhadap Sumber Informasi... 57
5. Asupan Makan …………………………………..……..… 58
6. Aktivitas Fisik ……………………………………………. 59
7. Asupan Obat ……………………………………………… 60
8. Komplikasi Penyakit lain ………………………..….….… 60
C. Analisa Bivariat …….……………………………………… 61
1. Hubungan antara pengetahuan dengan pengendalian kadar
gula darah pada pasien diabetes melitus .......................... 61
2. Hubungan antara Pendidikan dengan pengendalian kadar
gula darah pada pasien diabetes melitus .......................... 62
3. Hubungan antara Kedekatan dan keterpaparan terhadap
sumber informasi dengan pengendalian kadar gula darah
pada pasien diabetes melitus ............................................ 63
4. Hubungan antara Asupan Makan dengan pengendalian
kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ................ 65
5. Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan pengendalian
kadar gula darah pada pasien diabetes melitus ................ 66
6. Hubungan antara Asupan Obat dengan pengendalian kadar
gula darah pada pasien diabetes melitus .......................... 67
7. Hubungan antara
Komplikasi penyakit lain dengan
pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus
.......................................................................................... 68
BAB VI
PEMBAHASAN..……………………………………………… 69
A. Keterbatasan Penelitian …..………………………………... 69
B. Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Pasien DM ...………. 70
C. Hubungan antara pengetahuan dengan pengendalian kadar gula
darah pada pasien diabetes melitus ........................................ 71
D. Hubungan antara Pendidikan dengan pengendalian kadar gula
darah pada pasien diabetes melitus ........................................ 74
E. Hubungan antara Kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber
informasi dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien
diabetes melitus ...................................................................... 76
F. Hubungan antara Asupan Makan dengan pengendalian kadar
gula darah pada pasien diabetes melitus ................................ 77
G. Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan pengendalian kadar
gula darah pada pasien diabetes melitus ................................ 79
H. Hubungan antara Asupan Obat dengan pengendalian kadar gula
darah pada pasien diabetes melitus ........................................ 80
I. Hubungan
antara
Komplikasi
penyakit
lain
dengan
pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus
................................................................................................ 82
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN …..…………………………… 84
A. Kesimpulan ……….………………………………………... 84
Berdasarkan hasil analisa Univariat …………………...…… 84
Berdasarkan hasil analisa Bivariat …………………..…...… 84
B. Saran ………………………………………………………... 85
DAFTAR PUSTAKA ………………………...……………………………..…
LAMPIRAN ……………………………………………………………………
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.
Korelasi Antara Kadar HbA1C dan Rata-Rata Kadar Gula Darah.. 26
Tabel 2.1.
Kriteria Pemantauan Pengendalian Diabetes Malitus …...……..… 30
Tabel 5.1.
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengendalian kadar gula
darah pada pasien diabetes melitus di ruang Poliklinik Penyakit
Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 ................................. 55
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan pasien
diabetes melitus dalam pengendalian kadar gula darah di Ruang
Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati tahun 2009 ............... 56
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan pasien
diabetes melitus dalam pengendalian kadar gula darah di Ruang
Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 .. 57
Tabel 5.4
Distribusi
frekuensi
responden
berdasarkan
kedekatan
dan
keterpaparan terhadap sumber informasi pada pasien diabetes melitus
dalam pengendalian kadar gula darah di Ruang Poliklinik Penyakit
Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 .................................. 58
Tabel 5.5
Distribusi frekuensi responden berdasarkan kebiasaan/asupan makan
pasien diabetes melitus dalam pengendalian kadar gula darah di
Ruang Poliklinik penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun
2009 ................................................................................................. 59
Tabel 5.6
Distribusi frekuensi responden berdasarkan aktivitas fisik pasien
diabetes melitus dalam pengendalian kadar gula darah di Ruang
Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 .. 59
Tabel 5.7
Distribusi frekuensi responden berdasarkan asupan obat pasien
diabetes melitus dalam pengendalian kadar gula darah di Ruang
Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 .. 60
Tabel 5.8
Distribusi frekuensi responden dengan komplikasi penyakit lain pada
pasien diabetes melitus dalam pengendalian kadar gula darah di
Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun
2009 ................................................................................................. 61
Tabel 5.8
Hubungan antara pengetahuan dengan pengendalian kadar gula darah
pada pasien diabetes melitus di Ruang poliklinik Penyakit Dalam
RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 .............................................. 62
Tabel 5.9
Hubungan antara pendidikan dengan pengendalian kadar gula darah
pada pasien diabetes melitus di Ruang poliklinik Penyakit Dalam
RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 .............................................. 63
Tabel 5.10 Hubungan antara kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber
informasi dengan pengendalian kadar gula darah pada pasien
diabetes melitus di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP
Fatmawati Jakarta tahun 2009 ......................................................... 64
Tabel 5.11 Hubungan antara asupan/kebiasaan makan dengan pengendalian
kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Ruang Poliklinik
Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 ................... 65
Tabel 5.12 Hubungan antara aktivitas fisik/olahraga dengan pengendalian kadar
gula darah pada pasien diabetes melitus di Ruang Poliklinik Penyakit
Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 .................................. 66
Tabel 5.13 Hubungan antara asupan obat dengan pengendalian kadar gula darah
pada pasien diabetes melitus di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam
RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 .............................................. 67
Tabel 5.14 Hubungan antara komplikasi penyakit lain dengan pengendalian
kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Ruang Poliklinik
Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009 ................... 68
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 2.1
Pathoflow Diabetes Melitus ………………………………….… 17
Diagram 2.2
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Penyakit DM …….. 22
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1
Kerangka Teori …………………………………………………. 39
Skema 3.1
Kerangka Konsep Penelitian …………………………………… 40
DAFTAR SINGKATAN
ACTH
= Adreno Corticotropin Hormone
ADA
= American Diabetes Association
CRF
= Corticotropin Releasing Factor
CRIPE
= Continous, Rhytmical, Interval, Progresive
DM
= Diabetes Melitus
GD
= Glukosa Darah
GDP
= Glukosa Darah Puasa
GDPT
= Glukosa Darah Puasa Terganggu
GDS
= Glukosa Darah Sewaktu
HbA1C
= Hemoglobin Glikat
HDL
= Hight Density Lipid
HLA
= Human Leococyte Antigen
ICA
= Islet Cel Antibody
IDDM
= Insulin Dependent Diabetes Melitus
IMT
= Indeks Masa Tubuh
LDL
= Low Density Lipid
NIDDM
= Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus
OHO
= Obat Hipoglikemi Oral
RSUP
= Rumah Sakit Umum Pusat
TB
= Tinggi Badan
TGT
= Toleransi Glukosa Terganggu
TTGO
= Tes Toleransi Glukosa Oral
WHO
= World Health Organization
A. atar Belakang
Penyakit kronis adalah kondisi medis atau masalah kesehatan yang
berkaitan
dengan
gejala-gejala
atau
kecacatan
yang
membutuhkan
penatalaksanaan jangka panjang. Perubahan gaya hidup yang pasif,
mengkonsumsi makanan tinggi lemak, kolesterol, merokok dan stres yang
tinggi, dilaporkan meningkatkan insiden penyakit kronis (Smeltzer & Bare,
2002). Salah satu penyakit yang dikategorikan sebagai penyakit kronis
adalah Diabetes Melitus (DM).
Diabetes Melitus dikatakan sebagai suatu kumpulan problema
anatomik dan kimiawi yang merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana
didapat defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin
(WHO, 2002 dalam penatalaksanaan diabetes terpadu), sedangkan menurut
American Diabetes Association (ADA) 2003, Diabetes Melitus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau karena keduanya.
Diagnosis Diabetes Melitus umumnya akan ditetapkan apabila terdapat
gejala khas diabetes melitus berupa poliuri, polidipsi, lemas dan berat badan
menurun. Gejala lain yang sering dijumpai oleh pasien adalah kesemutan,
gatal, mata kabur dan impotensi pada pria serta pruritus vulvae pada pasien
wanita. Jika adanya keluhan dan gejala khas serta ditemukannnya
pemeriksaan gula darah sewaktu > 200 mg/dl sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis Diabetes Melitus. Hasil pemeriksaan HbA1C ≥ 8 %
juga dapat digunakan sebagai patokan diagnosis Diabetes Melitus
(PERKENI, 2002).
Prevalensi Diabetes Melitus semakin meningkat, Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) menyatakan pada awal tahun 2006 sedikitnya 171 juta orang
mengalami Diabetes Melitus dan akan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Di Indonesia pada tahun 2000 jumlah penderita Diabetes Melitus sekitar 5,6
juta jiwa, dan pada tahun 2006 meningkat tajam menjadi 14 juta jiwa. Hal ini
jika dirata-ratakan terdapat 1,4 juta jiwa peningkatan jumlah pasien Diabetes
Melitus tiap tahunnya (WHO, 1999). Berdasarkan pola pertambahan
penduduk seperti saat ini, diperkirakan pada tahun 2020, saat usia penduduk
Indonesia yang berusia diatas 20 tahun mencapai jumlah 178 juta jiwa dan
dengan asumsi jumlah penderita Diabetes Melitus 4 % , maka akan terdapat
sekitar 7 juta jiwa pasien Diabetes Melitus (Erik Tapan, 2005). Sedangkan
Survei Depkes (2001) terdapat 7,5 persen penduduk Jawa dan Bali menderita
DM. Data Depkes tersebut menyebutkan jumlah pasien DM menjalani rawat
inap dan jalan menduduki urutan ke-1 di rumah sakit dari keseluruhan pasien
penyakit dalam (Mawalda Fitrisa, 2008). Pasien Diabetes Melitus di
Indonesia didominasi oleh pasien Diabetes Melitus tipe 2 yakni kurang lebih
90% hingga 95% dari seluruh populasi pasien Diabetes Melitus (Smeltzer
dan Bare, 2001).
Berdasarkan data dari salah satu rumah sakit umum pemerintah di
Jakarta jumlah pasien Diabetes Melitus sejak tahun 2007 hingga Mei 2009
terdapat 1.504 kasus Diabetes Melitus dengan perincian sebagai berikut:
pada tahun 2007 terdapat 631 orang pasien Diabetes Melitus yang terdiri dari
32 orang pasien Diabetes Melitus type-1 dan 599 orang pasien Diabetes
Melitus type-2, sedangkan pada tahun 2008 meningkat, yakni terdapat 699
orang pasien Diabetes Melitus yang terdiri dari 17 orang pasien Diabetes
Melitus type-1 dan 682 orang pasien Diabetes Melitus type-2, sedangkan
pada bulan Januari sampai dengan bulan Mei tahun 2009 tercatat 229 orang
pasien Diabetes Melitus yang terdiri dari 6 orang pasien Diabetes Melitus
type-1 dan 223 orang pasien Diabetes Melitus type-2. Dari data diatas
dapatdisimpulkan bahwa keadaan karena kasus diabetes melitus mengalami
peningkatan (Asdie, 2009).
Hasil analisa situasi yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati juga menunjukan adanya peningkatan pasien Diabetes Melitus
yang melakukan pengobatan di rumah sakit umum pusat Fatmawati, baik
pengobatan rawat jalan maupun rawat inap. Jumlah pasien Diabetes Melitus
yang dirawat inap di RSUP Fatmawati dari bulan Januari s/d Desember tahun
2008 tardapat 421 orang, dengan pengelompokan Diabetes Melitus type-1
terdapat 77 orang dan Diabetes Melitus type-2 terdapaat 344 orang. Pada
bulan Januari s/d September tahun 2009 jumlah pasien Diabetes Melitus
tercatat 330 orang, dengan pengelompokan Diabetes Melitus type-1 terdapat
44 orang dan Diabetes Melitus type-2 terdapat 286 orang. Dari data tersebut,
jika dirata-ratakan jumlah pasien Diabetes Melitus yang dirawat pada tahun
2008 terdapat 35 orang/bln, dan meningkat menjadi 37 orang / bln sampai
dengan september 2009.
Percepatan meningkatnya penderita Diabetes Melitus di Indonesia,
terutama diakibatkan oleh perkembangan pola makan yang salah. Pada saat
ini masih banyak penduduk yang kurang menyediakan makanan berserat.
santapan menu makanan yang kaya kolestrol, lemak, natrium (dalam garam
penyedap rasa) muncul sebagai kecenderungan menu sehari-hari yang juga
diperparah dengan meningkatnya konsumsi makanan dan minuman yang
kaya akan gula (Tara, 2002). Begitu pula menurut WHO,(1994) dari
penelitian laboratorium dan epidemiologi pada berbagai masyarakat telah
membuktikan bahwa peningkatan masukan makanan berlemak jenuh serta
penurunan masukan makanan berserat dapat berakibat menurunnya
kesensitifan insulin dan ketidaknormalan toleransi glukosa.
Apabila tidak dilakukan intervensi yang efektif, prevalensi Diabetes
Melitus khususnya DM type-2 akan meningkat yang disebabkan oleh
berbagai hal seperti bertambahnya umur, meningkatnya kematian akibat
infeksi serta meningkatnya faktor resiko seperti kegemukan, kurang gerak/
kegiatan fisik dan pola makan yang tidak baik (Suyono,1993; Darmono,
2002).
Diantara beberapa penderita DM, banyak yang tidak menyadari dirinya
mengidap penyakit yang lebih sering disebut peyakit gula atau kencing
manis. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
tingkat
pengetahuan, tingkat pendidikan, perilaku, kebiasaan makan, kedekatan dan
keterpaparan terhadap sumber informasi. Salah satu hal yang terpenting bagi
penderita Diabetes Melitus adalah pengendalian kadar gula darah, untuk itu
pasien perlu memahami mengenai hal-hal yang mempengaruhi pengendalian
kadar gula darah.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 5 orang dengan Diabetes
Melitus menunjukan bahwa: 3 orang awalnya tidak menyadari bahwa dirinya
mengidap penyakit Diabetes Melitus, gula darahnya terkontrol karena dalam
proses pengobatannya pasien melakukan anjuran pengobatan dengan baik
seperti melakukan aktifitas fisik/olahraga teratur, minum obat teratur, namun
tidak melakukan anjuran diet DM dengan baik. Sementara pada 2 orang
pasien, kadar gula darahnya tidak terkontrol karena pasien tidak melakukan
anjuran pengobatan dengan baik seperti tidak melakukan olahraga secara
teratur, tidak minum obat sesuai jadwal atau instruksi dari dokter, serta tidak
melakukan diet sesuai dengan anjuran diet untuk pasien DM
Pengendalian gula darah pada penderita Diabetes Melitus akan
berhubungan dengan faktor diet atau perencanaan makan, karena gizi
mempunyai kaitan dengan penyakit Diabetes Melitus. Hal ini disebabkan
karena penyakit Diabetes Melitus merupakan gangguan kronis metabolisme
zat-zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein dan lemak dengan ciri-ciri
tingginya konsentrasi gula dalam darah walaupun perut dalam keadaan
kosong, serta sangat tinggi resikonya terhadap arterio sklerosis atau penebalan
dinding pembuluh nadi dengan timbunan zat lemak, dan kemerosotan fungsi
syaraf.
Selain itu, gaya hidup antara lain aktivitas fisik seperti latihan
jasmani yang teratur, memegang peranan penting pada pengendalian gula
darah atau pengelolaan pada Diabetes Melitus. Manfaat latihan jasmani yang
teratur pada pasien Diabetes Melitus antara lain menormalkan kadar glukosa
darah dan lipid darah, meningkatkan kerja insulin, menurunkan berat badan,
mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler (Syahbudin, 2001). Aktivitas fisik
bukan hanya olahraga tetapi juga gaya hidup sehari-hari. Kadar glukosa darah
maupun berat badan normal pasien Diabetes Melitus dapat dipertahankan
dalam batas normal melalui perencanaan makan, tetapi lebih dari 50% tidak
melaksanakannya (Sarwono, 2002).
Dalam upaya melakukan pengendalian kadar gula darah yang tepat,
pasien Diabetes Melitus juga perlu memiliki pengetahuan mengenai penyakit
Diabetes Melitus sehingga tahu cara yang tepat untuk mengatasi Diabetes
Melitus (PERKENI,1998), pengetahuan pasien Diabetes Melitus adalah
pengetahuan tentang diabetes, dapat terlihat dalam sikap dan keterampilannya
seperti dalam upaya pengendalian atau pengontrolan kadar gula darah.
Pengetahuan pada pasien Diabetes Melitus dipengaruhi pada latar belakang
sosial, etnik, ekonomi, gaya hidup, pola makan, kepercayaan dan tingkat
pendidikan (Noer,1998; Enri Ningsih, 2006).
Pengetahuan yang harus dimiliki pasien Diabetes Melitus adalah pasien
memahami penyakit Diabetes Melitus, tanda dan gejala dari Diabetes
Melitus, tanda dan gejala hiperglikemia atau hipoglikemia, tahu komplikasi
dari DM, tahu cara pengobatan Diabetes Melitus, pemakaian obat-obatan
Diabetes Melitus, paham akan manfaat latihan fisik dan dapat melakukan
latihan fisik dengan benar dalam upaya pengendalian kadar gula darah.
Perilaku pasien untuk taat dalam upaya pengendalian kadar gula
darah salah satunya berhubungan dengan keterpaparannya terhadap sumber
informasi yakni sejauh mana penyuluhan kesehatan yang di berikan oleh
perawat atau tenaga medis mengenai pengetahuan dan keterampilan bagi
pasien Diabetes Melitus yang bertujuan untuk menunjang perilaku dalam
peningkatan pemahaman tentang pengendalian kadar gula darah, salah
satunya seperti pemahaman tentang pengaturan makan dan atau aktivitas
fisik pada pasien Diabetes Melitus sehingga komplikasi atau penyulitpenyulit yang mungkin timbul akibat Diabetes dapat dicegah.
Pasien Diabetes Melitus perlu mendapatkan perhatian lebih baik dari
penderita
sendiri,
keluarga,
maupun
tim
medis
terutama
dalam
penatalaksanaannya, sebab prevalensi dan komplikasi yang ada cukup
banyak (Tjokroprawiro, 1993). Apabila kadar glukosa dibiarkan tidak
terkendali, penyakit Diabetes Melitus ini akan menimbulkan penyulitpenyulit yang dapat berakibat fatal termasuk penyakit jantung, ginjal,
kebutaan dan amputasi (Pranadji, 2002). Selain itu penyakit Diabetes Melitus
juga dapat mengakibatkan stroke, karena penyakit ini sering disertai dengan
peningkatan kolesterol dan trigliserida yang dapat mengakibatkan kematian
(Wirakusuma, 2001).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, peneliti merasa
tertarik untuk meneliti “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan
Terkendalinya Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus di
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Jakarta Tahun 2009”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
penjelasan
dari
latar
belakang
diatas
peneliti
menyimpulkan, bahwa angka kejadian Diabetes Melitus terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Pada pasien Diabetes Melitus perlu melakukan
pengendalian terhadap kadar gula darahnya, sehingga komplikasi atau
penyulit-penyulit yang mungkin timbul dapat dicegah. Maka pada penelitian
ini peneliti ingin meneliti faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan
terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus di ruang
Poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati
Jakarta tahun 2009.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi
faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus di Rumah
Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009.
2. Tujuan Khusus
a.
Mengidentifikasi karakteristik responden berupa usia, jenis kelamin,
dan pekerjaan pada pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum
Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009.
b.
Mengidentifikasi distribusi frekuensi faktor pengetahuan, pendidikan,
kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi, aktifitas
fisik, asupan obat, asupan makan, dan komplikasi penyakit lain
terhadap terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009.
c.
Mengidentifikasi hubungan faktor pengetahuan dengan terkendalinya
kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum
Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009.
d.
Mengidentifikasi hubungan faktor pendidikan dengan terkendalinya
kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum
Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009.
e.
Mengidentifikasi hubungan faktor kedekatan dan keterpaparan
terhadap sumber informasi dengan terkendalinya kadar gula darah
pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)
Fatmawati tahun 2009.
f.
Mengidentifikasi hubungan aktivitas fisik/latihan jasmani dengan
terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah
Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009.
g.
Mengidentifikasi hubungan asupan obat dengan terkendalinya kadar
gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat
(RSUP) Fatmawati tahun 2009.
h.
Mengidentifikasi hubungan asupan makan dengan terkendalinya
kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum
Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009.
i.
Mengidentifikasi hubungan komplikasi penyakit
lain dengan
terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah
Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati tahun 2009.
D.
Manfaat Penelitian
1. Bagi profesi keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
tambahan ilmu pengetahuan bagi profesi keperawatan dalam hal
mengkaji dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus sehingga
dapat menentukan dan memberikan asuhan keperawatan yang tepat
bagi pasien Diabetes Melitus serta dapat dijadikan sebagai masukan
bagi perawat untuk memahami pentingnya pengendalian kadar gula
darah pada pasien Diabetes Melitus dan memberikan pendidikan
kesehataan pada pasien Diabetes Melitus sehingga dapat mencegah
dan meminimalkan komplikasi atau penyulit-penyulit yang mungkin
timbul.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi
Rumah
Sakit
Umum
Pusat
Fatmawati
khususnya
mengenai
penanganan pasien Diabetes Melitus, dalam hal memberikan asuhan
keperawatan serta penyuluhan kesehatan dalam upaya melakukan
pengendalian kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus.
3. Bagi Pasien dan Keluarga
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi kepada
pasien dalam melakukan pengendalian kadar gula darah serta
memberikan informasi kepada keluarga sehingga dapat memberikan
motivasi kepada anggota keluarganya yang menderita Diabetes Melitus
untuk melakukan pengendaian kadar gula darah secara optimal.
4. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat berguna bagi peneliti, sehingga
peneliti dapat lebih mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
terkendalinya kadar gula darah untuk dapat mengaplikasikannya
terhadap pasien Diabetes Melitus baik di lingkungan kerja, lingkungan
keluarga maupun masyarakat dan menambah pengalaman peneliti
dalam melakukan penelitian. Serta dapat dijadikan dasar untuk
penelitian selanjutnya.
E.
Ruang Lingkup
Penelitian yang dilakukan ini adalah mengenai faktor-faktor yang
mempegaruhi pengendalian kadar gula darah pada
pasien Diabetes
Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2009. penelitian ini
dilakukan dengan desain penelitian deskriptif cross sectional. Metode
pengambilan data primer dan sekunder berupa kuesioner dan hasil rekam
medis. Penelitian ini dilakukan karena masih ditemukannya pasien-pasien
Diabetes Melitus yang belum melakukan pengendalian kadar gula darah
secara optimal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang memerlukan
penatalaksanaan jangka panjang. Kondisi-kondisi pada penyakit kronis
menuntut klien untuk beradaptasi terhadap perubahan-perubahan tersebut agar
tidak terjadi komplikasi.
1.
Definisi
Berikut ini adalah berbagai definisi tentang Diabetes Melitus yang
dikemukakan oleh para pakar, antara lain :
a. Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah
secara terus menerus (kronis) akibat kekurangan insulin baik
kuantitatif maupun kualitatif (Erik Topan, 2005).
b. Menurut Darwis Yullizar dalam buku Pedoman Pemeriksaan
Laboratorium untuk Penyakit Diabetes Melitus (2005), dijelaskan
bahwa Diabetes Melitus adalah suatu kelainan metabolisme kronik
yang terjadi karena berbagai penyebab, ditandai oleh konsentrasi
glukosa darah melebihi normal disertai dengan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang diakibatkan oleh kelainan sekresi
hormon insulin, kelainan kerja insulin atau keduanya.
c. Diabetes Melitus merupakan kelompok kelainan metabolik yang
ditandai dengan adanya hiperglikemik kronik akibat defisiensi insulin
baik relatif maupun absolut. Keberadaan diabetes dalam klinik dapat
berupa komponen metabolik dan komponen vaskuler atau angiopati.
Kedua komponen ini dapat tampak bersama, atau yang satu
mendahului yang lain, yang satu memperberat yang lain (Asdie, 2000).
2.
Klasifikasi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengakui dua bentuk
Diabetes Melitus, yaitu Diabetes Melitus tipe-1, dan diabetes melitus
tipe-2.
a.
Diabetes Melitus tipe-1
Diabetes Melitus tipe 1 atau yang disebut insulin-dependent
diabetes mellitus (IDDM, diabetes yang bergantung pada insulin),
dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulaupulau langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin
pada tubuh. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada
diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang
menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut
dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh.
b.
Diabetes Melitus tipe-2
Diabetes Melitus tipe 2, atau yang disebut non-insulindependent diabetes mellitus (NIDDM, diabetes yang tidak
bergantung pada insulin). Terjadi karena kombinasi dari kecacatan
dalam produksi insulin dan
resistensi terhadap insulin atau
berkurangnya sensitifitas terhadap insulin (adanya defek respon
jaringan terhadap insulin) yang melibatkan reseptor insulin di
membran sel. Pada tahap awal abnormalitas yang paling utama
adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai
dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.
3.
Etiologi
a. Diabetes Melitus tipe-1
Diabetes Melitus tipe-1 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta
pankreas. Kombinasi faktor genetik, imunologi, dan dapat pula
lingkungan (misalnya infeksi virus) diperkirakan turut menimbulkan
destruksi sel beta (Potter & Perry, 2006).
1) Faktor Genetik
Pasien diabetes tidak mewarisi Diabetes Melitus tipe-1 itu sendiri;
tetapi, mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke
arah terjadinya Diabetes Melitus tipe-1. Kecenderungan genetik ini
ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human
leococyte antigen) tertentu.. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggungjawab atas antigen transplantasi dan proses imun
lainnya.
2) Faktor Imunologi
Diabetes Melitus tipe-1 terdapat bukti adanya suatu respon
autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing.
3) Faktor Lingkungan
Faktor-faktor ekstetrnal juga dapat memicu
destruksi sel beta.
Sebagai contoh, hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus
atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
b. Diabetes Melitus tipe-2
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada Diabetes Melitus tipe-2 masih belum
diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam
proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktorfaktor risiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya
Diabetes Melitus tipe-2. Faktor-faktor ini adalah: Usia (resistensi
insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun), Obesitas,
Riwayat keluarga, Kelompok etnik (Potter & Perry, 2006).
4. Patofisiologi Diabetes Melitus
Hormon insulin dihasilkan sel beta di kelenjar pankreas. Dalam
keadan normal, bila ada rangsangan pada sel beta, insulin disintesis dan
disekresikan ke dalam darah sesuai kebutuhan tubuh untuk keperluan
regulasi glukosa darah. Salah satu komponen utama yang memberikan
rangsangan pada sel beta untuk memproduksi insulin karena adanya
peningkatan kadar glukosa darah (Manaf dalam Sudoyo, et al. 2006).
a. Diabetes Melitus tipe-1
Terjadi defisiensi insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas,
karena adanya reaksi autoimun yang disebabkan adanya peradangan
pada sel beta insulitis. Hal ini menyebabkan timbulnya anti bodi
terhadap sel beta yang disebut ICA (Islet Cel Antibody). Reaksi
antigen (sel beta) dengan antibodi (ICA) yang ditimbulkan dapat
menyebabakan hancurnya sel beta. Insulitis dapat disebabakan oleh
beberapa hal, diantaranya: virus, seperti virus rubella, herpes dan lainlain.
b. Diabetes Melitus tipe-2
Pada Diabetes Melitus tipe 2 sel beta pankreas tetap memproduksi
insulin bahkan lebih dari kadar normal, tetapi jumlah reseptor insulin
yang terdapat pada permukaan sel yang berkurang. Hal ini dapat
menyebabkan glukosa yang masuk kedalam sel akan berkurang,
sehingga sel akan kekurangan bahan bakar/glukosa dan glukosa
didalam pembuluh darah akan meningkat (Manaf dalam Sudoyo, et al.
2006).
Secara lengkap dapat digambarkan pada bagan di bawah ini :
Defisiensi Insulin
glukagon↑
penurunan pemakaian
glukosa oleh sel
glukoneogenesis
lemak
protein
ketogenesis
BUN↑
glycosuria
Osmotic Diuresis
Nitrogen urine ↑
ketonemia
Dehidrasi
↓ pH
Mual muntah
Resti Ggn Nutrisi
Kurang dari kebutuhan
hiperglikemia
Hemokonsentrasi
Asidosis
Kekurangan
volume cairan
Trombosis
Koma
Kematian
Aterosklerosis
Makrovaskuler
Jantung
Miokard Infark
Serebral
Stroke
Mikrovaskuler
Retina
Ginjal
Retinopati
diabetik
Nefropati
Ekstremitas
Gangren
Ggn. Penglihatan
Ggn Integritas Kulit
Resiko Injury
Diagram 2.1 :
Pathoflow Diabetes Melitus
Gagal
Ginjal
( Asdie, 2000 )
5. Manifestasi klinis
Adanya penyakit Diabetes Melitus pada awalnya sering tidak
dirasakan dan tidak disadari oleh pasien. Beberapa keluhan dan gejala yang
perlu mendapat perhatian bagi pasien Diabetes Melitus adalah (Slamet
Suyono, 2002):
a. Keluhan klasik
1). Poliuri
Jika kadar gula darah meningkat, maka glukosa akan dikeluarkan
melalui air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan
membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar
glukosa yang hilang, karena ginjal menghasilkan air kemih dalam
jumlah yang belebih maka klien sering berkemih dalam jumlah
yang banyak.
2). Polidipsi
Rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan
yang keluar melalui air kemih. Untuk menghilangkan rasa haus
tersebut klien banyak minum.
3). Penurunan berat badan dan rasa lemah
Penurunan berat badan berlangsung dalam waktu yang relative
singkat. Hal ini disebabkan karena sejumlah besar kalori hilang ke
dalam air kemih. Juga disebabkan karena glukosa dalam darah
tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan
bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup,
sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak
dan otot. Akibatnya, klien kehilangan jaringan lemak dan otot
sehingga menjadi kurus.
4). Polifagi
Pasien sering kali merasa lapar yang luar biasa karena kalori dari
makanan yang dimakan, setelah dimetabolisasikan menjadi glukosa
dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, serta akibat dari
sejumlah besar kalori telah hilang kedalam air kemih. Untuk
mengkompensasikan hal ini, pasien banyak makan.
b. Gejala/keluhan lain
1). gangguan saraf tepi / kesemutan
Pasien mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di
waktu malam, sehingga mengganggu tidur.
2). Ganguan penglihatan
Gangguan penglihatan pada pasien Diabetes Melitus sering
dijumpai pada fase awal.
3). Gatal atau bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi pada daerah kemaluan
atau daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara.
Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama
sembuhnya.
4). Gangguan ereksi
5). Keputihan
6). Pusing
7). Mual dan berkurangnya ketahanan tubuh
6.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dalam perannya untuk mendukung
pengelolaan Diabetes Melitus dapat berfungsi sebagai penyaring penyakit
(screening), diagnostik dan pemantauan pengendalian.
a. Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan penyaring untuk Diabetes Melitus dianjurkan
dilakukan kepada klien
bersamaan dengan pemeriksaan penyaring
penyakit lain. Pemeriksaan penyaring ini berguna untuk menjaring
pasien Diabetes Melitus, TGT (toleransi glukosa terganggu) dan
GDPT (glukosa darah puasa terganggu).
Pemeriksaan penyaring dilakukan dengan pemeriksaan glukosa
darah. Untuk kelompok dengan faktor risiko yang hasil pemeriksaan
penyaring negatif, pemeriksaan penyaring ulangan dilakukan setiap
tahun. Sedangkan bagi pasien yang berusia > 45 tahun tanpa faktor
risiko lain, pemeriksaan penyaring dilakukan setiap tiga bulan
(Yullizar Darwis, 2005).
b. Pemeriksaan diagnostik
Diagnosis Diabetes Melitus berdasarkan adanya keluhan/gejala
klinis khas Diabetes Melitus berupa poliura, polidipsia, polifagia, dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan
lain yang dikemukakan oleh pasien adalah lemah, kesemutan, gatal,
mata kabur, dan gangguan fungsi ereksi serta pruritus vulvae. Jika
ditemukan keluhan/gejala klinis khas, maka diagnosis Diabetes
Melitus dapat ditegakkan pada pasien dengan hasil positif pemeriksaan
glukosa darah puasa (konsentrasi glukosa darah ≥ 126 mg/ dL) atau
glukosa darah sewaktu (konsentrasi glukosa darah ≥ 200 mg/ dL).
Pasien tanpa keluhan/gejala klinis Diabetes Melitus yang khas,
maka diagnosis Diabetes Melitus hanya dapat ditegakkan bila hasil
pemeriksaan glukosa darah puasa ≥ 126 mg/ dL atau glukosa darah
sewaktu ≥ 200 mg/ dL, serta didapatkan hasil yang serupa pada
pemeriksaan ulangan pada hari yang lain, yaitu dengan konsentrasi
glukosa darah puasa ≥ 126 mg/ dL dan atau glukosa darah sewaktu ≥
200 mg/ dL, atau hasil pemeriksaan HbA1C ≥ 8 % (Yullizar Darwis,
2005).
KELUHAN KLINIS DIABETES
Keluhan Klasik (+)
Keluhan Klasik (-)
≥ 126
< 126
≥ 126
≥ 200
< 200
≥ 200
110-125
< 110
< 110
110-199
Ulang GDS atau GDP
≥ 126
< 126
≥ 200
< 200
TTGO
GD jam ke-2
≥ 200
s
DIABETES MELITUS
GDP
= Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dL)
GDS
= Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dL)
GDPT
= Glukosa darah Puasa Terganggu
TGT
= Toleransi Glukosa Terganggu
Diagram 2.2 :
140-199
TGT
< 140
GDPT
Normal
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Penyakit DM; (Yullizar Darwis,
2005)
c. Pemeriksaan Pemantauan Pengendalian
Pemeriksaan
ini
ditujukan
untuk
memantau
keberhasilan
pengobatan dalam upaya mencegah terjadinya penyulit kronis.
Penyebab terjadinya penyulit kronis bukan secara langsung oleh
glukosa darah yang tinggi, melainkan karena zat-zat metabolit lain
yang terbentuk akibat sel tidak dapat menggunakan glukosa. Dengan
demikian Diabetes Melitus yang terkendali dengan baik tidak berarti
hanya glukosa darahnya saja yang baik, tetapi harus secara menyeluruh
menyangkut antara lain konsentrasi glukosa dalam darah, HbA1c
(Hemoglobin Glikat), kolesterol, trigliserida, dtatus gizi, dan tekanan
darah.
Sasaran pengobatan atau pengendalian untuk pasien Diabetes
Melitus yang berumur > 60 tahun cukup sampai kriteria sedang, hal ini
mengingat keterbatasan fisik pada pasien usia lanjut (Yulizar Darwis,
2005).
d. Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah
Dalam pemeriksaan kadar glukosa darah dikenal beberapa jenis
pemeriksaan, antara lain pemeriksaan glukosa darah puasa , glukosa
darah sewaktu, glukosa darah 2 jam sesudah makan, pameriksaan
glukosa darah ke-2 pada tes toleransi glukosa oral (TTGO),
pemeriksaan glukosa kurva harian, dan pemeriksaan HbA1C (Yulizar
Darwis, 2005):
1) Pemeriksaan glukosa darah sewaktu
Dilakukan setiap waktu pada pasien dalam keadaan tanpa puasa.
Spesimen dapat berupa serum, plasma, atau darah kapilar.
Pemeriksaan glukosa darah sewaktu plasma dapat digunakan untuk
pemeriksaan penyaring dan memastikan diagnosis DM, sedangkan
periksaan gula darah yang berasal dari darah kapilar hanya untuk
pemeriksaan penyaring. Tes ini mengukur glukosa darah yang
diambil kapan saja tanpa memperhatikan waktu makan. Kriteria
KGDS dari alat Accu-Chek Active dikategorikan baik bila berkisar
110 -< 145 mg/dL, sedang 145-179 mg/dL, dan buruk =180 mg/dL .
2) Pemeriksaan glukosa darah puasa
Pada pemeriksaan ini, pasien harus puasa 10-12 jam sebelum
pemeriksaan. Spesimen dapat berupa serum, plasma, atau darah
kapilar. Pemeriksaan glukosa darah puasa plasma dapat digunakan
untuk
pemeriksaan
penyaring,
memastikan
diagnosis,
dan
memantau pengendalian, sedangkan pemeriksaan yang berasal dari
darah kapilar hanya untuk pemeriksaan penyaring dan memantau
pengendalian. Glukosa darah puasa terganggu (GDPT) bila pada
pemeriksaan didapat nilai sebesar 110-125 mg/dL.
3) Pemeriksaan glukosa darah 2 jam sesudah makan
Standarisasi pemeriksaan ini sulit dilakukan karena makanan
yang di konsumsi baik jenis maupun jumlahnya tidak dapat
dibakukan dan sulit mengawasi pasien dalam tenggang waktu 2 jam
untuk tidak makan dan minum. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk
memantau pengendalian Diabetes Melitus.
4) Pemeriksaan glukosa jam ke-2 pada tes toleransi glukosa oral
(TTGO)
Tes toleransi glukosa oral merupakan pemeriksaan yang lebih
sensitif dari pada tes toloransi glukosa intravena. Tes toleransi
glukosa oral dilakukan dengan pemberian larutan karbohidrat
sederhana.
5) Periksaan glukosa kurva harian
Pemeriksaan konsentrasi glukosa kurva harian dilakukan pada
pemantauan pengendalian Diabetes Melitus yang berkaitan dengan
obat-obat hipoglikemi yang diberikan. Biasanya pemeriksaan
dilakukan 3-4 kali dalam sehari, sebelum makan sore dan sebelum
makan malam. Kekerapan melakukan pemeriksaan ini tergantung
berat dan sifat diabetes serta jenis obat (Yulizar Darwis, 2005).
6) Pemeriksaan HbA1C
Pemeriksaan hemoglobin terglikasi (HbA1C), atau disebut juga
glycohemoglobin yang disingkat A1C merupakan salah satu
pemeriksaan darah yang penting untuk mengevaluasi pengendalian
gula darah. Hasil pemeriksaan A1C memberikan gambaran rata-rata
gula darah selama
periode waktu 6-12 minggu, dan hasil ini
dipergunakan bersama dengan hasil pemeriksaan gula darah mandiri
sebagai dasar untuk melakukan penyesuian terhadap pengobatan
Diabetes Melitus yang dijalani. Bila kadar gula darah tinggi dalam
beberapa minggu, maka kadar HbA1C akan tinggi pula. Ikatan
HbA1C yang terbentuk bersifat stabil dan dapat bertahan hingga 2-3
bulan. sebelum pemeriksaan (Indodiabetes, 2009).
Tabel 1.1:
Korelasi antara Kadar HbA1C dan Rata-rata Kadar Gula
Darah
HbA1C (%)
Rata-rata Gula Darah (mg/dL)
6
135
7
170
8
205
9
240
10
275
11
310
12
345
(pemeriksaan gula darah, www.indodiabetes.com)
Pemeriksaan glukosa darah lebih akurat dibandingkan dengan
pemeriksaan glukosa urin karena pemeriksaannya bersifat langsung
(Soewondo dalam Soegono, 2007). Tujuan pemeriksaan glukosa darah
untuk mendeteksi keadaan hipoglikemik atau hiperglikemik.
7.
Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Tujuan utama pengelolaan atau penatalaksanaan Diabetes Melitus
adalah pengendalian kadar glukosa darah dengan harapan timbulnya
komplikasi dapat dicegah atau diperlambat (Waspadji, 2003). Empat pilar
utama dalam pengelolaan diabetes mellitus menurut Konsensus Nasional
1998 (PERKENI, 1998) adalah: perencanaan makan, latihan jasmani,
penyuluhan, dan obat berkhasiat hipoglikemik.
a. Perencanaan makan
Prinsip perencanan makan adalah melakukan pengaturan pola
makan yang didasarkan pada status gizi Diabetes Melitus dan
melakukan modifikasi diet dengan memperhatikan gaya hidup, pola
kebiasaan makan, status ekonomi dan lingkungan. Diabetesi harus dapat
melakukan perubahan pola makan secara konsisten. Salah satu manfaat
pengaturan makan adalah untuk meningkatkan sensitifitas reseptor
insulin sehingga akhirnya dapat menurunkan kadar glukosa darah,
(Soebardi & Yunir dalam Sudoyo, 2006).
b. Latihan jasmani
Latihan jasmani dianjurkan untuk dilakukan secara teratur (3-5 kali
seminggu) selama kurang lebih 30 menit, yang sifatnya sesuai CRIPE
(continous, rhythmical, interval, progressive, endurancetraining).
Latihan jasmani yang teratur menyebabkan kontraksi otot meningkat
dan resistensi insulin berkurang (Ilyasa dalam Soegondo, 2007), Pasien
dengan kadar glukosa darah >250 mg/dL, tidak dianjurkan untuk latihan
jasmani karena akan meningkatkan kadar glukosa darah dan benda
keton, (Soebardi & Yunir dalam Sudoyo,2006).
Tahap-tahap dalam melakukan latihan jasmani:
1). Peregangan (stretching)
Dilakukan peregangan pada semua otot tubuh selama lebih kurang
5 menit, untuk mencegah cedera otot.
2). Pemanasan (warming up)
Dilakukan dalam gerakan lambat selama 5-10 menit, sehingga
kecepatan jantung meningkat secara bertahap.
3). Latihan inti dengan kecepatan penuh (full speed)
Dilakukan dengan irama lebih cepat selama 20-30 menit, bertujuan
untuk meningkatkan kerja jantungdan paru-paru.
4).
Pendinginan (cooling down)
Dilakukan dalam tempo lambat selama 5-10 menit, untuk
mencegah nyeri atau cedera.
c.
Penyuluhan (edukasi diabetes)
Bila dilihat dari empat pilar pengelolaan Diabetes Melitus,
tingkat kepatuhan diabetesi dalam mengatur perencanaan makan,
pengobatan dan latihan jasmani, intinya adalah bagaimana diabetesi
memahami,
menyadari,
dan
dapat
mengendalikan
kondisi
penyakitnya sehingga dapat hidup lebih berkualitas. Untuk mengatasi
hal tersebut, sangatlah penting seorang edukator dalam pengelolaan
Diabetes Melitus. Pada intinya seorang edukator memberikan
penyuluhan dengan tujuan dapat meningkatkan pengetahuan,
mengubah sikap, mengubah perilaku, meningkatkan kepatuhan dan
meningkatkan kualitas hidup klien diabetes melitus (Soewondo P,
2002).
d.
Obat berkhasiat hipoglikemik
Pada
dasarnya
pengelolaan
Diabetes
Melitus
tanpa
dekompensasi metabolik dimulai dengan pengaturan makan, disertai
dengan kegiatan jasmani yang cukup selama beberapa waktu. Bila
setelah itu kadar glukosa darah masih belum dapat memenuhi kadar
sasaran metabolik yang diinginkan, pasien diberikan obat hipoglikemi
oral (OHO) atau suntikan insulin sesuai dengan indikasi (PERKENI,
1998). Obat anti hipoglikemi umumnya hanya digunakan untuk
mengobati beberapa individu dengan Diabetes Melitus tipe-2. Obatobatan ini menstimulasi pelepasan insulin dari sel beta pankreas atau
pengambilan glukosa oleh jaringan perifer (Soewondo P, 2002).
B. Pengendalian Kadar Glukosa Darah
Pengendalian kadar gula darah yang baik dan optimal diperlukan untuk
dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik. Untuk menyatakan kadar
glukosa darah yang terkontol, tidak hanya tergantung pada hilangnya gejala
Diabetes Melitus saja, tetapi harus dengan pemeriksaan kadar glukosa darah.
Diabetes melitus yang terkendali baik, tidak hanya kadar glukosa darahnya
saja yang baik, tetapi meliputi pula status gizi, tekanan darah, kadar lipid
maupun HbA1C (Soewondo, 2002).
1. Kadar Glukosa Darah
Kadar glukosa darah adalah jumlah atau konsentrasi glukosa yang
terdapat dalam darah (Soeryodibroto, 1998). Kadar glukosa darah pada
orang normal berlangsung konstan, karena pengaturan karbohidrat yang
baik
Pengaturan kadar glukosa darah diatur oleh keseimbangan hormon
yang menaikan glukosa darah oleh hormon glukagon, hormon epinefrin,
hormon
glukokortikoid,
konsentrasi kadar
dan
glukosa
hormon
pertumbuhan.
darah dalam
Peningkatan
sirkulasi mengakibatkan
peningkatan sekresi insulin dan pengurangan glukagon. Sebaliknya
penurunan glukosa darah mengakibatkan penurunan sekresi insulin dan
peningkatan glukagon (Soeryodibroto, 1998).
Untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam batas normal
dapat dilakukan oleh tubuh dengan mempertahankan homeostatis dalam
tubuh melalui 2 cara yaitu, bila glukosa darah terlalu rendah, maka glukosa
akan disuplai dari hati dengan jalan memecah glikogen hati, sebaliknya
bila glukosa darah terlalu tinggi maka glukosa tersebut akan dibawa ke
hati dan dirubah menjadi glikogen atau masuk ke otot dirubah menjadi
glukogen otot (Suyono, 1995; dalam Mira Musaira, 2003).
Pasien Diabetes Melitus harus berusaha menjaga kadar glukosa
darah dalam batas normal, dan untuk melakukan hal ini mereka perlu
menjaga keseimbangan diantara jumlah glukosa yang masuk dan glukosa
yang hilang (Leslie, 1991).
Diabetes Melitus yang tidak terkontrol dengan baik
dapat
menimbulkan komplikasi-komplikasi kronik, maka untuk dapat mencegah
komplikasi-komplikasi yang timbul tersebut diperlukan pengendalian
kadar gula darah yang baik. Diabetes Melitus terkendali dapat dilihat dari
glukosa darah, kadar lipid, tekanan darah dan HbA1C seperti tercantum:
Tabel 2.1:
Kriteria Pemantauan Pengendalian Diabetes Melitus
Baik
Sedang
Buruk
Glukosa darah puasa *
(plasma vena , mg /dL)
80-109
110-125
≥ 126
Glukosa darah 2 jam pp *
(plasma vena , mg /dL)
80-144
145-179
≥ 180
HbA1c
< 6,5
6,5 - 8
>8
Kolesterol total (mg / dL )
< 200
200 - 239
≥ 240
Kolesterol LDL (mg / dL
< 100
100 - 129
≥ 130
)
Kolesterol HDL (mg/ dL )
> 45
Trigliserida (mg/ dL )
> 150
150 - 199
≥ 200
IMT (kg / m2 )
18,5 – 22,9
23 - 25
> 25
Tekanan darah (mmHg)
< 130/ 80
130/ 80 - 140/
> 140/ 90
90
( Yullizar Darwis, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Penyakit
Diabetes Melitus ; 2005 )
2. Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Terkendalinya Kadar
Glukosa Darah
a.
Faktor Internal
1) Penyakit dan Stres
Seseorang yang sedang menderita sakit karena virus atau
bakteri tertentu, merangsang produksi hormone tertentu yang
secara tidak langsung berpengaruh pada kadar gula darah
(Tandra, 2008). Adapun menurut Leslie (1999), kadar gula
darah dipengaruhi oleh stress seseorang (Leslie, 1999 dalam
Iswanto, 2004).
Stres adalah segala situasi dimana tuntutan non-spesifik
mengharuskan individu untuk berespon atau melakukan
tindakan. Stres muncul ketika ada ketidakcocokan antara
tuntutan yang dihadapi dengan kemampuan yang dimiliki,
(Selye, dalam Potter & Perry, 2005). Diabetesi yang
mengalami stres dapat merubah pola
makan,
latihan,
penggunaan obat yang biasanya dipatuhi diabetesi dan hal ini
menyebabkan terjadinya hiperglikemia (Smeltzer & Bare,
2002). Hiperglikemia yang terjadi pada keadaan stress ditandai
dengan peningkatan kadar gula darah, yang secara umum
sebanding dengan beratnya stress (Souba dan Wilmore, 1996
dalam Hariani, 2002).
Selain itu, stres memicu terjadinya reaksi biokimia dalam
tubuh melalui 2 jalur, yaitu neural dan neuroendokrin. Reaksi
pertama dari respon stres adalah terjadinya sekresi sistem saraf
simpatis yang menyebabkan ujung saraf mengeluarkan
norepinefrin
untuk
meningkatkan
frekuensi
jantung.
Peningkatan frekuensi jantung bertujuan untuk memperoleh
perfusi yang baik. Kondisi ini menyebabkan glukosa darah
meningkat guna sumber energi untuk perfusi (Guyton, 1996;
Smeltzer & Barwe, 2002).
Bila
stres
menetap,
respon stres
akan
melibatkan
hipotalamus pituitari. Hipotalamus mensekresi corticotropinreleasing factor, yang menstimulasi pituitari anterior untuk
memproduksi
Kemudian
adrenocorticotropic
ACTH
menstimulasi
hormone
pituitari
(ACTH).
antrior
untuk
memproduksi glukokortikoid, terutama kortisol. Peningkatan
kortisol akan mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah
(Seltzer & Bare, 2002). Selain itu kortisol juga dapat
menginhibisi ambilan glukosa oleh sel tubuh (Individual
Wellbeing Diagnostic Laboratories, 2008).
2) Obesitas
Obesitas artinya berat badan yang berlebih minimal
sebanyak 20% dari berat badan idaman. Rumus untuk
menentukan berat badan idaman adalah sebagai berikut: (TB
dalan cm - 100) – 10%. Hal ini berarti indeks masa tubuh lebih
dari 25 kg/m2 (Sukarji dalam Soegondo, S., et al., 2007).
Individu dengan Diabetes Melitus tipe-2 diketahui sebanyak
80% diantaranya adalah obesitas. Obesitas menyebabkan
reseptor insulin pada target sel di seluruh tubuh kurang sensitif
dan jumlahnya berkurang sehingga insulin dalam darah tidak
dapat dimanfaatkan (Ilyas dalam Soegondo, 2007).
3) Makanan/Asupan makan
Makanan
diperlukan
sebagai
bahan
bakar
dalam
pembentukan ATP. Selama pencernaan, banyak zat gizi yang
diabsorpsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh sampai
makanan berikutnya. Di dalam makanan yang dikonsumsi,
terkandung karbohidrat, lemak, dan protein (Tandra, 2008).
Kadar gula darah sebagian tercantum pada apa yang dimakan
dan oleh karenanya sewaktu makan diperlukan adanya
keseimbangan diet. Mempertahankaan kadar gula darah agar
mendekati nilai normal dapat dilakukan dengan asupan
makanan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan (Sukardji,
2002).
Makanan yang berbeda dapat memberikan pengaruh yang
berbeda pula terhadap kadar gula darah. Faktor-faktor penting
dalam diet karbohidrat terhadap kenaikan kadar gula darah
(Rimbawan,2004) adalah sebagai berikut:
a) Kandungan serat dalam makanan
b) Proses pencernaan
c) Cara pemasakannya
d) Ada atau tidaknya zat anti terhadap penyerapan makanan
sebagai zat anti nutrient
e) Waktu makan dengan kecepatan lambat atau cepat
f) Pengaruh intoleransi glukosa
g) Pekat atau tidaknya makanan
Pasein Diabetes Melitus memiliki kemampuan tubuh yang
terbatas mengatur metabolisme hidrat arang dan jika toleransi
hidrat arang dilampaui, pasien akan mengalami glikosuria dan
ketonuria yang pada akhirnya dapat menjadi ketoasidosis, maka
pembatasan kandungan hidrat arang dalam diet pasein Diabetes
Melitus harus dilakukan (PERKENI, 1998).
4) Jumlah latihan fisik/ Olahraga yang dilakukan
Manfaat latihan fisik atau olahraga sebagai terapi Diabetes
Melitus telah cukup lama dikenal sebagai salah satu upaya
penanggulangan penyakit DM disamping obat dan diit
(Darmono, 2002). Latihan fisik dapat meningkatkan sensitifitas
jaringan terhadap insulin. Pada Diabetes Melitus tipe-1
peningkatan sensitifitas jaringan
terhadap insulin tersebut
dapat mengurangi kebutuhan insulin, sedangkan pada Diabetes
Melitus tipe-2 peningkatan sensitifitas jaringan tersebut sangat
penting dalam regulasi kadar glukosa darah (Ilyas, E.I., 2007).
5) Perawatan baik dengan Tablet maupun dengan Insulin
Cara kerja obat hipoglikemik oral pada umumnya
merangsang sel beta pankreas untuk mengeluarkan insulin atau
mengurangi absorpsi glukosa dalam usus, sehingga dapat
menurunkan kadar glukosa dalam darah.
Perencanaan makan masih merupakan pengobatan utama,
tetapi bila hal ini bersama latihan jasmani ternyata gagal, maka
diperlukan penambahan obat oral. Obat hipoglikemik oral
diberikan agar Diabetes Melitus dapat terkontrol dengan baik
(Soegondo,1995).
a. Faktor Eksternal
1)
Pendidikan
Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran
kepada masyarakat agar mau melakukan tindakan-tindakan
untuk memelihara atau mengatasi masalah-masalah, dan
meningkatkan kesehatannya. Pendidikan mempunyai kaitan
yang tinggi terhadap
perilaku pasien untuk menjaga dan
meningkatkan kesehatannya. Pendidikan bagi pasien Diabetes
Melitus berhubungan dengan perilaku pasien dalam melakukan
pengendalian terhadap kadar glukosa darah agar tetap stabil.
Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini membutuhkan
waktu yang lama, namun hasil yang dicapai bersifat tahan
lama karena didasari oleh kesadaran sendiri (Notoatmodjo,
2005).
2) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan penampakan dari hasil “tahu” dan
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu
obyek tertentu. Pengetahuan adalah hasil tahu manusia yang
sekedar menjawab pertanyaan “what” (Notoatmodjo, 2002:
121).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang sebelum orang
mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut sehingga
terjadi suatu proses berurutan (Rogers 1994).
Jadi, pengetahuan merupakan tingkatan terendah dalam
domain kognitif. Pengetahuan merupakan hasil dari tingkah
laku, hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan
pada suatu objek tertentu (Noto Atmojo, 1993). Pasien
Diabetes Melitus akan mampu melakukan pengendalian kadar
glukosa darah dengan baik jika didasari dengan pengetahuan
mengenai penyakit Diabetes Melitus, baik tanda dan gejala
maupun penanganannya.
3) Kedekataan dan Keterpaparan terhadap Sumber Informasi
Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi
perantara dalam menyampaikan informasi. Mempengaruhi
kemampuan, semakin banyak sumber informasi yang diperoleh
maka semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki
(Notoadmodjo, 2003).
Salah satu faktor yang mempengaruhi tindakan seseorang
dalam
meningkatkan
kwalitas
kesehatannya
adalah
terjangkaunya informasi yaitu tersedianya informasi-informasi
terkair dengan tindakan yangn akan diambil oleh seseorang.
Pada pasien Diabetes Melitus, dengan adanya kemudahan
untuk memperoleh informasi mengenai pengendalian kadar
gula darah dapat memfasilitasi terjadinya tindakan untuk
melakukaan pengendalian kadar gula darah mereka.
C. Penelitian Terkait
Penelitian yang terkait adalah penelitian yang dilakukan oleh Kurniatin
Yuniatun (FKM UI, 2003) dalam Faktor-faktor yang berhubungan dengan
pengendalian kadar gula darah puasa pasien lama Diabetes Melitus lanjut usia
di Poliklinik Diabetes Melitus RSCM. Penelitian ini dilakukan pada 100 orang
responden, dan dari hasil penelitian ini didapat bahwa: berdasarkan hasil
analisis diketahui bahwa aktivitas fisik mempunyai peranan terhadap kadar
glukosa darah dan pengendaliannya. Hal ini terlihat dalam uji bivariat dengan
uji t – Independent bahwa ada perbedaan yang signifikan rata-rata nilai
aktivitas fisik antara pasien dengan kadar glukosa darah yang terkontrol dan
yang tidak terkontrol (P=0,000), sehingga Ho ditolak. Dimana nilai aktivitas
untuk pasien dengan kadar glukosa darah yang terkontrol mempunyai nilai
lebih besar.
Penelitian lain yang berhubungan adalah penelitian yang dilakukan oleh
Mira Musaira (FKM UI, 2003) dalam “Gambaran epidemiologi Diabetes
Melitus dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar gula darah pada
pasien Diabetes Melitus anggota klub persadia Rumah Sakit Islam Jakarta
Timur”. Penelitian ini dilakukan pada 90 responden, dari hasil uji statistik
diperoleh nilai P= 0,005 dan PR= 2,86 maka dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara variabel pengetahuan dengan kadar gula darah pasien
Diabetes Melitus. Pasien Diabetes Melitus yang pengetahuannya kurang
mempunyai peluang 2,86 ditemukan dengan kadar gula darah tinggi dibanding
dengan pasien Diabetes Melitus yang pengetahuan baik. Hasil analisis
hubungan antara pengetahuan dengan kadar gula darah diperoleh bahwa
sebanyak 21 dari 40 (52,5%) pasien Diabetes Melitus yang pengetahuannya
kurang dengan kadar gula darah tinggi, sedangkan 11 dari 50 pasien yang
pengetahuannya baik dan kadar gula darah tinggi.
D. Kerangka Teori
Faktor-faktor yang berhubungan
dengan terkendalinya kadar
glukosa darah:
• Pendidikan
• Pekerjaan
• Pengetahuan
• Kedekatan dan keterpaparan
terhadap sumber informasi
• Asupan makan
• Jumlah latihan/aktivitas fisik
• Asupan obat
• Penyakit atau Stress
Terkendalinya kadar
gula darah
Skema 2.1
Kerangka teori
(Berdasarkan teori Notoatmodjo, 2003 dan PERKENI, 1998)
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka konsep
Varibel Independen
Pengetahuan
Pendidikan
Kedekatan dan
keterpaparan
terhadap sumber
informasi
Variabel Dependen
terkendalinya kadar
gula darah
Kebiasaan makan
Aktivitas fisik
Asupan obat
Komplikasi Penyakit
lain
Skema 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep pada penelitian ini akan menghubungkan antara variabel
dependen dan variabel independen yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan
terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus yang meliputi faktor
pengetahuan, pendidikan, kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi
(misalnya memiliki keluarga dengan latar belakang medis atau memiliki tempat
tinggal yang berdekatan dengan tempat pelayanan kesehatan seperti Puskesmas
atau balai kesehatan), kebiasaan makan, aktivitas atau latihan fisik, asupan obat
serta komplikasi dengan penyakit lain. Sedangkan variabel dependen pada
penelitian ini adalah terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus.
B. Definisi Operasional
Varibel
Pengetahuan
Pendidikan
Definisi
Operasional
Hal-hal yang
diketahui atau
dipahami
responden
dalam
mengendalikan
kadar gula
darah.
Pendidikan
formal terakhir
yang pernah
diikuti
responden
Cara ukur
Alat ukur
Independent
Menanyakan pd Kuesioner
pasien Diabetes C 1-6
Melitus
mengenai
pengetahuannya
dalam
mengendalikan
kadar gula darah
Menanyakan
pada pasien
Diabetes
Melitus
mengenai
tingkat
Kuesioner
A3
Hasil ukur
Skala
ukur
0 = kurang
Ordinal
(bila nilai yang
didapat ≤
55%)
1 = cukup (bila
nilai yang
didapat 5675%)
2 = baik (bila
nilai yang
didapat 76100%)
(Arikunto,
1998)
0 = tidak
sekolah
1 = SD
2 = SMP
3 = SMA
4 = Perguruan
Ordinal
Kedekatan
dan
keterpaparan
terhadap
sumber
informasi.
pendidikan
mereka
Responden
Menanyakan
memiliki akses pada pasien
yang mudah
Diabetes
dan cepat untuk Melitus
mendapatkan
mengenai
Informasi
kedekatan dan
kesehatan
keterpaparan
(terutama untuk mereka
mengendalikan terhadap
kadar gula
sumber
darah pada
informasi
pasien DM )
kesehatan.
yang akurat.
Tinggi
Kuesioner
C 1-5
0 = tidak
mudah (jika
skor yang
diperoleh <
nilai median)
Ordinal
1 = mudah
(jika skor yang
diperoleh ≥
nilai median)
Aktivitas
fisik/latihan
jasmani
Jumlah, lama
dan jenis
aktivitas atau
kegiatan fisik
yang dilakukan
oleh responden
Menanyakan
kepada
responden
jumlah, lama
dan jenis
aktivitas atau
kegiatan fisik
yang dilakukan
oleh responden.
Kuesioner
D 1-5
Asupan obat
Asupan obat
tablet atau
insulin yang
dikonsumsi oleh
responden dalam
upaya
mengendalikan
kadar glukosa
darah
Menanyakan
kepada
responden
mengenai obat
tablet atau
insulin yang
mereka
konsumsi
Kuesioner
E 1 -4
Asupan/
kebiasaan
makan
Asupan nutrisi
yang
dikonsumsi
oleh seseorang
sesuai dengan
batasan/anjuran
diet DM
Menanyakan
pada pasien
Diabetes
Melitus
mengenai
makanan yang
dikonsumsi
atau mengenai
diet mereka
Kuesioner
F 1-5
0 = tidak sesuai Ordinal
anjuran (jika
skor yang
diperoleh < nilai
median)
1 = sesuai
anjuran (jika
skor yang
diperoleh ≥ nilai
median)
0 = tidak
Ordinal
sesuai
instruksi (jika
skor yang
diperoleh <
nilai median)
1 = sesuai
instruksi (jika
skor yang
diperoleh ≥
nilai median)
0 = tidak
Ordinal
sesuai anjuran
(jika skor yang
diperoleh <
nilai median)
1 = sesuai
anjuran (jika
skor yang
diperoleh ≥
Komplikasi
penyakit lain
Terkendalinya
kadar gula
darah
Penyakit lain
yang diderita
responden
selain diabetes
melitus
Dilihat dari
medical record
pasien
Kuesioner
B-1
Dependent
Dilihat dari
Kuesioner
Kondisi
medical record B-2
dimana kadar
gula darah
pasien
responden
dapat
terkendali/
terkontrol
dengan melihat
hasil
pemeriksaan
HbA1C pada
rekam medis
pasien/
responden.
nilai median)
0 = jika ada
komplikasi
penyakit lain
1 = jika tidak
komplikasi
dengan
penyakit lain
Ordinal
0 = tidak
Ordinal
terkontrol (jika
nilai HbA1C <
6,5 dan > 8)
1 = terkontrol
(jika nilai
HbA1C 6,5-8)
C. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan terkendalinya kadar gula darah
pada pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
(RSUPF) tahun 2009.
2. Ada hubungan antara
pendidikan dengan terkendalinya kadar gula darah
pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (RSUPF)
tahun 2009.
3. Ada hubungan antara kedekatan dan keterpaparaan terhadap sumber informasi
kesehatan dengan terkendalinya kadar gula darah pasien Diabetes Melitus di
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (RSUPF) tahun 2009.
4. Ada hubungan antara jumlah aktivitas fisik dengan terkendalinya kadar gula
darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
(RSUPF) tahun 2009.
5. Ada hubungan antara asupan obat dengan terkendalinya kadar gula darah
pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (RSUPF)
tahun 2009.
6. Ada hubungan antara asupan makan dengan terkendalinya kadar gula darah
pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (RSUPF)
tahun 2009.
7. Ada hubungan antara komplikasi penyakit lain dengan terkendalinya kadar
gula darah pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
(RSUPF) tahun 2009.
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain atau rancangan penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan
untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa
kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian ( Burn &
Grove,1991; Notoatmodjo, 2007). Penelitian ini menggunakan desain studi
cross
sectional
untuk
melihat
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus.
Studi cross sectional mencakup semua jenis penelitian yang
pengukuran variabel-variabelnya dilakukan hanya satu kali, pada satu saat.
Tidak ada follow-up pada studi ini ( Setiadi, 2007).
Alasan digunakan desain studi ini karena kelebihan yang dimilikinya,
diantaranya:
1. Keuntungan
yang
utama
dari
desain
cross
sectional
adalah
memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum, tidak hanya
mencari pengobatan, hingga generalisasinya cukup memadai
2. Desain ini relative mudah, murah, dan hasilnya cepat dapat diperoleh
3. Dapat dipakai untuk meneliti sekaligus banyak variabel
4. Tidak terancam loss to follow-up (drop out)
5. Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian berikutnya yang lebih
konklusif.
B. Variabel Penelitian
Menurut Setiadi (2007), variabel penelitian adalah karakteristik yang
diamati yang mempunyai variasi nilai dan merupakan operasionalisasi dari
suatu konsep agar dapat diteliti secara empiris atau ditentukan tingkatannya.
Variabel dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus di RSUP
Fatmawati tahun 2009.
C. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Instalasi rawat jalan, Poliklinik penyakit
dalam Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati karena memiliki sarana
dan prasarana yang cukup lengkap, pasien diabetes melitus yang berobat di
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati dilakukan pemeriksaan HbA1C, pasien
Diabetes
Melitus
tiap
tahun
semakin
meningkat
dengan masalah
pengendalian kadar gula yang masih tinggi, serta mudah untuk mendapatkan
responden yang akan diteliti. Waktu penelitian dan pengumpulan data
dilaksanakan pada bulan November tahun 2009.
D. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti (Noto
Atmojo, 1993:75; Setiadi, 2007). Sedangkan menurut Aziz (2008), populasi
adalah seluruh subyek atau obyek dengan karakteristik tertentu yang akan
diteliti.
Populasi atau subyek penelitian yang diambil
pada penelitian ini
adalah semua pasien Diabetes Melitus yang melakukan pemeriksaan atau
pengobatan di ruang Poliklinik penyakit dalam Rumah Sakit Umum Pusat
(RSUP) Fatmawati tahun 2009.
E. Sampel dan teknik pengambilan sampel
1. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 1993:75;
Setiadi, 2007). Sedangkan menurut Aziz Alimul Hidayat (2008) sampel
penelitian adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada kriteria
inklusi dan eksklusi
a. Kriteria Inklusi:
1) Kesadaran baik
2) Pasien Diabetes Melitus yang sedang menjalani pengobatan rawat
jalan di Poliklinik penyakit dalam RSUP Fatmawati.
3) Pasien Diabetes Melitus yang dilakukan pemeriksaan HbA1C
4) Bersedia untuk dijadikan responden atau sampel penelitian
b. Kriteria Eksklusi:
1) Pasien Diabetes Melitus yang tidak bersedia menjadi responden
atau menolak berpartisipasi
2) Pasien Diabetes Melitus yang tidak melakukan pemeriksaan
HbA1C
3) Tidak mampu mendengar dan berkomunikasi verbal / non verbal
dengan baik.
Pada penelitian ini jumlah sampel ditetapkan dengan menggunakan rumus Uji
hipotesis beda proporsi:
 Z − a / 2 2Ρ(1 − Ρ ) + Z1 − β Ρ1 (1 − Ρ1 ) + Ρ2 (1 − Ρ2 ) 
n=  1

(Ρ1 − Ρ2 )


2
Keterangan:
n
= Jumlah sampel
Z1.α/2 = derajat kepercayaan (95%) = 1,96
ά (derajat kemaknaan) = 5%
Z1-β = (kekuatan uji 80%) = 0,84
P1
= Proporsi distribusi kadar gula darah puasa tinggi pada pasien DM
yang tidak patuh terhadap diet yang dianjurkan, berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Iswanto (2004).
P2
= P1-20 % (Proporsi distribusi kadar gula darah puasa tinggi pada
pasien DM yang tidak patuh terhadap diet yang dianjurkan,
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Iswanto, 2004 dengan
perbedaan selisih 20% dari proporsi awal.
P
= (P1+ P2)/2
Pembahasan:
 Z − a / 2 2Ρ(1 − Ρ ) + Z1 − β Ρ1 (1 − Ρ1 ) + Ρ2 (1 − Ρ2 ) 
n=  1

(Ρ1 − Ρ2 )


=
2
1,96√2.0,78 (1-0,78)+0,84 √ 0,87(1-0,87)+0,67(1-0,67)
(0,87-0,67)
= 68 Orang
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas,
maka besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
sebanyak
68
orang,
namun
untuk
mengurangi
kesalahan/kekurangan dalam pengambilan data
terjadinya
seperti: ketidak
lengkapan pengembalian atau pengisian kuesioner oleh responden maka
ditambah cadangan 10% dari besar sampel tersebut.
Cadangan 10% dari sampel: = 10% .68
= 7 orang
Jadi total jumlah sampel yang akan digunakan pada penelitian ini setelah
ditambah cadangan 10% adalah 68+ 7 = 75 orang
2. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan probability
sampling yaitu teknik yang memberikan kesempatan yang sama bagi
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel, dengan teknik
consecutive sampling (berurutan) yakni pemilihan sampel dengan
menetapkan subyek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukan dalam
sampel penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah sampel
yang diperlukan terpenuhi.
Sampel yang diambil atau digunakan pada penelitian ini didasarkan
pada kriteria inklusi, yaitu karakteristik umum subyek penelitian dari
suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti.
F. Etika Penelitian
Sebelum
mekakukan
penelitian,
Peneliti
mendapat
izin
atau
persetujuan dari institusi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati untuk
melakukan penelitian, khususnya dari pasien Diabetes Melitus yang
melakukan pemeriksaan atau pengobatan di Poliklinik penyakit dalam RSUP
Fatmawati. Setelah peneliti mendapatkan persetujuan, baik dari institusi
Rumah Sakit maupun dari responden, maka peneliti dapat melakukan
penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi:
1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden
yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul
penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat
mengerti maksud dan tujuan penelitian. Jika responden menolak, maka
peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.
2. Tanpa Nama (Anonymity)
Untuk menjaga kerahasian identitas responden, peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang diisi
responden, lembar tersebut hanya diberi kode tertentu.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden, hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitan.
G. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data primer dikumpulkan dengan menggunakan
kuesioner
terstruktur
yang
berisi
pertanyaan
tentang
pengetahuan,
pendidikan, perilaku, kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber
informasi, aktivitas/latihan fisik, asupan obat, serta asupan makan, sedangkan
data sekunder dilihat dari rekam medis pasien untuk mengetahui adanya
komplikasi penyakit lain dan untuk mengetahui kadar gula darah pasien/nilai
HbA1C (dari hasil pemeriksaan laboratorium). Pengumpulan data dilakukan
oleh peneliti dan dibantu oleh rekan/kerabat peneliti.
H. Pengolahan Data
Dalam melakukan analisis, data harus diolah terlebih dahulu dengan
tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang
diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama
dalam pengujian hipotesis. Dalam proses pengolahan data terdapat beberapa
langkah yang harus ditempuh, diantaraanya:
1. Editing
Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diperoleh atau
dikumpulkan. Pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah selesai ini
dilakukan terhadap:
a. Kelengkapan jawaban
b. Keterbacaan tulisan
c. Relevansi jawaban
2. Coding (pengkodean)
Coding adalah memberikan tanda atau kode-kode tertentu pada kuesioner
untuk memudahkan pengolahan selanjutnya.
3. Scoring
Scoring adalah memberikan nilai pada setiap pertanyaan untuk
menentukan nilai keseluruhan hasil jawaban responden.
4. Entry
Entry adalah memasukan data atau menyimpan data dengan bantuan
program komputer
5. Cleaning
Cleaning adalah pemeriksaan data kembali yang telah di entry, untuk
memastikan bahwa data telah bersih.
6. Sorting
Sorting adalah mensorting dengan memilih atau mengelompokan data
menurut jenis yang dikehendaki (klasifikasi data).
I. Analisis Data
Analisis data merupakan proses pengolahan data serta menyusun hasil
penelitian yang akan dilaporkan. Analisa data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Analisis Univariat
Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan pada dua atau
lebih variabel yang hanya memiliki satu variabel terikat (Setiadi, 2007).
Analisa univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan
proporsi dari faktor pengetahuan, pendidikan, perilaku, kedekatan dan
keterpaparan terhadap sumber informasi, aktivitas fisik, asupan obat,
asupan makan, serta komplikasi penyakit lain.
2.
Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat adanya hubungan antara
variabel penelitian. Uji yang digunakan pada penelitian ini adalah uji Chi
Square, untuk melihat apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan,
pendidikan, perilaku, kedekataan dan keterpaparan terhadap sumber
informasi, aktivitas/latihan fisik, asupan obat, maupun asupan makan,
serta komplikasi penyakit lain dengan terkendalinya kadar gula darah
pada pasien Diabetes Melitus. Untuk melihat kemaknaan hubungan
variabel tersebut secara statistik, digunakan derajat kepercayaan 95% (ά=
0,05). Apabila nilai p ≤ 0,05 maka hasilnya bermakna secara statistik atau
terdapat hubungan (Ho ditolak dan Ha diterima), sedangkan bila nilai p >
0,05 maka hasilnya tidak bermakna secara statistik atau tidak terdapat
hubungan (Ho diterima dan Ha ditolak).
Kekuatan hubungan antara variabel dependen dan variabel
independen dilihat dari nilai odd rasio (OR) yaitu AD/BC. Bila nilai
OR=1 artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dan
dependen. Jika nilai OR < 1 artinya variabel independen memperkecil
risiko tidak terkendalinya kadar gula darah pada pasien DM, dan jika
nilai OR > 1 artinya variabel independen peluang terkendalinya kadar
gula darah pada pasien DM.
BAB V
HASIL PENELITIAN
A.
Gambaran lokasi penelitian dan sample
Pada bab ini menjelaskan hasil penelitian tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi pengendalian kadar gula darah pada pasien Diabetes
Melitus di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)
Fatmawati pada bulan November tahun 2009. Penelitian ini dilakukan
dalam kurun waktu 3 minggu. Lokasi pengambilan sampel dalam
penelitian ini dilakukan pada ruang poliklinik penyakit dalam, Instalasi
rawat jalan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati. Jumlah pasien
yang kontrol atau melakukan pengobatan di Poliklinik penyakit dalam,
Instalasi rawat jalan pada bulan November tahun 2009 adalah sejumlah
500 orang. Pada penelitian ini, teknik yang digunakan dalam pengambilan
sampel adalah teknik consecutive sampling (berurutan) dan jumlah sampel
yang dijadikan sebagai responden berdasarkan perhitungan dengan
menggunakan uji hipotesis beda proporsi sebanyak 75 orang.
Sebelum dilakukannya penelitian ini, peneliti terlebih dahulu
melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner di Rumah Sakit yang
karakteristik respondennya sama dengan karakteristik responden pada
tempat penelitian yakni di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Tangerang. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner ini dilakukan pada
bulan Oktober tahun 2009, dengan jumlah sampel yang digunakan adalah
sebesar 10% dari jumlah sampel yang digunakan pada penelitian yakni
sebanyak 10 orang. Hasil dari uji validitas dan reliabilitas ini menunjukan
ada beberapa pertanyaan yang tidak valid dan tidak reliabel, yaitu pada
variabel asupan obat, asupan makan sehingga konteks pertanyaan tersebut
diubah/dimodifikasi.
B.
Analisa Univariat
1. Pengendalian kadar gula darah
Pengendalian kadar gula darah yang didefinisikan sebagai kondisi
dimana kadar gula darah klien atau pasien Diabetes Melitus dapat
terkontrol, yang dilihat atau diukur melalui hasil observasi nilai
HbA1C pada hasil uji laboratorium dalam rekam medis (medical
record) pasien di ruang Poliklinik penyakit dalam instalasi rawat jalan.
Kemudian
dikelompokkan
menjadi
dua
kategorik
yakni
terkendali/terkontrol dan tidak terkendali/tidak terkontrol. Berdasarkan
hasil analisis data didapatkan bahwa, pengendalian kadar gula darah
pada pasien Diabetes Melitus adalah: pasien yang kadar gula darahnya
terkontrol sebanyak 54 orang (72,0%) dan pasien diabetes yang kadar
gula darahnya tidak terkontrol sebanyak 21 orang (28,0%)
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan terkendalinya kadar gula
darah pada pasien diabetes melitus di ruang Poliklinik Penyakit Dalam
RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009
Variabel
terkendalinya
kadar gula
darah
Kategorik
Terkontrol
Tidak terkontrol
Total
Jumlah
54 0rang
Persentase (%)
72,0
21 orang
75 orang
28,0
100%
2. Pengetahuan
Pengetahuan pasien Diabetes Melitus terkait dengan terkendalinya
kadar gula darah, diukur dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan mengenai sifat penyakit diabetes, tanda dan
gejala umum yang sering dirasakan, komplikasi dari penyakit diabetes,
serta penatalaksanaan diabetes melitus.
Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa pengetahuan
pasien dikelompokkan/dikategorikan menjadi 3 yakni: pasien dengan
pengetahuan kurang (bila skor yang didapat < 56%) berjumlah 0 orang
(0%), pasien dengan pengetahuan cukup (bila skor yang didapat antara
56%-75%) berjumlah 1 orang (1,3%), dan pasien dengan pengetahuan
baik (bila skor yang didapat antara 76%-100%) berjumlah 74 orang
(98,7%).
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan pasien diabetes
melitus dengan terkendalinya kadar gula darah
di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati tahun 2009
Variabel
Pengetahuan
pasien
Total
Kategori
Kurang
Jumlah
0 orang
Persentase (%)
0
Cukup
1 orang
1,3
Baik
74 orang
75 orang
98,7
100%
3. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa responden dengan
pendidikan sekolah dasar (SD) berjumlah 10 orang (13,3%), pasien
dengan pendidikan sekolah menengah pertama (SMP) berjumlah 12
orang (16,0%), pasien dengan pendidikan sekolah menengah keatas
(SMA) berjumlah 18 orang (24%), dan pasien dengan pendidikan
perguruan tinggi berjumlah 35 orang (46.7%).
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan pasien diabetes
melitus dengan terkendalinya kadar gula darah
di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun
2009
Variabel
Pendidikan
pasien
4.
Kategori
SD
SMP
SMA
Perguruan tinggi
Total
Jumlah
10
12
18
35
75 orang
Persentase
(%)
13,3
16,0
24,0
46,7
100%
Kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber informasi
Kedekatan dan keterpapapran terhadap sumber informasi yang
didefinisikan sebagai kemudahan dan kecepatan untuk mengakses dan
mendapatkan informasi kesehatan (terutama untuk mengendalikan
kadar gula darah pada pasien DM) yang akurat, yang diukur dengan
menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai:
seberapa sering pasien memeriksakan kondisi kesehatan di Rumah
Sakit, seberapa sering pasien berkonsultasi dengan tim medis terkait
penyakitnya,
pasien pernah
mendapatkan
penyuluhan/informasi
mengenai penyakit DM, jarak tempat tinggal pasien dengan rumah
sakit dan apakah pasien memiliki keluarga/saudara sebagai petugas
kesehatan. Hasil ukurnya dikelompokkan menjadi dua kategorik yakni
mudah dan tidak mudah.
Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa, pasien yang
mudah dalam mengakses atau mendapatkan informasi sejumlah 29
orang (38,7%) dan pasien yang tidak mudah dalam mengakses atau
memperoleh informasi kesehatan berjumlah 46 orang (61,3%).
Tabel 5.4
Distribusi frekuensi responden berdasarkan kedekatan dan keterpaparan
terhadap sumber informasi pada pasien diabetes melitus dengan
terkendalinya kadar gula darah di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam
RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009
Variabel
Kategori
Kedekatan dan
Mudah
keterpaparan
pasien terhadap
Tidak mudah
sumber informasi
Total
5.
Jumlah
29 orang
Persentase
(%)
61,3
46 orang
38,7
75 orang
100%
Kebiasaan/asupan makan
Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa pasien Diabetes
Melitus dengan kebiasaan makan yang sesuai dengan anjuran diet DM
sejumlah 24 orang (32,0%), sedangkan pasien Diabetes Melitus
dengan kebiasaan makan yang tidak sesuai dengan anjuran diet
diabetes sejumlah 51 Orang (68,0%).
Tabel 5.5
Distribusi frekuensi responden berdasarkan kebiasaan/asupan makan
pasien diabetes melitus dengan terkendalinya kadar gula darah di
Ruang Poliklinik penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009
Varibel
Kategori
Kebiasaan/asupan
makan pasien
Sesuai anjuran diet
DM
Tdk sesuai anjuran
diet DM
Total
6.
Jumlah
24 orang
Persentase
(%)
32,0
51 orang
68,0
75 orang
100%
Aktivitas fisik
Aktivitas fisik pada pasien Diabetes Melitus dalam mengendalikan
kadar gula darah, diukur dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan mengenai tujuan olahraga/aktivitas fisik bagi
pasien diabetes, intensitas dan frekuensi olahraga/aktivitas fisik, serta
jenis olahraga/aktivitas fisik yang dilakukan oleh pasien. Berdasarkan
hasil analisis data didapatkan bahwa, pasien dengan aktivitas fisik
yang sesuai anjuran sejumlah 30 orang (40,0%) dan pasien dengan
aktivitas fisik yang tidak sesuai anjuran sejumlah 45 orang (60,0%).
Tabel 5.6
Distribusi frekuensi responden berdasarkan aktivitas fisik pasien diabetes
melitus dengan terkendalinya kadar gula darah
di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009
Variabel
Aktivitas
fisik
pasien
7.
Kategori
Sesuai anjuran
Tdk sesuai
anjuran
Total
Jumlah
30 orang
Persentase (%)
40,0
45 orang
60,0
75 orang
100%
Asupan obat
Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa sebagian besar
pasien Diabetes Melitus dalam mengendalikan kadar gula darahnya
mengkonsumsi obat tidak sesuai instruksi dokter/tim medis sebanyak
40 orang (53,3%) sementara pasien yang mengkonsumsi obat sesuai
instruksi dokter/tim medis sebanyak 35 orang (46,7%).
Tabel 5.7
Distribusi frekuensi responden berdasarkan asupan obat pasien diabetes
melitus dengan terkendalinya kadar gula darah
di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam
RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009
Varibel
Kategori
Jumlah
Persentase (%)
Asupan
obat
pasien
Sesuai instruksi
35 orang
46,7
Tdk sesuai instruksi
40 orang
53,3
75 orang
100%
Total
8.
Komplikasi Penyakit lain
Berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa sebagian besar
pasien Diabetes Melitus yang mengalami komplikasi penyakit lain
sebanyak 9 orang (12,0%), sementara pasien Diabetes Melitus yang
tidak mengalami komplikasi penyakit lain sebanyak 66 orang (88,0%).
Tabel 5.8
Distribusi frekuensi responden dengan komplikasi penyakit lain
pada pasien diabetes melitus dengan terkendalinya kadar gula darah
di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam
RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009
Varibel
Kategori
Komplikasi Dengan komplikasi
penyakit
lain
Tdk dengan
komplikasi
Total
Jumlah
Persentase (%)
9 orang
12,0
66 orang
88,0
75 orang
100%
C. Analisa Bavariat
1. Hubungan antara pengetahuan dengan terkendalinya kadar gula
darah pada pasien Diabetes Melitus
Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan terkendalinya
kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus diperoleh bahwa, dari
75 pasien Diabetes Melitus, hampir sebagian besar
memiliki
pengetahuan baik. Lima puluh empat (54) atau 73,0% dari 74 pasien
Diabetes Melitus yang memiliki pengetahuan baik, kadar gula darahnya
terkendali dan sebanyak 0 (0%) dari 1 pasien Diabetes Melitus yang
pengetahuannya cukup, kadar gula darahnya terkontrol.
Hasil uji statistik antara pengetahuan dan pengendalian kadar gula
darah pada pasien Diabetes Melitus didapatkan P value > 0,05 yaitu
0,622 maka dapat disimpulkan secara statistik bahwa, belum cukup
bukti untuk menyatakan adanya hubungan antara pengetahuanan
dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.8:
Tabel 5.8
Hubungan antara pengetahuan dengan terkendalinya kadar gula darah
pada pasien diabetes melitus di Ruang poliklinik Penyakit Dalam RSUP
Fatmawati Jakarta tahun 2009
TERKENDALINYA
KADAR GULA
DARAH
Tidak
terkendali
terkendali
n
%
n
%
n
%
Cukup
-
Baik
Pengetahuan
pasien
Jumlah
total
-
1
100
1
100
54
73,0
20
27,0
74
100
54
72,0
21
28,0
75
100
OR
(95%CI)
P
value
2,571
0,622
2. Hubungan antara pendidikan dengan terkendalinya kadar gula
darah pada pasien Diabetes Melitus
Hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan terkendalinya
kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus diperoleh bahwa ada
sebanyak 3
dari 10 (30,0%) pasien Diabetes Melitus yang
pendidikannya sekolah dasar (SD) kadar gula darahnya tidak terkontrol,
2 dari 12 (16,7%) pasien Diabetes Melitus yang pendidikannya sekolah
menengah pertama (SMP) kadar gula daranya tidak terkontrol, dan ada
sebanyak 5
dari 18 (27,8%) pasien Diabetes Melitus yang
pendidikannya sekolah menengah atas (SMA) kadar gula darahnya
tidak terkontrol, Sedangkan diantara pasien yang pendidikannya
perguruan tinggi (PT) ada 11 dari 35 (31,4%) pasien Diabetes Melitus
yang kadar gula darahnya tidak terkontrol.
Hasil uji statistik antara pendidikan dan terkendalinya kadar gula
darah pada pasien Diabetes Melitus didapatkan P value > 0,05 yaitu
0,612 maka dapat disimpulkan secara statistik bahwa, belum cukup
bukti untuk menyatakan adanya hubungan antara pendidikan dengan
terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus.
Tabel 5.9
Hubungan antara pendidikan dengan terkendalinya kadar gula darah
pada pasien diabetes melitus di Ruang poliklinik Penyakit Dalam RSUP
Fatmawati Jakarta tahun 2009
Pendidikan
pasien
Terkendalinya Kadar
Gula Darah
Tidak
terkendali
terkendali
n
%
n
%
OR
(95%CI)
Total
n
%
Exp
(B)
Lower-upper
P
Value
SD
SMP
SMA
Perguruan
Tinggi
7
10
13
70,0
83,3
72,2
3
2
5
30,0
9,5
27,8
10
12
18
100
100
100
2,143
1,114
0,281-16,369
0,203-6,105
24
68,6
11
31,4
35
100
0,935
0,203-4,315
Jumlah
54
72,0
21
28,0
75
100
0,612
3. Hubungan antara kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber
informasi dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien
Diabetes Melitus
Hasil analisis hubungan antara kedekatan dan keterpaparan
terhadap sumber informasi dengan terkendalinya kadar gula darah
pada pasien Diabetes Melitus diperoleh bahwa ada sebanyak 14 dari 46
(30,4%) pasien Diabetes Melitus yang tidak mudah dalam memperoleh
informasi, kadar gula darahnya tidak terkontrol. Sedangkan dintara
pasien Diabetes Melitus yang mudah dalam memperoleh informasi ada
7 dari 29 (24,1) yang kadar gula darahnya tidak terkontrol.
Berdasarkan hasil uji statistik antara kedekatan dan keterpaparan
terhadap sumber informasi dengan terkendalinya kadar gula darah
pada pasien Diabetes Melitus didapatkan nilai P value > 0,05 yaitu
0,743 maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik belum cukup
bukti untuk menyatakan adanya hubungan antara kedekatan dan
keterpaparan terhadap sumber informasi dengan terkendalinya kadar
gula darah pada pasien Diabetes Melitus
Tabel 5.10
Hubungan antara kedekatan dan keterpaparan terhadap sumber
informasi dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien diabetes
melitus di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta
tahun 2009
Kedekatan
&
Keterpaparan
terhadap
sumber
informasi
TERKENDALINYA
KADAR GULA
DARAH
Tidak
terkendali
terkendali
n
%
n
%
N
Mudah
22
75,9
7
24,1
29
100
1,375
Tidak
mudah
32
69,6
14
30,4
46
100
0,4783,958
54
72,0
21
28,0
75
Jumlah
total
OR
(95%CI)
P
value
%
0,743
100
4. Hubungan antara asupan/kebiasaan makan dengan terkendalinya
kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus
Hasil analisis hubungan antara asupan/kebiasaan makan dengan
terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus diperoleh
bahwa ada sebanyak 15 dari 51 (29,4%) pasien Diabetes Melitus yang
mengkonsumsi makanan tidak sesuai dengan anjuran diet DM, kadar
gula darahnya tidak terkontrol. Sedangkan 6 dari 24 (25,0) pasien
Diabetes Melitus yang mengkonsumsi makanan sesuai dengan anjuran
diet DM, kadar gula darahnya tidak terkontrol.
Berdasarkn hasil uji statistik didapatkan nilai P value > 0,05 yaitu
sebesar 0,903 maka dapat disimpulkan bahwa, belum cukup bukti untuk
menyatakan adanya hubungan antara asupan/kebiasaan makan dengan
terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus.
Tabel 5.11
Hubungan antara asupan/kebiasaan makan dengan terkendalinya kadar
gula darah pada pasien diabetes melitus di Ruang Poliklinik Penyakit
Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009
Asupan/ke
biasaan
makan
pasien
Sesuai
anjuran
Tidak
sesuai
anjuran
Jumlah
TERKENDALINYA
KADAR GULA DARAH
Tidak
terkendali
terkendali
n
%
n
%
18
75,0
6
25,0
36
70,6
15
29,4
54
72,0
21
total
OR
(95%CI)
n
%
24
100
0,647
51
100
0,2341,793
75
100
P
value
0,903
28,0
5. Hubungan antara aktivitas fisik dengan terkendalinya kadar gula
darah pada pasien Diabetes Melitus
Hasil analisis hubungan antara aktivitas fisik dengan terkendalinya
kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus diperoleh bahwa ada
sebanyak 10 dari 30 (33,3%) pasien Diabetes Melitus yang melakukan
aktivitas fisik sesuai anjuran, kadar gula darahnya tinggi. Sementara
terdapat 11 dari 45 (24,4%) pasien Diabetes Melitus yang tidak
melakukan aktivitas fisik sesuai anjuran, kadar gula darahnya tinggi.
Berdasarkn hasil uji statistik didapatkan nilai P value > 0,05 yaitu
sebesar 0,564 maka dapat disimpulkan bahwa, belum cukup bukti untuk
menyatakan adanya hubungan antara asupan/kebiasaan makan dengan
terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus.
Tabel 5.12
Hubungan antara aktivitas fisik/olahraga dengan terkendalinya kadar
gula darah pada pasien diabetes melitus di Ruang Poliklinik Penyakit
Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009
TERKENDALINYA
KADAR GULA DARAH
total
Aktivitas
OR
Tidak
terkendali
fisik
(95%CI)
terkendali
n
%
N
%
n
%
Sesuai
20
66,7 10 33,3
30
100
0,647
anjuran
Tidak
sesuai
anjuran
Jumlah
34
75,6
11
24,4
45
54
72,0
21
28,0
75
100
0,2341,793
100
6. Hubungan antara asupan obat dengan terkendalinya kadar gula
darah pada pasien Diabetes Melitus
Hasil analisis hubungan antara asupan obat dengan terkendalinya
kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus diperoleh bahwa ada
sebanyak 8
mengkonsumsi
dari 35 (22,9%) pasien Diabetes Melitus yang
obat sesuai instruksi, kadar gula darahnya tinggi.
Sedangkan ada 13 dari 40 (32,5%) pasien Diabetes Melitus yang tidak
mengkonsumsi obat sesuai instruksi, kadar gula darahnya tinggi.
P
value
0,564
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai P value > 0,05 yaitu
sebesar 0,503 maka dapat disimpulkan bahwa, belum cukup bukti untuk
menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara asupan obat
dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus.
Tabel 5.13
Hubungan antara asupan obat dengan terkendalinya kadar gula darah
pada pasien diabetes melitus di Ruang Poliklinik Penyakit Dalam
RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009
TERKENDALINYA
KADAR GULA DARAH
total
Asupan
OR
Tidak
terkendali
obat
(95%CI)
terkendali
n
%
n
%
n
%
Sesuai
27
77,1 8
22,9
35
100
1,625
instruksi
Tidak
sesuai
instruksi
Jumlah
27
67,5
54
72,0
13
21
32,5
28,0
40
75
100
0,5804,550
100
7. Hubungan antara komplikasi penyakit lain dengan terkendalinya
kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus
Hasil analisis hubungan antara pasien Diabetes Melitus yang
mengalami komplikasi penyakit lain dengan terkendalinya kadar gula
darahnya diperoleh bahwa ada sebanyak 17 dari 66 (25,8%) pasien
Diabetes Melitus yang tanpa komplikasi penyakit lain, kadar gula
P
value
0,503
darahnya tinggi. Sedangkan ada 4 dari 9 (44,4%) pasien Diabetes
Melitus yang dengan komplikasi, kadar gula darahnya tinggi.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai P value > 0,05 yaitu
sebesar 0,438 maka dapat disimpulkan bahwa, belum cukup bukti untuk
menyatakan
adanya
hubungan
yang
bermakna
antara
adanya
komplikasi penyakit lain dengan terkendalinya kadar gula darah pada
pasien Diabetes Melitus.
Tabel 5.14
Hubungan antara komplikasi penyakit lain dengan terkendalinya
kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Ruang Poliklinik
Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2009
Asupan
obat
Dengan
komplikasi
TERKENDALINYA
KADAR GULA DARAH
Tidak
terkendali
terkendali
n
%
n
%
n
5
9
total
P
value
%
2,306
55,6
4
44,4
Tanpa
49
komplikasi
74,2
17
25,8
66
54
28,0
21
72,0
75
Jumlah
OR
(95%CI)
100
100
100
0,5549,596
0,438
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan penelitian
Penelitian
ini
memiliki
keterbatasan-keterbatasan
yang
dapat
mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan-keterbatasan tesebut yaitu:
1.
Penelitian ini menggunakan desain studi cros sectionat atau desain
potong lintang yang hanya menggambarkan variabel yang diteliti, baik
independen maupun dependen pada waktu yang sama sehingga tidak
bisa melihat adanya hubungan sebab akibat.
2. kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini hanya
menghubungkan variabel-variabel yang diduga berpengaruh dengan
variabel dependen, sehingga masih ada varibel-variabel lain yang ada
didalam kerangka teori yang belum masuk dalam kerangka konsep
yang diduga berhubungan dengan variabel dependen.
3. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner yang berisi beberapa
pertanyaan yang diajukan untuk mengukur beberapa variabel
penelitian dan telah disediakan alternatif jawabannya (pertanyaan
tertutup) sehingga jawaban responden kurang sesuai dengan yang
diharapkan peneliti bila dibandingkan dengan jawaban yang bersifat
terbuka. Instrumen yang digunakan adalah instrumen yang dibuat oleh
peneliti berdasarkan teori yang terkait dengan variabel penelitian.
Disadari bahwa dimungkinkan pertanyaan-pertanyaan itu juga belum
menggali secara keseluruhan aspek yang seharusnya diukur. Begitu
pula dalam melakukan scoring mungkin masih belum tepat.
4. Data yang diambil merupakan data primer dengan menggunakan
kuesioner yang diisi langsung dan diwawancarai oleh peneliti.
Beberapa kelemahan yang mungkin dapat terjadi antara lain: kualitas
data tergantung dari motivasi responden untuk menjawab pertanyaan,
kemungkinan terjadinya bias informasi dimana responden umumnya
memberikan jawaban yang dipengaruhi oleh kerena data yang diambil
digunakan untuk penelitian.
B.
Terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus
Terkendalinya kadar gula darah yang baik dan optimal diperlukan
untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik. Untuk menyatakan
kadar glukosa darah yang terkendali, tidak hanya tergantung pada
hilangnya gejala Diabetes Melitus saja, tetapi harus dengan pemeriksaan
kadar glukosa darah (Soewondo, 2002). Diabetes Melitus yang terkendali
baik, tidak hanya kadar glukosa darahnya saja yang baik, tetapi meliputi
pula status gizi, tekanan darah, kadar lipid maupun HbA1C (hemoglobin
terglikasi/glycohemoglobin).
Pengaturan kadar glukosa darah diatur oleh keseimbangan hormon
yang meningkatkan glukosa darah oleh hormon glukagon, hormon
epinefrin,
hormon
glukokortikoid,
dan
hormon
pertumbuhan
(Soeryodibroto, 1998). Peningkatan konsentrasi kadar glukosa darah
dalam
sirkulasi
pengurangan
mengakibatkan
glukagon.
peningkatan
Sebaliknya
sekresi
penurunan
insulin
glukosa
dan
darah
mengakibatkan penurunan sekresi insulin dan peningkatan glukagon.
Kadar gula darah pada orang normal biasanya konstan, karena
pengaturan metabolisme karbohidrat yang baik. Akan tetapi pada penderita
Diabetes Melitus kadar gula darah menjadi tidak normal, disebabkan
karena
terganggunya
metabolisme
karbohidrat
yang
disebabkan
kekurangan insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa, jumlah pasien Diabetes
Melitus yang kadar gula darahnya terkendali/terkontrol adalah sebanyak
54 orang (72,0%) dan pasien Diabetes Melitus yang kadar gula darahnya
tidak terkendali/terkontrol sebanyak 21 orang (28,0%).
C. Hubungan antara Pengetahuan dengan Terkendalinya kadar gula
darah pada pasien Diabetes Melitus
Diabetes Melitus merupakan suatu kelainan yang menahun dan
akan berlangsung seumur hidup sehingga diabetesi mempunyai peran yang
sangat penting dalam penanganan penyakitnya sehari-hari. Oleh karena
Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit yang memerlukan penanganan
mandiri, maka pasien Diabetes Melitus harus mempunyai pengetahuan,
keterampilan dan
sikap untuk dapat menyesuaikan diri dengan
penatalaksanaan DM sehari-hari (sugondo, 1997).
Tingkat pengetahuan yang baik tentang Diabetes Melitus akan
dimungkinkan mempunyai persepsi yang benar terhadap resiko komplikasi
pada diabetesi dan selanjutnya berpengaruh pada tindakan yang akan
dilakukan untuk upaya pencegahan.
Pada penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar ( yakni 74 )
pasien Diabetes Melitus yang menjalani pengobatan dipoliklinik penyakit
dalam RSUP Fatmawati, memiliki pengetahuan yang baik. Berdasarkan
hasil uji statistik didapatkan P value > 0,05 yaitu 2,571 maka dapat
disimpulkan bahwa secara statistik belum cukup bukti untuk menyatakan
adanya hubungan antara pengetahuan dengan terkendalinya kadar gula
darah pada pasien Diabetes Melitus.
Meskipun pengetahuan merupakan salah satu faktor yang diduga
dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam bertindak atau melakukan
sesuatu hal, pada penelitian ini tidak sepenuhnya terkendalinya kadar gula
darah pada pasien Diebetes Melitus harus didahului oleh pengetahuan
yang baik. Hal ini sejalan dengan teori model keyakinan kesehatan dimana
perilaku
kesehatan akan tumbuh dari keinginan individu untuk
menghindari suatu penyakit dan kepercayaan bahwa tindakan kesehatan
yang tersedia akan mencegah suatu penyakit (Glanz, 2002).
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Iswanto (2004) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan pengendalian kadar gula darah pada
pasien Diabetes Melitus, kemungkinan karena peneliti tidak mambagi
responden berdasarkan waktu lamanya menderita Diabetes Melitus,
menurut Cameron (1995) yang dikutip dari Haynes (1976) yang
menyebutkan lamanya pengobatan jangka panjang yang memaksa untuk
merubah kebiasaan-kebiasaan atau perubahan gaya hidup dapat memberi
kesan atau sikap negatif sehingga dapat mempengaruhi perilaku pasien
DM dalam mengendalikan kadar gula darahnya.
Berbeda dengan teori menurut Notoatmodjo (2005) yang
menyebutkan pengetahuan merupakan faktor yang penting untuk
terbentuknya perilaku seseorang dalam bertindak. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mira Musaira (2003) yang menyatakan
bahwa pasien yang patuh terhadap program pengobatan presentasenya
lebih besar pada pasien yang berpengetahuan baik dari pada yang pasien
yang pengetahuannya kurang.
Bagi pasien Diabetes Melitus, pengetahuan dan pemahaman
tentang diabetes serta pengobatannya penting guna terkendalinya kadar
gula darah agar tetap stabil dalam batas normal. Bagi pasien
yang
memiliki tingkat pengetahuan baik akan lebih terbantu dan mudah dalam
mengikuti anjuran pengobatan, tetapi sebaliknya bagi pasien yang
memiliki tingkat pengetahuan yang kurang, sulit untuk mengikuti
pengobatan diabetes. Pengetahuan juga akan berpengaruh pada prilaku
pasien diabetes yang pada akhirnya melakukan pengendalian kadar gula
darah.
Dengan hasil penelitian yang menunjukkan belum adanya cukup
bukti
untuk
menyatakan
hubungan
antara
pengetahuan
dengan
terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus, menurut
peneliti kemungkinan disebabkan karena kurangnya kemampuan untuk
mengendalikan keinginan pasien DM untuk patuh dalam melukukan
penatalaksanaan atau pengobatan Diabetes dengan teratur. Kepatuhan
berkenaan dengan kemauan dan kemampuan dari individu untuk
mengikuti cara sehat yang berkaitan dengan nasihat, aturan yang
ditetapkan, mengikuti jadwal. Kepatuhan adalah tingkat perilaku dalam
mengambil suatu tindakan untuk pengobatan, seperti: melakukan diet,
kebiasaan hidup sehat dan ketepatan berobat (Niven, 2002).
D. Hubungan antara Pendidikan dengan Terkendalinya kadar gula
darah pada pasien Diabetes Melitus
Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran kepada
masyarakat, agar masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan untuk
memelihara
atau
mengatasi
masalah-masalah,
dan
meningkatkan
kesehatannya (Notoatmodjo, 2005). Pendidikan mempunyai kaitan yang
tinggi terhadap
perilaku pasien untuk menjaga dan meningkatkan
kesehatannya. Pendidikan bagi pasien Diabetes Melitus berhubungan
dengan perilaku pasien dalam mengendalikan kadar gula darahnya agar
tetap stabil dalam batas normal.
Pada penelitian ini diketahui bahwa, sebagian besar pasien
Diabetes Melitus yang menjalani pengobatan di poliklinik penyakit dalam
RSUP Fatmawati berpendidikan SMA dan perguruan tinggi, yaitu 18
orang (24,0%) yang berpendidikan SMA dan 35 orang (46,7%) yang
berpendidikan perguruan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat
bahwa antara pendidikan dengan terkendalinya kadar gula darah pada
pasien Diabetes Melitus belum ada cukup bukti untuk menyatakan adanya
hubungan yang bermakna antara keduanya. Pasien yang berpendidikan
SMP memiliki potensi 2,143 kali untuk terkontrolnya kadar gula darahnya
dibandingkan dengan pasien yang berpendidikaan SD, pasien yang
berpendidikan SMA memiliki potensi 1,114 kali untuk terkontrolnya kadar
gula darahnya dibandingkan dengan pasien yang berpendidikaan SD,
sementara pada pasien Diabetes Melitus yang berpendidikan perguruan
tinggi menurunkan resiko untuk tidak terkendalinya kadar gula darahnya
sebesar 0,935 dibandingkan dengan
pasien yang berpendidikaan SD,
namun tidak signifikan secara statistik. Dari hasil uji chi square didapat
hubungan yang tidak bermakna dengan nilai P > 0,05 yaitu sebesar 0,612.
Keadaan tersebut mencerminkan bahwa kadar gula darah pada pasien
Diabetes Melitus bisa tinggi pada berbagai tingkat pendidikan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Mira (2003), namun bertentangan dengan penelitian yang dilakukaan oleh
Iswanto (2004) yang menyatakan adanya hubungan antara pendidikan
dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus.
Dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa persentase tertinggi
pasien Diabetes Melitus yang kadar gula darahnya terkendali adalah pada
pasien dengan pendidikan sekolah menengah pertama (SMP), yakni
sebesar 83,3%. Hal ini dimungkinkan dapat terjadi karena pendidikan pada
pasien Diabetes Melitus terutama dalam mengendalikan kadar gula darah,
tidak hanya diperoleh melalui pendidikan formal melainkan dapat juga
diperoleh melalui pendidikan non formal seperti: dari hasil penyuluhan,
siaran radio atau televisi, maupun informasi dari majalah dan koran. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mawalda Fitrisa (2008) di
RS. Umum Daerah Mataram pada pasien Diabetes Melitus yang di rawat
jalan didapat pasien sebagian besar (45%) berpendidikan SLTA, kadar
gula darahnya baik.
E. Hubungan antara Kedekatan dan Keterpaparan terhadap Sumber
Informasi dengan Terkendalinya kadar gula darah pada pasien
Diabetes Melitus
Pada penelitian ini diketahui sebagian besar pasien Diabetes
Melitus yang melakukan pengobatan di Poliklinik penyakit dalam RSUP
Fatmawati, memiliki kemudahan dalam memperoleh informasi tentang
diabetes dan pangendalian kadar gula darah agar tetap stabil dalam batas
normal. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan P value > 0,05 yaitu
0,743 maka dapat disimpulkan bahwa secara statistik belum cukup bukti
untuk menyatakan adanya hubungan antara kedekatan dan keterpaparan
terhadap sumber informasi dengan terkendalinya kadar gula darah pada
pasien Diabetes Melitus.
Hal ini tidak sejalan dengan teori Lawrence green (1980) yang
dikutip oleh Notoatmodjo (2005) bahwa salah satu faktor yang
berpengaruh dalam perilaku adalah faktor pemungkin (enabling factor)
yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan seseorang.
Dalam hal ini yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan
prasarana yang digunakan adalah informasi. Dengan adanya kemudahan
dalam memperoleh informasi mengenai pentingnya mengendalikan kadar
gula darah pada pasien Diabetes Melitus sehingga dapat memfasilitasi
terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus.
Dengan hasil penelitian yang belum menunjukan adanya cukup
bukti untuk menyatakan hubungan antara kedekatan dan keterpaparan
terhadap sumber informasi dengan terkendalinya kadar gula darah pada
pasien Diabetes Melitus, kemungkinan disebabkan karena adanya motivasi
yang tinggi dalam diri pasien untuk melakukan pengendalian kadar gula
darahnya, walaupun minimnya informasi kesehatan (terutama mengenai
pengendalian kadar gula darah) yang didapat, pasien tetap berupaya untuk
mengendalikan kadar gula darahnya. Hal ini berdasarkan teori Claydon &
Efron (1994) yang menyatakan bahwa, diperlukan adanya motivasi dan
penghargaan baik dalam diri seseorang ataupun praktisi kesehatan
sehingga dapat meningkatkan perilaku kesehatan pasien.
Hal lain juga dapat berpengaruh, misalnya informasi ataupun
instruksi yang diberikan oleh tim medis dapat ditelah atau dicerna dengan
baik dan jelas oleh pasien. Sehingga, mekipun informasi yang diperoleh
sangat minim namun dapat diterapkan dengan baik oleh pasien dalam
kehidupan sehari-hari dalam upaya mengendalikan kadar gula darah.
F. Hubungan antara Asupan/Kebisaan Makan dengan Terkendalinya
kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus
Kadar gula darah sebagian tercantum pada apa yang dimakan dan
oleh karenanya sewaktu makan diperlukan adanya keseimbangan diet.
Mempertahankaan kadar gula darah agar mendekati nilai normal dapat
dilakukan dengan asupan makanan yang seimbang sesuai dengan
kebutuhan (Sukardji, 2002).
Menurut penelitian diberbagai tempat di Indonesia terjadi
peningkatan prevalensi Diabetes Melitus yang cukup tinggi disebabkan
karena adanya pola hidup dan pola makan yang berlebih sehingga
menyebabkan gangguan metabolisme (Depkes RI, 2000).
Asupan kalori maupun karbohidrat yang tidak berlebih pada sebagian
pasien, kemungkinan dapat disebabkan karena pasien masih mengikuti
anjuran diet DM yang diberikan sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai P value > 0,05 yaitu
sebesar 0,903 maka dapat disimpulkan bahwa, secara statistik belum
cukup bukti untuk menyatakan adanya hubungan antara asupan/kebiasaan
makan dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes
Melitus.
Dengan hasil penelitian yang menunjukan belum ada cukup bukti
untuk menyatakan hubungan antara asupan/kebisaan makan dengan
terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus, menurut
peneliti kemungkinan disebabkan oleh karena asupan/kebiasaan makan
bukan satu-satunya faktor yang berpengaruh dan memegang peranan
penting dalam melakukan pengendalian kadar gula darah pada pasien
Diabetes Melitus, melainkan masih banyak faktor lain yang mendukung
untuk tercapainya status kesehatan yang optimal (terkendalinya kadar gula
darah) bagi pasien diabetes, seperti: melakukan aktivitas atau olahraga
yang rutin dan teratur, mengkonsumsi obat antidiabetes sesuia dengan
instruksi dari tim medis (Slamet Suyono, 2002).
Dukungan keluarga juga tidak kalah penting untuk ikut berperan
dalam pengendalian kadar gula darah pasien diabetes, misalnya: untuk
melakukan olahraga teratur, mengkonsumsi obat antidiabetes sesuai
jadwal dan jumlah yang di instruksikan oleh dokter.
Karena dengan
adanya dukungan dari keluarga, pasien termotivasi untuk melakukan
pengontrolan kadar gula darahnya. Hal ini sejalan dengan teori Green
(1980) dalam Notoatmodjo (2005) yang menyebutkan dukungan keluarga
merupakan salah satu faktor penguat atau pendorong terjadinya perilaku
kesehatan pada pasien.
G. Hubungan antara Aktivitas Fisik/Olahraga dengan Terkendalinya
kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus
Menurut Chavea dan Kautman (1889) dalam Ilyas (2002), aktivitas
fisik/olahraga pada penderita Diabetes Melitus dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan pemakaian glukosa oleh otot yang aktif, sehingga
secara langsung olahraga dapat menyebabkan penurunan glukosa darah.
Pada penelitian ini diketahui pasien Diabetes Melitus yang
melakukan aktivitas fisik sesuai anjuran adalah sebanyak 30 (40,0%) dari
75 orang. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan P value > 0,05 yaitu
sebesar 0,564 maka dapat disimpulkan secara statistik belum cukup bukti
untuk menyatakan adanya hubungan antara aktivitas fisik/olahraga dengan
terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus.
Menurut Ilyas (1995) menyatakan bahwa aktivitas fisik/olahraga
bagi pasien Diabetes Melitus bertujuan untuk mengendalikan kadar gula
darah, karena latihan jasmani yang teratur menyebabkan kontraksi otot
meningkat dan resistensi insulin berkurang.
Dengan hasil penelitian yang menunjukan belum ada cukup bukti
untuk menyatakan adanya hubungan antara aktivitas fisik/olahraga dengan
terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus, menurut
peneliti kemungkinan disebabkan karena aktivitas fisik/olahraga bukan
satu-satunya faktor yang berperan dalam terkendalinya kadar gula darah
pada pasien Diabetes, akan tetapi pengaturan asupan makan yang baik dan
sesuai dengan anjuran diet DM, mengkonsumsi obat hipoglikemik oral
ataupun insulin, turut berperan penting dalam pengendalian kadar gula
darah pada pasien Diabetes Melitus. Terkendalinya kadar gula darah
secara baik, juga dapat terjadi karena adanya kemauan atau motivasi dalam
diri pasien untuk mengendalikan kadar gula darah, meskipun tidak hanya
dengan aktivitas fisik/olahraga (Slamet Suyono, 2002).
Motivasi yang tinggi dalam diri pasien untuk melakukan usaha
pengobatan selain olahraga, juga dapat menunjukan hasil positif dalam
upaya pengobatan, seperti terkendalinya kadar gula darah pada pasien
Diabetes Melitus. Hal ini berdasarkan teori Claydon & Efron (1994) yang
menyatakan bahwa, diperlukan adanya motivasi dan penghargaan baik
dalam diri seseorang ataupun praktisi kesehatan sehingga dapat
meningkatkan perilaku kesehatan pasien, khususnya pada pasien Diabetes
Melitus dalam mengendalikan kadar gula darah.
H. Hubungan antara Asupan Obat dengan Terkendalinya kadar gula
darah pada pasien Diabetes Melitus
Perencanaan makan atau diet masih merupakan pengobatan utama
bagi pasien Diabetes Melitus, tetapi hal ini bersama latihan jasmani
ternyata gagal maka diperlukan obat oral. Obat hipoglikemi oral (OHO)
diberikan dengan harapan bahwa diabetes dapat terkontrol dengan baik.
Obat oral bekerja dengan cara merangsang sel penghasil insulin (sel beta)
di pankreas untuk memproduksi insulin lebih banyak sehingga kebutuhan
insulin dapat tercukupi (Tara, 2003).
Pada penelitian ini diketahui pasien Diabetes Melitus yang
mengkonsumsi obat antidiabetes sesuai instruksi adalah sebanyak 35 (46,7
%) dari 75 orang. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan P value > 0,05
yaitu sebesar 0,503 maka dapat disimpulkan secara statistik belum cukup
bukti untuk menyatakan adanya hubungan antara asupan obat dengan
terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus. Hal ini tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mira Musaira (2003) yang
menyatakan bahwa asupan obat memiliki hubungan yang signifikan
dengan pengendalian kadar gula darah pada paseian Diabetes Melitus.
Dengan hasil penelitian yang menunjukan belum ada cukup bukti
untuk menyatakan adanya hubungan antara asupan obat dengan
terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus, menurut
peneliti kemungkinan disebabkan karena faktor lama menderita Diabetes
Melitus,
sehingga
pasien
merasa
jenuh
dan
cenderung
tidak
mengkonsumsi obat antidiabetes sesuai instruksi.
Hal ini sesuai dengan teori menurut Cameron (1995) yang dikutip
dari Haynes (1976) yang menyatakan bahwa pengobatan jangka panjang
yang memaksa untuk merubah kebiasaan-kebiasaan seperti mengurangi
kalori makanan atau komponen tertentu dalam diet sehari-hari, tidak
mengkonsumsi obat-obatan sesuai instruksi dokter memberi kesan atau
sikap negatif bagi pasien sehingga cenderung untuk tidak patuh.
Namun, pengendalian kadar gula darah pada pasien Diabetes
Melitus tidak hanya dengan mengkonsumsi obat antidiabetes (OHO
maupun insulin), melainkan dengan pengaturan asupan makan yang sesuai
dengan anjuran diet bagi pasien diabetes, melakukan aktivitas fisik yang
rutin dan teratur juga dapat mengendalikan kadar gula darah pada pasien
Diabetes Melitus (Slamet Suyono, 2002).
I. Hubungan antara Komplikasi Penyakit lain dengan Terkendalinya
kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus
Seseorang yang sedang menderita sakit karena virus atau bakteri
tertentu, merangsang produksi hormone tertentu yang secara tidak
langsung berpengaruh pada kadar gula darah (Tandra, 2008).
Pada penelitian ini diketahui pasien Diabetes Melitus yang
memiliki komplikasi penyakit lain adalah sebanyak 9 (12,0 %) dari 75
orang. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan P value > 0,05 yaitu
sebesar 0,438 maka dapat disimpulkan secara statistik belum cukup bukti
untuk menyatakan adanya hubungan antara pasien yang memiliki
komplikasi dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes
Melitus.
Dengan hasil penelitian yang menunjukan belum ada cukup bukti
untuk menyatakan adanya hubungan pasien yang memiliki komplikasi
penyakit lain dengan terkendalinya kadar gula darah pada pasien Diabetes
Melitus, menurut peneliti kemungkinan disebabkan karena, pasien
memiliki kemauan dan motivasi yang tinggi untuk mengendalikan kadar
gula darahnya dengan melakukan: pengaturan asupan makan atau diet
DM, melakukan aktivitas fisik/olahraga yang rutin dan teratur, serta
mengkonsumsi/menggunakan obat hipoglikemik oral maupun insulin
sesuai dengan instruksi dokter (tim edis). Sehingga, pasien yang memiliki
komplikasi penyakit lain, kadar gula darahnya tetap terkendali baik
(Slamet Suyono, 2002).
Hal ini, juga berdasarkan Claydon & Efron (1994) yang
menyebutkan bahwa, diperlukan adanya motivasi dan penghargaan baik
dalam diri seseorang ataupun praktisi kesehatan sehingga dapat
meningkatkan perilaku kesehatan pasien.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1.
Berdasarkan hasil analisis Univariat:
Dari hasil analisa secara statistik diperoleh bahwa: sebagian
besar responden memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 74
orang (98,7%), rata-rata berpendidikan tinggi (SMA&PT) yaitu
masing-masing sebanyak 18 dan 35 orang. Dari hasil penelitian ini
juga, diperoleh responden yang tidak mudah untuk mendapatkan
informasi kesehatan sebanyak 46 orang (38,7%), asupan/kebiasaan
makannya tidak sesuai anjuran sebanyak 51 orang (68%),
responden yang aktivitas fisiknya tidak sesuai anjuran sebanyak 45
orang (60,0%), responden yang asupan obatnya tidak sesuai
instruksi sebanyak 40 orang (53,3%), dan responden yang memiliki
komplikasi penyakit lain sebanyak 9 orang (12,0%) dari 75 orang
total jumlah responden.
2.
Bardasarkan hasil analisis bivariat:
Dari hasil uji statistik didapatkan nilai P value untuk setiap
variabel yang diteliti (veriabel pengetahuan, pendidikan, kedekatan
dan keterpaparan terhadap sumber informasi, asupan makan,
aktivitas fisik, asupan obat, serta komplikasi penyakit lain) > 0,05
yaitu sebesar 0,622 untuk variabel pengetahuan; 0,612 untuk
veriabel pendidikan; 0,743 untuk variabel kedekatan dan
keterpaparan terhadap sumber informasi; 0,903 untuk variabel
asupan makan; 0,564 untuk variabel aktivitas fisik; 0,503 untuk
variabel asupan obat, serta 0,438 pada variabel komplikasi
penyakit lain.
Berdasarkan hasil analisa tersebut maka secara statistik
dapat disimpulkan bahwa, belum ada cukup bukti untuk
menyatakan adanya hubungan antara semua variabel (pengetahuan,
pendidikan,
kedekatan
dan
keterpaparan
terhadap
sumber
informasi, asupan makan, aktivitas fisik, asupan obat, serta
komplikasi penyakit lain) dengan terkendalinya kadar gula darah
pada pasen Diabetes Melitus.
B.
Saran
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
kesimpulan
yang
telah
dikemukakan, penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1.
Bagi Pelayanan Kesehatan
Upaya untuk mengendalikan kadar gula darah pada pasien
Diabetes Melitus harus selalu dioptimalkan yaitu dengan semakin
ditingkatkannya program-program kesehatan terkait dengan
penatalaksanaan
Diabetes
Melitus
seperti:
edukasi
atau
penyuluhan kesehatan terkait diabetes melitus, senam sehat
diabetes harus tetap dilaksanakan.
2.
Bagi Keluarga
Selalu berupaya dalam meningkatkan pengetahuan tentang
penatalaksanaan atau pengendalian kadar gula darah untuk lebih
meningkatkan upaya preventif dalam hal mencegah terjadinya
penyakit DM dan memotivasi atau memberikan dukungan kepada
anggota keluarga yang menderita diabetes untuk melakukan
pengendalian terhadap kadar gula darahnya
3.
Bagi Peneliti selanjutnya
Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan sebagai
tambahan masukan dan sumber bagi peneliti selanjutnya untuk
melakukan penelitian dengan jumlah variabel yang lebih bervariasi
dan dengan jumlah sampel yang lebih banyak, serta dapat
dilakukan analisis multivariat untuk melihat faktor yang lebih
dominan.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat Azis. A., Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Jakarta
: Salemba Medika, 2007.
Anonim, Diabetes Melitus. www.google.com. 2009 diunduh 5 April 2009
Anonim, Penatalaksanaan Diabetes Melitus. www.geocities.com. 2009 diunduh
tanggal 10 April 2009
Anonim, Profil Kesehatan 2007. Jakarta :Depkes RI
Anonim, Diet Diabetes Melitus. www.blogspot.com. 2009 diunduh tanggal 20
April 2009
Anonim, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gula Darah. Individual Wellbeing
Diagnostic Laboratories. http;//www.iwdl.net. 2008 diunduh tanggal 27
Maret 2009.
Anonim, Pemeriksaan Gula Darah. http;//www.indodiabetes.com. 2009 diunduh
pada tanggal 15 mei 2009
Asdie, Diabetes Melitus. www.diabetes.com. 2009 diunduh tanggal 20 April 2009
Brunner dan Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC, 2002.
Cameron, Catherine. Patient Compliance: Recognition of Factors Involved and
Suggestions For Promoting compliance With Therapeutic Regimens.
Journal of Advanced nursing 24, 244-250. 1996. www.ebsco.com.
Diunduh tanggal 25 Desember 2009.
Claydon & Efron. Non-complience in General Health Care. European Centre for
Contact Lens Research, Department of Optometry and Vision Sciences,
University of Manchester Institute of science and Technology. Manchester
M601QD, (UK). 1994. www.ebsco.com. Diunduh tanggal 25 Desember
2009.
Darmono, Diabetes Melitius Pada Lanjut Usia. Abstrak Temu Ilmiah I dan
Konferensi Kerja III. Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia
(pergemi). Undip Semarang, 2002.
Darwis Yullizar,. Dr, Sp. Kj, MM dkk., Pedoman Pemeriksaan Laboratorium
untuk penyakit Diabetes Melitus. Jakarta : Departemen Kesehatan RI,
2005.
Depkes, RI., Pedoman Pemeriksaan Laboratorium untuk Menunjang Pengelolaan
Diabetes Melitus di Indonesia, Pusat Laboratorium Kesehatan Depkes RI.,
Jakarta, 2000.
Glanz, Karen. Health Behavoir and Health Education. San francisco: JosseyBass. 2002
Ilyas, E.I., Manfaat Latihan Jasmani bagi Penyandang Diabetes, dalam
Soegondo, S, et al, Penetalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, Jakarta:
FKUI, 2007.
Iswanto, Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar gula Darah puasa
Pasien rawat Jalan Diabetes Melitus Tipe 2 Puskesmas Pasar Minggu.
Sripsi. Jakarta. FKM UI, 2004.
Yuniatun, Kurniati, Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pengendalian
kadar Gula Darah Puasa Pasien Lama DM Lanjut Usia Di Poliklinik DM
RSCM. Tesis. Jakarta. FKM UI, 2003.
Leslie, RDG, Buku Pintar Kesehatan Diabetes. Jakarta: Arcan, 1991.
Manaf, A., Insulin; Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme, dalam Sudoyo, et
al,
Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam, jilid III, Edisi IV. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2006.
Mira, Musaira, Gambaran Epidemiologi DM dan Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien DM Anggota Klub
Persadia RS.Islam Jakarta Timur. Skripsi. Jakarta. FKM UI, 2003.
Niven, Neil. Psikologi Kesehatan dan Pengantar untuk Perawat dan Profesional
Kesehatan Lain. Jakarta: EGC, 2002.
Notoatmodjo Soekidjo. Dr. Prof., Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta, 2003.
Notoatmodjo Soedjo, Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 20002.
Perkeni, Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus di Indonesia, Perkumpulan
Endokrinologi (Perkeni), Jakarta, 1993.
Pranandji, D, K., Perencanaan Menu Untuk Penderita Diabetes Melitus. Jakarta:
Penebar Swadaya, 2002.
Potter & Perry, Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC, 2006.
Rana Kusuma, Diabetes Melitus, UI Press, Jakarta, 1982.
Setiadi, Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan Jakarta : Graha Ilmu, 2007.
Smeltzer S.C & Bare, Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah. (terj.)
Edisi 8 Volume 2 alih bahasa H.Y kuncura, Andry Hartono, Monica Ester,
Yasmin Asih. Jakarta: EGC, 2002.
Subadri, S & Yunnir, E., Terapi Non Farmakologi pada Diabetes, dalam Sudoyo
et al, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, Edisi 4. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2006.
Soewondo, P., Pemantauan Pengendalian Diabetes Melitus; dalam Penatalaksaan
Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: FKUI, 2002.
Soerahmad, Soesilowati. Diabetes Melitus Tinjauan Kasus di Bagian Penyakit
Dalam RS Hasan Sadikin Selama 7 Tahun (1975-1981). FK UNPAD.
Bandung: 1983.
Sukardji, Kartini, Penatalaksanaan Gizi Pada Diabetes Melitus. Dalam
Penatalaksaan Diabetes Melitus Terpadu. Pusat Diabetes dan Lipid
RSUPN Dr.Cipto Mangunkusuma. Jakarta: FKIK, 2002.
Sumual, AR., dkk., Pola Penderita Diabetes Melitus Rawat Jalan di Poliklinik
Metabolik Endokrin bagian Penyakit Dalam RSU Gunung wenang
Manado, dalam: Kumpulan Naskah Langkap Simposium Diabetes dan
Kursus Penyegar Endokrinologi, Edisi II, Manado 1985
Suroto, Gunawan. Pengaruh Latihan Olahraga Terhadap Kedayatahanan pada
Diabetesi. Medika, 1990.
Suyono Slamet, SPPD-KEMD. Dr. Prof, dkk., Penatalaksanaan Diabetes
Mellitus Terpadu. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002.
Suyono, dkk., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI,
2001.
Syahbudin, S., Pedoman Diet Diabetes Melitus. Dirjen Pelayanan Medik. Depkes
RI dan WHO.
Kerjasama
Pusat Diabetes
Dan
Lipid
RSUPN
Dr.Cipto?FKUI & Instalasi Gizi RSUPN Dr.Cipto. Jakarta, 2001.
Tara, E Dan Soetrisno, E., Anda Perlu Tahu Diabetes. Jakarta: Intimedia dan
Lladang Pustaka, 2002.
Tjokroprawiro, A, et all., Diabetes Melitus Pada Usia Lanjut. Dalam; Naskah
Lengkap KOPAPDI VIII. Yogyakarta, 1993.
Topan Erik, dr. MHA., Penyakit Degeneratif. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo, 2005.
Waspandji, Sarwono, Indeks Glikemik Bahan Makanan. Dalam Pedoman Diet
Diabetes Melitus. Pusat Diabetes dan Lipid RSCM. Jakarta: FKUI, 2002.
Waspandji, Sarwono. Penelitian Diabetes Melitus Suatu Tinjauan tentang Hasil
Penelitian Masa yang Akan Datang. Dalam: Soegondo Sidartawan 1995.
Diabetes Melitus Penatalaksanaan Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
1995.
WHO, http//www.Diabettes.com, 1999, di unduh tanggal 5 maret 2009.
Wira Kusuma, S, Emma, Tetap Bugar Di Usia Lanjut. Jakarta: Trubus Agriwidya,
2000.
Download