Modul Psikologi Komunikasi [TM12].

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
PSIKOLOGI
KOMUNIKASI
Psikologi Pesan
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Hubungan
Masyarakat
Tatap Muka
12
Kode MK
Disusun Oleh
MK85006
Ety Sujanti, M.Ikom
Abstract
Kompetensi
Modul ini akan menjelaskan dan
membahas mengenai pesan linguistik,
pesan non verbal dan tentang
organisasi, struktur dan imbauan pesan.
Diharapkan mahasiswa dapat
memahami dan mampu menjelaskan:
 Pesan linguistik
 Pesan non verbal
 Organisasi,
struktur
dan
imbauan pesan
Psikologi Pesan
I.
Pengantar
Bahasa adalah teknik pengendalian perilaku orang lain, termasuk perilaku dalam
berkomunikasi. Dengan bahasa, yang merupakan kumpulan kata-kata, Anda dapat
mengatur perilaku orang lain.
Contoh :
-
Ibu Anda dari Amerika dapat Anda gerakkan untuk datang ke rumah
kontrakan Anda di Jakarta dengan mengirimkan kata-kata lewat telepon
atau surat.
-
Dengan teriakan “Bapak” seorang anak kecil dapat menggerakkan lelaki
besar di seberang jalan untuk mendekati anak tersebut.
-
Dengan aba-aba “maju-jalan” seorang sersan dapat menggerakkan
puluhan tentara menghentakkan kakinya dan berjalan dengan langkah
tegap.
Semua contoh-contoh tersebut di atas memperlihatkan bagaimana kekuatan bahasa
atau kekuatan kata-kata (the power of word). Bahasa adalah pesan dalam bentuk kata-kata
dan kalimat, yang disebut pesan linguistik.
Manusia mengucapkan kata-kata dan kalimat dengan cara-cara tertentu. Setiap cara
berkata memberikan maksud tersendiri. Cara-cara ini kita sebut pesan paralinguistik. Di
samping itu manusia juga menyampaikan pesan dengan cara-cara lain selain dengan
bahasa, misalnya dengan isyarat, yang disebut pesan ekstralinguistik.
‘14
2
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 12.1. Membandingkan penggunaan bahasa verbal dan non verbal
Sebagian besar komunikasi manusia dilakukan melalui komunikasi non verbal
(gambar 12.1), bila kita tidak pandai untuk bisa memahami hal ini akan terjadi banyak
kesalah pamahaman di antara komunikator. Pesan yang sama ketika disampaikan dua
orang yang berbeda dengan ekspresi marah dan senang akan memengaruhi makna bagi
yang menerima pesan tersebut. Sangat penting dalam mengkonstruksi makna dalam
komunikasi. Karena komunikasi akan sia-sia dan tidak efektif bila di antara komunikator
tidak terjadi kesamaan makna.
Dimensi verbal dan nonverbal pada komunikasi antar pribadi secara bersamaan
menciptakan makna pada interaksi manusia. Untuk mengerti bagaimana setiap dimensi
bekerja pada komunikasi, pada gambar dibawah ini (Gambar 12.2) teridentifikasi perbedaan
dan persamaan komunikasi verbal dan non verbal.
‘14
3
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Similarities
Differences
Both are symbolic
Non verbal communication
Both are rule-guided
is usually perceived
Both can be intentional or unintentional
as more believable
Both are culture-bound
Non verbal can be multichannel
Non verbal is continuous
Gambar 12.2. Membandingkan komunikasi verbal dan non verbal
(Interpersonal Communication-Julia T.Wood, 2002:161)
II. Pesan Linguistik
Ada dua cara untuk mendefenisikan bahasa, yaitu fungsional dan formal.
Pertama; Definisi fungsional melihat bahasa dari segi fungsinya, sehingga bahasa diartikan
sebagai “ alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan”.
Kedua; Definisi formal menyatakan bahasa sebagai semua kalimat yang terbayangkan,
yang dibuat menurut peraturan tata bahasa. Setiap bahasa mempunayi peraturan
bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti.
Tata bahasa meliputi 3 unsur, yaitu fonologi, sintaksis, dan semantik. Untuk mampu
menggunakan bahasa tertentu, kita harus menguasai ketiga tahap pengetahuan bahasa
tersebut di atas, ditambah dua tahap lagi. Pada tahap pertama, kita harus mempunyai
informasi fonologis tentang bunyi-bunyi dalam bahasa tersebut. Misalnya, kita harus bisa
membedakan bunyi ‘th’ dalam “the” dengan “th” dalam “think”. Pada tahap kedua, kita harus
mempunyai pengetahuan tentang sintaxis, yaitu cara pembentukan kalimat. Misalnya dalam
bahasa Inggris kita harus menempatkan “to be” pada kalimat-kalimat nominal. Pada tahap
ketiga, kita harus mengetahui secara leksikal arti kata atau gabungan kata-kata. Misalnya,
kita harus tahu apa arti “take” dan “take into account”. Pada tahap keempat, kita harus
memiliki pengetahuan konseptual tentang dunia tempat tinggal kita dan dunia yang kita
bicarakan. Dan pada tahap kelima, kita harus mempunyai semacam kepeercayaan untuk
menilai apa yang kita dengar.
‘14
4
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
III. Belajar Bahasa
Bagaimana manusia belajar bahasa sudah menjadi perhatian manusia sejak
berabad-abad yang lalu. Beberapa penelitan membuktikan bahwa bila seorang anak
manusia dipisahkan dari lingkungan manusia, maka ia tidak mampu berbicara. Sebaliknya,
kita dapat melihat seorang anak berusia 4 tahun sudah dpat berbicara dengan kawankawannya dalam bahasa ibunya. Teori psikologi menyajikan dua teori mengenai bagaimana
manusia dpat belajar, yaitu teori belajar dan teori nativisme.
 Teori Belajar
Menurut teori belajar, anak-anak memperoleh pengetahuan bahasa melalui tiga proses,
yaitu asosiasi, imitasi, dan peneguhan.

Asosiasi berarti melazimkan suatu bunyi dengan objek tertentu.

Imitasi berarti menirukan pengucapan dan struktur kalimat yang didengarnya.

Peneguhan dimaksudkan sebagai ungkapan kegembiraan yang dinyatakan ketika
anak mengucapkan kata-kata yang benar.
B.F. Skinner menerapkan ketiga prinsip ini ketika menjelaskan 3 macam respon yang
terjadi pada anak-anak, yang disebutnya respond mand, respond tact dan respond echoic.
Respond mand ketika anak-anak mengeluarkan bunyi secara sembarangan. Misalnya,
anak mengeluarkan bunyi “u-u” dan orangtuanya menganggapnya sebagai permintaan
(command atau demand) agar diberi air. Kemudian orang tuanya segera memberinya air.
Sejak saat itu, kalau si bayi menginginkan air, maka ia segera mengucapkan “u-u”.
Respond tact terjadi bila anak menyentuh objek, kemudian secra sembarangan ia
mengucapkan bunyi. Orang tuanya Mengira ia menyebutkan satu kata, dan memberikan
ganjaran. Misalnya, anak menyentuh gelas yang berisi air, lalu secara sembarangan ia
mengucapkan “u-u”. Orang tuanya beranggapan bahwa anak itu mengatakan minum, lalu
Sejak itu ketika anak mengucapkan “u-u”, maka orang tuanya akan memberinya minum.
Respond echoic terjadi ketika anak menirukan ucapan orang tuanyadalam hubungan
dengan stimuli tertentu. Misalnya, setiap kali ibu memberikan air segar, ia mengatakan
‘minum”. Anak mencoba menirunya dan mengucapkan “u-u”. Sang ibu gembira mendengar
ucapan itu, lalu memeluk, memangkunya sambil mengucapkan kata-kata yang lembut. Inilah
yang disebut seabgai peneguhan terhadap upaya imitasiyang dilakukan anak.
Menurut Noam Chomsky, setiap anak mampu menggunakan satu bahasa karena
adanya pengetahuan bawaan (pre-existent knowledge) yang telah diprogram secara genetik
‘14
5
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dalam otak kita. Chomsky menyebutnya sebagai L.A.D (Language Acquisition Device). LAD
tidak mengandung kata, arti, atau gagasan, tetapi hanyalah satu sistem yang
memungkinkan manusia menggabungkan komponen-komponen bahasa. Walaupun bentuk
luar bahasa-bahasa di dunia ini berbeda-beda, akan tetapi bahasa-bahasa itu mempunyai
kesamaan dalam struktur pokok yang mendasarinya. Inilah yang disebut Chomsky sebagai
linguistik universal.
Adanya dasar fisiologis dari kemampuan dasar berbahasa dibuktikan dengan penemuan
bidang Broca dan bidang Wernicke pada otak manusia. Bidang Broca mengatur sintaxis,
sehingga gangguan atau kerusakan pada bidang ini menyebabkan orang berbicara
terpatah-patah dengan susunan kata yang tidak teratur. Kerusakan pada bidang Wernicke
menyebabkan orang berbicar lancar tetapi tidak mempunyai arti.
Teori perkembangan mental dari Jean Piaget memperkuat teori Chomsky dengan
menunjukkan adanya struktur universal yang menimbulkan pola berpikir yang sama pada
tahap-tahap tertentu dalam perkembangan mental anak-anak.
Kedua ahli membuktikan
bahwa otak manusia bukanlah penerima pengalaman yang pasif, bukan papan tulis yang
kosong, tetapi sebuah organ yang diperlengkapi dengan kemampuan-kemampuan bawaan.
Penelitian eksperimen membuktikan bahwa, otak anak sejak lahir telah membawa prinsipprinsip berbahasa yang sesungguhnya bukan merupakan proses hasil belajar.
Singkatnya, bahasa merupakan proses interaksi di antara proses biokimia, faktor-faktor
kematangan, strategi belajar, dan lingkungan sosial. Dalam konteks komunikasi, kedua teori
tersebut di atas memberikan dasar bagi kita dalam menanamkan kemampuan menyusun
pesan linguistik atau konsep-konsep baru pada komunikan.
IV. Bahasa dan Proses Berpikir
Menurut teori principle of linguistic relativity, bahasa menyebabkan kita memandang
realitas sosial dengan cara tertentu. Teori ini dikembangkan oleh Von Humboldt, Sapir, dan
Whorf. Menurut Whorf, pandangan kita tentang dunia dibentuk oleh bahasa, dan karena
bahasa berbeda, maka pandangan kita tentang dunia juga berbeda.
Secara selektif, kita menyaring data sensori yang masuk seperti telah diprogram oleh
bahasa yang kita pakai. Dengan demikian, masyarakat yang menggunakan bahasa yang
berbeda hidup dalam dunia sensori yang berbeda pula.
‘14
6
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Menurut Whorf, kategori gramatikal suatu bahasa menunjukkan kategori kognitif dari
pemakai bahasa itu. Seperti halnya tentang persepsi, kita melakukan persepsi dengan
menggunakan kategori kognitif. Kita juga berpikir dengan memakai kategori-kategori ini. Kita
memberikan arti kepada apa yang kita lihat, yang kita dengar, atau yang kita rasa sesuai
dengan kategori-kategori yang ada dalam bahasa kita.
Dalam hubungannya dengan berpikir, konsep-konsep dalam suatu bahasa
cenderung menghambat atau mempercepat proses pemikiran tertentu. Ada bahasa yang
dengan mudah dapat digunakan untuk memikirkan masalah-masalah filsafat, tetapi ada juga
bahasa yang sukar dipakai bahkan untuk memecahklan masalah-masalah matematika yang
sederhana.
Bahasa
terbukti
mempermudah
kemampuan
belajar
dan
mengingat,
memecahkan persoalan, dan menarik kesimpulan.
Bahasa memungkinkan kita untuk menyandi peristiwa-persitiwa dan objek-objek
dalam bantuk kata-kata. Dengan bahasa, kitaa mengabstraksikan pengalaman kita, dan
mengkomunikasikannya pada orang lain. Yang perlu diingat adalah bahwa kata-kata juga
dapat menghambat proses berpikir. Hal ini terjadi bila ada kebingungan dalam mengartikan
kata-kata.
V. Kata-kata dan Makna
Ada 3 jenis makna sebagai berikut :
1. Makna Inferensial,yaitu makna satu lambang atau kata adalah objek.
Proses pemberian makna ini terjadi ketika kita menghubungkan lambang dengan
yang ditunjukkan lambang (disebut rujukan atau reference). Satu lambang dapat
menunjukkan banyak rujukan.
Misalnya “jari-jari” dapat menunjukkan setengah diameter, bagian dari roda sepeda,
atau bagian dari tangan.
2. Makna yang kedua menunjukkan arti (significance) suatu istilah sejauh
dihubungkan dengan konsep-konsep yang lain.
3. Makna yang ketiga adalah makna intensional, yakni makna yang dimaksudkan oleh
seorang pemakai lambang. Makna ini tidak dapat divalidasi secara empiris atau
dicarikan rujukannya. Makna ini terdapat pada pikiran orang, dan hanya dimiliki oleh
dirinya saja.
‘14
7
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dari perspektif psikologi, makna tidak terletak pada kata-kata, tetapi pada pikiran
orang atau pada persepsinya. Makna terbentuk karena pengalaman individu. Kesamaan
makna karena kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur kognitif disebut
isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan berasal dari budaya yang
sama, pendidikan yang sama, status sosial yang sama, ideologi yang sama, dan
seterusnya.
Orang-orang dalam kelompok yang sama bahkan sering mengembangkan kata-kata
yang dimiliki secara khusus oleh kelompok mereka saja. Dengan perkataan lain, setiap
profesi mengembangkan bahasanya sendiri. Yang perlu ditekankan adalah bahwa
isomorfisme total tidak pernah terjadi. Kita semua menyimpan makna perseorangan,
terutama kalau kita berbicara tentang makna konotatif.
Makna konotatif menunjukkan asosiasi emosional yang mempengaruhi reaksi kita
terhadap kata-kata. Misalnya kata-kata babu, pelayan, pembantu, pramuwisma,
mempunyai makna konotatif yang berbeda. Begitu pula kata kuli, buruh, pegawai, dan
karyawan. Kata demokrasi bermakna konotatif baik, sedangkan diktatur bermakna
konotatif jelek. Kita sedapat mungkin menghindari kata-kata dengan konotasi negatif dan
menggantinya dengan kata-kata yang berkonotasi positif. Misalnya pejabat melaporkan
adanya “daerah rawan pangan”, tidak menyebutkan “daerah kelaparan”. Bapak X tidak
ditahan, akan tetapi “diamankan”. Putra ibu tidak bodoh, hanya “lambat belajar”. Hargaharga tidak naik, hanya “disesuaikan”.
Alfred Korzybsky, seorang ahli bahasa mengemukakan pandangannya tentang bahasa
sebagai berikut :
1) Berhati-hati dengan abstraksi
Bahasa menggunakan abstraksi. Abtraksi adalah proses memilih unsur-unsur realitas untuk
membedakannya dari hal-hal yang lain. Ketika kita melakukan kategorisasi, kita
menempatkan realitas dalam kategori tertentu. Untuk membuat kategori, kita harus
memprhatikan hanya sebagian dari sifat-sifat objek.
Contoh : Buku; buku adalah kategoiri yang didasarkan pada kenyataan bahwa ia adalah
kumpulan kertas yang dijilid. Jadi buku yang ada pada anak SD, buku anak SMP, buku di
kantor, dan buku yang ada di perpustakaan.
Kata-kata yang kita pergunakan berada pada tingkat abstraksi yang bermacam-macam.
Semakin tinggi tingkat abstraksi kata, semakin sukar kata itu diverifikasi dalam kenyataan,
dan makin ambigu makna kata itu.
‘14
8
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Contoh :
A. Ilham
: Adalah nama seorang pemuda
B. Pekerjaan : Mahasiswa FIKOM
C.
Kelompok pendidikan
D.
Pencari ilmu
E.
Pria
F.
Manusia
2)
: Tingkat Abstraksi : rendah
:
;
;
: lebih tinggi
Berhati-hati dengan Dimensi Waktu
Bahasa itu statis, sedangkan realitas dinamis. Ketika Anda berekasi pada satu kata,
Anda sering menganggap makna kata itu masih sama. Lima tahun yang lalu anda bertemu
dengan Rini. Sekarang Anda membicarakan Dia seolah-olah Anada membicarakan Rini
yang lima tahun yang lalu. Padahal ia telah banyak berubah.
3) Jangan Mengacaukan Kata dengan Rujukannya
4) Jangan Mengacaukan Pengamatan dengan Kesimpulan
Ketika melihat fakta, kita membuat pernyataan untuk melukiskan fakta itu. Pernyataan itu
kita sebut pengamatan. Kita menarik kesimpulan bila menghubungkan hal-hal yang diamati
dengan sesuatu yang tidak teramati. Dalam pengamatan, kta menghubungkan lambang
dengan rujukan. Dalam kesimpulan kita menggunakan pemikiran.
VI. Pesan Nonverbal
Mark L. Knapp mengemukakan 5 fungsi pesan nonverbal sebagai berikut :
1. Repetisi
Artinya mengulang kembali gagasan yang sudah disjikan secara verbal.
Contoh : setelah saya menjelaskan penolakan saya, saya lalu menggelengkan
kepala berkali-kali.
‘14
9
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Substitusi
Artinya menggantikan lambang-lambang verbal.
Contoh : Tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulut Anda, Anda dapat
menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-angguk.
3. Kontradiksi
Artinya menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain terhadap pesan
verbal.
Contoh : Anda memuji prestasi teman Anda dengan mencibirkan bibir Anda “Hebat,
kau memang hebat”.
4. Komplemen
Artinya melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal.
Contoh : Air muka Anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap
dengan kata-kata.
5. Aksentuasi
Artinya menegaskan atau menggarisbawahi pesan verbal
Contoh : Anda mengungkapkan kejengkelan Anda dengan memukul meja.
Dale G. Leathers menyebutkan 6 alasan mengapa pesan nonverbal penting :
1. Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal
Misalnya, ketika kita mengobrol dengan tamu kita, kita banyak menyampaikan
gagasan dengan pesan-pesan nonverbal.
2. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal ketimbang
pesan verbal. Mahrabian telah meneliti bahwa hanya 7% rasa kasih sayang dapat
dikomunikasikan
dengan
kata-kata.
Selebihnya
38%
lewat
suara,
dan
dikomunikasikan lewat wajah (senyum, kontak mata, dll).
3. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari
manipulasi, distorsi, dan kerancuan.
‘14
10
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk
mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif artinya
memberikan informasi tambahan yang memperjelas maksud dan makna pesan.
5. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efektif
dibandingkan
dengan pesan verbal.
6. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat.
Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan atau
emosi secara langsung. Sugesti di sini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada
orang lain secara implisit. Sugesti paling efektif disampaikan melalui pesan-pesan
nonverbal.
Daftar Pustaka
1. Psikologi Komunikasi, Jalaluddin Rakhmat, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2001
2. Sosiologi Suatu Pengantar, Soerjono Soekanto, PT. Rajawali Pers, Jakarta, 2012
3. Sosiologi Komunikasi, Sutaryo, Arti Bumi Intaran, Jakarta, 2005
4. Interpersonal Communication Everyday Encounters, Julia T. Wood, Wadswprth Group,
USA, 2002
5. Social Psychology, James W. Vander Zanden, Random House Inc., USA, 1984
6. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Dennis McQuail, Erlangga, Jakarta, 1987
‘14
11
Psikologi Komunikasi
Ety Sujanti, M.Ikom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download