pendahuluan - BPTP Jawa Barat

advertisement
PENDAHULUAN
P
e na n a m an t er u s- me n e ru s d en g a n h a ny a
mengandalkan pemberian pupuk kimia dan kurang
me ng g un aka n pu pu k o rg an ik, m en ga kib at ka n
menurunnya kesuburan tanah. Jika keadaan tersebut
berlangsung cukup lama, maka tanah menjadi tidak subur.
Untuk meningkatkan kesuburan tanah, diperlukan pupuk
organik misalnya kompos.
Kompos berperan memperbaiki sifat fisik, kimia, dan
biologis tanah serta lingkungan. Di dalam tanah, kompos
akan dirombak oleh mikroorganisme menjadi humus atau
bahan organik tanah.
Kompos memperbaiki fisik tanah dengan cara
mengikat” butiran tanah membentuk butiran lebih besar
(agregat) yang mantap sehingga dapat menyerap dan
menyimpan air.Kompos memperbaiki kimia tanah dengan
cara menyediakan unsur hara makro dan mikro seperti Zn,
Cu, Mo, Co, Ca, Mg, dan Si, meningkatkan kapasitas tukar
kation (KTK) tanah, serta dapat bereaksi dengan ion logam
untuk membentuk senyawa kompleks, sehingga ion logam
yang meracuni tanaman atau menghambat penyediaan
hara seperti Al, Fe dan Mn dapat dikurangi.
Kompos memperbaiki biologi tanah dengan cara
menyediakan energi dan makanan bagi mikroorganisme
t ana h sehin gg a dap at me nin gkat kan a kt ivit as
mikroorganisme tanah yang sangat bermanfaat dalam
penyerapan unsur hara oleh tanaman. Dengan demikian
pemb erian pupu k organ ik pada akhirnya aka n
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman.
Kompos dapat mengurangi pencemaran lingkungan
karena bahan-bahan organik seperti kotoran ternak dan
limbah pertanian tidak dibuang di sembarangan tempat
yang dapat mengotori lingkungan terutama di sungai.
Peranan bahan organik yang paling utama adalah
terhadap sifat fisik tanah, sedangkan terhadap suplai hara
bagi tanaman sangat kecil dan akan terlihat pengaruhnya
dalam jangka panjang. Oleh karena itu, untuk mencapai
fungsi yang maksimal dari bahan organik terhadap tanah
dan tanaman, diperlukan takaran (jumlah) yang tinggi. Hal
ini merupakan salah satu kelemahan penggunaan bahan
organik karena menyulitkan dalam penyediaan maupun
pengangkutannya.
Akhir-akhir ini, dengan maraknya produk pertanian
organik, perhatian petani terhadap pupuk organik semakin
meningkat. Permintaan produk atau pangan organik
terutama sayuran dan buah-buahan organik cenderung
meningkat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
lahan pertanian di Indonesia, baik lahan kering maupun
lahan sawah, mempunyai kandungan bahan organik tanah
yang rendah (di bawah 2%). Oleh karena itu penggunaan
bahan organik seperti kompos untuk memperbaiki
kesuburan tanah perlu digalakkan dan dipromosikan lebih
intensif.
U nt uk men cuku pi oksi ge n ya ng d ip erlu kan
mikroorganisme pengurai, kompos harus dilakukan
pembalikan.
4. p H ko mp o s b er sif a t ba sa , sup a ya pr ose s
penguraiannya berlangsung cepat, pH dalam tumpukan
kompos tidak boleh terlalu rendah, oleh karena itu perlu
dibubuhi kapur atau abu dapur.
5. Tinggi tumpukan minimal 1 m agar tumpukan kompos
tetap panas.
PROSES PEMBUATAN KOMPOS SUPER
KOMPOS SUPER
1. Bahan :
Kompos merupakan hasil penguraian bahan organik
m en j ad i b a ha n s ed e r ha n a d e n ga n b a n t ua n
mikroorganisme pa da kondisi terkontrol. Proses
pengomposan harus dalam kondisi terkontrol sehingga
proses penguraian berjalan baik sampai terbentuk kompos
yang stabil dan berkualitas tinggi. Sebaliknya, apabila
kondisi tidak terkontrol akan terjadi pembusukan sehingga
timbul bau yang menyengat.
Kompos dapat dibuat dari berbagai jenis bahan, antara
lain sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas
tebu, sabut kelapa), serbuk gergaji, kotoran ternak, limbah
media jamur, limbah pasar, limbah rumah tangga dan
daun-daun
Selama pengomposan, pada minggu kedua dan ketiga
suhu akan meningkat hingga 70 0C. Peningkatan suhu
menandakan pengomposan berlangsung baik. Suhu tinggi
ini dapat membunuh bibit penyakit tanaman dan biji
tanaman pengganggu (gulma).
Untuk menghasilkan kompos berkualitas baik (super)
kandungan kotoran ternak minimal 40%. Semakin tinggi
kandungan kotoran ternak, semakin tinggi kualitas
kompos.
Untuk menghasilkan kompos berkualitas tinggi,
diperlukan persyaratan sebagai berikut :
1. Bangunan yang baik. Bangunan dapat dibuat dengan
bahan yang sederhana yang ada di lokasi, seperti
bambu, kayu, atap rumbia. Atap bangunan tidak mudah
bocor dan terhindar dari limpasan air hujan.
2. Kadar air dipertahankan pada 60% agar
bakteri
pengurai kompos bekerja baik untuk mempercepat
proses penguraian. Bila terlihat kering, maka bahan
kompos perlu disiram dengan air hingga lembab.
3. Suplai oksigen pada timbunan kompos harus cukup.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Kotoran ternak: 40%
Limbah pertanian dan daun-daun :40%
Mikroorganisme pengurai: 0.5%
Abu sekam:10%
Kalsit/kaptan: 2%
Serbuk gergaji:8%
Air
2. Alat :
1) Timbangan
2) Ember
3) Pengaduk
4) Sekop
5) Cangkul
6) Selang
7) Plastik terpal untuk penutup
3. Tahapan pembuatan kompos super
1) Kumpulkan bahan-bahan kompos seperti kotoran
ternak dan limbah pertanian
2) Timbang bahan-bahan kompos sesuai keperluan.
Untuk membuat 1 ton kompos diperlukan :
· Kotoran ternak: 400 kg
· Jerami padi: 400 kg
· Arang sekam: 100 kg
· Kaptan (dolomit, gamping): 20 kg
· Serbuk gergaji: 80 kg
· Mikroorganisme pengurai: 5 kg (contoh Orgadec)
3) Campurkan 10 kg arang sekam dengan 5 kg
mikroorgnisme pengurai.
4) Campurkan kotoran ternak, jerami padi, arang sekam,
kaptan, serbuk gergaji, diaduk hingga merata.
5) Bila kering bahan kompos disiram dengan air hingga
kadar air mencapai 60%. Cara mudah mengukur
kadar air 60% adalah dengan menggenggam bahan
dengan tangan. Apabila genggaman tangan dilepas
dan bahan masih dalam bentuk genggaman tangan
(tidak buyar), artinya bahan mempunyai kelembaban
60%.
6) Hamparkan bahan kompos setebal 10 cm kemudian
taburi di atasnya dengan mikroorganisme pengurai
secara merata. Kemudian hamparkan lagi bahan
kompos di atas bahan kompos pertama setebal 10
cm. Demikian selanjutnya sampai ketinggian minimal
1 meter.
7) Tutup rapat tumpukan tersebut dengan plastik untuk
menjaga kelembaban dan panas tetap konstan.
8) Cek temperatur dengan memasukan tangan kedalam
tumpukan bahan kompos pada hari ke-2. Apabila
panas, berarti proses penguraian berjalan dengan
baik.
9) Lakukan pembalikan untuk menambah suplai udara
(oksigen) dan bahan tercampur merata setiap 7 hari
dengan cara mengalihkan tumpukan ketempat
lainnya (sebelahnya) sambil diukur kelembabannya
agar 60%. Apabila kadar air berkurang (kering) dapat
d ilakuka n p en yir ama n d eng an air samp ai
kelembabaan mencapai 60%.
10) Proses penguraian telah berakhir ditandai dengan
penurunan temperatur (di bawah 30 0C). Hal ini
menunjukkan proses pembuatan kompos telah
selesai dan tutup rapat kembali tumpukan tersebut
dengan plastik untuk menjaga kadar air dan panas
tetap konstan. Pembalikan dilakukan sampai 2 kali
(21 hari).
11) Cek kembali temperatur tumpukan pada hari ke-21.
hingga warna kompos cokelat kehitaman.
12) Saring kompos yang sudah jadi dengan saringan
kawat harmonika untuk mendapatkan partikel
kompos yang relatif sama.
13) Masukkan ke dalam karung dan disimpan pada
ruang yang terlindung dari terik matahari maupun
hujan.
KUALITAS KOMPOS SUPER
Hasil pengkajian BPTP
Jawa Barat dalam
pembuatan kompos super menghasilkan kompos dengan
kandungan unsur hara seperti disajikan pada tabel di
bawah ini.
Tabel 1. Kandungan unsur hara kompos super
Nilai C/N kompos super adalah 12. Nilai C/N 12 sangat baik
sebagai pupuk organik. Warna kompos coklat kehitaman,
bertekstur remah dan tidak berbau.
Secara umum, kandungan hara kompos lebih rendah
daripada pupuk kimia sehingga takaran penggunaannya
lebih besar.
BPTP JAWA BARAT
Jl. Kayuambon No. 80 Le mbang 40391
Te lp./Fax. : 022-2786238/2789846
Website : jabar.litbang.de ptan.go.id
Seri
:Peternakan
Nomor : 05/Leaflet/APBN/2013/EB
Cetakan Ke 2/TA. 2013
PEMBUATAN
KOMPOS
Download