PENERAPAN TEKNIK RESTRUKTURISASI KOGNITIF UNTUK

advertisement
PENERAPAN TEKNIK RESTRUKTURISASI KOGNITIF UNTUK
MENINGKATKAN INTERNAL LOCUS OF CONTROL SISWA KELAS XI
SMA NEGERI 1 KEDUNGGALAR
JURNAL
Oleh :
Ulva Nikmaturohma
K3110067
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2015
PENERAPAN TEKNIK RESTRUKTURISASI KOGNITIF UNTUK
MENINGKATKAN INTERNAL LOCUS OF CONTROL SISWA KELAS XI
SMA NEGERI 1 KEDUNGGALAR
Ulva Nikmaturohma1, Edy Legowo2, Ulya Mahmudah3
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kondisi internal
locus of control dan menguji efektivitas teknik restrukturisasi kognitif dalam
meningkatkan internal locus of control siswa kelas XI SMA Negeri 1
Kedunggalar. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain
Nonequivalent Control Group Design. Teknik pengumpulan data dengan
menggunakan instrumen angket. Analisis data menggunakan teknik analisis
statistik deskripstif dan non parametrik dengan uji Wilcoxon dan uji MannWhitney.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum internal locus of
control siswa berada pada kategori sedang dengan persentase sebanyak 121 siswa
(70,8%). Skor rata-rata internal locus of control pada kelompok eksperimen
meningkat dari 65,33 sebelum treatment, menjadi 71,00 setelah treatment dengan
selisih sebesar 5,67 poin atau 8,7%. Hasil uji hipotesis antara skor pre-test dengan
skor post-test kelompok eksperimen menunjukkan nilai Z skor -2,043 dengan
Asymp. Sig. (2-tailed)= 0,041< 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya,
terdapat perbedaan internal locus of control sebelum dan sesudah diberikan
treatment restrukturisasi kognitif. Hasil uji perbedaan internal locus of control
antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol menunjukkan nilai Z skor
1,182 dengan Asymp. Sig. (2-tailed)=0,237 > 0,05, maka H0 diterima. Artinya,
tidak terdapat perbedaan skor post-test internal locus of control antara kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol. Jika dilihat dari skor rata-rata post test,
kelompok eksperimen memiliki skor rata-rata lebih tinggi dibanding kelompok
kontrol, yaitu 71,00 pada kelompok eksperimen, dan 66,45 pada kelompok
kontrol. Simpulan penelitian ini adalah penerapan teknik restrukturisasi kognitif
dapat meningkatkan internal locus of control siswa kelas XI SMA Negeri 1
Kedunggalar.
Kata kunci: Teknik Restrukturisasi Kognitif, Internal Locus of Control
1
Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP UNS
Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP UNS
3
Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP UNS
2
ABSTRACT
Ulva N. THE IMPLEMENTATION OF COGNITIVE RESTRUCTURING
TECHNIQUES TO IMPROVE INTERNAL LOCUS OF CONTROL ON
STUDENTS IN THE ELEVENTH GRADE OF SMA NEGERI 1
KEDUNGGALAR. Thesis, Faculty of Teacher Training and Education University
of March Surakarta. January 2015.
The purpose of this study was to describe the condition of internal locus of
control and test the effectiveness of cognitive restructuring techniques to improve
internal locus of control on students in the eleventh grade of SMA Negeri 1
Kedunggalar. This study was a quasi-experimental research design with
Nonequivalent Control Group Design. The technique of collecting data using
questionnaires. Analysis of data using statistical analysis techniques deskripstif
and non-parametric Wilcoxon test and Mann-Whitney test.
The results showed that in general internal locus of control students in
middle category with the percentage of total 121 students (70.8%). The average
score of internal locus of control in the experimental group increased from 65.33
before treatment, after treatment with 71.00 into a difference of 5.67 points, or
8.7%. Hypothesis test results between the pre-test scores with scores of post-test
experimental group showed a Z score of -2.043 with Asymp. Sig. (2-tailed) =
0.041 <0.05, then H0 is rejected and Ha accepted. That is, there are differences in
internal locus of control before and after treatment of cognitive restructuring. The
result of an internal locus of control, the difference between the experimental
group and control group showed a Z score of 1.182 with Asymp. Sig. (2-tailed) =
0.237> 0.05, H0 is accepted. That is, there is no difference post-test scores of
internal locus of control between the experimental group and control group. When
viewed from the average score of post test, the experimental group had an average
score higher than the control group, the experimental group 71.00, and 66.45 in
the control group. The conclusions of this research is the implementation of
cognitive restructuring techniques can improve the internal locus of control on
students in the eleventh grade of SMA Negeri 1 Kedunggalar.
Keywords: Cognitive Restructuring Techniques, Internal Locus of Control
1
Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP UNS
Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP UNS
3
Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP UNS
2
PENDAHULUAN
Belajar merupakan aktivitas penting
bagi siswa. Melalui belajar, siswa akan
memperoleh pengetahuan dan keterampilan
baru untuk bekal di masa depan. Oleh karena
itu, keberhasilan belajar merupakan hal yang
sudah seharusnya dicapai siswa.
Keberhasilan siswa dalam mencapai
hasil belajar yang optimal dipengaruhi oleh
berbagai
faktor,
diantaranya
faktor
kepribadian siswa. Salah satu variabel
kepribadian
yang
mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam proses belajar
adalah locus of control atau pusat kendali
individu. Locus of control menunjukkan
keyakinan individu terkait penyebab
terjadinya peristiwa yang dialami berasal
dari dalam diri (internal) atau dari luar diri
(external). Oleh karena itu, perilaku yang
ditunjukkan individu merupakan manifestasi
dari jenis keyakinan yang ada dalam dirinya.
Istilah locus of control berasal dari
konsep teori pembelajaran sosial (social
learning theory) yang dikemukakan oleh
Julian B. Rotter. Rotter (1954) menyatakan,
“A person’s locus of control is a prevalent
expectancy, or cognitive strategy, by with we
evaluate situations” (dikutip dalam Morris
dan Maisto, 2003:384). Artinya, locus of
control seseorang merupakan sebuah
pengharapan yang umum atau strategi
kognitif yang dengan hal itu kita menilai
situasi. Jadi, dapat dipahami bahwa locus of
control berkaitan dengan situasi kognitif
individu dalam mempersepsi atau menilai
peristiwa yang terjadi pada dirinya.
Menurut Rotter ada dua jenis locus
of control yaitu internal locus of control dan
external locus of control. Individu dengan
internal locus of control meyakini bahwa ia
memiliki kendali terhadap peristiwa yang
terjadi pada dirinya. Sedangkan individu
dengan external locus of control lebih
percaya bahwa peristiwa yang terjadi pada
dirinya berada di luar kendalinya. Ia
meyakini nasib, keberuntungan, kesempatan
atau kuasa orang lain lebih berpengaruh
terhadap kehidupannya. Safitri (2013)
menyatakan bahwa individu dengan orientasi
external locus of control tidak bisa berdiri
sendiri tanpa dukungan dari luar.
Beberapa
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa internal locus of
control menjadi salah satu variabel yang
berperan dalam keberhasilan individu.
Keberhasilan
tersebut
mencakup
keberhasilan dalam hal pencapaian prestasi
maupun
pencapaian
tugas-tugas
perkembangan-nya. Hal ini dikuatkan oleh
penelitian Ghasemzadeh & Saadat (2011)
yang menyatakan bahwa internal locus of
control memiliki hubungan secara langsung
dan positif dengan prestasi pendidikan siswa
( Satici, Uysal, dan Akin, 2013). Selanjutnya
Suryanti, Yusuf, dan Priyatama (2011)
menemukan fakta bahwa internal locus of
control mempengaruhi kematangan karir
siswa. Artinya, semakin tinggi internal locus
of control dalam diri siswa, semakin tinggi
tingkat kematangan karir yang dicapainya.
Penelitian lain mengungkap bahwa
rendahnya internal locus of control menjadi
salah satu faktor penyebab perilaku negatif
siswa. Musslifah (2012) dalam penelitiannya
menemukan fakta bahwa perilaku menyontek
dipengaruhi oleh kecenderungan locus of
control siswa. Siswa yang memiliki
kecenderungan internal locus of control
maka semakin jarang perilaku menyontek
dilakukan, sebaliknya siswa yang memiliki
kecenderungan external locus of control,
maka akan semakin sering perilaku
menyontek dilakukan.
Hasil
penelitian
di
atas
menggambarkan bahwa internal locus of
control memiliki peran penting dalam
membentuk kepribadian positif individu.
Namun, faktanya internal locus of control
pada diri siswa usia remaja belum
berkembang secara optimal. Hal tersebut
terjadi karena perkembangan internal locus
of control sejalan dengan perkembangan
individu menuju dewasa. Semakin muda usia
individu, tingkat kecenderungan internal
locus of control semakin rendah. Sebaliknya,
semakin dewasa usia individu akan semakin
tinggi kecenderungan internal locus of
control.
Ahmad
dan
Zadeh
(2013)
menyatakan bahwa sebagian besar remaja
putri pada tahap awal masa remaja
memperlihatkan tingkat external locus of
control
yang
tinggi.
Penelitiannya
menunjukkan bahwa hanya 4 dari 50 remaja
putri dalam rentang usia 13 sampai 15 tahun
yang menunjukkan kecenderungan internal
locus of control, sisanya memiliki
kecenderungan external locus of control
dengan tingkat yang bervariasi.
Sari, Marjohan, dan Neviyarni
(2012) dalam penelitiannya di SMA Negeri
Padang Ganting mengungkap bahwa
sebagian besar siswa kelas X SMA Negeri
Padang Ganting memiliki kecenderungan
external locus of control. Itu artinya,
sebagian besar siswa memiliki tingkat
kecenderungan internal locus of control
rendah. Tercatat sebanyak 95 (64,19%) siswa
dari total 148 siswa menunjukkan
kecenderungan external locus of control.
Hasil penelitian tersebut memperkuat
pendapat Schunk:
Sudah menjadi hal yang biasa
menemukan siswa yang secara umum
percaya bahwa mereka hanya mampu
sedikit mengontrol keberhasilan dan
kegagalan akademik tetapi juga
meyakini mereka bisa melakukan
kontrol yang besar pada kelas tertentu
karena guru atau teman bersifat
membantu
dan
karena
mereka
menyukai kontennya (2012:502).
Pendapat
Schunk
di
atas
menjelaskan bahwa adanya siswa yang
memiliki external locus of control
merupakan suatu keniscayaan. Siswa dengan
external locus of control meyakini bahwa
dirinya hanya memiliki sedikit kendali
terhadap keberhasilan dan kegagalan dalam
menempuh pendidikan, serta meyakini
bahwa keberhasilan dan kegagalan tersebut
lebih banyak dipengaruhi oleh faktor di luar
dirinya. Keyakinan tersebut menjadikan
siswa tidak percaya diri, cenderung
berperilaku negatif seperti bertindak agresif,
menyontek, suka menyalahkan orang lain,
dan pasif atau kurang memiliki gairah usaha
dalam mencapai keberhasilan hidup. Artinya,
siswa belum sepenuhnya memahami bahwa
peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya
dipengaruhi oleh perilakunya sendiri. Hal ini
dapat menumbuhkan perilaku kurang
bertanggung jawab dalam diri siswa, baik
tanggung jawab sebagai pribadi maupun
sebagai bagian dari masyarakat.
Hasil wawancara dengan guru
bimbingan dan konseling SMA Negeri 1
Kedunggalar pada tanggal 26 Februari 2014
diperoleh fakta bahwa di SMA Negeri 1
Kedunggalar terdapat siswa yang cenderung
memiliki internal locus of control rendah.
Hal itu terlihat dari perilaku yang
ditampakkan siswa. Menurut guru bimbingan
dan konseling terdapat beberapa perilaku
siswa yang mengindikasikan internal locus
of control rendah, yaitu siswa kurang aktif
dalam proses pembelajaran di kelas,
cenderung mengeluhkan cara mengajar guru
yang kurang menyenangkan jika mendapat
nilai ujian kurang memuaskan, dan terdapat
siswa cenderung terpengaruh atau ikut-ikutan
kelompok teman sebaya. Perilaku demikian
dapat menghambat pengembangan potensi
siswa terutama yang berkaitan dengan
pengembangan kepribadian positif. Di
samping itu juga bertentangan dengan tujuan
pendidikan nasional yaitu tercapainya
perkembangan potensi individu (siswa)
secara optimal.
Bimbingan dan konseling sebagai
bagian integral dari proses pendidikan
memiliki peran penting dalam mendukung
tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Melalui jalur pendidikan formal yaitu
sekolah, bimbingan dan konseling berperan
dalam bidang pembinaan siswa serta
memfasilitasi pengembangan potensi siswa,
baik di bidang pribadi, sosial, belajar,
maupun karir. Pengembangan potensi siswa
dalam
bidang
pribadi
mencakup
pengembangan perilaku dan kepribadian
positif siswa, termasuk juga faktor yang
mempengaruhi terbentuknya perilaku dan
kepribadian tersebut. Oleh sebab itu,
pengembangan internal locus of control
sebagai salah satu variabel kepribadian yang
memengaruhi sikap dan perilaku individu
merupakan tanggung jawab bimbingan dan
konseling di lingkungan sekolah.
Akan tetapi, fakta di lapangan
belum menunjukkan hal tersebut. Menurut
keterangan guru bimbingan dan konseling
SMA
Negeri
1
Kedunggalar,
penyelenggaraan layanan bimbingan dan
konseling di SMA Negeri 1 Kedunggalar
lebih difokuskan pada siswa dengan masalah
perilaku yang terkait dengan pelanggaran
tata tertib sekolah, misalnya membolos,
sehingga permasalahan seperti internal locus
of control yang rendah belum mendapat
layanan bimbingan dan konseling secara
khusus.
Sebagaimana telah dipaparkan
sebelumnya bahwa internal locus of control
memiliki
pengaruh
positif
terhadap
kepribadian,
perilaku,
dan
konsep
pencapaian prestasi siswa, maka perlu
dilakukan
suatu
usaha
untuk
mengembangkan internal locus of control
dalam diri siswa melalui pendekatan yang
menyentuh aspek kognitif individu.
Terapi kognitif perilaku atau
cognitive behavior therapy merupakan salah
satu terapi yang meyakini bahwa proses
kognitif individu memengaruhi perilaku
(Foreyt dan Goodrick, 1981). Terapi kognitif
perilaku ini merupakan konsep baru dalam
pendekatan behavioral yang sebelumnya
didahului oleh konsep-konsep seperti
classical conditioning, operant conditioning,
dan social learning theory. Konsep-konsep
tersebut mengalami perkembangan yang
berakhir pada pemahaman bahwa aspek
kognitif individu berperan dalam membentuk
perilaku individu. Dari hal tersebut
kemudian
dipahami
bahwa
perilaku
maladaptif atau menyimpang berasal dari
kognisi yang salah atau menyimpang pula.
Untuk mengatasi hal tersebut munculah
terapi kognitif perilaku yang dalam
pelaksanaannya menggunakan pendekatan
kognitif dan pendekatan perilaku secara
bersama-sama.
Seorang ahli psikologi bernama
Lahey menyatakan bahwa terapi kognitif
perilaku berlandaskan pada teori belajar
sosial. Menurut Lahey (2009:521), terapi
kognitif perilaku (cognitive behavior
therapy) yang sering disebut sebagai CBT,
merupakan pendekatan psikoterapi yang
dihubungkan dengan teori belajar sosial
kepribadian. Dari sudut pandang teori belajar
sosial, perilaku merupakan hasil interaksi
antara kognisi, hasil belajar dan pengalaman
masa lalu, serta lingkungan sekitar individu
(Morris dan Maisto, 2003:384). Konsep
perilaku tersebut menjadi dasar pijakan
dalam terapi kognitif perilaku untuk
membantu individu dengan perilaku yang
salah suai serta mengubah pemikiran atau
kognisi yang menyimpang agar menjadi
lebih adaptif, fungsional, dan konstruktif.
Terdapat beberapa teknik dalam
terapi kognitif perilaku yaitu exposure
therapy
(terapi
ekspos),
behavioral
activation (aktivasi perilaku), social skill
training (latihan keterampilan sosial), dan
cognitive
restructuring
(restrukturisasi
kognitif). Dari keempat teknik dalam terapi
kognitif perilaku, cognitive restructuring
(restrukturisasi kognitif) merupakan teknik
yang tepat diterapkan untuk meningkatkan
internal locus of control. Restrukturisasi
kognitif berarti penyusunan kembali kognisi
yang salahsuai atau menyimpang sehingga
fokus utama dari teknik ini adalah
pembenahan pada aspek kognitif individu
yang maladaptif.
Individu dengan tingkat internal
locus of control yang rendah pada umumnya
cenderung memiliki keyakinan atau pola
pikir negatif yang dapat merusak diri,
misalnya melimpahkan kesalahan pada orang
lain atas kegagalan yang diterima, merasa
bahwa perilakunya tidak memberi pengaruh
sehingga menjadi pasif, merasa tidak
berdaya, merasa tidak memiliki kontrol
terhadap hidupnya sehingga menjadikannya
merasa cemas dan depresi. Oleh karena itu
perlu dilakukan penggantian keyakinan atau
pola pikir negatif tersebut dengan pikir baru
yang lebih adaptif dan konstruktif sehingga
individu dapat berperilaku secara positif
yaitu dengan restrukturisasi kognitif.
Selvera (2013) dalam penelitiannya
menemukan bahwa teknik restrukturisasi
kognitif dapat meningkatkan pemikiran
positif dan rasional pada individu yang
mengalami gangguan somatisasi atau
kecemasan. Hasil penelitian tersebut sesuai
dengan pendapat Meichenbaum yang
menyatakan bahwa teknik restrukturisasi
kognitif menekankan pada modifikasi
pikiran, pendapat, asumsi (keyakinan), dan
sikap klien yang mendasari kognisinya
(Patterson, 1986:202). Jadi, restrukturisasi
kognitif bertujuan untuk mengubah persepsi,
pemikiran, pendapat, serta sikap individu
yang salah suai agar menjadi lebih positif
dan
konstruktif
bagi
pengembangan
kepribadiannya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen
semu
dengan
desain
Nonequivalent Control Group Design.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
teknik restrukturisasi kognitif, sedangkan
variabel terikat yaitu internal locus of
control.
Subyek penelitian ini adalah siswa
kelas XI SMA Negeri 1 Kedunggalar yang
diambil dengan purposive sampling. Subyek
penelitian yang diambil adalah siswa-siswa
kelas XI yang memiliki skor skala internal
locus of control kategori rendah sejumlah 20
orang siswa, dibagi menjadi dua kelompok,
masing-masing berjumlah sembilan siswa
pada kelompok eksperimen dan sebelas
siswa pada kelompok kontrol.
Pelaksanaan eksperimen dilakukan
melalui tiga tahapan yaitu tahap pra
intervensi, tahap intervensi, dan tahap pasca
intervensi. Tahap pra intervensi meliputi uji
coba instrumen dan pre-test. Tahap
intervensi merupakan tahap pemberian
treatment dengan teknik restrukturisasi
kognitif meliputi identifikasi pikiran
otomatis, intervensi pikiran negatif menjadi
positif, dan penguatan positif. Tahap pasca
intervensi meliputi post-test dan evaluasi.
Teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis statistik deskriptif dan
analisis statistik inferensial yang meliputi uji
Wilcoxon dan uji Mann-Whitney. Analisis
statistik
deskriptif
digunakan
untuk
memperoelh profil internal locus of control
siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kedunggalar.
Uji Wilcoxon digunakan untuk menguji
perbedaan skor pre-test dan skor post-test
pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Uji Mann-Whitney digunakan untuk
membandingkan skor post-test antara
kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol. Pengujian dilakukan dengan
software IBM SPSS Statistic 20.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi
hasil
penelitian ini
berdasarkan analisis statistik deskriptif
disajikan sebagai berikut:
Gambar 1. Gambaran Umum Internal
Locus of Control
80.00%
60.00%
Tinggi
40.00%
20.00%
Sedang
0.00%
Rendah
Kategori Internal Locus of
Control
Gambar 1 menunjukkan bahwa
secara umum siswa kelas XI SMA Negeri 1
Kedunggalar memiliki internal locus of
control pada kategori sedang dengan
persentase 70,8%.
Skor Rata-Rata
Gambar 2. Diagram Perbandingan Mean
Pre-Test dan
Post-Test Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol
72
70
68
66
64
62
60
Eksperimen
Kontrol
Pre-Test
Post-Test
Gambar 2 menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan mean pre-test dan posttest pada kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol. Masing-masing kelompok
mengalami peningkatan nilai mean. Mean
pre-test pada kelompok eksperimen lebih
tinggi dibanding kelompok kontrol dengan
selisih 1,33 poin. Begitu juga nilai mean
post-test pada kelompok eksperimen lebih
tinggi dibanding nilai mean post-test
kelompok kontrol dengan selisih 4,55 poin.
Skor rata-rata internal locus of
control
pada
kelompok
eksperimen
mengalami peningkatan dari 65,33 menjadi
71,00 dengan selisih 5,67 atau meningkat
sebesar 8,7%. Skor rata-rata internal locus of
control pada kelompok kontrol mengalami
peningkatan tipis yaitu dari 64,00 menjadi
66,45 dengan selisih 2,45 atau meningkat
3,8%. Selanjutnya, berdasarkan analisis
statistik deskriptif kemudian dilakukan
analisis inferensial untuk menguji hipotesis
yang diajukan.
Analisis perbedaan hasil penelitian
pada kelompok eksperimen sebelum dan
sesudah diberi perlakuan dilakukan dengan
menggunakan Uji Wilcoxon. Hasil analisis
Uji
Wilcoxon
menunjukkan
bahwa
Zhitung>Ztabel= 2,043>1,96 dan nilai asymp
sig = 0,041 < α = 0,05, maka H0 ditolak dan
Ha diterima. Artinya, terdapat perbedaan
internal locus of control pada kelompok
eksperimen sebelum dan sesudah diberikan
perlakuan dengan teknik restrukturisasi
kognitif.
Hasil pengolahan skor pre-test dan
post-test pada kelompok kontrol juga
menunjukkan peningkatan mean dari 64,00
menjadi 66,45dengan selish 2,45 poin atau
3,8%. Analisis perbedaan hasil pre-test dan
post-test pada kelompok kontrol dilakukan
dengan menggunakan Uji Wilcoxon. Hasil
analisis Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa
Zhitung > Ztabel = 1,966>1,96 dan nilai
asymp sig = 0,049 < α = 0,05, maka H0
ditolak dan Ha diterima. Artinya, terdapat
perbedaan internal locus of control pada
kelompok kontrol sebelum dan sesudah
diberikan
perlakuan
dengan
teknik
restrukturisasi kognitif.
Selanjutnya, analisis perbedaan skor
post-test antara kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen dilakukan dengan uji
Mann-Whitney. Hasil analisis perbedaan skor
post-test antara kelompok eksperimen
dengan kolompok kontrol menunjukkan
bahwa nilai Z hitung lebih kecil dibanding Z
tabel (1,182<1,96) dan angka probabilitas
Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar daripada
0,05 (0,237>0,05) sehingga dapat diambil
kesimpulan H0 diterima dan Ha ditolak,
artinya tidak ada perbedaan internal locus of
control pada kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil analisis, dapat
disimpulkan bahwa teknik restrukturisasi
kognitif
dapat
digunakan
untuk
meningkatkan internal locus of control. Hal
ini didasarkan pada hasil uji Wilcoxon pada
kelompok eksperimen yang menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan internal locus of
control pada kelompok eksperimen sebelum
dan sesudah diberi treatment restrukturisasi
kognitif.
Adapun peningkatan nilai mean yang
tidak terlalu besar pada kelompok
eksperimen dan juga peningkatan nilai mean
pada
kelompok
kontrol,
hal
ini
dimungkinkan karena adanya adanya faktor
luar yang tidak terkontrol. Faktor luar
tersebut berupa lingkungan sosial individu.
Sebagaimana
pendapat
Gufron
dan
Risnawita (2012) bahwa locus of control
atau pusat kendali seseorang dipengaruhi
oleh berbagai aspek yaitu lingkungan fisik
dan sosial. Melalui interaksi timbal balik
antara individu dengan lingkungan fisik dan
sosialnya inilah individu memperoleh
semacam pengetahuan dan pengalaman baru
yang
akan
membentuk
kematangan
berpikirnya, serta mempengaruhi perubahan
keyakinannya mengenai tingkat kontrol yang
dimiliki. Pelaksanaan treatment yang pada
awalnya direncanakan empat kali pertemuan
akan tetapi dipadatkan menjadi dua kali
pertemuan juga menjadi faktor yang
mempengaruhi hasil penelitian. Oleh sebab
itu, untuk peneliti selanjutnya yang akan
melakukan penelitian sejenis disarankan
untuk mempertimbangkan faktor-faktor
eksternal yang mempengaruhi perkembangan
internal locus of control.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
penerapan teknik restrukturisasi kognitif
dapat meningkatkan internal locus of control
siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kedunggalar.
Berdasarkan
hasil
pelaksanaan
penelitian dengan teknik restrukturisasi
kognitif, maka penulis memberikan beberapa
saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Guru bimbingan dan konseling
disarankan memiliki kemauan yang keras
dalam
membantu
peserta
didik
mengembangkan kepribadian positif yang
salah satu faktornya yaitu internal locus
of control dengan mengubah pola pikir
yang negatif dan desruktif dengan pola
pikir yang lebih positif melalui teknik
dalam bimbingan dan konseling, misalnya
teknik restrukturisasi kognitif.
2. Bagi Siswa
Siswa hendaknya membiasakan
diri untuk selalu berusaha dengan
sungguh-sungguh dalam rangka mencapai
cita-cita yang diinginkan dan meyakini
bahwa
setiap
individu
memiliki
kemampuan yang dapat dikembangkan,
dan meyakini bahwa dengan terus
mengasah kemampuan yang dimiliki, ia
dapat meraih kesuksesan. Hendaknya
siswa
membiasakan
diri
untuk
bertanggung
jawab
terhadap
perbuatannya, tidak mudah menyalahkan
orang lain, dan selalu berpikir positif
dalam menghadapi berbagai hal.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya
pemberian treatment lebih dari dua sesi
intervensi agar efektif. Tempat pelaksanaan
treatment sebaiknya di ruangan yang jauh
dari keramaian sehingga pelaksanaan
treatment dapat kondusif. Selain itu, perlu
dilakukan pengukuran pada variabel bebas
yaitu restrukturisasi kognitif sehingga
peningkatan skor pada variabel internal
locus of control benar-benar dari hasil
penerapan teknik restrukturisasi kognitif.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmad, K.B., Zadeh, Z.F. (2013). Types of
Cognitive Errors and the External
Locus of Control in Adolescent
Girls. International Journal of
Humanities and Social Science, 3
(14), 240 – 247. Diperoleh 28 Maret
2014 dari http://www.ijhssnet.com/
journals/Vol_3_No_14_Special_
Issue_July_2013/27.pdf
Akinsola, E.F. & Nwajei, A. D. (2013) Test
Anxiety, Depression and Academic
Performance:
Assessment
and
Management Using Relaxation and
Cognitive
Restructuring
Techniques. Psychology: Scientific
Research,
4,
(6A1),
18-24.
Diperoleh 23 Januari 2014, dari
http://www.scirp.org/ journal/psych.
Anjani PJT, P.S. (2012). Meningkatkan
Internal Locus Of Control Melalui
Konseling
Eklektik
dengan
Menggunakan Media Kreatif pada
Siswa Kelas VII SMP Negeri 17
Medan. Skripsi Universitas Negeri
Medan. Diperoleh 16 Januari 2014,
dari http://digilib.unimed.ac.id.
Binggeli, Nelson. (2010). Introduction to
Cognitive Behavioral Therapy.
Diperoleh 28 Januari 2014 dari
http://www.nelsonbinggeli.net/NB/
CBT-Intro_to_CBT.html
Chibuike, O.B., Chimezie, N.B., Ogbuinya,
N.E.O., dan Omeje, C.B. (2013).
Role of Locus of Control on
Assertive Behavior of Adolescents.
International Journal of Health and
Psychology Research, 1 (1), 38-44.
Diperoleh 02 April 2014 dari
http://www.eajournals.org/wpcontent/uploads/ROLE-OF-LOCUS
-OF-CONTROL-ON-ASSERTIVEBEHAVIOR-OF-ADOLESCENTS.
pdf.
Clark, D.A. (2014). Cognitive Restructuring.
Dalam Stefan G. Hofmann (Ed).
The Wiley Handbook of Cognitive
Behavioral Therapy (First Edition).
Part One : 1-22. Diperoleh 28
Januari
2014.
DOI:
10.1002/9781118528563.
Cristi,
Chintia D. (2013). Penggunaan
Strategi Cognitive Restructuring
(CR) untuk Meningkatkan Efikasi
Diri Siswa Kelas X-TSM(Teknik
Sepeda Motor)-1 SMK Negeri 1
Mojokerto. Jurnal BK UNESA, 04
(01), 266-273. Diperoleh 07 Januari
2015 dari http://ejournal.unesa.ac.
id/index.php/jurnal-bk-unesa/article/
view/6589/baca-artikel.
Dahar, Ratna W. (2011). Teori –Teori
Belajar & Pembelajaran. Jakarta:
Erlangga.
Foreyt, John P., & Goodrick, K. (1981)
.Cognitive
Behavior
Therapy.
Dalam Raymond J. Corsini (Ed).
Handbook
of
Innovative
Psychoterapies.
(hlm.133-150).
New York : John Wiley & Sons.
http://www.hannalevenson.com/loc
us.pdf
Ghufron, M.N., dan Risnawita, R. (2012).
Teori-Teori Psikologi. Yogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
Morris, C.G. & Maisto, A.A. (2003).
Understanding Psychology (Sixth
Edition). New Jersey: Prentice Hall.
Ginintasasi, Rahayu. (n.d). Locus of Control
(Slide Powerpoint). Diperoleh 3
Januari
2014,
dari
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR
._PSIKOLOGI/ 195009011981032RAHAYU_GININTASASI/locus_o
f_control_%5BCompatibility
Mode%5D.pdf
Muslimah, A.I. & Nurhalimah. (2012).
Agresifitas Ditinjau dari Locus Of
Control Internal Pada Siswa SMK
Negeri 1 Bekasi dan Siswa di SMK
Patriot 1 Bekasi. Jurnal Soul, 5 (2),
33-54. Diperoleh 16 Januari 2014,
dari http://ejournal-unisma.net/ojs/
index.php/soul/article/view/712/636
.
Halinah, Polin. (2013). Efektivitas Program
Pelatihan dalam Mengembangkan
Locus of Control Siswa Sekolah
Menengah
Atas
dalam
Pembelajaran (Studi Eksperimen
terhadap Siswa Kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Kadupandak Kabupaten
Cianjur
Tahun
Pelajaran
2012/2013).
Tesis
Universitas
Pendidikan Indonesia. Diperoleh 3
Januari
2014,
dari
http://repository.upi.edu.
Krapp, Kristine. (eds). (2005). Psychologists
& Their Theories For Students.
Farmington Hills: Thomson Gale.
Lahey, Benyamin B. (2009). Psychology: An
Introduction (Tenth Edition). New
York : Mc Graw Hill.
Leahy, R.L. & Rego, S.A. (2012). Cognitive
Restructuring.
Dalam
William
O’Donohue & Jane E. Fisher (eds.),
Cognitive Behavior Therapy : Core
Principles for Practice. (hlm. 133158). New Jersey: John Wiley &
Sons.
Levenson, H. (1981).
Differentiating
Among
Internality,
Powerful
Others. And, Chance. In Research
with the Locus of Control Construct
Assesment Methods (Vol 1). (hlm.
15-63). Academic Press. Diperoleh
28
Januari
2014
dari
Musslifah, A.R. (2012). Perilaku Menyontek
Siswa Ditinjau dari Kecenderungan
Locus of Control. Talenta Psikologi,
1 (2), 137 – 150. Diperoleh 20
Januari 2014, dari http://jurnal.
usahidsolo.ac.id/index.php/talenta/a
rticle/ view/58.
Muqodas, Idat. (2011). Cognitive-Behavior
Therapy:
Solusi
Pendekatan
Praktek Konseling di Indonesia.
Makalah disajikan pada Seminar &
Workshop Internasional Teknik
Konseling Kreatif Kontemporer,
Bandung 29-30 Oktober 2011.
Nursalim, Mochamad. (2005). Kombinasi
Cognitive
Restructuring
dan
Systimatic Desensitization untuk
Menangani Kecemasan Siswa SLTP
di
Kota
Surabaya.
Jurnal
Pendidikan Dasar, 6( 1), 9 – 16.
Palut, Birsen. (2008). The Relationship
Between Thinking Styles and Level
Of Externality: A Study of Turkish
Female Preschool Student Teachers.
Social Behavior and Personality :
An International Journal., 36 (4),
519 – 528. Diperoleh 28 Maret
2014, dari http://web.a.ebscohost
.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?
sid=d180aab1-bc86-4ebd-b024-
b8fe3c8c69f6%40sessionmgr4005
&vid=2&hid=4104.
Patterson, C.H. (1986). Theories of
Counseling and Psychotherapy
(Fourth Edition). New York: Harper
& Row Publisher.
Phares, E. Jerry. (1984). Introduction to
Personality. Ohio: Bell & Howell
Company.
Purwoko, S.B. (2012). Restrukturisasi
Kognitif melalui Al-Fatihah. Artikel
Saktiyono Wordpress, 08 (01), 1 –
4. Diperoleh, 22 Januari 2014, dari
http://saktiyono.files.wordpress.com
/2012/01/restrukturisasi_kognitif_m
elalui_al_fatihah.pdf.
Ramadhani, Dian. (2014). Efektivitas
Konseling Kognitif Perilaku dengan
Teknik Restrukturisasi Kognitif
untuk Mereduksi Kejenuhan Belajar
Peserta
Didik
(Penelitian
Eksperimen Kuasi terhadap Peserta
Didik Kelas XII MA Al-Inayah
Bandung Tahun Ajaran 2013/2014).
Skripsi Universitas Pendidikan
Indonesia. Diperoleh 28 Pebruari
2014, dari http://repository.upi.edu.
Rotter, J.B. (1990). Internal Versus External
Control of Reinforcement: A Case
History of a Variable. American
Psychologist, 45 (4), 489 – 493.
Diperoleh, 05 Februari 2014, dari
http://mres.gmu.edu/readings/
PSYC557/Rotter1990.pdf.
Safaria, T. (2004). Terapi Kognitif - Perilaku
untuk Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Safaria, T. (2007). Optimistic Quotient:
Menanamkan dan Menumbuhkan
Sikap Optimis pada Anak .
Yogyakarta: Pyramid Publisher.
Safitri, I.N. (2013). Kepatuhan Penderita
Diabetes Mellitus Tipe II Ditinjau
dari Locus of Control. Jurnal Ilmiah
Psikologi Terapan, 1 (2), 179 – 396.
Sari, I., Marjohan, & Neviyarni. (2013).
Locus of Control dan Perilaku
Menyontek serta
Implikasinya
terhadap Bimbingan dan Konseling
(Studi
pada
Siswa
Sekolah
Menengah Atas Padang Ganting).
Konselor: Jurnal Ilmiah Konseling,
2 (1), 267-272. Diperoleh 06 Januari
2014, dari http://ejournal.unp.ac.id/
index.php/konselor.
Satici, S.A., Uysal, R., & Akin, A. (2013).
Perceived Social Support as
Predictor of Academic Locus of
Control. GESJ: Education Science
and Psychology. 23 (1), 79–86.
Diperoleh 24 Januari 2014, dari
http://gesj.internet-academy.org.ge/
en/list_aut_artic_en.php?b_sec&list
_ aut=2527.
Schunk,
D.H. (2012).
Teori-teori
Pembelajaran
:Perspektif
Pendidikan (edisi keenam). Terj.
Eva Hamdiah, Rahmat Fajar.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Selvera, N.R. (2013). Teknik Restrukturisasi
Kognitif
untuk
Menurunkan
Keyakinan Irasional pada Remaja
dengan
Gangguan
Somatisasi.
Jurnal Sains dan Praktik Psikologi,
1 (1), 63 – 76. Diperoleh 25
Pebruari 2014, dari http://ejournal
.umm.ac.id/index.php/jspp/article/vi
ewFile/1349/1444ummscientific
journal.pdf.
Silaban, Adanan. (2012). Pengaruh Locus of
Control dan Komitmen Profesional
terhadap Perilaku Reduksi Kualitas
Audit. VISI: Majalah Ilmiah
Universitas HKBP Nommensen. 20
(3), 1030 – 1042.
Slavin,
Robert E. (2011). Psikologi
Pendidikan: Teori dan Praktik
(edisi kesembilan Jilid 1). Tej.
Marianto Samosir. Jakarta: PT.
Indeks.
Steigerwald, F. & Stone, D. (1999).
Cognitive Restructuring and the 12Step Program of Alcoholics
Anonymous. Journal of Substance
Abuse Treatment, 16 (4), 321–327.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian
Pendidikan
(Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Bandung: Penerbit Alfabeta.
Suryanti, R., Yusuf, M., Priyatama, A.N.
(2011). Hubungan antara Locus of
Control Internal dan Konsep Diri
dengan Kematangan Karir pada
Siswa Kelas XI SMK Negeri 2
Surakarta.
Wacana: Jurnal
Psikologi, 3 (5), 46-58.
Syah,
Muhibbin.
(2010).
Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan
Baru. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Warga,
Richard G. (1983). Personal
Awarenes: a Psychology of
Adjusment (Third Edition). Boston :
Houghton Mifflin Company.
Wibowo.
(2013).
Perilaku
Organisasi.
Jakarta:
RajaGrafindo Persada.
dalam
PT.
Wolfe, J.F. (2011). The Effects of Perceived
Success or Failure on Locus of
Control Orientation in College
Students. Sentience : The University
of
Minnesota
Undergraduate
Journal of Psychology, 4, 11-16.
Diperoleh 20 Januari 2014, dari
http://www.psych.umn.edu/sentienc
e/files/Wolfe 2011.pdf.
Yusuf, S. & Nurihsan, A.J. (2012). Landasan
Bimbingan
dan
Konseling.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Download