Tugas ini untuk melengkapi mata kuliah Hukum Internasional

advertisement
Tugas ini untuk melengkapi mata kuliah Hukum Internasional
NAMA DOSEN
: Holy One N , SH
NAMA MAHASISWA
: AHMAD AGUNG
NPM
: 09411733000020
MATA KULIAH
: Hukum Internasional
SMT/TA
: 3 (TIGA) SORE A
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam saya sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat
kemurahanNya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai yang diharapkan.Dalam makalah ini kami
membahas KEJAHATAN DALAM HUKUM INTERNASIONAL ”, suatu permasalahan yang selalu dialami
bagi masyarakat di dunia.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah hokum internasional yang
sangat diperlukan dalam suatu harapan mendapatkan pengetahuan mengenai hukum internasional
terutama KEJAHATAN dalam dunia internasional dan sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas
mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Hukum Internasional ”
Dalam proses pendalaman materi ini, tentunya saya mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan
saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan :

Alloh SWT untuk segala rahmat & anugrahnya kepada hamba yang tiada henti menyertai.

Bpk M Holy One N, SH selaku dosen mata kuliah “Hukum Internasional”.

Rekan-rekan mahasiwa yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini.

Orang tua saya yang memberikan motivasi dalam setiap kegiatan yang saya lakukan.
Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat,
Karawang, 04 Januari 2011
Penyusun
AHMAD AGUNG
0941173300020
DEFINISI HUKUM INTERNASIONAL
Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas berskala internasional. Pada
awalnya, Hukum Internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara namun dalam
perkembangan pola hubungan internasional yang semakin kompleks pengertian ini kemudian meluas
sehingga hukum internasional juga mengurusi struktur dan perilaku organisasi internasional dan pada
batas tertentu, perusahaan multinasional dan individu.
Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa, hukum antarbangsa atau hukum antarnegara. Hukum
bangsa-bangsa dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum yang berlaku dalam
hubungan antara raja-raja zaman dahulu. Hukum antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada
kompleks kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa atau
negara.
Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan
yang melintasi batas negara antara:
(i) negara dengan negara
(ii) negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subyek hukum bukan negara satu sama lain.

Perbedaan dan persamaan
Hukum Internasional publik berbeda dengan Hukum Perdata Internasional. Hukum Perdata Internasional
ialah keseluruhan kaedah dan asas hukum yang mengatur hubungan perdata yang melintasi batas negara
atau hukum yang mengatur hubungan hukum perdata antara para pelaku hukum yang masing-masing
tunduk pada hukum perdata (nasional) yang berlainan. Sedangkan Hukum Internasional adalah
keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara
(hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata.
Persamaannya adalah bahwa keduanya mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas
negara(internasional). Perbedaannya adalah sifat hukum atau persoalan yang diaturnya (obyeknya)
Bentuk Hukum internasional
Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau pola perkembangan yang khusus berlaku
di suatu bagian dunia (region) tertentu :
Hukum Internasional Regional
Hukum Internasional yang berlaku/terbatas daerah lingkungan berlakunya, seperti Hukum
Internasional Amerika / Amerika Latin, seperti konsep landasan kontinen (Continental Shelf) dan
konsep perlindungan kekayaan hayati laut (conservation of the living resources of the sea) yang
mula-mula tumbuh di Benua Amerika sehingga menjadi hukum Internasional Umum.
Hukum Internasional Khusus
Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus berlaku bagi negara-negara tertentu
seperti Konvensi Eropa mengenai HAM sebagai cerminan keadaan, kebutuhan, taraf
perkembangan dan tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian masyarakat yang berlainan.
Berbeda dengan regional yang tumbuh melalui proses hukum kebiasaan
Hukum Internasional dan Hukum Dunia
Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat internasional yang terdiri atas sejumlah
negara yang berdaulat dan merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah
kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara anggota masyarakat
internasional yang sederajat.
Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain. Dipengaruhi analogi dengan Hukum Tata Negara
(constitusional law), hukum dunia merupakan semacam negara (federasi) dunia yang meliputi semua
negara di dunia ini. Negara dunia secara hirarki berdiri di atas negara-negara nasional. Tertib hukum
dunia menurut konsep ini merupakan suatu tertib hukum subordinasi.
Masyarakat dan Hukum Internasional

Adanya masyarakat-masyarakat Internasional sebagai landasan sosiologis hukum internasional.
1. Adanya suatu masyarakat Internasional. Adanya masyarakat internasional ditunjukkan adanya
hubungan yang terdapat antara anggota masyarakat internasional, karena adanya kebutuhan yang
disebabkan antara lain oleh pembagian kekayaan dan perkembangan industri yang tidak merata di
dunia seperti adanya perniagaan atau pula hubungan di lapangan kebudayaan, ilmu pengetahuan,
keagamaan, sosial dan olah raga mengakibatkan timbulnya kepentingan untuk memelihara dan
mengatur hubungan bersama merupakan suatu kepentingan bersama. Untuk menertibkan,
mengatur dan memelihara hubungan Internasional inilah dibutuhkan hukum dunia menjamin
unsur kepastian yang diperlukan dalam setiap hubungan yang teratur. Masyarakat Internasional
pada hakekatnya adalah hubungan kehidupan antar manusia dan merupakan suatu kompleks
kehidupan bersama yang terdiri dari aneka ragam masyarakat yang menjalin dengan erat.
2. Asas hukum yang bersamaan sebagai unsur masyarakat hukum internasional. Suatu kumpulan
bangsa untuk dapat benar-benar dikatakan suatu masyarakat Hukum Internasional harus ada
unsur pengikat yaitu adanya asas kesamaan hukum antara bangsa-bangsa di dunia ini. Betapapun
berlainan wujudnya hukum positif yang berlaku di tiap-tiap negara tanpa adanya suatu
masyarakat hukum bangsa-bangsa merupakan hukum alam (naturerech) yang mengharuskan
bangsa-bangsa di dunia hidup berdampingan secara damai dapat dikembalikan pada akal manusia
(ratio) dan naluri untuk mempertahankan jenisnya.

Kedaulatan Negara : Hakekat dan Fungsinya Dalam Masyarakat Internasional.
Negara dikatakan berdaulat (sovereian) karena kedaulatan merupakan suatu sifat atau ciri hakiki negara.
Negara berdaulat berarti negara itu mempunyai kekuasaan tertentu. Negara itu tidak mengakui suatu
kekuasaan yang lebih tinggi daripada kekuasaannya sendiri dan mengandung 2 (dua) pembatasan penting
dalam dirinya:
1. Kekuasaan itu berakhir dimana kekuasaan suatu negara lain mulai.
2. Kekuasaan itu terbatas pada batas wilayah negara yang memiliki kekuasaan itu.
Konsep kedaulatan, kemerdekaan dan kesamaan derajat tidak bertentangan satu dengan lain bahkan
merupakan perwujudan dan pelaksanaan pengertian kedaulatan dalam arti wajar dan sebagai syarat
mutlak bagi terciptanya suatu masyarakat Internasional yang teratur.

Masyarakat Internasional dalam peralihan: perubahan-perubahan dalam peta bumi politik,
kemajuan teknologi dan struktur masyarakat internasional.
Masyarakat Internasional mengalami berbagai perubahan yang besar dan pokok ialah perbaikan peta bumi
politik yang terjadi terutama setelah Perang Dunia II. Proses ini sudah dimulai pada permulaan abad XX
mengubah pola kekuasaan politik di dunia. Timbulnya negara-negara baru yang merdeka, berdaulat dan
sama derajatnya satu dengan yang lain terutama sesudah Perang Dunia

Perubahan Kedua ialah kemajuan teknologi.
Kemajuan teknologi berbagai alat perhubungan menambah mudahnya perhubungan yang melintasi batas
negara.
Perkembangan golongan ialah timbulnya berbagai organisasi atau lembaga internasional yang mempunyai
eksistensi terlepas dari negara-negara dan adanya perkembangan yang memberikan kompetensi hukum
kepada para individu. Kedua gejala ini menunjukkan bahwa disamping mulai terlaksananya suatu
masyarakat internasional dalam arti yang benar dan efektif berdasarkan asas kedaulatan, kemerdekaan
dan persamaan derajat antar negara sehingga dengan demikian terjelma Hukum Internasional sebagai
hukum koordinasi, timbul suatu komplek kaedah yang lebih memperlihatkan ciri-ciri hukum
Sejarah dan Perkembangannya
Hukum Internasional modern sebagai suatu sistem hukum yang mengatur hubungan antara negara-negara,
lahir dengan kelahiran masyarakat Internasional yang didasarkan atas negara-negara nasional. Sebagai
titik saat lahirnya negara-negara nasional yang modern biasanya diambil saat ditandatanganinya
Perjanjian Perdamaian Westphalia yang mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun di Eropa.
Zaman dahulu kala sudah terdapat ketentuan yang mengatur, hubungan antara raja-raja atau bangsabangsa:
Dalam lingkungan kebudayaan India Kuno telah terdapat kaedah dan lembaga hukum yang mengatur
hubungan antar kasta, suku-suku bangsa dan raja-raja yang diatur oleh adat kebiasaan. Menurut
Bannerjce, adat kebiasaan yang mengatur hubungan antara raja-raja dinamakan Desa Dharma. Pujangga
yang terkenal pada saat itu Kautilya atau Chanakya.Penulis buku Artha Sastra Gautamasutra salah satu
karya abad VI SM di bidang huksunting Kebudayaan Yahudi
Dalam hukum kuno mereka antara lain Kitab Perjanjian Lama, mengenal ketentuan mengenai perjanjian,
diperlakukan terhadap orang asing dan cara melakukan perang.Dalam hukum perang masih dibedakan
(dalam hukum perang Yahudi ini) perlakuan terhadap mereka yang dianggap musuh bebuyutan, sehingga
diperbolehkan diadakan penyimpangan ketentuan perang.
Lingkungan kebudayaan Yunani.Hidup dalam negara-negara kita.Menurut hukum negara kota penduduk
digolongkan dalam 2 golongan yaitu orang Yunani dan orang luar yang dianggap sebagai orang biadab
(barbar). Masyarakat Yunani sudah mengenal ketentuan mengenai perwasitan (arbitration) dan diplomasi
yang tinggi tingkat perkembangannya.
Sumbangan yang berharga untuk Hukum Internasional waktu itu ialah konsep hukum alam yaitu hukum
yang berlaku secara mutlak dimanapun juga dan yang berasal dari rasion atau akal manusia.
Hukum Internasional sebagai hukum yang mengatur hubungan antara kerajaan-kerajaan tidak mengalami
perkembangan yang pesat pada zaman Romawi. Karena masyarakat dunia merupakan satu imperium
yaitu imperium roma yang menguasai seluruh wilayah dalam lingkungan kebudayaan Romawi. Sehingga
tidak ada tempat bagi kerajaan-kerajaan yang terpisah dan dengan sendirinya tidak ada pula tempat bagi
hukum bangsa-bangsa yang mengatur hubungan antara kerajaan-kerajaan. Hukum Romawi telah
menyumbangkan banyak sekali asas atau konsep yang kemudian diterima dalam hukum Internasional
ialah konsep seperti occupatio servitut dan bona fides. Juga asas “pacta sunt servanda” merupakan
warisan kebudayaan Romawi yang berharga.
Abad pertengahan
Selama abad pertengahan dunia Barat dikuasai oleh satu sistem feodal yang berpuncak pada kaisar
sedangkan kehidupan gereja berpuncak pada Paus sebagai Kepala Gereja Katolik Roma. Masyarakat
Eropa waktu itu merupakan satu masyarakat Kristen yang terdiri dari beberapa negara yang berdaulat dan
Tahta Suci, kemudian sebagai pewaris kebudayaan Romawi dan Yunani.
Di samping masyarakat Eropa Barat, pada waktu itu terdapat 2 masyarakat besar lain yang termasuk
lingkungan kebudayaan yang berlaianan yaitu Kekaisaran Byzantium dan Dunia Islam. Kekaisaran
Byzantium sedang menurun mempraktikan diplomasi untuk mempertahankan supremasinya. Oleh
karenanya praktik Diplomasi sebagai sumbangan yang terpenting dalam perkembangan Hukum
Internasional dan Dunia Islam terletak di bidang Hukum Perang.
[sunting] Perjanjian Westphalia
Perjanjian Damai Westphalia terdiri dari dua perjanjian yang ditandatangani di dua kota di wilayah
Westphalia, yaitu di Osnabrück (15 Mei 1648) dan di Münster (24 Oktober 1648). Kedua perjanjian ini
mengakhiri Perang 30 Tahun (1618-1648) yang berlangsung di Kekaisaran Suci Romawi dan Perang 80
Tahun (1568-1648) antara Spanyol dan Belanda.
Perdamaian Westphalia dianggap sebagai peristiwa penting dalam sejarah Hukum Internasional modern,
bahkan dianggap sebagai suatu peristiwa Hukum Internasional modern yang didasarkan atas negaranegara nasional. Sebabnya adalah :
1. Selain mengakhiri perang 30 tahun, Perjanjian Westphalia telah meneguhkan perubahan dalam
peta bumi politik yang telah terjadi karena perang itu di Eropa .
2. Perjanjian perdamaian mengakhiri untuk selama-lamanya usaha Kaisar Romawi yang suci.
3. Hubungan antara negara-negara dilepaskan dari persoalan hubungan kegerejaan dan didasarkan
atas kepentingan nasional negara itu masing-masing.
4. Kemerdekaan negara Belanda, Swiss dan negara-negara kecil di Jerman diakui dalam Perjanjian
Westphalia.
Perjanjian Westphalia meletakkan dasar bagi susunan masyarakat Internasional yang baru, baik mengenai
bentuknya yaitu didasarkan atas negara-negara nasional (tidak lagi didasarkan atas kerajaan-kerajaan)
maupun mengenai hakekat negara itu dan pemerintahannya yakni pemisahan kekuasaan negara dan
pemerintahan dari pengaruh gereja.
Dasar-dasar yang diletakkan dalam Perjanjian Westphalia diperteguh dalam Perjanjian Utrech yang
penting artinya dilihat dari sudut politik Internasional, karena menerima asas keseimbangan kekuatan
sebagai asas politik internasional.
[sunting] Ciri-ciri masyarakat Internasional
1. Negara merupakan satuan teritorial yang berdaulat.
2. Hubungan nasional yang satu dengan yang lainnya didasarkan atas kemerdekaan dan persamaan
derajat.
3. Masyarakat negara-negara tidak mengakui kekuasaan di atas mereka seperti seorang kaisar pada
zaman abad pertengahan dan Paus sebagai Kepala Gereja.
4. Hubungan antara negara-negara berdasarkan atas hukum yang banyak mengambil alih pengertian
lembaga Hukum Perdata, Hukum Romawi.
5. Negara mengakui adanya Hukum Internasional sebagai hukum yang mengatur hubungan antar
negara tetapi menekankan peranan yang besar yang dimainkan negara dalam kepatuhan terhadap
hukum ini.
6. Tidak adanya Mahkamah (Internasional) dan kekuatan polisi internasional untuk memaksakan
ditaatinya ketentuan hukum Internasional.
7. Anggapan terhadap perang yang dengan lunturnya segi-segi keagamaan beralih dari anggapan
mengenai doktrin bellum justum (ajaran perang suci) kearah ajaran yang menganggap perang
sebagai salah satu cara penggunaan kekerasan.
Tokoh Hukum Internasional




Hugo Grotius mendasarkan sistem hukum Internasional atas berlakunya hukum alam. Hukum
alam telah dilepaskan dari pengaruh keagamaan dan kegerejaan. Banyak didasarkan atas praktik
negara dan perjanjian negara sebagai sumber Hukum Internasional disamping hukum alam yang
diilhami oleh akal manusia, sehingga disebut Bapak Hukum Internasional.
Fransisco Vittoria (biarawan Dominikan – berkebangsaan Spanyol Abad XIV menulis buku
Relectio de Indis mengenai hubungan Spanyol dan Portugis dengan orang Indian di AS. Bahwa
negara dalam tingkah lakunya tidak bisa bertindak sekehendak hatinya. Maka hukum bangsabangsa ia namakan ius intergentes.
Fransisco Suarez (Yesuit) menulis De legibius ae Deo legislatore (on laws and God as legislator)
mengemukakan adanya suatu hukum atau kaedah obyektif yang harus dituruti oleh negara-negara
dalam hubungan antara mereka.
Balthazer Ayala (1548-1584) dan Alberico Gentilis mendasarkan ajaran mereka atas falsafah
keagamaan atau tidak ada pemisahan antara hukum, etika dan teologi.
Hugo Grotius mendasarkan sistem hukum Internasional atas berlakunya hukum alam. Hukum alam telah
dilepaskan dari pengaruh keagamaan dan kegerejaan. Banyak didasarkan atas praktik negara dan
perjanjian negara sebagai sumber Hukum Internasional disamping hukum alam yang diilhami oleh akal
manusia, sehingga disebut Bapak Hukum Internasional.



Fransisco Vittoria (biarawan Dominikan – berkebangsaan Spanyol Abad XIV menulis buku
Relectio de Indis mengenai hubungan Spanyol dan Portugis dengan orang Indian di AS. Bahwa
negara dalam tingkah lakunya tidak bisa bertindak sekehendak hatinya. Maka hukum bangsabangsa ia namakan ius intergentes.
Fransisco Suarez (Yesuit) menulis De legibius ae Deo legislatore (on laws and God as legislator)
mengemukakan adanya suatu hukum atau kaedah obyektif yang harus dituruti oleh negara-negara
dalam hubungan antara mereka.
Balthazer Ayala (1548-1584) dan Alberico Gentilis mendasarkan ajaran mereka atas falsafah
keagamaan atau tidak ada pemisahan antara hukum, etika dan teologi.
Kejahatan perang adalah suatu tindakan pelanggaran, dalam cakupan hukum internasional, terhadap
hukum perang oleh satu atau beberapa orang, baik militer maupun sipil. Pelaku kejahatan perang ini
disebut penjahat perang. Setiap pelanggaran hukum perang pada konflik antar bangsa merupakan
kejahatan perang. Pelanggaran yang terjadi pada konflik internal suatu negara, belum tentu bisa dianggap
kejahatan perang.
Saddam Husein, mantan Presiden Irak, diadili karena kejahatan perang
Kejahatan perang meliputi semua pelanggaran terhadap perlindungan yang telah ditentukan oleh hukum
perang, dan juga mencakup kegagalan untuk tunduk pada norma prosedur dan aturan pertempuran, seperti
menyerang pihak yang telah mengibarkan bendera putih, atau sebaliknya, menggunakan bendera
perdamaian itu sebagai taktik perang untuk mengecoh pihak lawan sebelum menyerang.
Perlakuan semena-mena terhadap tawanan perang atau penduduk sipil juga bisa dianggap sebagai
kejahatan perang. Pembunuhan massal dan genosida kadang dianggap juga sebagai suatu kejahatan
perang, walaupun dalam hukum kemanusiaan internasional, kejahatan-kejahatan ini secara luas
dideskripsikan sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.
Kejahatan perang merupakan bagian penting dalam hukum kemanusiaan internasional karena biasanya
pada kasus kejahatan ini dibutuhkan suatu pengadilan internasional, seperti pada Pengadilan Nuremberg.
Contoh pengadilan ini pada awal abad ke-21 adalah Pengadilan Kejahatan Internasional untuk Bekas
Yugoslavia dan Pengadilan Kejahatan Internasional untuk Rwanda, yang dibentuk oleh Dewan Keamanan
PBB berdasarkan pasal VII Piagam PBB.
Pada 1 Juli 2002, Pengadilan Kejahatan Internasional, yang berbasis di Den Haag, Belanda, dibentuk
untuk mengadili kejahatan perang yang terjadi pada atau setelah tanggal tersebut. Beberapa negara,
terutama Amerika Serikat, Tiongkok dan Israel, menolak untuk berpartisipasi atau mengizinkan
pengadilan tersebut menindak warga negara mereka.
Beberapa mantan kepala negara dan kepala pemerintahan yang telah diadili karena kejahatan perang
antara lain adalah Karl Dönitz dari Jerman, mantan Perdana Menteri Hideki Tojo dari Jepang dan mantan
Presiden Liberia Charles Taylor. Pada awal 2006 mantan Presiden Irak Saddam Hussein dan mantan
Presiden Yugoslavia Slobodan Milošević juga diadili karena kejahatan perang.
Keadilan perang kadang dituding lebih berpihak kepada pemenang suatu peperangan, karena beberapa
peristiwa kontroversi tidak atau belum dianggap sebagai kejahatan perang. Contohnya antara lain
perusakan target-target sipil yang dilakukan Amerika Serikat pada Perang Dunia I dan Perang Dunia II;
penggunaan bom atom terhadap Hiroshima dan Nagasaki pada Perang Dunia II; serta pendudukan Timor
Timur oleh Indonesia antara tahun 1976 dan 19
Download