norma pergaulan

advertisement
NORMA PERGAULAN
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Hadist
Dosen Pengampu;
Surahmat




Disusun Oleh:
Hafidz Fajarudin
(933507715)
Agung Wibowo
(
)
Ardian Yogatama
(
)
Aisyah Humairah
(
)
JURUSAN USHULUDDIN
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
2016
1
ADAB NORMA PERGAULAN
Islam mengatur batasan-batasan pergaulan antara lelaki dan perempuan. Batasanbatasan itu tidak dibuat untuk mengekang kebebasan manusia, namun merupakan salah
satu wujud kasih sayang Allah terhadap umat manusia sebagai makhluk paling mulia.
Sebagai Muslim yang beriman, hendaknya kita senantiasa memerhatikan
beberapa adab pergaulan yang diatur dalam Al Quran. Adab-adab itu dibuat untuk
membuat harkat dan martabat manusia tetap tinggi dimata Allah Swt. Di antara adabadab pergaulan dalam Islam itu, adalah:
Menutup aurat
Aurat adalah bagian tubuh yang tidak boleh ditampakkan kecuali kepada
muhrimnya. Wanita maupun pria memiliki batasan-batasan aurat. Khusus wanita, aurat
ibarat perhiasan yang sangat berharga. Ini sesuai firman Allah dalam Al Quran surat AnNuur ayat 31. Ayat tersebut memerintahkan wanita Muslimah agar tidak menampakkan
perhiasan (aurat), kecuali kepada suami, ayah, dan beberapa pihak lain yang termasuk
dalam pengecualian.
Dalam ayat tersebut, Allah juga melarang para wanita bertabaruj. Tabaruj adalah
berhias diri secara berlebihan, sehingga mengundang syahwat kaum Adam. Yang
termasuk perilaku tabaruj juga adalah memakai wangi-wangian yang baunya dapat
tercium orang lain di tempat umum. Memakai perhiasan (gelang, kalung, dan lain-lain)
secara berlebihan dan mencolok mata juga termasuktabaruj.
Menjaga interaksi antara lelaki dan perempuan
Allah melarang laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim untuk saling
berpandangan secara berlebihan, apalagi saling bersentuhan. Dalam Al Quran surat AnNuur ayat 31 Allah bahkan secara khusus mengingatkan kaum lelaki agar menjaga
pandangan dan memelihara kemaluannya. Artinya, tidaklah temasuk lelaki beriman jika
matanya suka jelalatan dan bergonta-ganti pasangan seperti berganti pakaian.
2
Pandangan mata secara berlebihan serta persentuhan antara lelaki dan perempuan
yang bukan muhrim juga bisa menimbulkan zina. Buka Al Quran surat Al-Isra’ ayat 32.
Dalam ayat ini Allah melarang kita mendekati zina, karena zina adalah perbuatan yang
sangat keji. Pandangan mata dan persentuhan tubuh adalah salah satu tindakan mendekati
zina. Jika mendekati zina saja haram dan mendapat larangan keras, Anda tentu bisa
menyimpulkan sendiri, betapa berdosanya perbuatan zina yang sekarang demikian
merajalela dan dilakukan manusia tanpa rasa bersalah!
Menjaga aurat suara
Baik perempuan atau laki-laki, hendaknya tidak mengeluarkan kata-kata secara
mesra atau berlebihan kepada lawan jenis selain istri atau suaminya. Hal ini tertuang
dalam firman Allah swt., Al Quran Surat Al-Ahzaab ayat 32. Dalam ayat ini, secara
khusus Allah mengingatkan istri-istri Nabi agar jangan melembutkan suara ketika bicara
sehingga membangkitkan nafsu lelaki yang mendengarnya.
Walaupun ayat tersebut ditujukan kepada para istri Nabi, tak ada salahnya kita
meneladani ajaran Al Quran yang selalu memiliki hikmah tersendiri bagi pengikutnya.
Sebagian ulama juga berpendapat bahwa ayat tersebut juga berlaku untuk wanita biasa.
Larangan berdua-duaan (berkhalwat)
Allah swt. melarang laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya saling
berdua-duaan, kecuali disertai mahramnya atau orang ketiga. Menurut Rasulullah saw.,
jika lelaki dan perempuan berdua-duaan, maka akan muncul pihak ketiga, yakni setan.
Apa akibatnya jika setan ikut “nimbrung” di antara dua manusia yang berlainan jenis?
Anda tentu sudah tahu jawabannya, bukan?
Demikian beberapa adab pergaulan dalam Islam yang harus diperhatikan setiap
umat Islam yang mengaku beriman. Islam tak pernah melarang pergaulan dengan siapa
pun. Bergaul bahkan sangat dianjurkan sebagai upaya meningkatkan ukhuwah Islamiyah.
Yang dilarang adalah pergaulan secara bebas antara lelaki dan perempuan yang bukan
muhrim. Pergaulan yang tidak mematuhi norma-norma agama
3
Adapun tata cara pergaulan yang baik menurut Islam adalah sebagai berikut :
1)
Mengucapkan salam.
2)
Meminta izin.
3)
Menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda
4)
Bersikap santun dan tidak sombong
5)
Berbicara dengan perkataan yang sopan
6)
Tidak boleh saling menghina
7)
Tidak boleh membenci dan iri hati
8)
Mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat
9)
Mengajak untuk berbuat kebaikan
Sopan Santun dan Duduk di Jalan
Rosulullah SAW melarang duduk di pinggir jalan, baik ditempat duduk yang
khusus, seperti diatas kursi, di bawah pohon, dan lain – lain. Sebenarnya larangan
tersebut bukan pada tempat duduknya , yakni bahwa membuat tempat duduk dipinggir
jalan itu haram. Terbukti ketika para sahabat merasa keberatan dan berargumen bahwa
hanya itulah tempat mereka mengobrol.
‫ “ﻓﺈﺬﺍ ﺃﺑﻴﺘﻡ ﻓﺄﻋﻂﻮﺍ ﺍﻠﻂﺮﻴﻖ ﺤﻗﻪ” ﻣﺎﻟﻨﺎ ﺑﺪ ﻣﻦ ﻣﺠﺎﻟﺴﻨﺎ ﻨﺘﺣﺪﺚ ﻓﻴﻬﺎ‬: ‫ ﻮﻤﺎﺤﻗﻪ! ﻗﺎﻞ‬:‫ ﻗﺎﻟﻭﺍ‬: ‫ﻗﺎﻞ‬
“‫)ﻪﻴﻟﻋﻖﻔﺗﻤ( ﻮﺍﻟﻨﻬﻰ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﻨﻜﺮ” ﺒﺼﺮ ﻮﻜﻒ ﺍﻷﺫﻯ ﻮﺮﺪ ﺍﻟﺴﻼﻢ ﻮﺍﻷﻤﺮ ﺑﺍﻟﻤﻌﺮﻮﻑ ﻟﺍﺾﻏ‬
Artinya : Dari Abu Sa’id Al-Khudri Ra, Rasulullah SAW bersabda : “Janganlah kamu sekalian
duduk-duduk di pinggir jalan” para sahabat berkata: “Ya Rasulullah, kami tidak dapat
meninggalkan majelis untuk ngobrol disana?” Rasulullah SAW bersabda : “Apabila kamu
semua merasa keberatan untuk meninggalkan majelis itu, maka kamu sekalian harus
memberikan hak jalan” Mereka bertanya, “Apa hak jalan itu ya Rasulullah?” Rasulullah
menjawab. “Ialah memejamkan mata (tidak bermata keranjang), menahan gangguan (tidak
mengganggu orang, terutama anak perempuan) menjawab salam, menganjurkan kepada
kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. (HR. Bukhari dan Muslim)
4
Rosululloh SAW membolehkannya dengan syarat mereka harus memenuhi hak jalan, yaitu:
1. Menjaga pandangan mata
ُ َ‫ار ِّه ْم َويَ ْحف‬
َّ ‫إِّ َّن‬
‫ظوا فُ ُرو َج ُه ْم ذَ ِّل َك أ َ ْز َكى َل ُه ْم‬
ٌ ِّ‫اَّللَ َخب‬
َ ‫ير قُل ِّل ْل ُمؤْ ِّمنِّينَ يَغُضُّوا ِّم ْن أ َ ْب‬
ِّ ‫ص‬
٣٠- َ‫صنَعُون‬
ْ َ‫بِّ َما ي‬Artinya: “katakanlah kepada orang laki – laki yang beriman, “Hendaklah mereka menahan
pandangannya dan memelihara kemaluan, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang merekaa perbuat.” (Q.S An –Nur : 30)
Bagi para lelaki janganlah memandang dengan sengaja kepada para wanita yang bukan
muhrim dengan pandangan syahwat, memandang dengan pandangan sinis atau iri kepada
siapapun yang lewat. Pandangan seperti ini tidak hanya akan melanggar aturan islam, tetapi
akan menimbulkan kecurigaan, persengketaan dan kemarahan
bagi
orang
yang
dipandangnya.
2. Tidak menyakiti
Tidak boleh menyakiti orang – orang yang lewat, dengan lisan, tangan, kaki, dan lain – lain.
3. Menjawab salam
Jika ada yang mengucapkan salam ketika duduk dijalan, hukum menjawabnya adalah wajib.
4. Memerintah kepada kebaikan dan melarang kepada kemunkaran
A. Menyebarluaskan Salam
1. Menyiarkan (menyebar) salam
Salam merupakan salah satu identitas seorang muslim untuk mendoakan antar sesama
muslim setiap kali bertemu. Ini dipahami dari ayat 86 surah An – Nisa :
ٍ ٍ ‫ش ْْي‬
َ ‫سنَ ِّم ْن َها أ َ ْو ُردُّوهَا ِّإ َّن اَّللَ َكانَ َعلَى ُك ِّل‬
َ ‫َو ِّإذَا ُح ِّي ْيتُم ِّبت َ ِّحيَّ ٍة فَ َحيُّواْ ِّبأ َ ْح‬
٨٦- ً ‫ َحسِّيبا‬5
Artinya: “ Apabila ada orang yang memberi hormat (salam) kepada kamu, balaslah hormat
(salamnya) itu dengan cara yang lebih baik, atau balas penghormatan itu (serupa dengan
penghormatannya). Sesungguhnya Tuhan itu menghitung segala sesuatu.” (Q.S An – Nisa: 86)
Mengucapkan salam tidak hanya disunnahkan ketika berjumpa dengan orang yang dikenal saja,
tetapi juga ketika bertemu dengan orang Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ‫ت األُولَى ِّبأ َ َح َّق ِّمن‬
ِّ ‫س‬
َ ‫س ِّل ْم فَلَ ْي‬
َ ُ‫وم فَ ْلي‬
َ ُ‫ِّإذَا ا ْنت َ َهى أ َ َحدُ ُك ْم ِّإلَى ْال َمجْ ِّل ِّس فَ ْلي‬
َ ُ‫س ِّل ْم فَإِّذَا أ َ َرادَ أ َ ْن يَق‬
‫اآلخ َر ِّة‬
ِّ
“Apabila salah seorang di antara kalian sampai di satu majelis, hendaklah ia mengucapkan
salam. Lalu apabila ia hendak bangun (meninggalkan majelis), hendaklah ia pun mengucapkan
salam. Tidaklah pertama lebih berhak daripada yang terakhir.” (HR. Abu Daud no. 5208 dan
Tirmidzi no. 2706. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Salam juga Sunnah diucapkan dalam berbagai situasi, misalnya ketika hendak
masuk rumah orang lain. Sebagaimana dinyatakan dalam Al – Qur’an:
َ ً‫ار َكة‬
َّ ‫س ِّل ُموا َعلَى أَنفُ ِّس ُك ْم ت َ ِّحيَّةً ِّم ْن ِّعن ِّد‬
‫ط ِّي َبةً َكلَ ِّل َك يُ َب ِّي ُن‬
َ َ‫فَإِّذَا دَخ َْلتُم بُيُوتا ً ف‬
َ ‫اَّللِّ ُم َب‬
َّ ٦١- ‫ت لَ َعلَّ ُك ْم ت َ ْع ِّقلُون‬
ِّ ‫اَّللُ لَ ُك ُم ْاآل َيا‬
Artinya: “... maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah – rumah (ini)
hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada
dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dasisi Allah, yang diberi berkat lagi baik. Demikianlah
Allah menjelaskan ayat (Nya) bagimu, agar kamu memahaminya.” (Q.S An – Nur: 61)
2. Menghubungkan kekeluargaan (silaturahim)
Banyak cara untuk menyambung tali silaturahmi. Misalnya dengan cara saling berziarah
(berkunjung), saling memberi hadiah, atau dengan pemberian yang lain. Sambunglah
silaturahmi itu dengan berlemah lembut, berkasih sayang, wajah berseri, memuliakan, dan
dengan segala hal yang sudah dikenal manusia dalam membangun silaturahmi. Dengan
silaturahmi, pahala yang besar akan diproleh dari Allah Azza wa Jalla. Silaturahim
menyebabkan seseorang bisa masuk ke dalam surga. Silaturahim juga menyebabkan seorang
hamba tidak akan putus hubungan dengan Allah di dunia dan akhirat.
Disebutkan dalam Shahîh al-Bukhâri dan Shahîh Muslim, dari Abu Ayyûb al-Anshârî:
6
َ ‫ﺎا ّللﻣﻦ ﻭيُﺒﺎ ّللﻋﺪُخّللأ ﻨَة ْﺍﻟﺠ يُﺪ ّللْنﻠُﻨّللأ ﺑّللﻤﺎ ﺃ ْن ّللﺒ ْﺮخّللأ‬
‫ ﻗﺎا ا ُل َﻼ ﺃ َن‬: ‫لﻮا ي ﺎ‬
ُ ‫ﺍهّلل ا‬
‫أ ﻓلﺎا ﺍﻟﻨَ ّلل‬
‫ ﺍﻟﻨَﺒّلل ل‬: ْ‫َﻴْﻒ َُﺪّللد ﻟلﺪْ ﻗﺎا ﺃ ْﻭ ُﻭﻓّللﻖ ﻟلﺪ‬
َ ‫ﺼ ُﻞ‬
َ ‫ﺼﻼص ﻭﺗ ُ ّلللﻴ ُﻢ ا ْﻴيَﺎ ﺑّلل ّللﻪ ﺗ ُ ْك ّللﺮشُ ا‬
‫ﺍﻟﺮ ُل ُﻞ ﻓﺄﻋﺎأ ؟ ﻗُ ْﻠل‬
َ ‫أ ﻓلﺎا‬
َ ‫ﺍﻟةَﺎص ﻭﺗُؤْ ﺗّللأ ﺍﻟ‬
‫أ ﻗﺎا ﺃأْﺑﺮ ﻓﻠ َﻤﺎ ّللﻤكا ّللﺣ ﺫﺍ ﻭﺗ ّلل‬
‫ ﺍﻟﻨَﺒّلل ل‬: ُ‫ﺍه ﺗ ْﻌﺒُﺪ‬
‫ ﺍﻟﻨَﺒّلل ل‬:
‫ْﺍﻟﺠﻨَة أنﻞ ﺑّلل ّللﻪ ﺃﻣ ْﺮمُ ﺑّللﻤﺎ ﺗﻤﺴَك ّْلل ْن‬
“Bahwasanya ada seseorang berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Wahai
Rasulullah, beritahukan kepadaku tentang sesuatu yang bisa memasukkan aku ke dalam surga
dan menjauhkanku dari neraka,” maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh
dia telah diberi taufik,” atau “Sungguh telah diberi hidayah, apa tadi yang engkau katakan?”
Lalu orang itupun mengulangi perkataannya. Setelah itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu pun,
menegakkan shalat, membayar zakat, dan engkau menyambung silaturahmi”. Setelah orang
itu pergi, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika dia melaksanakan apa yang aku
perintahkan tadi, pastilah dia masuk surga”.
Silaturahmi juga merupakan faktor yang dapat menjadi penyebab umur panjang dan
banyak rizki. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
‫ﺼ ْﻞ ﺃه ّللﺮ ّللر ﻓّللأ ﻟﻪ ُ يُ ْﻨﺴﺄ ﺃ ْﻭ ّللا ْهﻗّلل ّللﻪ ﻓّللأ ﻟﻪ ُ يُﺒْﺴﻂ ﺃ ْن ل َﺮرُ ﻣ ْﻦ‬
‫ا ّللﺣﻤﻪُ ﻓ ْﻠﻴ ّلل‬
“Barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka
hendaklah ia menyambung tali silaturahmi”. [Muttafaqun ‘alaihi].
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ ‫ﺍه ُ ﻗنﻌﻪُ ﻗنﻌﻨّللأ ﻭﻣ ْﻦ‬
َ
‫ﺍﻟﺮ ّللﺣ ُﻢ‬
َ ُ‫ﺍه ُ ﻭنﻠﻪ ُ ﻭنﻠﻨّللأ ﻣ ْﻦ ﺗلُﻮ ُا ﺑّلل ْﺎﻟﻌ ْﺮ ّللا ُﻣﻌﻠَلة‬
“Ar-rahim itu tergantung di Arsy. Ia berkata: “Barang siapa yang menyambungku, maka
Allah akan menyambungnya. Dan barang siapa yang memutusku, maka Allah akan memutus
hubungan dengannya”. [Muttafaqun ‘alaihi].
7
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa menyambung
silaturahmi lebih besar pahalanya daripada memerdekakan seorang budak. Dalam Shahîh alBukhâri, dari Maimûnah Ummul-Mukminîn, dia berkata:
ْ ‫ّللﻷلْ ّللﺮ ّللش ﺃﻋْظﻢ َﺎن ﺃ ْنﻮﺍﻟ ّللك ﺃﻋْن ْﻴﺘّللﻬﺎ ﻟ ْﻮ ّللْخَ ّللك ﺃﻣﺎ ﻗﺎا خﻌ ْﻢ ﻗﺎﻟ‬
َ ‫ل ﻗﺎا ﻭ ّللﻟﻴﺪﺗّللأ ﺃﻋْﺘ ْللُ ﺃخّللأ ﺃاﻌ ْﺮم‬
‫لﻮا يﺎ‬
‫ل ﺃﻭﻓﻌ ْﻠ ّلل‬
ُ ‫ﺍهّلل ا‬
“Wahai Rasulullah, tahukah engkau bahwa aku memerdekakan budakku?” Nabi
bertanya, “Apakah engkau telah melaksanakannya?” Ia menjawab, “Ya”. Nabi bersabda,
“Seandainya engkau berikan budak itu kepada paman-pamanmu, maka itu akan lebih besar
pahalanya”.
Yang amat disayangkan, ternyata ada sebagian orang yang tidak mau menyambung
silaturahmi dengan kerabatnya, kecuali apabila kerabat itu mau menyambungnya. Jika
demikian, maka sebenarnya yang dilakukan orang ini bukanlah silaturahmi, tetapi hanya
sebagai balasan. Karena setiap orang yang berakal tentu berkeinginan untuk membalas setiap
kebaikan yang telah diberikan kepadanya, meskipun dari orang jauh.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ْ ‫ﻭنﻠﻬﺎ ا ّللﺣ ُﻤﻪُ ﻗُ ّللنﻌ‬
‫ﺍن ُﻞ ﻟﻴْي‬
‫ﺍن ُﻞ ﻭﻟ ّللﻜ ْﻦ ّللﺑ ْﺎﻟ ُﻤﻜﺎﻓّلل ّللا ْﺍﻟﻮ ّلل‬
‫ل ّللْﺫﺍ ﺍﻟَﺬّللد ْﺍﻟﻮ ّلل‬
“Orang yang menyambung silaturahmi itu, bukanlah yang menyambung hubungan yang
sudah terjalin, akan tetapi orang yang menyambung silaturahmi ialah orang yang menjalin
kembali hubungan kekerabatan yang sudah terputus”. [Muttafaqun ‘alaihi].
Oleh karena itu, sambunglah hubungan silaturahmi dengan kerabat-kerabat kita,
meskipun mereka memutuskannya. Sungguh kita akan mendapatkan balasan yang baik atas
mereka.
3.
Memberi makan kepada fakir miskin
Maksud memberi makan kepada kaum miskin adalah mencakup yang wajib,yaitu zakat
dan yang sunnah, yakni sedekah. Bagi mereka yang memiliki harta lebih mereka harus
menyadari bahwa setengah dari harta mereka adalah terdapat harta orang lain, yaitu haknya
fakir miskin dan orang – orang yang lemah.
8
Download