aristoteles - WordPress.com

advertisement
MAKALAH
ARISTOTELES
Disusun Guna Memenuhi
Mata Kuliah : Filsafat Umum
Dosen Pengampu : Agus Suryo Suripto Aslam As’Ad
Di Susun Oleh:
1. Muh. Akrom Firdaus
(1604026150)
2. Dina Zulfahmi
(1604026152)
3. Sahal Mahfudz
(1604026175)
ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016/2017
Filsafat Umum (Aristoteles)
1
Kata pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kepeda Tuhan Maha Esa atas terselesaikannya makalah ini.
Karena hanya dengan rahmat dan hidayah Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk
memenuhi tugas dengan materi “Aristoteles”. Makalah ini kami susun dengan tujuan sebagai
syarat untuk memenuhi tugas.
Disamping itu makalah ini kami susun untuk memahami pemikiran filsafat Aristoteles.
kami berharab makalah ini dapat digunakan sebagai referensi untuk menyusun laporan
serupa pada masa yang akan datang.
Selain itu kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca dan
dapat berguna bagi siapapun yang membacanya. Kami menyadari bahwa tidak ada satu hal
pun di dunia ini yang memiliki kesempurnaan, begitu juga dengan makalah ini. Kami sangat
berharab partisipasi bapak dan teman-temen dalam bentuk kritik dan saran yang konsruktif
guna menyempurnakan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Filsafat Umum (Aristoteles)
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aristoteles adalah seorang intelektual yang luar biasa. Kejeniusannya sangat sulit
digambarkan. Aristoteles tidak hanya mengembangkan seluruh ilmu, tetapi mengembangkan
ide terpenting dan paling dasar dari segala ilmu. Ia adalah orang pertama yang
mengidentifikasi sejarah dan menampilkan pengandaian serta arah yang tepat dari
petualangan intelektual.1 Lantas bagaimana pemikirannya tentang filsafat?
Maka untuk mengetahui hal tersebut, mari kita bahas bersama dalam materi ini.
B. Rumusan Masalah
1. Riwayat hidup Aristoteles
2. Pemikiran Aristoteles tentang Filsafat
1
Terjemahan dari James Garvey. Dua Puluh Karya Filsafat Terbesar. (Yogyakarta: Kanisius. 2010), hal. 19
Filsafat Umum (Aristoteles)
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Riwayat Hidup Aristoteles
Aristoteles adalah seorang filsuf Yunani yang dilahirkan di kota Stagira, kota di
wilayah Chalcidice, Thracia, Macedonia tengah tahun 384 SM. Ketika berumur 17 tahun,
setelah kematian kedua orangtuanya, ia pargi ke Athena untuk belajar kepada plato dan
menghabiskan waktu 20 tahun disana hingga kematian gurunya.
Pada tahun 343 SM, Raja Philippos dari Makedonia mengundangnya dan
menyerahkan kepadanya urusan pendidikan anaknya, Alexander. Pada tahun 336 SM,
Alexander memulai serangannya ke Timur, maka Aristoteles pindah ke Athena dan di sana
pada tahun 335 SM, dia mendirikan sekolahnya yang termasyhur di dekat kuil Dewa Apollo
Lykeios sehingga dikenal dengan sebutan Lykeion. Di sanalah, Aristoteles berbicara dan
berdiskusi dengan murid-muridnya, dia juga sering bberjalan-jalan (tamasysya) di kebun.
Dari kebiasaan inilah kemudian filsafatnya disebut filsafat peripatik (Masysya’iyyah).
Setelah kematian Alexander , yang berkuasa di Athena adalah partai yang berposisi
terhadap Makedonia, Aristoteles terancam bahaya karena melakukan hubungan-hubungan
yang mengaitkannya dengan orang-orang Makedonia. Dia pun melarikan diri ke Kjalkis,
tempat asal ibunya setelah menyerahkan kepimpinannya atas sekolah kepada temannya,
Theopharastos, dan berlindung kapada temannya di sana. Kemudian dia wafat pada tahun 322
SM dalam usia 62 tahun.2
B. Pemikiran Aristoteles tentang Filsafat.
Aristoteles memiliki keyakinan yang mendalam terhadap kemampuan akal manusia
untuk mencapai pengenalan ( makrifat ). Di dalam pandangannya, makrifat adalah pencarian
hakikat, yakni mencari dan menemukan “yang ada”, maka hakikat dan “yang ada”, dalam
pandanagan Aristoteles, adalah satu.
Sebelum Aristoteles memulai bangunan filsafatnya, dia mengkritik mazhab-mazhab
filsuf sebelumnya, maka dia mengamati bahwa mereka telah menemukan sebagian hakikat,
tetapi mereka sering tersesat jalan. Para pemikir awal Yunani membatasi “yang ada” pada
unsur-unsur materi, tetapi mereka tidak mampu menafsirkan sesuatu yang paling menonjol di
alam semesta, yakni kesatuan dan keteraturan. Orang- orang yang datang setelah mereka
2
Hanna Al-Fakhuri & Khalil Al-Jurr. Riwayat Filsafat Arab Jilid 1. (Jakarta: Sandra Internasiona Institute. 2014),
hal. 75
Filsafat Umum (Aristoteles)
4
memahami bahwa materi tidak selalu ditafsirkan dengan benda, maka Empedokles
memasukan kedalamnya cinta dan kebencian; Herakleitos memasukkan logos; Anaxagoras
memasukkan akal. Namun mereka semua menjadikan faktor-faktor aktif ini kekuatan spontan
yang serampangan.3
Menurut Aristoteles Tuhan itu berhubungan dengan dirinya sendiri. Ia tidak
berhubungan dengan (tidak mempedulikan) alam ini. Ia bukan pesona , Ia tidak
memperhatikan doa dan keinginan manusia. Dalam mencintai tuhan, Kita tidak usah
mengharap Ia mencintai kita. Ia adalah kesempurnaan tertinggi, dan kita mencontoh kesana
untuk perbuatan dan pikiran-pikiran kita (Mayer:159).
a. Sebab, maksud, dan Tujuan Akhir
Gagasan Aristoteles mengenai empat sebab atau empat penjelasan ciri-ciri
sebuah benda, harus dijelaskan demikian. Untuk memahami beberapa benda atau
lainnya, kita dapat mengajukan empat macam pertanyaaan. Meminjam contoh
Aristoteles, kita dapat mengajukan empat pertanyaan tentang patung. Apa
bahannya? Misalnya, bahan patung adalah perunggu. Dalam hal ini perunggu
disebut sebagai sebab material. Sebab material itu dijadikan apa? Bahan itu
dijadikan bentuk patung.dalam hal ini patung dapt disebut sebagai sebab formal.
Pertanyaan berikutnya, apa yang menyebabkan sebab material itu menjadi patung?
Yang menyebabkan sebab material itu menjadi patung adalah ahli patung. Dalam
hal ini ahli patung merupakan sebab efisien. Setelah perunggu itu dibuat patung
oleh ahli patung, apa guna benda yang disebut patung itu? Patung itu digunakan
untuk hiasan dan penyembahan kepada dewa. Dalam hal ini tujuan dibuatnya
patung itu (untuk hiasan dan penyembahan kepada dewa-dewi) dapat dikatakan
sebagai sebab final. Sementara para pemikir modern merasa puas hanya dengan
memahami fakta-fakta fisik tentang benda (objek), yaitu fakta tentang komposisi
dan objek, Aristoteles menerobos maju dengan dua penyebab, yaitu sebab efisien
dan sebab final. Pemikiran Aristoteles mengantar orang untuk memahami realitas
tersebut, ke mana arah dari realitas tersebut, ada maksud adanya realitas tersebut,
dan sarananya apa untuk mencapai maksud tersebut. Para pemikir modern melihat
realitas hanya sampai pemahaman terhadap komposisi fisik dari realitas itu.
Memang sejak munculnya Darwin pemikiran modern bergerak maju dalam
memahami realitas. Bagi Aristoteles, maksud atau tujuan dari barbagai realitas
3
Terjemahan dari Irwan Kurniawan, Cet.1, hal 77.
Filsafat Umum (Aristoteles)
5
sedemikian penting daripadea sekedar melihat fakta-fakta fisik. Maksud dan
tujuan dari realitas itu layak kita juga menyelidiki fakta-fakta fisik.4
Tidak hanya patung atau batu, tapi tanaman, hewan, dan manusia pun selalu
mengarah pada tujuan. Aristoteles tidak bermaksud mengatakan bahwa tanaman
memiliki tujuan sadar sebagai individu. Tanaman tidak memiliki kesadaran dan
tidak menyadari pertumbuhannya. Sebagai contoh, di dalam biji memuat arah atau
potensi untuk menjadi pohon mangga, namun tidak mempunyai maksud sadar
untuk menjadi pohon mangga. Di dalm diri manusia terdapat maksud dan tujuan
yang disadari. Tema inilah yang menjadi perhatian utama Etika Nikomachea.
Dalam baris pertama dari Etika Nikomachea di tunjukkan tema penting di atas.
Aristoteles menegaskan bahwa di dalam setiap seni, penelitian, tindakan, kita
mengarah pada sesuatu yang baik. Ada suatu kepekaan tertentu pada saat berbagai
tujuan kita dibelokkan ke suatu titik atau tujuan tertentu dan kemudian mengarah
ke tujuan lainnya dan setelah tercapai berusaha mencapai tujuan yang lain lagi
tanpa ada tujuan tertinggi yang ada dalam pikiran saya, saya hanya akan terus
berputar-putar pada satu lingkaran. Semua tujuan kecil yang saya perjuangkan
harus mengarah kepada tujuan tertinggi itu sebagai kebaikan. Tujuan kalau tidak
mengarah kepada tujuan tertinggi atau utama, saya hanya akan berhenti pada
kemungkinan tak terbatas dan tidak akan mencapai tujuan uatam dari tindakantindakan saya. Saya boleh mengarahkan tindakan saya untuk mendapatkan uang.
Uang untuk mendapatkan kesehatan. Kesehatan sebagai bekal untuk mendapatkan
kedudukan sosial. Sejauh semua tujuan ini hanya berhenti pada dirinya sendiri,
saya sesungguhnya hanya akan mendaptkan kekosongan belaka. Aristoteles
berpendapat bahwa sebuah kemajuan terus-menerus jika ti8dak sampai pada
tujuan akhir adalah tanpa arti.5
b. Wujud (Being)
Plato melihat bahwa wujud-wujud alam hanyalah bayang-banyang, sedangkan
wujud yang hakiki adalah ide yang kita ketahui melalui akal. Akan tetapi,
Aristoteles, berbeda pandangan dengan gurunya. Ia berpendapat bahwa bentukbentuk alami merupakan sebuah hakikat nyata yang bersifat materiil dan inderawi,
4
5
Terjemahan dari James Garvey, op. Cit., hal. 22-23
Ibid, hal. 23-24
Filsafat Umum (Aristoteles)
6
seperti manusia misalnya. Ia tidak akan didapati kecuali di darah dan daging. Juga
pohon yang terdiri dari meteri tertentu. 6
Pertanyaanya adalah apakah bentuk-bentuk materiil inderawi ini kembali
kepada satu sumber yang berbilang?
Para filsuf klasik berbeda pendapat dalam menjawab pertanyaan ini, karena
mereka tidak memiliki sarana-sarana ilmiah modern untuk menguraikan bentukbentuk alami kepada unsure-unsur utama yang menjadi bahan susunannya.
Pengembalian bentuk-bentuk alami kepada satu sumber oleh Aristoteles dianggap
menyalahi apa yang disaksikan oleh sebuah observasi. Seperti yang kita amati,
bentuk-bentuk alami berbeda secara substantif satu sama lain. Maka pengembalian
bentuk-bentuk alami kepada sumber yang berbilang menutur Aristoteles, tidak
menafsirkan kesatuan masing-masing bentuk. Mekhluk hidup misalnya, adalah
salah satu dalam semua bagian-bagiannya, meskipun bagian-bagian ini berbeda
jenis dan fungsinya.
Untuk menafsirkan berbagai wujud alami bersama dengan kesatuan masingmasingnya, Aristoteles menggambarkan adanya meteri pertama yang tidak
terbatas. Meteri ini bergerak dan gerakannya menjadikannya berputar di hadapan
kita, berupa bentuk-bentuk alami yang terindra. Bentuk-bentuk alami adalah
istilah tentang berbagai gambaran yang membentuk materi sebagai akibat gerakan
materi utama tadi. Namun gambaran-gambaran ini bukanlah gambaran-gambaran
rasional seperti yang dikatakan oleh Plato melainkan gambaran riil. Karena itu,
beberapa orang menyatakan bahwa Aristoteles telah menurunkan idea Plato dari
langit ke bumi.
Jika perbedaan gambaran bentuk-bentuk inderawi disebabkan oleh gerakan
materi tersebut, kita bertanya tentang sebab gerakan. Aristoteles menjawabnya
dengan mengembalikan gerakan pada alam kepada sebab pertama (First Cause)
yang merupakan penggerak pertama (First Mover), yaitu Allah yang
digambarkannya sebagai akal murni dimana alam dengan penuh kerinduan
bergerak ke arahnya, seperti gerak anai-anai si sekeliling cahaya.
Organisme yang hidup (makhluk hidup) adalah bagian dari bentuk-bentuk
alami, namun ia mempunyai ciri khusus yakni adanya jiwa yang menjadi sumber
perbuatan dalam berbagai spesiesnya, berupa pertumbuhan, perasaan dan pikiran.
6
Fu’ad Farid Ismail & Abdul Hamid Mutawalli. Cara Mudah Belajar Filsafat. (Jogjakarta: Ircisod. 2012), hal. 87
Filsafat Umum (Aristoteles)
7
Oleh karena itu, jiwa merupakan gambaran makhluk hidup. Jiwa terbagi menjadi
tiga jenis, yaitu:
1) Jiwa pertumbuhan, terdapat pada tumbuh-tumbuhan.
2) Jiwa perasa, terdapat pada binatang. Jiwa ini menghimpun fungsifungsi perasaan dan fungsi-fungsi jiwa yang tumbuh.
3) Jiwa berpikir, yaitu jiwa manusia , dimana ia menghimpun fungsi jiwa
pertumbuhan dan jiwa perasa ke dalam dua fungsi khususnya (jiwa
berpikir) yaitu akal dan kehendak. 7
c. Pengetahuan
Madzhab Aristoteles tentang pengetahuan berhubungan dengan madzhabnya
tentang wujud (being). Selama hal-hal yang inderawi ada secara hakiki, maka
sensasi adalah pengetahuan tentang sesuatu yang hakiki, bukan pengetahuan
tentang bayang-bayang, seperti yang dikatakan Plato. Akan tetapi, sensasi
bukanlah reseptivitas negatif jiwa yang melakukan proses pengetahuan, kemudian
menaik ke tahapan berikutnya dengan mengosongkan makna-makna universal,
atau melepaskan sifat-sifat dasar dari entitas yang diketahuinya dan kemudian, ia
merasionalisasikan sifat-sifat dan makna-makna universal ini.
Telah dijelaskan diatas bahwa pengetahuan inderawi menurut Aristoteles
merupakan dasar dari semua pengetahuan kita. Tak ada ide-ide natural yang
mendahuluinya. Akan tetapi, ilmu hakiki dalam pandangannya adalah ilmu
tentang konsep-konsep dan makna-makna universal yang mengungkapkan hakikat
dan esensi sesuatu. Mereka yang menganut paham pengetahuan inderawi pasca
Aristoteles, ada yang mereduksi kerja akal dan dengan demikian menyalahi apa
yang dimaksud oleh Aristoteles.
Karena pengetahuan-pengetahuan kita dimulai dari hal-hal particular inderawi,
maka untuk mengetahui makna-makna universal umum, Aristoteles menunjuk
pada metode induktif yang bergerak dari dimensi partikular ke dimensi universal,
walupun ia tidak menjelaskan persoalan-persoalan secara terperinci. Sebagai
gantinya, ia sangat mementingkan metode analogi yang dimulai dari dimensi
universal ke partikular sekaligus mencurahkan usaha untuk merinci persoalanpersoalannya, sehingga karenanya ia menjadi terkenal pada abad-abad
7
Ibid, hal. 88-89
Filsafat Umum (Aristoteles)
8
pertengahan. Karena itu, menjadi keharusan bagi mereka yang datang setelah
Aristoteles untuk memahami metode analogi secara lebih terperinci.8
BAB III
KESIMPULAN
Aristoteles adalah seorang filsuf Yunani yang dilahirkan di kota Macedonia tengah,
tahun 384 SM. Ketika berumur 17 tahun, ia pargi ke Athena untuk belajar kepada plato
selama 20 tahun. Pada tahun 343 SM, Raja Philippos dari Makedonia menyerahkan
kepadanya urusan pendidikan anaknya, Alexander. pada tahun 335 SM, dia mendirikan
sekolahnya yang termasyhur di dekat kuil Dewa Apollo Lykeios sehingga dikenal dengan
sebutan Lykeion. Setelah kematian Alexander , yang berkuasa di Athena adalah partai yang
berposisi terhadap Makedonia, Aristoteles terancam bahaya karena melakukan hubunganhubungan yang mengaitkannya dengan orang-orang Makedonia. Dia pun melarikan diri ke
Kjalkis, menyerahkan kepimpinannya atas sekolah kepada Theopharastos, dan berlindung
kapadanya. Kemudian dia wafat pada tahun 322 SM dalam usia 62 tahun.
Pemikiran Aristoteles tentang Filsafat antara lain:
a. Sebab, maksud, dan Tujuan Akhir
Gagasan Aristoteles mengenai empat sebab atau empat penjelasan ciri-ciri sebuah
benda, harus dijelaskan demikian. Untuk memahami beberapa benda atau lainnya, kita dapat
mengajukan empat macam pertanyaaan. kita dapat mengajukan empat pertanyaan tentang
patung. Apa bahannya? Misalnya, bahan patung adalah perunggu. Dalam hal ini perunggu
disebut sebagai sebab material. Sebab material itu dijadikan apa? Bahan itu dijadikan bentuk
patung.dalam hal ini patung dapt disebut sebagai sebab formal. Pertanyaan berikutnya, apa
yang menyebabkan sebab material itu menjadi patung? Yang menyebabkan sebab material itu
8
Ibid, hal. 89-91
Filsafat Umum (Aristoteles)
9
menjadi patung adalah ahli patung. Dalam hal ini ahli patung merupakan sebab efisien.
Setelah perunggu itu dibuat patung oleh ahli patung, apa guna benda yang disebut patung itu?
Patung itu digunakan untuk hiasan dan penyembahan kepada dewa. Dalam hal ini tujuan
dibuatnya patung itu (untuk hiasan dan penyembahan kepada dewa-dewi) dapat dikatakan
sebagai sebab final.
b. Wujud (Being)
Ia berpendapat bahwa bentuk-bentuk alami merupakan sebuah hakikat nyata yang
bersifat materiil dan inderawi, seperti manusia misalnya. Ia tidak akan didapati kecuali di
darah dan daging. Juga pohon yang terdiri dari meteri tertentu. Untuk menafsirkan berbagai
wujud alami bersama dengan kesatuan masing-masingnya, Aristoteles menggambarkan
adanya meteri pertama yang tidak terbatas. Meteri ini bergerak dan gerakannya
menjadikannya berputar di hadapan kita, berupa bentuk-bentuk alami yang terindra. Bentukbentuk alami adalah istilah tentang berbagai gambaran yang membentuk materi sebagai
akibat gerakan materi utama tadi. Namun gambaran-gambaran ini bukanlah gambarangambaran rasional seperti yang dikatakan oleh Plato melainkan gambaran riil.
c. Pengetahuan
Madzhab Aristoteles tentang pengetahuan berhubungan dengan madzhabnya tentang
wujud (being). Selama hal-hal yang inderawi ada secara hakiki, maka sensasi adalah
pengetahuan tentang sesuatu yang hakiki, bukan pengetahuan tentang bayang-bayang, seperti
yang dikatakan Plato. Pengetahuan inderawi menurut Aristoteles merupakan dasar dari semua
pengetahuan kita. Tak ada ide-ide natural yang mendahuluinya. Akan tetapi, ilmu hakiki
dalam pandangannya adalah ilmu tentang konsep-konsep dan makna-makna universal yang
mengungkapkan hakikat dan esensi sesuatu. Karena pengetahuan-pengetahuan kita dimulai
dari hal-hal particular inderawi, maka untuk mengetahui makna-makna universal umum,
Aristoteles menunjuk pada metode induktif yang bergerak dari dimensi partikular ke dimensi
universal.
Filsafat Umum (Aristoteles)
10
DAFTAR PUSTAKA
Garvey James. 2010. Dua Puluh Karya Filsafat Terbesar. Yogyakarta: Kanisius.
Ismail Fu’ad Farid & Mutawalli Abdul Hamid. 2012. Cara Mudah Belajar Filsafat. Jogjakarta:
Ircisod
Hanna Al-Fakhuri & Khalil Al-Jurr. 2014. Riwayat Filsafat Arab Jilid 1. Jakarta: Sandra
Internasiona Institute.
Filsafat Umum (Aristoteles)
11
Download