teori erikson, ppt

advertisement
Samuel Jeffry Nasir - 099114113
Hyginus Yosaphat A.N.W - 099114116
Fransisca Christy Utami – 099114117
Lita Roselina Sandi - 099114122
Klaudius Hani Mangago - 099114124
Maria Eka Ciptaning D - 099114127
Erik H Erickson

Penjelasan singkat
Teori perkembangan kepribadian yang
dikemukakan Erik Erikson merupakan salah
satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam
psikologi. Bersama dengan Sigmund Freud,
Erikson mendapat posisi penting dalam
psikologi. Hal ini dikarenakan ia menjelaskan
tahap perkembangan manusia mulai dari lahir
hingga lanjut usia. Selain, teori Erikson juga
membawa aspek kehidupan sosial dan fungsi
budaya yang dianggap lebih realistis.
www. Deviarimariani.files.wordpress.com, diunduh 30 Maret 2010, 16:28
Struktur
kepribadian
Dinamika
kepribadian
Daftar Pustaka
Perkembangan
kepribadian
Struktur Kepribadian
Erickson meluaskan tahap perkembangan Freud sampai usia senja dan pusat
dari teorinya lebih banyak menekankan peranan ego. Erikson yakin bahwa ego
merupakan kekutan positif yang menciptakan identitas diri.
Ego berdasarkan Erikson lebih mengarah kepada pentingnya perubahan yang
terjadi pada tahap perkembangan kehidupan (tertuju pada masyarakat dan
kebudayaan).
Sebagai pusat kepribadian, ego membantu kita beradaptasi dengan beragam
konflik dan krisis kehidupan. Selama masa kanak-kanak, ego sangatlah lemah,
fleksibel dan rapuh, tetapi pada masa remaja, ego mulai mengambil bentuk
tertentu dan memperoleh kekuatannya.
Erickson mendefinisikan ego sebagai kemampuan pribadi untuk menyatukan
pengalaman dan tindakan dengan cara yang adaptif.
Erikson menganggap ego sebagai sumber kesadaran diri seseorang. Selama
menyesuaikan diri dengan realita, maka ego mengembangkan perasaan
keberkelanjutan diri dengan masa lalu dan masa yang akan datang.
Erickson mengidentifikasikan tiga aspek ego yang saling berkaitan:
ego-tubuh, ideal-ego, dan identitas ego.
Sumber: Feist, 2008; 214 - 215
Ideal - ego
Ego - tubuh
Imajinasi yang kita miliki
tentang diri kita sendiri
yang dibandingkan dengan
gambaran ideal ego yang
lain.
Ideal-ego bertanggung
jawab bagi rasa puas atau
tidak, terhadap seluruh
identitas personal kita
Mengacu pada
pengalaman-pengalaman
dengan tubuh.
Melihat fisik kita sebagai
hal yang berbeda dari milik
oranglain.
Identitas - ego
Imajinasi yang kita miliki
tentang diri kita di beragam
peran sosial yang kita
mainkan
Dinamika Kepribadian
Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi
antara kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai tindakantindakan sosial. Hal ini berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari
lahir dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu
organisme. Sehingga seseorang tersebut menjadi matang secara fisik dan
psikologi.
Kemampuan bawaan penting dalam perkembangan kepribadian namun, ego
muncul karena dibentuk oleh masyarakat. Bagi Erickson , pada waktu manusia
lahir, ego hadir hanya sebagai potensi namun, untuk menjadi aktual dia harus
hadir dalam lingkungan kultural.
Masyarakat yang berbeda, dengan perbedaan kebiasaan cara mengasuh
anak, cenderung membentuk kepribadian yang sesuai dengan kebutuhan dan
nilai-nilai budayanya
Erikson menganggap ego sebagai sumber kesadarn diri seseorang. Selama
menyesuaikan diri dengan realita, maka ego mengembangkan perasaan
keberkelanjutan diri dengan masa lalu dan masa yang akan datang.
Menurut Erikson, ego berkembang melalui berbagai tahap kehidupan
mengikuti prinsip epigenetik, artinya tiap bagian dari ego berkembang pada
tahap perkembangan tertentu dalam rentangan waktu tertentu. Tahap
perkembangan yang satu terbentuk dan dikembangkan di atas perkembangan
sebelumnya (tetapi tidak mengganti perkembangan tahap sebelumnya itu).
Sumber: Feist, 2008; 215 - 217
Perkembangan Kepribadian
Delapan tahap/fase perkembangan kepribadian menurut
Erikson memiliki ciri utama setiap tahapnya yaitu di satu
pihak bersifat biologis dan di lain pihak bersifat sosial, dan
setiap tahap mempuyai masa optimal atau masa kritis yang
harus dikembangkan dan diselesaikan. Adapun tingkatan
dalam delapan tahap perkembangan yang dilalui oleh setiap
manusia menurut Erikson adalah sebagai berikut :
www.deviarimariani.files.wordpress.com, diunduh 30 Maret 2010, 16:28
www.wartawarga.gunadarma.ac.id, diunduh 30 Maret 2010, 15:12
Kedelapan tahapan perkembangan kepribadian dapat digambarkan dalam
tabel berikut ini :
Developmental stage
Basic Components
Fase Bayi ( 0-1 tahun )
Kepercayaan vs Kecurigaan
Fase anak-anak ( 2-3 tahun )
Otonomi vs Perasaan malu, ragu-ragu
Fase Pra sekolah(4-6 tahun)
Inisiatif vs Kesalahan
Usia Sekolah ( 6 -11 tahun )
Kerajinan vs Inferioritas
Remaja ( 12 – 20 tahun )
Identitas vs Kekacauan Identitas
Dewasa Awal (21-40 tahun)
Keintiman vs Isolasi
Dewasa ( 41-65 tahun )
Generativitas vs Stagnasi
Usia tua ( >65 tahun )
Integritas vs Keputusasaan
Fase Bayi ( 0-1 tahun )
Kepercayaan vs Kecurigaan
Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku
bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orangorang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang
yang dianggap asing dia tidak akan mempercayainya.
Tahap ini berlangsung pada masa oral. Tugas yang harus dijalani pada tahap
ini adalah menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa harus
menekan kemampuan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan. Kepercayaan
ini akan terbina dengan baik apabila dorongan oralis pada bayi terpuaskan
Oleh sebab itu, pada tahap ini ibu memiliki peranan yang secara kwalitatif
sangat menentukan perkembangan kepribadian anaknya yang masih kecil
Perkembangan pada masa ini, sangat tergantung pada kualitas pemiliharaan
ibu. Apabila kualitas pemeliharaan atau pengetahuan tentang perawatan anak
ibu cukup maka akan dapat menumbuhkan kepribadian yang penuh
kepercayaan, baik terhadap dunia luar maupun terhadap diri sendiri.
Sebaliknya, jika tidak terpenuh anak akan memungkinkan jadi penakut, ragu –
ragu dan khawatir terhadap dunia luar, terutama kepada manusia yang lain.
Fase anak-anak(2-3tahun)
Otonomi vs Perasaan malu, ragu-ragu
Masa kanak-kanak awal ditandai adanya kecenderungan otonomi– perasaan
malu, ragu-ragu Pada masa ini sampai batas-batas tertentu anak sudah bisa
berdiri sendiri (dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol
sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya)tetapi di pihak lain dia telah mulai
memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta
pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya
Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini adalah kemandirian (otonomi)
sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu.
Apabila dalam menjalin suatu relasi antara anak dan orangtuanya terdapat
suatu sikap/tindakan yang baik, maka dapat menghasilkan suatu kemandirian.
Namun, sebaliknya jika orang tua dalam mengasuh anaknya bersikap salah
(membatasi ruang gerak/eksplorasi lingkungan dan kemandirian), maka anak
dalam perkembangannya akan mengalami sikap malu dan ragu-ragu.
Orang tua dalam mengasuh anak pada usia ini tidak perlu mengobarkan
keberanian anak dan tidak pula harus mematikannya. Dengan kata lain,
keseimbanganlah yang diperlukan di sini. Ada sebuah kalimat yang seringkali
menjadi teguran maupun nasihat bagi orang tua dalam mengasuh anaknya
yakni “tegas namun toleran”.
Fase Pra sekolah(4-6tahun)
Inisiatif vs Kesalahan
Usia bermain ditandai adanya kecenderungan inisiatif– kesalahan. Pada masa
ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-kecakapan
tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi karena
kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia mengalami
kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki
perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau
berbuat.
Tahap ini juga dikatakan sebagai tahap bermain. Tugas yang harus dijalani
seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa
banyak terlalu melakukan kesalahan.
Masa-masa bermain merupakan masa di mana seorang anak ingin belajar dan
mampu belajar terhadap tantangan dunia luar, serta mempelajari kemampuankemampuan baru. Dikarenakan sikap inisiatif merupakan usaha untuk
menjadikan sesuatu yang belum nyata menjadi nyata, sehingga pada usia ini
orang tua dapat mengasuh anaknya dengan cara mendorong anak untuk
mewujudkan gagasan dan ide-idenya.
Jika orang tua mampu mendorong atau memperkuat kreativitas inisiatif dari
anak, maka anak akan menampilkan diri lebih maju dan lebih seimbang secara
fisik maupun kejiwaan. Akan tetapi jika orang tua tidak memberikan
kesempatan anak untuk menyelesaikan tugas – tugasnya atau terlalu banyak
menggunakan hukuman verbal atas inisiatif anak, maka anak akan tumbuh
sebagai pribadi yang selalu takut salah
rangakain kata yang tepat untuk menggambarkan masa ini pada akhirnya
bahwa keberanian, kemampuan untuk bertindak tidak terlepas dari kesadaran
dan pemahaman mengenai keterbatasan dan kesalahan yang pernah
dilakukan sebelumnya.
Usia Sekolah (6 -11tahun)
Kerajinan vs Inferioritas
Masa Sekolah ditandai adanya kecenderungan kerajinan–inferioritas. Pada
masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya.
Dorongan untuk mengatahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat
besar,.
Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap ini ialah adalah dengan
mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan rasa
rendah diri.
Saat anak-anak berada tingkatan ini area sosialnya bertambah luas dari
lingkungan keluarga merambah sampai ke sekolah, sehingga semua aspek
memiliki peran
Tingkatan ini menunjukkan adanya pengembangan anak terhadap rencana
yang pada awalnya hanya sebuah fantasi semata, namun berkembang seiring
bertambahnya usia bahwa rencana yang ada harus dapat diwujudkan yaitu
untuk dapat berhasil dalam belajar. Anak pada usia ini dituntut untuk dapat
merasakan bagaimana rasanya berhasil, apakah itu di sekolah atau ditempat
bermain.
Melalui tuntutan tersebut anak dapat mengembangkan suatu sikap rajin.
Berbeda kalau anak tidak dapat meraih sukses karena mereka merasa tidak
mampu (inferioritas), sehingga anak juga dapat mengembangkan sikap rendah
diri.
Oleh sebab itu, peranan orang tua maupun guru sangatlah penting untuk
memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan anak pada usia seperti ini.
Kegagalan di bangku sekolah yang dialami oleh anak-anak pada umumnya
menimpa anak-anak yang cenderung lebih banyak bermain bersama temanteman dari pada belajar, dan hal ini tentunya tidak terlepas dari peranan orang
tua maupun guru dalam mengontrol mereka.
Apabila lingkungan orang tua dan sekitarnya, termasuk sekolah dapat
menunjang akan menumbuhkan pribadi yang rajin dan ulet serta kompeten.
Akan tetapi lingkungan yang tidak menunjang menumbuhkan pribadi – pribadi
anak yang penuh ketidakyakinan atas kemampuannya ( inkompeten atau
inferior ).
Remaja ( 12 – 20 tahun )
Identitas vs Kekacauan Identitas
Tahap remaja, dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau
20 tahun. Masa remaja ditandai adanya kecenderungan identitas – kekacaun
identitas.
Selama masa ini individu mulai merasakan suatu perasaan tentang
identitasnya sendiri, perasaan bahwa ia adalah manusia unik, namun siap
untuk memasuki suatu peranan yang berarti ditengah masyarakat, entah
peranan ini bersifat menyesuaikan diri atau sifat memperbaharui, mulai
menyadari sifat – sifat yang melekat pada dirinya sendiri.
Selain itu, didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang
dimilikinya untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang
khas dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitas diri ini,
pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak
jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan.
Tugas yang harus dilakukan dalam tahap ini yaitu pencapaian identitas pribadi
dan menghindari peran ganda. Menurut Erikson masa ini merupakan masa
yang mempunyai peranan penting, karena melalui tahap ini orang harus
mencapai tingkat identitas ego, berarti mengetahui siapa dirinya dan
bagaimana cara seseorang terjun ke tengah masyarakat.
Jikalau antara identitas ego dan kekacauan identitas dapat berlangsung secara
seimbang, maka kesetiaan akan diperoleh sebagi nilai positif yang dapat
dipetik. Kesetiaan yang dimaksudkan yaitu setia dalam beberapa pandangan
idiologi atau visi masa depan
Dewasa Awal (21-40tahun)
Keintiman vs Isolasi
Masa Dewasa Awal ditandai adanya kecenderungan keintiman – isolasi. Kalau
pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok
sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai longgar. Mereka
sudah mulai selektif dengan membina hubungan yang intim hanya dengan
orang-orang tertentu yang sepaham.
Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim
dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang
lainnya.
Pada jenjang ini menurut Erikson, adanya suatu keingin mencapai kedekatan
dengan orang lain dan berusaha menghindar dari sikap menyendiri.
Diperlihatkan dengan adanya hubungan spesial dengan orang lain yang
biasanya disebut dengan istilah pacaran guna memperlihatkan dan mencapai
kelekatan dan kedekatan.
Akan tetapi, peristiwa ini akan memiliki pengaruh yang berbeda apabila
seseorang dalam tahap ini tidak mempunyai kemampuan untuk menjalin relasi
dengan orang lain secara baik sehingga akan tumbuh sifat merasa terisolasi
(cenerung menutup diri)
Oleh sebab itu, kecenderungan antara keintiman dan isoalasi harus berjalan
dengan seimbang guna memperoleh nilai yang positif yaitu cinta. Dalam
konteks teorinya, cinta berarti kemampuan untuk mengenyampingkan segala
bentuk perbedaan dan keangkuhan lewat rasa saling membutuhkan. Wilayah
cinta yang dimaksudkan di sini tidak hanya mencakup hubungan dengan
kekasih namun juga hubungan dengan orang tua, tetangga, sahabat, dan lainlain.
Dewasa ( 41-65 tahun )
Generativitas vs Stagnasi
Masa Dewasa ditandai adanya kecenderungan generativitas –stagnasi. Pada
tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala
kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak,
sehingga perkembangan individu sangat pesat.
Tugas yang harus dicapai pada tahap ini ialah dapat mengabdikan diri guna
keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak
berbuat apa-apa (stagnasi)
Generativitas adalah perluasan cinta ke masa depan. Sifat ini adalah
kepedulian terhadap generasi yang akan datang. Melalui generativitas akan
dapat dicerminkan sikap memperdulikan orang lain. Pemahaman ini sangat
jauh berbeda dengan arti kata stagnasi yaitu pemujaan terhadap diri sendiri
dan sikap yang dapat digambarkan dalam stagnasi ini adalah tidak perduli
terhadap siapapun.
Harapan yang ingin dicapai pada masa ini yaitu terjadinya keseimbangan
antara generativitas dan stagnansi guna mendapatkan nilai positif yang dapat
dipetik yaitu kepedulian. Kepeduliaan yang dimaksudkan yaitu, perhatian
terhadap apa yang dihasilkan, keturunan, produk – produk, ide – ide, dan
keadaan masyarakat yang berkaitan dengan kehidupan generasi – generasi
mendatang
Usia tua ( >65 tahun )
Integritas vs Keputusasaan
Masa hari tua ditandai adanya kecenderungan ego integritas – keputusasaan
Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau intregitas pribadi, semua
yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik pribadinya.
yang menjadi tugas pada usia senja ini adalah integritas dan berupaya
menghilangkan putus asa dan kekecewaan.
Tahap ini merupakan tahap yang sulit dilewati menurut pemandangan
sebagian orang dikarenakan mereka sudah merasa terasing dari lingkungan
kehidupannya, karena orang pada usia senja dianggap tidak dapat berbuat
apa-apa lagi atau tidak berguna.
Kesulitan tersebut dapat diatasi jika di dalam diri seseorang memiliki
integritas yang baik yakni dapat menerima hidup dan oleh karena itu juga
dapat menerima akhir dari hidup itu sendiri.
Namun, sikap ini akan bertolak belakang jika didalam diri mereka tidak
terdapat integritas sehingga dapat memunculkan sikap yang terlalu cemas,
timbul keputusasaan, penyesalan terhadap apa yang telah dan belum
dilakukannya, ketakutan dalam menghadapi kematian.
Harapan yang ingin dicapai pada masa ini yaitu terjadinya keseimbangan
antara integritas dan keputusasaan guna mendapatkan nilai positif yang dapat
dipetik yaitu sikap bijaksana. Bijaksana yanng dimaksudkan yaitu, rasa puas
terhadap masa hidupnya dan tidak takut menghadapi kematian.
Daftar Pustaka
http://deviarimariani.files.wordpress.com
/2008/11/erik-eriksoi.doc
 http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009
/09/1445/


Feist, Jess dan Feist, Gregory. 2008. Theories of
Personality. Edisi keenam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Revisi
Menurut Erikson, lingkungan dimana anak-anak tinggal sangat
menentukan perkembangan, penyesuaian, dan sumber dari
kesadaran diri dan identitas.
Erikson berpendapat bahwa kepribadian seseorang tidak hanya apa
yang dibawanya sejak lahir, tapi dalam perkembangannya muncul
sifat-sifat baru, karena pengaruh lingkungan
Menurut Erikson, perluasan ego dipengaruhi oleh interaksi lingkungan
sosial dimana semakin luas lingkungan sosialnya, semakin luas
perkembangan egonya.
Fase-fase
Tujuan
Akibatnya
pengharapan dan kepercayaan
rasa curiga, distorsi indrawi dan penakut
kehendak dan kemandirian
tergantung pada orang lain, kurangnya
harga diri, dan merasa malu atau raguragu
Fase Pra sekolah(4-6 tahun)
Inisiatif vs Kesalahan
tujuan dan keberanian
malignasi berdiam diri, ketidakpedulian,
takut mengambil resiko.
Usia Sekolah ( 6 -11 tahun )
Kerajinan vs Inferioritas
kompetensi
Rendah diri, keahlian sempit dan lamban.
kesetiaan dan loyalitas
kejahatan,
diskriminasi
fanatisme dan penolakan.
Fase Bayi ( 0-1 tahun )
Kepercayaan vs Kecurigaan
Fase anak-anak ( 2-3 tahun )
Otonomi vs Perasaan malu, ragu-ragu
Remaja ( 12 – 20 tahun )
Identitas vs Kekacauan Identitas
Dewasa Awal (21-40 tahun)
Keintiman vs Isolasi
Dewasa ( 41-65 tahun )
Generativitas vs Stagnasi
Usia tua ( >65 tahun )
Integritas vs Keputusasaan
kelompok,
cinta
kepedulian
mandeg dan tidak produktif, penolakan.
kebijaksanaan
depresi dan keputusasaan.
Download