Serbuan Jepang yang Oke Banget

advertisement
KAMIS, 7 NOVEMBER 2013
Cerita Kakashi
dari Tegal
K
etenaran film Naruto akhirnya membuat Nur Arif
Apryanto memutuskan untuk memakai kostum
tokoh dalam film itu. Meski nggak menjadi Naruto,
toh karakter yang ia perankan, yaitu Kakashi Hatake, tetap
menyedot banyak penggemar.
Dengan mempertimbangkan bentuk muka, postur tubuh,
model rambut dan sebagainya, Avri, panggilannya akrabnya,
memilih mengubah dirinya menjadi guru Naruto itu. Baju dan
properti yang mirip dengan aslinya itu akhirnya membuat dia
berhasil menjadi salah satu ''selebritis dadakan'' di acara
Orenji.
Hari itu banyak banget pengunjung yang datang dan minta
foto bareng dia. Dengan sabar, cowok yang datang jauh-jauh
dari Tegal itu meladeni permintaan foto dengan senang hati.
Yups, Avry menyadari, banyaknya orang yang memintanya foto bareng itu lantaran karakter yang ia perankan
memang sudah terkenal. ''Film dan komik Naruto itu kan
banyak yang suka. Maka otomatis, tokoh-tokoh yang ada di
dalamnya juga mempunyai penggemarnya masing-masing,''
kata cowok bernama beken Avry Shinigami itu.
Jika kepuasan seorang Avry adalah saat dirinya mampu
menarik orang-orang untuk berfoto bersama, lain halnya
dengan Yogi Alnico Kristanto. Meski waktu itu dia memerankan tokoh yang nggak kalah terkenal, tapi kepuasan versi
Yogi adalah ketika ia berhasil membuat pakaian, tata rias dan
properti yang mirip dengan aslinya.
Waktu itu, Yogi memerankan tokoh Gaara, salah satu
karakter yang juga ada di cerita Naruto. Karena tokoh ini
selalu membawa gentong pasir berukuran jumbo, Yogi pun
membuat gentong-gentongan dari kertas dengan ukuran
nyaris sebesar badannya.
Tata rias dan rambut juga nggak lepas dari perhatian siswa
kelas XI SMK Kimia Industri Semarang itu. Kebiasaan tokoh
Gara yang kurang tidur, otomatis membuat daerah sekeliling
matanya menjadi hitam. ''Karena Gara selalu kurang tidur,
matanya menjadi hitam. Nah, supaya mirip, aku menggunakan garis mata pensil warna hitam untuk memberikan kesan
kurang tidur seperti Gara,'' terangnya.
Ya, bagi seorang costplayer seperti Avry maupun Yogi,
hal-hal yang bersifat detail tetaplah penting. Menurut mereka,
jika mau mengubah diri menjadi karakter anime haruslah
total dan semirip mungkin. (92)
Siti Khatijah
SM/Irma Mutiara M
Serbuan Jepang
yang Oke Banget
Oleh Siti Khatijah
Jepang bisa hadir di Indonesia dalam berbagai bentuk.
Salah satunya lewat festival kebudayaan yang menarik
minat anak muda untuk terlibat. Hal itu terlihat dalam
festival yang digelar mahasiswa Jurusan Bahasa
Jepang Fakultas Ilmu Budaya Undip Minggu (3/11).
Festival yang juga disebut Bunkasai itu digelar
di pelataran kampus tersebut.
A
cara sengaja bernuansa putih
salju karena tahun ini mereka
mengangkat tema festival di
musim dingin. Karena itu
kesan yang muncul segala sesuatu yang
bernuasa musim dingin, termasuk salju.
Namanya juga festival, maka nggak
heran jika hari itu, banyak anak muda yang
datang untuk memeriahkan acara Original
Event of Japan in Indonesia (Orenji) itu.
Beragam stan turut berpartisipasi di sana.
Selain panggung utama, beberapa ruangan
juga dimanfaatkan untuk acara yang
bermaskot buah jeruk itu.
Acara yang digelar mulai pukul sembilan pagi sampai pukul delapan malam itu
memang menyajikan banyak hiburan.
Selain penampilan band, ada juga tarian tradisional, cabaret, karaoke, omikoshi, rumah
hantu, bioskop dan lainnya . Yang nggak
kalah menarik dari setiap acara Bunkasai,
tentu saja partisipasi para costplayer alias
pemakai kostum karakter yang datang dari
berbagai daerah.
Kehadiran para ''karakter anime''
Jepang itu tentu saja dimanfaatkan oleh
mereka yang gemar berfoto ria. Salah satunya Alfa Asmara. Cewek 19 tahun itu
mengoleksi banyak foto para costplayer
di laptopnya. Berbekal kamera SLR-nya,
cewek asli Semarang itu memotret aksi
costplayer, nggak terkecuali pada acara
KIPRAH
Orenji.
''Aku kagum saja dengan kreativitas
para pencinta costplay. Dengan berbagai
cara, mereka berkreasi supaya mirip
dengan anime yang mereka inginkan,''
terang mahasiswi yang mengambil
berkuliah di International Garment
Training Center di Bogor itu.
Kecerdikan para costplayer menginspirasi Alfa, panggilan akrabnya, untuk
menciptakan sebuah pakaian ala Jepang.
Pakaian kreasinya itu lantas ia kenakan di
acara Orenji.
''Aku terinspirasi pakaian band dari
Jepang. Lalu aku membeli bahan sendiri,
mendesain dan menjahitkannya. So,
beginilah jadinya,'' tuturnya sembari
memamerkan pakaian yang ia kenakan.
Berkaraoke Ria
Jika Alfa sibuk memotret, maka kesibukan Nurul Budi Utami lain lagi.
Bersama ketiga temannya, cewek berjilbab ini lebih memilih mengelilingi semua
stand dan menjajal setiap hiburan yang
disajikan oleh panitia.
''Kami berkeliling-keliling, membeli
souvenir dan jajan. Penginnya sih, semua
yang ada di sini kami cobain,'' katanya
bersemangat.
Sebuah ruang kelas yang disulap
menjadi ruang karaoke pun menjadi
sasaran Nurul dan teman-temannya.
Dengan riang mereka bernyanyi, bercanda sembari beristirahat di ruang karaoke.
''Setelah capai berkeliling, kami
memilih untuk beristirahat di ruang
karaoke sambil bernyanyi. Kalau capainya sudah hilang, kami akan lanjutkan
berkeliling lagi,'' ujar Ratih Maharani.
Ya, rupanya ia sudah mempersiapkan
diri akan menghadiri acara itu. Dengan
tujuan bersenang-senang dan melihat
penampilan budaya Jepang, Ratih betahbetah saja seharian berada di sana. ''Hari
minggu ini memang sudah aku persiapkan untuk datang ke acara ini,'' kata mahasiswi D3 Bahasa Jepang Undip itu.
Melihat para pengunjung bersuka ria
di acara Orenji, Laili Fatmala Tampubolon sebagai panitia mengaku senang.
Dia berharap, acara yang ia dan temantemannya persiapkan sejak enam bulan
lalu itu bisa memperkenalkan sedikit tentang Jepang.
''Melalui acara ini, aku berharap para
pengunjung lebih mengenal Jepang,
karena acara ini nggak cuma untuk para
pencinta Jepang, tapi untuk umum,'' wakil
ketua panitia itu. (92)
SM/Irma Mutiara M
Salah satu penampil karakter animasi Jepang
” Untung Rugi Politik Dinasti ”
Perusak Sistem Demokrasi
Na'imatul Husna
Mahasiswa
Jurusan Tarbiyah
STAIN Kudus.
Heboh politik dinasti kini melanda Indonesia.
Bermula dari ditangkapnya ketua nonaktif
Mahkamah Konstitusi Akil Muchtar beserta
Tubagus Chaeri Wardana dalam kasus dugaan
penyuapan penanganan sengketa lebak menjadi
awal munculnya pembahasan politik dinasti di
kalangan masyarakat.
Politik dinasti dibangun di atas basis pemikiran yang bertumpu pada doktrin politik kuno yaitu,
blood is thicker than water. Yang bermakna, darah
lebih kental daripada air. Maka tak heran jika para
penguasa lebih mementingkan keluarga dari
pada orang lain dalam meneruskan kekuasaannya. Sehingga terkesan proses rekrutmen suatu
jabatan didasarkan atas sentiment keluarga
bukan kompetensi yang dimiliki.
Walaupun di Indonesia menggunakan sistem
rekrutmen prosedural, namun tak sedikit dari
pengikut politik dinasti kehilangan akal dalam
merekrut keluarganya. Berbagai hal dilakukan termasuk penyuapan terhadap masyarakat setempat. Sehingga rekrutmen prosedural hanya
dijadikan formalitas semata. Atas dasar inilah tak
sedikit dari pakar politik berpendapat bahwa politik dinasti adalah perusak sistem demokrasi.
Bicara soal politik dinasti tidak cukup hanya
sekadar bicara soal setuju atau tidak, benar atau
salah, positif atau negatif melainkan lebih dari itu
semua yaitu nasib suatu bangsa. Max Weber
berpendapat bahwa kekuasaan adalah kapasitas
individu untuk merealisasikan keinginannya,
bahkan terhadap perlawanan orang lain.
Keinginan yang dimaksud di sini mempunyai arti
luas. Tinggal bagaimana pejabat tersebut
menginginkannya. Bisa keinginan dalam merealisasikan progam kerja yang sudah dicanangkan
saat pemilu atau bahkan keinginan dalam memperkaya diri dan keluarga.
Pemerintahan yang hanya bertumpu pada
satu keluarga mengakibatkan minimnya kontrol
pejabat lain bahkan masyarakat dalam suatu
pemerintahan. Tak heran jika ada kong kalikong
dari penguasa yang mampu tertutupi dengan rapi
oleh para koleganya. Ini disebabkan tingginya solidaritas yang timbul dari hubungan kekeluargaan
tersebut.
Dari sini bisa terbaca dengan jelas kenapa
banyak dari pakar politik maupun penulis sendiri
tidak setuju dengan adanya sistem pemerintahan
dinasti politik. (92)
Kembalikan pada Esensi
Sedikitnya ada 37 kepala daerah terpilih di seluruh Indonesia yang memiliki
hubungan kekerabatan dengan pejabat
negara lainnya. Sebagian dari mereka
melanjutkan jabatan suami, saudara atau
orang tua yang pernah menjabat sebagai
kepala daerah. Atau bahkan bersamasama menjabat sebagai kepala daerah
dalam satu lingkup provinsi.
Politik dinasti yang marak terjadi di
Indonesia bukan tanpa sebab, rendahnya
pengetahuan masyarakat tentang demokrasi menjadikan praktek politik dinasti sulit
untuk dihilangkan. Demokrasi dinegara kita
saat ini masih stagnan pada level demokrasi transaksional.
Hal ini ditandai dengan marakknya
praktek money politics yang terjadi pada
saat pemilu maupun pilkada. Demokrasi
transaksional memberikan kesempatan
kepada para penguasa dan pemilik modal
besar untuk turut andil dalam memenangkan pemilu dan pilkada.
Dari segi hukum, politik dinasti
memang tidak bisa disalahkan. Karena
mereka sah dipilih oleh rakyat berdasarkan
perolehan suara terbanyak. Namun yang
dikhawatirkan adalah politik dinasti rawan
disalahgunakan. Sistem tersebut membuka lebar kesempatan untuk menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan pribadi
dan kerabatnya. Politik dinasti juga rentan
akan terjadinya praktek korupsi yang sistematis karena mereka ditopang oleh kerabat lainnya yang juga menjabat sebagai
kepala daerah maupun wakilnya disatu
lingkup kekuasaan baik tingkat provinsi
maupun kebupaten.
Praktik politik dinasti memang sudah
seharusnya dicegah dan dihilangkan.
Menjadi tanggung jawab pemerintah dan
kita (kaum akademisi) untuk memberikan
pemahaman tentang demokrasi kepada
rakyat secara menyeluruh.
Masyarakat harus paham bahwa
demokrasi bukan hanya soal pemungutan
suara terbanyak (voting) untuk menentukan
seorang kepala daerah ataupun kepala
negara. Mengembalikan esensi dari sebuah sistem demokrasi. (92)
Tema Debat Mendatang
November adalah bulan Pahlawan bagi bangsa Indonesia. Bagaimana Anda memaknai Hari Pahlawan, sampaikan pendapat Anda
di rubrik ini mulai Minggu depan.
M Al Mustafad
Mahasiswa FISIP
Universitas Wahid
Hasyim Semarang
Download