5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelanggan

advertisement
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pelanggan
Kebanyakan orang mengartikan pelanggan sebagai pembeli akhir
atau pengguna akhir dari sebuah produk atau jasa. Misalnya, seseorang yang
membeli sebuah mobil untuk kebutuhan pribadi atau seorang tamu hotel
diartikan sebagai pelanggan akhir. Pelanggan-pelanggan ini lebih tepat
disebut konsumen (customer).
Sebuah perusahaan yang dekat dengan pelanggannya tahu apa yang
diinginkan pelanggan, bagaimana pelanggan menggunakan produknya dan
mengantisipasi kebutuhan pelanggan yang bahkan mereka pun tidak tahu
bagaimana mengekspresikannya. Perusahaan yang dekat dengan pelanggan
juga terus berusaha mengembangkan cara-cara baru untuk membangun
hubungan baik dengan palanggan. Untuk memenuhi serta melebihi harapan
pelanggan, perusahaan harus memenuhi serta melebihi harapan pelanggan,
perusahaan harus memahami secara penuh semua sifat produk dan jasa yang
berkontribusi terhadap nilai bagi pelanggan serta menghasilkan kepuasan dan
kesetiaan pelanggan (Evans and Lindsay, 2007).
Menurut Tunggal (2008), terdapat tiga faktor perilaku pelanggan
yang penting harus diperhatikan adalah faktor biaya memainkan peran yang
penting dalam kemampuan seorang pelanggan, nilai pelanggan (customer
value) berperan besar dalam menentukan perilaku pelanggan. Perilaku
pelanggan biasanya diukur dalam penghasilan; baik jumlah rupiah atau
volume produk atau jasa yang dipesan selama suatu periode waktu tertentu.
Parameter perilaku pelanggan yang kedua adalah customer lifeture atau ratarata lamanya waktu, diukur dalam bulanan atau tahunan, yaitu rata-rata
pelanggan yang melakukan usaha dengan kita. Yang ketiga adalah customer
share yaitu sejauh mana seorang pelanggan memenuhi kebutuhannya atas
jenis produk dan jasa yang ia inginkan dengan berbisnis dengan kita.
6
Piramida
pelanggan
merupakan
alat
yang
berguna
untuk
memvisualisasikan, menganalisis dan memperbaiki perilaku dan kemampuan
pelanggan. Unsur-unsur pokok dari piramida pelanggan tersebut dijelaskan
pada Gambar 1.
Pelanggan
Aktif
Pelanggan
Tidak Aktif
Prospek
Suspek
The Rest of The World
Gambar 1. Unsur-unsur pokok piramida pelanggan
Penjelasan mengenai unsur-unsur piramida pelanggan dijelaskan
sebagai berikut:
a. Pelanggan aktif (active customers)
Adalah orang atau perusahaan yang telah melakukan pembelian barang
atau jasa dari perusahaan dalam periode tertentu, katakanlah dalam 12 bulan
terakhir.
b. Pelanggan tidak aktif (inactive customers)
Adalah orang atau perusahaan yang telah melakukan pembelian barang
atau jasa pada masa lalu, akan tetapi tidak dalam periode tertentu. Pelanggan
yang tidak aktif merupakan sumber yang penting untuk
pendapatan
potensial; dan juga merupakan sumber infromasi tentang apa yang
7
perusahaan perlu lakukan untuk mencegah pelanggan aktif menjadi
pelanggan tidak aktif.
c. Prospek (prospects)
Adalah orang atau perusahaan yang mempunyai suatu hubungan dengan
perusahaan kita; akan tetapi sampai sekarang mereka belum membeli barang
atau jasa dari kita. Contoh prospek adalah orang yang telah menanggapi
pengiriman pos kita dan orang yang telah meminta brosur kita. Perusahaan
yang telah menerbitkan permintaan atas penawaran kita; kontak yang
diperoleh pada suatu pameran dagang. Prospek merupakan orang-orang atau
perusahaan yang anda harapkan akan ditinkatkan menjadi status pelanggan
aktif pada waktu dekat.
d. Suspek (suspects)
Adalah orang atau perusahaan yang kita sangup layani dengan produk
atau jasa kita, akan tetapi kita sampai sekarang belum mempunyai hubungan
dengan mereka. Biasanya, perusahaan memulai hubungan dengan suspek
dan mengkualifikasikan mereka sebagai prospek, dengan tujuan jangka
panjang untuk mengkonfersikan mereka menjadi pelanggan aktif.
e. The rest of the world
Adalah orang-orang atau perusahaan yang memang tidak mempunyai
keperluan atau keinginan untuk membeli atau menggunakan produk atau
jasa perusahaan. Meskipun perusahaan belum pernah memperoleh
keuntunga dari kelompok ini, adalah penting untuk memvisualisasikan
mereka untuk mengetahui berapa banyak waktu pemasaran dan uang yang
dikeluarkan untuk berusaha, berkomunikasi dengan orang-orang dan
perusahaan yang
perusahaan kita tidak pernah melakukan suatu bisnis
apapun dengan mereka. Sering terjadi sebagian besar anggaran pemasaran
dibelanjakan untuk non customer.
Nilai
dari
piramida
pelanggan
apabila
perusahaan
mensegmentasikan pelanggan aktif kedalam katagori perilaku yang kritikal
terhadap keberhasilan perusahaan, seperti pendapatan penjualan.
8
2.2. Customer Relationship Management (CRM).
Suatu pergeseran organisasional akan terjadi dalam cara bagaimana
bisnis pengelola pelanggannya. Perusahaan akan cenderung diorganisasi
berdasarkan tipe pelanggannya yang mereka layani, daripada berdasarkan
struktur dari lini produk atau unit usaha geografis.
Pelanggan menjadi semakin tidak dapat diprediksi dan mempunyai
kebebasan yang semakin besar dalam pilihan, menyebabkan usaha
memindahkan fokus mereka dari menarik (attracting) pelanggan baru
menjadi mempertahankan (retaining) pelanggan yang menguntungkan.
Banyak perusahaan sekarang mulai menggabungkan pemikiran strategik,
sumber daya manajemen, pendukung garis depan dan teknologi agar dapat
lebih baik memahami dan melayani pembeli mereka yang semakin canggih.
Sebagai suatu disiplin pemasaran, Customer Relationship Management
(CRM)
dapat
digunakan
untuk
mengidentifikasi
menarik
dan
mempertahankan pelanggan yang paling berharga bagi perusahaan. CRM
adalah konsep, bukan perangkat lunak (software). CRM merupakan strategi
untuk memikat pelanggan dan mempertahankannya. Konsep ini timbul dari
pengertian bahwa biaya yang dibutuhkan untuk memikat pembeli jauh lebih
besar dari pada menjaga hubungan jangka panjang dan menjadikan pembeli
sebagai pelanggan.
Customer relationship management (CRM) merupakan kolaborasi
dengan setiap konsumen yang mampu menciptakan keadaan yang tidak
merugikan salah satu pihak (win-win solution), yaitu perusahaan menambah
nilai pada kehidupan sehari-hari setiap konsumen dan sebagai imbalannya,
konsumen memberi kesetiaan kepada perusahaan. Tujuan CRM adalah
mengenal konsumen terbaik dan mempercayainya dengan meningkatkan
pemahaman perusahaan akan kebutuhan mereka sebagai individu, memenuhi
harapan mereka terhadap perusahaan dan membuat kehidupan konsumen
berubah.
CRM berkonsentrasi pada apa yang dinilai pelanggan, bukan pada apa
yang perusahaan ingin jual. Banyak kegagalan program loyalitas terjadi
karena organisasi perusahaan tidak mengetahui bagaimana pelanggan
9
memperoleh manfaat dari program tersebut. Adapun manfaat dari CRM
adalah sebagai berikut.
a. Peningkatan Pendapatan
Upaya pemasaran bisa dilakukan dengan lebih komperhansif membantu
pelanggan untuk mencapai ROI yang lebih baik. Dengan informasi yang
tersedia karena intergrasi CRM dengan aplikasi ERP (Enterprise Resource
Planning), perusahaan dapat meningkatkan solusi peluncuran produk,
memberikan produk yang tepat ke pelanggan yang tepat di saat yang tepat
pula.
b. Mendorong Loyalitas Pelanggan
CRM memungkinkan perusahaan untuk mendayagunakan informasi dari
semua titik kontak dengan pelanggan, apakah itu via web, call center,
ataupun lewat staf pemasaran dan pelayanan di lapangan. Konsistensi dan
aksepsibilitas informasi ini memungkinkan penjualan dan pelayanan yang
lebih baik dengan berbagai informasi penting mengenai pelanggan itu.
c. Mengurangi Biaya
Dengan kemampuan swalayan dalam penjualan dan pelayanan pelanggan,
ada biaya yang bisa dikurangi. Misalnya dengan memanfaatkan teknologi
web. Aplikasi CRM juga memungkinkan penjualan atau pelayanan dengan
biaya lebih murah dalam sebuah skema program pemasaran yang spesifik dan
terfokus. Tertuju kepelanggan yang tepat dan waktu yang tepat, pada
kesempatan yang tepat dan pada waktu yang tepat pula.
d. Meningkatkan Efisiensi Operasional
Otomasi penjualan dan proses layanan dapat mengurangi resiko turunnya
kualitas pelayanan dan mengurangi beban cash flow. Penggunaan teknlogi
web dan call center misalnya, akan mengurangi hambatan birokrasi dan biaya
serta proses administratif yang mungkin timbul. Perusahaan dapat
menyederhanakan aliran informasi dan transaksi untuk meningkatkan waktu
respon terhadap palanggan, maupun siklus pembuatan dan penjualan produk.
e. Peningkatan Time to Market
Aplikasi CRM memungkinkan kita membawa produk ke pasar dengan
lebih cepat dengan informasi pelanggan yang lebih baik, adanya data trend
10
pembelian oleh pelanggan, sampai integrasi dengan aplikasi ERP untuk
keperluan perencanaan yang lebih baik. Dengan kemampuan penjualan via
web, maka hambatan waktu, geografis, sampai ketersediaan sumber data
dapat dikesampingkan untuk mempercepat penjualan produk tersbut
(Tunggal, 2008).
Terdapat dua jenis faktor keberhasilan yang berkaitan dengan
pelanggan yang dapat diukur dan dikelola, yaitu:
1. Faktor kinerja pelanggan (customer performance factors) yang terdiri dari:
a. Nilai pelanggan (customer value)
Laba operasional merupakan hasil pengurangan laba yang diperoleh
dari pelanggan yang menguntungkan dikurangi kerugian yang berasal dari
pelanggan yang tidak menguntungkan. Nilai pelanggan (customer value)
bukan berasal dari laba kotor atau margin dari seorang pelanggan.
b. Prilaku pelanggan (customer behavior)
Ketika faktor biaya memainkan peran yang penting dalam kemampuan
menghasilkan laba seorang pelanggan, nilai pelanggan (customer value)
berperan besar dalam menentukan prilaku pelanggan. Prilaku prlanggan
biasanya diukur dalam penghasilan; baik dalam jumlah rupiah atau volume
produk atau jasa yang dipesan selama suatu periode waktu tertentu.
Prilaku pelanggan yang positif berarti pelanggan yang pertama kali
membeli dari perusahaan. Parameter prilaku pelanggan yang kedua adalah
customer lifeture atau rata-rata lamnya waktu diukur dalam bulanan atau
tahunan, yaitu rata-rata pelanggan yang melakukan usaha dengan kita.
Faktor prilaku pelanggan penting yang ketiga adalah customer share
yaitu sejauh mana seorang pelanggan memenuhi kebutuhannya atas jenis
produk dan jasa yang ia inginkan dengan berbisnis dengan kita.
c. Kepuasan pelanggan (customer satisfaction)
Kepuasan merupakan fungsi dari kesan kinerja dan harapan. Jika
kinerja dubawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi
harapan pelanggan puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat
puas dan senang. Banyak perusahaan berfokus pada kepuasan yang lebih
tinggi karena para pelanggan yang hanya merasa puas mudah untuk
11
berubah pikiran bila mendapat tawaran yang lebih baik. Mereka yang amat
puas lebih sukar untuk mengubah pilihannya. Kepuasan tinggi atau
kesenangan menciptakan kelekatan emosional terhadap merk, bukan hanya
preferensi rasional. Hasilnya adalah kesetiaan pelanggan yang tinggi.
Kinerja pelanggan (nilai pelanggan, prilaku pelanggan dan kepuasan
pelanggan) adalah sesuatu yang terjadi diluar perusahaan. Kinerja
pelanggan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor fokus pelanggan
(customer focus factors) dalam perusahaan.
2. Faktor-faktor fokus pelanggan (customer focus factors) yang terdiri
dari.
a. Organisasi
• Manajemen mempunyai komitmen terhadap fokus pelanggan,
menentukan anggaran waktu dan uang untuk perbaikan proses
pelanggan.
• Keryawan mempunyai keterampilan dan pengalaman penanganan
pelanggan yang diperlukan, mempunyai sifat yang baik dalam
penanganan pelanggan dan bekerja dalam kelompok dengan orang
lain yang mempunyai kontak dengan pelanggan.
b. Komunikasi
• Kontak logistik: komunikasi pelanggan secara baik direncanakan,
tepat waktu dan tidak meleset dalam eksekusi.
• Metoda/media/berita yang paling tepat adalah menerapkan pada
setiap pelanggan (segmen); komunikasi interaktif, menekankan
manfaat pelanggan dari pada gambar produk.
c. Informasi
• Data pelanggan adalah relevan, lengkap dan mutahir.
• Sistem informasi pelanggan efektif, lentur dan ramah terhadap
pemakai (Tunggal, 2008).
Penjelasan di atas menenai model dari customer relationship
management diterangkan dengan Gambar 2 dibawah ini.
12
Profit
Customer Performance
Customer Value
Customer Behavior
Customer Satisfaction
Customer Focus
Organisation Comunication Iinformation
Gambar 2. Model customer relationship management
2.3. Manajemen Strategi
2.3.1. Definisi Strategi
Strategi beasal dari bahasa yunani yaitu ‘strategos’ atau
‘strategus’ (stratos = tentara atau militer, dan ag = memimpin) yang
berarti seni berperang. Definisi strategi adalah ilmu perencanaan dan
pengarah sumber daya untuk operasi secara besar-besaran, melansir
kekuatan pada posisi siap yang paling menguntungkan sebelum
melakukan penyerangan terhadap lawan. Secara umum dapat
didefinisikan bahwa strategi adalah rencana tentang serangkaian
manuver, yang mencakup seluruh elemen yang kasat mata maupun tak
kasat mata, untuk menjamin keberhasilan mencapai tujuan. (Hutabarat
dan Huseini dalam Surur 2010).
Umar (2003), berpendapat bahwa strategi didefinisikan sebagai
suatu proses penentuan rencana para pemimpin pucak yang berfokus
pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara
atau upaya bagaimana suatu tujuan dapat dicapai. Startegi adalah
rencana komprehensif yang menjelaskan suatu perusahaan akan
mencapai suatu musi dan tujuannya (Hunger dan Wheelen dalam
Fitriani 2010). Sedangkan menurut Jauch dan Glueck dalam Fitriani
(2010), strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu
yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan
lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan tujuan utama
13
perusahaan yang dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh
perusahaan.
Strategi didifinisikan sebagai sebuah tindakan yang bersifat
senantiasa meningkat (incremantal) dan terus menerus, serta dilakukan
berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para
pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu
dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang
terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan
pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies).
Perusahan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang
dilakukan (Hamel dan Prahalad dalam Surur 2010).
2.3.2. Definisi Manajemen Strategi
Menurut
David
(2008),
Manajemen
strategis
(strategic
management) dapat disefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk
memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas
fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuan. Istilah
manajemen strategis digunakan bergantian dengan istilah perencanaan
strategis. Istilah yang kedua lebih umum digunakan dalam bahasa
bisnis, sementara istilah yang pertama sering digunakan dalam dunia
akademik. Kadang-kadang istilah manajemen strategis mengacu pada
formulasi, implementasi, dan evaluasi strategi, sedangkan perencanaan
strategis hanya mengacu pada formulasi strategi. Tujuan manajeman
strategis adalah untuk mengekspoitasi dan menciptakan peluang baru
yang berbeda untuk masa mendatang. Perencanaan jangka pajang,
sebaliknya mencoba untuk mengoptimalkan tren sekarang untuk masa
datang.
Menurut Pearce and Robinson (2008), manajemen strategis
(strategic management) didefinisikan sebagai satu set keputusan dan
tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang
dirancang untuk meraih tujuan suatu perusahaan. Strategi bagi para
manajer adalah rencana berskala besar, dengan orientasi masa depan,
guna berinteraksi dengan kondisi persaingan untuk mencapai tujuan
14
perusahaan. Strategi merupakan rencana permainan perusahaan.
Meskipun tidak meperinci seluruh pemanfaatan (manusia, keuangan,
dan material) di masa depan, rencana tersebut menjadi kerangka bagi
keputusan menajerial. Strategi mencerminkan pengetahuan perusahaan
mengenai bagaimana, kapan, dan di mana perusahaan akan bersaing,
dengan siapa perusahaan sebaiknya bersaing, dan untuk tujuan apa
perusahaan harus bersaing.
David (2008), Cara belajar dan mengimplikasikan proses
manajemen strategis adalah dengan menggunakan model. Setiap model
mempresentasikan semacam proses. Kerangka kerja berikut adalah
model komprehansif proses manajemen strategis yang diterima secara
luas. Model ini tidak menjamin keberhasilan, tetapi model tersebut
menunjukan pendekatan yang jelas dan praktis untuk memformulasi,
mengimplementasi, dan mengevaluasi strategi.
Proses manajemen strategis merupakan hal yang dinamis dan
berkelanjutan. Suatu perubahan dalam salah satu komponen utama
dalam model dapat menyebabkan perubahan dalam salah satu atau
semua komponen lainnya. Sebagai contoh, perubahan dalam ekonomi
dapat mempresentasikan peluang besar dan membutuhkan perubahan
dalam tujuan jangka panjang dan strategi; kegagalan dalam mencapai
tujuan tahunan dapat memerlukan perubahan dalam kebijakan;
perubahan besar dalam strategi pesaing dapat membutuhkan perubahan
dalam
misi
perusahaan.
Dengan
demikin
aktivitas
formulasi,
implementasi, dan evaluasi strategi seharusnya dilakukan secara
berkelanjutan, tidak hanya pada akhir tahun atau setiap tengah tahun.
Proses manajemen strategi tidak pernah berakhir.
Gambar
3
menjelaskan
mengenai
model
komperhensif
manajemen yang memiliki tiga tahapan. Tahapan pertama adalah
perumusan strategi. Proses perumusan strategi terdiri atas enam
langkah, yaitu melakukan analisis lingkungan internal, analisis
lingkungan eksternal, mengembangkan visi dan misi, menyusun sasaran
dan tujuan perusahaan, menentukan pilihan-pilihan strategi dan
15
memilih strategi yang tepat, menentukan pengendalian dalam
pelaksanaannya.
Tahap ke dua adalah implementasi strategi. Tahap ini
merupakan tahap yang kritis karena banyal organisasi yang mampu
merumuskan
strategi
yang
baik
namun
tidak
dapat
mengimplemntasikannya dengan baik. Dalam implementasi strategi ada
beberapa hal penting yang harus dilakukan perusahaan, yaitu penetapan
tujuan tahunan, perumusan kebijakan, memotivasi pekerja, alokasi
sumber daya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat
dijalankan.
Evaluasi strategi adalah tahap akhir dalam manajemen strategi.
Tiga aktivitas dasar evaluasi strategi adalah (1) meninjau ulang faktor
eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi saat ini, (2) mengukur
kinerja dan (3) mengambil tindakan korektif.
Agar lebih jelas mengenai model komperhensif manajemen
strategis dapat di lihat pada Gambar 3.
Menjalankan
Audit
Eksternal
Mengembangkan P
Pernyataan
Visi dan Misi
Menetapkan
Tujuan
Jangka
Panjang
Merumuskan,
Mengevaluasi
dan Memilih
Strategi
Implementasi
Strategi-Isu
Manajemen
Implementasi
Strategi-Isu
Pemsaran,
Keuangan,
Akuntansi,
Penelitian
dan
Pengembang
an, Sistem
Informasi
Manajemen
Mengukur
dan
Mengevaluasi
Kinerja
Menjalankan
Audit
Internal
Formulasi
Strategi
Implementasi
Strategi
Gambar 3. Model komperhensif manajemen strategis (David, 2008).
Evaluasi
Strategi
16
2.3.3. Perumusan Strategi
Terdapat tiga tahapan dalam menentukan strategi utama dalam
formulasi strategi, yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal
dengan menggunkan analisis matriks EFE, matriks IFE, matriks SWOT
dan matriks QSP (David dalam Fitriani 2010). Perincian ke tiga tahap
tersebut dijelaskan pada Gambar 4.
Tahap 1 : Tahap Input (Input Stage)
Matriks evaluasi faktor
Matriks profil kompetisi
Matriks evaluasi faktor
eksternal
(competitif prifil matrix/CPM)
internal
Tahap 2 : Tahap Pencocokan (Matching Stage)
Matriks
Matriks
Matriks
Matriks
Matriks
SWOT
evaluasi tindakan
BCG
IE
strategi besar
dan posisi strategi
(grand
(SPACE)
strategy)
Tahap 3 : Tahap Keputusan (Decision Stage)
QSPM
Gambar 4. Formulasi strategi
2.3.4. Manfaat Manajemen Strategi
Dengan pendekatan manajemen strategis, manajer pada semua
tingkatan
perusahaan
berinterakasi
dalam
perencanan
dan
implementasinya. Sebagai akibatnya, konsekuensi prilaku manajemen
strategis serupa dengan pengambilan keputusan partisipatif. Oleh karena
itu, penilaian yang akurat mengenai dampak dari formulasi stretegi
terhadap kinerja organisasi tidak hanya memerlukan kriteria evaluasi
keuangan, tetapi juga nonkeunangan pengukuran dampak berbasis
17
prikalu. Faktanya mendorong konsekuensi prilaku yang positif
memungkinkan perusahaan untuk mencapai tujuan keuangannya.
Namun, tanpa memedulikan profitabilitas dari perencanaan strategis,
beberapa dampak prilaku dari manajemen strategis meningkatkan
kesejahtaraan perusahaan:
1. Aktivitas formulasi strategi memperkuat kemampuan perusahaan
untuk mencegah timbulnya masalah. Manajer yang mendorong
bawahannya untuk memperhatikan perencanaan akan terbantu dalam
mengawasi dan memprediksi tanggung jawab oleh bawahan yang
mengetahi perlunya perencanaan strategis.
2. Keputusan strategis berbasis kelompok kemungkinan besar akan
diambil dari alternatif terbaik yang tersedia. Proses manajemen
strategis menghasilkan keputusan yang lebih baik karena interaksi
kelompok menghasilkan variasi strategi yang lebih banyak dan
predikasi yang didasarkan pada sudut pandang khusus dari anggotaanggota kelompok meningkatkan proses penyaringan pilihan.
3. Keterlibatan karyawan dalam formulasi strategi meningkatkan
pemahaman mereka mengenai hubungan antara produktivitas dengan
imbalan pada setiap rencana strategis, sehingga hal ini akan
meningkatkan motivasi mereka.
4. Kesenjangan dan tumpang tindih aktivitas antar individu dan
kelompok akan berkurang karena partisipasi dalam formulasi strategi
mengklarifikasi perbedaan peran.
5. Resistensi terhadap perubahan akan berkurang. Meskipun peserta
dalam formulasi strategi mungkin akan lebih senang dengan
keputusan yang mereka ambil sendiri dibandingkan keputusan yang
diambil secara otoriter, kesadaran lebih besar terhadap parameter
yang membatasi pilihan yang tersedia membuat mereka lebih
mungkin menerima keputusan tersebut (Pearce and Robinson, 2008).
Manajemen strategis memungkinkan suatu organisasi untuk
proaktif dalam membentuk masa depannya; memungkinkan perusahaan
untuk memulai dan mempengaruhi (bukan hanya merespon terhadap)
18
aktifitas dengan demikian memiliki kontrol terhadapa nasibnya. Pemilik
perusahaan kecil, CEO, direktur dan manejer banyak perusahaan, profit
dan nonprofit mengakui dan menyadari manfaat manajemen strategis.
Dengan pendekatan manajemen strategis, manajer pada semua tingkatan
perusahaan berinterakasi dalam perencanan dan implementasinya.
Secara historis, manfaat utama manajemen strategis telah
membantu organisasi memformulasikan strategi yang lebih baik dengan
menggunakan pendekatan yang lebih sistematik, logis, dan rasional
untuk pilihan strategi. Hal ini secara jelas menjadi manfaat utama dari
manajeman strategis, tetapi penelitian mengindikasikan bahwa proses
bukan keputusan atau dokumen adalah kontribusi manajemen strategis
yang lebih penting. Komunikasi adalah kunci untuk kesuksesan
manajemen strategis. Melalui keterlibatan dalam proses, manajer dan
staf menjadi berkomitmen dalam mendukung organisasi dialog dan
partisipasi adalah hal yang penting.
1. Manfaat finansial
Penelitian
mengindikasikan
bahwa
organisasi
yang
menggunakan konsep manajemen strategis lebih menguntungkan dan
berhasil
dibandingkan
dengan
organisasi
lain
yang
tidak
menggunakannya. Bisnis yang menggunakan konsep manajemen
strategis menunjukan perbaikan yang signifikan dalam penjualan,
profitabilitas dan produktivitas dibandingkan dengan perusahaan tanpa
aktifitas perencanaan yang sistematis. Perusahaan yang memiliki kinerja
tinggi cenderung malakukan perencanaan yang sistematis untuk
mempersiapkan fluktuasi dimasa depan dalam lingkungan ekternal dan
internalnya. Perusahaan dengan sistem perencanaan yang sangat mirip
dengan teori manajemen strategis menunjukan kinerja keuangan jangka
panjang yang lebih baik dibanding industrinya.
Perusahaan dengan kinerja tinggi tampaknya membuat keputusan
yang dilatarbelakangi informasi yang lengkap dengan antisipasi yang
baik tentang konsekuensi jangka pendek dan jangka penjang.
Sebaliknya, perusahaan yang kinerjanya jelak sering kali terlibat dalam
19
aktivitas yang berpandangan sempit dan tidak mencerminkan perkiraan
yang baik tentang kondisi masa depan. Penyusun strategi dari
perusahaan yang berkinerja rendah seringkali sibuk memecahkan
masalah internal dan memenuhi tenggang waktu pekerjaan administrasi.
Mereka biasanya meremehkan kekuatan pesaing dan melebih-lebihkan
kekuatan perusahaan. Mereka sering menyalahkan kinerja yang jelak
sebagai akibat dari faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol seperti
ekonomi yang buruk, perubahan teknologi, persaingan dari pihak luar.
2. Manfaat nonfinansial
Selain membantu perusahaan menghindari kegagalan finansial,
manajemen strategis menawarkan manfaat yang nyata lainnya, seperti
meningkatnya kesadaran atas ancaman eksternal, pemahaman yang lebih
baik atas strategi pesaing, meningkatnya produktifitas karyawan,
mengurangi keengganan untuk berubah, dan pengertian yang lebih baik
atas hubungan antara kinerja dan penghargaan. Manajemen strategis
meningkatkan kemampuan organisasi untuk menghindari masalah
karena ia membantu interaksi antar manajer disemua divisi dan fungsi.
Perusahaan yang memperhatikan manajer dan staf, berbagi tujuan
organisasi dengan mereka, menigkatkan kemampuan mereka untuk
memperbaiki produk atau jasa, dan menghargai kontribusi stafnya dapat
mengandalkan stafnya untuk membantu disaat posisi perusahaan
merosot karena adanya interaksi.
Disamping pemberdayaan dan staf, manajemen startegis sering
membuat keteraturan dan disiplin untuk perusahaan yang kacau. Ia dapat
menjadi sistem manajerial yang efisien dan efektif. Manajeman startegis
dapat memperbaiki kepercayaan atas strategi bisnis saat ini atau
menunjukan dimana dibutuhkan tindakan korektif. Proses manajemen
strategis memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan merasionalisasi
kebutuhan untuk berubah kepada semua manajer dan staf suatu
perusahaan; hal ini membantu perusahaan melihat perubahan sebagai
suatu peluang bukan ancaman (David, 2008).
20
2.4. Penelitian Terdahulu
Surur (2010), melakukan penetitian mengenai rumusan strategi
pengembangan usaha Apotek Cibuluh Bogor dilihat dari hasil analisa matriks
IFE menghasilkan total skor sebesar 3,169 sedangkan matriks EFE
menghasilkan total skor sebesar 2,909. Hal ini menunjukan bahwa Apotek
Cibuluh mampu menghadapi dinamika lingkungan eksternal karena posisi
perusahaan yang kuat. Analisis SWOT yang dilakukan menghasilkan
rumusan alternatif strategi yang kemudian hasil tersebut dilanjutkan dengan
analisis QSPM yang mendapatkan urutan implementasi pilihan yaitu (1)
Meningkatkan pelayanan dalam penjualan obat-obatan, (2) Meningkatkan
kemampuan manajemen perusahaan dalam mengoptimalkan kinerja Apotek
Cibuluh, (3) Meningkatkan pengawasan dan eveluasi kegiatan dan kinerja
Apotek Cibuluh, (4) Membuat strategi promosi produk, (5) Meningkatkan
kualitas sumber daya perusahaan, (6) Menyusun dan menerapkan
pelaksanaan strandar atau kinerja kerja, (7) Kerja sama dengan POM Dinkes,
(8) Peran serta yayasan dalam meningkatkan kualitas SDM.
Sahal (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Formulasi
Strategi PT Fastfood Indonesia, Tbk (KFC) dalam Menghadapi Persaingan
Bisnis Fastfood, dengan menggunakan analisis eksternal dan internal
diperoleh beberapa alternatif strategi pemasaran bagi perusahaan, yaitu
strategi penetrasi pasar, strategi pengembangan produk, dan strategi
pengembangan pasar. Strategi penetrasi pasar dapat dilakukan dengan
publikasi sertifikat halal, penambahan fasilitas play land dan fasilitas pesan
antar, mengoptimalkan dan meningkatkan iklan maupun promosi sesuai
sasaran, promosi agresif, peluncuran produk baru dan paket hemat secara
periodik dan kontinu, dan diversifikasi produk. Strategi pengembangan pasar
yang dapat dilakukan dengan meliputi intensif dalam pembukaan restoran
baru, dan relokasi store. Strategi pengembangan produk yang dapat dilakukan
mencakup mengoptimalkan program R&D, peningkatan perhatian PLC, dan
diversifikasi poduk.
21
Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu. Dilihat dari sisi
produk yang dihasilkan Divisi Winteq memiliki variasi produk yang banyak
sekali dengan jumlah yang banyak pula dan sistem produksi yang dijalaninya
menggunakan sistem job order, dimana sistem ini sangat bergantung sekali
pada pesanan yang masuk dari para pelanggan. Bila tidak ada pesanan masuk
maka kegiatan produksinya pun tidak berjalan. Oleh karena itu, agar proses
produksi terus berjalan maka para pelanggan Divisi Winteq harus selalu
dijaga dan terus dibangun kerja sama yang baik, agar para pelanggan
terpuaskan dan para pelanggan setia dan percaya kapada perusahaan.
Download