Potensi tumbuhan berguna pada areal HCV

advertisement
POTENSI TUMBUHAN BERGUNA
PADA AREAL HCV (High Conservation Value)
DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
KABUPATEN KETAPANG, KALIMANTAN BARAT
(Studi Kasus di PT Agro Lestari Mandiri,
Mandiri, PT Kencana Graha Permai dan
PT Lanang Agro Bersatu)
OMAN NURROHMAN
DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Oman Nurrohman. E34070113. Potensi Tumbuhan Berguna pada Areal
HCV (High Conservation Value) di Perkebunan Kelapa Sawit Kabupaten
Ketapang, Kalimantan Barat. (Studi Kasus di PT Agro Lestari Mandiri, PT
Kencana Graha Permai dan PT Lanang Agro Bersatu. Dibawah Bimbingan:
(1) Siswoyo dan (2) Ervizal A.M. Zuhud
Berdasarkan hasil kajian High Conservation Value (HCV) yang telah
dilakukan oleh Tim Terpadu (2010a, 2010b, 2010c) di PT Agro Lestari Mandiri
(PT ALM), PT Kencana Graha Permai (PT KGP) dan PT Lanang Agro Bersatu
(PT LAB) Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat, ditemukan jumlah
jenis tumbuhan berturut-turut sebanyak 278, 180 dan 300 jenis. Namun data dan
informasi mengenai potensi tumbuhan berguna belum diketahui. Data dan
informasi tentang potensi tumbuhan berguna yang dibutuhkan sebagai dasar
pengelolaan dalam upaya pelestarian tumbuhan berguna belum tersedia, sehingga
perlu dilakukan penelitian ini.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi potensi
tumbuhan berguna pada areal perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Ketapang,
Kalimantan Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan
Juni 2011. Data primer dikumpulkan dengan metode observasi dan studi pustaka,
sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui studi pustaka. Data yang
dikumpulkan adalah foto atau gambar spesies tumbuhan berguna. Sedangkan
untuk identifikasi spesies tumbuhan berguna dilakukan dengan melakukan cek
silang dengan berbagai buku/literatur tentang tumbuhan berguna yang ada,
meliputi : nama lokal, nama ilmiah, nama famili, habitus, kegunaan, bagian yang
digunakan, ekologi, serta teknik budidaya. Literatur yang digunakan dalam
mengidentifikasi spesies tumbuhan berguna antara lain Heyne (1987), Zuhud et.al.
(1994), Zuhud et.al. (2003), PROSEA (1992), dan Rudjiman et.al. (2003).
Jenis tumbuhan berguna yang ditemukan pada areal studi dapat
dikelompokkan kedalam 13 kelompok kegunaan, yaitu: obat (PT ALM: 103
species, PT KGP: 85 species dan PT LAB: 137 spesies), hias (PT ALM: 24
spesies, PT KGP: 15 spesies dan PT LAB: 25 spesies), aromatik (PT ALM: 15
spesies, PT KGP: 10 spesies dan PT LAB: 26 spesies), pangan (PT ALM: 67
spesies, PT KGP: 55 spesies dan PT LAB: 86 spesies), pakan ternak (PT ALM: 16
spesies, PT KGP: 19 spesies dan PT LAB: 23 spesies), pestisida nabati (PT ALM:
7 spesies, PT KGP: 4 spesies dan PT LAB: 7 spesies), serat (PT ALM: 16 spesies,
PT KGP: 9 spesies dan PT LAB: 13 spesies), pewarna dan tanin (PT ALM: 12
spesies, PT KGP: 8 spesies dan PT LAB: 13 spesies), bahan bangunan (PT
ALM:74 spesies, PT KGP: 34 spesies dan PT LAB: 71 spesies), ritual adat (PT
ALM: 12 spesies, PT KGP: 15 spesies dan PT LAB: 13 spesies), anyaman dan
kerajinan (PT ALM: 32 spesies, PT KGP: 19 spesies dan PT LAB: 32 spesies),
kayu bakar (PT ALM: 24 spesies, PT KGP: 18 spesies dan PT LAB: 28 spesies)
dan kegunaan lainnya (PT ALM: 20 spesies, PT KGP: 12 spesies dan PT LAB:
15 spesies).
Kata kunci: Potensi tumbuhan, kegunaan, tumbuhan berguna
Oman Nurrohman. E34070113. Potential of Useful Plants in HCV (High
Conservation Value) Area in Oil Palm Plantations Ketapang Regency, West
Kalimantan (Case Study in PT Agro Lestari Mandiri, PT Kencana Graha
Permai and PT Lanang Agro Bersatu) Under Supervision of: (1) Siswoyo
dan (2) Ervizal A.M. Zuhud
Based on the result of High Conservation Value (HCV) study which
performed by Tim Terpadu (2010a, 2010b dan 2010c) in PT Agro Lestari Mandiri
(PT ALM), PT Kencana Graha Permai (PT KGP), dan PT Lanang Agro Bersatu
(PT LAB) Ketapang regency, West Kalimantan found respectively 278, 180 and
300 plant species. But, from those data, data and information about useful plants
wasn’t found. Data and information about potential of useful plants, which needed
as a base for management of useful plants conservation efforts, haven’t provided
yet, thus this research was needed.
The objective of this research to identify potential useful plants in the area
of oil palm plantations in Ketapang, West Kalimantan. The experiment was
conducted in April 2011 to June 2011. The Data are collected include: data of
plant species in the study area, the general condition of the location, population
data, socio-economic conditions and community data in the entire study area.
While identification of useful plants species is done by cross-check with
books/literature that consist of some information about: local name, including:
local name, scientific name, family, habitus, uses, used parts, ecology, and
cultivation techniques. The books/literature that used for identifying are , Heyne
(1987), Zuhud et al (1994), Zuhud et al (2003), PROSEA (1992), and Rudjiman et
al (2003).
Based on data analysis, plant species in the study area are grouped into 13
groups of uses, they are medicine (PT ALM: 103 species, PT KGP: 85 species
and PT LAB: 137 species), oramental (PT ALM: 24 species, PT KGP: 15 species
and PT LAB: 25 species), aromatic (PT ALM: 15 species, PT KGP: 10 species
and PT LAB: 26 species), food (PT ALM: 67 species, PT KGP: 55 species and PT
LAB: 86 species), fodder (PT ALM: 16 species, PT KGP: 19 species and PT
LAB: 23 species), pesticides (PT ALM: 7 species, PT KGP: 4 species and PT
LAB: 7 species), fiber (PT ALM: 16 species, PT KGP: 9 species and PT LAB: 13
species), dyes (PT ALM: 12 species, PT KGP: 8 species and PT LAB: 13
species), building material (PT ALM:74 species, PT KGP: 34 species and PT
LAB: 71 species), ritual (PT ALM: 12 species, PT KGP: 15 species and PT LAB:
13 species), rattan and handicraft (PT ALM: 32 species, PT KGP: 19 species and
PT LAB: 32 species), firewood (PT ALM: 24 species, PT KGP: 18 species and
PT LAB: 28 species) and other uses (PT ALM: 20 species, PT KGP: 12 species
dan PT LAB: 15 species).
Keyword: Potential plants, utilities, useful plants
POTENSI TUMBUHAN BERGUNA
PADA AREAL HCV (High Conservation Value)
DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
KABUPATEN KETAPANG, KALIMANTAN BARAT
(Studi Kasus di PT Agro Lestari Mandiri, PT Kencana Graha Permai dan
PT Lanang Agro Bersatu)
OMAN NURROHMAN
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN
KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Potensi Tumbuhan
Berguna pada Areal HCV ( High Conservation Value) di Perkebunan Kelapa
Sawit Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Studi Kasus di PT Agro
Lestari Mandiri, PT Kencana Graha Permai dan PT Lanang Agro Bersatu)”
adalah benar-benar hasil karya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan
belum pernah digunakan sebagai Karya Ilmiah pada perguruan tinggi atau
lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2011
Oman Nurrohman
NIM E34070113
Judul Penelitian
: Potensi Tumbuhan Berguna pada Areal HCV (High
Conservation
Value)
di
Perkebunan
Kelapa
Sawit
Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Studi Kasus di PT
Agro Lestari Mandiri, PT Kencana Graha Permai dan PT
Lanang Agro Bersatu)
Nama Mahasiswa
: Oman Nurrohman
NRP
: E34070113
Departemen
: Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
Fakultas
: Kehutanan
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Dosen Pembimbing I,
Dosen Pembimbing II,
Ir. Siswoyo, M.Si
Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS
NIP. 19650208 199203 1 003
NIP. 19590618 198503 1 003
Mengetahui,
Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,
Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor,
Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS
NIP. 19580915 1984030 1 003
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis
dilahirkan
di
Kuningan,
Kabupaten
Kuningan, Provinsi Jawa Barat pada 16 September 1989
sebagai putra pasangan Alim dan Eti Umiyati. Pendidikan
formal yang ditempuh penulis yaitu pendidikan Sekolah
Dasar di SDN 02 Ciporang, lulus pada tahun 2001,
sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP N 1 Kuningan,
lulus pada tahun 2004, dan sekolah menengah atas di
SMA N 1 Kuningan, lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis lolos Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di Institut Pertanian Bogor
dengan memilih Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,
Fakultas Kehutanan.
Selama menuntut ilmu di IPB penulis aktif di berbagai organisasi
kemahasiswaan yakni anggota Kelompok Pemerhati Flora (KPF “Rafflesia”)
HIMAKOVA (2008-2011), anggota Organisasi Mahasiswa Daerah Kuningan
(2008-2011). Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di
Cagar Alam (CA) Sancang-Taman Wisata Alam (TWA) Papandayan, Jawa Barat
(2009), Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Gunung Walat (2010). Selain itu,
penulis juga telah melakukan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman
Nasional Baluran, Jawa Timur (2011). Untuk memperoleh gelar Sarjana
Kehutanan di IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Potensi
Tumbuhan Berguna pada Areal HCV (High Conservation Value) di Perkebunan
Kelapa Sawit Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Studi Kasus di PT Agro
Lestari Mandiri, PT Kencana Graha Permai, PT Lanang Agro Bersatu)” di bawah
bimbingan Ir. Siswoyo, M.Si dan Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud, MS.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
atas
rahmat
dan
karunia-Nya
sehingga
penulis
dapat
menyusun
dan
menyelesaikan penelitian yang kami rangkum dalam penulisan skripsi berjudul
“Potensi Tumbuhan Berguna pada Areal HCV (High Conservation Value) di
Perkebunan Kelapa Sawit Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (Studi Kasus di
PT Agro Lestari Mandiri, PT Kencana Graha Permai dan PT Lanang Agro
Bersatu)”.
Karya tulis ini merupakan hasil pemikiran yang belum pernah
dipublikasikan sebelumnya dan mudah-mudahan dapat dijadikan rujukan atau
acuan adanya suatu perubahan dalam pengelolaan sumberdaya alam sehingga
nantinya diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pengelolaan perkebunan
kelapa sawit di Indonesia. Disamping itu, dengan adanya pemanfaatan
sumberdaya alam sebagai alternatif penunjang kebutuhan hidup manusia
diharapkan dapat meningkatkan upaya efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan
manusia.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih belum
sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi upaya pelestarian dan pemanfaatan
tumbuhan berguna pada areal perkebunan kelapa sawit.
Bogor, Agustus 2011
i
UCAPAN TERIMAKASIH
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulisan hasil penelitian (skripsi) ini dapat terselesaikan dengan
baik. Hal ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan, dan bimbingan oleh berbagai
pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu dan Ayahanda tercinta, adik tersayang serta seluruh keluarga besar atas
kasih sayang, do’a, dan motivasi yang selalu tercurahkan kepada penulis,
2. Bapak Ir. Siswoyo, M.Si.
dan Bapak Prof. Dr. Ir. Ervizal A.M. Zuhud,
MS. sebagai dosen pembimbing dalam penelitian dan penyusunan skripsi
ini,
3. Ibu Resti Meilani, S.Hut, M.Si. selaku ketua sidang dan Ibu Dr. Ir. Ulfah
Juniarti Siregar, M.Agr. selaku dosen penguji yang telah menguji dan
memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini,
4. Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yang telah menyediakan tempat selama
penelitian ini berlangsung,
5. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Kehutanan dan Departemen
Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata yang telah banyak
membantu dalam administrasi dan pelaksanaan penelitian,
6. Bapak dan Ibu Dosen Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan
pengajaran dan bimbingan kepada penulis selama menyelesaikan
pendidikan di IPB,
7. Sahabat kontrakan Sahdu_07, Aryo, Erul, Zia dan Lukman serta nonSahdu_07, Ade, Sobri, Fahmi, dan Faris atas kekeluargaan dan
kebersamaan yang telah terjalin,
8. Rekan seperjuangan, Nayunda Pradma Widyaninggar yang senantiasa
membantu dan merepotkan selama penelitian berlangsung,
9. Keluarga besar KSHE 44 “KOAK”, Rona, Marwa, Bayu, Dinar, Windu,
Dahlan, Neneng, serta seluruh rekan-rekan yang telah membantu selama
kegiatan penelitian berlangsung,
ii
10. Teman-teman Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,
serta keluarga besar FAHUTAN IPB atas kebersamaan, pengalaman, tawa,
canda, dukungan, dan motivasi kepada penulis,
11. Bapak dan Ibu guru SDN II Ciporang, SLTP N 2 Kuningan, dan SMA N 1
Kuningan yang telah memberikan ilmu pengetahuan, pengajaran, nasehat,
dan arahan kepada penulis,
12. Keluarga
besar
HIMARIKA
Kuningan
atas
kekeluargaan
dan
kebersamaan yang diberikan kepada penulis,
13. Seluruh pihak terkait yang telah memberikan bantuan dan semangat dalam
pelaksanaan penelitian yang tidak sempat disebutkan satu-persatu.
Semoga amal kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dan pahala
oleh Allah SWT, amin.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................
i
UCAPAN TERIMAKASIH.........................................................................
ii
DAFTAR ISI .................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
ix
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................
1
1.2 Tujuan Penelitian..........................................................................
2
1.3 Manfaat Penelitian........................................................................
2
1.4 Kerangka Pemikiran ....................................................................
2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tumbuhan Berguna Indonesia......................................................
4
2.2 Potensi Tumbuhan Berguna Indonesia .........................................
11
2.2 Pemanfaatan Tumbuhan oleh Masyarakat sekitar Hutan .............
12
2.2 Tipe Ekosistem .............................................................................
13
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu.........................................................................
16
3.2 Alat dan Bahan .............................................................................
16
3.3 Metode ..........................................................................................
16
BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 PT Agro Lestari Mandiri ..............................................................
23
4.2 PT Kencana Graha Permai ...........................................................
26
4.3 PT Lanang Agro Bersatu ..............................................................
29
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kekayaan Spesies Tumbuhan Berguna ....................................................
33
5.1.1 PT Agro Lestari Mandiri ................................................................
33
5.1.2 PT Kencana Graha Permai .............................................................
40
iv
5.1.3 PT Lanang Agro Bersatu................................................................
46
5.2 Pemanfaatan Tumbuhan ...........................................................................
54
5.2.1 Kelompok Kegunaan......................................................................
55
5.2.1.1 Tumbuhan Obat ...............................................................
55
5.2.1.2 Tumbuhan Pangan ...........................................................
59
5.2.1.3 Tumbuhan Hias ...............................................................
62
5.2.1.4 Tumbuhan Aromatik .......................................................
63
5.2.1.5 Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak ................................
65
5.2.1.6 Tumbuhan Penghasil Pestisida nabati .............................
66
5.2.1.7 Tumbuhan Penghasil Serat ..............................................
67
5.2.1.8 Tumbuhan Pewarna .........................................................
69
5.2.1.9 Tumbuhan Penghasil Bahan Bangunan...........................
70
5.2.1.10 Tumbuhan Untuk Ritual Adat .......................................
72
5.2.1.11 Tumbuhan Penghasil Tali, Anyaman, dan Kerajinan ...
73
5.2.1.12 Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar .................................
74
5.2.1.13 Kegunaan Lainnya.........................................................
75
5.2.2 Keterkaitan Budaya Masyarakat Dayak terhadap Hutan ...............
76
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan...................................................................................
79
5.5 Saran .............................................................................................
79
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
80
LAMPIRAN ..................................................................................................
84
v
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1. Jenis dan metode pengumpulan data ..................................................
16
2. Klasifikasi kelompok kegunaan spesies tumbuhan ............................
20
3. Klasifikasi kelompok dan macam penyakit/penggunaan ...................
21
4. Jumlah penduduk di Kecamatan Nanga Tayap berdasarkan
matapencaharian .................................................................................
5. Rekapitulasi spesies tumbuhan berguna di areal studi .......................
25
33
6. Sebaran spesies tumbuhan di PT Agro Lestari Mandiri .....................
34
7. Status perlindungan dan kategori kelangkaan tumbuhan ...................
39
8. Sebaran spesies tumbuhan berguna di PT Kencana Graha Permai ....
40
9. Kekayaan habitus pada areal ijin PT. Kencana Graha Permai ...........
43
10. Status perlindungan dan kategori kelangkaan tumbuhan ...................
45
11. Sebaran spesies tumbuhan berguna di PT Lanang Agro Bersatu .......
47
12. Kekayaan spesies berdasarkan famili .................................................
49
13. Status kelangkaan tumbuhan di PT. Lanang Agro Bersatu ................
51
14. Klasifikasi kegunaan tumbuhan di areal studi....................................
54
15. Beberapa spesies tumbuhan obat yang berada pada areal studi .........
57
16. Rekapan kelompok penyakit pada areal studi ....................................
58
17. Beberapa spesies penghasil pangan pada areal studi .........................
59
18. Tingkatan habitus spesies penghasil pangan ......................................
61
19. Beberapa spesies tumbuhan hias di areal studi ..................................
62
20. Beberapa spesies tumbuhan aromatik di areal studi ...........................
64
21. Beberapa spesies penghasil pakan ternak di areal studi .....................
65
22. Spesies penghasil pestisida nabati di areal studi ................................
67
23. Beberapa spesies tumbuhan penghasil serat pada areal studi.............
68
24. Beberapa spesies penghasil bahan pewarna .......................................
69
25. Beberapa spesies penghasil bahan bangunan pada areal studi ...........
71
26. Beberapa spesies tumbuhan untuk ritual adat ....................................
72
27. Beberapa spesies penghasil tali, anyaman, dan kerajinan ..................
73
28. Beberapa spesies tumbuhan penghasil kayu bakar.............................
75
29. Beberapa spesies tumbuhan kegunaan lainnya ..................................
76
vi
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1. Kerangka pemikiran penelitian...............................................................
3
2. Famili dengan spesies terbesar di PT Agro Lestari Mandiri ......................
37
3. Kekayaan habitus tumbuhan berguna di PT. Agro Lestari Mandiri ...........
38
4. Beberapa famili dengan jumlah spesies tertinggi ...............................
43
5. Keanekaragaman habitus tumbuhan di areal studi .............................
50
vii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman
1. Peta Lokasi Areal Ijin PT. Agro Lestari Mandiri ...............................
85
2. Peta Lokasi Areal Ijin PT. Kencana Graha Permai ............................
86
3. Peta Lokasi Areal Ijin PT. Lanang Agro Bersatu...............................
87
4. Daftar spesies tumbuhan pada areal studi ..........................................
88
5. Daftar famili yang ditemukan pada areal studi ..................................
101
6. Spesies tumbuhan berguna pada areal studi .......................................
104
7. Lokasi pengamatan pada areal studi ...................................................
132
8. Sebaran tumbuhan berguna di PT Agro Lestari Mandiri ...................
134
9. Sebaran tumbuhan berguna di PT Kencana Graha Permai dan
PT Lanang Agro Bersatu....................................................................
142
10. Daftar spesies tumbuhan obat di areal studi .......................................
152
11. Daftar spesies tumbuhan penghasil pangan di areal studi ..................
156
12. Daftar spesies tumbuhan hias di areal studi .......................................
159
13. Daftar spesies penghasil aromatik di areal studi ................................
160
14. Daftar spesies penghasil pakan ternak di areal studi ..........................
161
15. Daftar spesies penghasil serat pada areal studi ..................................
162
16. Daftar spesies penghasil bahan pewarna di areal studi ......................
163
17. Daftar spesies penghasil bahan bangunan di areal studi ....................
164
18. Daftar spesies tumbuhan ritual adat di areal studi ..............................
167
19. Daftar spesies tumbuhan penghasil kerajinan dan anyaman ..............
168
20. Spesies penghasil kayu bakar di areal studi .......................................
170
21. Spesies tumbuhan dengan kegunaan lainnya pada areal studi...........
171
22. Dokumentasi beberapa spesies tumbuhan berguna ...........................
172
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi dengan luasan hutan
hujan tropis terbesar di Indonesia. Kawasan konservasinya meliputi kawasan
hutan cagar alam seluas 153.275 ha, taman nasional seluas 1.252.895 ha, hutan
wisata alam mencapai 29.310 ha dan hutan lindung mencakup areal seluas
2.307.045 ha. Ada pun suaka alam lainnya mencapai 210.100 ha. Kawasan
budidaya hutan meliputi hutan produksi terbatas seluas 2.445.985 ha, hutan
produksi biasa 2.265.800 ha, dan hutan produksi konversi mencapai 514.350 ha.
Kabupaten Ketapang merupakan salah satu kabupaten yang terletak di
Provinsi Kalimantan Barat. Pola penggunaan lahan di Kabupaten Ketapang
didominasi oleh hutan dan perkebunan disamping perumahan dan peruntukan lain.
Kabupaten Ketapang memiliki luas perkebunan kelapa sawit terbesar (28,87%)
dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Kalimantan Barat. Luas perkebunan
kelapa sawit di kabupaten ini menurut laporan Dinas Perkebunan Provinsi
Kalimantan Barat adalah 1.356.227 Ha yang dikelola oleh 79 perusahaan kelapa
sawit. Berdasarkan hasil rekapitulasi perkembangan perizinan perusahaan
perkebunan kelapa sawit di Provinsi Kalimantan Barat, luasan tersebut terbagi
kedalam lima kategori proses perizinan yaitu (1) izin lokasi (380.020 Ha) dimiliki
oleh 25 perusahaan, (2) informasi lahan (217.900 Ha) dimiliki oleh 13
perusahaan, (3) IUP (492.432 Ha) dimiliki oleh 29 perusahaan, (4) izin sudah
HGU (285.875 Ha) dimiliki oleh 12 perusahaan, dan (5) HGU (66.710 Ha).
Sementara itu, berdasarkan kajian High Conservation Value (HCV),
dapat diketahui bahwa keanekaragaman spesies tumbuhan di PT Agro Lestari
Mandiri sebanyak 343 jenis, PT Kencana Graha Permai sebanyak 205 jenis, dan
PT Lanang Agro Bersatu sebanyak 349 jenis. Dalam rangka mendukung upaya
pelestarian dan pemanfaatannya, data dan informasi potensi tumbuhan berguna
sangat dibutuhkan, namun data tentang potensi tumbuhan berguna saat ini belum
tersedia.
2
Di sisi lain, pemanfaatan tak terkendali oleh masyarakat menjadi sebuah
masalah tersendiri bagi upaya pelestariannya. Tingginya pemanfaatan spesies
tumbuhan oleh masyarakat tidak diimbangi dengan usaha budidayanya sehingga
tingkat keterancaman jenisnya tinggi. Disamping itu, kesadaran masyarakat
terhadap pentingnya pelestarian spesies tumbuhan masih kurang terlihat. Apabila
hal ini terus dibiarkan maka dikhawatirkan spesies tumbuhan berguna tersebut
akan berkurang baik dari kuantitas maupun kualitasnya sehingga ancaman
kepunahannya sangat besar.
1.2 Tujuan
Mengidentifikasi potensi tumbuhan berguna pada areal perkebunan
kelapa sawit di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai rekomendasi bagi pihak
pengelola dalam rangka upaya pelestarian dan pemanfaatannya.
1.4 Kerangka Pemikiran
Ancaman kelangkaan dan kepunahan spesies tumbuhan dilindungi pada
areal perkebunan saat ini sangat mengkhawatirkan. Permasalahan yang saat ini
ada dapat menghilangkan manfaat ekologi yang terkandung dalam spesies
tumbuhan berguna jika tidak ada upaya pelestarian dan pemanfaatan yang
dilakukan secara lestari. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
keberhasilan pelestarian dan pemanfaatan tumbuhan secara lestari, yaitu: (1)
Budaya masyarakat, (2) Ketersediaan tentang teknik pemanenan, (3) Ketersediaan
infromasi tentang potensi tumbuhan, dan (4) Ketersediaan informasi tentang
bagian tumbuhan yang dibudidayakan.
Untuk mengetahui sejauh mana faktor-faktor di atas dapat mempengaruhi
keberhasilan dalam pemanfaatan dan pelestarian tumbuhan berguna pada
beberapa areal perkebunan di Kabupaten Ketapang, maka diperlukan kajian dan
analisis mengenai: (1) Identifikasi potensi tumbuhan berguna, (2) Teknik
pemanenan, (3) Ketersediaan teknik budidaya tumbuhan, dan (4) Budaya
masyarakat.
3
Secara sekematis kerangka pemikiran kajian potensi tumbuhan berguna
di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat disajikan pada Gambar 1.
Kondisi Saat Ini
Kondisi Akan Datang
• Keanekaragaman spesies tumbuhan
di PT Agro Lestari Mandiri
sebanyak 343 jenis, PT Kencana
Graha Permai sebanyak 205 jenis,
dan PT Lanang Agro Bersatu
sebanyak 349 jenis
• Pemanfaatan
tumbuhan
oleh
masyarakat belum dilakukan secara
lestari
• Potensi tumbuhan berguna belum
diketahui
• Data dan informasi tentang
potensi tumbuhan berguna
tersedia
• Keberadaan
tumbuhan
dilindungi
dan
langka
terjamin
• Data dan informasi tentang
budidaya tumbuhan berguna
tersedia
Ancaman
• Kelangkaan dan kepunahan
• Manfaat ekologi hilang
Upaya pelestarian dan
pemanfaatannya
Identifikasi budaya
Identifikasi
potensi
masyarakat dayak
tumbuhan berguna
Identifikasi informasi
bagian tumbuhan yang
dibudidayakan
Kekayaan Tumbuhan
Pemanfaatan Tumbuhan
Berguna
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian kajian potensi tumbuhan berguna di
Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tumbuhan Berguna Indonesia
2.1.1 Pengertian
Tumbuhan
merupakan
organisme
yang
dapat
tumbuh
dan
berkembangbiak secara vegetative maupun generative dengan cirinya adalah
bersifat stasioner atau tidak bisa berpindah atas kehendak sendiri. Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1988) mendefinisikan tumbuhan sebagai segala sesuatu yang
tumbuh, segala sesuatu yang hidup dan berbatang, berakar, berdaun dan lain-lain
(seperti rumput, pohon, bambu, perdu, semak, dan lain-lain). Sedangkan Berguna
memiliki
persamaan
kata
yaitu
bermanfaat,
berfaedah,
ada
gunanya,
mendatangkan kebaikan. Sehingga pengertian tumbuhan berguna adalah
tumbuhan yang memiliki manfaat dan faedah serta berguna bagi kehidupan
manusia
2.1.2 Pengelompokan
Tumbuhan berguna Indonesia dikelompokan berdasarkan manfaat atau
kegunaan yang telah diketahui oleh masyarakat. pemanfaatan tumbuhan secara
tradisional oleh berbagai etnis di Indonesia sangat beranekaragam. Purwanto dan
Walujo (1992) dalam Kartikawati (2004) menggolongkan tumbuhan kedalam 12
kegunaan meliputi tumbuhan sebagai bahan sandang, pangan, bangunan, alat
rumah tangga dan pertanian, tali-temali, anyaman, perlengkapan upacara adat,
obat-obatan dan kosmetik, kegiatan sosial dan kegiatan lainnya.
2.1.2.1 Tumbuhan Obat
Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang bagian tumbuhannya (akar,
batang, kulit, buah, biji, dan getah) mempunyai khasiat sebagai obat dan
digunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan obat modern atau tradisional
(Suhirman, 1987 dalam Suyono 1991 ). Adiputra (2007) mengemukakan bahwa
tumbuhan obat biasanya tumbuh di tanah pekarangan atau di tanah yang tidak
produktif seperti lereng atau jurang, lembah sungai, dan tanah pekarangan di
belakang rumah. Namun karena terjadi kepadatan penduduk dan semakin
5
banyaknya bangunan, maka banyak tumbuhan obat menjadi hilang dari
habitatnya.
Menurut Zuhud dan Haryanto (1994) tumbuhan obat adalah seluruh
spesies tumbuhan obat yang diketahui atau dipercaya mempunyai khasiat obat,
yang dikelompokan menjadi : (1) tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies
tumbuhan yang diketahui atau dipercaya masyarakat mempunyai khasiat obat dan
telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional, (2) tumbuhan obat modern,
yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung
senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat
dipertanggungjawabkan secara medis, dan (3) tumbuhan obat potensial, yaitu
spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa/bahan bioaktif yang
berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah atau penggunaannya
sebagai bahan obat tradisional. Zuhud dan Haryanto (1994) menambahkan bahwa
tumbuhan obat merupakan salah satu komponen penting dalam pengobatan
tradisional yang telah digunakan sejak lama di Indonesia.
Upaya pencarian tumbuhan berkhasiat obat telah lama dilakukan, baik
untuk mencari senyawa baru ataupun menambah keanekaragaman senyawa yang
telah ada. Pencarian tersebut dilakukan dengan berbagai pendekatan secara
empiris, etnobotani, dan etnofarmakologi (Djauhariya dan Hernani 2004). Sangat
dan Larashati (2002) menyatakan Penggunaan tumbuhan obat didalam kehidupan
masyarakat tradisional masih tergolong tinggi. Masyarakat menggunakan
tumbuhan obat sebagai bahan baku dari jamu untuk menjadikannya sebagai
bagian dari pengobatan herbal.
2.1.2.2 Tumbuhan Hias
Tanaman hias merupakan salah satu komoditi hortikultura non pangan
yang digolongkan sebagai holtikultur. Kehidupan sehari-hari komoditas ini
dibudidayakan untuk menikmati keindahannya. Tumbuhan hias merupakan
komoditi hortikultura non-pangan yang digolongkan ke dalam hortikultur, dalam
kehidupan sehari-hari dibudidayakan untuk hiasan dalam dan luar rumah (Arafah
2005).
6
2.1.2.3 Tumbuhan Aromatik
Tumbuhan aromatik dapat juga disebut tumbuhan penghasil minyak
atsiri. Tumbuhan penghasil minyak atsiri memiliki ciri bau dan aroma karena
fungsinya yang paling luas dan umum diminati adalah sebagai pengharum, baik
sebagai parfum, kosmetik, pengharum ruangan, pengharum sabun, pasta gigi,
pemberi rasa pada makanan maupun pada produk rumah tangga lainnya. Minyak
atsiri dapat diperoleh dengan cara ekstraksi atau penyulingan dari bagian-bagian
tumbuhan (Agusta 2000 dalam Kartikawati 2004)
Tumbuhan penghasil aroma atau wangi-wangian dikenal dengan istilah
penghasil minyak atsiri. Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri berbau dan aroma karena
fungsi utamanya adalah sebagai pengharum baik parfum, kosmetik, penyegar
ruangan, sabun, pasta gigi, pemberi rasa pada makanan maupun produk rumah
tangga (Kartikawati 2004).
Tanaman penghasil minyak atsiri termasuk dalam family Pinaceae,
Labiateae, Comporitae, Lauraceae, Myrtaceae, dan Umbelliferaceae. Minyak
atsiri bersumber dari setiap bagian tanaman yaitu daun, bunga, buah, biji, batang,
kulit, akar atau umbi (rhizoma), yang merupakan bahan baku produk farmasi dan
kosmetik alamiah disamping digunakan sebagi kandungan dalam bumbu maupun
pewangi (flavour and fragrance ingredients). Beberapa jenis tumbuhan penghasil
aroma adalah jahe (Zingiber officinalle), kenanga (Cananga odorata), kayu manis
(Cinnamomomum burmanii) dan sebagainya.
2.1.2.4 Tumbuhan Penghasil Pangan
Tumbuhan pangan adalah kebutuhan vital dalam kehidupan manusia.
Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan bahwa tumbuhan pangan adalah
segala sesuatu yang tumbuh, hidup, berbatang, berakar, berdaun, dan dapat
dimakan atau dikonsumsi oleh manusia (jika dimakan ternak dinamakan pakan).
Jenis penghasil pangan yaitu tumbuhan yang mengadung karbohidrat, sayuran,
buah-buahan dan kacang-kacangan.
Tanaman pangan di Indonesia ada yang memiliki daerah penyebaran
khususnya hanya terdapat di daerah tertentu karena perbedaan iklim dan ada yang
menyeluruh. Demikian pula dengan penggunaannya, selain memenuhi kebutuhan
pangan dengan berbagai bentuk, digunakan pula untuk kepentingan lain
7
(Moeljopawiro dan Manwan 1992). Lebih lanjut dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu :
1. Komoditas utama, seperti padi (Oryza sativa), kedelai (Glycine max Merr),
kacang tanah (Arachsis hypogeal L.), jagung (Zea mays L.) dan sebagainya
2. Komoditas potensial, seperti sorgum (Andropogon sorgum), sagu (Metroxylon
spp) dan sebagainya
3. Komoditas introduksi, seperti ganyong (Canna edulis Ker.), jawawut
(Panicum viridae L.), kara (Dolicchos lablab L.) dan sebagainya.
Uluk et al. (2001) menerangkan bahwa masyarakat dayak di Taman
Nasional Kayan Mentarang memanfaatkan buah-buahan sebagai sumber vitamin
yang penting dan sangat digemari. Buah-buahan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat dayak diantaranya adalah Durio oxleyamus, Durio zibethinus,
Dimocarpus longan, Nephelium lappaceum, Nephelium maingayi, Mangifera
caesia, Mangifera indica, Artocarpus integer, Artocarpus lancetifolius, Lansium
domesticum, Xanthophyllum excelsa, dan lain-lain. Rata-rata ada 8 sampai 12
jenis buah-buahan yang dipanen per keluarga per kampung. Sekitar 17% sampai
38% dipanen dari hutan liar dan selebihnya dipetik dari hasil yang ditanam di
kebun.
2.1.2.5 Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak
Tumbuhan penghasil pakan ternak adalah seluruh jenis tumbuhan yang
diberikan kepada hewan pemeliharaan baik langsung maupun dicampur. Menurut
Manetje dan Jones (1992) dalam Kartikawati (2004), pakan ternak adalah
tanaman konsentrasi rendah dan mudah dicerna yang merupakan penghasil pakan
bagi satwa herbivora. Jenis ini bisa dibudidayakan dan mudah dijumpai. Misalnya
di padang rumput, pematang sawah, tebing, dan tanaman penutup pada
perkebunan. Salah satu jenisnya adalah rumput pahit (Axonopus compressus).
Menurut Sutarno (1996), jenis yang diperuntukan penghasil pakan perlu
memiliki sifat menghasilkan daun dan polong yang disukai hewan untuk dimakan,
tahan terhadap pemotongan, pemangkasan, dan peluruh, tumbuh cepat terutama
pada awal pertumbuhan, mudah menyesuaikan terhadap perbedaan tempat dan
lingkungan tahan terhadap naungan berat apabila ditanam bersama jenis yang
8
yang lain, meningkatkan kesuburan tanah dan tahan terhadap perusakan oleh
hama, penyakit dan hewan.
2.1.2.6 Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati
Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal
dari tumbuhan yang dapat digunakan untuk mengendalikan organisme
pengganggu tumbuhan. Pestisida nabati ini bisa sebagai penolak, penarik,
antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya.
Pestisida nabati adalah racun hama yang bahan dasarnya berasal dari
tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang
terbatas (Arafah 2005). Pestisida nabati merupakan bahan aktif tunggal atau
majemuk yang berasal dari tumbuhan untuk mengendalikan mikroorganisme
pengganggu tumbuhan atau tanaman. Fungsinya bisa sebagai penolak, penarik,
pemandul, pembunuh dan bentuk lainnya.
Menurut Asdyanasari (2009), tumbuhan penghasil pestisida nabati dibagi
menjadi lima kelompok, yaitu:
1.
Kelompok tumbuhan insektisida nabati adalah kelompok tumbuhan yang
menghasilkan pestisida pengendali hama insekta. Contoh tumbuhan dari
kelompok ini adalah: piretrium, aglaia, babadotan, bengkuang, bitung,
jaringau, saga, serai, sirsak dan srikaya.
2.
Kelompok tumbuhan antraktan atau pemikat adalah tumbuhan yang
menghasilkan suatu bahan kimia yang menyerupai sex pheromon pada
serangga betina. Bahan kimia tersebut akan menarik serangga jantan,
khususnya hama lalat buah dari jenis Bactrocera dorsalis. Contoh tumbuhan
dari kelompok ini adalah daun wangi dan selasih.
3.
Kelompok tumbuhan rodentisida nabati adalah kelompok tumbuhan yang
menghasilkan pestisida pengendali hama rodentia. Tumbuh-tumbuhan ini
terbagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai penekan kelahiran (efek aborsi atau
kontrasepsi) dan penekan populasi dengan cara meracuninya. Tumbuhan yang
termasuk kelompok penekan kelahiran umumnya mengandung steroid,
sedangkan yang tergolong penekan populasi biasanya mengandung alkaloid.
Dua jenis tumbuhan yang sering digunakan sebagai rodentisida nabati adalah
jenis gadung KB dan gadung racun.
9
4.
Kelompok tumbuhan moluskisida adalah kelompok tumbuhan yang
menghasilkan pestisida pengendali hama moluska. Beberapa tanaman
menimbulkan pengaruh moluskisida, diantaranya: daun sembung, akar tuba,
patah tulang dan tefrosia (kacang babi).
5.
Kelompok tumbuhan pestisida serba guna adalah kelompok tumbuhan yang
tidak berfungsi hanya satu jenis saja, misalnya insektisida saja, tetapi juga
berfungsi sebagai fungisida, bakterisida, moluskisida, nematisida dan lainnya.
Contoh tumbuhan dari kelompok ini adalah: jambu mete, lada, mimba, mindi,
tembakau dan cengkih.
2.1.2.7 Tumbuhan Bahan Pewarna dan Tanin
Tumbuhan pewarna adalah jenis tumbuhan yang dapat memberikan
pengaruh warna terhadap benda baik berpa makanan, minuman, atau benda
lainnya setelah diolah sebelumya. Penelitian Rifai dan Waluyo (1992) terhadap
kehidupan suku Madura menyebutkan bahwa proses peramuan zat pewarna dari
tumbuhan adalah suatu kejelian dari nenek moyang yang telah turun-temurun
mengolah dan memanfaatkan jenis tumbuhan sebagai sumber daya nabati yang
diketahui mengadung zat warna. Jenis-jenis tumbuhan penghasil warna
diantaranya adalah daun suji (Pleomele angustifolia) untuk warna hijau, kunyit
(Curcuma domestica) pengahasil warna kuning, dan sebagainya.
Tanin nabati merupakan bahan dari tumbuhan, rasanya pahit dan kelat,
seringkali berupa ekstrak dari pepangan atau bagian lain terutama daun, buah dan
puru. Hasil dari penyamakan kulit dengan tannin berupa kulit samak yang banyak
manfaatnya, selain samak kulit juga dapat menyamak jala, tali dan layar. Tanin
juga digunakan sebagai perekat, pewarna dan mordan (Lemmens & Soetjipto,
1999).
2.1.2.8 Tumbuhan Penghasil Bahan Bangunan
Tumbuhan penghasil bahan bangunan oleh masyarakat adat digunakan
untuk membuat atau membangun rumah, tempat berkumpul dan beristirahat, dan
sarana ibadat. Kartikawati (2004) menyebutkan bahwa bahan bangunan utama
pada masyarakat suku Dayak Meratus adalah pohon-pohon dihutan, ada pula
rotan
dan
bambu.
Jenis-jenis
yang
umum
digunakan
adalah
sengon
10
(Paraserianthes falcataria), jati (Tectona grandis), ulin (Eusideroxylon zwageri),
dan sebagainya.
2.1.2.9 Tumbuhan Keperluan Ritual Adat dan Keagamaan
Diantara pengetahuan tentang tumbuhan yang dimiliki oleh masyarakat,
ada yang bersifat spiritual magis dan ritual. Demikian pula pemanfaatannya, salah
satunya yaitu pemanfaatan di bidang upacara. Indonesia yang terdiri kurang lebih
350 etnis dapat memberikan gambaran pemanfaatn tumbuhan di masing-masing
tempat yang khususnya dipakai dalam berbagai upacara. Dalam upacara-upacara
adat yang dilakukan, terutama yang berkenaan dengan upacara daur hidup,
tumbuhan banyak dipakai (Kartiwa & Wahyono 1992).
Tumbuhan dalam masyarakat adat memegang peranan yang penting
dalam hal ritual dan keagamaan. Seperti keberadaan tepung ketan yang sangat
istimewa pada masyarakat Dayak Meratus dalam kehidupannya. Sifat ketan yang
butir-butirnya saling merekat erat bila ditanak dan tahan lama menempatkannya
sebagai sesajen yang harus selalu ada dalam setiap ritual adat (Kartikawati 2004).
Kartiwa dan Martowikrido (1992) menjelaskan bahwa tumbuhan yang dipakai
dalam ritual adat dan keagamaan memiliki ciri :
1. Sifat-sifat dari tumbuhan tertentu, khususnya bungan dihubungkan dengan
sikap feminism, ini sering dihubungkan dalam upacara pemberian nama pada
anak perempuan, diberi nama : dahlia, mawar, lili, dan melati.
2. Sifat tumbuhan dan nama tanaman yang diasosiasikan dengan kata-kata yang
mengandung nilai baik, misalnya dalam upacara perkawinan jawa. Misal
pisang raja (agar memiliki kedudukan yang tinggi), kantil (kesetiaan adalah
kunci kebahagiaan rumah tangga), dan sirih (perlambang keakraban).
3. Tanaman yang digunakan sebagai pengharum dan bumbu-bumbu untuk
pengawetan mayat (upacara kematian di Tana Toraja), antara lain limau
(Citrus histrix DC), daun kelapa (Cocos nucifera L.), dan berbagai rempahrempah lainnya.
2.1.2.10 Tumbuhan Anyaman dan Kerajinan
Tumbuhan penghasil anyaman dan kerajinan adalah tumbuhan yang
dibuat tali, anyaman, maupun kerajinan. Beberapa jenisnya dalah bambu, rotan,
dan kayu. Hanan (1992) menyebutkan di pintu masuk Kebun Raya Bogor terdapat
11
lebih dari 21 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan untuk dibuat kerajinan yang
berasal dari perdu berkayu dan tumbuhan pohon. Diantaranya jenisnya adalah
petai Cina (Leucaena leucocephala), biji flamboyan (Delonix regina), Bambusa
vulgaris, dan lainnya.
2.1.2.11. Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar
Hampir semua jenis tumbuhan berkayu dapat dijadikan bahan untuk kayu
bakar. Namun tentunya ada beberapa kriteria seperti (Sutarno, 1996 dalam
Arafah, 2005):
1. Tahan terhadap kekeringan dan toleran iklim,
2. Pertumbuhan tajuk baik, setiap tumbuh pertunasan yang baru,
3. Pertumbuhan cepat, volume hasil kayu maksimal tercapai dalam waktu yang
singkat,
4. Kadar air rendah dan mudah dikeringkan,
5. Menghasilkan kayu yang padat dan tahan lama ketika dibakar,
6. Menghasilkan sedikit asap dan tidak beracun apabila dibakar.
2.2 Potensi Tumbuhan Berguna Indonesia
Hutan hujan tropis Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang
tidak bisa diabaikan keberadaanya. Potensi flora yang terkandung di dalamnya
sangat beraneka ragam. Hutan tropis lndonesia merupakan 10% dari hutan tropis
dunia dan 40-50% hutan tropis Asia. Di dalam hutan tropis ‘Indonesia terdapat
sekitar 4.000 spesies pohon, 267 spesies di antaranya merupakan spesies komersil.
Hutan tropika Indonesia juga merupakan habitat bagi 500 spesies mamalia (100
spesies di antaranya endemik) dan 1.500 spesies burung (IUCN, 1992).
Sekitar 4.000 jenis pohon dimanfaatkan sebagai kayu gergajian dan
pertukangan, namun dari jumlah tersebut baru sekitar 400 jenis yang dikenal
secara ekonomi. Potensi yang terpendam dalam hutan hujan tropis tidak hanya
berupa kayu gergajian dan pertukangan, namun dapat berupa tumbuhan berguna
yang nilainya jauh lebih besar daripada potensi kayu di hutan. Wilayah lndonesia
mencakup tiga wilayah vegetasi yang memiliki keanekaragaman hayati yang
tinggi, yaitu (Sormin, 1990) :
1. Wilayah Asia: meliputi Sumatera dan Kalimantan yang didominasi oleh
famili Dipterocarpaceae.
12
2. Wilayah Australia: mencakup Irian Jaya, Maluku, dan Sunda Kecil yang
dicirikan oleh dominannya Famili Araucariaceae dan Myrtaceae.
3. Wilayah Transisi, meliputi Sulawesi dan Jawa yang didominasi oleh
Myrtacea dan Verbenacea.
Dibandingkan dengan negara-negara Asia-Pasifik, Indonesia memiliki
Indeks Keanekaragaman Hayati (Biodiversity Index) tertinggi (Paine, 1997 dalam
Setiawan, 2001). Walaupun kepulauan Indonesia hanya mewakili 1,3% luas
daratan dunia, tetapi memiliki 25% species ikan dunia, 17% spesies burung, 16%
reptil dan amphibi, 12% mamalia, 10% tumbuhan dan sejumlah invertebrata,
fungi, dan mikroorganisme (Gautam et al. 2000).
2.3 Pemanfaatan Tumbuhan oleh Masyarakat Sekitar Hutan
Tumbuhan bagi masyarakat sekitar hutan merupakan suatu bahan pokok
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Masyarakat sekitar hutan umumnya
memanfaatkan tumbuhan yang berasal dari hutan untuk berbagai keperluan
individu maupun kelompoknya. Penelitian Uluk et al. (2001) mengenai
masyarakat Dayak di sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang membuktikan
bahwa pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat sekitar hutan sampai saat ini
masih terus dilakukan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa masyarakat
Dayak di sekitar TN Kayan Mentarang sangat tergantung pada berbagai jenis hasil
hutan. Tercatat sebanyak 139 sampai 214 jenis hasil hutan yang dimanfaatkan
untuk berbagai kepentingan, antara lain sebagai sumber makanan, obat, bahan
bangunan, sumber penghasil uang tunai, upacara dan kebudayaan.
Masyarakat Dayak Meratus di Kalimantan Tengah memanfaatkan
tumbuhan yang berasal dari hutan untuk berbagai keperluan hidupnya. Bagi
masyarakat Dayak Meratus sumber daya hutan merupakan seumber penghidupan,
yaitu tempat untuk berladang dan memperoleh berbagai kebutuhan hidup lainnya,
seperti berburu dan meramu. Pola kehidupan masyarakat Dayak Meratus tersebut
berlandaskan pada asas-asas alamiah, asas tradisional terkait dengan pola
pemanfaatan dan pengetahuan tradisional yang berlaku secara turun temurun
seperti pelaksanaan upacara ritual adat, ilmu gaib, keyakinan dan pengobatan
tradisional. Sedangkan asas kekeluargaan terlihat pada hampir semua aktivitas
13
tidak hanya dilakukan oleh satu keluarga inti (umbun), namun dilakukan secara
bersama-sama dalam satu bubunan (Kartikawati 2004).
Hubungan yang erat antara masyarakat dengan sumber daya alam dengan
kehidupan sehari-hari tercermin pada ketergantungan hidup mereka terhadap
sumber daya alam yang tersedia. Oleh karena itu, mereka membuat tatanan adat
istiadat yang mengatur pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungannya, seperti
sistem perladangan, sistem pemungutan hasil hutan dan pelestarian sumber daya
hutan.
2.4 Tipe Ekosistem
Ekosistem dapat dianggap sebagai komunitas dari seluruh tumbuhan dan
satwa termasuk lingkungan fisiknya, yang secara bersama-sama berfungsi sebagai
suatu unit yang tidak terpisahkan atau saling tergantung satu sama lain. Odum
(1993) menerangkan bahwa ekosistem adalah suatu unit fungsional dasar dalam
ekologi yang didalamnya tercakup organisme dan lingkungannya (lingkungan
biotik dan abiotik) dan diantara keduanya saling mempengaruhi. Indriyanto
(2008) menyebutkan bahwa formasi ekosistem hutan dipengaruhi oleh faktor
lingkungan yang dominan terhadap pembentukan dan perkembangan komunitas
dalam ekosistem hutan.
Ekosistem yang berbeda memiliki komunitas yang berbeda dan pola
interaksi antara biota dan lingkungan biofisiknya juga berbeda. Kekayaan spesies
tumbuhan pada tiap ekosistemnya berbeda-beda tergantung kepada struktur
penyusunnya. Krebs (1985) menyebutkan ada enam faktor yang menyebabkan
perubahan keanekaragaman jenis organisme dalam suatu ekosistem yaitu (1)
Waktu, (2) Pemangsaan, (3) Heterogenitas ruang, (4) Persaingan, (5) Stabilitas
lingkungan, dan (6) Produktivitas.
2.4.1
Hutan Dataran Rendah
Hutan dataran rendah merupakan ekosistem yang memiliki kekayaan
spesies dan tingkat endemisitas tertinggi dibandingkan dengan tipe ekosistem
lainnya. Penelitian lain (Critical Ecosystem Partnership Found 2011) mengenai
keanekaragaman hutan dataran rendah menyebutkan bahwa sebagian besar spesies
tumbuhan endemis sumatera ditemukan di hutan-hutan dataran rendah dengan
ketinggian tempat dibawah 500 m dpl. Spesies yang ditemukan pada hutan
14
dataran
rendah di areal ijin ini sebagian
besar berasal dari
famili
Dipterocarpaceae, Euphorbiaceae, dan famili Fabaceae. Penelitian Kuswanda dan
Antoko (2008) menyebutkan bahwa pada hutan dataran rendah (hutan sekunder)
didominasi oleh spesies yang berasal dari famili Dipterocarpaceae yaitu meranti
(Shorea gibbosa Brandis).
Kekayaan spesies tertinggi di hutan dataran rendah umumnya terdapat
pada areal sempadan sungai. Ekosistem riparian sepanjang sungai mempunyai
fungsi yang sangat penting sebagai filter untuk mengendalikan laju erosi dan
sedimentasi agar tidak masuk sungai. Selain itu sempadan sungai juga memiliki
fungsi sebagai koridor pergerakan satwa dari berbagai habitat yang berbeda dan
tempat pengungsian satwa yang habitatnya semakin menipis (Konsorsium Revisi
HCV Toolkit Indonesia, 2009). Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian
Nomor: 837/Kpts/Um/11/1980, pada ekosistem riparian harus dilakukan upaya
perlindungan yang disebut sebagai sempadan sungai dengan batas 50-100 meter
kiri-kanan sepanjang sungai tergantung besarnya sungai.
2.4.2 Hutan Kerangas
Hutan kerangas merupakan suatu tipe hutan yang berada pada tanah
miskin hara. Umumnya tumbuh berkelompok pada hutan hujan dipterocarpaceae
campuran dengan kondisi pH tanah antara 3 – 5,5 (Kartawinata 1990). Komposisi
floristik hutan kerangas bervariasi dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi
biasanya terdapat jenis tertentu yang secara konsisten selalu ada dan mencirikan
tipe hutan ini terutama dengan tipe tanah podosol (Riswan 1987 dalam Kissinger
2002).
Hutan kerangas merupakan bentuk tipe hutan yang menggambarkan suatu
komunitas tumbuhan yang tumbuh pada kondisi habitat yang relatif stabil dan
serba terbatas. Didalamnya terkandung suatu mekanisme proses pertumbuhan dan
perkembangan suatu organisme yang tumbuh pada kondisi lingkungan yang
khusus (Kissinger 2002). Kuantitas spesies yang rendah pada ekosistem kerangas
dikarenakan kondisi ekstrimnya yang menampakkan tanah pasir terbuka dan
kanopi hutannya terbuka dengan tinggi pohonnya hanya 5 – 10 m (Whitmore
1986).
15
2.4.3 Rawa Air Tawar
Rawa air tawar merupakan daerah rendah yang selalu tergenang air.
Spesies yang ada dalam ekosistem rawa umumnya tahan terhadap tanah yang
tergenang air. Beberapa ciri dari tipe ekosistem rawa adalah ekosistem hutan yang
tidak terpengaruh oleh iklim, terdapat pada daerah dengan kondisi tanah yang
selalu tergenang air tawar, pada daerah yang terletak dibelakan hutan payau
(mangrove) dengan jenis tanah aluvial, dan kondisi aerasinya yang buruk (Santoso
1996 dalam Indriyanto 2008).
Indriyanto (2008) menambahkan bahwa beberapa spesies tumbuhan yang
biasa ditemukan pada ekosistem rawa antara lain Palaqium leiocarpum, Shorea
uliginosa, Campnosperma macrophylla, Garcinia spp, Eugenia spp., Canarium
spp., Koompasia spp., Calophyllum spp., Xylopia spp.. Pada umumnya spesies
tumbuhan yang ada didalam ekosistem hutan rawa cenderung berkelompok
membentuk komunitas tumbuhan yang miskin spesies. Dengan kata lain
penyebaran
pada
ekosistem
rawa
air
tawar
tidak
merata.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Konservasi Keanekaragaman
Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), Perpustakaan Fakultas Kehutanan IPB
dan perpustakaan LSI IPB serta pengambilan dokumentasi gambar dilakukan di
Kebun Raya Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April – Juni 2011.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: laptop merk
Asus Eee PC dengan program Microsoft Excel dan Microsoft Word, buku panduan
lapang tumbuhan berguna Indonesia, kamera digital dan alat tulis-menulis. Bahanbahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: dokumen hasil penelitian
dan dokumen analisis vegetasi serta dokumen hasil kajian High Conservation
Value (HCV) yang telah dilakukan pada PT Agro Lestari Mandiri, PT Kencana
Graha Permai, dan PT Lanang Agro Bersatu Kabupaten Ketapang, Kalimantan
Barat.
3.3 Metode Penelitian
3.3.1
Jenis Data yang Dikumpulkan
Jenis data dan informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri
dari: data jenis tumbuhan di areal studi, foto jenis tumbuhan berguna, kondisi
umum lokasi, data kependudukan pada masing-masing areal studi dan data
kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat di sekitar areal studi.
Tabel 1 Jenis dan metode pengumpulan data
Data dan Informasi yang dikumpulkan
1. Spesies Tumbuhan di areal studi :
a. Nama lokal
b. Nama ilmiah
c. Nama famili
d. Habitus
2. Spesies Tumbuhan Berguna di Kalimantan Barat :
a. Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan
Metode Pengumpulan Data
Studi Pustaka
(Data diolah dari laporan survey HCV
Tim Terpadu (2010a, 2010b, 2010c))
17
Data dan Informasi yang dikumpulkan
Metode Pengumpulan Data
b. Habitus
c. Habitat
d. Status
e. Kegunaan
f. Bagian tumbuhan yang digunakan
g. Cara penggunaan
3. Foto spesies tumbuhan
Kondisi Umum Lokasi Penelitian :
Observasi Lapang
Studi Pustaka
a. Letak geografis
b. Luas areal
c. Batas wilayah
d. Topografi
e. Pola penggunaan lahan
f. Iklim
g. Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat
3.3.2.Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mencari pustaka dan literatur serta
foto/gambar dari spesies yang terdapat di areal studi. Data diperoleh dari berbagai
pustaka dengan rinciannya sebagai berikut:
1.
Tim Terpadu. 2010a. Laporan Akhir Identifikasi dan Analisis Keberadaan
Nilai Konservasi Tinggi [NKT] di Areal Ijin PT. Agro Lestari Mandiri,
Provinsi Kalimantan Barat. Kerjasama PT. Agro Lestari Mandiri dengan
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
2.
Tim Terpadu. 2010b. Laporan Akhir Identifikasi dan Analisis Keberadaan
Nilai Konservasi Tinggi [NKT] di Areal Ijin PT. Kencana Graha Permai,
Provinsi Kalimantan Barat. Kerjasama PT. Kencana Graha Permai dengan
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
3.
Tim Terpadu. 2010c. Laporan Akhir Identifikasi dan Analisis Keberadaan
Nilai Konservasi Tinggi [NKT] di Areal Ijin PT. Lanang Agro Bersatu,
Provinsi Kalimantan Barat. Kerjasama PT. Lanang Agro Bersatu dengan
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
18
4.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid I – IV. Badan Litbang
Kehutanan. Yayasan Wana Jaya. Jakarta.
5.
Rudjiman, Andriyanti DT, Indriyanto, Wiyono, Fauzie L, Nuranida I,
Saraswati R. 2003. Buku Acuan Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1-5.
Kerjasama Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada dengan Yayasan
Sarana Wanajaya. Jakarta.
6.
Zuhud, E.A.M., Siswoyo, Hikmat A, Sandra E, Adhiyanto E. 2003. Buku
Acuan Tumbuhan Obat Indonesia Jilid VI – X. Kerjasama Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor dengan Yayasan Sarana Wanajaya.
Jakarta.
7.
Verheij EWM., Coronel RE., editor. 1992. PROSEA No. 2 : Edible Fruits and
Nuts. Prosea Foundation. Bogor.
8.
Lemmens, R.H.M.J, N.W. Soetjipto. 1999. Sumberdaya Nabati Asia
Tenggara 3. Tumbuh-tumbuhan Penghasil Pewarna dan Tanin. PROSEA.
Balai Pustaka Bekerjasama dengan PROSEA Indonesia. Bogor.
9.
Sutarno H. 1996. Paket Modul Partisipatif : Pengenalan dan Pemanfaatan
Tumbuhan Penunjang. Prosea Indonesia-Yayasan Prosea. Bogor.
10. Hanan, A. 1992. Pemanfaatan Jenis-jenis Tumbuhan Bahan Kerajinan di
Sekitar Pintu Masuk Kebun Raya Bogor. Prosiding Seminar dan Lokakarya
Nasional Etnobotani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen
Pertanian dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia:Bogor.
11. Djauhariya E, Hernani. 2004. Budidaya Tanaman Obat Komersil. Jakarta:
Penebar Swadaya.
12. Zuhud, E.A.M., Haryanto. 1994. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman
Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Bogor: Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, IPB – Lembaga Alam Tropika Indonesia
(LATIN).
3.3.3 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari studi literatur kemudian diolah baik secara manual
maupun komputerisasi untuk memperoleh data tentang nama spesies lokal dan
19
ilmiah, famili, habitus, bagian yang digunakan, manfaat dan kegunaan, serta
potensi dan penyebarannya. Secara lengkap hasil identifikasi disusun berdasarkan
famili dan spesies dilanjutkan dengan analisis potensi dan manfaat serta tipe
ekosistemnya.
Dalam pengolahan data diperlukan adanya proses penyuntingan dan
pengkodean data yang dilakukan melalui program Microsoft Excel dan Microsoft
Word. Keduanya memiliki fungsi untuk memudahkan di dalam pengklasifikasian
data lebih lanjut.
1.
Penyuntingan Data
Kegiatan penyuntingan data bertujuan untuk menyunting kembali catatan
guna mengetahui apakah catatan tersebut sudah cukup baik untuk keperluan
proses berikutnya. Data yang disunting merupakan data-data yang telah diperoleh
dari lokasi penelitian.
2.
Pengkodean Data
Pengkodean data dilakukan untuk klasifikasi terhadap data-data yang
diperoleh menurut macamnya dengan memberi kode tertentu pada catatan atau
pada informasi tertentu. Tujuan dari kegiatan pengkodean data ini yaitu untuk
mempermudah penyusunan hasil penelitian.
3.4 Pengolahan Data
3.4.1 Identifikasi Tumbuhan Berguna
Identifikasi jenis tumbuhan berguna dilakukan dengan cek silang melalui
program Microsoft Excel (penyuntingan dan pengkodean data) yang kemudian
dicocokkan dengan berbagai buku atau literatur tentang tumbuhan berguna yang
ada, meliputi: nama lokal, nama ilmiah, nama famili, habitus, kegunaan, dan
bagian yang digunakan. Literatur yang digunakan dalam mengidentifikasi spesies
tumbuhan berguna antara lain Heyne (1987), Zuhud et al. (1994), Zuhud et al.
(2003), Rudjiman et al. (2003) dan PROSEA (1992).
3.4.2 Identifikasi Informasi Budidaya
Identifikasi informasi budidaya menyajikan informasi mengenai bagian
tumbuhan yang bisa digunakan untuk budidaya. Identifikasi ini dilakukan melalui
cek silang data yang telah diperoleh dari hasil identifikasi tumbuhan berguna.
Data tersebut kemudian diklasifikasikan lebih lanjut kedalam informasi mengenai
20
budidayanya. Cek silang diperoleh melalui berbagai buku atau literatur tentang
informasi budidaya spesies tumbuhan. Literatur yang digunakan antara lain
Rudjiman et al. (2003), Zuhud et al. (1994), dan Zuhud et al. (2003).
3.4.3 Identifikasi Karakteristik Budaya Masyarakat
Identifikasi dilakukan dengan melakukan penelusuran berbagai buku atau
literatur mengenai karakteristik budaya masyarakat Dayak di Kabupaten
Ketapang, Kalimantan Barat. Buku dan literatur yang digunakan yaitu: Tim
Terpadu (2010a), Tim Terpadu (2010b), Tim Terpadu (2010c), Sangat HM et al.
(2000) dan Bamba (1996).
3.5 Analisis Data
Hasil identifikasi tumbuhan yang telah diperoleh kemudian disusun
berdasarkan spesies dan familinya untuk dianalisis secara deskriptif kuantitatif.
Setiap spesies tumbuhan dianalisis mengenai potensi, habitus, kegunaan, bagian
yang dibudidayakan dan bagian tumbuhan yang digunakan.
1.
Klasifikasi Kelompok Kegunaan
Data hasil identifikasi selanjutnya dikelompokkan berdasarkan manfaat
dari masing-masing tumbuhan, seperti tersaji pada pada Tabel 2.
Tabel 2 Klasifikasi kelompok kegunaan spesies tumbuhan
No
Kelompok Kegunaan
1
Tumbuhan obat
2
Tumbuhan hias
3
Tumbuhan aromatic
4
Tumbuhan penghasil pangan
5
Tumbuhan pakan ternak
6
Tumbuhan penghasil pestisida nabati
7
Tumbuhan penghasil serat
8
Tumbuhan bahan pewarna dan tannin
9
Tumbuhan penghasil bahan bangunan
10
Tumbuhan keperluan ritual adat dan keagamaan
11
Tumbuhan anyaman dan kerajinan
12
Tumbuhan penghasil kayu bakar
13 Lainnya
Sumber : Purwanti dan Walujo (1992) diacu dalam Kartikawati (2004)
21
2.
Klasifikasi Kelompok Penyakit/Penggunaan Tumbuhan Obat
Khusus untuk tumbuhan obat, dilakukan pengklasifikasian lebih lanjut
berdasarkan kelompok penyakit/kegunaannya, seperti tersaji pada Tabel 3.
Tabel.3.Klasifikasi.kelompok dan macam penyakit/penggunaan
2
Kelompok
Penyakit/Penggunaan
Gangguan.Peredaran
Darah
Keluarga Berencana (KB)
3
Penawar Racun
4
Pengobatan Luka
5
Penyakit Diabetes
6
7
Penyakit Gangguan Urat
Syaraf
Penyakit Gigi
8
Penyakit Ginjal
9
Penyakit Jantung
10
Penyakit Kanker/Tumor
11
Penyakit Kelamin
12
Penyakit Khusus Wanita
13
Penyakit Kulit
14
Penyakit Kuning
15
Penyakit Malaria
16
Penyakit Mata
17
Penyakit Mulut
18
Penyakit Persendian
No
1
Macam Penyakit/Penggunaan
Darah kotor, kanker darah, kurang darah, dan penyakit
lainnya yang berhubungan dengan darah
KB, membatasi kelahiran, pencegah kehamilan, dan
penggunaan lainnya yang berhubungan dengan KB
Digigit lipat, digigit serangga, keracunan jengkol,
keracunan makanan, penawar racun, dan penggunaan
lainnya yang berhubungan dengan keracunan
Luka, luka bakar, luka baru, luka memar, luka bernanah,
infeksi luka, dan penggunaan lainnya yang berhubungan
dengan luka
Kencing manis (diabetes), menurunkan kadar gula darah,
sakit gula, dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan
penyakit diabetes
Lemah urat syaraf, susah tidur, dan penggunaan lainnya
yang berhubungan dengan gangguan urat syaraf
Gigi rusak, penguat gigi, saki gigi, dan penggunaan
lainnya yang berhubungan dengan gigi
Ginjal, sakit ginjal, gagal ginjal, batu ginjal, kencing batu,
dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan ginjal
Sakit jantung, stroke, jantung berdebar-debar, tekanan
darah tinggi (hipertensi), dan penggunaan lainnya yang
berhubungan dengan jantung
Kanker rahim, kanker payudara, tumor rahim, tumor
payudara, dan penggunaan lainnya yang berhubungan
dengan kanker dan tumor
Beser mani (spermatorea), gatal di sekitar alat kelamin,
impoten, infeksi kelamin, kencing nanah, lemah syahwat
(psikoneurosis), raja singa/sifilis, sakit kelamin, dan
penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kelamin
Keputihan, terlambat haid, haid terlalu banyak, tidak
datang haid, dan penggunaan lainnya yang berhubungan
Koreng, bisul, panu, kadas, kurap, eksim, cacar, campak,
borok, gatal, bengkak, luka bernanah, kudis, kutu air, dan
penggunaan lainnya yang berhubungan dengan kulit.
Liver, sakit kuning, heoatitis, penyakit hati, hati bengkak,
dan penggunaan lainnya yang berhubungan dengan
penyakit kuning
Malaria, demam malaria, dan penggunaan lainnya yang
berhubungan dengan malaria
Radang mata, sakit mata, trakoma, rabun senja, dan
penggunaan lainnya yang berhubungan dengan mata
Gusi bengkak, gusi berdarah, mulut bau dan mengelupas,
sariawan, dan penggunaan lainnya yang berhubungan
dengan penyakit mulut
Asam urat, bengkak kelenjar, kejang perut, kejang-kejang,
keseleo, nyeri otot, rematik, sakit otot, sakit persendian,
22
No
Kelompok
Penyakit/Penggunaan
Macam Penyakit/Penggunaan
sakit pinggang, terkilir, dan penggunaan lainnya yang
berhubungan dengan persendian
19 Penyakit Telinga
Congek, radang anak telinga, radang telinga, radang
telinga tengah (otitis media), sakit telinga, telinga berair,
telinga berdenging, telinga terasa gatal, dan penggunaan
lainnya yang berhubungan dengan telinga
20 Tonikum
Obat kuat, tonik, tonikum, penambah nafsu makan, kurang
nafsu makan, meningkatkan enzim pencernaan, patah
selera, astringen/pengelat, dan penggunaan lainnya yang
berhubungan dengan tonikum
21 Penyakit tulang
Patah tulang, sakit tulang, dan penggunaan lainnya yang
berhubungan dengan tulang
22 Penyakit
saluran Ambeien, gangguan prostat, kencing darah, peluruh
pembuangan
kencing, peluruh keringat, sakit saluran kemih, sembelit,
susah kencing, wasir, wasir berdarah, dan penggunaan
lainnya yang berhubungan penyakit saluran pembuangan
23 Penyakit
saluran Maag, kembung, masuk angin, sakit perut, cacingan,
Pencernaan
murus, peluruh kentut, karminatif, muntah, diare, disentri,
sakit usus, kolera, muntaber,, usus buntu, dan penggunaan
lainnya yang berhubungan dengan saluran pencernaan.
24 Penyakit
Saluran Asma, batuk, flu, influenza, pilek, sesak nafas, sakit
Pernafasan/THT
tenggorokan, TBC, TBC paru, dan penggunaan lainnya
yang berhubungan dengan saluran penafasan/THT
25 Perawatan Kehamilan dan Keguguran,
perawatan
sebelum/sesudah
Persalinan
melahirkan/persalinan, penyubur kandungan, susu
bengkak, ASI, dan penggunaan lainnya yang berhubungan
dengan kehamilan dan kelahiran
26 Perawatan Organ Tubuh Kegemukan, perawatan organ kewanitaan, pelangsing, dan
Wanita
penggunaan lainnya yang berhubungan dengan organ
tubuh wanita
27 Perawatan Rambut, Muka, Penyubur rambut, penghalus kulit, menghilangkan
Kulit
ketombe, perawatan muka, dan penggunaan lainnya yang
berhubungan dengan rambut, muka, dan kulit
28 Sakit Kepala dan Demam
Sakit kepala, demam, demam pada anak-anak, demam
menggigil, penurun panas, dan penggunaan lainnya yang
berhubungan dengan sakit kepala dan demam
29 Lain-lain
Limpa bengkak, beri-beri, sakit kuku, sakit sabun, obat
tidur, obat gosok, penenang, dan penggunaan lainnya yang
tidak tercantum di atas.
Sumber: Direktorat Pengembangan Aneka Usaha Kehutanan dan Fakultas Kehutanan IPB (2000)
BAB IV
KONDISI UMUM
4.1 PT Agro Lestari Mandiri
4.1.1 Aspek Fisik Kawasan
Laporan Tim Terpadu (2010a) menyebutkan bahwa perkebunan PT.
Agrolestari Mandiri sudah memperoleh Surat Perizinan lokasi pengusahaan dari
Bupati Ketapang No. 385 Tahun 2004 tanggal 21 Desember 2004, dengan luas
areal secara keseluruhan seluas 27.500 ha. Perkebunan PT. Agrolestari Mandiri
terletak di Desa Nanga Tayap, Sungai Kelik, Lembah Hijau I, Lembah Hijau II,
Siantau Raya, Tajok Kayong, dan Sp3 Sembelangaan, Kecamatan Nanga Tayap,
Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. Secara geografis areal ijin ini
terletak di 01o28’03’-01o38’44” LS dan 110o22’29”-110o36’53” BT
4.1.2 Iklim
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Fergusson (1951), lokasi areal
PT. Agrolestari Mandiri termasuk kedalam tipe iklim A dengan nilai Q rata-rata 0
%, yaitu iklim tropika basah tanpa bulan kering yang nyata dengan vegetasi alami
hutan hujan tropis dengan rata-rata curah hujan tahunan berkisar antara 3.245 mm
dan rata-rata jumlah hari hujan tahunan 183 hari.
4.1.2.1 Curah Hujan dan Hari Hujan
Bulan-bulan basah (> 100 mm/bulan) yang merupakan musim penghujan
di daerah ini terjadi hampit sepanjang tahun, sedang bulan kering (< 60
mm/bulan) tidak pernah terjadi karena bulan-bulan kering di daerah ini tidak
pernah terjadi karena bulan-bulan terkering di daerah ini tidak sampai di bawah 60
mm/bulan. Curah hujan tertinggi adalah sebesar 4.443 mm pada tahun 1998 dan
terendah adalah sebesar 1.518 mm pada tahun 1997. Curah hujan bulanan
tertinggi adalah sebesar 407 mm pada bulan Desember dan terendah adalah 149
mm pada bulan Agustus.
4.1.2.2. Suhu Udara
Suhu udara rata-rata berkisar antara 26oC hingga 28ËšC, dengan kecepatan
angin antara 7 – 9 knots/jam.
24
4.1.2.3. Kelembaban Udara
Kelembaban udara di areal studi tergolong lembab sepanjang tahun.
Kelembaban udara relatif rata-rata antara 85 – 95%.
4.1.3. Topografi dan Kelerengan
Areal konsesi PT. Agrolestari Mandiri berada pada ketinggian tempat 10
sampai 180
mdpl. Berdasarkan Peta Kelerengan, areal ijin PT. Agrolestari
Mandiri bertopografi dari datar sampai sangat curam, namun sebagian besar
berada pada kelas lereng datar (0 - 5%).
4.1.4
Geologi dan Tanah
Berdasarkan Peta Geologi Indonesia lembar ketapang skala 1: 250.000
dari Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Bandung tahun 1993,
menunjukkan bahwa areal rencana perkebunan kelapa sawit PT Agrolestari
Mandiri terdiri atas formasi sedimen tanah muka dan formasi batun gunung api
tersier.
Bedasarkan peta tanah Pulau Kalimantan skala 1 : 500.000 yang
diterbitkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Pengembangan Agroklimat, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian tahun 1993, jenis tanah (menurut Sistem
Dudal-Soepraptohardjo, 1957-1961) yang dominan yang menyusun areal PT.
Agrolestari Mandiri adalah tanah Podsolik Merak Kuning (PMK) atau jenis tanah
ultisol (menurut USDA Soil Taxonomy (1975 – 1990). Jenis tanah PMK tersebut
merupakan tanah marjinal dengan tingkat kesuburan tanah relatif rendah. Sifat
kimia tanahnya antara 4,80 – 5,60 (tergolong masam) dan C-organik berkisar
antara 1,19 – 1,26% (tergolong rendah). Sedang sifat fisik tanahnya, antara lain
struktur tanah adalah remah/granuler sampai blocky dan permeabilitasnya berkisar
antara 0,32 cm/jam sampai 7,65 cm/jam.
4.1.5
Hidrologi
Areal PT. Agrolestari Mandiri termasuk DAS Sungai Pawan dan Sungai
Kayung. Adapun sungai yang melintasi di areal kerja adalah sebanyak 23 sungai
dan anak sungai. Pola drainase di loksi studi tidak ada yang mendominasi.
Pemanfaatan sungai oleh masyarakat masih intensif, baik untuk keperluan minum,
mandi, mencuci, transportasi dll. Secara umum air yang mengalir memenuhi
25
standar untuk kebutuhan konsumsi penduduk setempat dan tenaga kerja
perkebunan serta pengairan tanaman kelapa sawit nantinya.
4.1.6
Komposisi Vegetasi
Jumlah jenis tumbuhan yang ditemukan di areal ijin PT. Agrolestari
Mandiri sebanyak 584 jenis, dimana sebanyak 346 jenis telah teridentifikasi nama
ilmiahnya dan sebanyak 238 jenis tidak teridentifikasi nama ilmiahnya. Dari 346
jenis tumbuhan yang telah teridentifikasi nama ilmiahnya dapat dikelompokkan
kedalam 80 famili.
4.1.7 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Berdasarkan matapencahariannya, jenis mata pencaharian penduduk di
Kecamatan Nanga Tayap dapat dibedakan kedalam petani, nelayan, pengusaha
sedang/besar, pengrajin, buruh tani, nuruh bangunan, buruh pertambangan,
pedagang, pengangkutan, PNS, ABRI, pensiaunan (PNS/ABRI), dan peternak.
Jumlah pendduduk terbanyak adalah bermatapencaharian sebagai petani (11.453
jiwa), sedangkan terendah adalah bermatapencaharian sebagai nelayan (5 jiwa).
Seperti yang disajikan pada Tabel 4.
Tabel
No.
1
4
Jumlah penduduk
matapencaharian
Jenis Matapencaharian
Petani
di
Kecamatan
Nanga
Tayap
berdasarkan
Jumlah Penduduk (Jiwa)
11.453
2
Nelayan
5
3
Pengusaha sedang/besar
9
4
Pengrajin
11
5
Buruh tani
871
6
Buruh bangunan
16
7
Buruh pertambangan
125
8
Pedagang
66
9
Pengangkutan
196
10
PNS
219
11
ABRI
20
12
Pensiaunan (PNS/ABRI)
20
13
Peternak
2.030
Jumlah penduduk di Kecamatan Nanga Tayap tahun 2009 sebanyak
22.737 jiwa, dengan rincian laki-laki sebanyak 12.820 jiwa dan perempuan
26
sebanyak 9.917 jiwa. Jumlah total kepala keluarga di Kecamatan Nanga Tayap
sebanyak 5.039 KK. Dilihat dari kelompok umurnya, jumlah pendduduk di
Kecamatan Nanga Tayap sebagian besar berada pada kelompok umur 25-55
tahun, yaitu sebanyak 7.881 jiwa; sedangkan paling sedikit berada pada kelompok
umur >80 tahun.
4.2.
PT Kencana Graha Permai
4.2.1. Aspek Fisik Kawasan
Berdasarkan laporan Tim Terpadu (2010b), perkebunan PT. Kencana
Graha Permai sudah memperoleh Surat Perizinan lokasi pengusahaan dari Dinas
Perkebunan Ketapang No. 551.31/0459/Disbun C Tanggal 17 Maret 2005, dengan
luas areal secara keseluruhan seluas 11.295,48 ha. Perkebunan tersebut sudah
melakukan kegiatan operasional di lapangan sejak tahun 2007. Luas areal yang
telah dibuka dan ditanami sampai Bulan Maret 2010 seluas 6.739,11 ha, dengan
rincian : tahun 2007 seluas 1.876,95 ha, tahun 2008 seluas 2.595,23 ha, tahun
2009 seluas 2.070,41 ha, dan taun 2010 (sampai bulan Maret) seluas 196,52 ha.
Perkebunan PT. Kencana Graha Permai terletak di Desa Rangkong Jaya,
Randai, Batu Payung Dua, dan Belaban, Kecamatan Marau, Kabupaten Ketapang,
Provinsi Kalimantan Barat. Secara geografis areal ijin ini terletak di 2o7’00”2o9’00” LS dan 110o29’13” – 110o37’03” BT
4.2.2 Iklim
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Fergusson (1951), lokasi areal
PT. Kencana Graha Permai termasuk kedalam tipe iklim A dengan nilai Q ratarata 0%, yaitu iklim tropika basah tanpa bulan kering yang nyata dengan vegetasi
alami hutan hujan tropis dengan rata-rata curah hujan tahunan berkisar antara
3.184 mm dan rata-rata jumlah hari hujan tahunan 191 hari.
Bulan-bulan basah (> 100 mm/bulan) yang merupakan musim penghujan
di daerah ini terjadi hampir sepanjang tahun, sedang bulan kering (< 60
mm/bulan) tidak pernah terjadi karena bulan-bulan terkering di daerah ini tidak
sampai di bawah 60 mm/bulan. Curah hujan tertinggi adalah sebesar 4.239 mm
pada tahun 2001 dan terendah adalah sebesar 2.593 mm pada tahun 2004. Curah
hujan bulanan tertinggi adalah sebesar 393 mm pada bulan Oktober dan terendah
adalah 103 mm pada Bulan Agustus. Suhu udara rata-rata berkisar antara 26oC
27
hingga 28ËšC, dengan kecepatan angin antara 7 – 9 knots/jam. Kelembaban udara
di areal studi tergolong lembab sepanjang tahun. Kelembaban udara relatif ratarata antara 85 – 95%.
4.2.3. Topografi dan Kelerengan
Areal konsesi PT. Kencana Graha Permai berada pada ketinggian tempat
20 sampai 180 mdpl. Berdasarkan Peta Kelerengan, areal ijin PT. Kencana Graha
Permai bertopografi dari datar sampai sangat curam, namun sebagian besar berada
pada kelas lereng datar (0 - 5%).
4.2.4. Geologi dan Tanah
Berdasarkan Peta Geologi Indonesia lembar ketapang skala 1: 250.000
dari Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Bandung tahun 1993,
menunjukkan bahwa areal rencana perkebunan kelapa sawit PT Kencana Graha
Permai terdiri atas formasi sedimen tanah muka dan formasi batun gunung api
tersier.
Bedasarkan peta tanah Pulau Kalimantan skala 1 : 500.000 yang
diterbitkan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Pengembangan Agroklimat, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian tahun 1993, jenis tanah (menurut Sistem
Dudal-Soepraptohardjo, 1957-1961) yang dominan yang menyusun areal PT.
Kencana Graha Permai adalah tanah Podsolik Merak Kuning (PMK) atau jenis
tanah ultisol (menurut USDA Soil Taxonomy (1975 – 1990).
Jenis tanah PMK tersebut merupakan tanah marjinal dengan tingkat
kesuburan tanah relatif rendah. Sifat kimia tanahnya antara 4,80 – 5,60 (tergolong
masam) dan C-organik berkisar antara 1,19 – 1,26% (tergolong rendah). Sedang
sifat fisik tanahnya, antara lain struktur tanah adalah remah/granuler sampai
blocky dan permeabilitasnya berkisar antara 0,32 cm/jam sampai 7,65 cm/jam.
4.2.5. Hidrologi
Areal PT. Kencana Graha Permai termasuk DAS Sungai Kendawangan.
Adapun sungai yang melintasi di areal kerja adalah sebanyak 34 sungai dan anak
sungai. Pola drainase di loksi studi tidak ada yang mendominasi. Pemanfaatan
sungai oleh masyarakat masih intensif, baik untuk keperluan minum, mandi,
mencuci, transportasi dll. Secara umum air yang mengalir memenuhi standar
untuk kebutuhan konsumsi penduduk setempat dan tenaga kerja perkebunan serta
pengairan tanaman kelapa sawit nantinya.
28
4.2.7 Komposisi Vegetasi
Jumlah jenis tumbuhan yang ditemukan di areal ijin PT. Kencana Graha
Permai sebanyak 295 jenis, dimana sebanyak 205 jenis telah teridentifikasi nama
ilmiahnya dan sebanyak 90 jenis tidak teridentifikasi nama ilmiahnya. Dari 205
jenis tumbuhan yang telah teridentifikasi nama ilmiahnya dapat dikelompokkan
kedalam 70 famili.
4.2.8 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Laporan Tim Terpadu (2010c) menyatakan bahwa Areal ijin PT.
Kencana Graha Permai secara administratif terletak di wilayah Kecamatan Marau,
Kabupaten Ketapang. Wilayah perkebunan ini terletak tidak jauh dari Kota
Marau. Sedangkan desa-desa yang termasuk dalam areal ijin tersebut terdiri dari 4
(empat) desa di Kecamatan Marau, yaitu Desa Rangkong Jaya, Randai, Batu
Payung Dua, dan Belaban.
Berdasarkan data Kecamatan Marau Dalam Angka Tahun 2009 yang
direkapitulasi oleh Tim Terpadu (2010b), jumlah penduduk di Kecamatan Marau
adalah 10.563 jiwa dan kepadatan penduduk 9,11 jiwa/km2. Rata-rata sex rasio
antara penduduk laki-laki dengan perempuan mencapai 111. Adapun angka
Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Marau dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan yang cukup nyata. Tahun 2004 mencapai 9.923 jiwa, Tahun 2005
meningkat menjadi 10.001 jiwa, tahun 2006 meningkat menjadi 10.70 jiwa, tahun
2007 meningkat menjadi 10.318 jiwa, tahun 2008 menjadi 10.563 jiwa. Jarak
antar dusun dalam desa umumnya sudah relatif dekat 1-2 km. Meskipun beberapa
dusun ada yang agak jauh. Akses menuju dusun satu ke dusun lainnya bisa dicapai
dengan jalan darat dengan kondisi jalan berupa jalan tanah.
Matapencaharian penduduk di desa sekitar PT. Kencana Graha Permai
terbesar adalah petani kebun (penyadap karet) dan ladang. Sedangkan
matapencaharian lainnya adalah pedagang, karyawan, PNS, buruh bangunan dan
lainnya.
Ada beberapa penduduk yang memiliki pekerjaan utama sebagai
pengumpul hasil hutan seperti madu, getah jelutung, akar rotan, dan hasil hutan
lainnya, namun tergantung tingkat musiman yang telah di prioritaskan dalam
proses pengambilan hasil.
4.3
PT Lanang Agro Bersatu
29
4.3.1
Aspek Fisik Kawasan
Perkebunan PT. Lanang Agro Bersatu sudah memperoleh Surat Perizinan
lokasi pengusahaan dari Bupati Ketapang No. 117 Tahun 2007 tanggal 22 Maret
2007, dengan luas areal secara keseluruhan seluas 20.000 ha.
Luas areal
berdasarkan hasil digitasi pengeplotan pada peta dasar seluas 15.008,00 ha.
Perkebunan tersebut sudah melakukan kegiatan operasional di lapangan sejak
tahun 2010. Kegiatan yang sudah dilakukan masih terbatas pada pembibitan
tanaman sawit.
Perkebunan PT. Lanang Agro Bersatu terletak di Desa Jago Bersatu,
Sandai Kiri, Penjawaan, Muara Jekak, Petai Patah, dan Demit, Kecamatan Sandai,
Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat. Secara geografis areal ijin PT
Lanang Agro Bersatu terletak di 01o10’34,2’-01o19’47,6” LS dan 110o25’44,6”110o40’51,0” BT
4.3.2. Iklim
Untuk menggambarkan keadaan iklim di daerah perkebunan dan
sekitarnya dipergunakan data stasiun terdekat yaitu stasiun Meteorologi Airport
Rahadi Usman, Ketapang. Secara rinci keadaan iklim ini disajikan pada Tabel 3.1.
Secara umum iklim di daerah survei berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, lokasi
studi termasuk dalam klasifikasi iklim tropis (simbol Afaw) yaitu isothermal hujan
tropik dengan musim kemarau yang panas (suhu rata-rata dalam bulanan terpanas
> 220C) tanpa bulan kering. Sedangkan menurut klasifikasi iklim Oldeman
termasuk dalam Zone Agroklimat A yaitu bulan basah > 9 bulan dan bulan kering
< 2 bulan.
Jumlah curah hujan tahunan adalah sebesar 3.416 mm. Curah hujan
terendah terjadi pada bulan Agustus (84 mm). Hari hujan rata-rata tahunan adalah
sebanyak 210 hari, dan hari hujan terendah terjadi pada bulan Agustus (9 hari).
Suhu rata-rata bulanan 26,7oC, suhu rata-rata udara maksimum 31,9oC, suhu udara
rata-rata minimum 23,62oC. Keadaan udara di areal studi tergolong lernbab
sepanjang tahun, dengan kelembaban udara relatif rata-rata tahunan 86,58%.
Kelembaban relatif rata-rata bulanan tertinggi terjadi pada bulan Januari,
Nopember dan Desember yaitu sebesar 88%, dan terendah adalah 85% terjadi
pada bulan April, Juli dan Agustus.
30
4.3.3. Topografi dan Kelerengan
Areal konsesi PT. Lanang Agro Bersatu berada pada ketinggian tempat
12,5 sampai 300 mdpl. Berdasarkan Peta Kelerengan, areal ijin PT. Lanang Agro
Bersatu bertopografi dari datar sampai sangat curam, namun sebagian besar
berada pada kelas lereng datar sampai sangat curam (0 - >40%).
4.3.4. Geologi dan Tanah
4.3.4.1. Geologi
Berdasarkan Peta Repprot skala 1 : 250,00 lembar 1414 dan 1415 maka
bahan induk batuan di areal studi berupa :
1. Dataran batuan beku/metamorfik terbukti kecil (HJA), yang memiliki bahan
induk Granite, Granodiorit, Schist, Andesit, Basalt.
2. Perbukitan batuan bukan endapan yang tidak teratur (PLN), yang memiliki
bahan induk Granite, Granodiorit, Schist, Andesit. Basalt.
3. Dataran batuan bukan endapan, berombak - bergelombang (RGK) yang
memiliki bahan induk Granite, Schist, Andesit, Basalt, Alluvium, endapan
sungai yang baru.
4. Kelompok punggung gunung, batuan bukan endapan (BPD), yang tidak
teratur yang memiliki bahan induk Granite, Phylite, Quartzite, Schist,
Andesit, Basalt.
4.3.4.2. Tanah
DaIam pembentukan dan perkembangan tanah, ada beberapa faktor yang
paling berperan, yaitu bahan induk, iklim, topografi, organisme dan waktu. Di
antara faktor pembentuk tanah tersebut, yang dominan pengaruhnya di daerah
survey tampaknya hanya bahan induk, topografi dan iklim. Pada daerah yang
relatif datar maupun daerah berombak sampai bergelombang tanahnya terhentuk
dari bahan induk batu liat. Pengaruh iklim tampaknva sama diseluruh areal studi,
yaitu terjadinya pencucian yang intensif karena adanya curah hujan yang tinggi
sehingga tanah memperlihatkan reaksi yang bersifat masam.
Pada areal ijin tersebut terbentuk tanah Ultisol (USDA 1999) dan Entisol.
Tanah tersebut mempunyai susunan horison eluviasi (A-2) dan horison eluviasi B2 (penciri argilik) dan mempunyai kejenuhan basa rendah kurang dari 35%
(NH4OC) pada kedalaman 1,2 meter dari permukaan tanah. Sedang tanah Entisol
31
tanah berkembang dari Aluvium muda (Aluvium Subresen) dengan kedalaman
efektif dalam kondisi tanah belum mengalami perkembangan lanjut dengan
kandungn liat lebih dari 8% dan matrik yang tereduksi pada seluruh horison akibat
selalu jenuh air.
Tanah Entisol menurut sistem klasifikasi soil USDA (1999) pada tingkat
macam (subgroup) termasuk ke dalam Humageuptic Endo aquent. Dalam Soil
Taxonomi (soil survei staff 1999), jenis tanah Ultisol pada tingkat macam (sub
group) terdiri dari Aeric Kandiaquults, Typic Kandihumults dan Litthic
Kanhaplohumuts.
4.3.5. Hidrologi
Areal PT. Lanang Agro Bersatu termasuk DAS Sungai Pawan, Sungai
Laur, dan Sungai Keriau. Adapun sungai yang melintasi di areal ijin adalah
sebanyak 32 sungai dan anak sungai. Pola drainase di areal ijin tidak ada yang
mendominasi. Pemanfaatan sungai oleh masyarakat masih intensif, baik untuk
keperluan minum, mandi, mencuci, transportasi dan lain-lain. Secara umum air
yang mengalir memenuhi standar untuk kebutuhan konsumsi penduduk setempat
dan tenaga kerja perkebunan serta pengairan tanaman kelapa sawit nantinya.
4.3.6. Tata Ruang Wilayah
Areal ijin PT. Lanang Agro Bersatu secara administratif berada di
wilayah Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan
Barat. Berdasarkan Tata Guna Hutan kesepakatan (TGHK), areal ijin PT. Lanang
Agro Bersatu termasuk Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK). Sedangkan
menurut RTRWP Kalimantan Barat dan RTRWK Ketapang, areal tersebut adalah
Areal Penggunaan Lain (APL), dengan luas total areal seluas 15.008,00 Ha.
Penutupan lahan pada areal ijin PT. Lanang Agro Bersatu sebagian besar berupa
kebun campuran dengan didominasi karet seluas 11.980,82 ha (79,83%).
4.3.7 Komposisi Vegetasi
Jumlah jenis tumbuhan yang ditemukan di areal ijin PT. Lanang Agro
Bersatu sebanyak 451 jenis, dimana sebanyak 349 jenis telah teridentifikasi nama
ilmiahnya dan sebanyak 102 jenis tidak teridentifikasi nama ilmiahnya. Dari 349
32
jenis tumbuhan yang telah teridentifikasi nama ilmiahnya dapat dikelompokkan
kedalam 86 famili.
4.3.8 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Areal ijin PT. Lanang Agro Bersatu secara administratif terletak di
wilayah Kecamatan Sandai Kabupaten Ketapang. Wilayah perkebunan ini terletak
tidak jauh dari Kota Sandai yaitu hanya dipisahkan oleh aliran Sungai Pawan yang
melintasi wilayah kecamatan ini. Sedangkan desa-desa yang termasuk dalam areal
ijin perusahaan tersebut terdiri dari 6 desa di Kecamatan Sandai, yaitu Desa
Sandai Kiri, Penjawaan, Muara Jekak, Jago Bersatu, Petai Patah, dan Demit.
Kebun karet merupakan aset ekonomi berharga bagi penduduk. Sehingga
ukuran status sosial rumah tangga salah satunya ditentukan oleh luas kepemilikan
kebun karet ini. Rumah tangga yang memiliki kebun karet cukup luas akan
memiliki status sosial lebih tinggi dibandingkan dengan warga Iainnya. Untuk
rumah tangga yang memiliki kebun karet cukup luas apabila sudah tidak mampu
disadap oleh anggota rumah tangga, penyadapannya dapat diserahkan kepada
orang lain dengan pola bagi hasil 70% : 30%. 70 persen bagi pihak penyadap dan
30 persen bagi pemilik kebun. Pola bagi hasil ini dapat pula menjadi 60% : 40%
tergantung kesepakatan antara pemilik dan penyadap.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kekayaan Spesies Tumbuhan Berguna
Jumlah spesies tumbuhan berguna di areal studi (PT Agro Lestari Mandiri,
PT Kencana Graha Permai dan PT Lanang Agro Bersatu) tercatat sebanyak 540
spesies yang dapat dikelompokkan kedalam 97 famili (Tabel 5). Berdasarkan
perusahaannya, PT Agro lestari Mandiri (PT ALM) tercatat sebanyak 346 spesies
atau sebesar 64,07% dari total spesies yang terdapat di areal studi, pada PT
Kencana Graha Permai (PT KGP) ditemukan sebanyak 205 spesies atau sebesar
37,96%, sedangkan PT Lanang Agro Bersatu (PT LAB) memiliki jumlah spesies
terbanyak yaitu sebanyak 349 spesies atau sebesar 64,63%. Daftar lengkap spesies
tumbuhan berguna pada areal studi dapat dilihat di Lampiran 4.
Tabel 5 Rekapitulasi spesies tumbuhan berguna di areal studi
No
Perusahaan
Jumlah
Jenis
Famili
1
PT Agro Lestari Mandiri
278
78
2
PT Kencana Graha Permai
180
66
3
PT Lanang Agro Bersatu
300
83
Berdasarkan familinya, spesies tumbuhan berguna di areal studi
seluruhnya dikelompokkan kedalam 96 famili. Adapun famili dengan jumlah
spesies terbanyak adalah Fabaceae 26 spesies dan Euphorbiaceae sebanyak 25
spesies, diikuti famili Dipterocarpaceae sebanyak 22 spesies dan Poaceae
sebanyak 20 spesies. Daftar lengkap kelompok famili yang ditemukan di areal
studi dapat dilihat di Lampiran 5.
Famili Fabaceae memiliki jumlah spesies terbanyak karena memiliki
kecocokan dengan titik sebaran di areal studi. Anggota dari spesies ini mampu
bertahan di tanah kritis dan terganggu seperti saga pohon (Adenanthera pavonina)
yang memiliki kegunaan sebagai obat keputihan pada wanita dan kulit batangnya
berguna untuk menyuburkan rambut. Sebaran ekologi dari anggota spesies ini
cukup tinggi, mulai dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian
tempat 1-1400 m dpl. Selain itu spesies ini mampu tumbuh pada berbagai jenis
tanah seperti latosol, aluvial, regusol, dan tanah miskin hara. Penelitian serupa
34
(Atok 2009) di suku Bunaq Nusa Tenggara Timur menyatakan bahwa famili
Fabaceae memiliki spesies terbanyak yang dimanfaatkan oleh suku tersebut.
5.1.1 PT Agro Lestari Mandiri
Kekayaan spesies tumbuhan berguna pada areal ijin PT Agro Lestari
Mandiri tercatat sebanyak 278 spesies atau sebesar 80,34% yang dikelompokkan
kedalam 78 famili. Kekayaan spesies tumbuhan berguna pada areal ijin ini dapat
dikelompokkan kedalam 4 kajian yaitu tipe ekosistem, famili, habitus, dan status
tumbuhannya. Selain itu informasi mengenai teknik budidaya pada masingmasing spesies tumbuhan dapat dihubungkan dengan informasi mengenai teknik
pemanenan dan pola pemanfaatan masyarakat Dayak sekitar areal ijin.
Areal ijin PT Agro Lestari Mandiri terdiri dari tiga tipe ekosistem yaitu
ekosistem hutan dataran rendah, ekosistem hutan kerangas dan ekosistem rawa air
tawar (Tabel 6). Hutan dataran rendah memiliki kekayaan spesies tumbuhan
berguna sebanyak 266 spesies atau sebesar 98,88%. Sedangkan untuk ekosistem
hutan kerangas hanya ditemukan sebanyak 38 spesies tumbuhan atau sebesar
14,12%. Ekosistem rawa air tawar memiliki jumlah spesies pada sempadan
sungainya sebanyak 79 spesies dan pada kawasan sekitar danau sebanyak 58
spesies. Hal ini menunjukkan bahwa kekayaan spesies tumbuhan berguna pada
hutan dataran rendah sangat tinggi.
Tabel 6 Sebaran spesies tumbuhan di PT Agro Lestari Mandiri
Habitat*
Jumlah
Spesies
Famili
Jumlah Jenis berdasarkan
Status Tumbuhan
PP
No.
7
Tahun 1999
CITES IUCN
1
200
69
2
−
9
2
3
101
141
48
60
−
2
−
−
5
6
4
105
52
4
3
8
2 Hutan Kerangas
1
38
32
−
−
1
3 Rawa Air Tawar
1
79
41
−
−
2
No Ekosistem
1 Hutan Dataran Rendah
2
58
32
−
−
Keterangan *: 1. Sempadan Sungai, 2. Kawasan Sekitar Danau, 3. Bukit, 4. Areal lainnya
−
Hutan dataran rendah merupakan ekosistem yang memiliki kekayaan
spesies dan tingkat endemisitas tertinggi dibandingkan dengan tipe ekosistem
lainnya. Spesies yang ditemukan pada hutan dataran rendah di areal ijin ini
sebagian besar berasal dari famili Dipterocarpaceae, Euphorbiaceae, dan famili
35
Fabaceae. Penelitian Kuswanda dan Antoko (2008) menyebutkan bahwa pada
hutan dataran rendah (hutan sekunder) didominasi oleh spesies yang berasal dari
famili Dipterocarpaceae yaitu meranti (Shorea gibbosa Brandis).
Kekayaan spesies yang rendah pada hutan kerangas dikarenakan hanya
spesies tertentu saja yang dapat tumbuh pada kondisi tanah miskin hara yang
merupakan ciri khas ekosistem ini. Hutan kerangas merupakan bentuk tipe hutan
yang menggambarkan suatu komunitas tumbuhan yang tumbuh pada kondisi
habitat yang relatif stabil dan serba terbatas. Didalamnya terkandung suatu
mekanisme proses pertumbuhan dan perkembangan suatu organisme yang tumbuh
pada kondisi lingkungan yang khusus (Kissinger 2002). Berdasarkan hasil
identifikasi pada ekosistem hutan kerangas, tercatat hanya satu titik sebaran yaitu
Sempadan Sungai Batu Besi yang merupakan bagian dari ekosistem hutan
kerangas. Luas area yang terbatas pada ekosistem hutan kerangas menjadikan
ekosistem ini prioritas dalam usaha perlindungan dan pelestariannya.
Rawa air tawar pada areal ijin memiliki beberapa spesies khas yang
tumbuh pada ekosistem yang selalu tergenang ini. Spesies seperti kayu salam
(Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) yang merupakan anggota dari famili
Myrtaceae adalah spesies khas yang hanya ditemukan pada ekosistem rawa air
tawar. Sebaran ekologi spesies ini mulai dari ketinggian tempat 5 – 1800 m dpl.
Kayu salam dapat dibudidayakan melalui biji, cangkokan, dan stek batang. Daun
dari kayu salam dapat digunakan sebagai obat penurun darah tinggi dan asam urat.
Selain itu kayu salam memiliki kegunaan sebagai tumbuhan aromatik, pangan,
bahan bangunan, dan kayu bakar.
Terdapat 4 kelompok habitat yang merupakan titik sebaran spesies
tumbuhan berguna pada areal ijin yaitu (1) Sempadan Sungai (SS), (2) Kawasan
Sekitar Danau (KSD), (3) Bukit, dan (4) Areal Lainnya. Kawasan sempadan
sungai memiliki jumlah titik sebaran sebanyak 23 titik atau sebesar 45,09%, untuk
kawasan sekitar danau tercatat sebanyak 17 titik sebaran atau sebesar 33,33%,
kawasan vegetasi bukit tercatat sebanyak 9 titik sebaran atau sebesar 17,65%, dan
untuk habitat areal lainnya yang terdiri dari penyangga hutan lindung dan hutan
konservasi masing-masing memiliki sebaran sebanyak satu titik sebaran.
36
Kawasan sempadan sungai memiliki jumlah titik sebaran terbanyak
dibandingkan dengan titik sebaran lainnya. Spesies yang hanya ditemukan pada
kawasan ini salah satunya adalah kelapa (Cocos nucifera). Nilai kegunaan kelapa
adalah sebanyak 8 kegunaan atau sebesar 61,54%. Kelapa dapat digunakan airnya
untuk penawar racun, sariawan, dan obat dalam. Selain itu kelapa juga dapat
digunakan sebagai bahan pangan. Kegunaan lainnya yaitu untuk tumbuhan hias,
aromatik, pakan ternak, penghasil kayu bakar, untuk ritual adat, serta anyaman
dan kerajinan.
Kawasan sekitar danau diklasifikasikan kedalam lahan basah yang
berfungsi sebagai penampung debit banjir di suatu wilayah. Spesies yang ada di
dalamnya memiliki sebaran ekologi yang sesuai dengan ekosistem lahan basah
ini. Spesies seperti putat (Baringstonia acutangulata) dapat ditemukan pada
kawasan ini di dua tipe ekosistem yang berbeda. Spesies yang merupakan anggota
famili lecythidaceae batangnya dapat digunakan sebagai bahan bangunan.
Dalam kebudayaan masyarakat dayak, kawasan sekitar danau diperlakukan
sama dengan areal sempadan sungai bahwa areal ini dimiliki bersama dan tidak
ada seorangpun dapat mengakui sebagai kepemilikan pribadi. Dukungan budaya
masyarakat ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menjaga fungsi dan
manfaat kawasan ini sebagai penyedia habitat spesies tumbuhan berguna agar
kelestariannya dapat terjamin di masa yang akan datang.
1. Kekayaan Spesies Tumbuhan Berguna Berdasarkan Famili
Berdasarkan familinya, spesies tumbuhan berguna pada areal studi
dikelompokkan kedalam 78 famili. Famili dengan spesies terbanyak adalah
Euphorbiaceae sebanyak 19 spesies, kemudian Fabaceae dan Dipterocarpaceae
sebanyak 16 spesies, dan diikuti oleh famili Poaceae, Anacardiaceae, dan
Moraceae yang masing-masing memiliki spesies sebanyak 14 spesies, 13 spesies,
dan 12 spesies.
Famili Euphorbiaceae terdiri dari spesies yang berhabitus pohon serta
perdu. Anggota dari kelompok famili ini sebagian besar dimanfaatkan untuk obat,
pangan, bahan bangunan, serta pewarna dan tanin. Spesies dari famili
Euphorbiaceae yang dimanfaatkan untuk obat diantaranya adalah Phyllanthus
niruri L. atau sering disebut masyarakat sekitar sebagai rumput pacat,
37
dimanfaatkan daunnya untuk mengobati diare, radang hati, dan infeksi saluran
kencing. Bahan pangan yang berasal dari famili ini dapat ditemukan pada spesies
Manihot utilisima Pohl., selain itu spesies yang mempunyai nama lokal singkong
ini juga sering dimanfaatkan
dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pakan ternak dan
pengobatan luka luar.
Euphorbiaceae
21%
Moraceae
13%
Anacardiaceae
14%
Fabaceae
18%
Poaceae
16%
Dipterocarpaceae
18%
Gambar 2 Famili dengan spesies terbesar di PT Agro Lestari Mandiri.
2. Kekayaan Spesies Tumbuhan Berdasarkan Habitusnya
Berdasarkan habitusnya, pohon memiliki jumlah spesies terbanyak pada
areal ijin (Gambar 3). Berdasarkan hasil identifikasi, habitus pohon pada PT Agro
Lestari Mandiri adalah sebanyak 158 spesies. Habitus palem merupakan habitus
yang memiliki jenis terendah diantara habitus lainnya. Habitus ini ditemukkan di
tiga spesies yang seluruhnya berasal dari famili Arecaceae, spesies tersebut
berturut-turut adalah Caryota mitis Lour., Pinanga sp.,dan Pinanga kuhlii Blume.
Habitus pohon memiliki jumlah spesies tertinggi dibandingkan habitus
lainnya. Hal ini menandakan bahwa habitus ini tersebar merata hampir di setiap
wilayah studi. Penelitian lain (Atok 2009) memperoleh hasil yang tidak jauh
berbeda dengan penelitian ini yaitu
yaitu habitus dengan jumlah spesies tertinggi
terdapat pada habitus pohon. Namun perlu diperhatikan bahwa pohon merupakan
habitus yang memiliki tingkat keterancaman tinggi jika dibandingkan habitus
lainnya. Keuntungannya bahwa habitus pohon memiliki persebaran yang luas
38
mulai dari daerah pantai sampai dengan pegunungan dengan ketinggian tempat
yang bervariasi sehingga dapat ditemukan di berbagai habitat hutan.
158
160
140
Jumlah Jenis
120
100
80
54
60
25
40
20
18
8
3
3
0
Epifit
Herba
Liana
Pohon
Palem Bambu
Perdu
Habitus
Gambar 3 Kekayaan habitus tumbuhan berguna di PT. Agro Lestari Mandiri.
3. Status Tumbuhan
Spesies tumbuhan berguna yang dilindungi di areal ijin PT Agro Lestari
Mandiri dapat dikelompokan kedalam tiga status perlindungan yaitu berdasarkan
CITES, PP No. 7 Tahun 1999, dan Red list IUCN. Berdasarkan analisis yang telah
dilakukan terhadap spesies tumbuhan berguna mengenai status perlindungannya
(Tabel 7), terdapat 4 spesies yang dilindungi menurut PP No 7 Tahun 1999, tiga
spesies terdapat dalam daftar CITES dengan rincian: satu spesies termasuk
kedalam daftar Appendix III yaitu ramin (Gonystyllus bancanus Kurz.), dua
spesies masuk kedalam daftar Appendix II CITES yaitu akar ketukung (Nepenthes
ampullaria Jack.), dan kantung semar (Nepenthes sp).
Tumbuhan penghasil bahan bangunan mendominasi kategori perlindungan
dan kelangkaan spesies pada areal studi selain tumbuhan
tumbuhan obat dan tumbuhan
pangan.
Kaitannya
dengan
aspek
konservasi
tumbuhan
bahwa
teknik
pemanfaatannya didominasi oleh pemanfaatan bagian batang dan dapat
mematikan bagian tumbuhan. Informasi mengenai teknik budidaya dapat
dijadikan bahan pertimbangan untuk mengembangkan spesies tumbuhan berguna
langka yang bernilai ekonomis dan memiliki manfaat bagi masyarakat.
39
Tabel 7 Status perlindungan dan kategori kelangkaan tumbuhan
Status Tumbuhan
Nama
PP No. 7
Tahun
1999
CITES
IUCN
Kelompok
No.
Nama Ilmiah
1
Dipterocarpus
grandiflorus
Blanco
Keruing
TD
TT
CR
A1cd+2cd
ver 2.3 (1994)
Bangunan,
lainnya
2
Durio
kutejensis
(Hassk.)
Beccari
Gonystylus
bancanus
Kurz.
Pekawai
TD
TT
VU
A1c
ver 2.3 (1994)
Obat,
Pangan
Ramin
TD
App.
III
VU
A1cd
ver 2.3 (1994)
Bangunan
4
Hopea
mengerawan
Miquel
Emang
padang
TD
TT
CR
A1cd,
B1+2c
ver 2.3 (1994)
Bangunan
5
Nepenthes
ampullaria
Jack.
Akar
ketukung
D
App. II
LR/lc
ver 2.3 (1994)
Hias, Serat
6
Nepenthes sp.
D
App. II
Un.
Hias
7
Shorea agamii
Kantung
semar
Meranti
putih
TD
TT
EN
A1cd
ver 2.3 (1994)
Anyaman
8
Shorea
balangeran
(Korth.) Burck
Belangeran
TD
TT
CR
A1cd
ver 2.3 (1994)
Bangunan,
adat
9
Shorea
faguetioides
Kayu
bepisang
TD
TT
EN
A1cd
ver 2.3 (1994)
Kayu bakar
10
Shorea
pallidifolia
Meranti batu
TD
TT
CR
A1cd,
C2a
ver 2.3 (1994)
Bangunan
11
Shorea
pinanga
Shorea
stenoptera
Burck.
Shorea
teysmanniana
Dyer
Engkebung
D
TT
TT
Anyaman
Tengkawang
layar
D
TT
TT
Bangunan
Bengkirai
TD
TT
EN
A1cd
ver 2.3 (1994)
Bangunan
3
12
13
Lokal
Kegunaan
Keterangan status tumbuhan
D
= Dilindungi
TD
= Tidak Dilindungi
TT
= Tidak Terdaftar
EN
= Endangered (Genting/Kritis)
CR
= Critically Endangered (Terancam hampir punah)
LR
= Low Risk (Resiko rendah)
40
App
= Appendix
VU
= Vulnerable (Rawan)
5.1.2 PT Kencana Graha Permai
Berdasarkan hasil identifikasi, jumlah spesies tumbuhan berguna yang
berada di areal ijin PT Kencana Graha Permai tercatat sebanyak 108 spesies atau
sebesar 87,80% dari total spesies yang ditemukan pada areal ijin ini. Jumlah
famili yang ditemukan adalah sebanyak 66 famili tumbuhan berguna. Areal ijin
PT Kencana Graha Permai hanya tersusun oleh satu ekosistem yaitu ekosistem
hutan dataran rendah.
Kekayaan spesies tumbuhan tertinggi terdapat pada habitat sempadan
sungai yaitu sebanyak 172 spesies atau sebesar 54,95%. Sedangkan habitat yang
memiliki keanekaragaman spesies terrendah terdapat pada kawasan sekitar mata
air yaitu sebanyak 29 spesies atau sebesar 9,26%. Areal bukit dan areal lainnya
(Areal Enclave Blok E31 dan Areal Enclave Lingkaran Kuning) masing-masing
memiliki 66 spesies atau sebesar 21,08% dan 46 spesies atau sebesar 14,69%.
Keanekaragaman spesies tumbuhan merupakan suatu karakteristik tingkatan
komunitas berdasarkan organisasi biologinya yang dapat digunakan untuk
menyatakan struktur komunitas (Soegianto 1994).
Tabel 8 Sebaran spesies tumbuhan berguna di PT Kencana Graha Permai
Jumlah Jenis Berdasarkan
Status Tumbuhan
No
Habitat
1
Sempadan Sungai
172
62
PP No. 7
Tahun
1999
−
2
Kawasan Sekitar Mata Air
29
22
−
−
1
3
Bukit
66
36
1
1
5
4
Areal Lainnya
46
31
−
−
7
Jumlah
Spesies
Famili
CITES
IUCN
1
15
Areal ijin PT. Kencana Graha Permai terdiri dari 23 titik sebaran dengan
rincian sebagai berikut; 15 lokasi sempadan sungai, 3 lokasi KSMA (Kawasan
Sekitar Mata Air), 3 areal perbukitan, dan 2 areal enclave (areal lainnya). Lokasi
yang memiliki jumlah jenis terbanyak adalah Sempadan Sungai Puyan dengan
jumlah spesies sebanyak 107 spesies. Sedangkan lokasi dengan jumlah spesies
terrendah adalah titik sebaran Bukit Ibul. Jumlah spesies yang sedikit
41
dibandingkan dengan kedua areal ijin yang terdapat pada areal studi salah satunya
disebabkan oleh jumlah titik sebaran yang sedikit.
Areal ijin PT. Kencana Graha Permai memiliki tiga titik sebaran Kawasan
Sekitar Mata Air (KSMA) yang berada pada hutan dataran rendah yaitu: KSMA
Lingsungan, KSMA Sedawak, dan KSMA Perasan Bikuk. Kekayaan spesies pada
areal pengamatan KSMA adalah sebanyak 29 spesies yang ditemukan merata
pada tiga titik sebaran. Spesies yang ada pada areal pengamatan ini bukan
termasuk spesies khas yang hanya terdapat pada kawasan sekitar mata air
melainkan juga dapat ditemukan pada sempadan sungai dan bukit.
Kekayaan spesies yang terdapat pada areal pengamatan sempadan sungai
tercatat sebanyak 172 spesies tumbuhan berguna. Sempadan sungai memiliki
jumlah titik sebaran terbanyak pada areal ijin yaitu sebanyak 15 lokasi. Areal
sempadan sungai memiliki banyak spesies khas yang tumbuh didalamnya. Spesies
khas atau spesies yang hanya ditemukan pada sempadan sungai salah satunya
adalah rukam bukit (Flacourtia inermis). Rukam merupakan spesies tumbuhan
yang berhabitus pohon dapat tumbuh di hutan dataran rendah dengan ketinggian
tempat dibawah 2100 m dpl. Pada tingkat kegunaan, rukam bukit memiliki
manfaat sebagai penghasil bahan bangunan yang dimanfaatkan batangnya untuk
papan maupun alas rumah. Spesies ini dapat dibudidayakan melalui bijinya.
Ekosistem riparian sepanjang sungai mempunyai fungsi yang sangat
penting sebagai filter untuk mengendalikan laju erosi dan sedimentasi agar tidak
masuk sungai. Selain itu sempadan sungai juga memiliki fungsi sebagai koridor
pergerakan satwa dari berbagai habitat yang berbeda dan tempat pengungsian
satwa yang habitatnya semakin menipis (Konsorsium Revisi HCV Toolkit
Indonesia,
2009).
Berdasarkan
837/Kpts/Um/11/1980,
pada
Keputusan
ekosistem
Menteri
riparian
harus
Pertanian
dilakukan
Nomor:
upaya
perlindungan yang disebut sebagai sempadan sungai dengan batas 50-100 meter
kiri-kanan sepanjang sungai tergantung besarnya sungai.
Jumlah titik sebaran pada areal bukit di PT Kencana Graha Permai adalah
sebanyak tiga titik sebaran. Kekayaan spesies tumbuhan pada titik sebaran ini
tercatat sebanyak 66 spesies yang tersebar pada tiga titik sebaran. Areal bukit
yang menjadi areal pengamatan pada PT Kencana Graha Permai adalah Bukit
42
Besar, Bukit Ibul, dan Bukit Engkebang. Areal yang memiliki kekayaan spesies
tertinggi ditemukan pada areal Bukit Engkabang yaitu sebanyak 47 spesies.
Sedangkan untuk areal Bukit Besar dan Bukit Ibul masing-masing memiliki
kekayaan spesies sebanyak 29 spesies dan 11 spesies.
Penelitian Antoko dan Kwatrina (2006) menyebutkan bahwa areal bukit
memiliki kerapatan spesies tertinggi dibandingkan dengan areal riparian. Spesies
dominan adalah meranti merah (Shorea leprosula), kayu tulang (Antidesma
phaneroplebium), medang lendir (Litsea mappacea), meranti rambai (Shorea sp),
dan kelat (Eugenia laxiflora). Umumnya spesies yang ditemukan pada areal bukit
memiliki habitus berupa pohon yang dimanfaatkan sebagai tanaman pangan dan
penghasil bahan bangunan.
1. Kekayaan Spesies Tumbuhan Berguna Berdasarkan Famili
Berdasarkan familinya, kekayaan famili tumbuhan berguna pada areal ijin
PT Kencana Graha Permai tercatat sebanyak 66 famili. Jumlah famili yang lebih
rendah daripada dua areal ijin lainnya salah satunya disebabkan oleh titik sebaran
yang
sedikit.
Famili
dengan
jumlah
spesies
terbanyak
adalah
famili
Euphorbiaceae yaitu sebanyak 14 spesies, kemudian diikutii oleh famili Fabaceae
yaitu sebanyak 12 spesies serta famili Poaceae dan Areaceae masing-masing
memiliki jumlah spesies sebanyak 11 spesies. Sedangkan untuk famili Moraceae,
Myrtaceae, Asteraceae, dan Zingiberaceae masing-masing memiliki jumlah
spesies sebanyak 7 spesies (Gambar 4).
Anggota dari kelompok famili Euphorbiaceae sebagian besar memiliki
habitus pohon yang memiliki kegunaan sebagai tumbuhan obat, pangan, aromatik,
penghasil bahan bangunan dan kegunaan lainnya. Salah satu anggota dari famili
ini adalah karet (Hevea brasillensis) yang memiliki kegunaan sebagai pakan
ternak, kayu bakar, dan penghasil getah untuk bahan baku industri karet. Spesies
lain yang merupakan anggota dari kelompok famili ini adalah patikan kebo
(Euphorbia hirta). Spesies yang berhabitus herba ini dapat hidup pada tanah-tanah
terganggu, dapat dibudidayakan dengan bijinya. Patikan kebo memiliki dapat
digunakan sebagai pakan ternak dan daunya dapat dijadikan sebagai obat sakit
mata serta penyakit asma.
Jumlah spesies
43
16
14
12
10
8
6
4
2
0
14
12
11
11
7
7
7
7
Famili
Gambar 4 Beberapa famili dengan jumlah spesies tertinggi.
2. Kekayaan Spesies Tumbuhan Berguna Berdasarkan Habitus
Berdasarkan Habitusnya, spesies tumbuhan berguna yang ditemukan pada
areal ijin PT. Kencana Graha Permai didominasi oleh habitus pohon yaitu
sebanyak 94 spesies (Tabel 9). Sedangkan untuk habitus yang memiliki jumlah
jenis terendah adalah habitus palem yang hanya memiliki satu spesies yaitu tukas
rotan (Caryota mitis). Tukas rotan tumbuh di dataran rendah sampai tinggi dengan
ketinggian tempat 1800 m dpl dan tumbuh dengan baik di pinggir-pinggir sungai.
Spesies ini dapat dibudidayakan dengan stek rhizoma dan pemisahan batang
muda.
Tabel 9 Kekayaan habitus pada areal ijin PT. Kencana Graha Permai
No
1
Habitus
Epifit
Jumlah Jenis
4
Persentase (%)
2
2
Herba
45
25
3
Liana
20
11
4
Pohon
94
52
5
Palem
1
1
6
Bambu
2
1,1
7
Perdu
14
7,9
180
100
Jumlah
Areal ijin PT. Kencana Graha Permai memiliki tujuh habitus yang tersebar
di titik sebaran. Habitus tumbuhan yang ditemukan pada areal ijin yaitu pohon,
44
epifit, herba, liana, palem, perdu, dan habitus bambu. Untuk habitus bambu hanya
memiliki jumlah spesies sebanyak dua spesies yaitu bambu babi (Bambusa
vulgaris) dan bambu (Gigantochloa apus). Bambu babi tumbuh liar di hutan, tepitepi jalan dan kebun dengan ketinggian tempat sampai 1500 m dpl. Spesies ini
dapat digunakan sebagai bahan bangunan dan batangnya dapat digunakan sebagai
pencegah mual.
Herba memiliki jumlah spesies kedua terbanyak dibandingkan habitus
lainnya yaitu sebanyak 45 spesies atau sebesar 25% dari total spesies tumbuhan
berguna yang ditemukan. Kekayaan spesies pada tingkat habitus dapat dijadikan
bahan acuan untuk usaha pemanfaatan yang berkelanjutan bagi spesies tumbuhan
berguna pada areal ijin. Sehingga dapat dijadikan bahan acuan untuk pengelolaan
areal-areal yang dilindungi pada areal ijin PT. Kencana Graha Permai.
5.1.2.3 Status Tumbuhan
Jenis tumbuhan yang ditemukan di areal ijin PT. Kencana Graha Permai
yang dilindungi sebanyak 1 jenis dan termasuk dalam daftar CITES sebanyak 2
jenis dan semuanya termasuk Appendix II. Di areal tersebut ditemukan sebanyak
21 (duapuluh satu) jenis tumbuhan yang termasuk dalam Daftar Red List IUCN,
dengan rincian : 16 jenis termasuk LR/Low Risk (Resiko Rendah), 3 jenis
termasuk VU/Vulnerable (rawan), dan 2 jenis termasuk CR/Critically Endangered
(Terancam hampir punah), seperti disajikan pada Tabel 10.
Spesies yang dilindungi pada areal ini umumnya ditemukan pada dua atau
tiga titik sebaran. Sehingga diperlukan usaha penataan pada areal yang ditemukan
spesies yang dilindungi untuk lebih lanjut dilakukan usaha budidayanya.
Sempadan Sungai Biru dapat dijadikan areal perlindungan gaharu (Aquilaria
malacensis) karena spesies ini hanya terdapat pada titik sebaran Sempadan Sungai
Biru. Nilai ekonomis yang tinggi dan pemanfaatan yang berlebihan tanpa di
imbangi usaha budidayanya dapat menjadikan spesies gaharu terancam
populasinya.
Gaharu adalah resin atau semacam getah yang dihasilkan dari pohon
Aquilaria malacensis yang terinfeksi (Mardiastuti dan Suhartono 2003). Gaharu
selama ini diperdagangkan sebagai obat, parfum dan dupa. Spesies ini tumbuh di
45
Tumbuh di hutan primer pada tanah berpasir atau tanah liat dengan ketinggian
tempat rendah sampai 500 m dpl.
Tabel 10 Status perlindungan dan kategori kelangkaan tumbuhan
No.
1
2
3
4
5
6
Nama Ilmiah
Alstonia angustifolia
Miq.
Alstonia
scholaris
(L.) R.Br.
Aquilaria
malaccensis Lamk.
Cratoxylon
arborescens Bl.
Cratoxylon
formosum Benth. &
Hook.f. ex Dyer
Cratoxylum
arborescens (Vahl.)
Bl.
7
Cratoxylum
cochinchinensis
(Loureiro) Blume
8
Dacryodes rostrata
H.J.L.
9
Dipterocarpus
grandiflorus Blanco
10 Durio
kutejensis
(Hassk.) Beccari
11 Eusideroxylon
zwageri T. & B.
12 Knema
conferta
(King) Warb.
13 Koompassia
malaccensis King.
14 Mangifera
caesia
Jack.
15 Mangifera
foetida
Lour.
16 Nepenthes grandis
17 Nephelium
lappaceum L.
18 Octomeles
sumatrana Miq.
19 Santiria laevigata Bl.
20 Santiria tomentosa
Blume
21 Shorea balangeran
(Korth.) Burck
Keterangan Lokasi:
1 = SS Biru
3 = SS Melaras
Lokasi
7, 14, 15,
22
1, 4, 6, 7, 8,
9, 10, 11,
14, 15, 16,
17, 18, 19,
21, 22
1
PP No. 7
Tahun 1999
TD
Status Tumbuhan
CITES
IUCN
TT
LR/lc ver 2.3 (1994)
TD
TT
LR/lc ver 2.3 (1994)
TD
App. II
20
TD
TT
VU
A1cd
ver 2.3 (1994)
LR/lc ver 2.3 (1994)
2, 6, 8, 9,
10, 11, 12,
14, 16, 17,
18, 19, 23
15
TD
TT
LR/lc ver 2.3 (1994)
TD
TT
LR/lc ver 2.3 (1994)
7, 22
TD
TT
LR/lc ver 2.3 (1994)
13
TD
TT
LR/lc ver 2.3 (1994)
1
TD
TT
1, 15
TD
TT
1, 2, 4, 7,
22
7, 14, 22
TD
TT
TD
TT
CR
A1cd+2cd
ver 2.3 (1994)
VU
A1c
ver 2.3 (1994)
VU
A1cd+2cd
ver 2.3 (1994)
LR/lc ver 2.3 (1994)
1
TD
TT
LR/cd ver 2. (1994)
1, 4
TD
TT
LR/lc ver 2.3 (1994)
1, 4, 7, 22,
23
20
1
TD
TT
LR/lc ver 2.3 (1994)
D
TD
App. II
TT
LR/Ic ver2.3 (1994)
LR/lc ver 2.3 (1994)
14
TD
TT
LR/lc ver 2.3 (1994)
2, 12
23
TD
TD
TT
TT
LR/lc ver 2.3 (1994)
LR/lc ver 2.3 (1994)
1, 14
TD
TT
CR
ver 2.3 (1994)
2 = SS Langsat
4 = SS Pikan
A1cd
46
5 =SS Keluang
7 = SS Minyak
9 = SS Penyebrangan
11 = SS Melajau
13 =SS Siangsahan
15 =SS Pengkayasan
17 =KSMA Sedawak
19 =Bukit Besar
21 =Bukit Engkabang
23 =Areal Enclave Lingkaran Kuning
Keterangan Status Tumbuhan:
D = Dilindungi
TT = Tidak Terdaftar
LR = Low Risk (Resiko rendah)
punah)
VU = Vulnerable (Rawan)
6=
8=
10 =
12
14
16
18
20
22
SS Perasan Bikuk
SS Pakit
SS Asahan Sambar
= SS Sanuwansi
= SS Puayan
= KSMA Lingsungan
= KSMA Perasan Bikuk
= Bukit Ibul
= Areal Enclave Blok E31
TD = Tidak dilindungi
App. = Appendix
CR = Critically Endangered (Terancam hampir
Spesies yang dikategorikan kedalam Vulnerable (Rawan) oleh IUCN
adalah bulian (Eusideroxylon zwageri), pekawai (Durio kutenjensis), dan gaharu
(Aquilaria malaccensis). Sedangkan untuk kategori Critical Endangered
(terancam hampir punah) terdapat dua spesies yang ditemukan pada areal ijin ini
yaitu belangiran (Shorea balangeran) dan keruing (Dipterocarpus grandiflorus).
Dua spesies tersebut digunakan bagian batangnya untuk bahan bangunan
khususnya pondasi rumah. Hal ini dapat dijadikan acuan untuk dilakukan usaha
pelestarian dari kedua spesies yang terancam hampir punah tersebut karena
pemanfaatan bagian batang dapat mematikan tumbuhannya.
5.1.3 PT. Lanang Agro Bersatu
Kekayaan spesies tumbuhan berguna pada areal ijin PT. Lanang Agro
Bersatu tercatat sebanyak 300 spesies tumbuhan berguna yang dikelompokkan
kedalam 83 famili dan tersebar pada 7 habitus tumbuhan. Berdasarkan tipe
ekosistemnya, areal ijin ini hanya memiliki satu tipe ekosistem yaitu hutan dataran
rendah (Tabel 11). Hutan dataran rendah pada areal ijin memiliki tiga sebaran
habitat spesies tumbuhan yaitu sempadan sungai, kawasan sekitar mata air, dan
areal lainnya (Areal Konservasi Blok-1 sampai Areal Konservasi Blok-16). Titik
sebaran spesies pada hutan dataran rendah tersebar kedalam 55 areal pengamatan
dengan rincian sebagai berikut: sebanyak 31 sempadan sungai, delapan areal
pengamatan kawasan sekitar mata air, dan 16 areal pengamatan lainnya.
47
Spesies yang dilindungi pada areal ijin PT. Lanang Agro Bersatu tercatat
sebanyak 36 spesies berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999, IUCN, maupun CITES.
Sedangkan jika dikategorikan berdasarkan familinya, spesies tumbuhan yang
terdapat pada areal ijin tercatat sebanyak 83 famili dengan dominasi famili yang
memiliki jumlah spesies terbanyak berasal dari famili Euphorbiaceae dan
Fabaceae masing sebanyak 18 spesies.
Tabel 11 Sebaran spesies tumbuhan berguna di PT Lanang Agro Bersatu
Jumlah
No
Habitat
Status Tumbuhan (Spesies)
65
PP No.
7 Tahun
1999
4
CITES
2
IUCN
25
126
54
3
1
11
247
75
2
4
28
Spesies
Famili
1
Sempadan Sungai
206
2
Kawasan Sekitar Mata Air
3
Areal Lainnya
Jumlah total titik sebaran pada areal ijin ini adalah sebanyak 55 titik
sebaran yang merupakan jumlah titik sebaran terbanyak dibandingkan dengan dua
areal ijin lainnya. Titik sebaran dengan jumlah spesies terbanyak ditemukan pada
titik sebaran Sempadan Sungai Laur yaitu sebanyak 122 spesies diikuti oleh Areal
Konservasi Blok-10 yaitu sebanyak 121 spesies. Sedangkan lokasi dengan jumlah
spesies terrendah dapat ditemukan pada titik sebaran Sempadan Sungai Toba dan
Sempadan Sungai Remiang yaitu sebanyak 15 spesies. Kekayaan spesies pada
titik sebaran dapat dijadikan indikator keberadaan spesies.
Areal sempadan sungai teridentifikasi memiliki jumlah titik sebaran
terbanyak dibandingkan areal pengamatan lainnya yaitu sebanyak 31 titik sebaran.
Spesies tumbuhan yang terdapat pada sempadan sungai memiliki fungsi ekologi
untuk mempertahankan kondisi sungai. Permen PU 63/1993 mendefinisikan
sempadan sungai sebagai suatu kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk
sungai buatan yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi sungai. Pada areal sempadan sungai, terdapat 25 spesies khas
yang hanya ditemukan pada areal tersebut.
Pada areal sempadan sungai terdapat spesies khas yang memiliki fungsi
ekologi penting yang tidak dapat digantikan oleh spesies lainnya yaitu
tetrastigama. Anggota dari kelompok famili Vitaceae ini hanya ditemukan pada
areal Sempadan Sungai Karuim dan Sempadan Sungai Keriu. Tetrastigma
48
memiliki fungsi ekologi sebagai tumbuhan inang Rafflesia. Umumnya tumbuhan
Rafflesia spp,. Tumbuh sebagai parasit pada jenis tumbuhan anggota famili
Vitaceae dari marga tetrastigma (Astuti et al. 2001).
Jumlah titik sebaran spesies tumbuhan berguna pada kawasan sekitar mata
air tercatat sebanyak 8 titik. Kawasan sekitar mata air memiliki kekayaan spesies
terrendah yaitu sebanyak 128 spesies dari total spesies yang ditemukan pada areal
ijin PT Lanang Agro Bersatu. Maryono (2009) menerangkan bahwa kawasan
sekitar mata air memiliki manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian
fungsi mata air. Informasi mengenai keberadaan spesies tumbuhan berguna pada
titik sebaran dapat digunakan sebagai data dasar untuk pengelolaan kawasan
sekitar mata air pada areal ijin PT. Lanang Agro Bersatu. Selain itu untuk
mendukung kelestarian manfaat spesies tumbuhan berguna pada areal ijin,
informasi mengenai teknik pemanfaatan dan usaha budidaya dapat dipelajari lebih
lanjut agar kelestarian spesies tumbuhan berguna dapat terjamin.
Klasifikasi areal lainnya pada areal ijin ini merupakan Areal Konservasi
Blok-1 sampai Areal Konservasi Blok-16. Klasifikasi areal ini untuk
memudahkan pembagian kelompok habitat spesies tumbuhan berguna pada areal
ijin. Untuk titik sebaran pada areal lainnya tercatat sebanyak 16 titik yang terdapat
di ekosistem hutan dataran rendah. Titik sebaran yang memiliki jumlah spesies
terbanyak adalah Areal Konservasi Blok-11 dan Areal Konservasi Blok-12
sebanyak 79 spesies.
Kekayaan spesies pada areal ini tercatat sebanyak 248 spesies atau sebesar
82,67%. Hal ini menunjukkan bahwa areal ini merupakan areal yang memiliki
kekayaan spesies tertinggi dibandingkan dengan dua areal lainnya (sempadan
sungai dan kawasan sekitar mata air). Areal Konservasi Blok-8 dan Areal
Konservasi Blok-9 memiliki kekayaan spesies terrendah dibandingkan areal
lainnya yaitu sebanyak 44 spesies. Spesies yang terdapat pada dua areal ini salah
satunya adalah pelawan putih (Tristania maingayi) yang hanya ditemukan pada
tiga titik sebaran.
Areal konservasi merupakan areal yang dikhususkan untuk kegiatan
pemanfaatan, pengawetan, dan perlindungan sumberdaya alam yang ada
didalamnya. Oleh karena itu, data keberadaan spesies tumbuhan berguna pada
49
areal konservasi menjadi sangat penting untuk dijadikan acuan tindakan
pengelolaan selanjutnya. Selain itu informasi mengenai teknik pemanfaatan serta
usaha budidayanya perlu diketahui agar sumberdaya alam yang terkandung
didalamnya dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
1. Kekayaan Spesies Tumbuhan Berguna Berdasarkan Famili
Berdasarkan familinya, spesies tumbuhan berguna di areal ijin PT.
Lanang Agro Bersatu seluruhnya dikelompokkan kedalam 83 famili. Adapun
famili dengan jumlah spesies terbanyak adalah Fabaceae dan Euphorbiaceae
sebanyak 18 spesies, diikuti famili Myrtaceae sebanyak 15 spesies serta Poaceae,
Dipterocarpaceae, dan Moraceae yang masing-masing sebanyak 14 spesies (Tabel
12).
Tabel 12 Kekayaan spesies berdasarkan famili
No
Famili
Jumlah Spesies
1
Arecaceae
13
2
poaceae
14
3
anacardiaceae
12
4
Dipterocarpaceae
14
5
Euphorbiaceae
18
6
Fabaceae
18
7
Moraceae
14
8
Myrtaceae
15
Tabel diatas menyajikan kelompok famili dengan jumlah spesies terbanyak
pada areal ijin. Famili Fabaceae memiliki jumlah spesies terbanyak karena
memiliki kecocokan dengan titik sebaran di areal ijin. Anggota dari famili ini
mampu bertahan di tanah kritis dan terganggu seperti saga pohon (Adenanthera
pavonina) yang memiliki kegunaan sebagai obat keputihan pada wanita dan kulit
batangnya berguna untuk menyuburkan rambut. Sebaran ekologi spesies ini cukup
tinggi, mulai dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian tempat 11400 m dpl. Selain itu spesies ini mampu tumbuh pada berbagai jenis tanah
seperti latosol, aluvial, regusol, dan tanah miskin hara. Penelitian serupa (Atok,
2009) di suku Bunaq Nusa Tenggara Timur menyatakan bahwa famili Fabaceae
memiliki spesies terbanyak yang dimanfaatkan oleh suku tersebut.
2. Kekayaan Spesies Berdasarkan Habitus
50
Berdasarkan habitusnya, pohon memiliki jumlah spesies terbanyak pada
areal studi (Gambar 5). PT Lanang Agro Bersatu memiliki habitus pohon
sebanyak 75 spesies, dan 179 spesies. Habitus palem merupakan habitus yang
memiliki jenis terendah diantara habitus lainnya. Habitus ini ditemukkan di tiga
spesies yang seluruhnya berasal dari famili Arecaceae, spesies tersebut berturutturut adalah Pinanga sp.,dan Pinanga kuhlii Blume.
Habitus pohon di areal ijin memiliki jumlah spesies tertinggi dibandingkan
habitus lainnya. Hal ini menandakan bahwa habitus ini tersebar merata hampir di
setiap wilayah areal pengamatan. Namun perlu diperhatikan bahwa pohon
merupakan habitus yang memiliki tingkat keterancaman tinggi jika dibandingkan
habitus lainnya. Kelompok habitus lainnya yang terdapat pada areal ijin ini adalah
epifit (13 spesies), herba (59 spesies), liana (23 spesies), palem (2 spesies), bambu
(4 spesies), perdu (22 spesies).
BambuPerdu Epifit
Palem
1% 7%
4%
1%
Herba
20%
Liana
8%
Pohon
59%
Gambar 5 Keanekaragaman habitus tumbuhan di areal studi.
3. Status Tumbuhan
Spesies tumbuhan yang ditemukan di areal ijin PT. Lanang Agro Bersatu
yang dilindungi sebanyak 4 spesies yang dilindungi menurut PP No. 7 Tahun
1999 dan termasuk dalam daftar CITES sebanyak 5 spesies (Appendix II
sebanyak 4 spesies dan Appendix III sebanyak 1 spesies). Di areal tersebut
ditemukan sebanyak 32 spesies tumbuhan yang termasuk dalam Daftar Red List
IUCN, dengan rincian : 1 spesies termasuk DD/Data Deficient (Data kurang), 20
spesies termasuk LR/Low Risk (Resiko Rendah), 5 spesies termasuk
VU/Vulnerable (rawan), 2 spesies termasuk EN/Endangered (Genting/Kritis), dan
51
4 spesies termasuk CR/Critically Endangered (Terancam hampir punah), seperti
disajikan pada Tabel 14.
Tabel 13 Status kelangkaan tumbuhan di PT. Lanang Agro Bersatu
No.
Nama Ilmiah
Lokasi
Status Tumbuhan
PP No.
7 Tahun
1999
CITES
IUCN
1
Alangium javanicum
50, 51
TD
TT
2
Alstonia angustifolia
Miq.
Alstonia scholaris (L.)
R.Br.
1, 26, 27, 30, 49
TD
TT
TD
TT
TD
TT
EN A1cd+2cd
ver 2.3 (2010)
VU
A1cd
ver 2.3 (1994)
VU
A1d
ver 2.3 (2009)
3
LR/lc
ver 2.3 (1994)
LR/lc
ver 2.3 (1994)
LR/lc
ver 2.3 (1994)
4
Anisoptera grosivenia
4, 8, 25, 26, 27,
30, 36, 40, 45, 46,
47, 48, 49, 50, 51,
52, 53, 54
53, 54
5
Aquilaria malaccensis
Lamk.
Aquilaria microcarpa
40, 41, 42, 43, 44,
46
1, 30
TD
App. II
TD
App. II
Calophyllum soulatri
Burm.f.
Cratoxylon formosum
Dyer.
Cratoxylum
arborescens
(Vahl.)
Bl.
26, 27, 49
TD
TT
1, 24, 27, 30, 40,
45, 46, 49, 52, 55
40, 46, 50, 51, 55
TD
TT
TD
TT
10
Dacryodes
H.J.L.
2, 3, 41, 42, 43,
44, 45, 50, 51, 53,
54
TD
TT
LR/lc
ver 2.3 (1994)
11
Dendrobium
crumenatum Sw.
Dryobalanops
aromatica Gaertn.
12, 13, 31, 38, 39
TD
App. II
TT
52
TD
TT
CR A1cd+2cd,
B1+2c
ver 2.3 (1994)
13
Dryobalanops beccari
Dyer.
25, 27, 36, 41, 42,
43, 44, 49
TD
TT
EN A1cd+2cd
ver 2.3 (2010)
14
Durio
kutejensis
(Hassk.) Beccari
27,
42,
50,
TD
TT
VU
A1c
ver 2.3 (2009)
15
Eusideroxylon zwageri
T. & B.
5, 9, 10, 11,
29, 30, 37, 41,
43, 44, 45, 48,
51, 55
2, 3, 26, 27,
41, 42, 43, 44,
46, 49, 50, 51,
53, 54, 55
40,
45,
52,
TD
TT
VU A1cd+2cd
ver 2.3 (2009)
6
7
8
9
12
rostrata
LR/lc
ver 2.3 (1994)
LR/lc
ver 2.3 (1994)
LR/lc
ver 2.3 (1994)
52
No.
Nama Ilmiah
Lokasi
Status Tumbuhan
PP No.
7 Tahun
1999
CITES
IUCN
16
Gonystylus keithii
26, 27, 49
TD
App.
III
VU A1cd+2cd
ver 2.3 (1994)
17
Hopea
Miq.
TD
TT
18
Knema conferta (King)
Warb.
27, 41, 42, 43, 44,
45, 49, 50, 51, 52,
53, 54
26, 27, 49
TD
TT
CR
A1cd,
B1+2c
ver 2.3 (1994)
LR/lc
ver 2.3 (1994)
19
Knema
intermedia
Warb.
Koompassia
malaccensis Maing. ex
Benth.
Mangifera caesia Jack.
41, 42, 43, 44
TD
TT
14, 29, 45, 50, 51,
53, 54
TD
TT
2, 3, 12, 13, 14,
29, 31 , 38, 39
TD
TT
LR/lc
ver 2.3 (1994)
22
Mangifera
Lour.
22,
29,
39,
50,
TD
TT
LR/lc
ver 2.3 (1994)
23
Myristica iners Blume
9, 12, 13, 14,
23, 26, 27, 28,
30, 31, 35, 38,
40, 45, 46, 49,
51, 55
53, 54
TD
TT
LR/lc
ver 2.3 (1994)
24
Nephelium lappaceum
L.
16,
21,
30,
53,
TD
TT
LR/lc
ver 2.3 (1994)
25
Nephentes rafflesiana
Jack.
1, 9, 14, 15,
17, 18, 19, 20,
24, 27, 28, 29,
32, 33, 34, 49,
54, 55
50, 51
D
App. II
LR/lc
ver 2.3 (1994)
26
Octomeles sumatrana
Miq.
Parashorea
lucida
(Miquel) Kurz
27, 40, 46, 49, 50,
51, 52
50, 51
TD
TT
TD
TT
28
Pentaspadon
Hook.f.
1, 2, 3, 4, 30
TD
TT
LR/lc
ver 2.3 (1994)
CR
A1cd,
B1+2c,
C2a
ver 2.3 (1994)
DD
ver 2.3 (1994)
29
Santiria
griffithii
(Hk.f.) Engl.
Santiria laevigata Bl.
6, 9, 12, 13, 30,
31, 38, 39
2, 3, 40, 46, 52
TD
TT
TD
TT
47, 48, 50, 51, 55
TD
TT
32
Santiria
tomentosa
Blume
Shorea palembanica
D
TT
33
Shorea pallidifolia
12, 13, 31, 38, 39,
40, 46
52
TD
TT
34
Shorea pinanga
D
TT
20
21
27
30
31
mengerawan
foetida
motleyi
6, 10, 11, 12, 13,
14, 29, 30, 31, 37,
38, 39, 55
LR/nt
ver 2.3 (1994)
LR/cd
ver 2.3 (1994)
LR/lc
ver 2.3 (1994)
LR/lc
ver 2.3 (1994)
LR/lc
ver 2.3 (1994)
TT
CR A1cd, C2a
ver 2.3 (1994)
TT
53
No.
35
36
Nama Ilmiah
Shorea
stenoptera
Burck.
Vatica rassak Bl.
Lokasi
Status Tumbuhan
PP No.
7 Tahun
1999
CITES
14, 29
D
TT
TT
40, 45, 46, 53, 54
TD
TT
LR/lc
ver 2.3 (1994)
Keterangan Lokasi:
1
= SS Karim
3
= SS Cabang Tiyakon
5
= SS Kembuen
7
= SS Pebahan
9
= SS Kesuhan
11
= SS Cabang Tebahat
13
= SS Cabang Puya-2
15
= SS Bengang
17
= SS Kekirik
19
= SS Remiang (Romban)
21
= SS Cabang Sepiso
23
= SS Cabang Limuen
25
= SS Ringkang
27
= SS Laur
29
= SS Pawan
31
= SS Puya
33
= KSMA S. Cabang Bengang
35
= KSMA S. Cabang Limuen
37
= KSMA S. Cabang Tebahat
39
= KSMA S. Cabang Puya-2
41
= Areal Konservasi Blok-2
43
= Areal Konservasi Blok-4
45
= Areal Konservasi Blok-6
47
= Areal Konservasi Blok-8
49
= Areal Konservasi Blok-10
51
= Areal Konservasi Blok-12
53
= Areal Konservasi Blok-14
55
= Areal Konservasi Blok-16
Keterangan Status Flora:
D = Dilindungi
TT = Tidak Terdaftar
DD = Data Deficient (Data kurang)
VU = Vulnerable (Rawan)
punah)
EN = Endangered (Genting/Kritis)
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
26
28
30
32
34
36
38
40
42
44
46
48
50
52
54
TD =
App.
LR =
CR =
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
IUCN
SS Tiyakon
SS Siwaan
SS Segigi
SS Sempadan
SS Tebahat
SS Cabang Puya-1
SS Kediu
SS Cabang Bengang
SS Toba
SS Sepiso
SS Lumuen
SS Gentaring
SS Air Mati
SS Mantas
SS Keriau
KSMA S. Kekirik (Kehiring)
KSMA S. Cabang Sepiso
KSMA S. Ringkang
KSMA S. Cabang Puya-1
Areal Konservasi Blok-1
Areal Konservasi Blok-3
Areal Konservasi Blok-5
Areal Konservasi Blok-7
Areal Konservasi Blok-9
Areal Konservasi Blok-11
Areal Konservasi Blok-13
Areal Konservasi Blok-15
Tidak dilindungi
=
Appendix
Low Risk (Resiko rendah)
Critically Endangered (Terancam hampir
Spesies yang dimasukkan kedalam Appendix II CITES dan dikategorikan
rawan punah oleh IUCN salah satunya adalah gaharu (Aquilaria mallacensis).
Gaharu banyak digunakan sebagai bahan dasar minyak wangi, dupa bakaran, dan
obat tradisional di asia timur (yagura et al., 2005). Sampai saat ini peningkatan
permintaan akan produk gaharu belum dapat diikuti oleh adanya pasokan gaharu
yang rutin karena masih bergantung dari hasil pengumpulan gaharu alami
54
(Santoso et al., 2007). Jika dilihat dari penyebaran pada areal ijin, spesies ini
dapat ditemukan di 6 titik sebaran. Sedangkan untuk spesies Aquilaria
macrocarpa hanya ditemukan pada 2 titik sebaran yaitu Areal Konservasi Blok-12
dan Areal Konservasi Blok-13.
Kantung semar (Nephentes rafflesiana Jack.) merupakan salah satu spesies
yang dilindugi oleh PP No. 7 Tahun 1999 serta dikategorikan kedalam resiko
rendah oleh IUCN. Selain itu spesies ini dimasukkan kedalam Appendix II CITES
yang menandakan perdagangan spesies ini diawasi ketat oleh management
authority yang dalam hal ini adalah Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam (Dirjen PHKA). Kantung semar di areal ijin hanya ditemukan
pada 2 titik sebaran yaitu Areal Konservasi Blok-12 dan Areal Konservasi Blok13. Pemanfaatan kantong semar masih tergantung dari alam walaupun informasi
mengenai budidaya spesies ini sudah ada.
5.2 Pemanfaatan Tumbuhan
Kekayaan spesies tumbuhan berguna berdasarkan kegunaan di areal studi
disajikan dalam Tabel 14. Tumbuhan obat merupakan spesies yang paling banyak
yaitu sebanyak 103 spesies (28,42%) di PT Agro Lestari Mandiri, 85 spesies
(37,22%) di PT Kencana Graha Permai, dan 137 spesies (35,33%) tumbuhan obat
ditemukan di PT Lanang Agro Bersatu. Pemanfaatan yang besar terhadap
tumbuhan obat di lokasi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat masih
tergantung terhadap hasil hutan berupa tumbuhan penghasil obat-obatan.
Tabel 14 Klasifikasi kegunaan tumbuhan di areal studi
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Kegunaan
Obat
Hias
Aromatik
Pangan
Pakan ternak
Pestisida nabati
Serat
Pewarna dan Tanin
Bahan bangunan
Ritual adat
Anyaman
Kayu bakar
AMNL*
103
24
15
67
16
7
16
12
74
12
32
24
Jumlah Jenis di
KGP*
85
15
10
55
19
4
9
8
34
15
19
18
LAB*
137
25
26
86
23
7
13
13
71
13
32
28
55
13 Lainnya
20
12
15
Keterangan: AMNL*= PT Agro Lestari Mandiri, KGP*= PT Kencana Graha Permai,
LAB*= PT Lanang Agro Bersatu
Tumbuhan penghasil pestisida nabati memiliki jumlah spesies terkecil
diantara 12 kelompok kegunaan lainnya. Pada areal studi, tumbuhan penghasil
pestisida nabati tercatat hanya sebanyak 8 spesies yang tergolong kedalam 6
famili tumbuhan. Potensi tumbuhan penghasil pestisida nabati pada areal studi
hanya 1,86% dari total spesies tumbuhan berguna yang ada. Untuk tingkatan areal
ijin, PT Agro Lestari Mandiri dan PT Lanang Agro Bersatu memiliki jumlah
spesies penghasil pestisida nabati tertinggi yaitu masing-masing 7 spesies.
Sedangkan PT Kencana Graha Permai hanya memiliki 4 spesies penghasil
pestisida nabati.
5.2.1 Kelompok Kegunaan
5.2.1.1 Tumbuhan Obat
Berdasarkan kelompok kegunaannya, tumbuhan obat di tiga titik sebaran
memiliki jumlah spesies terbanyak yaitu sebanyak 176 spesies atau sebesar 40,93
%. Hal ini menunjukkan bahwa kekayaan spesies tumbuhan obat di tiga lokasi
tersebut masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan penelitian yang serupa.
Penelitian Hidayat (2009) menunjukkan bahwa terdapat 150 spesies tumbuhan
obat yang terdapat di masyarakat Kampung Adat Dukuh, sedangkan penelitian
Setyowati (2007) pada masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Leuser
hanya menemukan 69 spesies tumbuhan obat.
Umumnya tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat masih
berupa tumbuhan liar dan belum banyak didomestikasi. Domestikasi tumbuhan
obat belum banyak dilakukan oleh sebagian besar masyarakat lokal yang hidup di
sekitar hutan. Penelitian Nopriadi (1997) menyebutkan bahwa pemanfaatan
tumbuhan obat oleh masyarakat dayak di sekitar HPH PT Berkat Cahaya Timber
Kalimantan Tengah sebagian besar memungut langsung dari hutan tanpa adanya
usaha budidaya. Kartikawati (2004) menyatakan bahwa dari 93 spesies tumbuhan
obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Dayak Meratus, hanya 20 spesies atau
sebesar 21,51% yang sudah dibudidayakan serta delapan spesies atau sebesar
8,60% yang statusnya semi domestikasi.
56
Tumbuhan obat masih mendominasi kelompok kegunaan tumbuhan di
masing-masing areal studi. Spesies yang tercatat memiliki khasiat sebagai obat
pada PT Agro Lestari Mandiri adalah 79 spesies yang dikelompokkan kedalam 48
famili tumbuhan. Famili dengan spesies tumbuhan obat terbanyak berasal dari
kelompok famili Poaceae yaitu sebanyak tujuh spesies, disusul oleh famili
fabaceae yaitu lima spesies, serta famili verbenaceae dan euphorbiaceae yang
masing-masing memiliki empat spesies tumbuhan obat. Tumbuhan seperti
singkong (Manihot utilissima Pohl.) yang termasuk kedalam famili euphorbiaceae
memiliki kegunaan sebagai obat luka luar selain dimanfaatkan umbinya untuk
makanan tambahan bagi masyarakat. Pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack.)
yang merupakan anggota dari kelompok famili Simaroubaceae telah dikenal oleh
masyarakat untuk digunakan sebagai obat malaria, penambah stamina, dan
aprodisiak pada laki-laki.
Spesies tumbuhan berguna di PT Kencana Graha Permai di dominasi oleh
tumbuhan obat yaitu sebanyak 85 spesies atau sebesar 47,22%. Tumbuhan yang
berasal dari famili Poaceae seperti alang-alang (Imperata cylindrica) dapat
dimanfaatkan akarnya sebagai obat penurun panas selain dapat dimanfaatkan
daunnya sebagai pakan ternak. Sedangkan tempuh wiyang yang ditemukan pada
areal ini dapat digunakan sebagai peluruh air seni. Spesies yang memiliki nama
latin Emilia sonchifolia (Linn.) DC. Ini berasal dari famili Ateraceae yang
umumnya berhabitus herba. Areal ijin PT Kencana Graha Permai merupakan areal
ijin yang memiliki jumlah spesies terendah dibandingkan dengan dua areal
lainnya. Namun untuk kategori tumbuhan obat, areal ijin ini memiliki jumlah
spesies terbanyak dibandingkan lainnya. Contoh tumbuhan obat yang ditemukan
di areal studi dapat ditampilkan pada Tabel 15 di bawah ini. Daftar lengkap
tumbuhan obat di areal studi tersaji pada lampiran 10.
Areal ijin PT Lanang Agro Bersatu tercatat memiliki jumlah spesies
tumbuhan obat sebanyak 137 spesies atau sebesar 45,66% dari jumlah spesies
tumbuhan berguna di areal ini. Jika dilihat dari jumlah spesiesnya, areal ini dapat
dikatakan memiliki jumlah spesies tertinggi dibandingkan dua areal ijin lainnya di
areal studi ini. Hampir setengah dari spesies tumbuhan berguna yang ada di areal
ini merupakan tumbuhan obat. Famili Poaceae masih mendominasi jumlah spesies
57
tumbuhan penghasil obat di areal ini. Hal ini disebabkan anggota dari famili ini
tersebar di berbagai tipe vegetasi dan tahan terhadap kondisi yang tidak
menguntungkan.
Tabel 15 Beberapa spesies tumbuhan obat yang berada di areal studi
Bagian
yang
digunakan
Daun
Nama Ilmiah
Nama
Lokal
Penyakit yang di obati
1
Mallotus macrostachyus
Balik angin
batuk demam
2
Phyllanthus niruri L.
3
Cassia alata L.
diare,
radang
hati,
infeksi saluran kencing
Kulit
Daun
4
Parkia speciosa Hassk.
Rumput
pacat
Ketepeng
cina
Petai
sakit perut,
biji
5
Urena lobata L.
Jelumpang
Daun
6
Melastoma
Linn.
Cangkuduk,
cengkuduk,
keremunting,
hati-hati
obat
sakit
perut,
pendarahan
disentri, obat kumur,
keputihan, sakit perut
7
Lansium domesticum Corr.
Langsat
8
Embelia ribes Burm.f.
kulit
batang
getah
9
Psidium guajava L.
Akar asam,
kacam
Jambu biji
tipes, demam, malaria,
sakit perut
batuk murus
diare
Daun
10
Rhodamnia cinerea Jack.
Jamai
obat setelah bersalin
akar
11
Cymbopogon citratus (DC.)
Stapf.
Sereh wangi
peluruh angin, pereda
kejang
Daun
No.
malabathricum
Herba
Daun
Anggota dari famili Poaceae umumnya berhabitus bambu dan herba yang
banyak ditemukan di lokasi ini. Spesies rumput jarum (Chrysopogon aciculatus
(Retz.) Trin.) yang merupakan anggota dari famili ini digunakan bagian akarnya
oleh masyarakat untuk penangkal racun ular. Penyakit cacingan dan sakit mata
dapat diobati oleh rebung (tunas muda) dari bambu cacing/rambat (Dinochloa
scandens (Bl. ex Nees) O.Kuntze.) selain bambunya digunakan untuk bahan
jembatan dan kontruksi bangunan.
Berdasarkan kelompok penyakitnya, tumbuhan obat yang ada di areal studi
dapat mengobati 24 jenis kelompok penyakit (Tabel 16). penyakit yang dapat di
obati antara lain sakit gigi, penyakit kewanitaan, penyakit saluran pencernaan,
58
penyakit kuning, penyakit saluran pernafasan, perawatan kehamilan dan
persalinan, tonikum, dan lain-lain.
Penyakit saluran pencernaan memiliki kuantitas spesies yang tinggi
dibandingkan spesies lainnya. Penyakit saluran pencernaan dalam hal ini meliputi
magh, kembung, masuk angin, sakit perut, cacingan, diare, dan penggunaan
lainnya yang berhubungan dengan saluran pencernaan. Sebanyak 26 spesies
tumbuhan atau sebesar 15,20% dapat dimanfaatkan untuk pengobatan penyakit
saluran pencernaan. Spesies seperti Alstonia angustifolia Miq atau biasa disebut
pelai pipit oleh masyarakat lokal dapat digunakan daunnya untuk mengobati
mencret darah.
Tabel 16 Rekapan kelompok penyakit pada areal studi
Jumlah Spesies di
No
Kelompok Penyakit/Penggunaan
PT AMNL
PT KGP
PT LAB
1
2
3
4
5
6
7
8
Gangguan.Peredaran Darah
Keluarga Berencana (KB)
Penawar Racun
Pengobatan Luka
Penyakit Gangguan Urat Syaraf
Penyakit Gigi
Penyakit Ginjal
Penyakit Jantung
5
1
6
10
2
1
0
0
2
0
1
10
3
2
1
0
8
1
4
10
1
2
1
1
9
10
11
12
13
14
15
16
Penyakit Kanker/Tumor
Penyakit Khusus Wanita
Penyakit Kulit
Penyakit Kuning
Penyakit Malaria
Penyakit Mata
Penyakit Mulut
Penyakit Persendian
1
3
5
2
6
1
4
2
1
4
5
1
5
3
3
2
4
4
8
3
8
2
6
4
17
18
19
20
Tonikum
Penyakit saluran pembuangan
Penyakit saluran Pencernaan
Penyakit Saluran Pernafasan/THT
5
2
13
8
4
2
14
4
6
3
22
9
21
Perawatan Kehamilan dan Persalinan
5
3
5
22
Perawatan Rambut, Muka, Kulit
1
1
2
23
Sakit Kepala dan Demam
7
6
10
24
Lain-lain
7
7
4
Laporan akhir identifikasi dan analisis keberadaan nilai konservasi tinggi
(2010) di areal studi menyebutkan bahwa penyakit yang sering diderita
masyarakat adalah penyakit yang berhubungan dengan saluran pencernaan dan
59
malaria. Selain itu, pusat kesehatan yang ada di masing-masing areal studi
jumlahnya terbatas. Spesies tumbuhan obat yang digolongkan kedalam 24
klasifikasi penyakit dapat digunakan sebagai tindakan awal bagi masyarakat untuk
mengobati penyakitnya.
Pada Tabel 16 di atas dapat dilihat bahwa spesies yang berada pada satu
areal ijin ada yang memiliki kesamaan dengan dua lokasi lainnya. Spesies seperti
rotan buaya (Calamus sp) yang dikelompokan kedalam pengobatan penyakit gigi
dapat ditemukan di tiga lokasi areal ijin. Pengelompokkan spesies tumbuhan obat
didasarkan pada fungsi dominan dari spesies tumbuhan obat. Sebagai contoh
jambu biji (Psidium guajava) yang berasal dari famili Myrtaceae memiliki
kegunaan sebagai obat diare disamping penyakit diabetes dan disentri,
dikelompokkan kedalam kelompok penyakit saluran pencernaan karena fungsi
utamanya adalah untuk mengobati penyakit diare.
Pada tingkat habitus, jumlah spesies tumbuhan obat yang terdapat di areal
PT Agro Lestari Mandiri sebanyak 27 spesies atau sebesar 34,2% pada habitus
pohon. Herba ditemukan sebanyak 20 spesies atau sebesar 25,3%. Hal ini
menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies penghasil tumbuhan obat dapat
ditemukan pada tingkat habitus pohon karena memiliki keanekaragaman genetik
yang tinggi.
Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan untuk pengobatan beragam mulai
dari pemanfaatan bagian akar, batang, kulit batang, daun, bunga, maupun buah
dan biji tumbuhan. Pemanfaatan bagian tumbuhan yang beragam ini dapat
dijadikan indikator kelestarian tumbuhan tersebut. Sebagai contoh jika spesies
tumbuhan dimanfaatkan pada bagian akar, maka teknik pemanenannya dilakukan
dengan cara mematikan tumbuhan tersebut. Hal ini dapat menurunkan
populasinya jika tidak dilakukan upaya budidaya spesies tumbuhan tersebut. Pada
pemanfaatan bagian daun, jika pemanenannya memiliki intensitas yang rendah
maka kelestarian spesies tersebut dapat terjamin.
5.2.1.2 Tumbuhan Pangan
Tumbuhan penghasil pangan ditemukan sebanyak 111 spesies atau sebesar
25,81% dengan penggunaan terbesar sebagai makanan sampingan atau bukan
makanan pokok (Tabel 17). Tumbuhan pangan terdiri dari buah-buahan, sayuran,
60
dan penghasil karbohidrat. Tumbuhan buah-buahan yang umum dimanfaatkan
oleh masyarakat adalah spesies yang berasal dari kelompok famili Myrtaceae,
Moraceae, Euphorbiaceae, dan Anacardiaceae. Anggota dari famili ini seperti
Mangga (Mangifera indica), Nangka (Artocarpus integra), Jambu biji (Psidium
guajava), Asam lembawang (Mangifera caesia), dan banyak lainnya. Namun saat
ini kelompok tumbuhan penghasil buah-buahan belum banyak digunakan (Uji
2007). Daftar lengkap mengenai tumbuhan penghasil pangan pada areal studi
dapat dilihat pada Lampiran 11.
Tabel 17 Beberapa spesies penghasil pangan di areal studi
Terung
Bagian
yang
digunakan
Buah
Macam
Penggunaan
Sayuran
Buni
Buah
Buah-buahan
Nephelium cuspidatum
Rambutan hutan
Buah
Buah-buahan
4
Manihot utilissima Pohl.
Singkong
Umbi
Umbi-umbian
5
Musa paradisiaca L.
Pisang
Buah
Buah-buahan
6
Cyclophorus aridus
Pakis
Daun
Sayuran
7
Amaranthus sp.
Bayam
Daun
Sayuran
8
Mangifera indica L.
Mangga
Buah
Buah-buahan
9
Ipomoea cairica
Ubi jalar
Umbi
Umbi-umbian
Parkia roxburghii
Kedawung
Biji
Biji-bijian
No.
Nama Ilmiah
Nama Lokal
1
Solanum melongena L.
2
Stemonurus malaccensis
3
10
Pengusahaan tanaman pangan dilakukan pada lahan-lahan yang baru
dibuka dengan cara tumpangsari. Intensitas penggunaan lahan untuk komoditi ini
hanya sekali pada setiap kali buka lahan, lahan akan ditanami kembali pada siklus
penggunaan lahan 5-8 tahun apabila masih tersedia. Namun setelah beberapa
perusahaan perkebunan ini masuk, kebiasaan ladang berpindah ini berangsurangsur akan hilang karena keberadaan lahan sempit dengan nilai ekonomis lahan
yang semakin tinggi.
Dalam pengusahaan tanaman pangan penduduk masih menggunakan
bentuk budidaya sederhana, selebihnya mengambil langsung dari hutan. Jenis
tanaman pangan yang diusahakan penduduk di areal ijin adalah padi (Oryza
sativa), jagung (Zea mays), ubi kayu (Manihot utilissima), ubi jalar, kacangkacangan dan sayur-sayuran. Spesies tumbuhan penghasil pangan pokok seperti
padi (Oryza sativa) dan singkong (Manihot utilisima) sudah dibudidayakan oleh
masyarakat di sekitar areal ijin. Sedangkan untuk penghasil sayuran, dapat
61
ditemukan pada famili Solanaceae dan Araceae yang dapat dimanfaatkan daunnya
sebagai bahan sayuran.
Tumbuhan pangan yang berada di PT Agro Lestari Mandiri menempati
urutan ketiga dalam kelompok kegunaan spesies tumbuhan pada areal ijin ini.
Sebanyak 66 spesies tumbuhan atau sebesar 23,74% dapat digunakan sebagai
bahan pangan baik itu berupa buah-buahan, sayuran, maupun tumbuhan penghasil
karbohidrat. Famili moraceae dan Anacardiaceae memiliki jumlah spesies
terbanyak dalam kelompok kegunaan ini. Spesies penghasil buah-buahan yang
berasal dari kedua famili ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan tambahan
bagi masyarakat sekitar areal studi.
Pemanfaatan tumbuhan pangan khususnya tumbuhan penghasil buahbuahan masih terbatas kepada pemungutan langsung di hutan tanpa ada usaha
budidaya tumbuhan tersebut. Potensi tumbuhan penghasil buah seharusnya dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan pangan
khususnya buah-buahan. Uji (2004) menyatakan bahwa terdapat 226 spesies
buah-buahan asli Kalimantan baik secara langsung maupun melalui proses
pengolahan terlebih dahulu.
Pada PT Kencana Graha Permai anggota dari famili Moraceae masih
mendominasi tumbuhan penghasil pangan yaitu sebanyak 6 spesies tumbuhan di
ikiuti dengan famili Fabaceae dengan 5 spesies tumbuhan penghasil pangan.
Terdapat 54 spesies penghasil pangan pada areal ijin ini yang dapat dimanfaatkan
sebagai makanan pokok maupun pengganti oleh masyarakat. Tumbuhan penghasil
pangan pada areal ini paling banyak ditemukan berhabitus pohon dengan spesies
sebanyak 38 spesies atau sebesar 70% dari keseluruhan tumbuhan pangan yang
teridentifikasi (Tabel 18). Hal ini disebabkan karena umumnya tumbuhan
penghasil pangan pada areal ini merupakan tumbuhan yang dimanfaatkan
buahnya.
Tabel 18 Tingkatan habitus spesies penghasil pangan
No
1
2
3
4
Habitus
Jumlah
Persentase (%)
Pohon
Herba
Liana
Perdu
38
12
2
2
70
22
4
4
62
PT. Lanang Agro Bersatu merupakan lokasi yang memiliki spesies
tumbuhan penghasil pangan terbanyak dibandingkan dua lokasi studi lainnya.
Pada areal ini tercatat 86 spesies atau sebesar 28,67% merupakan spesies
penghasil pangan. Kategori spesies tumbuhan penghasil pangan pada areal ini
memiliki posisi kedua terbanyak setelah tumbuhan penghasil obat. Hal ini dapat
dijadikan pertimbangan dalam pemilihan jenis pangan yang dapat dimakan oleh
masyarakat sekitar areal ijin sehingga terjadi diversifikasi pangan bagi masyarakat
yang dapat memudahkan masyarakat untuk mendapatkan bahan makanan.
5.2.1.3 Tumbuhan Hias
Tumbuhan hias merupakan tumbuhan yang memiliki nilai estetika dan
memiliki bentuk yang unik atau indah bagi penikmatnya. Tumbuhan hias dapat di
dibudidayakan di pekarangan rumah untuk dinikmati keindahannya. Spesies
tumbuhan hias umumnya merupakan tanaman yang dapat dibudidayakan dan
telah diketahui informasi mengenai teknik budidayanya. Kelompok kegunaan ini
bersifat subjektif karena nilai keindahan merupakan nilai yang subjektif bagi tiap
individu. Untuk mengidentifikasi kelompok kegunaan ini maka digunakan buku
panduan yang berlaku umum seperti Heyne (1987).
Kategori kegunaan tumbuhan sebagai tumbuhan hias pada areal studi
tercatat 37 spesies yang dikelompokkan kedalam 23 famili. Spesies terbanyak
berasal dari famili Araceae dan famili Nepenthaceae dengan jumlah spesies
berturut-turut sebanyak tujuh spesies dan empat spesies. Informasi budidaya
mengenai tumbuhan hias yang berada pada areal studi umumnya telah diketahui
sehingga memudahkan masyarakat untuk membudidayakan baik untuk tujuan
komersial maupun nonkomersial. Beberapa spesies tumbuhan hias dapat dilihat
pada Tabel 19. Daftar lengkap spesies tumbuhan hias dapat di lihat pada
Lampiran 12.
Tabel 19 Beberapa spesies tumbuhan hias di areal studi
No.
1
Nama Ilmiah
Hoya sp.
2
3
4
Asplenium nidus L.
Nepenthes grandis
Nephentes rafflesiana
Nama Lokal
Anggrek
kancing
Bakah, sakah
Akar ketupat
Kantong semar
5
Ixora coccinea L.
Soka hutan
Bagian
yang
digunakan
Seluruh bagian
Macam Penggunaan
Tumbuhan hias
Seluruh bagian
Seluruh bagian
Seluruh bagian
Tumbuhan hias
Tumbuhan hias
Tumbuhan hias
Seluruh bagian
Tumbuhan hias
63
6
Clerodendrum inerme
Melati hutan
Seluruh bagian
Tumbuhan hias
7
Adianthum cuneatum
Suplir
Seluruh bagian
Tumbuhan hias
Persebaran tumbuhan hias pada areal studi hampir seragam di tiap areal
ijinnya. Pada PT Agro Lestari Mandiri ditemukan spesies tumbuhan hias
sebanyak 24 spesies, sedangkan untuk PT Kencana Graha Permai dan PT Lanang
Agro Bersatu ditemukan spesies tumbuan hias berturut-turut adalah sebanyak 15
spesies dan 25 spesies. Perbedaan kuantitas spesies yang tidak begitu besar ini
karena tumbuhan hias pada areal studi memiliki sifat ekologi yang sama dengan
areal studi. Famili Nepenthaceae misalnya, tumbuh di dataran tinggi dan lereng
berbukit-bukit dengan tanah miskin hara cocok dengan kondisi areal studi
sehingga dapat ditemukan di tiga lokasi areal studi.
PT Kencana Graha Permai merupakan areal yang memiliki spesies
tumbuhan hias terendah, namun jumlah famili yang berada di areal ini cukup
beragam dengan jumlah famili sebanyak 14 famili. Didominasi oleh herba (9
spesies), pohon, liana, dan perdu masing-masing dua spesies. Jumlah famili
tumbuhan hias pada areal ini lebih banyak dibandingkan dengan penelitian serupa
(Fakhrozi, 2009) yang hanya menemukan delapan famili tumbuhan hias.
Jumlah spesies tumbuhan hias pada areal ijin PT Agro Lestari Mandiri dan
areal ijin PT Lanang Agro Bersatu hanya berbeda satu spesies tumbuhan saja.
Potensi tumbuhan yang ada di kedua lokasi tersebut sudah diketahui teknik
budidaya dan informasi ekologinya. Hanya spesies Nepenthes ampullaria Jack.
yang berasal dari Famili Nepenthaceae yang belum diketahui bagaimana teknik
budidayanya. Spesies ini dapat tumbuh pada daerah perbukitan dengan tanah yang
miskin hara. Potensi tumbuhan hias pada areal studi dapat bermanfaat bagi
masyarakat sekitar areal ijin untuk dapat dikembangkan menjadi usaha mandiri
sehingga kemandirian ekonomi masyarakat sekitar dapat tercapai.
5.2.1.4 Tumbuhan Aromatik
Tumbuhan aromatik atau biasa disebut tumbuhan penghasil minyak atsiri
banyak digunakan sebagai bahan industri. Potensi tumbuhan aromatik pada areal
studi tercatat sebanyak 27 spesies yang dikelompokkan kedalam 15 famili
tumbuhan. Pada dasarnya tumbuhan aromatik di areal studi berhabitus pohon dan
herba masing-masing berjumlah 13 spesies, sedangkan habitus epifit hanya
64
terdapat satu spesies di areal studi. Beberapa spesies penghasil minyak atsiri dapat
dilihat pada tabel 20 di bawah ini. Sedangkan untuk daftar lengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 13.
Spesies-spesies penghasil minyak atsiri umumnya dapat dibudidayakan
dengan menggunakan biji. Spesies seperti Aquilaria malaccensis Lamk. atau yang
dikenal sebagai gaharu dapat dibudidayakan dengan biji. Spesies ini tumbuh di
hutan primer pada tanah yang berpasir atau tanah liat dengan ketinggian tempat
rendah sampai 500 m dpl. Jenis pohon ini menghasilkan senyawa hasil dari
aktivitas mikroorganisme pada batang yang berbau harum. Untuk bahan aromatik,
gaharu memiliki harga tertinggi dibandingkan bahan aromatik lainnya
(Mardiastuti dan Suhartono, 2003). Rumput teki (Cyperus rotundus) yang berasal
dari kelompok famili Cyperaceae dapat digunakan akarnya sebagai minyak atsiri.
Selain itu informasi mengenai teknik budidaya spesies ini telah ditemukan yaitu
dengan rimpang atau bijinya sehingga dapat dilakukan perbanyakan untuk
mengambil manfaatnya lebih lanjut.
Tabel 20 Beberapa tumbuhan penghasil aromatik di areal studi
No
Nama Ilmiah
1
Cyperus rotundus
2
Aquilaria malaccensis
3
Nama Lokal
Teki
Bagian
yang
digunakan
Akar
Macam
Penggunaan
Minyak atsiri
Batang
Minyak wangi
Cinnamomum culilawan
Gaharu,
kayu
garu
Kayu lawang
Batang
Minyak atsiri
4
Pandanus hasskardlii
Pandan wangi
Daun
Minyak atsiri
5
6
Dryobalanops aromatica
Freycinetia angustifolia
Kayu kapur
Pandan rasao
Batang
Daun
Minyak wangi
Minyak atsiri
Pada tingkatan areal ijin, PT. Agro Lestari Mandiri memiliki 15 spesies
tumbuhan aromatik yang didominasi oleh famili Pandanaceae (4 spesies), diikuti
oleh famili Zingiberaceae dengan jumlah spesies adalah enam spesies. Macaranga
conifera yang berasal dari famili Euphorbiaceae tumbuh di padang terbuka di
hutan sekunder dapat dibudidayakan melalui bijinya. Spesies ini dimanfaatkan
kulitnya untuk bisa mendapatkan minyak atsiri.
Areal ijin PT Kencana Graha Permai memiliki potensi tumbuhan penghasil
minyak atsiri sebanyak 10 spesies. Berdasarkan hasil identifikasi potensi
tumbuhan penghasil minyak atsiri dapat diketahui dua habitus penyusun dalam
65
kelompok kegunaan ini yaitu herba (6 spesies) dan pohon (4 spesies). Spesies
kayu putih (Melaleuca leucadendron L.) dapat dimanfaatkan getah dan daunnya
untuk penyulingan minyak atsiri. Spesies ini tumbuh mulai dari dataran rendah
sampai dataran tinggi pada ketinggian tempat 0-1000 m dpl, selain itu dapat
dibudidayakan melalui biji dan tunas.
Tumbuhan aromatik pada PT Lanang Agro Bersatu dapat dikategorikan
kedalam tiga habitus yaitu pohon (11 spesies), herba (12 spesies), epifit (1
spesies). Jumlah spesies yang ada di areal ini adalah sebanyak 24 spesies
tumbuhan yang tergolong kedalam 13 famili. Famili Pandanaceae mendominasi
tumbuhan aromatik di areal ini dengan jumlah spesies sebanyak lima spesies yang
diikuti oleh famili Zingiberaceae (3 spesies). Umumnya anggota dari famili
Pandanaceae memiliki aroma yang harum, dan beberapa spesiesnya digunakan
sebagai pengharum masakan.
5.2.1.5 Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak
Tumbuhan penghasil pakan ternak dapat didefinisikan sebagai tumbuhan
yang dikhususkan untuk makanan ternak masyarakat. Potensi tumbuhan penghasil
pakan ternak di areal studi teridentifikasi sebanyak 34 spesies yang
dikelompokkan kedalam 14 famili. Poaceae memiliki jumlah spesies terbanyak
dengan anggota spesies sebanyak 8 spesies diikuti oleh famili Cyperaceae.
Makanan ternak umumnya berasal dari habitus herba yang dimanfaatkan bagian
daunnya hingga ujung tunas dan akar. Habitus pohon hanya terdapat pada nangka
dan singkil yang dimanfaatkan bagian daun dan bijinya oleh ternak sapi dan
kambing. Beberapa spesies tumbuhan penghasil pakan ternak dapat di lihat pada
Tabel 21. Spesies tumbuhan penghasil pakan ternak pada areal studi dapat di lihat
pada Lampiran 14.
Tabel 21 Beberapa spesies tumbuhan penghasil pakan ternak di areal studi
No.
1
2
3
4
5
6
Nama Ilmiah
Colocasia esculenta
Artocarpus integra
Imperata cylindrica
Manihot utilissima
Lophatherum gracile
Cocos nucifera L.
Nama Lokal
Talas
Nangka
Ilalang
Singkong
Rumput merah
Kelapa
Bagian
yang
digunakan
Pelepah
Daun, biji
Daun
Daun
Daun
Kulit buah
Macam Penggunaan
Pakan babi
Pakan sapi,
Pakan sapi
Pakan babi
Pakan sapi
Pakan ayam, pakan
babi
66
Spesies tumbuhan penghasil pakan ternak pada PT. Lanang Agro Bersatu
dapat ditemui pada tiga tingkatan habitus yaitu herba (15 spesies), pohon (4
spesies), liana (2 spesies), perdu (2 spesies). Spesies seperti pelepah talas
(Colocasia esculenta) dapat digunakan sebagai makanan babi pada masyarakat
sekitar. Singkong (Manihot utilisima) biasa digunakan sebagai makanan sapi dan
kambing. Spesies ini tumbuh pada ketinggian tempat 5-1300 m dpl, diperbanyak
dengan stek batang. Selain itu umbinya dapat digunakan sebagai makanan pokok
bagi masyarakat.
Tumbuhan penghasil pakan ternak dapat ditemui pada PT Kencana Graha
Permai dan PT Agro Lestari Mandiri dengan jumlah spesies berturut-turut 19
spesies dan 16 spesies. Pada kedua areal tersebut, famili Poaceae memiliki jumlah
jenis tertinggi dibandingkan famili lainnya. Famili Poaceae memiliki karakter
yang tahan terhadap kekeringan, tumbuh di tepi-tepi sungai mulai dari dataran
rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian tempat hingga 1500 m dpl. Usaha
budidayanya dapat dilakukan dengan biji ataupun rimpangnya.
5.2.1.6 Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati
Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal
dari tumbuhan yang dapat digunakan untuk mengendalikan organisme
pengganggu tumbuhan. Pestisida nabati ini bisa sebagai penolak, penarik,
antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya. Potensi tumbuhan
penghasil pestisida nabati pada areal studi hanya 1,86% dari total spesies
tumbuhan berguna yang ada. Tercatat delapan spesies tumbuhan penghasil
pestisida nabati yang tergolong kedalam enam famili tumbuhan (Tabel 23).
Spesies seperti rengas merah (Glutha rengas) dapat membuat tangan terbakar jika
menyentuh getah dari tanaman ini.
Spesies tumbuhan penghasil pestisida nabati di areal studi di dominasi
oleh famili Anacardiaceae sebanyak tiga spesies. Famili ini umumnya Tumbuh di
hutan hujan tropis dengan ketinggian tempat sampai 300 m dpl. Teknik
budidayanya dapat dilakukan dengan biji ataupun stek. Spesies tumbuhan
bandotan (Ageratum conyzoides) yang berasal dari famili Asteraceae dapat
digunakan daun dan bunganya sebagai pengusir serangga. Spesies ini tumbuh
67
pada tanah yang terbuka dengan ketinggian tempat sampai 2100 m dpl, tumbuh di
padang savana, perkebunan, dan pekarangan rumah.
Tumbuhan penghasil pestisida nabati dapat digunakan sebagai pembasmi
hama serangga dan wereng yang menyerang tanaman perkebunan. Pengolahan
spesies penghasil pestisida nabati dapat dilakukan dengan metode sederhana. Akar
keribang (Dioscorea hispida Dennust) misalnya, bagian umbi dapat ditumbuk
kemudian ditaburkan pada akar tanaman, selain itu bisa juga dicampur dengan air
kemudian disemprotkan pada tanaman.
Tabel 22 Spesies penghasil pestisida nabati di areal studi
No.
Nama Ilmiah
Bagian yang
digunakan
Macam
Penggunaan
1
Dioscorea hispida
Umbi
Pembasmi
serangga
hama
2
Gluta renghas L.
Getah
3
4
Melanorrhoea wallichii
Ficus binnendykii
Getah
Daun
Racun
Racun
Pestisida
5
Derris elliptica
Akar
Racun ikan
6
7
Ageratum conyzoides L.
Lantana camara L.
Daun
Daun
Pestisida
Pestisida
8
Phyllanthus acidus
Kulit batang
Racun hewan
Lokasi*
1
2
3
√ √
√
√ √
√
√
√
√
√ √
√
√
√
√
√
Keterangan *: 1. PT Agro Lestari Mandiri, 2. PT Kencana Graha Permai, 3. PT Lanang Agro Bersatu
Tumbuhan penghasil racun juga digolongkan kedalam kelompok
kegunaan ini. Spesies seperti tuba rabut (Derris elliptica (Roxb.) Bth) dapat
digunakan akarnya sebagai racun ikan. Pengolahannya sangat sederhana, yaitu
dengan menumbuk halus akarnya kemudian ditaburkan di sungai atau kolam yang
diduga terdapat ikannya. Sementara itu ceremai (Phyllanthus acidus (L) Skeels.)
dapat digunakan untuk meracuni hewan. Pengolahannya dapat dilakukan dengan
menggunakan kulit batang pohon ceremai yang telah ditumbuk halus kemudian
dicampurkan kepada pakan atau air yang akan digunakan oleh hewan sasaran.
Potensi tumbuhan penghasil pestisida nabati di areal studi ini dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kepentingan pertanian dan perkebunan di
areal ijin agar kebutuhan akan pestisida pembunuh hama dan serangga
pengganggu dapat terpenuhi. Selain itu diharapkan masyarakat tidak tergantung
lagi terhadap penggunaan pestisida buatan yang aksesnya terbatas. Pengembangan
pengetahuan mengenai spesies tumbuhan penghasil pestisida nabati diharapkan
68
dapat terus berjalan agar informasi dan teknik budidaya spesies pada kategori ini
dapat mendorong masyarakat untuk mengembangkannya.
5.2.1.7 Tumbuhan Penghasil Serat
Potensi tumbuhan penghasil serat pada areal studi tercatat sebanyak 20
spesies atau sebesar 4,65% yang dikelompokkan kedalam 12 famili tumbuhan.
Struktur habitus spesies tumbuhan penghasil serat terdiri dari pohon (9 spesies)
kemudian disusul oleh herba dengan enam spesies dan liana lima spesies.
Tumbuhan penghasil serat dikelompokkan oleh Heyne (1987) sebagai bahan serat
yang meliputi; bahan pembungkus, penutup atap, bagian-bagian tanaman serat
kulit batang dan serat daun, bulu buah dan bulu biji serta kertas. Beberapa spesies
penghasil bahan serat di areal studi dapat dilihat pada Tabel 24 Daftar lengkap
spesies tumbuhan penghasil serat di areal studi dapat dilihat pada Lampiran 15.
Tumbuhan penghasil serat dapat digunakan sebagai bahan tali temali serta
bahan pembungkus makanan. Kartikawati (2003) menyebutkan bahwa untuk
memenuhi kebutuhan bahan tali temali pada masyarakat Dayak Meratus, bahan
serat pada kayu ulur-ulur, tarap, pisang pangkaran, dan bahan serat lainnya dapat
digunakan. Pada areal ijin PT Kencana Graha Permai, ditemukan tumbuhan
penghasil serat sebanyak sembilan spesies yang dikelompokkan kedalam enam
famili tumbuhan. Spesies seperti keladi pacat (Curculigo capitulata) dapat
digunakan batangnya sebagai bahan rambut palsu dan bahan tali temali. Spesies
yang berhabitus herba ini dapat tumbuh pada ketinggian tempat 5-1300 m dpl di
tempat bersemak. Namun informasi mengenai teknik budidaya spesies ini belum
ada sehingga pemanfaatannya terbatas pada pengambilan langsung dari alam.
Tabel 23 Beberapa spesies tumbuhan penghasil serat pada areal studi
No
1
2
3
4
Nama Ilmiah
Nama
Lokal
Kapuk
Bagian
yang
digunakan
Buah
Bombac malabaricum DC.
Pakaian
Ceiba pentandra Gaertn.
Randu
Buah
Pakaian
Endospermum diadenum
sengkubak
Batang
Serat kertas
Curculigo capitulata
Keladi pacat
Batang
Pisang
Daun
Rambut palsu,
pakaian
Pembungkus
5 Musa paradisiaca L.
Macam
Penggunaan
69
Areal ijin PT Lanang Agro Bersatu dan PT Agro Lestari Mandiri memiliki
jumlah spesies tumbuhan penghasil serat berturut-turut adalah sebanyak 13
spesies dan 16 spesies tumbuhan. Pisang (Musa sp) dan pandan (Pandanus
tectorius) yang ditemukan pada kedua areal ijin ini dapat digunakan sebagai
bahan pembungkus dan serat tali. Tumbuhan penghasil serat belum banyak
diketahui kegunaannya oleh masyarakat. Namun informasi mengenai teknik
budidaya spesies tumbuhan ini hampir seluruhnya telah ditemukan. Spesies
seperti randu (Ceiba pentandra) misalnya, dapat dibudidayakan melalui biji atau
stek batang. Bahkan spesies ini dapat dibudidayakan di dataran rendah karena
spesies ini dapat tumbuh pada dataran rendah dengan ketinggian tempat dibawah
500 m dpl. Kedepannya diharapkan spesies penghasil serat ini dapat diketahui
manfaat besar yang terkandung di dalamnya oleh masyarakat sehingga
mendorong upaya perbanyakannya.
5.2.1.8 Tumbuhan Pewarna
Tumbuhan pewarna merupakan tumbuhan yang bagian tubuhnya
menghasilkan warna alami dengan pengolahan yang beragam baik ditumbuk
maupun diperas untuk diambil airnya, atau direbus. Potensi tumbuhan pewarna
pada areal ijin tercatat sebanyak 18 spesies tumbuhan atau sebesar 4.19% yang
dikelompokkan kedalam 13 famili. Beberapa spesies penghasil bahan pewarna
disajikan dalam Tabel 24. Daftar lengkap spesies penghasil bahan pewarna dapat
dilihat pada Lampiran 16.
Famili Euphorbiaceae memiliki jumlah spesies terbanyak dalam kelompok
kegunaan tumbuhan penghasil bahan pewarna. Famili ini memiliki sebaran
ekologi yang tinggi. Famili ini dapat tumbuh pada tanah datar dengan ketinggian
tempat 50 m dpl sampai dataran tinggi dengan ketinggian tempat 1800 mdpl.
Spesies yang termasuk dalam famili ini adalah Macaranga gigantea yang
digunakan sebagai bahan cat. Spesies yang berhabitus pohon ini tumbuh pada
hutan sekunder maupun primer sebagai pionir. Teknik budidayanya sudah
diketahui yaitu dapat dilakukan dengan bijinya.
Tabel 24 Beberapa spesies penghasil bahan pewarna
No.
1
Nama Ilmiah
Mangifera indica L.
Nama
Lokal
Mangga
Bagian
yang
digunakan
kulit batang
Macam
Penggunaan
Warna
hijau
70
2
3
Duabanga moluccana
Pterospermum acerifolium
4
5
6
Vitex pubescens Vahl.
Myristica iners Blume
Pleomele
angustifolia
(Roxb.) N.E. Brown.
Kalamjajai
Bayur daun
besar
Laban, leban
Mendarahan
Suji hutan
Kulit batang
Kulit batang
Hitam
Kuning
Kulit batang
Getah
Daun
Hijau
Merah
Hijau
Areal ijin PT Lanang Agro Bersatu memiliki jumlah spesies penghasil
bahan pewarna sebanyak 13 spesies yang didominasi oleh habitus pohon (11
spesies atau sebesar 84,61%). Pengolahan spesies penghasil bahan pewarna dapat
dilakukan dengan cara sederhana. Suji hutan misalnya dapat dimanfaatkan
daunnya untuk pewarnaan hijau. Pengolahannya dengan cara daunnya ditumbuk
lalu direbus kemudian ditiriskan maka akan terbentuk warna hijau. Warna alami
pada tumbuhan terbatas pada warna hijau, hitam, kuning, merah. Umumnya
digunakan untuk anyaman bambu dan pewarnaan pada perabotan rumah tangga
serta pakaian.
Spesies benuang (Octomeles sumatrana) yang ditemukan pada areal ijin
PT. Kencana Graha Permai memiliki kegunaan sebagai penghasil warna merah
pada rotan. Sedangkan laban (Vitex pubescens) dapat dimanfaatkan kulit kayunya
untuk memberikan warna hijau. Potensi pada areal ijin ini tercatat sebanyak
delapan spesies tumbuhan penghasil bahan pewarna yang dikelompokkan
kedalam delapan famili tumbuhan. Untuk tingkatan famili, masing-masing spesies
penghasil bahan pewarna termasuk kedalam satu famili tumbuhan sehingga tidak
ada yang mendominasi dalam kelompok famili. Sedangkan pada tingkatan
habitus, seluruh spesies penghasil bahan pada areal ijin ini adalah pohon.
Pengolahan bahan pewarna nabati untuk setiap warna pada dasarnya sama.
Untuk warna hijau dapat menggunakan spesies laban (Vitex pubescens), anginangin (Trema orientalis), dan mangga (Mangifera indica) yang dapat ditemukan
pada areal ijin PT. Agro Lestari Mandiri. Warna kuning dapat diperoleh dengan
merebus rimpang kunyit (Arcangelesia flava) kemudian diperas. Selain itu warna
kuning dapat diperoleh dengan menumbuk kulit batang durian kura-kura (Durio
testudinarum) atau bisa juga dengan kayu nangka (Artocarpus integra).
Sedangkan untuk warna hitam dapat digunakan kulit kayu ubar paya (Glochidion
zeylanicum Juss.) yang berasal dari famili Euphorbiaceae.
71
5.2.1.9 Tumbuhan Penghasil Bahan Bangunan
Hutan tropis dikenal sebagai penghasil kayu yang dapat digunakan sebagai
bahan bangunan. Bahan bangunan meliputi bahan atap bangunan, tiang bangunan,
lantai bangunan, termasuk bahan untuk pembuatan kapal maupun dinding
bangunan. Potensi tumbuhan penghasil bahan bangunan pada areal studi tercatat
sebanyak 109 spesies atau sebesar 25,35%. Kelompok kegunaan ini menempati
urutan ketiga setelah tumbuhan obat dan tumbuhan pangan.
Bagian yang digunakan pada kelompok ini sebagian besar adalah
batangnya. Hanya beberapa spesies saja yang dapat dimanfaatkan daunnya
sebagai bahan bangunan. Habitus pohon merupakan dominasi dari kelompok
kegunaan ini. Sedangkan untuk tingkatan famili, famili Dipterocarpaceae
mendominasi jumlah spesies penghasil bahan bangunan dengan jumlah spesies
sebanyak 15 spesies. Newmant et al. (1999) menyebutkan bahwa famili
Dipterocarpaceae telah lama dikenal sebagai kelompok penghasil kayu utama
pada hutan hujan tropis. Selain itu famili ini di dominasi oleh pohon-pohon besar
yang menjulang tinggi. Kondisi ini yang menyebabkan famili Dipterocarpaceae
memiliki jumlah spesies terbesar dalam kelompok kegunaan penghasil bahan
bangunan. Beberapa spesies penghasil bahan bangunan disajikan pada Tabel 26.
Daftar lengkap spesies penghasil bahan bangunan di areal studi dapat dilihat pada
Lampiran 17.
Tabel 25 Beberapa spesies penghasil bahan bangunan di areal studi
Nama Ilmiah
Peronema canescens Jack.
Nama
Lokal
Sungkai
2
Gonystyllus bancanus Kurz.
Ramin
3
4
Toona sinensis (A. Juss.) Roem.
Eusideroxylon zwageri T. & B.
5
6
Dipterocarpus grandiflorus
Ochroma bicolor
Suren
Belian
(Ulin)
Keruing
Balsa
7
Schizostachyum blumei Nees.
No
1
Bambu
wuluh
Bagian
yang
digunakan
Batang
Batang
Macam
Penggunaan
Batang
Batang
Lantai
Tiang, pintu, atap
rumah
Lantai, tiang
Lantai, Jembatan
Batang
Batang
Batang
Lantai, dinding
Lantai
Dinding, Atap
Spesies penghasil bahan bangunan pada areal studi yang telah dikenal di
dunia perdagangan dan memiliki nilai ekonomis tinggi seperti ulin (Eusideroxylon
72
zwageri), ramin (Gonystyllus bancanus), dan balsa (Ochoma bicolor) dapat
dimanfaatkan hasilnya sepanjang cara pemanenan dan teknik budidayanya
terpenuhi. Kayu ramin misalnya, dapat dilakukan usaha budidaya dengan bijinya
yang sebelumnya disemaikan terlebih dahulu. Secara umum tumbuh dengan baik
pada hutan hujan tropika primer yang tidak tergenang air. Ramin memiliki nilai
ekonomis yang tinggi dan telah dikenal di pasaran dunia (Mardiastuti dan
Suhartono, 2003). Kayu ramin sangat cocok untuk kayu dekorasi dan kontruksi
sehingga kayu ramin sering digunakan untuk bingkai pintu dan jendela serta
langit-langit rumah.
Pemanfaatan tumbuhan penghasil bangunan memerlukan teknik yang
dapat menjamin kelestariannya. Hal ini disebabkan karena sebagian besar spesies
pada
kelompok
kegunaan
ini
dimanfaatkan
batangnya
sehingga
cara
pemanenannya dengan mematikan tumbuhannya. Pengembangan informasi
mengenai teknik budidaya dan teknik pemanenan spesies penghasil bahan
bangunan dapat terus dikembangkan untuk mendorong masyarakat melakukan
usaha budidaya demi kelestarian hasil selanjutnya.
5.2.1.10 Tumbuhan Untuk Ritual Adat
Pada kehidupan masyarakat sekitar hutan, beberapa tumbuhan memiliki
fungsi khusus sebagai alat untuk kepentingan ritual adat atau kebudayaan yang
telah melekat dalam kehidupan masyarakat. Tumbuhan untuk ritual adat dipercaya
oleh masyarakat sekitar hutan sebagai sarana untuk melancarkan setiap ritual yang
akan dijalankan. Potensi tumbuhan untuk ritual adat pada areal studi tercatat
sebanyak 17 spesies tumbuhan yang tergolong kedalam 14 famili tumbuhan.
famili dengan jumlah spesies terbanyak untuk kepentingan adat berasal dari famili
Arecaceae. Beberapa spesies tumbuhan untuk ritual adat disajikan pada Tabel 26.
Daftar lengkap spesies tumbuhan untuk ritual adat dapat dilihat pada Lampiran
18.
Tabel 26 Beberapa spesies tumbuhan untuk ritual adat
No.
1
2
3
Nama Ilmiah
Musa paradisiaca L.
Cocos nucifera L.
Nama
Lokal
Pisang
Kelapa
Bagian yang
digunakan
Daun
Daun
Macam
Pemanfaatan
Adat
Ritual
Cordyline fruticosa
Sabang
Daun
Penangkal
guna
guna-
73
4
Aquilaria malaccensis Lamk.
5
Tetrastigma sp.
6
Ficus callosa Willd.
Gaharu,
kayu garu
Tetrastigma
Beringin
daun besar
batang
Adat
batang
upacara kelahiran
Daun
Penangkal
guna
guna-
Anggota spesies dari kelompok famili Arecaceae pada areal ijin yang
dapat digunakan untuk ritual adat adalah pinang (Areca catechu), enau (Arenga
pinnata), dan nibung (Oncosperma filamentosum). Pinang merupakan spesies
tumbuhan yang dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi dengan
ketinggian tempat 1500 m dpl. Perbanyakan spesies tumbuhan ini diperoleh
dengan bijinya. Sedangkan untuk spesies nibung dapat dilakukan perbanyakan
dengan anakan dan biji. Spesies ini tumbuh di dataran rendah pada tanah yang
beriklim lembab dengan ketinggian tempat 0-500 m dpl.
Ritual adat pada masyarakat sekitar areal ijin dapat menggunakan spesies
tumbuhan yang telah teridentifikasi untuk kepentingan tersebut. Habitus yang
mendominasi untuk kelompok kegunaan ini adalah pada habitus pohon (12
spesies) diikuti oleh herba (4 spesies) dan liana (1 spesies). Tumbuhan untuk
ritual adat tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat sekitar hutan. Oleh
karena itu diperlukan perhatian yang khusus untuk melestarikan spesies-spesies
ini agar kebudayaan yang melekat pada masyarakat tidak hilang.
5.2.1.11 Tumbuhan penghasil tali, anyaman, dan kerajinan
Kehidupan masyarakat sekitar areal studi tidak dapat dipisahkan dengan
pembuatan kerajinan dan anyaman untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tercatat sebanyak 46 spesies tumbuhan penghasil tali, anyaman, dan kerajinan
yang dikelompokkan kedalam 24 famili tumbuhan. famili dengan jumlah spesies
terbanyak adalah famili Arecaceae sebanyak 12 spesies. Umumnya spesies yang
termasuk kategori ini dimanfaatkan batang dan daunnya untuk menghasilkan
anyaman atau kerajinan dan tali temali. Beberapa spesies Penghasil tali, anyaman,
dan kerajinan disajikan pada Tabel 28. Daftar lengkap spesies tumbuhan
Penghasil tali, anyaman, dan kerajinan dapat dilihat pada Lampiran 19.
Tabel 27 Beberapa spesies penghasil tali, anyaman, dan kerajinan
No.
1
Nama Ilmiah
Lepironia
mucronata
Nama Lokal
Purun tikus
Bagian
yang
digunakan
Batang
Macam
Penggunaan
Tikar
74
No.
2
3
4
5
6
7
Nama Ilmiah
L.C. Richard
Nama Lokal
Bagian
yang
digunakan
Macam
Penggunaan
Pandanus caricosus
Santiria griffithii (Hk.f.)
Engl.
Lophopetalum
wrightienum Arnott.
Dialium
hydnocarpioides
De
Wit.
Selingsing buaya
Kedondong hutan
Daun
Batang
Nanasi, nasi
Batang
Tikar
Sarung
parang
Sumpit
Keranji
Batang
Sarung
parang
Schizostachyum blumei
Nees.
Stenoclaena
palustris
Bedd.
Bambu wuluh
Batang
Paku pandih, paku
pandih
Batang
Tampah,
Bubu
Ikat
pinggang
Dominasi habitus terlihat pada habitus pohon yaitu sebanyak 22 spesies
atau sebesar 47,82% tumbuhan penghasil tali, anyaman, dan kerajinan. Habitus
lainnya adalah herba dan liana sebanyak 9 spesies atau sebesar 19,56%.
Sedangkan untuk habitus palem dan epifit masing-masing memiliki perwakilan
spesies sebanyak 3 spesies atau sebesar 6,52%. Spesies yang bernama lokal paku
pandih (Stenoclaena palustris) merupakan habitus epifit yang dapat digunakan
sebagai ikat pinggang.
Pengolahan bahan tali, anyaman, dan kerajinan membutuhkan keahlian
dan pengetahuan untuk menjadikannya sebagai anyaman ataupun kerajinan.
Umumnya diperlukan keahlian dan keterampilan khusus untuk mengolah spesies
tumbuhan menjadi bahan tali, anyaman, dan kerajinan. Selingsing buaya
(Pandanus caricosus) misalnya, daunnya dapat dijadikan sebagai bahan dasar
pembuatan tikar. Spesies yang tumbuh
dengan baik pada ketinggian tempat
hingga 500 m di tepi sungai, di tepi rawa, dengan kondisi tanah yang lembab ini
diolah dengan menjalin daun-daunnya hingga menjadi sebuah tikar. Untuk teknik
budidayanya, spesies yang berhabitus herba ini dapat diperbanyak dengan cara
mengambil anakan langsung dari alam.
5.5.12 Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar
Tumbuhan penghasil kayu bakar merupakan spesies tumbuhan yang dapat
digunakan sebagai bahan bakar yang umumnya digunakan untuk kepentingan
memasak. Tumbuhan penghasil kayu bakar pada areal studi teridentifikasi
sebanyak 35 spesies. Bagian yang digunakan pada kategori ini umumnya adalah
75
batangnya. Hal ini disebabkan karena keperluan bahan bakar lebih terpusat kepada
bahan kayu yang diperoleh pada batang.
Masyarakat sekitar hutan umumnya memanfaatkan tumbuhan sebagai
bahan bakar dalam pemanasan makanannya. Akses yang terbatas untuk
mendapatkan bahan bakar konvensional menjadi faktor penting dalam
penggunaan kayu bakar ini. Spesies tumbuhan penghasil kayu bakar pada areal
studi dikelompokkan kedalam 20 famili tumbuhan. Beberapa spesies tumbuhan
penghasil kayu bakar disajikan dalam Tabel 2. Daftar lengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 20.
Pemanfaatan spesies penghasil kayu bakar dapat dilakukan dengan
menggunakan asas kelestarian karena pada umumnya spesies yang berada
kategori ini dimanfaatkan batang dan rantingnya. Pemungutan kayu bakar dapat di
imbangi dengan usaha budidaya spesies pada kategori ini. Teknik budidaya pada
spesies penghasil kayu bakar umumnya dilakukan dengan biji sehingga
memudahkan masyarakat untuk mengembangkannya.
Tabel 28 Beberapa spesies tumbuhan penghasil kayu bakar
Nama Ilmiah
Arenga pinnata
Nama
Lokal
Enau
Bagian
yang
digunakan
Batang
Macam Pemanfaatan
Kayu bakar
No.
1
2
Cocos nucifera L.
Kelapa
Pelepah
Kayu bakar
3
Gigantochloa apus
Bambu
Batang
Kayu bakar
4
Schizostachyum
blumei
Mangifera
foetida
Lour.
Bambu
wuluh
Asam
kelemantan,
asam limus
Batang
Kayu bakar
Batang
Kayu bakar
6
Mangifera indica L.
Mangga
Batang
Kayu bakar
7
Durio testudinarum
Durian
kura-kura,
Batang
Kayu bakar
5
5.5.13 Kegunaan Lainnya
Kelompok kegunaan ini didasarkan atas sifat kekhususnya yang tidak
masuk kedalam 12 kelompok kegunaan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena
spesies yang masuk kedalam kelompok kegunaan ini memiliki manfaat khusus.
Spesies yang berguna sebagai bahan permen karet misalnya adalah kegunaan
tersendiri dari spesies jelutung (Dyera costulata) yang berasal dari famili
76
Apocynaceae. Sedangkan keruing (Dipterocarpus grandiflorus) digunakan
sebagai pewarna keramik, kertas, dan kosmetik. Beberapa spesies pada kelompok
kegunaan ini dapat disajikan dalam Tabel 29. Daftar spesies untuk kelompok
kegunaan ini dapat dilihat pada Lampiran 21.
Potensi tumbuhan dengan kegunaan khusus pada areal studi tercatat
sebanyak 24 spesies. Didominasi oleh habitus pohon (19 spesies), perdu (2
spesies), liana, herba, dan epifit masing-masing terdiri dari satu spesies. Spesies
yang berada di areal studi dapat dikelompokkan kedalam 16 famili dengan famili
terbanyak adalah Arecaceae dan Dilleniaceae. Anggota dari kelompok famili
Dilleniaceae umumnya berhabitus pohon dan tumbuh pada dataran rendah sampai
tinggi. Spesies simpur daun lebar (Dillenia grandifolia) misalnya, tumbuh pada
lahan datar dan bergelombang pada hutan dataran rendah. Spesies ini juga dapat
dibudidayakan melalui bijinya
Tabel 30 Beberapa spesies tumbuhan kegunaan lainnya
No.
Nama Ilmiah
1
Dillenia grandifolia
2
Dyera costulata Hook.f.
3
Aquilaria malaccensis Lamk.
4
5
6
7
Nama Lokal
Bagian yang
digunakan
Keterangan
Simpur daun
lebar
Jelutung
Batang
Pentul korek api
Getah
Bahan permen karet
Getah
Piper caninum Bl.
Calophyllum grandiflorum
Gaharu,
kayu garu
Sirih hutan
Mentangur
Daun
Getah
Dupa, resin, Parfum,
sabun
Sabun
Biofuel
Agathis borneensis
Arenga pinnata
Kayu pines
Enau
Getah
Kulit batang
Resin
Pupuk
5.2.2 Keterkaitan Budaya Masyarakat Dayak Terhadap Hutan
Dayak merupakan masyarakat asli yang terdapat di Kabupaten Ketapang.
Dayak merupakan nama yang meliputi ratusan kelompok etno-linguistik di pulau
Kalimantan dan di dalamnya melekat makna dari kekayaan dan keberagaman
elemen budaya. Suku dayak yang ditemukan di Kabupaten Ketapang digolongkan
kedalam empat suku yaitu: 1) Dayak Pebantan yang tinggal di Kecamatan Nanga
Tayap, 2) Dayak Simpang, 3) Dayak Pesaguan, 4) Dayak Benuaq. Untuk
masyarakat dayak, tanah memiliki sejarah tak tertulis, dan terhubung dengan
leluhur. Tanah tersebut merupakan dasar dari kehidupan mereka sekarang untuk
77
diwariskan pada generasi mendatang. Tanah tersebut merupakan keterkaitan
antara masa lalu, saat ini, dan kehidupan masa depan.
Pada lahan yang ditinggalkan, sebagian ditanami karet (tanpa perawatan)
dan bila direncanakan akan digunakan lagi untuk penanaman tanaman pangan
beberapa tahun mendatang, lahan tersebut akan ditinggalkan untuk menjadi hutan
kembali. Pemanfaatan lahan oleh pihak lain yang belum diokupasi oleh penduduk
untuk proyek, umumnya tidak dipermasalahkan penduduk, walaupun untuk
pengolahannya memerlukan penjelasan kepada masyarakat setempat. Penggunaan
lahan yang telah diokupasi penduduk akan memerlukan pendekatan yang lebih
intensif melalui musyawarah, sehingga tidak akan terjadi kesalahpahaman dengan
penduduk setempat.
Masyarakat dayak di Kabupaten Ketapang memiliki pemahaman mengenai
pengelompokkan tanah kedalam tujuh bagian, yaitu: (1) areal perlindungan dan
pelestarian hutan untuk masa depan, (2) areal yang ditanami buah-buahan, (3) area
yang ditanami pohon karet, kopi, lada, coklat, dan tanaman pangan lainnya, (4)
areal agrikultur, (5) Tanah keramat dan pemakaman, (6) area perkampungan, (7)
Sungai dan danau untuk pemancingan.
Pada areal perlindungan dan pelestarian hutan untuk masa depan tiap
orang bebas untuk mengambil hasil (dengan cara berburu atau mengumpulkan
kayu untuk pribadi, penggunaan non-komersil) dari area ini. Mereka secara
bersama memiliki dengan hukum adat yang berlaku. Anggota masyarakat adat
lainnya diperbolehkan untuk mendapatkan hasil hutan setelah mendapatkan izin
dari masyarakat adat. Masyarakat Dayak mengenal hutan yg dimiliki adat atau
hutan adat.
Hutan ini memiliki fungsi budaya, ekologi, politik, sosial dan ekonomi. Di
dalamnya terdapat tempat keramat, dimana kelestarian hutan sangat dijaga dengan
baik. Hutan menyediakan keseimbangan alam dari fungsi sebagai pembatas dan
pengatur air dan panas (hujan, iklim, dan cuaca). Selain itu juga terdapat hak
individu dan kelompok dalam honey bee trees , damar, dan kayu besi. Disini pula
ditemukan kayu konstruksi. Dapat dibuat perjanjian bahwa suatu saat nanti hutan
dapat dijadikan tempat budidaya. Terdapat juga area berburu, dan sumber
berbagai tumbuhan pangan dan obat. Hutan sebagai sumberdaya alam harus
78
dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat seperti dimandatkan
dalam pasal 33 UUD 1945. Dasar hukum pemanfaatan hutan tersebut di Indonesia
bertumpu pada makna pasal 33 ayat 3 yang ditujukan sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Areal yang ditanami pohon buah-buahan biasanya dimiliki perorangan
tetapi ketika buah-buahan matang setiap orang berhak untuk menikmati. Pada
kasus ini, terdapat kombinasi kepemilikan pribadi dan kelompok. Sedangkan
untuk area yang ditanami pohon karet, kopi, lada, coklat, dan tanaman pangan
lainnya dimiliki oleh seseorang yang menanam pohon tersebut. Area yang
ditanami ini bisa saja merupakan kepemilikan turun-temurun maupun kelompok.
Dibanyak tempat, tanaman karet merupakan pendapatan utama bagi masyarakat
dayak.
Terdapat dua tipe tanah agrikultur: penggunaan tanah dan tanah yg masih
kosong. Orang dayak memahami pemanfaatan lestari dari SDA. Metode
agrikultur dayak memiliki 5-15 tahun daur, untuk membiarkan pertumbuhan
tanaman. Untuk tanah keramat dan pemakaman statusnya dimiliki secara bersama.
Tanah keramat, dimana tempat peribadatan, juga dimiliki bersama. Tanah ini
tidak dapat ditanami dan kayunya tidak boleh diambil.
Area perkampungan terdiri dari rumah perorangan dan kebun untuk
pemenuhan hidup sehari-hari. Masyarakat dayak umumnya hidup di daerah yang
terdapat aliran sungai untuk memenuhi kelangsungan hidupnya. Sungai dan danau
bagi pemancingan dimiliki secara bersama dan tidak ada seorangpun dapat
mengakui sebagai kepemilikan pribadi.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Jumlah spesies tumbuhan yang teridentifikasi sebagai tumbuhan berguna
pada areal studi sebanyak 430 spesies yang dikelompokkan kedalam 97
famili.
2. Berdasarkan kegunaannya, dikelompokkan
kedalam 13 kelompok
kegunaan yaitu; obat (176 spesies), hias (38 spesies), aromatik (28
spesies), pangan (111 spesies), pakan ternak (34 spesies), pestisida nabati
(9
spesies), serat (20 spesies), pewarna (18 spesies), bangunan (108
spesies), ritual adat (18 spesies), anyaman dan kerajinan (47 spesies), kayu
bakar (35 spesies) dan kegunaan lainnya (25 spesies).
6.2 Saran
1. Dokumen skripsi ini dapat digunakan sebagai acuan penyusunan dan
pengelolaan pada areal HCV yang dikaitkan untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat lokal.
2. Perlu adanya pelestarian terhadap spesies tumbuhan berguna pada masingmasing areal studi.
3. Adanya pengembangan teknik budidaya spesies bernilai ekonomis tinggi
dengan nilai kegunaan tumbuhan di atas 3.
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra IN, Handari LMIS. 2007. Strategi Pelestarian Tanaman Obat dalam
Perspektif Budaya. Denpasar : Bagian Psikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
Antoko BS, Kwatrina RT. 2006. Potensi dan Keragaman Jenis Flora pada
Kawasan Wisata Alam di Granit Training Center, Taman Nasional Bukit
Tigapuluh, Riau. Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 3(5): 513-532.
Arafah, D. 2005. Studi Potensi Tumbuhan Berguna di Kawasan Taman Nasional
Bali Barat. [Skripsi]. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB: Bogor. [Tidak dipublikasikan]
Asdyanasari,
F.
2009.
Tumbuhan
Penghasil
Pestisida
Nabati.
http://fiksa0926.blogspot.com/2009/12/tumbuhan-penghasil-pestisidanabati.html. [29 November 2010].
Atok, AR. 2009. Etnobotani Masyarakat Suku Bunaq (Studi Kasus di Desa Dirun,
Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur).
[Skripsi]. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,
Fakultas Kehutanan IPB: Bogor. [Tidak dipublikasikan]
[Depdiknas] Departemen Pendidikan Nasional. 1988. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta.
Direktorat Pengembangan Aneka Usaha Kehutanan dan Fakultas Kehutanan IPB.
2000. Inventarisasi, Identifikasi dan Pemetaan Potensi Wanafarma. Laporan
Akhir. Kerjasama antara Direktorat Pengembangan Aneka Usaha Kehutanan
dan Ditjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial dengan Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
[Disbun] Dinas Perkebunan, Provinsi Kalimantan Barat. 2009. Perkembangan
Perizinan Perusahaan Perkebunan Besar di Kalimantan Barat. Pontianak.
Djauhariya E, Hernani. 2004. Budidaya Tanaman Obat Komersil. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Gautam M, Lele U, Kartodiharjo H, Khan A, Erwinsyah, Rana S. 2000.
Indonesia: The Chalenges of World Bank Involvement in Forest. Evaluation
Country Case Study Series. The World Bank: Washington DC.
Hanan, A. 1992. Pemanfaatan Jenis-jenis Tumbuhan Bahan Kerajinan di Sekitar
Pintu Masuk Kebun Raya Bogor. Prosiding Seminar dan Lokakarya
Nasional Etnobotani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen
Pertanian dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia:Bogor.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid I – IV. Badan Litbang
Kehutanan. Yayasan Wana Jaya. Jakarta.
Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan. Bumi aksara. Jakarta
81
IUCN. 1992. Protected Areas of The World: a Review of Nation System. Volume
I: Indomalaya, Australia, and Antartic. Prepared by The World
Conservation Monitoring Centre, IUCN, Gland, Switzerland and
Cambridge, UK.
Kartawinata, K 1990. Keanekaragaman Flora dalam Hutan Pamah. Makalah
dalam Seminar Conservation for Depelopment of Tropical Rain Forest in
Kalimantan. GFG report no. 15: 187-202. Indonesia German Forestry
Project.
Kartiwa S, Wahyono. 1992. Hubungan antara Tumbuhan dan Manusia dalam
Upacara Adat di Indonesia. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional
Etnobotani I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen
Pertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI. Bogor. Hal : 149-155.
Kartiwa S, Martowikrido W. 1992. Hubungan Antara Tumbuhan dan Manusia
dalam Upacara Adat di Indonesia. Prosiding Seminar dan Lokakarya
Nasional Etnobotani. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen
Pertanian dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia: Bogor.
Kartikawati, S.M. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan oleh Masyarakat
Dayak Meratus di Kawasan Hutan Pegunungan Meratus, Kabupaten Hulu
Sungai Tengah. [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor:
Bogor. [Tidak diterbitkan]
Kissinger. 2002. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan, Struktur Tegakan, dan Pola
Sebaran Spasial Beberapa Spesies Pohon Tertentu di Hutan Kerangas.
[Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor: Bogor. [Tidak
diterbitkan]
Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia. 2009. Panduan Identifikasi Kawasan
Bernilai Tinggi di Indonesia. Tropenbos International Indonesia Programe.
Balikpapan.
Krebs, C.J. 1985. Ecology. The Experimental Analisys of Distribution and
Abudance. Third Edition. Harper & Raws Publishers. New York.
Kuswanda W, Antoko BS. 2008. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Pada
Berbagai Tipe Hutan Untuk Mendukung Pengelolaan Zona Rimba di Taman
Nasional Batang Gadis. Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 5(4): 337354.
Lemmens, R.H.M.J, N.W. Soetjipto. 1999. Sumberdaya Nabati Asia Tenggara 3.
Tumbuh-tumbuhan Penghasil Pewarna dan Tanin. PROSEA. Balai Pustaka
Bekerjasama dengan PROSEA Indonesia. Bogor.
Moeljopawiro S., Manwan I. 1992. Pengembangan Pemanfaatan Tanaman Pangan
di Indonesia. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pertanian dan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia : Bogor.
Nopriadi, E. 1997. Pemanfaatan Tradisional Tumbuhan Obat oleh Suku Dayak di
Areal HPH PT Berkat Cahaya Timber Kalimantan Tengah. [Skripsi].
82
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas
Kehutanan IPB: Bogor. [Tidak dipublikasikan]
Odum EHLM. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Rifai M.A., Waluyo, E.B. 1992. Etnobotani dan Pengembangan Tetumbuhan
Pewarna Indonesia : Ulasan suatu Pengamatan di Madura. Prosiding
Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Departemen Pertanian dan Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia: Bogor.
Rudjiman, Andriyanti DT, Indriyanto, Wiyono, Fauzie L, Nuranida I, Saraswati
R. 2003. Buku Acuan Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1-5. Kerjasama
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada dengan Yayasan Sarana
Wanajaya. Jakarta.
Ruswita T, Djoka CW, Romli S, Merapi L, Ansori, Marbyanto E. 2005.
Agroforstry/pertanian berkelanjutan dengan input luar rendah. Proyek
formacs-care internasional indonesia, kerjasama dengan CIDA-Canada.
Sangat HM, Larashati I. 2002. Some Ethnophytomedical Aspects and
Conservation Strategy of Several Medicinal Plants in Java, Indonesia.
Biodiversitas 3 (2) : 231-235.
Santoso E, Agustini L, Sitepu IR, Turjaman M. 2007. Efektivitas Pembentukan
Gaharu dan Komposisi Senyawa Resin Gaharu pada Aquilaria spp.
Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 4(6): 543-551.
Setiawan A, Alikodra HS. 2001. Tinjauan terhadap Pembangunan Sistem
Kawasan Konservasi Indonesia. Media Konservasi VII (2): 39-46.
Soegianto A. 1994. Ekologi Kuantitatif: Metode analisa populasi dan komunitas.
Penerbit: usaha nasional. Surabaya.
Soetarto E, Sitorus MTF, Napiri MY. 2001. Decentralisation of Administration,
Policy Making and Forest Management in Ketapang Distric, West
Kalimantan. Center for International Forestry Research. Bogor.
Sormin BH. 1990. Indonesia (in) Blockhus JM, Dillenbeck MR, Sayer JA, Wegge
P (ed). 1992. Conserving Biological Diversity in Managed Tropical Forest.
Proceedings of a Workshop Held at The IUCN General Assembly Perth,
Australia 30 November- 1 Desember 1990.
Sutarno H. 1996. Paket Modul Partisipatif : Pengenalan dan Pemanfaatan
Tumbuhan Penunjang. Prosea Indonesia-Yayasan Prosea. Bogor.
Suyono IM. 1991. Studi Interaksi Masyarakat Desa dengan Tumbuhan Obat di
Taman Nasional Baluran [Studi Kasus di Taman Nasional Alas Purwo, Kab.
Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur] [Skripsi]. Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB: Bogor. [Tidak
dipublikasikan]
Uji T. 2007. Keanekaragaman Jenis Buah-buahan Asli Indonesia dan Potensinya.
Biodiversitas 8(2): 157-167.
83
Ulung A, Sudana M, Wollenberg E. 2001. Ketergantungan Masyarakat Dayak
Terhadap Hutan di Sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang. Center for
International Forestry Research. Bogor.
Tim Terpadu. 2010a. Laporan Akhir Identifikasi dan Analisis Keberadaan Nilai
Konservasi Tinggi [NKT] di Areal Ijin PT. Agro Lestari Mandiri, Provinsi
Kalimantan Barat. Kerjasama PT. Agro Lestari Mandiri dengan Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
________. 2010b. Laporan Akhir Identifikasi dan Analisis Keberadaan Nilai
Konservasi Tinggi [NKT] di Areal Ijin PT. Kencana Graha Permai, Provinsi
Kalimantan Barat. Kerjasama PT. Kencana Graha Permai dengan Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
________. 2010c. Laporan Akhir Identifikasi dan Analisis Keberadaan Nilai
Konservasi Tinggi [NKT] di Areal Ijin PT. Lanang Agro Bersatu, Provinsi
Kalimantan Barat. Kerjasama PT. Lanang Agro Bersatu dengan Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Verheij EWM., Coronel RE., editor. 1992. PROSEA No. 2 : Edible Fruits and
Nuts. Prosea Foundation. Bogor.
Whitmore, 1986. Tropical Rain Forest of The Far East. Second Edition.
Clerendon Press. Oxford.
Yagura T, Shibayama N, Ito M, Kiuchi F, Honda G. 2003. Three Novel Diepoxy
Tetrahydrochromones from Agarwood Artificially Produced by
International Wounding. Tetrahedron Letters 46: 4395-4398.
Zuhud, E.A.M., Haryanto. 1994. Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman
Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Bogor: Departemen Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, IPB – Lembaga Alam Tropika Indonesia
(LATIN).
Zuhud, E.A.M., Siswoyo, Hikmat A, Sandra E, Adhiyanto E. 2003. Buku Acuan
Tumbuhan Obat Indonesia Jilid VI – X. Kerjasama Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor dengan Yayasan Sarana Wanajaya. Jakarta.
84
LAMPIRAN
85
Lampiran 1 Peta Lokasi Areal Ijin PT. Agro Lestari Mandiri
435000
442500
S
Na
te
nj
Pa
457500
g
an
HL Lembuding
ur
SA
Dsn Tanjung Toba
[
%
S
M
Ne
mp
ngra
S Pe
[
%
450000
9840000
9840000
427500
ala
ng
HL Batu Menangis
en
S Pelanjau
Dsn Sembilangan
ek
aw
ai
SP
dadar
S Bi
[
%
KECAMATAN
NANGA TAYAP
i
S
[
%
Dsn Sebuak
er
M
ah
[
%
wai
eka
SP
TANAH MERAH
er ah
S Ka
S
n
un
Ka
y
[ Dsn Sihit
%
g
an
em
Te
be
ran
ga
n
S
Ba
tu
Be
si
Be
t en
t an
ga
SS
ela
l at
S Si hit
S
SD
9817500
[
%
9817500
S
T
Se a re
p a kan
ha
n
[
%
Siantau Raya
t
iaka
Dsn Sepahan
SL
oka
n
S
S Lembe
sa n
mb
ek
a
Be
S
kuk
mb iu
S Se
Dsn
Ds Tebuar
g
Areal Konservasi
S Kind ing
S
i
[
%
a wa
n
SS
[
%
at
gM
yu n
9825000
9825000
[
%
SP
[ Ds Sungai Durian
%
S Lokan
SM
Lo
ka
n
Ds Sungai Kelik
S
S
n
wa
9832500
9832500
kuamak
S Sing
Pa
427500
435000
442500
450000
457500
109°
PETA LOKASI AREAL IJIN
PT. AGROLESTARI MANDIRI
KEC. NANGA TAYAP - KAB. KETAPANG
PROPINSI KALIMANTAN BARAT
110°
111°
112°
113°
114°
2°
2°
1°
1°
0°
0°
1°
1°
2°
2°
N
Keterangan :
[
%
Batas kebun
Kawasan Hutan Lindung
Areal Konservasi
Desa / Dusun
Jalan
Sungai Kecil
Sungai Besar
0
1
2
3
4
5 KM
3°
3°
109°
110°
111°
112°
113°
114°
Peta Kalimantan Barat
Lokasi Peta
Sumber :
1. Peta Kerja PT. AGROLESTARI MANDIRI
2. Peta Jaringan Jalan
3. Peta Jaringan Sungai
4. Hasil Suevey Lapangan
Proyeksi : UTM
Datum : W GS 84
Zone
: 49 S
KERJASAMA
PT. AGROLESTARI MANDIRI
DENGAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
86
Lampiran 2 Peta Lokasi Areal Ijin PT. Kencana Graha Permai
110°32'
110°34'
110°36'
110°38'
Dsn Tanjung Batu
an
ano
wa
ns
i
k
ad u
T Dsn Batu Payung
$
SS
SS
M
it
T
$
Dsn Carik
in y
ak
S Melaras
S Pengkayasan
S Kel uang
SL
an
g sa
t
S Pikan
2°8'
S Puayan
2°8'
uk
Bik
aan
S
P ak
r
s
era
SP
en
yeb
ran
ga
n
o ng
ST
S Minyak
jo
SP
Dsn Teluk Batu
2°6'
T
$
ST
em
ela
iang
s aha
n
Samba
S Aahan
2°6'
SS
2°10'
2°10'
S
u
Bir
S
g an
an
aw
nd
Ke
T
$
Dsn Rangkong
110°32'
110°34'
110°36'
110°38'
111°
112°
113°
114°
110°
111°
112°
113°
114°
1°
1°
N
0°
0°
1°
1°
2°
PETA LOKASI IJIN PT. KENCANA GRAHA PERMAI
KECAMATAN MARAU
KABUPATEN KETAPANG - KALIMANTAN BARAT
110°
2°
109°
Keterangan :
2°
E
S
0
1
2
3°
3°
W
2°
T
$
Jalan
Sungai.
Desa / Dusun
Batas Kebun
109°
3
4
5 KM
Peta Kalim antan Barat
Lok asi Peta
Sumber :
1. Peta Kerja PT. Kencana Graha Permai
2. Peta Jaringan Jalan
3. Peta Jaringan Sungai
4. Peta Satuan Lahan dan Tanah
PT. KENCANA GRAHA PERMAI
DENGAN
FAKULTAS KEHUTANAN IPB
Proyeksi : Geografis
Datum : W GS 84
Zone
: 49 S
87
Lampiran 3 Peta Lokasi Areal Ijin PT. Lanang Agro Bersatu
450000
455000
460000
S.
1
. Pu
ya
Ca
bS
e ba
S. T
Te
S.
b
Ca
hat
ba
ha
t
S.
n
S. Segigi
S. Kembue
S. Kediu
Ma
nta
s
S. Kar
im
9865000
g
ian
Re
m
S.
S. Limue
n
Cab S. Limuen
#
#
## #
S. Tiya
kon
9860000
9860000
#
SANDAI
#
#
#
##
a
S. Sep
iso
9865000
b
To
#
#
Cab S. Puya 2
n
aa
#
S.
#
#
w
Si
S.
#
#
#
n
ko
iya
#
#
#
Ds. Sandai Kiri
g
ku n
eng
irik
.B
ek
g/S
.K
gan
/S
in g
hir
Ke
S.
#
#
#
#
ahan
S. Peb
#
.T
bS
Ca
R
S.
en
S. B
Cab
#
#
#
#
#
# #
##
nta rin
g
g
kan
in g
#
nggo
#
#
#S. Ge
S. To
ti
Ma
ir
ng
ku
ng
Be
#
A
S.
.
g/S
an
ng
Be
S.
#
#
Dsn. Muara Jekak
#
#
S. Kesuhan
Ds. Petai Patah
## Ds. Jago
Se
m
pa
da
n
#
#
Dsn. Sepiri
9870000
#
#
# ##
#
#
S. P
uya
445000
9870000
440000
bS
Ca
ep
.S
is o
440000
445000
450000
455000
460000
PETA PENGAMATAN DI LOKASI IJIN
PT. LANANG AGRO BERSATU
KEC. SANDAI - KAB. KETAPANG
PROPINSI KALIMANTAN BARAT
Ketrangan :
N
0
1
2
250000
500000
750000
3
4
5
10000000
Titik Pengamatan
Sungai
Sungai Besar
Jalan Propinsi
Jalan Kabupaten
Jalan Lain
Desa / Dusun
Batas Kebun
Areal Lokasi Kebun PT. LAB
Km
9750000
9750000
#
9855000
9855000
#
Dsn.
# Harapan Baru
###
#
Dsn. Muara Laur ## Ds. Penjawaan
#
#
10000000
# ##
Sumber :
1. Peta Ijin Rencana Kebun sawi PT. LAB
2. Peta Jaringan Jalan
3. Peta Jaringan Sungai
4. Analisois GIS
Sistem Koordinat : UTM
Datum
: WGS 84
Zone
: 49 S
KERJASAMA ANTARA
PT. LANANG AGRO BERSATU
DENGAN
FAKULTAS KEHUTANAN IPB - BOGOR
250000
Batas Kalbar
Batas ijin Kebun
500000
750000
88
Lampiran 4 Daftar spesies tumbuhan pada areal studi
No.
Nama Ilmiah
Nama Lokal
Famili
Habitus
Lokasi *
1
2
3
1
Acacia mangium
Akasia
Fabaceae
Pohon
√
2
Adenanthera pavonina
Saga pohon
Fabaceae
Pohon
√
3
Adianthum cuneatum
Suplir
Polypodiaceae
Herba
√
4
Aetoxylon sympetalum
Kayu bidarah
Thymelaeaceae
Pohon
5
Agathis borneensis
Kayu pines
Araucariaceae
Pohon
6
Ageratum conyzoides L.
Bandotan
Asteraceae
Herba
7
Aglaia ignea Valeton
Parak api
Meliaceae
Pohon
8
Alangium javanicum
Meranti putih
Alangiaceae
Pohon
√
9
Aleurites moluccana (L.) Willd.
Kemiri
Euphorbiaceae
Pohon
√
10
Alocasia macorrhiza Schott.
Keladi
Araceae
Herba
11
Alocasia sp.
Keladi
Araceae
Herba
√
√
12
Alocasia sp.
Keladi air
Araceae
Herba
√
√
13
Alocasia sp.
Keladi hutan
Araceae
Herba
√
√
14
Alpinia sp.
Jahe-jahean
Zingiberaceae
Herba
√
√
15
Alpinia sp.
Lelemas
Zingiberaceae
Herba
√
16
Alseodaphne sp.
Medang gunung
Lauraceae
Pohon
17
Alstonia angustifolia Miq.
Pelai pipit
Apocynaceae
Pohon
√
√
√
18
Alstonia scholaris (L.) R.Br.
Pelaik, pelai
Apocynaceae
Pohon
√
√
√
19
Amaranthus sp.
Bayam
Amaranthaceae
Herba
20
Amomum coccineum
Tepus
Zingiberaceae
Herba
√
21
Amorphophallus sp.
Lidah bangkai
Araceae
Herba
√
22
Anacolosa frutescens
Belian landak
Olacaceae
Pohon
√
23
Anisophyllea disticha
Ribu-ribu
Anisophylleaceae
Perdu
√
24
Annona muricata L.
Sirsak
Annonaceae
Pohon
25
Anthocephalus cadamba Miq.
Menggalah, jabun
Rubiaceae
Pohon
√
√
26
Antidesma ghaesembilla Gaertner
Manyam, mayam
Euphorbiaceae
Pohon
√
√
27
Antidesma neurocarpum Miq.
Berunai
Euphorbiaceae
Pohon
√
28
Aquilaria malaccensis Lamk.
Gaharu, kayu garu
Thymelaeaceae
Pohon
29
Aquilaria microcarpa
Garu
Thymelaeaceae
Pohon
30
Arcangelisia flava (L.) Merr.
Akar kunyit
Menispermeaceae
Liana
√
31
Areca catechu L.
Pinang
Arecaceae
Pohon
√
32
Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.
Enau
Arecaceae
Pohon
33
Artocarpus anisophyllus Miq.
Mentawa, mentawak
Euphorbiaceae
Pohon
34
Artocarpus communis Forst.
Prapat
Moraceae
Pohon
√
35
Artocarpus dadah Miq.
Kayu tampang
Moraceae
Pohon
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
89
No.
Nama Ilmiah
Nama Lokal
Famili
Habitus
Lokasi *
1
2
3
36
Artocarpus elasticus Reinw.
Kepuak
Moraceae
Pohon
√
√
√
37
Artocarpus integer (Thund.) Merr.
Cempedak
Moraceae
Pohon
√
√
√
38
Artocarpus integra Merr.
Nangka
Moraceae
Pohon
√
39
Artocarpus kemando Miq.
Pudu
Moraceae
Pohon
√
√
40
Artocarpus lanceifolius Roxburgh
Tekalong
Moraceae
Pohon
√
√
41
Artocarpus rigidus Blume
Mentawak pintu
Moraceae
Pohon
√
42
Artocarpus teysmanii Miquel
Cempedak air
Moraceae
Pohon
√
43
Asplenium nidus L.
Bakah, sakah
Aspleniaceae
Epifit
√
44
Asystasia intrusa Bl.
Putihan
Acanthaceae
Herba
√
45
Athyrium bantamense (Bl.) Milde
Paku
Athryaceae
Herba
√
46
Averrhoa bilimbi L.
Belimbing
Oxalidaceae
Pohon
√
47
Axonopus compressus P.B.
Beriwit
Poaceae
Herba
√
√
48
Baccaurea dulcis Muell. Arg.
Kapol kangkang
Euphorbiaceae
Pohon
√
√
49
Baccaurea racemosa (Reinw.) Muell. Arg.
Kayu pangal
Euphorbiaceae
Pohon
√
50
Baeckea frutescens Linn.
Kayu aru
Myrtaceae
Pohon
51
Bambusa vulgaris Schard. ex Wendland
Bambu babi
Poaceae
Bambu
√
52
Barringtonia acutangulata Cert.
Putat
Lecythidaceae
Pohon
√
53
Barringtonia racemosa Hort. ex Miq.
Rangkung
Lecythidaceae
Pohon
√
√
√
54
Bauhinia sp.
Akar tatat
Fabaceae
Liana
√
√
√
55
Bellucia axinanthera Triana
Jambu monyet
Melastomataceae
Pohon
√
√
√
56
Bhesa paniculata Arnott.
Medang kuning
Celastraceae
Pohon
57
Blechnum orientale L.
Paku gajah
Blechnaceae
Herba
√
√
√
58
Blumea balsamifera (L.) DC.
Sambung
Asteraceae
Perdu
√
√
√
59
Bombac malabaricum DC.
Kapuk
Bombacaceae
Pohon
60
Borreria latifolia
Kentangan
Rubiaceae
Herba
61
Bouea macrophylla Griffith
Gandaria
Anacardiaceae
Pohon
62
Bromheadia finlaysoniana (Lindl.) Miq.
Tentanjam, tentajam
Orchidaceae
Herba
63
Brucea javanica (L.) Merrill
Kemaje, kina
Simaroubaceae
Perdu
64
Buchanania insignis
Asam binjai
Anacardiaceae
Pohon
√
65
Buettneria reinwardtii Kosterm.
Akar emperingat
Sterculiaceae
Liana
√
√
√
66
Calamus caesius Bl.
Rotan segak, rotan
sega
Arecaceae
Liana
√
√
√
67
Calamus manan Miquel
Rotan manau
Arecaceae
Liana
68
Calamus mattanensis Becc.
Rotan maro, rotan
marau,
Arecaceae
Liana
√
69
Calamus retrophyllus Becc.
Rotan tunggal
Arecaceae
Liana
√
70
Calamus sp.
Rotan buaya
Arecaceae
Liana
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
90
No.
Nama Ilmiah
Nama Lokal
Famili
Habitus
Lokasi *
1
2
3
√
√
√
71
Calamus sp.
Rotan rendam
Arecaceae
Liana
72
Caliandrra calothyrsus
Petai angin
Fabaceae
Pohon
73
Calophyllum grandiflorum Miq.
Mentangur
Clusiaceae
Pohon
74
Bunut
Clusiaceae
Pohon
75
Calophyllum macrocarpum
Calophyllum pulcherrimum Wallich ex
Choisy
Entangor, lunukan
Clusiaceae
Pohon
76
Calophyllum soulattri Burm.f.
Kayu musuk
Clusiaceae
Pohon
77
Calopogonium muconoides
Akar bilaran daun
besar
Fabaceae
Liana
78
Campnosperma auriculata Hook.f.
Terentang
Anacardiaceae
Pohon
√
79
Campnosperma coriaceum (Jack.) H. Hallier
& Steenis
Terentang tikus
Anacardiaceae
Pohon
√
80
Campnosperma macrophylla Hk.
Kayu perisai
Anacardiaceae
Pohon
81
Canangium odoratum Baill.
Kenanga
Annonaceae
Pohon
82
Canarium apertum H.J.L.
Kedundung
Burseraceae
Pohon
83
Canarium caudatum
Kedundung, kenari
Burseraceae
Pohon
84
Canarium patentinervium Miquel
Kedundung kelansik
Burseraceae
Pohon
85
Cantleya corniculata (Beccari) Howard.
Bedaru, lengkeng
hutan
Icacinaceae
Pohon
86
Capsicum frutescens L.
Cabe
Solanaceae
Herba
87
Caryota mitis Lour.
Tukas, rotan
belantung, rotan
belatung
Arecaceae
Palem
88
Casearia grewiaefolia
Tapai lamba
Flacourtiaceae
Pohon
89
Casearia rugulosa
Asam gunung
Fagaceae
Pohon
90
Cassia alata L.
Ketepeng cina
Fabaceae
Perdu
91
Ceiba pentandra Gaertn.
Randu
Bombacaceae
Pohon
92
Chaetocarpus castanocarpus (Roxburgh)
Thwaites
Lawang tikus, kayu
lawang, ubar bentan
Euphorbiaceae
Pohon
√
93
Chrysopogon aciculatus (Retz.) Trin.
Rumput jarum
Poaceae
Herba
√
94
Cinnamomum burmanii (Nees.) Bl.
Kayu manis
Lauraceae
Pohon
95
Cinnamomum culilawan Bl.
Kayu lawang
Lauraceae
Pohon
96
Cinnamomum macrophyllum Miq.
Sintok madu
Lauraceae
Pohon
97
Cinnamomum sp.
Kayu parau, kayu
paro, parau
Lauraceae
Pohon
√
98
Clerodendrum inerme (L.) Gaertn.
Melati hutan
Verbenaceae
Perdu
√
99
Clidemia hirta
Harendong bulu
Melastomataceae
Perdu
√
100
Clitoria ternatae L.
Bunga ternate
Fabaceae
Liana
√
101
Cocos nucifera L.
Kelapa
Palmae
Pohon
√
102
Coffea robusta Linden ex de Wildem
Kopi
Rubiaceae
Perdu
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
91
No.
Nama Ilmiah
Nama Lokal
Famili
Habitus
Lokasi *
1
2
3
√
103
Colocasia esculenta Schott.
Talas
Araceae
Herba
104
Cordyline fruticosa (Linn.) A. Cheval
Sabang
Liliaceae
Herba
√
√
105
Costus speciosus (Koen.) J.E. Smith.
Sentabar
Zingiberaceae
Herba
√
√
106
Cratoxylon arborescens Bl.
Idat
Hypericaceae
Pohon
√
√
107
Cratoxylon formosum Benth. & Hook.f. ex
Dyer
Butun
Hypericaceae
Pohon
√
√
108
Cratoxylon formosum Dyer.
Butun
Clusiaceae
Pohon
109
Gerunggang
Hypericaceae
Pohon
110
Cratoxylum arborescens (Vahl.) Bl.
Cratoxylum cochinchinensis (Loureiro)
Blume
Baduk
Hypericaceae
Pohon
111
Crypteronia griffithii C.B. Clarke
Rambai hutan
Crypteroniaceae
Pohon
√
112
Cryptocarya crassinervia Miq.
Medang keladi
Lauraceae
Pohon
√
113
Curculigo capitulata (L.) O.K.
Keladi pacat,
kelembak
Hypoxidaceae
Herba
√
114
Cyclophorus aridus
Pakis
Polypodiaceae
Herba
√
115
Cymbopogon citratus (DC.) Stapf.
Sereh wangi
Poaceae
Herba
√
116
Cynodon dactylon Pers.
Grintingan-1
Poaceae
Herba
117
Cyperus brevifolius (Rottb.) Hassk.
Teki rawa coklat
Cyperaceae
Herba
√
118
Cyperus compressus L.
Teki rawa hijau
Cyperaceae
Herba
√
119
Cyperus rotundus L.
Teki
Cyperaceae
Herba
√
√
120
Dacryodes rostrata H.J.L.
Kayu batu
Burseraceae
Pohon
√
√
√
121
Dacryodes rugosa (Blume) H.J. Lam.
Keminting
Burseraceae
Pohon
√
122
Daemonorops angustifolius Mart.
Rotan nanga
Arecaceae
Liana
√
123
Daemonorops lamprolepis Becc.
Rotan lua komping
Arecaceae
Liana
√
124
Dendrobium crumenatum Sw.
Anggrek merpati
Orchidaceae
Epifit
√
125
Derris elliptica (Roxb.) Bth.
Tuba rabut
Fabaceae
Liana
√
126
Dialium hydnocarpioides De Wit.
Keranji
Fabaceae
Pohon
√
127
Dialium modestum (van Steenis) Steyaert.
Kayu gading
Fabaceae
Pohon
√
128
Dialium sp.
Keranji benggawang
Fabaceae
Pohon
√
129
Diallium platisepalum Baker
Keranji bangkang
Fabaceae
Pohon
√
130
Dicranopteris dichotoma (Thunb.) Bernh
Paku lemangun, paku
pandih, akar lembiding
Gleicheniaceae
Epifit
√
131
Dieffenbachia seguine (Jacq.) Schott.
Bang putih, kayu
lumpuh
Araceae
Herba
√
132
Digitaria adscendens
Rumput gringsingan
Poaceae
Herba
√
133
Digittaria ciliaris (Retzius) Koeler
Rumput paitan
Fabaceae
Herba
134
Dillenia excelsa (Jack) Gilg.
Simpur, sempur
Dilleniaceae
Pohon
√
135
Dillenia eximia
Beriga, reriga
Dilleniaceae
Pohon
√
136
Dillenia grandifolia
Simpur daun lebar
Dilleniaceae
Pohon
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
92
No.
Nama Ilmiah
Nama Lokal
Famili
Habitus
Lokasi *
1
2
3
137
Dillenia pulchella (Jack.) Gilg.
Simpur gunung
Dilleniaceae
Pohon
√
138
Dillenia reticulata
Reriga tanjung
Dilleniaceae
Pohon
√
139
Dillenia sp.
Simpur batu
Dilleniaceae
Pohon
√
140
Dindrocalamus asper (Schult.) Backer ex
Heyne.,
Bambu abik, betung
Poaceae
Bambu
141
Dinochloa scandens (Bl. ex Nees) O.Kuntze.
Bambu cacing, bambu
rambat
Poaceae
Bambu
√
142
Dioscorea hispida Dennust
Akar keribang,
Dioscoreaceae
Liana
√
143
Diospyros durionoides Bakh.
Kayu arang
Ebenaceae
Pohon
144
Diospyros korthalsiana Hiern.
Puri-puri
Ebenaceae
Pohon
145
Diospyros levigata
Kumpang arang
Ebenaceae
Pohon
√
146
Diospyros maingayi
Semak malam
Ebenaceae
Pohon
√
147
Dipterocarpus grandiflorus Blanco
Keruing
Dipterocarpaceae
Pohon
√
148
Donax cannaeformis (G. Forst.) K. Schum.
Bamban
Maranthaceae
Herba
√
√
149
Dracontomelon costatum
Sengkuang, singkuang
Anacardiaceae
Pohon
√
√
150
Drymoglossum piloselloides (L.) Gaertn.
Sisik naga
Polypodiaceae
Epifit
√
151
Drynaria sparsisora Moore.
Simbar layangan
Polypodiaceae
Epifit
√
152
Dryobalanops aromatica Gaertn.
Kayu kapur
Dipterocarpaceae
Pohon
√
153
Dryobalanops beccari Dyer.
Bengangang, bengang
Dipterocarpaceae
Pohon
√
154
Duabanga moluccana Blume
Kalamjajai, kelimajai
Sonneratiaceae
Pohon
155
Durio carinatus Mast.
Durian burung
Bombacaceae
Pohon
156
Durio kutejensis (Hassk.) Beccari
Pekawai
Bombacaceae
Pohon
√
√
157
Durio oxleyanus Griff.
Teratung
Bombacaceae
Pohon
√
√
158
Durio testudinarum
Durian kura-kura,
durian tengkurak
Bombacaceae
Pohon
√
159
Durio zibethinus Murr.
Durian
Bombacaceae
Pohon
√
160
Dyera costulata Hook.f.
Jelutung
Apocynaceae
Pohon
√
161
Dyera lowii Hk. F.
Pantung, jelutung
Apocynaceae
Pohon
√
162
Eichornia crassipes (Mart.) Solms.
Enceng gondok
Pontederiaceae
Herba
√
163
Elaeis guneensis Jacq.
Sawit
Arecaceae
Pohon
√
√
√
164
Elaeocarpus littoralis Teijsm. & Binn.
Medang payung
Elaeocarpaceae
Pohon
√
√
√
165
Elaeocarpus stipularis Blume
Pansi, pansilawa
Elaeocarpaceae
Pohon
√
√
√
166
Elasteriospermum tapos Miq.
Kelampai kuai, parak
Euphorbiaceae
Pohon
√
√
167
Elephantophus cf mollis H.B.K.
Patah kemudi
Asteraceae
Herba
168
Elephantopus scaber L.
Tapak liman
Asteraceae
Herba
169
Embelia ribes Burm.f.
Akar asam, kacam
Myrsinaceae
Liana
√
√
170
Emilia sonchifolia (Linn.) DC.
Tempuh wiyang
Asteraceae
Herba
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
93
No.
Nama Ilmiah
Nama Lokal
Famili
Habitus
Lokasi *
1
2
3
171
Endospermum diadenum (Miq.) Airy Shaw
Lempaung,
lempahung, sengkubak
Euphorbiaceae
Pohon
172
Engelhardtia sp.
Bulian namun
Juglandiaceae
Pohon
173
Equisetum debile Roxb.
Rumput sempok
Equisetaceae
Herba
√
174
Erechtites valerianifolia Raf.
Sintrong
Compositae
Herba
√
175
Erigeron linifolius Auct. Non Willd.
Jabung
Asteraceae
Herba
176
Eugenia malaccensis L.
Jambu bol
Myrtaceae
Pohon
177
Eugenia muellerii
Gelam tikus
Myrtaceae
Pohon
178
Eugenia sp.
Jambu hutan
Myrtaceae
Pohon
179
Eupatorium odoratum L.f.
Serunai
Asteraceae
Perdu
180
Euphorbia hirta L.
Patikan kebo
Euphorbiaceae
Herba
181
Eurycoma longifolia Jack.
Pasak bumi
Simaroubaceae
Perdu
√
182
Eusideroxylon zwageri T. & B.
Belian (Ulin)
Lauraceae
Pohon
√
183
Fagraea racemosa
Kelamsarai
Loganiaceae
Pohon
184
Ficus ampelas Burm. f.
Akar ampelas, akar
empelas, kempelas
Moraceae
Liana
185
Ficus benjamina L.
Beringin
Moraceae
Pohon
√
√
186
Ficus binnendykii (Miq.) Miq.
Akar ara
Moraceae
Liana
√
√
187
Ficus callosa Willd.
Beringin daun besar
Moraceae
Pohon
√
188
Ficus calophylla Blume
Kayu ara
Moraceae
Pohon
√
189
Ficus fistulosa Reinw.
Sawang
Moraceae
Pohon
190
Ficus variegata Bl.
Kondang, kendang
Moraceae
Pohon
√
√
191
Flacourtia inermis Roxburgh
Rukam bukit
Flacourtiaceae
Pohon
√
√
192
Flacourtia rukam Zoll. & Mor.
Rukam
Flacourtiaceae
Pohon
√
193
Flagellaria indica L.
Ketabai
Flagellariaceae
Liana
194
Freycinetia angustifolia Bl.
Pandan rasao
Pandanaceae
Epifit
195
Kambat
Acanthaceae
Perdu
√
√
196
Gandarusa vulgaris Nees.
Ganua motleyana (de Vriese) Pierre ex
Dubard
Nyatoh beras
Sapotaceae
Pohon
√
√
197
Garcinia diocia Bl.
Manjing, manjingan
Clusiaceae
Pohon
√
198
Garcinia mangostana L.
Manggis
Clusiaceae
Pohon
199
Garcinia parvifolia Miq.
Kandis, asam kandis
Clusiaceae
Pohon
√
200
Garcinia sp
Manggis padang
Clusiaceae
Pohon
√
201
Garcinia sp.
Kumpang buah
Clusiaceae
Pohon
√
202
Gigantochloa apus (J.A. & J.H. Schults.)
Kurz.,
Bambu
Poaceae
Bambu
√
203
Glochidion zeylanicum Juss.
Ubar paya
Euphorbiaceae
Pohon
√
204
Gluta renghas L.
Rengas merah
Anacardiaceae
Pohon
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
94
No.
Nama Ilmiah
Nama Lokal
Famili
Habitus
Lokasi *
1
2
3
√
205
Gonystyllus bancanus Kurz.
Ramin
Thymelaeaceae
Pohon
206
Gonystylus keithii
Pangkut
Thymelaeaceae
Pohon
√
207
Gymnacranthera forbesii (King) Warb.
Bunyao
Myristicaceae
Pohon
√
208
Hanguana malayana Merrill
Bakung
Liliaceae
Herba
209
Hedyotis verticillata Lamk
Pacar air
Rubiaceae
Herba
210
Hevea brasiliensis (Willd. ex A. Jussieu)
Muell. Arg.
Karet
Euphorbiaceae
Pohon
211
Hibiscus macrophyllus Roxburgh ex Hornem
Waru
Malvaceae
Pohon
212
Homalanthus populneus (Giesel.) Pax
Jati-jatian
Euphorbiaceae
Pohon
213
Homalium caryophyllaceum (Zollinger&
Moritzi) Benth.
Tulang ular
Flacourtiaceae
Pohon
√
√
√
214
Homalomena sagittifolia Jungh. ex Schott.
Nampu
Araceae
Herba
√
√
√
215
Hopea mengerawan Miquel
Emang padang
Dipterocarpaceae
Pohon
√
216
Hornstedtia sp.
Suli
Zingiberaceae
Herba
217
Hoya sp.
Anggrek kancing
Asclepiadaceae
Epifit
218
Hydnocarpus anthelmintica Pierre.
Mrica-mricaan
Flacourtiaceae
Perdu
219
Hypobathrum sp.
Kaman
Rubiaceae
Pohon
220
Hyptis brevipes Poit.
Daun pusar
Lamiaceae
(Labitae)
Herba
√
√
√
221
Imperata cylindrica (L.) Beauv.
Ilalang, lalang
Poaceae
Herba
√
√
√
222
Ipomoea cairica (L.) Sweet.
Ubi jalar
Convolvulaceae
Herba
√
√
223
Ischaemum muticum Linn.
Rumput kerupit
Poaceae
Herba
√
224
Ischaemum muticum Linn.
Rumput kupit
Poaceae
Herba
√
225
Isotoma longiflora Presl.
Kitolod
Campanulaceae
Herba
√
√
226
Ixora coccinea L.
Soka hutan
Rubiaceae
Perdu
√
√
227
Jatropha curcas L.
Jarak
Euphorbiaceae
Perdu
228
Knema conferta (King) Warb.
Kumpang darah
Myristicaceae
Pohon
229
Knema intermedia Warb.
Kumpang bahar
Myristicaceae
Pohon
√
230
Knema perconacea Sinch.
Kumpang
Myristicaceae
Pohon
√
231
Knema perconacea Sinch.
Kumpang
Myrtaceae
Pohon
√
232
Koompassia malaccensis Maing. ex Benth.
Menggeris, kempas
Fabaceae
Pohon
√
233
Labisia pumila (Bl.) F. Vill.
Kacip fatima
Myrsinaceae
Herba
√
234
Lagerstroemia speciosa L.
Bungur
Lythraceae
Pohon
√
235
Lansium domesticum Corr.
Langsat
Meliaceae
Pohon
√
√
√
236
Lantana camara L.
Riuk pedare
Verbenaceae
Perdu
√
√
√
237
Laportea stimulans Miquel.
Jelatang
Urticaceae
Perdu
√
238
Lecanopteris carnosa (Reinw.) Bl.
Bakah halus, lukut
uncal, bakah tiung
Polypodiaceae
Epifit
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
95
No.
Nama Ilmiah
Nama Lokal
Famili
Habitus
Lokasi *
1
2
√
3
√
239
Lecanopteris carnosa (Reinw.) Bl.
Kadaka uncal
Selaginellaceae
Epifit
240
Leea aequata Linn.
Tembelacan,
kemelacan
Leeaceae
Pohon
241
Lepironia mucronata L.C. Richard
Purun tikus
Cyperaceae
Herba
242
Licuala spinosa Thunb.
Biru
Arecaceae
Herba
243
Lithocarpus gracilis
Belatung
Fagaceae
Pohon
244
Litsea tuberculata
Medang piawas
Lauraceae
Pohon
√
245
Lophatherum gracile Brongn.
Rumput merah,
rumput pulut, rumput
sepulut
Poaceae
Herba
√
246
Lophopetalum javanicum
Kayu pisang
Celastraceae
Pohon
√
247
Lophopetalum wrightienum Arnott.
Nanasi, nasi
Celastraceae
Pohon
√
248
Loranthus sp.
Benalu
Linnaceae
Epifit
249
Lycopodium cernuum L.
Tentapuk
Lycopodiaceae
Liana
√
√
√
250
Lygodium japonicum (Thunb.) Sw.
Mintu
Schizaeaceae
Herba
√
√
√
251
Macaranga conifera Muell. Arg.
Purang, purang putih
Euphorbiaceae
Pohon
√
√
√
252
Macaranga gigantea (Reichb.f. & Zoll.)
Muell. Arg.
Begabungan,
bekebung,
Euphorbiaceae
Pohon
√
√
√
253
Macaranga hypoleuca (Reichb.f. & Zoll.)
Muell.Arg.
Garung, garong,
mahang
Euphorbiaceae
Pohon
√
√
√
254
Macaranga pruinosa (Miq.) Muell. Arg.
Garung
Euphorbiaceae
Pohon
√
√
255
Macaranga rhizinoides Muell. Arg.
Tutup waru
Euphorbiaceae
Pohon
√
√
256
Macaranga triloba (Bl.) Muell. Arg.
Garung
Euphorbiaceae
Pohon
257
Madhuca sericea
Kayu sanggau
Sapotaceae
Pohon
√
258
Mallotus macrostachyus (Miquel) Muell. Arg.
Balik angin
Euphorbiaceae
Pohon
√
259
Mammea sp.
Sunduk
Clusiaceae
Pohon
260
Mangifera caesia Jack.
Asam lembawang,
Anacardiaceae
Pohon
√
√
√
261
Mangifera foetida Lour.
Asam kelemantan,
asam limus
Anacardiaceae
Pohon
√
√
√
262
Mangifera indica L.
Mangga
Anacardiaceae
Pohon
√
√
√
263
Mangifera longipes Griffith
Asam pauh, kayu pauh
Anacardiaceae
Pohon
√
264
Mangifera odorata Griff.
Asam lembacang,
bacang
Anacardiaceae
Pohon
√
265
Mangifera sp.
Asam satar
Anacardiaceae
Pohon
√
266
Manihot utilissima Pohl.
Singkong
Euphorbiaceae
Herba
267
Mapania cuspidata (Miq.) Uitt.
Sula adam
Herba
√
268
Maranthes corymbosa Blume
Kayu bunga
Cyperaceae
Chrysobalanacea
e
Pohon
√
269
Maranthes corymbosa Blume
Kayu bunga
Rosaceae
Pohon
√
270
Melaleuca leucadendron (L.) L.
Gelam
Myrtaceae
Pohon
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
96
No.
Nama Ilmiah
Nama Lokal
Famili
Habitus
Lokasi *
1
2
3
271
Melanorrhoea wallichii Hk.f.
Rengas manuk
Anacardiaceae
Pohon
√
272
Melanorrhoea wallichii Hk.f.
Rengas putih
Anacardiaceae
Pohon
√
273
Melastoma malabathricum Linn.
Cangkuduk,
cengkuduk,
keremunting, hati-hati
Melastomataceae
Perdu
√
274
Memecylon excelsum Blume
Temahas
Melastomataceae
Pohon
275
Mezzetia parvifolia Becc.
Banitan
Annonaceae
Pohon
√
276
Mezzetia sp.
Kayu makai
Annonaceae
Pohon
√
277
Mikania scandens Willd.
Akar kelembibit, akar
saput tunggal
Asteraceae
Liana
√
278
Mimosa pudica L.
Putri malu
Fabaceae
Herba
√
279
Mucuna brachteata
Kacangan
Fabaceae
Liana
√
280
Musa paradisiaca L.
Pisang
Musaceae
Herba
√
281
Musa sp.
Pisang
Musaceae
Herba
√
282
Musa sp.
Pisang hutan
Musaceae
Herba
√
283
Myristica iners Blume
Mendarahan
Myristicaceae
Pohon
284
Neoscortechinia kingii
Bantas
Euphorbiaceae
Pohon
√
285
Nepenthes ampullaria Jack.
Akar ketukung
Nepenthaceae
Liana
√
286
Nepenthes grandis
Akar ketupat
Nepenthaceae
Liana
287
Nepenthes sp.
Kantung semar
Nepenthaceae
Liana
√
288
Nephelium cuspidatum Bl.
Rambutan hutan
Sapindaceae
Pohon
√
289
Nephelium eriopetalum Miq.
Kayu darah
Sapindaceae
Pohon
290
Nephelium lappaceum L.
Rambutan
Sapindaceae
Pohon
291
Nephentes rafflesiana Jack.
Kantong semar
Nepenthaceae
Liana
292
Nephrolepis bisserata (Swartz) Schott.
Paku uban, pakis uban,
rumput uban
Neprolepidaceae
Herba
√
293
Nephrolepis exavata
Paku ikan, pakis ikan,
pakis hutan, paku
lembiding, paku baik
Neprolepidaceae
Herba
√
294
Ochroma bicolor
Balsa
Apocynaceae
Pohon
295
Octomeles sumatrana Miq.
Benuang, binuang
Datiscaceae
Pohon
√
√
√
296
Oncosperma filamentosum Bl.
Nibung
Arecaceae
Pohon
√
√
√
297
Paederia foetida L.
Daun kentut, kentut
kuduk
Rubiaceae
Liana
√
298
Paederia foetida L.
Sengentut
Rubiaceae
Liana
√
299
Pandanus caricosus Kurz.
Selingsing buaya
Pandanaceae
Herba
√
300
Pandanus hasskardlii Merr.
Pandan wangi
Pandanaceae
Herba
√
√
301
Pandanus helicopus Kurz.
Selingsing
Pandanaceae
Herba
√
√
302
Pandanus sp
Pandan nyaru
Pandanaceae
Herba
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
97
No.
Nama Ilmiah
Nama Lokal
Famili
Habitus
Lokasi *
1
2
3
303
Pandanus sp
Perupuk
Pandanaceae
Herba
√
√
304
Pandanus tectorius Soland ex Park.
Rasau, pandan gambut
Pandanaceae
Herba
√
√
305
Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen
Sengon
Fabaceae
Pohon
306
Parkia intermedia Hassk. Ex Hoeven & de
Vriese
Petai hutan, petai
hantu
Fabaceae
Pohon
307
Parkia roxburghii G. Don.
Kedawung
Fabaceae
Pohon
308
Parkia speciosa Hassk.
Petai
Fabaceae
Pohon
309
Paspalum conjugatum Berg.
Rumput kirip
Poaceae
Herba
310
Passiflora foetida L.
Rambut nyenyah
Passifloraceae
Herba
311
Payena leerii Kutz.
Balam
Sapotaceae
Pohon
312
Pennisetum purpureum Seumach.
Rumput gajah
Poaceae
Herba
313
Pentaspadon motleyi Hook.f.
Pelanjau
Anacardiaceae
Pohon
√
314
Peronema canescens Jack.
Sungkai
Verbenaceae
Pohon
√
315
Phyllanthus acidus (L.) Skeels.
Ceremai
Euphorbiaceae
Pohon
316
Phyllanthus niruri L.
Rumput pacat
Euphorbiaceae
Perdu
√
317
Physalis peruviana L.
Ciplukan blungsung
Solanaceae
Herba
√
318
Pinanga kuhlii Blume
Pinang kera, pinang
hutan
Arecaceae
Palem
√
√
319
Pinanga sp.
Pinang buring
Arecaceae
Palem
√
√
320
Piper betle L.
Sirih
Piperaceae
Epifit
321
Piper caninum Bl.
Sirih hutan
Piperaceae
Epifit
322
Piper porphyrophyllum
Sirih merah
Piperaceae
Epifit
323
Piper sarmentosum Roxb.
Kaduk
Piperaceae
Perdu
√
324
Pistia stratiotes Linn.
Apung
Araceae
Herba
√
325
Pithecollobium ellipticum Hassk.
Jering hantu
Fabaceae
Pohon
√
326
Pithecollobium lobatum Benth.
Jering
Fabaceae
Pohon
√
327
Pithecolobium clypearia Benth.
Petai belalang, petai
ladang, petai padi
Fabaceae
Pohon
√
328
Pleomele angustifolia (Roxb.) N.E. Brown.
Suji hutan
Liliaceae
Herba
329
Pogonarherum paniceum (Lamk.) Hack.
Rumput bambu
Poaceae
Herba
330
Polyathia subcordata (Bl.) Bl.
Bangkal
Annonaceae
Pohon
√
331
Pometia pinnata J.R. & G. Forst.
Kelensua, mengkasai
Sapindaceae
Pohon
√
√
√
332
Pothos sp.
Kagetisa
Araceae
Epifit
√
√
√
333
Premna integrifolia Linn.
Singkil
Verbenaceae
Pohon
√
334
Psidium guajava L.
Jambu biji
Myrtaceae
Pohon
√
√
√
335
Psychotria sarmentosa Blume
Pakar pohon
Rubiaceae
Epifit
√
√
√
336
Pterospermum acerifolium Willd.
Bayur daun besar
Sterculiaceae
Pohon
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
98
No.
Nama Ilmiah
Nama Lokal
Famili
Habitus
Lokasi *
1
2
3
√
337
Pterospermum diversifolium Bl.
Bayur daun kecil
Sterculiaceae
Pohon
338
Ptychopyxis costata Miquel
Mengkepar
Euphorbiaceae
Pohon
√
√
339
Quercus bennettii Miq.
Kompening,
mempening,
pempening
Fagaceae
Pohon
√
√
340
Quercus poculiformis V.Soem.
Kempaning,
mempaning
Fagaceae
Pohon
341
Raphidophora sp.
Bakah akar
Araceae
Liana
√
342
Raphidophora sp.
Bakah kura-kura
Araceae
Liana
√
343
Rhaphidophora sylvestris Engl.
Akar-1
Araceae
Liana
√
344
Rhodamnia cinerea Jack.
Jamai
Myrtaceae
Pohon
√
√
√
345
Saccharum officinarum Linn.
Tebu air
Poaceae
Herba
√
√
√
346
Saccharum spontaneus Linn.
Teberau
Poaceae
Herba
√
√
347
Salacca conferta Griffith.
Maram, asam paya
Arecaceae
Herba
√
√
348
Sandoricum koetjape (Burm. F.) Merr.
Ketapi
Meliaceae
Pohon
349
Santiria griffithii (Hk.f.) Engl.
Kedondong hutan
Burseraceae
Pohon
350
Santiria laevigata Bl.
Kembayau,
Burseraceae
Pohon
√
√
√
351
Santiria tomentosa Blume
Kubing
Burseraceae
Pohon
√
√
√
352
Sarcotheca macrophylla
Belimbing kayu
Oxalidaceae
Pohon
√
353
Scaphium macropodum L.
Semangkuk,
semangkok
Sterculiaceae
Pohon
√
354
Schima wallichii Korth.
Penaga
Theaceae
Pohon
√
√
√
355
Schizostachyum blumei Nees.
Bambu wuluh
Poaceae
Bambu
356
Schizostachyum longispiculatum Kurz.
Bambu paring
Poaceae
Herba
√
√
√
357
Scleria laevis Retzius
Rambang
Cyperaceae
Herba
√
√
√
358
Scleria sumatranensis
Selingsing
Cyperaceae
Herba
√
√
359
Scolopia macrophylla
Belanga
Flacourtiaceae
Pohon
√
360
Scolopia spinosa (Roxburg) Warb.
Rukam hutan
Flacourtiaceae
Pohon
√
361
Scorodocarpus borneensis Becc.
Kulim
Olacaceae
Pohon
√
362
Selaginella doederleinii Hieron.
Jenjamut
Selaginellaceae
Herba
√
363
Shorea acuminata Dyer
Meranti elang
Dipterocarpaceae
Pohon
√
364
Shorea agamii
Meranti putih
Dipterocarpaceae
Pohon
√
365
Shorea balangeran (Korth.) Burck
Belangeran
Dipterocarpaceae
Pohon
√
√
366
Shorea brunescens P.S. Ashton
Meranti kuning
Dipterocarpaceae
Pohon
√
√
367
Shorea faguetioides
Kayu bepisang
Dipterocarpaceae
Pohon
√
368
Shorea gibbosa
Dahu
Dipterocarpaceae
Pohon
369
Shorea gysbertsiana Burck.
Meranti telor
Dipterocarpaceae
Pohon
√
370
Shorea mecistopteryx
Tengkawang tungkul
Dipterocarpaceae
Pohon
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
99
No.
Nama Ilmiah
Nama Lokal
Famili
Habitus
Lokasi *
1
2
3
√
371
Shorea palembanica
Majo, majau
Dipterocarpaceae
Pohon
372
Shorea pallidifolia
Meranti batu
Dipterocarpaceae
Pohon
373
Shorea parvifolia Dyer.
Kayu pongga
Dipterocarpaceae
Pohon
374
Shorea parvistipulata Heim.
Kelukup, meranti
merah
Dipterocarpaceae
Pohon
√
√
375
Shorea pinanga
Engkebung
Dipterocarpaceae
Pohon
√
√
376
Shorea scabrida
Meranti bunga
Dipterocarpaceae
Pohon
√
√
377
Shorea stenoptera Burck.
Tengkawang layar
Dipterocarpaceae
Pohon
√
√
378
Shorea teysmanniana Dyer
Bengkirai
Dipterocarpaceae
Pohon
√
379
Shorea virescens Parys.
Belau bunto
Dipterocarpaceae
Pohon
√
380
Sida rhombifolia L.
Sidaguri
Malvaceae
Perdu
√
381
Sindora brugemanii DC.
Sindur
Fabaceae
Pohon
√
382
Smilax zeylanica L.
Akar menduru, akar
tempayan
Smilacaceae
Liana
√
383
Solanum indicum L.
Terong rusa
Solanaceae
Perdu
√
384
Solanum mammosum L.
Terong pipit
Solanaceae
Perdu
385
Solanum melongena L.
Terung
Solanaceae
Perdu
386
Spatholobus ferrugineus (Zoll.) Benth.
Akar angkur
Fabaceae
Liana
387
Stachyphrynium borneense Ridley
Itit
Maranthaceae
Herba
388
Stachytarpheta mutabilis (Jacq.) Vahl.
Pecut kuda
Verbenaceae
Perdu
389
Stemonurus malaccensis (Mast.) Sleumer
Buni
Icacinaceae
Pohon
390
Stemonurus scorpioides Beccari
Kayu malam
Icacinaceae
Pohon
√
391
Stemonurus secundiflorus
Saba bubu
Icacinaceae
Pohon
√
392
Stenoclaena palustris Bedd.
Paku pandih, paku
pandih
Polypodiaceae
Epifit
393
Sterculia urceolata Smith.
Kelumpang
Sterculiaceae
Pohon
394
Streblus asper Lour.
Serut
Sterculiaceae
Perdu
395
Susun malayanum Hook.f.
Bakung
Liliaceae
Herba
396
Symplocos celastrifolia
Nyanyam
Symplocaceae
Pohon
√
√
397
Symplocos fasciculata Zoll.
Ketikal
Symplocaceae
Pohon
√
√
398
Syzygium aqueum (Burm.f.) Alst.
Jambu air
Myrtaceae
Pohon
√
399
Syzygium cumini
Juwat
Myrtaceae
Pohon
√
400
Syzygium lineatum (DC.) Merrill & Perry
Ubar merah
Myrtaceae
Pohon
401
Syzygium malaccense (L.) Merr. & Perry.
Jambu lirang
Myrtaceae
Pohon
402
Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.
Kayu salam
Myrtaceae
Pohon
403
Syzygium sp.
Ubar pantai
Myrtaceae
Pohon
√
404
Syzygium sp.
Ubar putih
Myrtaceae
Pohon
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
100
No.
Nama Ilmiah
Nama Lokal
Famili
Habitus
Lokasi *
1
2
3
√
405
Tacca palmata Blume
Ganggung purah
Taccaceae
Herba
406
Tamarindus indica L.
Asam
Fabaceae
Pohon
√
407
Terminalia citrina
Belebak
Combretaceae
Pohon
√
408
Terminalia sp.
Kayu bintang
Combretaceae
Pohon
√
409
Tetracera fagifolia Bl.
Akar simpur
Dilleniaceae
Liana
√
410
Tetramerista glabra Miq.
Punak, ponak
Theaceae
Pohon
√
411
Tetrastigma sp.
Tetrastigma
Vitaceae
Liana
412
Theobroma cacao L.
Coklat
Sterculiaceae
Perdu
√
413
Toona sinensis (A. Juss.) Roem.
Suren
Meliaceae
Pohon
√
414
Trema orientalis (L.) Bl.
Angin-angin
Ulmaceae
Pohon
√
415
Tricalysia singularis Korth.
Kopi hutan
Rubiaceae
Perdu
√
416
Tristania maingayi Duthi
Pelawan putih
Myrtaceae
Pohon
√
417
Tristania obovata R.Br.
Pelawan merah
Myrtaceae
Pohon
√
418
Turnea subulata J.E. Smith.
Bunga pukul 8
Turneraceae
Perdu
419
Uncaria glabrata (Bl.) DC.
Akar kelait
Rubiaceae
Liana
√
√
√
420
Urena lobata L.
Jelumpang
Malvaceae
Perdu
√
√
√
421
Vatica rassak Bl.
Resak
Dipterocarpaceae
Pohon
√
√
422
Vernonia arborea Ham
Entepung, mentepung
Compositae
Pohon
√
√
423
Villebrunea rubescens Bl.
Kemuning
Urticaceae
Pohon
424
Vitex pubescens Vahl.
Laban, leban
Verbenaceae
Pohon
425
Vittaria scolopendrina (Borry) Thw.
Paku ahaka
Vittariaceae
Herba
√
426
Wedelia calendulacea Less.
Seruni
Asteraceae
Herba
√
427
Xanthophyllum flavescens Roxb.
Meriukan
Polygalaceae
Pohon
√
428
Xanthophyllum sp
Menjalin
Polygalaceae
Pohon
√
429
Xylopia sp.
Suluh
Annonaceae
Pohon
√
430
Zalacca blumeana Mart.
Salak hutan
Arecaceae
Herba
Keterangan
*: 1. PT Agro Lestari Mandiri
3. PT Lanang Agro Bersatu
2. PT Kencana Graha Permai
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
101
Lampiran 5 Daftar famili yang ditemukan pada areal studi
∑ Jenis
No
Famili
∑ Jenis
PT Agro Lestari
Mandiri
PT. Kencana
Graha Permai
PT. Lanang
Agro Bersatu
1
Asclepiadaceae
1
1
0
0
2
Acanthaceae
2
1
0
2
3
Alangiaceae
1
0
0
1
4
Amaranthaceae
1
0
0
1
5
Anacardiaceae
16
13
5
12
6
Anisophylleaceae
1
1
1
1
7
Annonaceae
6
4
0
5
8
Apocynaceae
5
3
2
4
9
Araceae
13
11
3
7
10
Araucariaceae
1
1
0
0
11
Arecaceae
18
16
11
13
12
Aspleniaceae
1
1
0
1
13
Asteraceae
9
4
7
6
14
Athryaceae
1
0
0
1
15
Blechnaceae
1
1
1
1
16
Bombacaceae
7
4
3
5
17
Burseraceae
8
4
5
6
18
Campanulaceae
1
1
1
0
19
Celastraceae
3
2
0
1
20
Chrysobalanaceae
1
0
0
1
21
Clusiaceae
11
6
3
8
22
Combretaceae
2
1
0
1
23
Compositae
2
2
1
1
24
Convolvulaceae
1
0
1
1
25
Crypteroniaceae
1
1
0
0
26
Cyperaceae
7
1
6
4
27
Datiscaceae
1
1
1
1
28
Dilleniaceae
7
7
3
2
29
30
31
Dioscoreaceae
1
22
4
1
16
2
1
3
1
1
14
2
32
Dipterocarpaceae
Ebenaceae
Elaeocarpaceae
2
2
2
2
33
Equisetaceae
1
1
0
0
34
Euphorbiaceae
26
19
14
19
35
Fabaceae
26
16
12
18
36
Fagaceae
4
1
2
2
102
∑ Jenis
No
Famili
∑ Jenis
PT Agro Lestari
Mandiri
37
38
Flacourtiaceae
PT. Kencana
Graha Permai
PT. Lanang
Agro Bersatu
7
1
4
0
6
1
2
0
39
Flagellariaceae
Gleicheniaceae
1
1
0
0
40
Hypericaceae
4
3
3
1
41
Hypoxidaceae
1
1
1
1
42
Icacinaceae
4
3
2
2
43
Juglandiaceae
1
0
0
1
44
1
1
1
1
45
Lamiaceae
(Labitae)
Lauraceae
8
5
1
5
46
Lecythidaceae
2
2
1
2
47
Leeaceae
1
0
0
1
48
Liliaceae
4
2
1
2
49
Linnaceae
1
0
0
1
50
Loganiaceae
1
0
1
0
51
Lycopodiaceae
1
1
1
1
52
Lythraceae
1
1
0
1
53
Malvaceae
3
1
1
3
54
Maranthaceae
2
1
1
1
55
Melastomataceae
4
2
2
4
56
Meliaceae
4
2
2
2
57
Menispermeaceae
1
1
0
1
58
59
Moraceae
16
3
12
2
7
2
14
2
60
Musaceae
Myristicaceae
5
0
1
5
61
Myrsinaceae
2
2
1
1
62
Myrtaceae
17
5
7
15
63
Nepenthaceae
4
2
1
1
64
Neprolepidaceae
2
2
1
1
65
Olacaceae
2
2
0
0
66
Orchidaceae
2
1
1
1
67
Oxalidaceae
2
1
0
1
68
Palmae
1
1
1
1
69
Pandanaceae
7
6
1
6
70
Passifloraceae
1
1
0
1
71
Piperaceae
4
2
1
3
72
Poaceae
20
14
11
14
73
Polygalaceae
2
0
0
2
103
∑ Jenis
No
Famili
∑ Jenis
PT Agro Lestari
Mandiri
PT. Kencana
Graha Permai
PT. Lanang
Agro Bersatu
74
Polypodiaceae
6
0
1
5
75
Pontederiaceae
1
0
0
1
76
Rosaceae
1
0
1
1
77
Rubiaceae
11
6
5
10
78
Sapindaceae
4
3
3
4
79
Sapotaceae
3
2
0
2
80
Schizaeaceae
1
1
1
1
81
Selaginellaceae
2
2
1
2
82
Simaroubaceae
2
1
0
2
83
Smilacaceae
1
1
1
1
84
Solanaceae
5
2
1
2
85
Sonneratiaceae
1
1
0
1
86
Sterculiaceae
7
3
3
6
87
Symplocaceae
2
2
2
0
88
Taccaceae
1
1
0
0
89
Theaceae
2
2
1
2
90
Thymelaeaceae
5
1
2
4
91
Turneraceae
1
0
1
0
92
Ulmaceae
1
1
1
1
93
Urticaceae
2
1
0
2
94
Verbenaceae
6
6
3
4
95
Vitaceae
1
0
1
0
96
Vittariaceae
1
0
0
1
97
Zingiberaceae
5
4
2
5
104
Lampiran 6 Spesies tumbuhan berguna pada areal studi
No.
Lokasi *
Nama Ilmiah
1
2
3
Kegunaan**
Bagian
yang
digunakan
Teknik
budidaya
Ekologi
1
Acacia mangium
√
12
Batang
Biji
2
Adenanthera pavonina
√
1
Kulit
batang
Biji
Adianthum cuneatum Langs.
& Fisch.
√
2
Daun
Spora
√
9
Batang
Biji
Tumbuh pada ketinggian
di bawah 750 m dpl
13
Getah
Biji
Tumbuh dengan baik
pada ketinggian tempat
hingga 1.500 m dpl dan
membutuhkan tanah yang
subur
1, 5, 6
Daun
Biji
9
Batang
Cangkokan
tumbuh sampai
ketinggian 2100 m dpl.
Perkebunan, padang
rumput, tepi jalan
Tumbuh liar di hutan
yang cukup mendapat
sinar matahari
3
√
Tumbuh di ketinggian
tempat antara 30-130 m
dpl
Tumbuh di lahan-lahan
kritis dan tanah yang
terganggu
Tumbuh di hutan tropis
di sela-sela batuan atau di
tebing-tebing tanah
4
Aetoxylon sympetalum
5
Agathis borneensis
6
Ageratum conyzoides L.
7
Aglaia ignea Valeton ex K.
Heyne
8
Alangium javanicum (Bl.)
Wang.
√
9
Batang
Biji, stek
Tumbuh di hutan primer
maupun sekunder
9
Aleurites moluccana (L.)
Willd.
√
1, 3, 4
Kulit
batang
Biji
Tumbuh di ketinggian
150 - 1000 m dpl di
hutan campuran
10
Alocasia macorrhiza Schott.
1, 2, 4
Daun
Stek batang
tumbuh 5-1300 m dpl. di
tempat bersemak
11
Alocasia sp.
√
√
2
Daun
Stek batang
Tumbuh liar di tempat
bersemak dengan
ketinggian 5-1300 m dpl
12
Alocasia sp.
√
√
2
Daun
Stek batang
Tumbuh di ketinggian
tempat antara 200-1000
m dpl
13
Alocasia sp.
√
√
2, 4
Daun
Stek batang
Tumbuh di ketinggian
tempat antara 200-1000
m dpl
14
Alpinia sp.
√
√
3, 4
Rimpang
Rimpang
dan anakan
15
Alpinia sp.
√
√
3, 4, 7
Rimpang
Rimpang
dan anakan
Tumbuh dengan baik
pada tanah-tanah kering,
di dataran yang
ditumbuhi rumput
dengan ketinggian tempat
1500 m dpl
Tumbuh di tanah kering,
di dataran rendah
16
Alseodaphne sp.
√
9
Batang
−
−
17
Alstonia angustifolia Miq.
√
√
√
1
Daun
Biji
Tumbuh di daerah
terbuka di hutan tropis
18
Alstonia scholaris (L.) R.Br.
√
√
√
1
Kulit
batang
Biji
Tumbuh di daerah
terbuka pada ketinggian
tempat 50 - 1.500 m dpl
√
√
√
√
√
√
105
No.
Lokasi *
Nama Ilmiah
1
19
Amaranthus sp.
20
Amomum coccineum (Bl.) K.
Schum.
√
21
Amorphophallus sp.
√
22
Anacolosa frutescens
(Blume) Blume
√
23
Anisophyllea disticha (Jack.)
Baill.
√
24
Annona muricata L.
25
Anthocephalus cadamba Miq.
26
2
√
3
Kegunaan**
Bagian
yang
digunakan
Teknik
budidaya
Ekologi
√
1, 4
Akar
Biji
dataran rendah sampai
1400 mdpl
√
1, 3
Rimpang
Rimpang
dan anakan
2, 4, 5
Bunga,
umbi
Biji
Banyak ditanam di tanah
lempung berdebu,
lempung liat berpasir,
ketinggian tempat 400750 m dpl
Tumbuh dengan baik
dengan tanah yang subur,
pada ketinggian sampai
2000 m dpl
1, 13
Biji
−
−
√
1
Daun
Stek batang
atau anakan
Tumbuhan liar di hutan,
tepi-tepi jalan dan di
kebun dengan ketinggian
1.500 m dpl
√
1, 4
Daun
Biji dan
stek batang
√
√
1, 9
Batang,
Kulit
batang
Biji
Antidesma ghaesembilla
Gaertner
√
√
1, 4
kulit kayu,
daun
Biji
Tumbuh di tanah
berkapur dengan drainase
yang baik dengan
ketinggian sampai 1.000
m dpl
Tumbuh di hutan
sekunder, membutuhkan
cahaya penuh, dapat
tumbuh pada daerah
kering dengan curah
hujan 200 mm pertahun
Tumbuh pada ketinggian
kurang dari 1.000 m dpl
27
Antidesma neurocarpum Miq.
√
√
√
9
Batang
28
Aquilaria malaccensis Lamk.
√
√
1, 3, 10, 13
Kulit
batang
Biji
Tumbuh di hutan primer
pada tanah berpasir atau
tanah liat dengan
ketinggian tempat rendah
sampai 500 m dpl
29
Aquilaria microcarpa
√
3, 10
Kulit
Biji
Tumbuh di hutan primer
pada tanah berpasir atau
tanah liat dengan
ketinggian tempat rendah
sampai 500 m dpl
30
Arcangelisia flava (L.) Merr.
√
√
1, 8
Rimpang
Biji dan
stek batang
31
Areca catechu L.
√
√
1, 4, 9, 8
Biji
Biji
Dapat ditemukan pada
daerah pantai berbatu
atau hutan primer atau
sekunder dengan
ketinggian tempat 1001000 m dpl
dataran rendah sampai
dataran tinggi dengan
ketinggian 1500 m dpl
32
Arenga pinnata (Wurmb.)
Merr.
√
1, 4, 5, 10,
11, 12, 13
Daun,
Biji,
Batang
Biji
√
−
Ditemukan di bawah
tegakan hutan primer
atau sekunder, dataran
rendah dan hutan hujan
pegunungan sampai
ketinggian tempat 1800
m dpl
Tumbuh di tanah subur
ketinggian 500-800 m
dpl, curah hujan 1200
mm/ tahun
106
No.
Lokasi *
Nama Ilmiah
Kegunaan**
Bagian
yang
digunakan
Teknik
budidaya
1
2
3
√
√
√
10, 12
Batang
Biji
Ekologi
33
Artocarpus anisophyllus Miq.
34
Artocarpus communis Forst.
√
4
Kulit
batang
Biji
35
Artocarpus dadah Miq.
√
9
Batang
Biji
Tumbuh pada ketinggian
tempat 20-650 m dpl
36
Artocarpus elasticus Reinw.
√
√
√
4, 7
Buah
Biji
Tumbuh pada dataran
rendah dengan ketinggian
sampai 600 m dpl
37
Artocarpus integer (Thund.)
Merr.
√
√
√
4
Buah
Biji
Tumbuh liar di hutan
dengan ketinggian tempat
di bawah1200 m dpl
38
Artocarpus integra Merr.
√
√
1, 4, 5, 8
Daun
Biji
39
Artocarpus kemando Miq.
√
√
√
4, 7
Buah
Biji
40
Artocarpus lanceifolius
Roxburgh
√
√
4
Buah
Biji
41
Artocarpus rigidus Blume
√
√
4, 9
Buah,
batang
Biji
42
Artocarpus teysmanii Miquel
√
√
4
Buah
Biji
43
Asplenium nidus
√
√
1, 2
Daun
Biji
44
Asystasia intrusa Bl.
√
1, 2
Daun
Stek batang
45
Athyrium bantamense
√
2
Daun
−
Tumbuh di ketinggian
400 - 1.200 m dpl dengan
curah hujan 1.500 mm
atau lebih
Tumbuh di ketinggian
tempat dibawah 1200 m
dpl
Tumbuh pada tanah
aluvial yang berdrainase
baik
Tumbuh alami di hutan
yang selalu hijau dengan
curah hujan 1500 mm
atau lebih
Tumbuh di hutan dengan
ketinggian 400-1200 m
dpl
Banyak ditemukan di
akar tunjang, tunggak
atau di batang pohon,
mulai dari hutan
mangrove sampai
ketinggian 2.000 m dpl
Tumbuh di muara sungai,
di hutan dataran rendah
sampai pegunungan
dengan ketinggian 1.000
m dpl
di temukan di daerah
yang tidak terlalu kering,
pada ketinggian tempat
20 - 1.800 m dpl
46
Averrhoa bilimbi L.
√
1, 4
Daun,
buah
Biji,
okulasi,
cangkok
Tumbuh di hutan tropik
lembab dengan
ketinggian 500 m dpl
47
Axonopus compressus P.B.
√
√
5
Seluruh
bagian
stek akar
48
Baccaurea dulcis Muell. Arg.
√
√
9
Batang
Tumbuh di tempat
terbuka yang tidak
ternaungi
Tumbuh pada tempat
yang tergenang dengan
ketinggian tempat sampai
1000-1800 m dpl
49
Baccaurea racemosa
(Reinw.) Muell. Arg.
√
1, 8, 9
Daun,
batang
√
Tumbuh di daerah
tropika basah, tumbuh
baik pada tanah aluvial
yang kaya humus dan
berdrainase baik
Tumbuh secara alami di
tepi sungai
−
Biji
Hutan dataran rendah
sampai pegunungan
rendah
107
No.
Lokasi *
Nama Ilmiah
1
3
√
50
Baeckea frutescens Linn.
51
Bambusa vulgaris Schard. ex
Wendland
√
52
Barringtonia acutangulata
Cert.
Barringtonia racemosa Hort.
ex Miq.
√
√
54
Bauhinia sp.
55
Bellucia axinanthera Triana
56
Bhesa paniculata Arnott.
57
Blechnum orientale L.
√
58
Blumea balsamifera (L.) DC.
√
59
Bombac malabaricum DC.
60
Bombacaceae
61
Borreria latifolia
62
Bouea macrophylla Griffith
63
Bromheadia finlaysoniana
(Lindl.) Miq.
64
Brucea javanica (L.) Merrill
65
Buchanania insignis
√
66
Buettneria reinwardtii
Kosterm.
√
53
2
Kegunaan**
Bagian
yang
digunakan
Teknik
budidaya
1, 10
Daun
√
1, 9
Batang
Stek batang
atau anakan
√
9
Batang
Biji
√
√
9
Batang
Biji
√
√
√
4
Daun
Biji
√
√
√
4
Buah
Biji,
cangkok,
okulasi
√
4, 9
Buah,
batang
Biji
√
√
1,2 , 3, 4
√
√
1
Daun
Biji
√
7
Buah
Biji,
cangkok
√
1, 5
Daun
Biji
Tumbuh di dinding
pantai pada ketinggian
sampai 500 m dpl
√
4
Buah
Biji
Tumbuh di hutan dataran
rendah beriklim tropis
basahdengan ketinggian
hingga 800 m dpl
2
Seluruh
bagian
Biji
Tumbuh di ketinggian
tempat sampai 500 m dpl
1
Daun,
buah
Biji
4
Buah
Biji
Hidup di tempat terbuka
dengan ketinggian 500 m
dpl
Tumbuh di hutan dengan
ketinggian sampai 1700
m dpl
1
Akar
Biji
√
√
√
√
√
√
√
−
Ekologi
Rimpang
Tumbuh di padang alangalang pada ketinggian
tempat lebih dari 3000
kaki
Tumbuhan liar di hutan,
tepi-tepi jalan dan di
kebun dengan ketinggian
1.500 m dpl
Tumbuh pada dataran
rendah
Tumbuh pada ketinggian
tempat di bawah 400 m
dpl
Tumbuh di tempat yang
mendapat sinar matahari
penuh atau agak
terlindungi
Tumbuh di hutan dataran
rendah dengan ketinggian
di bawah 1200 m dpl
Tumbuh pada hutan
primer dan sekunder
−
di temukan di daerah
yang tidak terlalu kering,
pada ketinggian tempat
20 - 1.800 m dpl
tumbuh di ketinggian 1 220 m dpl. Tumbuh di
tempat terbuka sampai
tempat yang agak
terlindungi
Tumbuh di tanah yang
subur dan memiliki curah
hujan sekitar 1500 mm
pertahun, dengan
ketinggian tempat
dibawah 350 m dpl
Tumbuh liar di hutanhutan, di ladang dengan
ketinggiian tempat
hingga 500 m dpl
108
No.
Lokasi *
Nama Ilmiah
Kegunaan**
Bagian
yang
digunakan
Teknik
budidaya
Ekologi
1
2
3
√
√
√
11
Batang
Stek
rhizoma
dan
pemisahan
batang
muda
Tumbuh di dataran
rendah sampai tinggi
dengan ketinggian 1800
m dpl, tumbuh dengan
baik di pinggir-pinggir
sungai
√
4, 11
Batang
Biji
Tumbuh pada ketinggian
1200 m dpl di pinggirpinggir sungai
√
11
Batang
Stek
rhizoma
dan
pemisahan
batang
muda
Tumbuh pada ketinggian
50-600 m dpl di pinggirpinggir sungai
11
Batang
Stek
rhizoma
dan
pemisahan
batang
muda
Tumbuh di dataran
rendah sampai tinggi
dengan ketinggian 1800
m dpl, tumbuh dengan
baik di pinggir-pinggir
sungai
Tumbuh di hutan tropis
di tempat terlindungi
matahari
Tumbuh di hutan tropis
di tempat terlindungi
matahari
Tumbuh di dataran
rendah sampai
pegunungan dengan
ketinggian 800 m dpl
Tumbuh di hutan dataran
rendah sampai hutan
dataran tinggi dengan
ketinggian 1300 m dpl
67
Calamus caesius Bl.
68
Calamus manan Miquel
69
Calamus mattanensis Becc.
√
70
Calamus retrophyllus Becc.
√
71
Calamus sp.
√
√
√
1
Akar
Biji
72
Calamus sp.
√
√
√
11
Batang
Biji
73
Caliandrra calothyrsus
√
4
Buah
Biji
74
Calophyllum grandiflorum
Miq.
√
1, 12, 13
Daun,
batang
Biji
75
Calophyllum macrocarpum
4
Buah
Biji
Tumbuh di daerah rawa,
dataran rendah dengan
ketinggian 230 m dpl
76
Calophyllum pulcherrimum
Wallich ex Choisy
√
13
Batang
Biji
77
Calophyllum soulattri
Burm.f.
√
9
Batang
Biji
Tumbuh di daerah pantai
sampai dataran rendah
dengan ketinggian 200 m
dpl
Tumbuh di hutan hujan
tropis , pada tanah
berawa dekat pantai
sampai pada tanah kering
di bukit-bukit dengan
ketinggian mencapai 800
m dpl
78
Calopogonium muconoides
5
Daun
−
79
Campnosperma auriculata
Hook.f.
1, 9
Daun,
batang
−
√
√
√
√
√
√
√
√
−
Tumbuh di sepanjang
aliran sungai di hutan
primer maupun hutan
sekunder
109
No.
Lokasi *
Nama Ilmiah
80
Campnosperma coriaceum
(Jack.) H. Hallier & Steenis
81
Campnosperma macrophylla
Hk.
82
Canangium odoratum Baill.
83
Canarium apertum H.J.L.
84
Canarium caudatum
85
Canarium patentinervium
Miquel
86
Cantleya corniculata
(Beccari) Howard.
87
Capsicum frutescens L.
88
Caryota mitis Lour.
89
Casearia grewiaefolia
90
Casearia rugulosa
91
Cassia alata L.
92
Ceiba pentandra Gaertn.
93
Chaetocarpus castanocarpus
(Roxburgh) Thwaites
1
2
3
√
√
−
√
9
Batang
−
√
1, 3, 7
Bunga
Biji
4
Buah
Biji
1, 4
Buah
Biji, stek
batang dan
akar
4, 9
Batang,
buah
Biji
√
√
√
√
Teknik
budidaya
Daun
√
√
Bagian
yang
digunakan
1
√
√
Kegunaan**
Ekologi
Tumbuh di tanah yang
subur di sepanjang aliran
sungai
Tumbuh di tempat
dengan ketinggian
sampai 600 m dpl
Tumbuh di hutan primer
atau sekunder pada
daerah terbuka atau
sedikit ternaungi dengan
ketinggian tempat
mencapai 1.500 m dpl
Tumbuh di daerah
berdrainase baik sampai
berawa, dataran rendah
sampai dataran tinggi
dengan ketinggian 1100
m dpl
Banyak ditemukan pada
daerah-daerah terbuka
atau sedikit ternaungi
dengan ketinggian tempat
sampai 1.500 m dpl
Tumbuh di daerah
terbuka dan sepanjang
sungai dengan ketinggian
tempat sampai 1000 m
dpl
Tumbuh di ketinggian
900-1700 m dpl pada
hutan tropis
√
4
Buah
Biji
√
1, 3
Buah
Biji
Hidup pada daerah yang
banyak hujan maupun
daerah beriklim kering
dengan ketinggian tempat
1-1.250 m dpl
√
11
Batang
Stek
rhizoma
dan
pemisahan
batang
muda
Tumbuh di dataran
rendah sampai tinggi
dengan ketinggian 1800
m dpl, tumbuh dengan
baik di pinggir-pinggir
sungai
√
1
Daun
√
4
Buah
Biji
Tumbuh di datarn tinggi
dengan ketinggian
mencapai 3000 m dpl
√
1, 4
Daun
Biji dan
stek batang
√
4, 7
Kulit
batang,
buah
Biji atau
stek batang
Tumbuh di dataran
rendah sampai
pegunungan dengan
ketinggian tempat 1 1.400 m dpl
Tumbuh dengan baik
pada ketinggian tempat di
bawah 500 m dpl
9
Batang
−
√
−
−
−
110
No.
Lokasi *
Nama Ilmiah
1
2
√
94
Chrysopogon aciculatus
(Retz.) Trin.
95
Cinnamomum burmanii
(Nees.) Bl.
96
Cinnamomum culilawan Bl.
97
Cinnamomum macrophyllum
Miq.
98
Cinnamomum sp.
99
Clerodendrum inerme (L.)
Gaertn.
100
Clidemia hirta
101
Clitoria ternatae L.
102
Cocos nucifera L.
√
103
Coffea robusta Linden ex de
Wildem
√
104
Colocasia esculenta Schott.
105
Cordyline fruticosa (Linn.)
A. Cheval
√
√
106
Costus speciosus (Koen.) J.E.
Smith.
√
√
107
Cratoxylon arborescens Bl.
√
√
3
Kegunaan**
√
1
√
Bagian
yang
digunakan
Teknik
budidaya
Ekologi
Akar
Rimpang
akar
hidup pada tempat yang
ternaungi hingga sedikit
terbuka pada ketinggian 1
- 1650 m dpl
1, 3, 4
Kulit
batang
Biji dan
tunas akar
Tersebar pada ketinggian
tempat 500-1500 m dpl
dengan hujan sepanjang
tahun dan lembab
3, 9
Daun,
getah
Biji
Tumbuh di hutan-hutan
dengan ketinggian tempat
700-1700 m dpl
3
Getah
−
√
9
Batang
−
√
1, 2, 3
Daun,
bunga
Biji
√
1
Daun,
batang
muda
Biji
√
1, 4, 5
Daun
Biji
√
1, 2, 3, 4, 5,
10, 11, 12
Buah,
batang,
daun
Buah
tumbuh di daerah pantai
sampai dengan
ketinggian 1.300 m dpl
√
1, 12, 13
Biji
Biji,
sambungan,
di tempel,
atau di
cangkok
iklim tropis dengan suhu
20-22° dan ketinggian
500-1300 m dpl
√
4, 5
Umbi
Biji, umbi
2, 10
Seluruh
bagian
Stek batang
dan biji
1, 10
Batang
Biji dan
rimpang
Tumbuh di pinggiran air
sungai, rawa, tanah
tandus, dengan
ketinggian tempat 2502000 m dpl
Tumbuh di dataran
rendah sampai dataran
tinggi dengan ketinggian
1900 m dpl
Tumbuh dengan baik
pada jenis tanah latosol
dan menyukai tempat
terbuka, pada ketinggian
tempat 1-1000 m dpl
9
Batang
√
√
√
√
Tumbuh pada hutanhutan basah, baik dataran
rendah maupun dataran
tinggi pada ketinggia
300-1500 m dpl
Tumbuh di hutan dataran
rendah sampai dataran
tinggi dengan ketinggian
1500 m dpl
Tumbuh di daerah tropis
dan sub-tropis, dengan
tinggi tempat 0-1000 m
dpl
Tumbuh di tempattempat yang terkena
banyak sinar matahari
sampai dengan
ketinggian 1.650 m dpl
Tumbuh dengan baik di
tempat terbuka, dari
dataran rendah sampai
tinggi pada ketinggian
tempat sampai 700 m dpl
−
−
111
No.
Lokasi *
Nama Ilmiah
108
Cratoxylon formosum Benth.
& Hook.f. ex Dyer
109
Cratoxylon formosum Dyer.
110
Cratoxylum arborescens
(Vahl.) Bl.
111
Cratoxylum cochinchinensis
(Loureiro) Blume
112
Crypteronia griffithii C.B.
Clarke
113
1
2
√
√
3
Kegunaan**
Bagian
yang
digunakan
Teknik
budidaya
Ekologi
9
Daun
−
Tumbuh di dataran
rendah dengan ketinggian
dibawah 140 m dpl
√
1, 12
Daun,
batang
−
√
1, 11
Akar
Tumbuh dengan baik
dengan jenis tanah
gegisik, ringkai pada
ketinggian tempat 1-1200
m dpl
Di temui di hutan rawa
gambut dan hutan
daratan, seperti hutan
primer campuran, hutan
kerangas, dan belukar,
pada ketinggian tempat
sampai 1700 m dpl
1
Daun
√
4
Buah
Biji
Tumbuh di dataran
rendah hingga 750 m dpl,
tanah liat kuning berpasir
Cryptocarya crassinervia
Miq.
√
9
Batang
Biji
114
Curculigo capitulata (L.)
O.K.
√
√
2, 4, 7
Seluruh
bagian
Tumbuh dihutan primer,
hutan sekunder pada
dataran rendah dengan
ketinggian di bawah 800
m dpl
tumbuh 5-1300 m dpl. di
tempat bersemak
115
Cyclophorus aridus
√
4
Daun
Stek batang
116
Cymbopogon citratus (DC.)
Stapf.
√
1, 3
Daun
Tunas dan
rhizoma
117
Cynodon dactylon Pers.
√
1
Rimpang
−
Dapat ditemukan di
padang rumput savana
dan hutan musim pada
ketinggian 1-2.100 m dpl
118
Cyperus brevifolius (Rottb.)
Hassk.
√
5
Seluruh
bagian
−
Tumbuh di hutan hujan
dataran rendah sampai
hutan hujan pegunungan
pada ketinggian tempat
1-2600 m dpl
119
Cyperus compressus L.
√
5
Seluruh
bagian
Biji
Tumbuh di tempat
terbuka
120
Cyperus rotundus L.
√
√
1, 3, 5
Seluruh
bagian
Rimpang
atau biji
tumbuh di tempat terbuka
dari ketinggian 1 - 1.000
m dpl
121
Dacryodes rostrata H.J.L.
√
√
√
9
Batang
122
Dacryodes rugosa (Blume)
H.J. Lam.
√
√
4, 10
√
√
√
√
√
Buah
Biji dan
anakan
−
−
−
Biji
Tumbuh dengan baik
pada jenis tanah gegisik,
ringkai pada ketinggian
tempat 1-1200 m dpl
Tumbuh di tempat yang
agak teduh dan
terlindung dari sinar
matahari, dengan
ketinggian tempat 250 m
dpl
Tumbuh di daerah tropis,
pada dataran rendah
sampai tinggi dengan
ketinggian 200 m dpl
Tumbuh di dataran
rendah sampai 400 m dpl
Tumbuh dengan baik
mulai dataran rendah
sampai dengan
ketinggian 800 m dpl
112
No.
Lokasi *
Nama Ilmiah
1
2
√
123
Daemonorops angustifolius
Mart.
√
124
Daemonorops lamprolepis
Becc.
√
125
Dendrobium crumenatum
Sw.
√
126
Derris elliptica (Roxb.) Bth.
√
127
Dialium hydnocarpioides De
Wit.
√
128
Dialium modestum (van
Steenis) Steyaert.
129
3
Kegunaan**
Bagian
yang
digunakan
Teknik
budidaya
Ekologi
11
Batang
Stek
rhizoma
dan
pemisahan
batang
muda
Tumbuh pada ketinggian
250-500 m dpl di
pinggir-pinggir sungai
11
Batang
Stek
rhizoma
dan
pemisahan
batang
muda
Tumbuh memanjat pada
pohon, dengan ketinggian
tempat sampai 300 m dpl
2
Seluruh
bagian
Biji dan
spora
1, 6
Akar
Biji
11
Kulit
batang,
daun
Biji
Tumbuh baik di tempat
terlindung dan lembab,
pada ketinggian 8002300 m dpl
Tumbuh di tempat yang
memiliki curah hujan
tinggi, dengan ketinggian
tampat sampai 1.000 m
dpl
Tumbuh di ketinggian di
bawah 400 m dpl
√
11
Batang
Dialium sp.
√
11
Daun
130
Diallium platisepalum Baker
√
11
Buah
−
131
Dicranopteris dichotoma
(Thunb.) Bernh
√
1
Akar
−
132
Dieffenbachia seguine (Jacq.)
Schott.
√
√
2
Daun
133
Digitaria adscendens
√
√
5
Seluruh
bagian
134
Digittaria ciliaris (Retzius)
Koeler
5
Seluruh
bagian
Biji atau
anakan
135
Dillenia excelsa (Jack) Gilg.
√
1, 9
Kulit
batang
Biji
136
Dillenia eximia
√
13
Daun
Biji
Tumbuh di hutan dataran
rendah sampai dataran
tinggi dengan ketinggian
2000 m dpl
137
Dillenia grandifolia
√
13
Daun
Biji
Tumbuh pada lahan datar
hingga bergelombang di
hutan dataran rendah
138
Dillenia pulchella (Jack.)
Gilg.
√
9
Batang
Biji
Tumbuh liar di hutan
primer dan sekunder
√
√
√
√
√
√
√
√
−
Biji
Biji, stek
batang
−
Tumbuh di hutan tropis
dengan ketinggian 01000 m dpl
Tumbuh di dataran
rendah dengan ketinggian
400 m dpl
Tumbuh d dataran rendah
hutan tropis
tumbuh di 500-2.500
mdpl
Tumbuh liar di semaksemak
Tumbuh di tempat
terbuka yang tidak
ternaungi
Tumbuh di padang
terbuka, savana, dan
hutan dataran rendah
dengan ketinggian di
bawah 280 m dpl
Banyak ditemukan pada
ketinggian tempat di
bawah 400 m dpl
113
No.
Lokasi *
Nama Ilmiah
1
2
3
Kegunaan**
Bagian
yang
digunakan
Teknik
budidaya
Ekologi
139
Dillenia reticulata
√
9
Batang
140
Dillenia sp.
√
13
Daun
−
−
141
Dindrocalamus asper
(Schult.) Backer ex Heyne.,
√
1, 9
Tunas
muda
Stek batang
atau anakan
Tumbuh liar di hutanhutan tepi sungai dan
kebun dengan ketinggian
tempat hingga 1500 mdpl
142
Dinochloa scandens (Bl. ex
Nees) O.Kuntze.
√
√
1
Tunas
muda
Biji atau
rimpang
Tumbuh di hutan-hutan
pada ketinggian tempat
200-1200 m dpl
143
Dioscorea hispida
√
√
√
4, 6
Rimpang
Rimpang
144
Diospyros durionoides Bakh.
√
√
12
Batang
−
√
12
Batang
−
Tumbuh liar pada
ketinggian tempat 700 m
dpl
Tersebar dari hutan
dataran rendah dan
perbukitan sampai
ketinggian tempat 1000
m dpl
Tumbuh di hutan dataran
rendah sampai ketinggian
tempat 700 m dpl
Diospyros korthalsiana
Hiern.
Biji
Tumbuh di tanah liat
maupun berpasir pada
hutan dataran rendah
145
Diospyros levigata
√
12
Batang
−
146
Diospyros maingayi
√
12
Ranting
−
147
Dipterocarpus grandiflorus
Blanco
√
9, 13
Batang
148
Donax cannaeformis (G.
Forst.) K. Schum.
√
√
11
Daun,
batang
−
Banyak tumbuh di hutan
dan tepi jalan
149
Dracontomelon costatum
√
√
9
Batang
−
−
150
Drymoglossum piloselloides
(L.) Gaertn.
√
1
Seluruh
bagian
Spora dan
akar
Tumbuh liar di hutan,
ladang, pada daerah yang
agak lembab dari dataran
rendah sampai ketinggia
tempat 1.000 m dpl
151
Drynaria sparsisora Moore.
√
1
Rimpang
Anakan dan
spora
Tumbuh di pohon dan
cabang pohon pada
kondisi lembab di daerah
dataran rendah sampai
dataran tinggi, dengan
ketinggian 1 - 2.000 m
dpl
152
Dryobalanops aromatica
Gaertn.
√
1, 3
Batang
Biji
153
Dryobalanops beccari Dyer.
√
9
Batang
Biji
154
Duabanga moluccana Blume
8
Batang
Biji
Tumbuh pada tanahtanah dataran rendah dan
daerah pegunungan
rendah dengan ketinggian
sampai 400 m dpl
Tumbuh pada daerah
pegunungan rendah
dengan ketinggian
sampai 400 m dpl
Tumbuh pada dataran
tinggi lembab pada
ketinggian 300-1200 m
dpl
√
√
Biji
Tumbuh di daerah
perbukitan dan dataran
rendah
Tumbuh pada dataran
lembab pegunungan
Tumbuh di hutan primer
dan sekunder hingga
ketinggian 1500 m dpl
114
No.
Lokasi *
Nama Ilmiah
1
2
3
Kegunaan**
Bagian
yang
digunakan
Teknik
budidaya
Ekologi
√
4
Buah
Biji, stek,
cangkok
Tumbuh optimal pada
ketiggian 50-600 m dpl,
dengan intensitas cahaya
40-50%
√
1, 4
Daun,
buah
Biji,
cangkokan,
okulasi
Tumbuh di dataran
rendah dengan ketinggian
230- 500 m dpl
1, 4
Daun,
buah
Biji
4, 8, 12
Buah,
Batang
Biji,
cangkok
Tumbuh liar di tempat
terbuka dengan
ketinggian tempat 200500 m dpl
Tumbuh dengan baik
pada ketinggian tempat di
bawah 500 m dpl
4
Buah
Biji,
okulasi
10, 11, 13
Getah,
batang
Biji
√
11, 13
Getah,
batang
Biji
Tumbuh di hutan tropis
dengan ketinggian tempat
20-80 m dpl
√
1, 5, 11
Daun
Biji dan
anakan
√
√
13
Buah
Biji
√
√
√
12
Batang
Biji
Tumbuh dengan baik di
permukaan air, banyak
ditemukan di sungai,
danau, rawa-rawa. Pada
ketinggian tempat 101500 m dpl
Tumbuh pada ketinggian
0-500 m dpl dengan
curah hujan 2000-2500
mm/tahun
Tumbuh pada ketinggian
tempat 500-1000 m dpl
Elaeocarpus stipularis Blume
√
√
√
1, 12
Daun,
batang
−
166
Elasteriospermum tapos Miq.
√
√
4, 9
Buah,
batang
Biji
Hutan dataran rendah di
hutan tropis
167
Elephantophus cf mollis
H.B.K.
√
1
akar
Biji
168
Elephantopus scaber L.
√
1
Seluruh
bagian
Biji
169
Embelia ribes Burm.f.
√
1
Getah
Biji
Tumbuh di padang
rumput, tepi jalan, sawah
dengan ketinggian 1 1.500 m dpl
Tumbuh di padang
rumput, tepi jalan, sawah
dengan ketinggian 1 1.500 m dpl
Tumbuh di daerah pantai
sampai dengan
pegunungan dengan
ketinggian 1.500 m dpl
155
Durio carinatus Mast.
156
Durio kutejensis (Hassk.)
Beccari
√
√
157
Durio oxleyanus Griff.
√
√
158
Durio testudinarum
√
159
Durio zibethinus Murr.
√
160
Dyera costulata Hook.f.
√
161
Dyera lowii Hk. F.
162
Eichornia crassipes (Mart.)
Solms.
163
Elaeis guneensis Jacq.
√
164
Elaeocarpus littoralis Teijsm.
& Binn.
165
√
√
√
√
Tumbuh di dataran
rendah sampai dataran
tinggi dengan ketinggian
tempat 1000 m dpl, curah
hujan ideal 1500-2500
mm/tahun
Tumbuh di hutan tropis
dengan ketinggian tempat
20-80 m dpl
Tumbuh di hutan primer
dan sekunder pada
ketinggian tempat rendah
sampai menengah
115
No.
Lokasi *
Nama Ilmiah
1
2
√
170
Emilia sonchifolia (Linn.)
DC.
√
171
Endospermum diadenum
(Miq.) Airy Shaw
√
172
Engelhardtia sp.
173
Equisetum debile Roxb.
√
174
Erechtites valerianifolia Raf.
√
175
Erigeron linifolius Auct. Non
Willd.
176
Eugenia malaccensis L.
177
Eugenia muellerii
178
Eugenia sp.
179
Eupatorium odoratum L.f.
180
Euphorbia hirta L.
181
Eurycoma longifolia Jack.
√
182
Eusideroxylon zwageri T. &
B.
√
183
Fagraea racemosa Jack. ex
Wallich
184
Ficus ampelas Burm. f.
3
Kegunaan**
Bagian
yang
digunakan
Teknik
budidaya
Ekologi
1, 4
Daun
Biji
√
7, 11
Akar, kulit
batang
Biji
√
1
Akar
1
Seluruh
bagian
Spora
√
2, 13
Seluruh
bagian
Biji
√
1
Akar
Biji
√
4
Buah
Biji
√
√
4
Buah
Biji dan
okulasi
√
√
√
4
Buah
Biji,
cangkok,
okulasi
Tumbuh di hutan dataran
rendah dengan ketinggian
di bawah 1200 m dpl
√
√
√
1
Daun
Biji dan
stek akar
dataran rendah sampai
1600 m dpl
1, 4
Daun
Biji
Tumbuh di lahan- lahan /
tanah yang terganggu
√
1
Akar
Biji
√
1, 9, 10, 11
Biji,
batang
Biji
Tumbuh di hutan dataran
rendah, hutan primer dan
sekunder dengan
ketinggian tempat 0-700
m dpl
Hidup memencar di
hutan primer tua dan
hutan dipterocarpaceae
campuran, tumbuh baik
di lahan datar maupun
miring dengan ketinggian
tempat 20-600 m dpl
9
Batang
1
Akar
√
√
√
√
−
−
Biji
Tumbuh di tempat yang
cukup mendapat sinar
matahari mulai dataran
rendah sampai 1.700 m
dpl
Tumbuh di hutan
sekunder tua atau di
tempat terbuka di hutan
primer, pada tanah
berpasir atau kering
Banyak ditemukan di
hutan-hutan sekunder
dengan ketinggian tempat
1256 m dpl
Tumbuh di tempat
terbuka atau sedikit
ternaungi dengan
ketinggian 300-2.700 m
dpl
Tumbuh di lahan
terlantar, pekarangan,
dengan ketinggian tempat
mencapai 200 m dpl
Tumbuh pada ketinggian
5 - 2.650 m dpl. Di
pinggir jalan atau padang
rumput
Tumbuh di daerah tropik
lembab, dengan
ketinggian tempat 1-1200
m dpl
Tumbuh baik di dataran
rendah hingga ketinggian
tempat 500 m dpl
−
Banyak ditemukan di
dataran rendah
116
No.
Lokasi *
Nama Ilmiah
1
2
3
Kegunaan**
Bagian
yang
digunakan
Teknik
budidaya
Ekologi
185
Ficus benjamina L.
√
√
1
Akar
Biji
Banyak ditemukan di tepi
jalan, pinggiran kota atau
tumbuh di tepi jurang
186
Ficus binnendykii (Miq.)
Miq.
√
√
6
Akar
Biji
187
Ficus callosa Willd.
√
√
10
Daun
Biji
Tumbuh di hutan primer
dan sekunder, di dataran
rendah sampai daerah
pegunungan pada
ketinggian tempat sampai
1300 m dpl
Banyak ditemukan di
dataran rendah
188
Ficus calophylla Blume
√
9
Batang
189
Ficus fistulosa Reinw.
√
4
Buah
190
Ficus variegata Bl.
√
√
√
4, 7
Buah
191
Flacourtia inermis Roxburgh
√
√
192
Flacourtia rukam Zoll. &
Mor.
√
193
Flagellaria indica L.
194
Freycinetia angustifolia Bl.
195
Gandarusa vulgaris Nees.
196
√
√
−
Tumbuh di hutan
sekunder dengan
ketinggian tempat sampai
1300 m dpl
Tumbuh di tempattempat terbuka
−
Tumbuh di hutan, semak,
pada ketinggian 1-1200
m dpl
Biji
9
Batang
Biji
Tumbuh di hutan dataran
rendah dengan ketinggian
dibawah 2100 m dpl
9
Batang
−
Tumbuh di hutan tropik
dengan ketinggian 52100 m dpl
7, 11
Batang
−
Tumbuh di dataran
rendah dan dataran tinggi
dengan ketinggian 1800
m dpl
Tumbuh dengan baik di
ketinggian tempat hingga
500 m dpl
√
3
Daun
Stek batang
dan anakan
√
√
1
Daun
Stek pucuk
dan stek
akar
Tumbuh di tanah tidak
lembab di tepi sungai dan
terdapat pada ketinggian
1-500 m dpl
Ganua motleyana (de Vriese)
Pierre ex Dubard
√
√
8, 9
Batang
Biji
Tumbuh di hutan dataran
rendah hingga dataran
tinggi dengan ketinggian
di bawah 1000 m dpl
197
Garcinia diocia Bl.
√
9
Batang
Biji
198
Garcinia mangostana L.
√
4
Buah
Biji
Tumbuh di dataran
rendah sampai dengan
ketinggian di bawah 1200
m dpl
Tumbuh dengan baik
pada tanah yang beraerasi
baik, tumbuh di dataran
rendah sampai ketinggian
dibawah 1000 m dpl
199
Garcinia parvifolia Miq.
√
4
Buah
Biji
√
√
Tumbuh di dataran
rendah sampai ketinggian
700 m dpl dengan
kelembaban yang tinggi
117
No.
Lokasi *
Nama Ilmiah
1
2
200
Garcinia sp
√
201
Garcinia sp.
√
202
Gigantochloa apus (J.A. &
J.H. Schults.) Kurz.,
√
203
Glochidion zeylanicum Juss.
√
204
Gluta renghas L.
√
205
Gonystyllus bancanus Kurz.
√
206
Gonystylus keithii
207
Gymnacranthera forbesii
(King) Warb.
208
Hanguana malayana Merrill
209
Hedyotis verticillata Lamk
210
Hevea brasiliensis (Willd. ex
A. Jussieu) Muell. Arg.
211
Hibiscus macrophyllus
Roxburgh ex Hornem
212
Homalanthus populneus
(Giesel.) Pax
213
Homalium caryophyllaceum
(Zollinger& Moritzi) Benth.
√
√
214
Homalomena sagittifolia
Jungh. ex Schott.
√
√
215
Hopea mengerawan Miquel
√
3
Ekologi
Biji
Tumbuh dengan baik
pada tanah yang beraerasi
baik, tumbuh di dataran
rendah sampai ketinggian
dibawah 1000 m dpl
4
Buah
Biji
Tumbuh di dataran
rendah sampai ketinggian
700 m dpl dengan
kelembaban yang tinggi
Batang
Stek batang
atau anakan
Tumbuh di tepi-tepi
sungai dengan ketinggian
hingga 1.500 m dpl
8
Daun
Biji
4, 6, 11
Getah,
batang
Biji atau
stek
Tumbuh di tanah
berbukit-bukit dan
pegunungan pada
ketinggian tempat 7001000 m dpl
Tumbuh di hutan hujan
tropis dengan ketinggian
tempat sampai 300 m dpl
9
Batang
Biji
√
9
Batang
√
1
Daun
Biji
Tumbuh di tanah datar
dengan hawa yang cukup
panas
2
Seluruh
bagian
Biji
Tumbuh di hutan hujan
tropis
1
Daun
Biji
Tumbuh dengan baik di
berbagai jenis tanah dan
menyukai tempat terbuka
pada ketinggian 1001700 m dpl
Getah,
buah, daun
Biji
Tumbuh di dataran
rendah dengan ketinggian
1-600 m dpl
Akar,
daun
Stek
batang, biji
Tumbuh liar di hutan dan
ladang pada ketinggian
tempat 1-900 m dpl
8
Batang
Biji
√
12
Ranting
Tumbuh dengan baik
pada ketinggian 30-750
m dpl dengan curah
hujan tahunan rata-rata
1250-2500 mm
−
√
1, 2
Rimpang
Rimpang
atau umbi
Tumbuh di dalam hutanhutan lebat dan lembah
√
9
Batang
Biji
Tumbuh pada tempat
dengan ketinggian
sampai 700 m dpl,
ditemukan pada tanah
yang berdrainase baik
√
1, 9, 11, 12
√
√
√
Teknik
budidaya
Buah
√
√
Bagian
yang
digunakan
4
√
√
Kegunaan**
√
4, 12, 13
√
11, 12
√
Tumbuh di hutan dataran
rendah dengan ketinggian
tempat sampai 100 m dpl
−
−
Tumbuh di hutan tropis
dataran rendah
118
No.
Lokasi *
Nama Ilmiah
1
2
3
√
216
Hornstedtia sp.
217
Hoya sp.
218
Hydnocarpus anthelmintica
Pierre.
219
Hypobathrum sp.
220
Hyptis brevipes Poit.
√
221
Imperata cylindrica (L.)
Beauv.
√
222
Ipomoea cairica (L.) Sweet.
223
Ischaemum muticum Linn.
224
Kegunaan**
Teknik
budidaya
Ekologi
Akar
Rimpang
Tumbuh di hutan dataran
rendah dengan ketinggian
dibawah 1800 m dpl
2
Bunga
Biji dan
spora
1
Daun
Biji
Tumbuh baik di tempat
terlindung dan lembab,
pada ketinggian 8002300 m dpl
Tumbuh liar di hutan
primer dengan ketinggian
10-200 m dpl
√
2
Seluruh
bagian
−
−
√
√
1
Daun
−
√
√
1, 5, 10
Akar
Biji dan
rimpang
√
√
4
Umbi
Umbi
Tumbuh dengan
ketinggian tempat di
bawah 900 m dpl
Tumbuh pada tempattempat terbuka atau
sedikit ternaungi, dengan
ketinggian 1 - 2.700 m
dpl
Tumbuh di ketinggian
500-1000 m dpl, dengan
curah hujan rata-rata 7501500 mm/ tahun
√
5
Seluruh
bagian
Ischaemum muticum Linn.
√
5
225
Isotoma longiflora Presl.
√
√
1
226
Ixora coccinea L.
√
√
227
Jatropha curcas L.
228
Knema conferta (King) Warb.
229
√
√
1, 4
Bagian
yang
digunakan
−
Seluruh
bagian
Biji
Tumbuh pada tempat
sedikit ternaungi dengan
ktinggian antara 200-500
m dpl
Tumbuh pada tempattempat terbuka
Daun
Biji dan
stek batang
Tumbuh di tempattempat yang lembab dan
terbuka, ditemukan pada
ketinggian 1 - 110 m dpl
Seluruh
bagian
Stek
batang,
cangkok,
biji
Tumbuh dengan baik di
berbagai jenis tanah,
pada ketinggian tempat
500-1700 m dpl
Tumbuh pada tanah yang
tidak subur dan beriklim
panas, dari dataran
rendah sampai ketinggian
300 m dpl
Tumbuh di dataran
rendah pada tanah yang
berdrainase baik
√
1, 2
√
1
Getah
Biji dan
stek batang
√
9
Batang
Biji
Knema intermedia Warb.
√
9
Batang
230
Knema perconacea Sinch.
√
9, 11
Batang
231
Knema perconacea Sinch.
√
11
Batang
232
Koompassia malaccensis
Maing. ex Benth.
√
√
1, 9, 10
Batang,
buah
233
Labisia pumila (Bl.) F. Vill.
√
√
√
1
Akar
−
−
−
Tumbuh di hutan, bukitbukit
−
Biji
Biji
−
Tumbuh pada tanah
rawa, sering pula tumbuh
di tanah kering pada kaki
bukit, tanah liat maupun
berpasir, pda ketinggian
0-600 m dpl
Banyak ditemukan di
gunung berapi
119
No.
Lokasi *
Nama Ilmiah
1
234
Lagerstroemia speciosa L.
√
235
Lansium domesticum Corr.
√
236
Lantana camara L.
√
237
Laportea stimulans Miquel.
√
238
Lecanopteris carnosa
(Reinw.) Bl.
239
Lecanopteris carnosa
(Reinw.) Bl.
240
Leea aequata Linn.
241
Lepironia mucronata L.C.
Richard
242
Licuala spinosa Thunb.
243
Lithocarpus gracilis
244
Litsea tuberculata
√
245
Lophatherum gracile Brongn.
246
2
3
Kegunaan**
√
1
√
√
√
Bagian
yang
digunakan
Teknik
budidaya
Ekologi
Biji
Biji
1, 4
Kulit
batang
Biji
√
1, 5, 6
Seluruh
bagian
Biji
√
1
Daun
Biji
√
1, 2
Daun
Rimpang
Tumbuh dengan baik
pada segala jenis tanah
dengan ketinggian tempat
1-1500 m dpl
√
1
Daun
Rimpang
Tumbuh dengan baik
pada segala jenis tanah
dengan ketinggian tempat
1-1500 m dpl
√
1
Daun
Biji
Tumbuh di dataran
rendah sampai ketinggian
tempat 1.700 m dpl
11
Batang
Rimpang,
rumpun
Tumbuh di lokasi rawa
terbuka, padang lumut
terbuka, padang rumput
dan sepanjang aliran air
yang tenang, terdapat
pada ketinggian 1000 m
dpl
Daun
Biji
Tumbuh di dataran
rendah dekat pantai
12
Ranting
Biji
Tumbuh di dataran
rendah pada ketinggian
tempat sampai 200 m dpl
1
Daun
Biji
Tumbuh di ketinggian
tempat 700 - 2.300 m dpl
√
5
Seluruh
bagian
Rimpang
Tumbuh dengan baik di
padang savana dengan
ketinggian tempat sampai
350 m dpl
Lophopetalum javanicum
√
9
Batang
Biji
247
Lophopetalum wrightienum
Arnott.
√
11
Batang
Biji
Tumbuh di tepi-tepi
sungai, tanah berawa,
dengan ketinggian tempat
0-5 m dpl
Tumbuh di daratan yang
selalu becek atau rawarawa, dan di tepi sungai
248
Loranthus sp.
√
1
Seluruh
bagian
249
Lycopodium cernuum L.
√
1
Seluruh
bagian
√
√
√
√
√
√
√
√
√
2, 11
Tumbuh di tanah gersang
maupun tanah subur
hutan heterogen dengan
ketinggian sampai 800 m
dpl
Tumbuh pada ketinggian
tempat di bawah 1.200 m
dpl
Tumbuh di tempat yang
tandus, hutan semusim,
ladang dengan ketinggian
tempat hingga 1.700 m
dpl
Tumbuh di kawasan
lembab daerah tropis
−
Spora
Tumbuhan parasit yang
hidup menempel pada
pohon
Dapat ditemukan di
tebing-tebing atau semak
yang basah dan tersebar
pada ketinggian 1.0002.000 m dpl
120
No.
Lokasi *
Nama Ilmiah
1
2
3
Kegunaan**
Bagian
yang
digunakan
Teknik
budidaya
Ekologi
250
Lygodium japonicum
(Thunb.) Sw.
√
√
√
1
Daun
Spora dan
biji
Tumbuh liar di hutanhutan dan pada pohon
pada ketinggian 300
sampai 2300 m dpl
251
Macaranga conifera Muell.
Arg.
√
√
√
3
Batang
Biji
252
Macaranga gigantea
(Reichb.f. & Zoll.) Muell.
Arg.
√
√
√
1, 7, 8
Akar
Biji
253
Macaranga hypoleuca
(Reichb.f. & Zoll.)
Muell.Arg.
√
√
√
1, 9
Ranting
Biji
Tumbuh di padang
terbuka di pada hutan
sekunder
Tumbuh di hutan-hutan
sekunder dan di dataran
rendah sebagai jenis
pionir
Tumbuh dengan baik
pada ketinggian sampai
2400 m dpl
254
Macaranga pruinosa (Miq.)
Muell. Arg.
√
√
10
Ranting
Biji
255
Macaranga rhizinoides
Muell. Arg.
√
√
9
Batang
Biji
256
Macaranga triloba (Bl.)
Muell. Arg.
√
1, 9
Kulit
batang,
batang
Biji
257
Madhuca sericea
√
9
Batang
Biji
258
Mallotus macrostachyus
(Miquel) Muell. Arg.
√
√
1
Daun
Biji
259
Mammea sp.
√
9
Batang
260
Mangifera caesia Jack.
√
√
√
4
Buah
Biji atau
stek
Tumbuh di dataran
rendah hutan tropik basah
dibawah ketinggian 400
m dpl, tumbuh baik di
daerah pinggiran sungai
261
Mangifera foetida Lour.
√
√
√
1, 4, 12
Buah,
daun,
batang
Cangkok,
okulasi,
dan bijinya
262
Mangifera indica L.
√
√
√
1, 4, 5, 8, 12
Buah,
daun,
batang
Biji, stek
batang,
cangkok
Tumbuh di daerah tropis
dengan ketinggian
sampai 1.500 m dpl dan
curah hujan 2.500-3.500
m dpl
Tumbuh di daerah tropis
dengan ketinggian
sampai 1.300 m dpl
263
Mangifera longipes Griffith
√
4
Buah
Biji
Tumbuh di hutan dataran
rendah sampai ketinggian
150 m dpl
264
Mangifera odorata Griff.
√
4
Buah
Biji,
cangkok,
okulasi
265
Mangifera sp.
√
4
Buah
Biji
Tumbuh di hutan primer
dataran rendah di
kawasan tropika basah
hingga ketinggian 1000
m dpl
Tumbuh di dataran
rendah sampai ketinggian
√
√
Tumbuh di tempattempat terbuka dalam
hutan primer dan hutan
sekunder
Tumbuh di hutan-hutan
sekunder dan di dataran
rendah sebagai jenis
pionir
Tumbuh di hutan
sekunder tua, padang
terbuka, dan hutan primer
terbuka dengan
ketinggian tempat sampai
100 m dpl
Hidup pada ketinggian
antara 200-1227 m dpl
Tumbuh pada tanah datar
dengan iklim panas dan
di daerah pegunungan,
pada ketinggian tempat
50-1.800 m dpl
−
Tumbuh di ketinggian
hingga 1000 m dpl
121
No.
Lokasi *
Nama Ilmiah
1
2
3
Kegunaan**
Bagian
yang
digunakan
Teknik
budidaya
Ekologi
350 m dpl
√
1, 4, 5
Umbi,
daun
Stek batang
Dapat tumbuh pada
ketinggian tempat 5-1300
m dpl
Mapania cuspidata
√
11
Batang
−
−
268
Maranthes corymbosa Blume
√
2
Batang
269
Maranthes corymbosa Blume
√
√
2
Seluruh
bagian
270
Melaleuca leucadendron (L.)
L.
√
271
Melanorrhoea wallichii Hk.f.
√
272
Melanorrhoea wallichii Hk.f.
√
273
Melastoma malabathricum
Linn.
√
274
Memecylon excelsum Blume
275
Mezzetia parvifolia Becc.
√
276
Mezzetia sp.
√
277
Mikania scandens Willd.
√
278
Mimosa pudica L.
√
279
Mucuna brachteata
√
280
Musa paradisiaca L.
√
281
Musa sp.
266
Manihot utilissima Pohl.
267
√
√
√
√
√
Biji
Terdapat di hutan dataran
rendah, tumbuh pada
tanah liat dan berpasir
−
−
1, 3, 8
Daun,
getah
Biji dan
tunas akar
Tumbuh mulai dari
datarn rendah sampai
dataran tinggi pada
ketinggian 0-1000 m dpl
6, 9
Batang
Biji
√
6, 9
Batang
Biji
√
1
Daun
Biji
√
11
Daun
−
Tumbuh liar di hutan
pegunungan, pinggir
sungai dan tempat yang
lembab
Tumbuh liar di hutan
pegunungan, pinggir
sungai dan tempat yang
lembab
Tumbuh di tempattempat yang terkena
banyak sinar matahari
sampai dengan
ketinggian 1.650 m dpl
−
√
9
Batang
−
Tumbuh di dataran
rendah sampai 100 m dpl
9
Batang
−
Tumbuh di dataran
rendah sampai 100 m dpl
√
2
Seluruh
bagian
Stek
batang, biji
Tumbuh merambat pada
pohon, dengan ketinggian
tempat hingga 700 m dpl
√
1, 5
Seluruh
bagian
Biji dan
spora
Tumbuh di tempat yang
tidak terlalu kering pada
ketinggian 1-1.200 m dpl
√
5
Seluruh
bagian
Biji
1, 3, 4, 5, 7,
10
Buah,
Batang,
Getah
Anakan,
batang
bawah
tanah yang
bertunas
Tumbuh di semak
belukar, lahan kering,
dan menyukai tempattempat terbuka pada
ketinggian 1-700 m dpl
Tumbuh di daerah tropik
basah pada dataran
rendah hingga dataran
tinggi, dengan ketinggian
tempat 2.200 m dpl
4, 7
Buah,
batang
Anakan,
batang
bawah
tanah yang
bertunas
Tumbuh di daerah tropik
basah pada dataran
rendah hingga dataran
tinggi, dengan ketinggian
tempat 2.200 m dpl
√
122
No.
Lokasi *
Nama Ilmiah
Kegunaan**
Bagian
yang
digunakan
Teknik
budidaya
Ekologi
1
2
3
√
√
√
4, 7
Buah,
batang
Anakan,
batang
bawah
tanah yang
bertunas
Tumbuh di daerah tropik
basah pada dataran
rendah hingga dataran
tinggi, dengan ketinggian
tempat 2.200 m dpl
√
8
Getah
Biji
Tumbuh dengan baik
pada tanah yang
berdrainase baik pada
ketinggian 500-700 m dpl
Daun
−
−
−
Tumbuh di dataran tinggi
dan di lereng-lereng bukit
282
Musa sp.
283
Myristica iners Blume
284
Neoscortechinia kingii
√
9
285
Nepenthes ampullaria Jack.
√
2, 7
Seluruh
bagian
286
Nepenthes grandis
2
Bunga
Biji
287
Nepenthes sp.
√
1, 2
Bunga
Biji
288
Nephelium cuspidatum Bl.
√
√
4
Buah
Biji,
okulasi,
dan
cangkok
289
Nephelium eriopetalum Miq.
√
9
Batang
Cangkok,
okulasi, biji
290
Nephelium lappaceum L.
√
1, 4, 12
Buah
Biji,
cangkok
291
Nephentes rafflesiana Jack.
√
1, 2
Umbi
Biji
292
Nephrolepis bisserata
(Swartz) Schott.
√
2, 4
Daun
Spora
293
Nephrolepis exavata
√
√
2
Daun
Anakan
294
Ochroma bicolor
√
9
Batang
Biji
295
Octomeles sumatrana Miq.
√
√
√
1, 8, 9
Daun,
Batang
Biji
296
Oncosperma filamentosum
Bl.
√
√
√
4, 10, 11, 13
Batang,
daun
Anakan dan
biji
√
√
√
√
√
Tumbuh di daerah
perbukitan dengan tanah
miskin hara
Tumbuh di dataran tinggi
dan di lereng-lereng bukit
Tumbuh dengan baik
pada berbagai kondisi
tanah tropik, dengan
ketinggian tempat hingga
1000 m dpl
Tumbuh dengan baik
pada tempat yang
berhawa dingin dengan
kondisi tanah yang
beraerasi baik, dengan
ketinggian tempat hingga
2500 m dpl
Tumbuh di berbagai pada
berbagai kondisi tanah
tropik, memerlukan iklim
lembab dengan curah
hujan tahunan 2000
mm/tahun
Tumbuh di dataran tinggi
dan di lereng-lereng bukit
Hidup pada hutan tropis
yang lembab pada
ketinggian tempat
dibawah 1.800 m dpl
Tumbuh di hutan
pegunungan bawah baik
di hutan primer maupun
hutan yang telah
terganggu
Tumbuh dengan baik
pada ketinggian 0-1000
m dpl, curah hujan ratarata antara 1500-3000
mm pertahun
Hidup di Iklim basah
hingga agak kering pada
ketinggian tempat sampai
600 m dpl, merupakan
komponen aluvial
sepanjang sungai
Tumbuh di dataran
rendah yang beriklim
lembab dengan
ketinggian 0-500 m dpl
123
No.
Lokasi *
Nama Ilmiah
1
2
3
Kegunaan**
Bagian
yang
digunakan
Teknik
budidaya
Ekologi
297
Paederia foetida L.
√
1
Daun
Biji
298
Paederia foetida L.
√
1
Daun
Biji
299
Pandanus caricosus Kurz.
√
11
Daun
Anakan
300
Pandanus hasskardlii Merr.
√
√
3
Daun
Anakan
301
Pandanus helicopus Kurz.
√
√
11
Daun
Stek akar
dan anakan
302
Pandanus sp
√
√
3
Daun
Stek akar
dan anakan
303
Pandanus sp
√
√
3
Daun
Stek akar
dan anakan
304
Pandanus tectorius Soland ex
Park.
√
√
1, 3, 7, 11
Daun
Stek akar
dan anakan
305
Paraserianthes falcataria
(L.) Nielsen
√
9, 12
Batang
Biji
306
Parkia intermedia Hassk. Ex
Hoeven & de Vriese
√
4
Buah
Biji
Tumbuh pada dataran
rendah yang memiliki
kemarau panjang
307
Parkia roxburghii G. Don.
1, 4
Biji
Biji
308
Parkia speciosa Hassk.
Biji
Biji
309
Paspalum conjugatum Berg.
Hutan dataran rendah
sampai ketinggian tempat
700 m dpl
Tumbuh di tanah
berlempung dengan
drainase yang baik pada
ketinggian sampai 1.000
m dpl
Tumbuh di dataran
rendah dengan ketinggian
230- 500 m dpl
√
√
√
√
√
√
√
1, 4, 12
√
√
1, 5
Seluruh
bagian
−
Tumbuh di dataran tinggi
sampai dataran rendah
dengan iklim tropik,
ketinggian tempat
maksimum 700-1200 m
dpl
Tumbuh di dataran tinggi
sampai dataran rendah
dengan iklim tropik,
ketinggian tempat
maksimum 700-1200 m
dpl
Tumbuh dengan baik di
tepi sungai, di tepi rawa,
dengan kondisi tanah
yang lembab, tumbuh
pada ketinggian hingga
500 m dpl
Tumbuh dengan baik di
tepi sungai, di tepi rawa,
dengan kondisi tanah
yang lembab, tumbuh
pada ketinggian hingga
500 m dpl
Tumbuh dengan baik di
tempat yang berhawa
dingin maupun panas,
tinggi tempat tumbuh
hingga 500 m dpl
Tumbuh baik di kondisi
tanah yang gembur dan
arasi tanah yang baik,
ketinggian tempat hingga
1700 m dpl
Tumbuh baik di kondisi
tanah yang gembur dan
arasi tanah yang baik,
ketinggian tempat hingga
1700 m dpl
Tumbuh di tempat
terbuka, cukup air dan
subur pada ketinggian 1 1.800 m dpl
Tumbuh dengan baik
pada tanah regusol,
latosol dan aluvial, pada
ketinggian 0-800 m dpl
124
No.
Lokasi *
Nama Ilmiah
1
2
√
3
Kegunaan**
Bagian
yang
digunakan
Teknik
budidaya
Ekologi
√
1, 4
Seluruh
bagian
Biji, stek
batang,
cangkok
√
8, 9
Batang
Biji
√
√
5
Seluruh
bagian
Stek batang
Tumbuh pada daerah
tropik basah hingga iklim
sedang dengan sinar
matahari yang cukup,
banyak ditemukan di tepi
sungai dengan ketinggian
tempat hingga 1500 m
dpl
√
√
4
Buah
Biji
Tumbuh liar di sepanjang
sungai
√
1, 9
Daun
Stek batang
Tumbuh pada ketinggian
tempat 25-300 m dpl
√
1, 4, 6
Daun dan
buah
Biji
Tumbuh pada ketinggian
kurang dari 1.000 m dpl
√
1
Seluruh
bagian
Biji
Tumbuh liar di lahan/
tanah yang terganggu
1
Buah
Biji
Tumbuh di tanah terbuka
hingga ketinggian 1.800
m dpl
√
11
Daun
Biji
√
2
Daun
Biji
√
1
Daun
Stek sulur
Tumbuh pada ketinggian
0-500 m dpl dengan
curah hujan 2000-2500
mm/tahun
Tumbuh pada ketinggian
0-500 m dpl dengan
curah hujan 2000-2500
mm/tahun
Tumbuh di ketinggian
300 m dpl, tanah agak
kering hingga basah
√
1, 13
Daun
Biji atau
stek
Iklim lembab dengan
ketinggian 300 m dpl
√
1
Daun
Biji atau
stek
Iklim panas, lembab,
curah hujan tinggi
dengan ketinggian tempat
lebih dari 500 m dpl
√
1
akar
Biji
Pistia stratiotes Linn.
√
1
Daun
Stek akar/
taruk
Tumbuh pada daerah
iklim panas, lembab dan
dapat tumbuh pada
ketinggian lebih dari 500
m dpl
di perairan dangkal
mengelas yang bertanah
lumpur 5-800 m dpl
325
Pithecollobium ellipticum
Hassk.
√
√
12
Batang
Biji
Tumbuh liar di dataran
rendah
326
Pithecollobium lobatum
Benth.
√
√
1, 4, 9, 13
Daun,
buah
Biji
327
Pithecolobium clypearia
Benth.
√
4
Daun
Biji
Tumbuh di tempat
dengan musim kemarau
yang sedang sampai
keras
Tumbuh liar di dataran
rendah
310
Passiflora foetida L.
311
Payena leerii Kutz.
312
Pennisetum purpureum
Seumach.
313
Pentaspadon motleyi Hook.f.
√
314
Peronema canescens Jack.
√
315
Phyllanthus acidus (L.)
Skeels.
316
Phyllanthus niruri L.
√
317
Physalis peruviana L.
√
318
Pinanga kuhlii Blume
√
319
Pinanga sp.
√
320
Piper betle L.
321
Piper caninum Bl.
322
Piper porphyrophyllum
323
Piper sarmentosum Roxb.
324
√
√
√
√
Tumbuh di daerah
terbuka dengan
penyinaran matahari
penuh, ketinggian tempat
mencapai 1.000 m dpl
Tumbuh pada ketinggian
0-1300 m dpl
125
No.
Lokasi *
Nama Ilmiah
1
2
3
√
328
Pleomele angustifolia
(Roxb.) N.E. Brown.
329
Pogonarherum paniceum
(Lamk.) Hack.
330
Polyathia subcordata (Bl.)
Bl.
√
331
Pometia pinnata J.R. & G.
Forst.
√
332
Pothos sp.
√
333
Premna integrifolia Linn.
√
334
Psidium guajava L.
√
√
335
Psychotria sarmentosa
Blume
√
336
Pterospermum acerifolium
Willd.
√
337
338
Pterospermum diversifolium
Bl.
Ptychopyxis costata Miquel
339
Quercus bennettii Miq.
340
Quercus poculiformis
V.Soem.
341
Raphidophora sp.
342
√
Kegunaan**
1, 8
Bagian
yang
digunakan
Daun
Teknik
budidaya
Stek batang
Ekologi
Tumbuh liar pada
ketinggian 500 - 1.000 m
dpl
Tumbuh di dataran
rendah sampai
pegunungan dengan
ketinggian tempat 1.500
m dpl
Tumbuh pada ketinggian
40-700 m dpl
1
Seluruh
bagian
−
√
9
Batang
−
√
√
1, 4, 9
Biji dan
batang
√
√
11
Batang
5, 7
Daun,
batang
Biji
√
1, 4
Buah,
daun
Biji,
okulasi,
sambung
pucuk,
cangkok,
stek batang
dan stek
akar
√
√
1
Daun
Biji
√
√
8
Batang
Biji
√
1
Daun
−
√
√
9
Batang
−
√
√
9
Batang
Biji
9
Batang
Biji
√
7
Akar
−
Tumbuh di hutan primer
maupun sekunder
Raphidophora sp.
√
7
Akar
−
Tumbuh di hutan primer
maupun sekunder
343
Rhaphidophora sylvestris
Engl.
√
7
Akar
Tunas
Tumbuh di hutan primer
maupun sekunder
344
Rhodamnia cinerea Jack.
√
√
√
1
akar
−
Tumbuh di hutan tropik
lembab dengan
ketinggian 500 m dpl
345
Saccharum officinarum Linn.
√
√
√
1, 3, 4
Akar
Anakan dan
stek batang
√
Biji dan
cangkok
−
Tumbuh di hutan
sekunder pada berbagai
jenis tanah dengan
ketinggian tempat 1-1200
m dpl
Tumbuh liar di tebingtebing tanah
Tumbuh liar di hutan
musim, dapat tumbuh
pada tanah kering dengan
ketinggian tempat di
bawah 900 m dpl
Tumbuh pada daerah
tropik dengan ketinggian
tempat 1.500 m dpl,
tahan terhadap
kekeringan
Tumbuhan liar di dataran
rendah sampai dataran
tinggi dengan ketinggian
1800 m dpl
Tumbuh di hutan dataran
rendah tropis
Tumbuh di ketinggian 5900 m dpl
−
Tumbuh di dataran
rendah sampai dataran
tinggi dengan ketinggian
tempat di bawah 1300 m
dpl
Tumbuh di hutan tropis
dataran rendah
Tumbuh di daerah tropik
basah dengan curah hujan
minimum 1000-2000
mm/th
126
No.
Lokasi *
Nama Ilmiah
1
2
3
Kegunaan**
Bagian
yang
digunakan
Teknik
budidaya
Ekologi
346
Saccharum spontaneus Linn.
√
√
1
Tunas
muda
Anakan dan
stek batang
347
Salacca conferta Griffith.
√
√
4
Buah
Biji
348
Sandoricum koetjape (Burm.
F.) Merr.
√
1, 9
Akar,
batang
349
Santiria griffithii (Hk.f.)
Engl.
√
4, 10
Buah,
batang
Biji,
okulasi,
tempelan
Biji
350
Santiria laevigata Bl.
√
√
√
8
Batang
351
Santiria tomentosa Blume
√
√
√
4, 8
Buah,
batang
352
Sarcotheca macrophylla
√
4
Buah
353
Scaphium macropodum L.
√
9
Batang
354
Schima wallichii Korth.
√
√
9
Batang
Biji
Tumbuh baik di daerah
rawa dan tepian sungai,
bisa hidup di ketinggian
mencapai 3900 m dpl
355
Schizostachyum blumei Nees.
√
1, 9, 11, 12
Daun
Stek batang
atau anakan
Tumbuhan liar di hutan,
tepi-tepi jalan dan di
kebun dengan ketinggian
1.500 m dpl
356
Schizostachyum
longispiculatum Kurz.
√
√
√
11
Batang
Stek batang
Tumbuh liar di hutan dan
tepi sungai dengan
ketinggian sampai 1500
m dpl
357
Scleria laevis Retzius
√
√
√
5
Daun
−
−
358
Scleria sumatranensis
√
√
5
Daun
−
Tumbuh pada ketinggian
1-1000 m dpl.
359
Scolopia macrophylla
√
4
Buah
−
360
Scolopia spinosa (Roxburg)
Warb.
√
9
Batang
Biji
361
Scorodocarpus borneensis
Becc.
√
1, 4, 9
Buah,
daun
Biji dan
anakan
362
Selaginella doederleinii
Hieron.
√
Seluruh
bagian
Biji dan
stek
Tumbuh di dataran
rendah hutan tropis
sampai dataran tinggi
dengan ketinggian di
bawah 1400 m dpl
Tumbuh di hutan primer
maupun sekunder dengan
ketinggian tempai hingga
di bawah 2100 m dpl
Tumbuh di hutan hujan
tropis primer, pada tanah
kering liat atau berpasir
pada ketinggian tempat
300 m dpl
Tumbuh di tebing-tebing
yang basah, di tepi
sungai, dari ketinggian
400 - 750 m dpl
√
√
√
√
√
1
Biji
−
Biji
−
Tumbuh di daerah tropik
basah dengan curah hujan
minimum 1000-2000
mm/th
Tumbuh di bawah
naungan dengan curah
hujan tahunan rata-rata
antara 1700 dan 3100
mm
Tumbuh di dataran
rendah sampai ketinggian
tempat 1000 m dpl
Tumbuh dengan baik
pada dataran rendah
kering, ketinggian tempat
mencapai 700 m dpl
Tumbuh di dataran
rendah sampai 200 m dpl
Tumbuh di hutan dataran
rendah
Tumbuh di hutan dataran
rendah, dengan
ketinggian tempat sampai
700 m dpl
Tumbuh pada ketinggian
200-1227 m dpl
127
No.
Lokasi *
Nama Ilmiah
1
363
Shorea acuminata Dyer
√
364
Shorea agamii
√
365
Shorea balangeran (Korth.)
Burck
√
366
Shorea brunescens P.S.
Ashton
√
367
Shorea faguetioides
√
368
Shorea gibbosa
369
Shorea gysbertsiana Burck.
370
Shorea mecistopteryx
371
Shorea palembanica
372
Shorea pallidifolia
373
Shorea parvifolia Dyer.
374
Shorea parvistipulata Heim.
375
2
3
√
Kegunaan**
Bagian
yang
digunakan
Teknik
budidaya
9
Batang
Biji
11
Kulit
batang
Biji
√
9, 10
Batang
Biji
√
12
Batang
Biji
12
Ranting
Biji
12
Ranting
Biji
√
9
Batang
Biji
√
13
Getah
Stek batang
dan biji
√
9
Batang
Biji
√
9
Batang
Biji dan
anakan
√
9
Batang
Biji
√
√
9
Batang
Biji
Shorea pinanga
√
√
12
Batang
Biji
376
Shorea scabrida
√
√
9
Batang
Biji
377
Shorea stenoptera Burck.
√
√
1, 9
Biji,
batang
Biji dan
stek batang
√
√
Ekologi
Tumbuh pada tempattempat basah hutan
dipterocarpaceae
campuran, di dataran
rendah pada ketinggian
tempat sampai 500 m dpl
Banyak ditemukan di
tempat berawa-rawa pada
tanah lempung, tumbuh
pada iklim dengan curah
hujan lebih dari 1600 mm
Tumbuh pada hutan
dipterocarpaceae
campuran dengan
ketinggian tempat sampai
700 m dpl
Tumbuh di tanah berawa
pada tanah lempung, di
hutan dipterocarpaceae
campuran
Tumbuh di hutan dataran
rendah dengan ketinggian
sampai 500 m dpl
Tumbuh pada tanahtanah yang berdrainase
baik atau tanah berawarawa di hutan dataran
rendah
Tumbuh di hutan
dipterocarpaceae
campuran dan hutan
dataran rendah
Ditemukan pada tanah
berpasir dan hutan
dipterocarpaceae
campuran
Tumbuh di hutan
dipterocarpaceae
campuran dan hutan
dataran rendah
Tumbuh pada tanahtanah yang berdrainase
baik atau tanah berawarawa di hutan dataran
rendah
Terdapat di hutan-hutan
sekunder dan dataran
rendah
Tumbuh pada hutan
dipterocarpaceae
campuran dengan
ketinggian tempat sampai
700 m dpl
Tumbuh pada hutan
dataran rendah dengan
ketinggian sampai 500 m
dpl
Tumbuh pada hutan
dipterocarpaceae
campuran dengan
ketinggian tempat sampai
700 m dpl
Ditemukan di hutan
kerangas pada tanah
berpasir yang kering
128
No.
Lokasi *
Nama Ilmiah
1
2
3
√
378
Shorea teysmanniana Dyer
379
Shorea virescens Parys.
380
Sida rhombifolia L.
381
Sindora brugemanii DC.
√
382
Smilax zeylanica L.
√
383
Solanum indicum L.
√
384
Solanum mammosum L.
385
Solanum melongena L.
386
Spatholobus ferrugineus
(Zoll.) Benth.
387
Stachyphrynium borneense
Ridley
388
Stachytarpheta mutabilis
(Jacq.) Vahl.
389
Stemonurus malaccensis
(Mast.) Sleumer
390
391
Stemonurus scorpioides
Beccari
Stemonurus secundiflorus
392
Stenoclaena palustris Bedd.
Biji
√
9
Batang
Biji
√
1, 5
Akar,
daun
Biji
√
1, 9
Kulit
batang
Biji
√
1, 13
Daun
Biji dan
stek batang
1, 4
Buah
Biji
1, 4
Buah
Biji
√
1, 4
Buah
Biji
√
11
Seluruh
bagian
Biji
1
Umbi
Biji, tunas
akar, dan
stek batang
√
1
Akar
Biji, tunas
akar, dan
stek batang
√
4
Buah
Biji
9
Batang
√
1
Daun
Biji
√
11
Batang
Spora dan
akar
√
√
√
√
√
Teknik
budidaya
Batang
√
√
Bagian
yang
digunakan
9
√
√
Kegunaan**
Ekologi
Terdapat di hutan
dipterocarpaceae dan
dataran rendah
Terdapat di hutan-hutan
sekunder dan dataran
rendah
Tumbuh liar di tanah
datar hingga ketinggian
tempat 1.500 m dpl
Hutan primer pada tanah
berpasir dan berliat
Tumbuh di hutan
sekunder, hutan bambu
dan di hutan jati. Pada
ketinggian 10-1.600 m
dpl
Tumbuh di tempat yang
mendapatkan cahaya
matahari penuh, tumbuh
pada dataran rendah
hingga pegunungan
dengan ketinggian 1200
m dpl
Hidup pada padang
rumput, semak terbuka,
tepi sungai, dari dataran
rendah hingga 1500 m
dpl
Tumbuh dengan
membutuhkan cahaya
matahari penuh, mulai
dari dataran rendah
hingga daerah
pegunungan dengan
ketinggian 1200 m dpl
Tumbuh di tepi hutan dan
di semak belukar pada
ketinggian tempat 1501200 m dpl
Tumbuh dengan baik
pada segala jenis tanah
dengan ketinggian tempat
1-1500 m dpl
Tumbuh dengan baik
pada segala macam jenis
tanah dengan ketinggian
tempat mencapai 1.500 m
dpl
Tumbuh di dataran
rendah hutan tropis
−
−
Tumbuh di hutan tropis
di tempat terlindungi
matahari
Tumbuh pada hutan
primer maupun sekunder
dengan ketinggian tempat
sampai 800 m dpl
129
No.
Lokasi *
Nama Ilmiah
1
2
3
Kegunaan**
Bagian
yang
digunakan
Teknik
budidaya
Ekologi
√
4
Buah
Biji dan
stek batang
√
1
Daun
Biji
√
2
Seluruh
bagian
Biji
√
9
Batang
√
9
Batang
Biji
1, 4
Daun
Biji,
okulasi,
dan
cangkok
√
1, 3, 4
Buah,
daun
Biji, stek
batang,
cangkok
√
12
Ranting
Biji dan
stek batang
Tumbuh di daerah yang
banyak hujan maupun
daerah beriklim kering
dan berbagai macam
tanah, pada ketinggian
tempat 5-1800 m dpl
√
1, 9
buah
Biji dan
okulasi
Daerah tropik lembab,
ketinggian tempat 1-1200
m dpl
√
1, 3, 4, 9, 12
Daun
Biji,
cangkokan,
stek batang
Tumbuh di tempat
dengan ketinggian 51.800 m dpl
Syzygium sp.
√
12
Batang
−
404
Syzygium sp.
√
4, 8
Kulit
batang
−
405
Tacca palmata Blume
1, 5
Umbi
Stek umbi
406
Tamarindus indica L.
√
1, 4
Buah
Biji
407
Terminalia citrina
√
1
Daun
Biji
408
Terminalia sp.
9
Batang
393
Sterculia urceolata Smith.
394
Streblus asper Lour.
395
Susun malayanum Hook.f.
396
Symplocos celastrifolia
√
397
Symplocos fasciculata Zoll.
√
398
Syzygium aqueum (Burm.f.)
Alst.
√
399
Syzygium cumini
400
Syzygium lineatum (DC.)
Merrill & Perry
401
Syzygium malaccense (L.)
Merr. & Perry.
402
Syzygium polyanthum
(Wight.) Walp.
403
√
√
√
√
√
√
−
−
Tumbuh di dataran
rendah hingga datarn
tinggi tropik dengan
ketinggian tempat
mencapai 1000 m dpl
Tumbuh dengan baik
pada segala macam jenis
tanah dengan ketinggian
tempat mencapai 1.500 m
dpl
Tumbuh liar di pantai
berpasir dan asosiasi
mangrove
Tumbuh liar di hutan
pada ketinggian 7001200 m dpl
Tumbuh di dataran
rendah hutan tropis
Tumbuh pada daerah
tropik lembab dengan
ketinggian 1-700 m dpl.
Tanah lempung dan
bersolum tebal
Tumbuh di daerah
iklimm lembab pada
ketinggian tempat 500 m
dpl, dapat tumbuh pada
tanah yang miskin hara
Tumbuh pada tanah yang
berlempung dengan
solum tebal
Tumbuh pada ketinggian
1-700 m dpl
Tumbuh di dataran
rendah pada ketinggian
tempat hingga kurang
lebih 900 m dpl
Tumbuh pada dataran
rendah di daerah yang
panas
Dapat ditemukan di
pantai dan muara sungai
dengan ketinggian tempat
lebih dari 800 m dpl
Tumbuh di pinggir
sungai hutan dataran
rendah dengan ketinggian
mencapai 500 m dpl
130
No.
Lokasi *
Nama Ilmiah
Kegunaan**
Bagian
yang
digunakan
Teknik
budidaya
Ekologi
1
2
3
√
√
1
Daun
−
√
9
Batang
−
1, 10
Seluruh
bagian
Biji
Tumbuh dengan baik
pada ketinggian tempat di
bawah 1600 m dpl
409
Tetracera fagifolia Bl.
√
410
Tetramerista glabra Miq.
√
411
Tetrastigma sp.
412
Theobroma cacao L.
√
1, 4
Akar
Biji, stek
batang, stek
cabang
Tumbuh di ketinggian
500 m dpl
413
Toona sinensis (A. Juss.)
Roem.
√
1, 9
Batang
Biji
Tumbuh pada ketinggian
tempat 900 m dpl
414
Trema orientalis (L.) Bl.
√
√
1, 8, 11, 12
Daun,
batang
Biji
Tumbuh di hutan
sekunder, hutan primer,
hutan jati, di dataran
rendah sampai
pegunungan, dengan
ketinggian tempat sampai
2400 m dpl
415
Tricalysia singularis Korth.
√
√
13
Biji
Biji,
sambungan,
di tempel,
atau di
cangkok
iklim tropis dengan suhu
20-22° dan ketinggian
500-1300 m dpl
416
Tristania maingayi Duthi
√
9
Batang
Biji
Tumbuh di dataran
rendah sampai ketinggian
di bawah 900 mdpl
417
Tristania obovata R.Br.
√
9
Batang
Biji
Tumbuh pada tanah yang
berdrainase baik
418
Turnea subulata J.E. Smith.
1, 2
Daun,
bunga
Biji dan
stek batang
Tumbuh dengan baik
pada berbagai jenis tanah
dan menyukai tempat
terbuka, pada ketinggian
10-1000 m dpl
419
Uncaria glabrata (Bl.) DC.
√
√
√
1
Seluruh
bagian
Biji
Tumbuhan liar di dataran
rendah sampai dataran
tinggi dengan ketinggian
1800 m dpl
420
Urena lobata L.
√
√
√
1
Daun
Biji
Tumbuh liar di tanah
datar dan pegunungan
hingga tinggi 750 m dpl
421
Vatica rassak Bl.
√
√
9
Batang
−
Tumbuh sampai
ketinggian 350 m dpl
422
Vernonia arborea Ham
√
√
9
Batang
−
Tumbuh di tempat
terbuka sampai agak
terlindung di tepi sungai
423
Villebrunea rubescens Bl.
√
1, 9
Daun,
batang
−
424
Vitex pubescens Vahl.
√
1, 4, 8, 12,
13
Kulit
batang
Tumbuh di lereng-lereng
jurang dan teras pada
daerah pegunungan,
tumbuh dengan baik pada
ketinggian tempat di atas
900 m dpl
Tumbuh di daerah bukit,
pantai, di batu-batu
gunung berapi dan di
batu kapur
√
√
√
√
√
Biji
Tumbuh memanjat pada
batang pohon
−
131
No.
Lokasi *
Nama Ilmiah
1
2
3
Kegunaan**
Bagian
yang
digunakan
Teknik
budidaya
Ekologi
425
Vittaria scolopendrina
(Borry) Thw.
√
2
Daun
426
Wedelia calendulacea Less.
√
5
Seluruh
bagian
Biji
427
Xanthophyllum flavescens
Roxb.
√
9
Batang
Biji
428
Xanthophyllum sp
√
9
Batang
−
−
429
Xylopia sp.
√
11
Batang
−
−
430
Zalacca blumeana Mart.
√
4
Buah
√
−
Biji
Tumbuh di dataran
rendah sampai dataran
tinggi dengan ketinggian
tempat sampai 650 m dpl
Tumbuh dengan baik
pada ketinggian 7001200 m dpl
Tumbuh pada ketinggian
70-400 m dpl
Tumbuh di dataran
rendah tropik basah
dengan ketinggian
dibawah 500 m dpl
Keterangan
*: 1. PT Agro Lestari Mandiri, 2. PT Kencana Graha Permai
3. PT Lanang Agro Bersatu
**: 1. Obat, 2. Hias, 3. Aromatik, 4. Pangan, 5. Pakan ternak, 6. Pestisida,
7. Serat, 8. Pewarna, 9. Bangunan, 10. Ritual adat 11. Anyaman dan kerajinan, 12. Kayu bakar,
13. Kegunaan lainnya
Sumber:
1. Laporan NKT PT Agro Lestari Mandiri
2. Laporan NKT PT Kencana Graha Permai
3. Laporan NKT PT Lanang Agro Bersatu
4. Buku Tumbuhan Berguna Jilid I – IV (1987)
5. Buku Acuan Tumbuhan Obat Jilid I – X (2003)
6. PROSEA (1992)
132
Lampiran 7 Lokasi pengamatan pada areal studi
No
Areal studi
Ekosistem
Habitat
Sempadan Sungai
(SS)
Hutan Dataran Rendah
1
Kawasan Sekitar
Danau (KSD)
KSD Rajang, KSD Miang, KSD Sawah Wak Uning, KSD
Ruwungan, KSD Nibung Pampang, KSD Rusa, KSD Sawah
Besar, KSD Limunan, KSD Guce, KSD Rambang, KSD
Larangan, KSD Sihit, KSD Palas, KSD Palas-1
Bukit
Bukit Pelanjau, Bukit Tempayan, Bukit Bagan Pakit, Bukit
Bekunyit, Bukit Sesimbat, Bukit Howur, Bukit Sebekuayan,
Bukit Lokan, Bukit Buluh
Areal Lainnya
Buffer Zone Hutan Lindung BT Batu Menangis, Hutan
Konservasi
Sempadan Sungai
(SS)
SS Batu Besi
Sempadan Sungai
(SS)
SS Pemrakasan, SS Sihit, SS Demang, SS Sepahan, SS
Tarekan
Kawasan Sekitar
Danau (KSD)
KSD Pantai Lebar, KSD Sidam, KSD Rasau,
PT. Agro Lestari Mandiri
Hutan Kerangas
Rawa Air Tawar
Sempadan Sungai
(SS)
2
PT. Kencana Graha
Permai
Hutan Dataran Rendah
Lokasi
SS Aur, SS Nate Panjang, SS Singkuamak, SS Nek Malang,
SS Pelanjau, SS Pekawai, SS Bidadari, SS Merah, SS Lokan,
SS Kayung Mati, SS Kayung, SS Kinding, SS Siakat, SS
Sembiukuk, SS Lembe, SS Selalat
SS Biru, SS Langsat, SS Melaras, SS Pikan, SS Keluang, SS
Perasan Bikuk, SS Minyak, SS Pakit, Penyebrangan, SS
Asahan Sambar, SS Melajau, SS Sanuwansi, SS Siangsahan,
SS Puayan, SS Pengkayasan
Kawasan Sekitar
Mata Air (KSMA)
KSMA Lingsungan, KSMA Sedawak, KSMA Perasan Bikuk
Bukit
Bukit Besar, Bukit Ibul, Bukit Engkabang
Areal Lainnya
Areal Enclave Blok E31, Areal Enclave Lingkaran Kuning
Page | 132
133
No
Areal studi
Ekosistem
Habitat
Sempadan Sungai
(SS)
3
PT. Lanang Agro Bersatu
Lokasi
SS Karim, SS Tiyakon, SS Cabang Tiyakon, SS Siwaan, SS
Kembuen, SS Segigi, SS Pebahan, SS Sempadan, SS
Kesuhan, SS Tebahat, SS Cabang Tebahat, SS Cabang Puya1, SS Cabang Puya-2, SS Kediu, SS Bengang, SS Cabang
Bengang, SS Kerikik, SS Toba, SS Remiang, SS Sepiso, SS
Lumuen, SS Cabang Lumuen, SS Gentaring, SS Ringkang, SS
Air Mati, SS Laur, SS Mantas, SS Pawan, Ss Keriau, SS Puya
Hutan Dataran Rendah
Kawasan Sekitar
Mata Air (KSMA)
Areal Lainnya
KSMA S.Kekirik (Kehiring), KSMA S.Cabang Bengang,
KSMA S. Cabang Sepiso, KSMA S. Cabang Limuen, KSMA
S. Ringkang, KSMA S. Cabang Tebahat, KSMA S. Cabang
Puya-1, KSMA S. Cabang Puya-2
Areal Konservasi Blok-1 sampai Areal Konservasi Blok-16
Page | 133
134
Lampiran 8 Sebaran spesies tumbuhan berguna di PT Agro Lestari Mandiri
Hutan dataran rendah*
No.
Nama Ilmiah
1
2
3
4
Hutan
Kerangas*
Rawa air
tawar*
1
1
2
√
1
Agathis borneensis
2
Aglaia ignea
3
Alocasia sp.
4
Alocasia sp.
5
Alocasia sp.
6
Alpinia sp.
7
Alpinia sp.
8
Alstonia angustifolia Miq.
9
Alstonia scholaris (L.) R.Br.
√
√
√
√
10
Amomum coccineum
√
√
√
√
11
Amorphophallus sp.
12
Anacolosa frutescens
√
√
√
13
Anisophyllea disticha
√
√
√
14
Anthocephalus cadamba Miq.
√
√
√
15
Antidesma ghaesembilla
√
16
Antidesma neurocarpum Miq.
17
Arcangelisia flava (L.) Merr.
√
18
Areca catechu L.
√
√
19
Artocarpus anisophyllus Miq.
√
√
20
Artocarpus elasticus Reinw.
√
21
Artocarpus integer
√
22
Artocarpus integra Merr.
√
23
Artocarpus kemando Miq.
√
24
Artocarpus lanceifolius
√
25
Artocarpus rigidus Blume
√
26
Artocarpus teysmanii Miquel
27
Asplenium nidus L.
28
Axonopus compressus P.B.
29
Baccaurea dulcis Muell. Arg.
30
Baccaurea racemosa
√
√
31
Bambusa vulgaris
√
√
32
Barringtonia acutangulata
√
33
Barringtonia racemosa
34
Bauhinia sp.
√
35
Bellucia axinanthera Triana
√
√
36
Blechnum orientale L.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
135
Hutan dataran rendah*
No.
Nama Ilmiah
1
2
37
Blumea balsamifera (L.) DC.
38
Bouea macrophylla Griffith
39
Buchanania insignis
40
Buettneria reinwardtii Kosterm.
√
√
41
Calamus caesius Bl.
√
√
42
Calamus mattanensis Becc.
√
√
43
Calamus retrophyllus Becc.
44
Calamus sp.
√
45
Calamus sp.
√
46
Calophyllum grandiflorum Miq.
√
47
Calophyllum soulattri Burm.f.
√
48
Campnosperma auriculata
√
49
√
3
4
Hutan
Kerangas*
Rawa air
tawar*
1
√
√
√
√
1
2
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Campnosperma coriaceum
√
√
50
Canangium odoratum Baill.
√
√
51
Cantleya corniculata
√
52
Caryota mitis Lour.
√
53
Cassia alata L.
√
54
Chaetocarpus castanocarpus
55
Chrysopogon aciculatus
56
Cinnamomum culilawan Bl.
√
57
Cinnamomum sp.
√
58
Clerodendrum inerme
59
Cocos nucifera L.
√
60
Coffea robusta
√
61
Cordyline fruticosa
√
62
Costus speciosus
√
63
Cratoxylon arborescens Bl.
64
Cratoxylon formosum
65
Cratoxylum arborescens
66
Crypteronia griffithii
√
67
Cryptocarya crassinervia Miq.
√
68
Curculigo capitulata (L.) O.K.
√
69
Cynodon dactylon Pers.
70
Dacryodes rostrata H.J.L.
√
√
71
Dacryodes rugosa
√
√
72
Daemonorops angustifolius
√
73
Daemonorops lamprolepis
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
136
Hutan dataran rendah*
No.
Nama Ilmiah
1
2
3
4
Hutan
Kerangas*
Rawa air
tawar*
1
1
2
√
74
Dendrobium crumenatum Sw.
75
Derris elliptica (Roxb.) Bth.
√
√
√
76
Dialium hydnocarpioides
√
√
√
77
Dialium modestum
√
78
Dialium sp.
√
79
Diallium platisepalum Baker
80
Dicranopteris dichotoma
√
81
Dieffenbachia seguine
√
82
Digitaria adscendens
√
√
83
Dillenia excelsa (Jack) Gilg.
√
√
84
Dillenia eximia
√
85
Dillenia grandifolia
86
Dillenia pulchella (Jack.) Gilg.
87
Dillenia reticulata
88
Dillenia sp.
√
89
Dinochloa scandens
√
90
Dioscorea hispida Dennust
√
√
91
Diospyros levigata
√
√
92
Diospyros maingayi
93
Dipterocarpus grandiflorus
√
√
94
Donax cannaeformis
√
√
√
95
Dracontomelon costatum
√
√
√
96
Durio kutejensis
√
√
√
97
Durio oxleyanus Griff.
√
√
98
Durio testudinarum
√
√
99
Durio zibethinus Murr.
√
√
100
Dyera costulata Hook.f.
√
√
101
Elaeis guneensis Jacq.
102
Elaeocarpus littoralis
√
√
103
Elaeocarpus stipularis Blume
√
√
104
Elasteriospermum tapos Miq.
√
105
Embelia ribes Burm.f.
√
106
Emilia sonchifolia (Linn.) DC.
107
Endospermum diadenum
108
Equisetum debile Roxb.
109
Erechtites valerianifolia Raf.
√
√
110
Eugenia sp.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
137
Hutan dataran rendah*
No.
Nama Ilmiah
1
2
3
√
4
Hutan
Kerangas*
Rawa air
tawar*
1
1
111
Eupatorium odoratum L.f.
√
√
112
Eurycoma longifolia Jack.
√
√
113
Eusideroxylon zwageri T. & B.
√
√
114
Ficus benjamina L.
√
√
√
115
Ficus binnendykii (Miq.) Miq.
√
√
√
116
Ficus callosa Willd.
√
√
117
Ficus calophylla Blume
√
118
Ficus variegata Bl.
√
119
Flacourtia inermis Roxburgh
120
Flacourtia rukam Zoll. & Mor.
√
121
Gandarusa vulgaris Nees.
√
122
Ganua motleyana
√
123
Garcinia diocia Bl.
√
124
Garcinia parvifolia Miq.
√
125
Garcinia sp
126
Garcinia sp.
√
√
127
Gigantochloa apus
√
√
128
Glochidion zeylanicum Juss.
√
129
Gluta renghas L.
√
130
Gonystyllus bancanus Kurz.
131
Hanguana malayana Merrill
132
Hevea brasiliensis
133
Homalium caryophyllaceum
√
134
Homalomena sagittifolia
√
135
Hopea mengerawan Miquel
136
Hoya sp.
137
Hyptis brevipes Poit.
√
138
Imperata cylindrica (L.) Beauv.
√
√
139
Ischaemum muticum Linn.
√
√
140
Ischaemum muticum Linn.
√
141
Isotoma longiflora Presl.
√
142
Ixora coccinea L.
√
143
Koompassia malaccensis
144
Labisia pumila (Bl.) F. Vill.
145
Lagerstroemia speciosa L.
√
146
Lansium domesticum Corr.
√
147
Lantana camara L.
√
√
√
√
√
√
2
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
138
Hutan dataran rendah*
No.
Nama Ilmiah
1
2
3
4
Hutan
Kerangas*
Rawa air
tawar*
1
1
2
√
148
Laportea stimulans Miquel.
149
Lecanopteris carnosa
150
Licuala spinosa Thunb.
151
Litsea tuberculata
√
√
√
152
Lophatherum gracile Brongn.
√
√
√
153
Lophopetalum javanicum
154
Lophopetalum wrightienum
√
155
Lycopodium cernuum L.
√
156
Lygodium japonicum
157
Macaranga conifera
√
158
Macaranga gigantea
159
Macaranga hypoleuca
160
Macaranga rhizinoides
161
Madhuca sericea
162
Mallotus macrostachyus
163
Mangifera caesia Jack.
√
164
Mangifera foetida Lour.
√
165
Mangifera indica L.
√
166
Mangifera longipes Griffith
167
Manihot utilissima Pohl.
√
168
Melanorrhoea wallichii Hk.f.
√
169
Melanorrhoea wallichii Hk.f.
√
√
170
Melastoma malabathricum
√
√
171
Mezzetia parvifolia Becc.
√
172
Mezzetia sp.
√
√
173
Mikania scandens Willd.
√
√
174
Mimosa pudica L.
√
175
Musa sp.
√
176
Musa sp.
177
Neoscortechinia kingii
178
Nepenthes ampullaria Jack.
√
179
Nepenthes sp.
√
180
Nephelium cuspidatum Bl.
181
Nephelium lappaceum L.
√
√
182
Nephrolepis bisserata
√
√
√
183
Nephrolepis exavata
√
√
√
184
Octomeles sumatrana Miq.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
139
Hutan dataran rendah*
No.
Nama Ilmiah
1
2
3
4
Hutan
Kerangas*
Rawa air
tawar*
1
185
Oncosperma filamentosum Bl.
√
186
Pandanus caricosus Kurz.
√
187
Pandanus hasskardlii Merr.
√
188
Pandanus helicopus Kurz.
√
189
Pandanus sp
√
190
Pandanus sp
√
√
√
191
Pandanus tectorius
√
√
√
192
Parkia intermedia
√
193
Parkia speciosa Hassk.
194
Passiflora foetida L.
√
195
Pentaspadon motleyi Hook.f.
√
196
Peronema canescens Jack.
√
√
197
Phyllanthus niruri L.
√
√
198
Physalis peruviana L.
√
199
Pinanga kuhlii Blume
√
200
Pinanga sp.
√
201
Piper betle L.
202
Piper caninum Bl.
√
203
Piper sarmentosum Roxb.
√
204
Pistia stratiotes Linn.
205
Pithecollobium ellipticum
√
√
√
206
Pithecollobium lobatum Benth.
√
√
√
207
Pithecolobium clypearia Benth.
√
√
√
208
Polyathia subcordata (Bl.) Bl.
√
209
Pometia pinnata
√
210
Pothos sp.
√
211
Premna integrifolia Linn.
√
212
Psidium guajava L.
√
√
213
Psychotria sarmentosa Blume
√
√
214
Pterospermum acerifolium
√
√
215
Ptychopyxis costata Miquel
√
216
Quercus bennettii Miq.
√
217
Raphidophora sp.
218
1
2
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Raphidophora sp.
√
√
219
Rhaphidophora sylvestris Engl.
√
220
Rhodamnia cinerea Jack.
√
221
Saccharum officinarum Linn.
√
√
√
√
140
Hutan dataran rendah*
No.
Nama Ilmiah
1
2
3
4
Hutan
Kerangas*
Rawa air
tawar*
1
222
Saccharum spontaneus Linn.
√
223
Salacca conferta Griffith.
√
√
√
224
Santiria laevigata Bl.
√
√
√
225
Santiria tomentosa Blume
√
226
Sarcotheca macrophylla
227
Scaphium macropodum L.
√
228
Schima wallichii Korth.
√
229
230
Schizostachyum
longispiculatum
Scleria laevis Retzius
√
231
Scolopia spinosa
√
232
Scorodocarpus borneensis
233
Selaginella doederleinii Hieron.
234
Shorea acuminata Dyer
235
Shorea agamii
√
236
Shorea balangeran
√
237
Shorea brunescens P.S. Ashton
√
238
Shorea faguetioides
239
Shorea gysbertsiana Burck.
√
√
240
Shorea mecistopteryx
√
√
241
Shorea pallidifolia
√
√
√
242
Shorea parvistipulata Heim.
√
√
√
243
Shorea pinanga
√
√
√
244
Shorea scabrida
245
Shorea stenoptera Burck.
√
√
√
246
Shorea teysmanniana Dyer
√
√
√
247
Sindora brugemanii DC.
√
√
√
248
Smilax zeylanica L.
√
√
249
Solanum indicum L.
√
√
250
Spatholobus ferrugineus
√
251
Stachytarpheta mutabilis
√
252
Stemonurus scorpioides
√
253
Stemonurus secundiflorus
√
254
Symplocos celastrifolia
√
√
√
255
Symplocos fasciculata Zoll.
√
√
√
256
Syzygium lineatum
√
257
Syzygium polyanthum
1
2
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
141
Hutan dataran rendah*
No.
Nama Ilmiah
1
2
3
258
Tacca palmata
√
259
Terminalia sp.
√
260
Tetracera fagifolia Bl.
261
Tetramerista glabra Miq.
√
262
Trema orientalis (L.) Bl.
√
263
Tricalysia singularis Korth.
√
264
Uncaria glabrata (Bl.) DC.
√
265
Urena lobata L.
√
266
Vatica rassak Bl.
√
267
Vernonia arborea Ham
√
268
Vitex pubescens Vahl.
√
269
Zalacca blumeana Mart.
4
Hutan
Kerangas*
1
Rawa air
tawar*
1
2
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
200 101 141
105
38 79
Jumlah
Keterangan
*: 1. Sempadan sungai, 2. Kawasan sekitar danau, 3. Bukit, 4. Areal lainnya
Sumber: Laporan NKT PT Agro Lestari Mandiri
58
142
Lampiran 9 Sebaran spesies tumbuhan berguna di PT Kencana Graha Permai dan
PT Lanang Agro Bersatu
No.
KGP*
Nama Ilmiah
1**
2**
LAB*
3**
4**
1**
2**
4**
1
Acacia mangium
2
Adenanthera pavonina
3
4
Adianthum cuneatum
Aetoxylon sympetalum
√
5
Ageratum conyzoides L.
√
6
Alangium javanicum
√
7
8
Aleurites moluccana (L.) Willd.
√
9
Alocasia sp.
10
11
Alocasia sp.
√
Alocasia sp.
√
12
Alpinia sp.
13
Alpinia sp.
14
15
Alseodaphne sp.
Alstonia angustifolia Miq.
√
16
Alstonia scholaris (L.) R.Br.
√
17
18
Amaranthus sp.
√
Amomum coccineum
√
19
Anisophyllea disticha
√
√
√
20
Annona muricata L.
√
√
√
21
22
Anthocephalus cadamba Miq.
√
√
√
Antidesma ghaesembilla
√
√
√
23
Antidesma neurocarpum Miq.
√
√
√
√
24
25
Aquilaria malaccensis Lamk.
√
Aquilaria microcarpa
√
26
Arcangelisia flava (L.) Merr.
√
√
√
27
Areca catechu L.
√
√
√
28
29
Arenga pinnata
√
√
√
√
√
√
30
Artocarpus communis Forst.
31
32
Artocarpus dadah Miq.
Artocarpus elasticus Reinw.
√
33
Artocarpus integer
√
34
Artocarpus integra Merr.
35
36
Artocarpus kemando Miq.
√
Artocarpus lanceifolius
√
Alocasia macorrhiza Schott.
Artocarpus anisophyllus Miq.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
143
No.
KGP*
Nama Ilmiah
1**
2**
LAB*
3**
4**
1**
2**
4**
37
Artocarpus rigidus Blume
38
39
Artocarpus teysmanii Miquel
√
√
√
Asplenium nidus L.
√
√
√
40
Asystasia intrusa Bl.
Athyrium bantamense
√
√
√
41
42
43
Averrhoa bilimbi L.
Axonopus compressus P.B.
√
44
Baccaurea dulcis Muell. Arg.
√
45
46
Baeckea frutescens
√
Bambusa vulgaris
√
47
Barringtonia acutangulata
48
Barringtonia racemosa
√
49
50
Bauhinia sp.
√
Bellucia axinanthera Triana
√
51
Bhesa paniculata Arnott.
52
53
Blechnum orientale L.
√
Blumea balsamifera (L.) DC.
√
54
Bombac malabaricum DC.
55
Borreria latifolia
56
57
Bouea macrophylla Griffith
58
Brucea javanica (L.) Merrill
59
60
Buettneria reinwardtii Kosterm.
√
Calamus caesius Bl.
√
61
Calamus manan Miquel
62
Calamus mattanensis Becc.
√
63
64
Calamus sp.
√
Calamus sp.
√
65
Caliandrra calothyrsus
66
67
Calophyllum grandiflorum Miq.
√
Calophyllum macrocarpum
√
68
Calophyllum pulcherrimum
√
69
Calophyllum soulattri Burm.f.
√
√
70
71
Calopogonium muconoides
√
√
72
Campnosperma macrophylla
73
74
Canangium odoratum Baill.
Bromheadia finlaysoniana
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Campnosperma auriculata
Canarium apertum H.J.L.
√
√
√
√
√
√
√
144
No.
KGP*
Nama Ilmiah
1**
2**
LAB*
3**
4**
1**
2**
75
Canarium caudatum
76
Canarium patentinervium
√
77
78
Cantleya corniculata
√
79
Caryota mitis Lour.
√
80
81
Casearia grewiaefolia
√
82
Cassia alata L.
83
Ceiba pentandra Gaertn.
84
85
Chrysopogon aciculatus
86
Cinnamomum macrophyllum
√
√
87
88
Clidemia hirta
√
√
Clitoria ternatae L.
√
89
Cocos nucifera L.
90
Coffea robusta
91
92
Colocasia esculenta Schott.
Cordyline fruticosa
√
93
Costus speciosus
√
94
95
Cratoxylon arborescens Bl.
96
Cratoxylum arborescens
97
Cratoxylum cochinchinensis
√
98
99
Curculigo capitulata (L.) O.K.
√
100
Cymbopogon citratus
101
102
Cynodon dactylon Pers.
√
Cyperus brevifolius
√
√
√
103
Cyperus compressus L.
√
√
√
104
Cyperus rotundus L.
√
105
106
Dacryodes rostrata H.J.L.
√
107
Daemonorops angustifolius
108
109
Dendrobium crumenatum Sw.
110
Dieffenbachia seguine
111
Digitaria adscendens
√
112
Digittaria ciliaris
√
√
√
√
√
√
√
Capsicum frutescens L.
√
√
√
√
√
√
Cinnamomum burmanii
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Cyclophorus aridus
√
√
√
√
Dacryodes rugosa
Dialium hydnocarpioides
√
√
Casearia rugulosa
Cratoxylon formosum
4**
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
145
KGP*
LAB*
No.
Nama Ilmiah
1**
2**
3**
4**
1**
2**
4**
113
Dillenia excelsa (Jack) Gilg.
√
√
√
√
√
√
√
114
Dillenia grandifolia
√
115
116
Dindrocalamus asper
117
Dioscorea hispida Dennust
118
Diospyros durionoides Bakh.
119
120
Diospyros korthalsiana Hiern.
121
Donax cannaeformis
√
√
√
122
123
Dracontomelon costatum
√
√
√
Drymoglossum piloselloides
√
√
√
124
Drynaria sparsisora Moore.
√
√
√
125
Dryobalanops aromatica
126
127
Dryobalanops beccari Dyer.
128
Durio carinatus Mast.
129
130
Durio kutejensis
√
Durio oxleyanus Griff.
√
131
Durio zibethinus Murr.
√
132
Dyera lowii Hk. F.
√
√
133
134
Eichornia crassipes
√
√
Elaeis guneensis Jacq.
√
√
√
√
135
Elaeocarpus littoralis
√
√
√
√
136
137
Elaeocarpus stipularis Blume
√
√
√
Elasteriospermum tapos Miq.
√
138
Elephantophus cf mollis H.B.K.
√
139
Elephantopus scaber L.
140
141
Embelia ribes Burm.f.
√
Emilia sonchifolia (Linn.) DC.
√
142
Endospermum diadenum
√
143
144
Engelhardtia sp.
√
Erechtites valerianifolia Raf.
√
√
√
145
Erigeron linifolius
√
√
√
146
Eugenia malaccensis L.
147
148
Eugenia muellerii
Eugenia sp.
√
149
Eupatorium odoratum L.f.
√
150
Euphorbia hirta L.
√
√
√
Dinochloa scandens
Dipterocarpus grandiflorus
Duabanga moluccana Blume
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
146
No.
KGP*
Nama Ilmiah
1**
2**
LAB*
3**
4**
1**
2**
4**
151
Eurycoma longifolia Jack.
152
Eusideroxylon zwageri T. & B.
√
153
Fagraea racemosa
√
154
155
Ficus ampelas Burm. f.
√
√
√
Ficus benjamina L.
√
√
√
156
Ficus binnendykii (Miq.) Miq.
√
√
√
157
158
Ficus callosa Willd.
√
√
√
159
Ficus variegata Bl.
√
160
Flacourtia inermis Roxburgh
√
161
162
Flagellaria indica L.
√
Freycinetia angustifolia Bl.
√
163
Gandarusa vulgaris Nees.
√
164
165
Ganua motleyana
166
Garcinia parvifolia Miq.
167
Garcinia sp.
168
169
Gigantochloa apus
√
Gluta renghas L.
√
170
Gonystylus keithii
171
172
Gymnacranthera forbesii
Hedyotis verticillata Lamk
√
173
Hevea brasiliensis
√
174
Hibiscus macrophyllus
175
176
Homalanthus populneus
√
Homalium caryophyllaceum
√
177
Homalomena sagittifolia
√
178
179
Hopea mengerawan Miquel
180
Hydnocarpus anthelmintica
181
Hypobathrum sp.
182
183
Hyptis brevipes Poit.
√
√
√
√
Imperata cylindrica (L.) Beauv.
√
√
√
√
184
Ipomoea cairica (L.) Sweet.
√
185
186
Isotoma longiflora Presl.
√
Ixora coccinea L.
√
187
Jatropha curcas L.
188
Knema conferta (King) Warb.
√
√
√
√
√
√
√
Ficus fistulosa Reinw.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Garcinia mangostana L.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Hornstedtia sp.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
147
No.
KGP*
Nama Ilmiah
1**
2**
LAB*
3**
4**
1**
2**
4**
189
190
Knema intermedia Warb.
191
Knema perconacea Sinch.
192
193
Koompassia malaccensis
194
Lansium domesticum Corr.
√
195
Lantana camara L.
√
196
197
Laportea stimulans
√
Lecanopteris carnosa
√
198
Leea aequata Linn.
√
√
199
200
Lepironia mucronata
Licuala spinosa Thunb.
√
√
√
√
201
Lithocarpus gracilis
√
202
Litsea tuberculata
√
√
203
204
Loranthus sp.
Lycopodium cernuum L.
√
205
Lygodium japonicum
206
207
Macaranga conifera
Macaranga gigantea
208
Macaranga hypoleuca
209
Macaranga pruinosa
210
211
Macaranga rhizinoides
212
Mallotus macrostachyus
213
214
Mammea sp.
Mangifera caesia Jack.
√
215
Mangifera foetida Lour.
√
216
Mangifera indica L.
√
217
218
Mangifera odorata Griff.
219
Manihot utilissima Pohl.
220
221
Mapania cuspidata (Miq.) Uitt.
Maranthes corymbosa Blume
√
222
Melaleuca leucadendron (L.) L.
√
223
Melanorrhoea wallichii Hk.f.
224
225
Melastoma malabathricum
Memecylon excelsum Blume
√
226
Mezzetia parvifolia Becc.
√
√
Knema perconacea Sinch.
√
√
√
√
√
Lagerstroemia speciosa L.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Macaranga triloba
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Mangifera sp.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
148
No.
KGP*
Nama Ilmiah
1**
2**
LAB*
3**
4**
1**
2**
4**
√
√
√
227
228
Mikania scandens Willd.
229
Mucuna brachteata
√
230
Musa paradisiaca L.
√
231
232
Musa sp.
233
Myristica iners Blume
234
235
Nepenthes grandis
236
Nephelium eriopetalum Miq.
237
Nephelium lappaceum L.
238
239
Nephentes rafflesiana Jack.
240
Ochroma bicolor
241
242
Octomeles sumatrana Miq.
243
Paederia foetida L.
244
Paederia foetida L.
245
246
Pandanus hasskardlii Merr.
247
Pandanus sp
248
249
Pandanus tectorius
√
Paraserianthes falcataria
√
250
Parkia intermedia
√
251
Parkia roxburghii G. Don.
√
252
253
Parkia speciosa Hassk.
√
Paspalum conjugatum Berg.
√
254
Passiflora foetida L.
√
255
256
Payena leerii Kutz.
√
Pennisetum purpureum
√
257
Pentaspadon motleyi Hook.f.
√
258
Peronema canescens Jack.
259
260
Phyllanthus acidus
261
Pinanga kuhlii Blume
√
262
263
Pinanga sp.
√
Piper betle L.
√
264
Piper caninum Bl.
√
√
Mimosa pudica L.
Musa sp.
Nephelium cuspidatum Bl.
Nephrolepis exavata
Oncosperma filamentosum Bl.
Pandanus sp
Phyllanthus niruri L.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
149
No.
KGP*
Nama Ilmiah
1**
2**
LAB*
3**
4**
1**
2**
4**
265
Piper porphyrophyllum
√
266
267
Pithecollobium ellipticum
√
268
Pleomele angustifolia
269
270
Pogonarherum paniceum
271
Pometia pinnata
√
272
Pothos sp.
√
273
274
Psidium guajava L.
√
Psychotria sarmentosa Blume
√
√
275
Pterospermum acerifolium
√
√
276
277
Pterospermum diversifolium Bl.
Ptychopyxis costata Miquel
√
278
Quercus bennettii Miq.
√
279
Quercus poculiformis V.Soem.
√
280
281
Rhodamnia cinerea Jack.
√
Saccharum officinarum Linn.
√
282
Saccharum spontaneus Linn.
283
284
Salacca conferta Griffith.
√
√
√
Sandoricum koetjape
√
√
285
Santiria griffithii (Hk.f.) Engl.
286
Santiria laevigata Bl.
287
288
Santiria tomentosa Blume
289
Schizostachyum blumei Nees.
290
291
Schizostachyum longispiculatum
√
Scleria laevis Retzius
√
292
Scleria sumatranensis
√
293
Scolopia macrophylla
√
294
295
Scolopia spinosa
√
Selaginella doederleinii
√
296
Shorea acuminata Dyer
297
298
Shorea balangeran
√
Shorea brunescens
√
299
Shorea gibbosa
300
Shorea palembanica
301
302
Shorea pallidifolia
√
Shorea parvifolia Dyer.
√
Pithecollobium lobatum Benth.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Polyathia subcordata (Bl.) Bl.
Schima wallichii Korth.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
150
KGP*
LAB*
No.
Nama Ilmiah
303
Shorea parvistipulata Heim.
304
305
Shorea pinanga
√
Shorea scabrida
√
306
Shorea stenoptera Burck.
√
307
Shorea virescens Parys.
√
308
309
Sida rhombifolia L.
√
310
Smilax zeylanica L.
√
311
312
Solanum mammosum L.
√
313
Spatholobus ferrugineus
√
314
Stachyphrynium borneense
√
315
316
Stachytarpheta mutabilis
√
317
Stemonurus secundiflorus
√
318
319
Stenoclaena palustris Bedd.
√
320
Streblus asper Lour.
321
Susun malayanum Hook.f.
322
323
Symplocos celastrifolia
√
√
Symplocos fasciculata Zoll.
√
√
324
Syzygium aqueum
√
325
326
Syzygium cumini
√
327
Syzygium malaccense
√
328
Syzygium polyanthum
√
329
330
Syzygium sp.
√
Syzygium sp.
√
331
Tamarindus indica L.
√
332
333
Terminalia citrina
√
334
Tetramerista glabra Miq.
335
Tetrastigma sp.
√
336
337
Theobroma cacao L.
√
338
Trema orientalis (L.) Bl.
339
340
Tricalysia singularis Korth.
1**
2**
3**
4**
1**
2**
√
√
√
√
√
√
√
Solanum melongena L.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Sterculia urceolata Smith.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Toona sinensis (A. Juss.) Roem.
Tristania maingayi Duthi
√
√
Stemonurus malaccensis
Tetracera fagifolia Bl.
√
√
Sindora brugemanii DC.
Syzygium lineatum
4**
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
151
No.
KGP*
Nama Ilmiah
1**
2**
LAB*
3**
4**
1**
2**
4**
341
Tristania obovata R.Br.
342
Turnea subulata J.E. Smith.
√
343
344
Uncaria glabrata (Bl.) DC.
√
Urena lobata L.
√
345
Vatica rassak Bl.
346
347
Vernonia arborea Ham
348
Vitex pubescens Vahl.
√
√
√
349
Vittaria scolopendrina
√
√
√
350
351
Wedelia calendulacea
√
Xanthophyllum flavescens
√
352
Xanthophyllum sp
√
353
354
Xylopia sp.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Villebrunea rubescens Bl.
Jumlah
√
√
√
Zalacca blumeana Mart.
Keterangan
√
172
29
66
46
√
√
√
206
126
247
*: KGP = PT Kencana Graha Permai
LAB
= PT Lanang Agro Bersatu
** : 1. Sempadan Sungai, 2. Kawasan Sekitar Mata Air, 3. Bukit, 4. Areal lainnya
Sumber:
1. Laporan Nilai Konservasi Tinggi PT Agro Lestari Mandiri
2. Laporan Nilai Konservasi Tinggi PT Lanang Agro Bersatu
152
Lampiran 10 Daftar spesies tumbuhan obat di areal studi
Lokasi*
Nama Ilmiah
Asplenium nidus L.
Penyakit yang di obati
Bagian yang
digunakan
1
Sakit kepala
Daun
√
2
Blechnum orientale L.
Obat bisul, aromatik
Rimpang
√
3
Dicranopteris dichotoma
Obat batuk, luka memar
akar, batang
√
4
Lycopodium cernuum L.
Peluruh air seni, Penyegar tubuh
Herba
√
5
Drymoglossum piloselloides
Obat batuk
Herba
√
6
Drynaria sparsisora
Batuk
Rimpang
√
7
Lygodium japonicum
peluruh air seni, antibiotik, anti radang
Daun
√
√
√
8
Selaginella doederleinii
batuk, diare, disentri, kanker
Herba
√
√
√
9
Alocasia macorrhiza
obat luar thd sakit sendi
akar/ daun
10
Pistia stratiotes Linn.
Obat luka
Daun
√
11
Areca catechu L.
obat cacing
menguatkan
keputihan
biji
√
No.
1
12
gigi,
obat
cacing,
2
3
√
√
√
√
√
√
√
√
diabetes,
Arenga pinnata
obat kencing manis, diabetes
Daun
nira/
aren
gula
√
13
Calamus sp.
sakit urat, punggung, malaria
akar
√
√
14
Cocos nucifera L.
penawar racun. Sariawan, obat dalam
Air
√
√
√
15
Cyperus rotundus L.
Obat luka
Herba
√
√
16
Pleomele angustifolia
Darah tinggi
Daun
17
Musa paradisiaca L.
obat luka, lambung
Getah
18
Pandanus tectorius
Penambah napsu makan
Daun
√
19
Bambusa vulgaris
Pencegah mual
Kulit batang
√
20
Chrysopogon aciculatus
Penawar racun ular
Akar
√
21
Cymbopogon citratus
peluruh angin, pereda kejang
Daun
22
Cynodon dactylon Pers.
sakit perut, demam
Rimpang
√
23
Dinochloa scandens
cacingan, sakit mata
Tunas muda
√
24
Gigantochloa apus
Cacingan
Tunas muda
√
√
25
Imperata cylindrica
Penurun panas, sakit pinggang
Akar
√
√
26
Paspalum conjugatum
Penurun panas
Herba
27
Pogonarherum paniceum
Stamina
Herba
28
Saccharum officinarum
Mencret darah
Akar
29
Saccharum spontaneus
Obat tetes mata
Tunas muda
30
Schizostachyum blumei
Obat bisul
Daun
31
Smilax zeylanica L.
kanker, frambusia, TBC kelenjar, kencing
manis, bisul, wasir, luka memar
Daun
√
√
√
32
Costus speciosus
digigit ular, radang mata
Batang
√
√
√
33
Hornstedtia sp.
Melahirkan, Patah tulang
Akar
34
Asystasia intrusa Bl.
Obat sakit kepala
Daun
35
Gandarusa vulgaris Nees.
KB Pria, Keseleo
Daun
36
Amaranthus sp.
disentri, diare, TBC, batu empedu
Akar
37
Mangifera foetida Lour.
menyegarkan badan
Buah
38
Mangifera indica L.
Sariawan
Daun
√
√
√
39
Anisophyllea disticha
Luka luar
Daun
√
√
√
40
Annona muricata L.
obat demam, kanker
Daun
41
Canangium odoratum Baill.
malaria, asma, sesak napas, bronkhitis, jamu
setelah melahirkan
Bunga
√
42
Alstonia angustifolia Miq.
Mencret darah
Daun
√
√
43
Alstonia scholaris (L.) R.Br.
obat demam, tekanan darah tinggi
Kulit batang
√
√
√
44
Ageratum conyzoides L.
Luka luar
Daun
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
153
No.
45
Nama Ilmiah
Blumea balsamifera (L.) DC.
Lokasi*
Penyakit yang di obati
Bagian yang
digunakan
1
2
3
√
antibakteri, tonikum, obat batuk
Daun
√
√
46
Eupatorium odoratum L.f.
Luka luar
Daun
√
√
√
47
Durio kutejensis
mengeringkan pusar bayi
Daun
√
√
√
48
Durio oxleyanus Griff.
malaria, luka bernanah, masuk angin
Kulit batang
√
√
49
Isotoma longiflora Presl.
Obat tetes mata
Daun
√
√
50
Equisetum debile Roxb.
Greges otot
Herba
√
51
Aleurites moluccana
tipes, sariawan, sakit perut
Kulit batang
52
Antidesma ghaesembilla
tonikum, diare
kulit
daun
53
Euphorbia hirta L.
54
Jatropha curcas L.
obat sariawan, menghilangkan bengkak
Getah
55
Mallotus macrostachyus
batuk demam
Daun
56
Phyllanthus acidus
peluruh dahak,
Daun
Pencahar
Buah
penyakit mata,
bronkhitis, asma
diuretik,
anti
√
kayu,
√
√
inflamasi
√
Getah, daun
57
Phyllanthus niruri L.
diare, radang hati, infeksi saluran kencing
Herba
58
Adenanthera pavonina
pembersih rambut, obat keputihan
Kulit batang
59
Cassia alata L.
Kulit
60
Derris elliptica (Roxb.) Bth.
61
Mimosa pudica L.
√
√
√
√
√
√
√
√
Daun
√
√
√
Digigit serangga
Akar
√
√
Insomnia
Herba
Rematik
Akar
√
√
62
Parkia roxburghii G. Don.
sakit perut, diare
biji
63
Parkia speciosa Hassk.
sakit perut,
biji
√
64
Sindora brugemanii DC.
batuk bronkhitis
kulit
√
√
65
Leea aequata Linn.
demam, batuk
Daun
66
Lagerstroemia speciosa L.
tekanan darah tinggi
biji
√
√
67
Sida rhombifolia L.
pencahar, obat bisul
akar
obat luka
Daun
68
Urena lobata L.
obat sakit perut, pendarahan
Daun
69
Clidemia hirta
obat luka
Daun
obat sakit perut,
batang muda
70
Melastoma malabathricum
disentri, obat kumur, keputihan, sakit perut
Daun
√
√
71
Lansium domesticum Corr.
tipes, demam, malaria, sakit perut
kulit batang
√
√
72
Ficus ampelas Burm. f.
diuretik, mencret
air akar
73
Artocarpus integra Merr.
Demam
Daun
√
√
74
Ficus benjamina L.
pilek, demam, memar
akar
√
√
malaria, radang usus
Daun
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
75
Embelia ribes Burm.f.
batuk murus
getah
√
76
Lisia pumila (Bl.) F. Vill.
penyakit sabun
akar
√
77
Baeckea frutescens Linn.
diuretik, obat demam
Daun
78
Melaleuca leucadendron (L.)
L.
obat batuk, kepala pusing
Daun
79
Psidium guajava L.
diare
Daun
diabetes
buah
disentri
akar
obat setelah bersalin
akar
obat sakit perut, menurunkan panas
Daun
√
demam berdarah
buah
√
80
Rhodamnia cinerea Jack.
81
Syzygium aqueum (Burm.f.)
Alst.
82
Syzygium malaccense
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
154
Lokasi*
Nama Ilmiah
Syzygium polyanthum
Penyakit yang di obati
Bagian yang
digunakan
1
penurun darah tinggi, asam urat
Daun
√
84
Nepenthes sp.
Penyakit dalam
air bunga
√
85
Nephentes rafflesiana Jack.
Setelah bersalin
umbi
√
86
Averrhoa bilimbi L.
sakit perut, sariawan, luka
Daun
kanker, tekanan darah tinggi
buah
tetes mata
herba
obat sakit perut, sakit mata, keputihan, luka, bau
badan
Daun
No.
83
Passiflora foetida L.
88
Piper betle L.
89
Piper caninum Bl.
penguat gigi
Daun
90
Piper porphyrophyllum
kanker, diabetes
Daun
91
Piper sarmentosum Roxb.
obat batuk
akar
√
92
Coffea robusta
obat malaria, tipes
Daun
√
93
Hedyotis verticillata Lamk
penurun panas
Daun
94
Paederia foetida L.
diare, sakit lambung, usus
Daun
95
Uncaria girata (Bl.) DC.
penangkal racun
herba
96
Pometia pinnata
Tonikum
biji
97
Brucea javanica (L.) Merrill
sakit pinggang
Daun
buah
3
√
√
87
malaria
2
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
98
Eurycoma longifolia Jack.
Capsicum frutescens L.
malaria, stamina, aprodisiak
melancarkan aliran darah, menambah napsu
makan
Akar
99
100
Physalis peruviana L.
diabetes, sakit paru-paru, ayan, borok pada kulit
Buah
101
Pterospermum diversifolium
Gatal-gatal
Daun
102
Streblus asper Lour.
Menambah ASI
Daun
103
Theobroma cacao L.
Peluruh Haid
Akar
104
Aquilaria malaccensis
perut, ginjal, aprodisiak, asma, kanker diare
Kulit
105
Lantana camara L.
Sakit perut
Herba
√
106
Peronema canescens Jack.
komplikasi, magh, luka, tipes, demam
Daun
√
107
Stachytarpheta mutabilis
tekanan darah tinggi, diabetes
Herba
Keputihan
Akar
108
Vitex pubescens Vahl.
tipus, luka, pegal2, malaria, sakit perut
109
Laportea stimulans Miquel.
retensi urin, diabetes
110
Buettneria reinwardtii
111
√
√
√
Buah
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Kulit
√
√
√
Daun
Akar
√
Sakit kepala
√
√
√
Psychotria sarmentosa
demam, batuk
Daun
√
√
112
Gymnacranthera forbesii
Rematik
Daun
113
Loranthus sp.
campak, obat cacing
114
Litsea tuberculata
Penawar bisa
Herba
Daun
√
115
Hyptis brevipes Poit.
Penyakit dalam
Daun
√
116
Engelhardtia sp.
Haid
Akar
117
Stemonurus secundiflorus
Sakit perut
Daun
118
Cratoxylum cochinchinensis
Aprodisiak
Daun
√
119
Casearia grewiaefolia
Penambah napsu makan
Daun
√
120
Hydnocarpus anthelmintica
anti malaria, penurun panas
√
121
Terminalia citrina
Demam
biji, daun
Daun
122
Cratoxylon formosum Dyer.
kanker, diuretik
Daun
√
123
Canarium caudatum
meningkatkan gairah, menguatkan jantung
buah
√
124
Elephantophus cf mollis
memperlancar haid
akar
125
Elephantopus scaber L.
influenza, demam, diare, digigit ular, anemia
Herba
126
Emilia sonchifolia
peluruh air seni,
127
Erigeron linifolius
sakit kepala, menghentikan candu
Daun
Akar
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
155
Lokasi*
No.
128
Nama Ilmiah
Homalomena sagittifolia
Penyakit yang di obati
Bagian yang
digunakan
1
2
3
aprodiksiak, rematik, pegal linu
rimpang
√
√
√
129
Lecanopteris carnosa
anti radang, pelancar peredaran darah
daun
√
130
Stachyphrynium borneense
ruam syaraf
umbi
131
Tetracera fagifolia Bl.
Malaria
132
Anacolosa frutescens
Luka luar
Daun
Biji
√
133
Manihot utilissima Pohl.
Luka luar
Daun
√
134
Arcangelisia flava
Penyakit kuning, hati
rimpang
√
135
Borreria latifolia
Sakit gigi
Daun
136
Dieffenbachia seguine
Sakit tenggorokan, sakit mulut
Daun
√
√
137
Amomum coccineum
Melancarkan air susu ibu
rimpang
√
√
138
Dindrocalamus asper
Obat sakit kencing
Tunas muda
139
Octomeles sumatrana Miq.
Obat sakit perut
Daun
√
√
√
140
Dillenia excelsa (Jack) Gilg.
Malaria
Kulit batang
√
√
√
141
Shorea stenoptera Burck.
Sariawan
Biji
√
142
Eusideroxylon zwageri
Obat bengkak
Biji
√
√
√
143
Macaranga gigantea
Diare dan disentri
Akar
√
√
√
144
Elaeocarpus stipularis
Obat luka
Daun
√
√
√
145
Endospermum diadenum
Obat luka
Akar
√
146
Dryobalanops aromatica
Mengurangi nyeri, aprodisiak
Batang
√
147
Macaranga triloba
diare
Kulit batang
√
148
Macaranga hypoleuca
demam, kejang otot
ranting
√
149
Baccaurea racemosa
diare, peluruh haid
Daun
√
150
Clitoria ternatae L.
Obat bisul, demam, sakit mata
Herba
√
151
Tamarindus indica L.
Bisul, cacar air
Buah
√
152
Pithecollobium lobatum
Obat eksim, kudis
Daun
√
√
√
153
Koompassia malaccensis
Cacingan
kulit batang
√
√
√
154
Cratoxylum arborescens
Malaria
Getah akar
√
155
Cinnamomum burmanii
Asma, sesak napas
kulit batang
156
Toona sinensis
Cacingan, disentri, peluruh dahak
Batang
157
Sandoricum koetjape
Obat keputihan
Akar
158
Syzygium cumini
Diare, amandel, kencing manis
Biji
159
Scorodocarpus borneensis
Mencret, perawatan anak
Buah
160
Eichornia crassipes
Obat panas tenggorokan, bisul
Daun
161
Anthocephalus cadamba
Demam, tonikum
Kulit batang
√
162
Ixora coccinea L.
Obat luka baru
herba
√
√
√
163
Nephelium lappaceum L.
Buah
√
√
√
164
Solanum indicum L.
Obat sariawan, disentri, jerawat, demam
Beri-beri, kurang darah, keguguran, dan sakit
gigi
buah
√
165
Solanum mammosum L.
Cacingan, kurang darah, beri-beri
buah
166
Solanum melongena L.
Kurang darah, keguguran, sakit gigi
buah
167
Tacca palmata Blume
Di gigit ular, lipan, atau luka sayatan
umbi
168
Turnea subulata J.E. Smith.
Obat bisul, stimulan
Daun
169
Trema orientalis (L.) Bl.
Obat batuk, mencret pada anak
Daun
170
Villebrunea rubescens Bl.
Cacar, sakit kepala
Daun
171
Clerodendrum inerme
172
Tetrastigma sp.
Obat keracunan ikan, keracunan makanan, lukaluka, sakit kelenjar, radang hati
herba
Menyuburkan rambut
herba
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Keterangan *: 1. PT Agro Lestari Mandiri, 2. PT Kencana Graha Permai, 3. PT Lanang Agro
Bersatu
156
Lampiran 11 Daftar spesies tumbuhan penghasil pangan di areal studi
Lokasi*
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Nama Ilmiah
Blechnum orientale L.
1
√
Nephrolepis bisserata (Swartz) Schott.
Cyclophorus aridus
Alocasia macorrhiza Schott.
Alocasia sp.
Amorphophallus sp.
Colocasia esculenta Schott.
Areca catechu L.
Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.
√
2
√
3
√
√
√
√
√
√
14
Calamus manan Miquel
Oncosperma filamentosum Bl.
Salacca conferta Griffith.
Zalacca blumeana Mart.
Cocos nucifera L.
√
√
√
√
15
Dioscorea hispida Dennust
√
16
Musa paradisiaca L.
17
Musa sp.
√
18
Musa sp.
√
19
Saccharum officinarum Linn.
√
20
Alpinia sp.
√
21
Alpinia sp.
√
22
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Keterangan
Sayur
Sayur
Sayur
Sayur
Herba
Umbi
Umbi, sayur
Pohon
Pohon
Sayur
Makanan
Buah
Buah
Minuman, makanan
Sayur
Buah
√
√
Buah
√
√
Buah
√
√
Sayur
√
rempah-rempah
√
Bumbu
Hornstedtia sp.
√
Bumbu
23
Amaranthus sp.
√
Sayur
24
Bouea macrophylla Griffith
√
√
Buah
25
Buchanania insignis
√
26
Gluta renghas L.
√
√
√
Buah
27
Mangifera caesia Jack.
√
√
√
Buah
28
Mangifera foetida Lour.
√
√
√
Buah
29
Mangifera indica L.
√
√
√
Buah
30
Mangifera longipes Griffith
√
31
Mangifera odorata Griff.
√
Buah
32
Mangifera sp.
√
Buah
33
Pentaspadon motleyi Hook.f.
√
Buah
34
Annona muricata L.
√
Buah
35
Emilia sonchifolia (Linn.) DC.
36
Ceiba pentandra Gaertn.
√
Sayur
37
Durio carinatus Mast.
√
Buah
38
Durio kutejensis (Hassk.) Beccari
√
√
Buah
39
Durio oxleyanus Griff.
√
√
√
√
Buah
Buah
√
√
√
√
Sayur
Buah
157
Lokasi*
No.
1
√
2
40
Nama Ilmiah
Durio testudinarum
3
41
Durio zibethinus Murr.
√
√
42
Canarium apertum H.J.L.
43
Canarium caudatum
44
Canarium patentinervium Miquel
45
Dacryodes rugosa (Blume) H.J. Lam.
46
Santiria griffithii (Hk.f.) Engl.
47
Santiria tomentosa Blume
48
Bhesa paniculata Arnott.
49
Calophyllum macrocarpum
50
Garcinia mangostana L.
51
Garcinia parvifolia Miq.
√
52
Garcinia sp
√
53
Garcinia sp.
√
54
Ipomoea cairica (L.) Sweet.
55
Crypteronia griffithii C.B. Clarke
56
Aleurites moluccana (L.) Willd.
57
Antidesma ghaesembilla Gaertner
√
58
Elasteriospermum tapos Miq.
√
59
Euphorbia hirta L.
60
Hevea brasiliensis
61
Phyllanthus acidus (L.) Skeels.
62
Manihot utilissima Pohl.
√
63
Bauhinia sp.
√
64
Caliandrra calothyrsus
65
Cassia alata L.
66
Clitoria ternatae L.
67
Parkia intermedia
68
Parkia roxburghii G. Don.
69
Parkia speciosa Hassk.
√
70
Pithecolobium clypearia Benth.
√
71
Tamarindus indica L.
√
Buah
72
73
Casearia rugulosa
√
Buah
√
√
√
√
√
√
Buah
√
Buah
√
Buah
√
Buah
Buah
√
Buah
√
Buah
Buah
√
√
Buah
√
Umbi
√
√
√
√
Sayur
√
Rempah-rempah
√
Buah
√
Buah
√
Sayur
√
Sayur
√
Buah
√
√
Umbi-umbian
√
√
Sayur
√
Buah
√
Sayur
√
Sayur
√
Buah
√
√
√
Buah
√
√
√
74
√
75
Cantleya corniculata (Beccari) Howard.
√
76
Cinnamomum burmanii (Nees.) Bl.
77
Bellucia axinanthera Triana
√
Buah
Buah
√
Scolopia macrophylla
Curculigo capitulata (L.) O.K.
Buah
Buah
√
√
Buah
Buah
√
√
Keterangan
Buah
√
√
√
√
√
Buah
Sayur
Buah
√
Bumbu
√
Buah
158
Lokasi*
No.
78
Nama Ilmiah
Lansium domesticum Corr.
1
√
2
√
3
√
Buah
Keterangan
79
Artocarpus communis Forst.
√
Buah
80
Artocarpus elasticus Reinw.
√
√
√
Buah
81
Artocarpus integer (Thund.) Merr.
√
√
√
Buah
82
Artocarpus integra Merr.
√
√
Buah
83
Artocarpus kemando Miq.
√
√
√
Buah
84
Artocarpus lanceifolius Roxburgh
√
√
85
Artocarpus rigidus Blume
√
86
Artocarpus teysmanii Miquel
√
87
Ficus fistulosa Reinw.
88
Ficus variegata Bl.
89
Eugenia malaccensis L.
90
Eugenia muellerii
91
Eugenia sp.
92
Psidium guajava L.
93
Buah
√
Buah
√
Buah
√
Buah
√
Sayur
√
Buah
√
√
Buah
√
√
√
Buah
√
√
√
Buah
Syzygium aqueum (Burm.f.) Alst.
√
Buah
94
Syzygium cumini
√
Buah
95
Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.
√
Bumbu
96
Syzygium sp.
√
Buah
97
Scorodocarpus borneensis Becc.
98
Averrhoa bilimbi L.
99
Sarcotheca macrophylla
√
100
Passiflora foetida L.
√
101
Nephelium cuspidatum Bl.
√
102
Nephelium lappaceum L.
103
√
√
√
√
√
Buah
√
Buah
Buah
√
Buah
√
√
Buah
√
√
√
Buah
Pometia pinnata J.R. & G. Forst.
√
√
√
Buah
104
Solanum indicum L.
√
105
Solanum mammosum L.
106
Solanum melongena L.
√
Sayur
107
Sterculia urceolata Smith.
√
Buah
108
Theobroma cacao L.
√
Minuman
109
Vitex pubescens Vahl.
√
√
√
Sayur
110
Pithecollobium lobatum Benth.
√
√
√
Buah
111
Stemonurus malaccensis (Mast.) Sleumer
√
Buah
Sayur
Sayur
√
Keterangan *: 1. PT Agro Lestari Mandiri, 2. PT Kencana Graha Permai
3. PT Lanang Agro Bersatu
159
Lampiran 12 Daftar spesies tumbuhan hias di areal studi
No.
1 Hoya sp.
2 Asplenium nidus L.
Nama Ilmiah
3 Athyrium bantamense (Bl.) Milde
4 Blechnum orientale L.
Nephrolepis bisserata
5
6 Nephrolepis exavata
Lokasi
AML KGP LAB
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
7 Adianthum cuneatum
8 Lecanopteris carnosa
√
√
9 Vittaria scolopendrina
10 Alocasia macorrhiza
11 Alocasia sp.
√
√
√
√
12 Alocasia sp.
13 Alocasia sp.
√
√
√
√
14 Amorphophallus sp.
15 Dieffenbachia seguine (Jacq.) Schott.
√
16 Homalomena sagittifolia
17 Licuala spinosa Thunb.
√
√
18 Pinanga sp.
19 Cocos nucifera L.
√
20 Cordyline fruticosa (Linn.) A. Cheval
21 Hanguana malayana Merrill
22 Bromheadia finlaysoniana
23 Dendrobium crumenatum Sw.
24 Asystasia intrusa Bl.
25 Mikania scandens Willd.
26 Maranthes corymbosa Blume
27 Erechtites valerianifolia Raf.
28 Curculigo capitulata (L.) O.K.
29 Nepenthes ampullaria Jack.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
30 Nepenthes grandis
31 Nephentes rafflesiana Jack.
32 Nepenthes sp.
33 Maranthes corymbosa Blume
√
√
√
√
34 Hypobathrum sp.
35 Ixora coccinea L.
√
36 Turnea subulata J.E. Smith.
37 Clerodendrum inerme (L.) Gaertn.
√
√
√
√
√
√
Keterangan *: 1. PT Agro Lestari Mandiri, 2. PT Kencana Graha Permai, 3. PT Lanang Agro Bersatu
160
Lampiran 13 Daftar spesies penghasil aromatik di areal studi
Lokasi
No.
1
Nama Ilmiah
Blechnum orientale L.
Famili
Blechnaceae
1
√
2
√
3
√
2
Cocos nucifera L.
Palmae
√
√
√
3
Cyperus rotundus L.
Cyperaceae
√
√
4
Musa paradisiaca L.
Musaceae
√
5
Freycinetia angustifolia Bl.
Pandanaceae
6
Pandanus sp
Pandanaceae
√
7
Pandanus sp
Pandanaceae
√
√
8
Pandanus tectorius
Pandanaceae
√
√
9
Pandanus hasskardlii Merr.
Pandanaceae
√
√
10
Cymbopogon citratus
Poaceae
11
Saccharum officinarum Linn.
Poaceae
√
12
Alpinia sp.
Zingiberaceae
√
13
Alpinia sp.
Zingiberaceae
√
14
Amomum coccineum
Zingiberaceae
√
√
15
Canangium odoratum Baill.
Annonaceae
√
√
16
Dryobalanops aromatica
Dipterocarpaceae
√
17
Aleurites moluccana (L.) Willd.
Euphorbiaceae
√
18
Macaranga conifera
Euphorbiaceae
19
Cinnamomum burmanii
Lauraceae
Cinnamomum culilawan Bl.
Lauraceae
20
Cinnamomum macrophyllum
Lauraceae
21
Melaleuca leucadendron (L.) L.
Myrtaceae
22
Syzygium cumini
Myrtaceae
23
Syzygium polyanthum
Myrtaceae
24
Capsicum frutescens L.
Solanaceae
25
Aquilaria malaccensis Lamk.
Thymelaeaceae
26
Aquilaria microcarpa
Thymelaeaceae
Verbenaceae
27 Clerodendrum inerme
Keterangan *:1. PT Agro Lestari Mandiri, 2. PT Kencana Graha Permai
3. PT Lanang Agro Bersatu
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
161
Lampiran 14 Daftar spesies penghasil pakan ternak di areal studi
Lokasi
No.
Nama Ilmiah
Amorphophallus
sp.
1
2 Colocasia esculenta Schott.
AML KGP
√
LAB
√
√
3 Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.
4 Cocos nucifera L.
√
√
√
5 Cyperus brevifolius (Rottb.) Hassk.
6 Cyperus compressus L.
√
7 Cyperus rotundus L.
8 Scleria laevis Retzius
√
√
√
√
√
√
√
9 Scleria sumatranensis
10 Musa paradisiaca L.
√
√
√
11 Axonopus compressus P.B.
12 Digitaria adscendens
√
√
√
√
13 Imperata cylindrica (L.) Beauv.
14 Ischaemum muticum Linn.
√
√
√
15 Ischaemum muticum Linn.
16 Lophatherum gracile Brongn.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
17 Paspalum conjugatum Berg.
18 Pennisetum purpureum Seumach.
√
19 Mangifera indica L.
20 Ageratum conyzoides L.
√
21 Wedelia calendulacea Less.
22 Manihot utilissima Pohl.
√
√
23 Calopogonium muconoides
24 Clitoria ternatae L.
√
25 Digittaria ciliaris (Retzius) Koeler
26 Mimosa pudica L.
√
√
√
√
√
27 Mucuna brachteata
28 Sida rhombifolia L.
√
29 Artocarpus integra Merr.
30 Eichornia crassipes (Mart.) Solms.
31 Borreria latifolia
32 Tacca palmata Blume
√
√
√
√
√
√
√
√
√
33 Lantana camara L.
34 Premna integrifolia Linn.
Keterangan:
AML : PT Agro Lestari Mandiri
KGP
: PT Kencana Graha Permai
√
√
√
LAB
: PT Lanang Agro Bersatu
162
Lampiran 15 Daftar spesies penghasil serat pada areal studi
Lokasi*
No.
1
Raphidophora sp.
Nama Ilmiah
AML
√
2
Raphidophora sp.
√
3
Rhaphidophora sylvestris Engl.
√
4
Musa paradisiaca L.
5
Musa sp.
√
6
Musa sp.
√
7
Pandanus tectorius Soland ex Park.
√
8
Alpinia sp.
√
9
Canangium odoratum Baill.
√
10
Bombac ma√aricum DC.
11
Ceiba pentandra Gaertn.
12
13
Endospermum diadenum
√
√
√
√
14
Macaranga gigantea
Flagellaria indica L.
15
Curculigo capitulata (L.) O.K.
√
√
√
√
16
Artocarpus elasticus Reinw.
√
√
√
17
Artocarpus kemando Miq.
√
√
√
18
Ficus variegata Bl.
√
√
√
19
Nepenthes ampullaria Jack.
√
20
Premna integrifolia Linn.
√
Keterangan *:
AML : PT Agro Lestari Mandiri
KGP : PT Kencana Graha Permai
LAB : PT Lanang Agro Bersatu
KGP
LAB
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
163
Lampiran 16 Daftar spesies tumbuhan penghasil bahan pewarna di areal studi
No
1
2
3
4
Nama Ilmiah
Pleomele angustifolia
Mangifera indica L.
Durio testudinarum
Octomeles sumatrana Miq.
Baccaurea racemosa
5
6 Glochidion zeylanicum
7 Macaranga gigantea
8 Arcangelisia flava
9 Artocarpus integra Merr.
10 Myristica iners Blume
11 Melaleuca leucadendron
12 Syzygium sp.
13 Ganua motleyana
14 Payena leerii Kutz.
15 Duabanga moluccana
16 Pterospermum acerifolium
17 Trema orientalis (L.) Bl.
18 Vitex pubescens Vahl.
Keterangan *:
1. PT Agro Lestari Mandiri
2. PT Kencana Graha Permai
3. PT Lanang Agro Bersatu
Bagian yang digunakan
daun
kulit batang
Kulit batang
kulit batang + bengkudu
kulit batang
kulit batang
kulit batang
Rimpang
Kayu
Getah
Kulit batang
daun
Getah
Getah
Kulit batang
Kulit batang
Kulit batang
Kulit batang
Keterangan
hijau
hijau
Kuning
merah pada rotan
lembayung
pada
kapas
hitam pada kapas
Cat
Kuning
Kuning
Merah
Cat
Hitam pada anyaman
getah perca
getah perca
Hitam
Kuning
Merah
Hijau
Lokasi
2 3
√
√ √ √
√
√ √ √
√
1
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
164
Lampiran 17 Daftar spesies penghasil bahan bangunan di areal studi
Lokasi*
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
Nama Ilmiah
Aetoxylon sympetalum
Aglaia ignea
Alangium javanicum
Alseodaphne sp.
Anthocephalus cadamba Miq.
Antidesma neurocarpum Miq.
Areca catechu L.
Artocarpus dadah Miq.
Artocarpus rigidus Blume
Baccaurea dulcis Muell. Arg.
Baccaurea racemosa
Baeckea frutescens Linn.
Bambusa vulgaris S
Barringtonia acutangulata
Barringtonia racemosa
Bhesa paniculata Arnott.
Calophyllum pulcherrimum
Calophyllum soulattri Burm.f.
Campnosperma auriculata
Campnosperma macrophylla
Canarium patentinervium
Chaetocarpus castanocarpus
Cinnamomum culilawan Bl.
Cinnamomum sp.
Cratoxylon arborescens Bl.
Famili
Thymelaeaceae
Meliaceae
Alangiaceae
Lauraceae
Rubiaceae
1
2
√
3
√
√
√
√
Euphorbiaceae
Arecaceae
Moraceae
Moraceae
√
√
Euphorbiaceae
Euphorbiaceae
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Myrtaceae
Poaceae
Lecythidaceae
Lecythidaceae
√
√
√
Celastraceae
Clusiaceae
Clusiaceae
Anacardiaceae
√
√
√
√
√
√
Anacardiaceae
√
√
Burseraceae
Euphorbiaceae
Lauraceae
√
√
√
√
Lauraceae
√
Hypericaceae
Hypericaceae
Lauraceae
Burseraceae
Dilleniaceae
Dilleniaceae
Dilleniaceae
Poaceae
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
34
Cratoxylon formosum
Cryptocarya crassinervia Miq.
Dacryodes rostrata H.J.L.
Dillenia excelsa (Jack) Gilg.
Dillenia pulchella (Jack.) Gilg.
Dillenia reticulata
Dindrocalamus asper
Dipterocarpus grandiflorus
Dipterocarpaceae
√
35
Dracontomelon costatum
Anacardiaceae
√
36
Dryobalanops beccari Dyer.
Dipterocarpaceae
37
Elasteriospermum tapos Miq.
Euphorbiaceae
√
√
38
Eusideroxylon zwageri T. & B.
Lauraceae
√
√
√
39
Fagraea racemosa
Loganiaceae
√
√
40
Ficus calophylla Blume
Moraceae
41
Flacourtia inermis Roxburgh
Flacourtiaceae
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
165
Lokasi*
No.
Famili
1
2
3
42
Nama Ilmiah
Flacourtia rukam Zoll. & Mor.
Flacourtiaceae
√
43
Ganua motleyana
Sapotaceae
√
√
44
Garcinia diocia Bl.
Clusiaceae
√
√
45
Gonystyllus bancanus Kurz.
Thymelaeaceae
√
46
Gonystylus keithii
Thymelaeaceae
47
Homalanthus populneus
Euphorbiaceae
48
Hopea mengerawan Miquel
Dipterocarpaceae
49
Knema conferta (King) Warb.
Myristicaceae
50
Knema intermedia Warb.
Myristicaceae
51
Knema intermedia Warb.
Moraceae
52
Knema perconacea Sinch.
Myristicaceae
53
Koompassia malaccensis
Fabaceae
√
54
Lophopetalum javanicum
Celastraceae
√
55
Macaranga hypoleuca
Euphorbiaceae
√
√
56
Macaranga rhizinoides
Euphorbiaceae
√
√
57
Macaranga triloba
Euphorbiaceae
58
Madhuca sericea
Sapotaceae
59
Mammea sp.
Clusiaceae
60
Melanorrhoea wallichii Hk.f.
Anacardiaceae
√
61
Melanorrhoea wallichii Hk.f.
Anacardiaceae
√
62
Mezzetia parvifolia Becc.
Annonaceae
√
√
63
Mezzetia sp.
Annonaceae
√
√
64
Neoscortechinia kingii
Euphorbiaceae
√
√
65
Nephelium eriopetalum Miq.
Sapindaceae
66
Ochroma bicolor
Apocynaceae
67
Octomeles sumatrana Miq.
Datiscaceae
68
Paraserianthes falcataria
Fabaceae
69
Payena leerii Kutz.
Sapotaceae
70
Peronema canescens Jack.
Verbenaceae
71
Pithecollobium lobatum Benth.
Fabaceae
72
Polyathia subcordata (Bl.) Bl.
Annonaceae
73
Pometia pinnata
Sapindaceae
√
74
Ptychopyxis costata Miquel
Euphorbiaceae
√
√
75
Quercus bennettii Miq.
Fagacea
√
√
76
Quercus poculiformis V.Soem.
Fagacea
√
77
Sandoricum koetjape
Meliaceae
√
78
Santiria laevigata Bl.
Burseraceae
√
√
√
79
Santiria tomentosa Blume
Burseraceae
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
166
Lokasi*
No.
80
Nama Ilmiah
Scaphium macropodum L.
Famili
Sterculiaceae
81
Schima wallichii Korth.
Theaceae
82
Schizostachyum blumei Nees.
83
Scolopia spinosa
84
Scorodocarpus borneensis
Olacaceae
85
Shorea acuminata Dyer
86
Shorea balangeran
87
Shorea brunescens P.S. Ashton
88
Shorea faguetioides
89
Shorea gysbertsiana Burck.
90
Shorea palembanica
Dipterocarpaceae
91
Shorea pallidifolia
Dipterocarpaceae
92
Shorea parvifolia Dyer.
Dipterocarpaceae
93
94
Shorea parvistipulata Heim.
1
2
3
√
√
√
Poaceae
√
√
Flacourtiaceae
√
√
√
√
√
Dipterocarpaceae
√
√
Dipterocarpaceae
√
√
Sapotaceae
√
√
Sapotaceae
√
Dipterocarpaceae
√
√
√
√
√
Dipterocarpaceae
Dipterocarpaceae
√
√
√
95
Shorea scabrida
Shorea stenoptera Burck.
Dipterocarpaceae
√
√
96
Shorea teysmanniana Dyer
Dipterocarpaceae
√
√
97
Shorea virescens Parys.
Dipterocarpaceae
98
Sindora brugemanii DC.
Fabaceae
√
99
Stemonurus scorpioides
Icacinaceae
√
100
101
Symplocos celastrifolia
Symplocaceae
Symplocaceae
√
√
√
√
√
√
102
Symplocos fasciculata Zoll.
Syzygium malaccense
103
Syzygium polyanthum
Myrtaceae
√
√
104
Terminalia sp.
Combretaceae
√
√
105
Tetramerista gira Miq.
Theaceae
√
106
Toona sinensis
Meliaceae
107
Tristania maingayi Duthi
Myrtaceae
108
Tristania obovata R.Br.
Myrtaceae
√
Myrtaceae
√
√
109
Vatica rassak Bl.
Dipterocarpaceae
√
110
Vernonia arborea Ham
Compositae
√
111
Villebrunea rubescens Bl.
Urticaceae
112
Xanthophyllum flavescens
Polygalaceae
113
Xanthophyllum sp
Polygalaceae
√
√
√
√
Keterangan*: 1. PT Agro Lestari Mandiri, 2. PT Kencana Graha Permai, 3. PT Lanang Agro Bersatu
167
Lampiran 18 Daftar spesies tumbuhan ritual adat di areal studi
Lokasi*
No
Nama Ilmiah
AML
√
KGP
√
LAB
√
1
Areca catechu L.
2
Arenga pinnata
3
Oncosperma filamentosum
√
√
4
Cocos nucifera L.
√
√
5
Cordyline fruticosa
√
√
6
Musa paradisiaca L.
7
Imperata cylindrica
√
√
√
8
9
Costus speciosus
√
√
√
Dyera costulata Hook.f.
√
10
Shorea balangeran
√
√
11
Artocarpus anisophyllus
√
√
√
12
Macaranga pruinosa
√
√
13
Koompassia malaccensis
√
√
√
14
Eusideroxylon zwageri
√
√
√
15
Aquilaria malaccensis
√
√
16
Tetrastigma sp.
17 Ficus callosa Willd.
Keterangan *:
AML : PT Agro Lestari Mandiri
KGP
: PT Kencana Graha Permai
LAB
: PT Lanang Agro Bersatu
√
√
√
√
√
√
√
√
168
Lampiran 19 Daftar spesies tumbuhan penghasil kerajinan dan anyaman
Lokasi*
No
AML
KGP
LAB
1
Nama Ilmiah
Stenoclaena palustris Bedd.
2
Pothos sp.
√
√
√
√
3
Arenga pinnata
4
Calamus caesius Bl.
√
√
√
5
Calamus manan Miquel
6
Calamus mattanensis Becc.
√
√
√
√
7
Calamus retrophyllus Becc.
√
8
Calamus sp.
√
√
√
9
Caryota mitis Lour.
√
√
10
Daemonorops angustifolius
√
√
11
Daemonorops lamprolepis
√
12
Licuala spinosa Thunb.
√
√
√
13
Oncosperma filamentosum
√
√
√
14
Pinanga kuhlii Blume
√
15
Cocos nucifera L.
√
√
√
√
16
Lepironia mucronata
17
Mapania cuspidata
18
Donax cannaeformis
√
19
Pandanus caricosus Kurz.
√
20
Pandanus helicopus Kurz.
√
√
21
Pandanus tectorius Soland ex Park.
√
√
22
Gigantochloa apus
√
23
Schizostachyum blumei Nees.
24
Schizostachyum longispiculatum
√
√
√
25
Gluta renghas L.
√
√
√
26
Xylopia sp.
27
Dyera costulata Hook.f.
28
Dyera lowii Hk. F.
29
Dacryodes rugosa
30
Santiria griffithii (Hk.f.) Engl.
31
Lophopetalum wrightienum Arnott.
√
32
Shorea agamii
√
33
Endospermum diadenum
√
34
Dialium hydnocarpioides De Wit.
√
35
Dialium modestum
√
36
Dialium sp.
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
169
Lokasi*
No
AML
√
KGP
LAB
37
Nama Ilmiah
Diallium platisepalum Baker
38
Spatholobus ferrugineus
√
√
√
39
Flagellaria indica L.
40
Cratoxylum arborescens (Vahl.) Bl.
√
41
Eusideroxylon zwageri T. & B.
√
42
Hibiscus macrophyllus
√
43
Memecylon excelsum Blume
√
44
Knema perconacea Sinch.
√
45
Eichornia crassipes (Mart.) Solms.
√
46
Trema orientalis (L.) Bl.
Keterangan *:
AML : PT Agro Lestari Mandiri
KGP : PT Kencana Graha Permai
LAB : PT Lanang Agro Bersatu
√
√
√
√
√
√
√
170
Lampiran 20 Spesies penghasil kayu bakar di areal studi
Lokasi*
No.
Nama Ilmiah
AML
KGP
LAB
√
√
1
Arenga pinnata
2
Cocos nucifera L.
√
√
3
Gigantochloa apus
√
√
4
Schizostachyum blumei Nees.
5
Mangifera foetida Lour.
√
√
√
√
√
6
Mangifera indica L.
√
√
√
7
Durio testudinarum
√
8
Calophyllum grandiflorum
√
√
√
9
Cratoxylon formosum Dyer.
10
Shorea brunescens
√
11
Shorea faguetioides
√
12
Shorea gibbosa
13
Diospyros durionoides Bakh.
14
Diospyros korthalsiana Hiern.
15
Diospyros levigata
√
16
Diospyros maingayi
√
17
Elaeocarpus littoralis
√
√
√
18
Elaeocarpus stipularis Blume
√
√
√
19
Artocarpus anisophyllus Miq.
√
√
√
20
Hevea brasiliensis
√
√
√
21
Acacia mangium
√
22
Paraserianthes falcataria
√
23
Parkia speciosa Hassk.
24
Lithocarpus gracilis
25
Hibiscus macrophyllus
26
Syzygium lineatum
√
27
Syzygium polyanthum
√
28
Syzygium sp.
29
Coffea robusta
√
30
Nephelium lappaceum L.
√
√
√
31
Trema orientalis (L.) Bl.
√
√
√
32
Vitex pubescens Vahl.
√
√
√
34
Pithecollobium ellipticum
√
35
Homalium caryophyllaceum
√
Keterangan *:
AML
: PT Agro Lestari Mandiri
KGP
: PT Kencana Graha Permai
LAB
: PT Lanang Agro Bersatu
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
171
Lampiran 21 Spesies tumbuhan dengan kegunaan lainnya pada areal studi
Lokasi*
No.
1
Nama Ilmiah
Agathis borneensis
Resin
Keterangan
1
√
2
3
2
Arenga pinnata
Pupuk
3
Elaeis guneensis Jacq.
Minyak nabati
4
Oncosperma filamentosum
5
Smilax zeylanica L.
Hitamkan rambut
6
Calophyllum grandiflorum
Biofuel
7
Calophyllum pulcherrimum
8
Erechtites valerianifolia
Minyak wangi
√
9
Dillenia eximia
Pembungkus makanan
√
10
Dillenia grandifolia
Pentul korek api
√
11
Dillenia sp.
Pembungkus makanan
√
12
Dipterocarpus grandiflorus
Pewarna keramik, kertas, kosmetik
√
13
Shorea mecistopteryx
Minyak nabati
√
14
Hevea brasiliensis
Perekat, bahan dasar ban
√
√
√
15
Pithecollobium lobatum
Campuran penghitam rotan
√
√
√
16
Cinnamomum burmanii
Rempah-rempah
17
Anacolosa frutescens
Minuman
√
18
Piper caninum Bl.
Sabun
√
19
Tricalysia singularis
Minuman
√
√
20
Coffea robusta
Minuman
√
√
21
Aquilaria malaccensis
Dupa, resin, Parfum, sabun
22
Vitex pubescens Vahl.
Jernihkan aren
√
23
Dyera costulata Hook.f.
Bahan permen karet
√
24
Dyera lowii Hk. F.
Bahan permen karet
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Keterangan *: 1. PT Agro Lestari Mandiri, 2. PT Kencana Graha Permai,
3. PT Lanang Agro Bersatu
√
√
√
√
√
√
√
172
Lampiran 22 Dokumentasi beberapa spesies tumbuhan berguna
Durio zibethinus
Sonchus arvensis
Mangifera indica
Cocos nucifera
Lantana camara
Imperata cilindrica
Euporbia hirta
Acacia mangium
Musa sp.
Psidium guajava
Lophatherum gracile
Artocarpus integra
173
Download