senyawa ion-kovalen-logam

advertisement
SENYAWA ION-KOVALEN-LOGAM
II.2. Sifat Senyawa Ion
Beberapa sifat senyawa ion yang penting adalah sebagai berikut: larutan atau
leburannya dapat menghantarkan arus listrik, mempunyai titik leleh dan titik didih yang
tinggi, sangat keras dan getas, pada umumnya larut dalam pelarut polar dan tidak larut dalam
pelarut non polar (Baroroh, 2004).
II.3. Sifat Senyawa Kovalen
Sifat-sifat senyawa kovalen antara lain kebanyakan menunjukkan titik leleh rendah,
pada suhu kamar berbentuk cairan atau gas, larut dalam pelarut non polar dan sedikit larut
dalam air, sedikit menghantarkan listrik, mudah terbakar dan banyak yang berbau (Syukri,
1999).
1. perbandingan titik leleh
Titik leleh senyawa ion jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan senyawa kovalen, hal ini
disebabkan oleh ikatan antara ion-ion dengan gaya elektrostatis sangat kuat dengan susunan
kristal yang tertentu dan teratur.
2. Perbandingan Kelarutan
Dari data perbandingan kelarutan antara senyawa ion dengan senyawa kovalen
diperoleh bahwa urea larut dalam pelarutnya (air) tetapi dalam senyawa CCl4 tidak larut.
Begitu pula untuk senyawa-senyawa NaCl dan KI yang juga larut dalam air dan tidak larut
dalam senyawa CCl4. Hal ini menandakan bahwa senyawa-senyawa ion larut dalam pelarut
polar karena dipol-dipolnya yang tidak saling meniadakan dan sukar larut dalam CCl4 sebagai
pelarut non polar akibat dari dipol-dipolnya yang saling meniadakan. Meskipun demikian,
ada juga senyawa ion yang larut dalam pelarut non polar. Untuk senyawa kovalen pada
umumnya larut dalam pelarut non polar dan sedikit yang larut dalam air, misalnya isopropil
alkohol yang tampak keruh pada larutan CCl4. Dari hasil pengamatan, naftalena tidak larut
dalam air maupun tetapi larut hanya dalam CCl4.
3. Perbandingan Daya Hantar Listrik
Dari data perbandingan daya hantar listrik antara senyawa ion dengan senyawa
kovalen diperoleh bahwa air tidak dapat menghantarkan arus listrik sehingga lampu tidak
menyala. Pada urea yang ditambahkan dengan akuades lampu juga tidak menyala. Perlakuan
di atas juga dilakukan pada naftalena dan menghasilkan hasil yang sama yaitu lampu tidak
dapat menyala.
Dari data yang telah didapat di atas didapatkan hasil yang bervariasi yaitu lampu
ada yang
menyala dan ada pula yang tidak menyala. Hal itu dikarenakan dalam senyawa
kovalen tidak semuanya dapat menghantarkan arus listrik. Meskipun demikian, ada juga
senyawa kovalen yang dapat menghantarakan arus listrik, contohnya : asam asetat. Isopropil
alkohol dan naftalena merupakan senyawa kovalen. Urea, NaCl, KI, dan MgSO4 merupakan
senyawa ion.
SIFAT SENYAWA IONIK
1.Struktur/susunan kristal
Dalam keadaan padat, senyawa ionis terdapat dalam bentuk
kristal dengan susunan tertentu. Penafsiran terhadap hasil
difraksi sinar-X pada senyawa ion dapat memberi petunjuk
mengenai susunan internal dari kristal ion tersebut. Misalnya
pada kristal NaCl dapat diketahui bahwa setiap ion Na+
dikelilingi oleh 6 ion Cl-, dan setiap ion Cl- juga dikelilingi oleh
6 ion Na+.
2. Isomorf
Senyawa-senyawa ion yang mempunyai susunan yang mirip satu sama lain seperti NaCl dan
KNO3 mempunyai bentuk kristal yang sama yang disebut isomorf. Di samping itu terdapat
pula senyawa-senyawa yang mempunyai muatan ion berbeda, tetapi mempunyai susunan
kristal yang sama, misalnya NaF dan MgO, CaCl2 dan K2S masing-masing mempunyai
susunan kristal yang sama. Fakta tersebut dapat dijelaskan dengan meninjau konfigurasi
elektron ion-ion penyusun kristal tersebut.
3. Daya hantar listrik
Baik dalam keadaan cair (meleleh) maupun dalam larutannya senyawa ionis dapat
menghantarkan arus listrik.
Pada table 1.1 dapat dilihat daya hantar berbagai senyawa klorida dalam keadaan cair
(meleleh) pada suhu titik lelehnya.
4. Titik leleh dan titik didih
Ion positif dan ion negative pada senyawa ionis, terikat satu sama lain oleh gaya elektrostatis
yang sangat kuat. Untuk memisahkan ion-ion tersebut baik yang terdapat dalam bentuk
kristal maupun dalam bentuk cairnya, diperlukan energy yang cukup besar, yang
mengakibatkan titik leleh dan titik didih senyawa ionis juga tinggi.
Pada table 1.2 dapat dilihat titik didih berbagai senyawa klorida.
5. Kelarutan
Pada umumnya senyawa ionis larut dalam pelarut yang mengandung gugs OH- seperti H2O
dan C2H5OH yang merupakan senyawa kovalen polar, sedangkan senyawa kovalen larut
dalam pelarut nonpolar.
6. Reaksi ion
Pada reaksi senyawa ionis, ion-ion tidak tergantung pada ion pasangannya, misalnya bila
NaCl dan AgNO3 (dalam larutan) dicampurkan, maka segera terbentuk endapan AgCl.
Reaksi yang terjadi adalah:
Ag+(aq) + Cl-(aq)
AgCl (s)
7. Keras, kaku dan rapuh
SENYAWA KOVALEN
A. Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi karena pemakaian bersama elektron. Ikatan ini
terjadi karena pemakaian pasangan elektron secara bersama oleh 2 atom yang berikatan.
Ikatan kovalen terjadi akibat ketidakmampuan salah 1 atom yang akan berikatan untuk
melepaskan elektron (terjadi pada atom-atom non logam). Ikatan kovalen terbentuk dari
atom-atom unsur yang memiliki afinitas elektron tinggi serta beda keelektronegatifannya
lebih kecil dibandingkan ikatan ion.
Daya Hantar Listrik Senyawa Kovalen
Senyawa kovalen terbagi menjadi senyawa kovalen non polar misalnya : F2, Cl2, Br2, I2,
CH4 dan kovalen polar misalnya : HCl, HBr, HI, NH3.
Dari hasil percobaan, hanya senyawa yang berikatan kovalen polarlah yang dapat
menghantarkan arus listrik. Bagaimanakah hal ini dapat dijelaskan?
Kalau kita perhatikan, bahwa HCl merupakan senyawa kovalen di atom bersifat polar,
pasangan elektron ikatan tertarik ke atom Cl yang lebih elektro negatif dibanding dengan
atom H. Sehingga pada HCl, atom H lebih positif dan atom Cl lebih negatif.
Struktur lewis:
.
Jadi walaupun molekul HCl bukan senyawa ion, jika dilarutkan ke dalam air maka larutannya
dapat menghantarkan arus listrik karena menghasilkan ion-ion yang bergerak bebas.
HCl(g) + H2O(l) H3O+(aq) + Cl-(aq)
HCl(g)
H3O+ + Cl-(g)
HCl(g)
H+(aq) + Cl-(aq)
Apakah HCl dalam keadaan murni dapat menghantarkan arus listrik? Karena HCl dalam
keadaan murni berupa molekul-molekul tidak mengandung ion-ion, maka cairan HCl murni
tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Sudah pahamkah Anda dengan uraian di atas? Cobalah jawab pertanyaan-pertanyaan berikut.
Kelompokkan senyawa-senyawa berikut menjadi senyawa ion dan senyawa kovalen, buatlah
reaksi ionisasinya di dalam kotak jawaban.
a. Titih Didih
Air, H2O merupakan senyawa kovalen. Ikatan kovalen yang mengikat antara atom hidrogen
dan atom oksigen dalam molekul air cukup kuat, sedangkan gaya yang mengikat antar
molekul-molekul air cukup lemah. Keadaan inilah yang menyebabkan air yang cair itu
mudah berubah menjadi uap air bila dipanasi sampai sekitar 100o C, akan tetapi pada suhu ini
ikatan kovalen yang ada di dalam molekul H2O tidak putus.
Garam dapur, NaCl adalah senyawa ionik yang meleleh pada suhu 801oC dan mendidih pada
suhu 1517oC. NaCl mempunyai titik didih tinggi karena mengandung ikatan ion yang sangat
kuat, sehingga untuk memutuskan ikatan tersebut dibutuhkan panas yang sangat besar.
Hampir semua senyawa kovalen mempunyai titik didih yang rendah (rata-rata di bawah suhu
200oC), sedang senyawa ion mempunyai titik didih yang tinggi (rata-rata di atas suhu
900oC).
b. Kemudahan Menguap
Banyak sekali berbagai bahan yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari merupakan
senyawa kovalen seperti ditunjukkan pada gambar 18. Sebagian besar senyawa kovalen
berupa cairan yang mudah menguap dan berupa gas. Molekul-molekul senyawa kovalen yang
mudah menguap sering menghasilkan bau yang khas. Parfum dan bahan pemberi aroma
merupakan senyawa kovalen. Hal ini tidak diperoleh pada sifat senyawa ionik.
c. Daya hantar Listrik
Senyawa ion dalam keadaan padatan tidak dapat menghantar arus listrik, tetapi bila padatan
ionik dipanaskan sampai suhu tinggi sehingga diperoleh lelehannya maka dapat menghantar
arus listrik. Larutan senyawa ionik yang dilarutkan ke dalam air juga dapat menghantar arus
listrik. Pada keadaan lelehan atau larutan ionionnya dapat bebas bergerak.
Senyawa kovalen pada berbagai wujud tidak dapat menghantar arus listrik. Hal ini
disebabkan senyawa kovalen tidak mengandung ion-ion sehingga posisi molekulnya tidak
berubah.
d. Kelarutan
Banyak senyawa ion yang dapat melarut dalam air. Misalnya, natrium klorida banyak
diperoleh dalam air laut. Kebanyakan senyawa kovalen tidak dapat melarut dalam air, tetapi
mudah melarut dalam pelarut organik. Pelarut organik merupakan senyawa karbon, misalnya
bensin, minyak tanah, alkohol, dan aseton. Senyawa ionik tidak dapat melarut dalam pelarut
organik. Namun ada beberapa senyawa kovalen yang dapat melarut dalam air karena terjadi
reaksi dengan air dan membentuk ion-ion. Misalnya, asam sulfat bila dilarutkan ke dalam air
akan membentuk ion hidrogen dan ion sulfat.
SENYAWA LOGAM
Struktur kristal logam
Bila kita bayangkan atom logam sebagai bola keras, bila disusun terjejal di bidang setiap bola
akan bersentuhan dengan enam bola lain (A). Bila lapisan lain susunan 2 dimensi ini
diletakkan di atas lapisan pertama, pengepakan akan paling rapat dan strukturnya akan paling
stabil secara energetik bila atom-atom logamnya diletakkan di atas lubang (B) lapisan
pertama. Bila lapisan ke-3 diletakkan di atas lapisan ke-2, ada dua kemungkinan. Yakni,
lapisan ke-3 (A) berimpit dengan lapisan pertama (A) atau lapisan ke-3 (C) tidak berimpit
baik dengan (A) atau (B). Pengepakan jenis ABAB…- disebut heksagonal terjejal
(hexagonally close-packed (hcp)) (Gambar 2.2), dan jenis ABCABC…-disebut kubus
terjejal (cubic close-packed (ccp)) (Gambar 2.3). Dalam kedua kasus, setiap bola dikelilingi
oleh 12 bola lain, dengan kata lain berbilangan koordinasi 12. Polihedral yang dibentuk
dalam hcp adalah anti-kubooktahedral, dan dalam ccp adalah kubooktahedral.
DAYA HANTAR LISTRIK
Karena mereka memiliki sifat-sifat logam , unsur-unsur transisi yang juga dikenal sebagai
logam transisi. These elements are very hard, with high melting points and boiling points.
Elemen ini sangat keras, dengan titik leleh dan titik didih tinggi. Moving from left to right
across the periodic table, the five d orbitals become more filled. Bergerak dari kiri ke kanan
di tabel periodik, lima d orbital menjadi lebih diisi. The d electrons are loosely bound, which
contributes to the high electrical conductivity and malleability of the transition elements.
Elektron d terikat secara longgar, yang berkontribusi terhadap konduktivitas listrik tinggi dan
kelenturan elemen transisi. The transition elements have low ionization energies. Unsur-unsur
transisi memiliki energi ionisasi rendah. They exhibit a wide range of oxidation states or
positively charged forms. Mereka menunjukkan berbagai oksidasi atau dibebankan bentuk
positif. The positive oxidation states allow transition elements to form many different ionic
and partially ionic compounds. Biloks positif memungkinkan unsur-unsur transisi untuk
membentuk banyak senyawa ionik dan sebagian ion yang berbeda. The formation of
complexes causes the d orbitals to split into two energy sublevels, which enables many of the
complexes to absorb specific frequencies of light. Pembentukan kompleks menyebabkan d
orbital untuk dipecah menjadi dua sublevels energi, yang memungkinkan banyak kompleks
untuk menyerap frekuensi tertentu cahaya. Thus, the complexes form characteristic colored
solutions and compounds. Dengan demikian, bentuk solusi kompleks berwarna karakteristik
dan senyawa. Complexation reactions sometimes enhance the relatively low solubility of
some compounds. kompleksasi reaksi kadang-kadang meningkatkan kelarutan relatif rendah
dari beberapa senyawa.
Sifat fisis logam
Sifat fisis logam ditentukan oleh ikatan logamnya yang kuat, strukturnya yang rapat, dan
keberadaan elektron-elektron bebas. Beberapa sifat fisis logam yang penting:

Berupa padatan pada suhu ruang
Atom-atom logam bergabung oleh ikatan logam yang sangat kuat membentuk struktur kristal
yang rapat. Hal ini menyebabkan atom-atom tidak memiliki kebebasan bergerak seperti
halnya pada zat cair (pengecualiannya adalah Hg).
Raksa

Bersifat keras tetapi lentur/tidak mudah patah jika ditempa
Ikatan logam yang kuat dan struktur logam yang rapat menyebabkan logam bersifat kuat,
keras, dan rapat. Akan tetapi. Adanya elektron-elektron bebas menyebabkan logam bersifat
lentur/tidak mudah patah. Hal ini dikarenakan sewaktu logam dikenakan gaya luar, maka
elektron-elektron bebas akan berpindah mengikuti ion-ion positif yang bergeser. Kemudian,
berikatan lagi dengan atom yang berada di sampingnya. Oleh karena itu, logam dapat
ditempa, dibengkokkan, atau dibentuk sesuai keinginan.

Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi
Hal ini dikarenakan atom-atom logam terikat oleh ikatan logam yang kuat. Untuk mengatasi
ikatan tersebut, diperlukan energi dalam jumlah yang besar.

Menghantarkan listrik dengan baik
Di dalam ikatan logam, terdapat elektron-elektron bebas yang dapat membawa muatan listrik.
Jika diberi suatu beda tegangan, maka elektron-elektron ini akan bergerak dari kutub negatif
menjadi kutub positif.

Menghantarkan panas dengan baik
Elektron-elektron yang bergerak bebas di dalam kristal logam memiliki energi kinetik. Jika
dipanaskan, elektron-elektron akan memperoleh energi kinetik yang cukup untuk dapat
bergerak/bervibrasi dengan cepat. Dalam pergerakannya, elektron-elektron tersebut akan
bertumbukkan dengan elektron-elektron lainnya. Hal ini menyebabkan terjadinya transfer
energi dari bagian bersuhu tingi ke bagian bersuhu rendah.

Mempunyai permukaan yang mengkilap
Di dalam ikatan logam, terdapat elektron-elektron bebas. Sewaktu cahaya jatuh pada
permukaan logam, maka elektron-elektron bebas akan menyerap energi cahaya tersebut.
Elektron-elektron akan melepas kembali energi tersebut dalam bentuk radiasi
elektromagnetik dengan frekuensi yang sama dengan frekuensi cahaya awal. Oleh karena
frekuensinya sama, maka kita melihatnyta sebagai pantulan cahaya yang datang. Pantulan
cahaya tersebut memberikan permukaan logam tampak mengkilap.

Memberikan efek fotolistrik dan efek termionik
Apabila elektron bebas pada ikatan logam memperoleh energi yang cukup dari luar, maka
elektron tersebut dapat lepas dari logam. Elektron tersebut dapat ditarik keluar oleh suatu
beda potensial positif. Jika energi yang diperoleh elektron bebas berasal dari berkas cahaya,
maka fenomena pelepasan elektron dari logam disebut efek fotolistrik. Sedangkan jika energi
tersebut berasal dari pemanasan, maka disebut efek termionik.Contoh gambar ikatan logam.
Perbandingan Sifat Fisis Senyawa Logam dengan Senyawa Non Logam
Logam
Non Logam
1.
Padatan logam termasuk
penghantar listrik yang baik
1.
Padatan non logam biasanya
bukan penghantar listrik
2. Mempunyai kilap logam
2. Tidak mengkilap
Kuat dan keras (apabila
3. digunakan sebagai logam
paduan)
3.
Kebanyakan non logam tidak
kuat dan lunak
Dapat dibengkokkan dan
diulur
4.
Biasanya rapuh dan patah bila
dibengkokkan atau diulur
4.
5. Penghantar panas yang baik
6.
5. Sukar menghantarkan panas
Kebanyakan logam memiliki
Kebanyakan non logam
6.
kerapatan yang besar
memiliki kerapatan rendah
Kebanyakan logam memiliki
Kebanyakan non logam
7. titik didih dan titik leleh yang 7. memiliki titik didih dan titik
tinggi
leleh yang rendah
KELARUTAN
Metal adalah senyawa kompleks umumnya hidrofilik, tetapi ini tidak mengecualikan adsorpsi
dan sifat adsorpsi berbeda antara spesies khelat. In natural aquatic conditions, adsorption is
considered to be an important pathway of removal. Dalam kondisi perairan alami, adsorpsi
ini dianggap sebagai jalur penting dari penghapusan. EDTA has been found in lake sediments
[60] and differences of the extent of adsorption between metal complexes of EDTA have
been observed [61]. EDTA telah ditemukan pada sedimen danau [60] dan perbedaan tingkat
adsorpsi antara kompleks logam EDTA telah diamati [61]. Adsorption mechanisms of EDTA
on iron and aluminium oxides have been investigated in detail [62, 63]. Mekanisme Adsorpsi
EDTA pada oksida besi dan aluminium telah diteliti secara detail [62, 63]. In addition to
natural conditions, adsorption of metal complexes may have a role during the bleaching
process itself. Selain kondisi alam, adsorpsi kompleks logam mungkin memiliki peran selama
proses pemutihan itu sendiri. An earlier investigation carried out in real bleaching lines
nevertheless suggests that pulp has no significant ability to bind DTPA and EDTA [64].
Sebuah penyelidikan awal dilakukan di baris pemutihan nyata namun menunjukkan pulp
yang tidak memiliki kemampuan yang signifikan untuk mengikat DTPA dan EDTA [64]. In
this study, solubility of DTPA, EDTA and ADA under alkaline conditions was investigated
[III]. Dalam studi ini, kelarutan DTPA, EDTA dan ADA di bawah kondisi alkali diselidiki
[III]. The purpose was to compare the solubility of the different complex species. Tujuannya
adalah untuk membandingkan kelarutan dari spesies kompleks yang berbeda. Chelating
agents in the aqueous phase were analysed by GC from simulated hydrogen peroxide
bleaching solutions. agen Chelating dalam fasa air dianalisis GC dari solusi pemutihan
hidrogen peroksida simulasi. The conditions in all systems were as follows: pH 10-12,
hydrogen peroxide concentration during simulation 3000-5000 mg/l, concentration of Mg
0.5-0.8 mmol/l. Kondisi di semua sistem adalah sebagai berikut: pH 10-12, hidrogen
peroksida konsentrasi selama simulasi 3000-5000 mg / l, konsentrasi Mg 0,5-0,8 mmol / l.
Otherwise, the samples could be divided into two groups; those with 0.015 – 0.025 mmol/l of
iron and manganese, and those with absence of these metals. Jika tidak, sampel dapat dibagi
menjadi dua kelompok, mereka dengan 0,015-0,025 mmol / l besi dan mangan, dan mereka
dengan tidak adanya logam ini. An exact experimental description is presented in article III.
Deskripsi eksperimen yang tepat disajikan dalam artikel III.
In the absence of the transition metals, soluble chelates were detected by GC to a limited
extent. Dengan tidak adanya logam transisi, chelates larut terdeteksi oleh GC sampai batas
tertentu. It could be shown by the species distribution calculations that ligands were totally
present as magnesium complexes. Hal ini dapat ditunjukkan oleh distribusi jenis ligan
perhitungan yang benar-benar hadir sebagai kompleks magnesium. Over 90% of magnesium
existed as hydroxide, Mg(OH) 2 , the rest being complexed by ligand. Lebih dari 90% dari
magnesium ada sebagai hidroksida, Mg (OH) 2, sisanya yang dikomplekskan oleh ligan. It is
quite possible that the magnesium complex adsorbed onto the magnesium hydroxide and
hence was not found in the solution. Hal ini sangat mungkin bahwa teradsorbsi ke kompleks
magnesium hidroksida magnesium dan karenanya tidak ditemukan dalam larutan.
When the iron and manganese were introduced to the systems, solubilities were observed to
be enhanced considerably. Ketika besi dan mangan diperkenalkan dengan sistem, kelarutan
diamati ditingkatkan jauh. Soluble ligand content increased up to 20-25%, 80% and 30% of
the added amount for DTPA, EDTA and ADA, respectively. ligan konten larut meningkat
menjadi 20-25%, 80% dan 30% dari nilai tambah bagi DTPA, EDTA dan ADA, masingmasing. This supports the conclusion on high chemical durability of EDTA presented in
section 3.1. Ini mendukung kesimpulan terhadap durabilitas kimia tinggi EDTA disajikan
dalam bagian 3.1. With regards to the species distribution calculation, for DTPA 45-60% of
the added manganese was in the form of Mn-DTPA. Sehubungan dengan perhitungan
distribusi spesies, untuk DTPA 45-60% dari ditambahkan mangan adalah dalam bentuk MnDTPA. The corresponding percentages for EDTA and ADA were 100 and 40, respectively.
Persentase yang sesuai untuk EDTA dan ADA adalah 100 dan 40, masing-masing. Evidently,
manganese formed a stable complex transporting ligands into solution. Jelas, mangan
membentuk kompleks stabil transportasi ligan ke dalam larutan. Iron was calculated to exist
totally as hydroxy species Fe(OH) 4 -. Besi dihitung untuk eksis total sebagai spesies hidroksi
Fe (OH) 4 -.
In the experiments described above, EDTA was more soluble than the other two agents.
Dalam percobaan yang dijelaskan di atas, EDTA lebih larut dibandingkan dengan dua agen
lainnya. To confirm this conclusion, and to achieve better comparison between the three
complexing agents, an experiment in which all the ligands were added was performed. Untuk
mengkonfirmasikan kesimpulan ini, dan untuk mencapai perbandingan yang lebih baik antara
tiga agen kompleks, suatu eksperimen di mana semua ligan yang ditambahkan dilakukan. The
results of this experiment are presented in Fig. Hasil penelitian ini disajikan pada Gambar. 4.
4. in which chemical environment and the soluble chelating agent concentrations are
presented as a function of experimental time. di mana lingkungan kimia dan konsentrasi agen
chelating larut disajikan sebagai fungsi waktu percobaan. At first, when the transition metals
were present, no DTPA, but almost all the EDTA, was in the solution. Pada awalnya, ketika
logam transisi yang hadir, tidak ada DTPA, tapi hampir semua EDTA, adalah dalam larutan.
This may indicate that complexation of Mn(II) was more rapid with EDTA than with DTPA.
Hal ini mungkin menunjukkan bahwa kompleksasi Mn (II) lebih cepat dengan EDTA
dibandingkan dengan DTPA. In the course of time, part of the DTPA was transported into the
solution, probably as a manganese complex. Dalam perjalanan waktu, bagian dari DTPA
diangkut ke dalam larutan, mungkin sebagai kompleks mangan. During the whole
experiment, however, more EDTA was found in the aqueous phase as compared to the other
two agents. Selama percobaan secara keseluruhan, bagaimanapun, EDTA lebih ditemukan
dalam fase air dibandingkan dengan dua agen lainnya.
In summary, the solubility of the three chelating agents in an alkaline hydrogen peroxide
bleaching environment is limited, but increases in the presence of iron and manganese.
Secara ringkas, kelarutan dari tiga agen chelating dalam lingkungan hidrogen peroksida alkali
pemutihan terbatas, namun peningkatan kehadiran besi dan mangan. A possible explanation
for the limited solubility is that the complexes, particularly the magnesium complex, are
adsorbed onto magnesium hydroxide precipitate. Sebuah penjelasan yang mungkin untuk
kelarutan terbatas adalah bahwa kompleks, khususnya kompleks magnesium, yang
teradsorbsi ke endapan magnesium hidroksida. Under the conditions investigated, manganese
is well chelated especially by EDTA. Di bawah kondisi diselidiki, mangan baik chelated
terutama oleh EDTA. Chelation of iron is thermodynamically difficult due to its strong selfhydrolysis. Chelation dari besi adalah termodinamika sulit karena diri yang kuat hidrolisis
nya-.
REAKSI SENYAWA LOGAM
Logam-logam alkali mempunyai beberapa sifat fisik antara lain semuanya lunak, putih
mengkilat, dan mudah dipotong. Jika logam-logam tersebut dibiarkan di udara terbuka maka
permukaannya akan menjadi kusam karena logam-logam tersebut mudah bereaksi dengan air
atau oksigen, dan biasanya disimpan dalam minyak tanah.
Bersamaan dengan semakin bertambahnya nomor atom maka tingkat kelunakannya juga
semakin bertambah. Tingkat kelunakan logam-logam alkali makin bertambah sesuai dengan
bertambahnya nomor atom logam-logam tersebut. Sifat-sifat kimia logam alkali tanah dapat
diamati antara lain dari reaksinya terhadap air. Reaksinya dengan air menghasilkan gas
hidrogen dan hidroksida serta cukup panas. Reaktivitas terhadap air dingin semakin
bertambah besar dengan bertambahnya nomor logam.
Logam-logam alkali tanah, kecuali berilium semuanya berwarna putih, mudah dipotong dan
nampak semakin mengkilat jika dipotong, serta cepat menjadi kusam di udara. Reaktivitasnya
terhadap air berbeda-beda. Berilium dapat bereaksi dengan air dalam keadaan pijar dan
airnya dalam bentuk uap. Magnesium bereaksi dengan air dingin secara lambat dan semakin
cepat bila makin panas, logam-logam alkali tanah yang lain sangat cepat bereaksi dengan air
dingin menghasilkan gas hidrogen dan hidroksida serta menghasilkan banyak panas.
Senyawa klorida dari logam-logam alkali maupun alkali tanah larut dalam air membentuk ion
hidrat sederhana. banyak klorida kovalen atau agak kovalen mengalami hidrolisis dan
menghasilkan klorida dan oksida atau hidroksinya. Misalnya larutan aluminium klorida
bereaksi dengan air membentuk aluminium hidroksida.
http://firshen46.blogspot.co.id/2011/04/senyawa-ion-kovalen-logam.html
Download