Uploaded by User109810

RESUME KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

advertisement
NAMA
: ZAITUL RAHMI
NIM
: 19020097
PRODI
: PENDIDIKAN SENI RUPA
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
A. Konsep Kepemimpinan
1. Kepemimpinan
Dalam kepemimpinan ada tiga hal yang saling berhubungan, yaitu adanya pemimpin
dan karakteristiknya, adanya pengikut, serta adanya situasi kelompok tempat dan pengikut
berinteraksi.[1] Di dalam kelompok masyarakat selalu muncul seorang pemimpin yang dapat
mempengaruhi dan mengarahkan perilaku anggota masyarakat kearah tujuan tertentu.
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam organisasi.
Baik buruknya organisasi sering kali sebagian besar tergantung pada faktor pemimpin.
Kepemimpinan seseorang berperan sebagai penggerak dalam proses kerja sama antar
manusia dalam organisasi termasuk sekolah.[4] Kepemimpinan menjadikan suatu organisasi
dapat bergerak secara terarah dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Defenisi kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan
tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan kadang-kadang dipahami
sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan mempengaruhi orang. Kepemimpinan sebagai
sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu
secara sukarela/sukacita. Kepemimpinan juga dikatakan sebagai proses mengarahkan dan
mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota
kelompok.
Veithzal Rival, dkk menyebutkan bahwa kepemimpinan merupakan suatu perilaku
dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk
mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan
organisasi, sehingga dalam suatu organisasi kepemimpinan merupakan faktor yang sangat
penting dalam menentukan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Oleh
karena itu, kepemimpinan merupakan titik sentral dan penentu kebijakan dari kegiatan yang
akan dilaksanakan dalam organisasi
Selain dari pendapat di atas berikut ini beberapa defenisi tentang kepemimpinan
menurut para ahli, yaitu:

Stephen P. Robbins, sebagaimana yang dikutip oleh Andang mengatakan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan untuk memengaruhi sekelompok anggota agar bekerja
mencapai tujuan dan sasaran.

Rauch dan Behling, sebagaimana yang dikutip oleh M. Sobry Sutikno mengatakan bahwa
kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur
untuk mencapai tujuan bersama.

A. L. Hartani, mengutip pendapat Amstrong, mengatakan bahwa kepemimpinan adalah
proses memberi inspirasi kepada semua karyawan agar bekerja sebaik-baiknya untuk
mencapai hasil yang diharapkan.
Dari defenisi yang berbeda-beda tersebut mengandung kesamaan asumsi yang bersifat
umum sebagai berikut:


Di dalam suatu fenomena kelompok melibatkan interaksi antara dua orang atau lebih,
Di dalam melibatkan proses mempengaruhi, dimana pengaruh yang sengaja (intentional
influence)digunakan oleh pemimpin terhadap bawahan.
Dari beberapa definisi tentang kepemimpinan maka dapat dipahami hakikat
kepemimpinan sebagai berikut:
 Proses mempengaruhi atau memberi contoh dari pemimpin kepada pengikutnya dalam
upaya mencapai tujuan organisasi,
 Seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan,
kehormatan, dan kerjasama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama,
 Kemampuan untuk mempengaruhi, memberi inspirasi dan mengarahkan tindakan
seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan,
 Melibatkan tiga hal yaitu, pemimpin, pengikut, dan situasi tertentu,
 Kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan.
Selanjutnya, dari beberapa pengertian kepemimpinan tersebut di atas, kepemimpinan
mengandung beberapa unsur pokok antara lain:
 Kepemimpinan melibatkan orang lain dan adanya situasi kelompok atau organisasi
tempat pemimpin dan anggotanya berinteraksi.
 Di dalam kepemimpinan terjadi pembagian kekuasaan dan proses mempengaruhi
bawahan oleh pemimpin.
 Adanya tujuan bersama yang harus dicapai.
Dari beberapa defenisi tentang kepemimpinan di atas, penulis dapat memberikan
defenisi tentang kepmimpinan sebagai suatu proses mempengaruhi, mengajak, mengolah,
memotivasi dan mengatur orang lain atau individu untuk bekerjasama dalam sebuah
kelompok atau organisasi sebagai suatu tim kerja dalam mencapai sebuah tujuan yang
diinginkan oleh kelompok atau organisasi tersebut.
2. Kepemimpinan Pendidikan
Istilah kepemimpinan juga terdapat dalam organisasi pendidikan yang biasa disebut
dengan kepemimpinan pendidikan. Seorang pemimpin dalam lingkup pendidikan adalah
kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan pimpinan tunggal di sekolah yang mempunyai
tanggung jawab dan wewenang untuk mengatur, mengelola, dan menyelenggarakan kegiatan
di sekolah, agar apa yang menjadi tujuan sekolah dapat tercapai. Terdapat beberapa pendapat
para ahli mengenai pengertian kepemimpinan pendidikan sebagaimana yang dikutip oleh
Marno dan Triyo Supriyatno adalah sebagai berikut:
a. Fachrudi menyatakan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan
dalam proses mempengaruhi, mengkoordinir orang-orang lain yang ada
hubungannnya dengan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran, agar kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat berlangsung lebih
efisien dan efektif di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran.
b. Assosiation of Supervision and Curiculum Development (ASDC) menyatakan
bahwa kepemimpinan pendidikan adalah tindakan atau tingkah laku di antara
individu-individu dan kelompok-kelompok yang menyebabkan mereka bergerak
ke arah tercapainya tujuan-tujuan pendidikan yang menambahkan penerimaan
bersama bagi mereka.
c. Nawawi berpendapat bahwa kepemimpinan kepala pendidikan adalah proses
menggerakkan, mempengaruhi, memberikan motivasi, dan mengarahkan orangorang di dalam organisai atau lembaga pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan
yang telah dirumuskan sebelumnya.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudkan
dengan kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi,
mengkoordinir, menggerakkan, memberi motivasi, dan mengarahkan orang-orang dalam
lembaga pendidikan agar pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dapat lebih efisien dan
efektif dalam pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran.
Kepemimpinan pendidikan berkaitan dengan masalah kepala sekolah dalam
meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif dengan para guru
dalam situasi yang kondusif. Fungsi utama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan
ialah menciptakan situasi belajar mengajar sehingga guru-guru dapat mengajar dan murid
dapat belajar dengan baik. Menurut Morris dalam kutipan Sulthon Masyhud mengatakan
bahwa kepemimpinan dalam bidang pendidikan lebih menekankan pada kepemimpinan yang
berkaitan dengan mutu pendidikan.
B. Perilaku kepemimpinan
Keberhasilan seorang pemimpin dalam melaksanakan fungsinya tidak hanya ditentukan oleh
satu aspek semata, melainkan dipengaruhi oleh sifat, perilaku, dan kekuasaan yang dimiliki.
Setiap individu memiliki karakteristik seperti kemampuan, kepercayaan pribadi, harapan
kebutuhan dan pengalaman yang berbeda. Karakteristik tersebut juga dimiliki seorang pemimpin
dalam mengarahkan organisasi kepencapaian tujuan yang diinginkan sehingga memunculkan
perilaku-perilaku yang berbeda dalam memimpin organisasi sesuai dengan tujuan organisasi
yang dipimpin. Sebagai salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan seorang
pemimpin, perilaku kepemimpinan memiliki beberapa indikator yang berbeda-beda menurut para
ahli.
Telaah kepemimpinan yang dilakukan pada Pusat Riset University of Michigan melokasikan
karakteristik perilaku kepemimpinan yang dikaitkan dengan ukuran keefektifan kinerja. Teori ini
berpandangan bahwa kepemimpinan merupakan hal utama bagi kinerja, dalam hubungan ini
kepemimpinan dilihat dari perilaku seseorang dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin.
Studi michigan menghasilkan dua bentuk perilaku pemimpin yaitu;
 Production-centered/task-oriented; pemimpin yang berorientasi tugas yang lebih
memusatkan pada terlaksananya pekerjaan.
 Employee-centered/humanrelation oriented; pemimpin yang berorientasi hubungan
kemanusiaan atau pada pegawai adalah pemimpin yang menekankan pada kesejahteraan
pegawai.
Selain teori perilaku kepemimpinan di atas, penelitian yang dilakukan oleh Fleishman
di Ohio State University menghasilkan perkembangan teori dua faktor perilaku kepemimpinan
yaitu membentuk struktur dan konsiderasi.
Dari berbagai konsep penelitian perilaku kepemimpinan, Yuklmengidentifikasi tiga jenis
perilaku kepemimpinan yang saling berbeda diantara para pemimpin yang efektif dan tidak
efektif. Tiap-tiap jenis perilaku tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perilaku yang berorientasi tugas
Para manajer yang efektif tidak menggunakan waktu dan usahanya dengan
melakukan pekerjaan yang sama dengan bawahannya.Sebaiknya, para manajer yang lebih
efektif berkonsentrasi pada fungsi yang berorientasi pada tugas seperti misalnya
merencanakan dan mengatur pekerjaan, mengoordinasikan kegiatan para bawahan, dan
menyediakan perlengkapan, peralatan, serta bantuan teknis yang dibutuhkan.[31] Disamping
itu, para manajer yang efektif memandu para bawahannya menetapkan tujuan kinerja yang
tinggi, tetapi realistis.
2. Perilaku yang berorientasi hubungan
Para manajer
yang efektif lebih
penuh
perhatian dan membantu
para
bawahan. Perilaku mendukung yang berkorelasi dengan kepemimpinan yang efektif
mencakup tindakan untuk memperlihatkan kepercayaan dan keyakinan, bertindak ramah dan
penuh perhatian, berusaha memahami permasalahan bawahan, membantu mengembangkan
bawahan dan memajukan karir mereka, selalu memberi informasi kepada bawahan,
memperlihatkan apresiasi terhadap ide para bawahan, dan memberikan pengakuan atas
kontribusi dan keberhasilan bawahan.
3. Kepemimpinan pertisipatif
Para manajer yang efektif menggunakan lebih banyak supervisi grup daripada
mengendalikan tiap-tiap bawahan secara sendiri-sendiri. Pertemuan grup memudahkan
partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan, memperbaiki komunikasi, mendorong
kerja sama, dan memudahkan pemecahan konflik. Peran manajer dalam pertemuan grup
pertama-tama harus memandu diskusi dan membuat diskusi tersebut meberikan dukungan,
produktif, dan berorintasi pada pemecahan masalah.
Dari berbagai jenis perilaku kepemimpinan di atas, secar garis besar dapat
dikelompokkan dalam taksonomi yang disebut sebagai taksonomi yang terintegrasi. Yukl
dalam kutipan Marno dan Triyo Supriyatno menggambarkan bahwa hal tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Merencanakan dan mengorganisasi (planning and organizing), yakni menentukan saranasarana dan strategi jangka panjang, mengalokasikan sumber-sumber daya sesuai dengan
prioritas-prioritas, menentukan cara menggunakan personil dan sumber-sumber daya
untuk menghasilkan efisiensi tugas, dan menentukan cara memperbaiki koordinasi,
produktivitas serta efektivitas unit organisasi.
2. Memecahkan masalah (problem solving), mengidentifikasi masalah yang berkaitan
dengan pekerjaan, menganalisis masalah pada waktu yang tepat namun dengan cara yang
sistematis untuk mengidentifikasi sebab-sebab dan mencari pemecahan, dan bertindak
secara tegas untuk mengimplementasikan solusi-solusi untuk memecahkan masalahmasalah atau krisis-krisis penting.
3. Menjelaskan peran dan sasaran (clarifying roles and objectives), membagi-bagi tugas,
memberi arahan tentang cara melakukan pekerjaan tersebut, dan mengkomunikasikan
tentang pengertian yang jelas mengenai tanggung jawab akan pekerjaan dan sasaran
tugas, batas waktu, serta memberi harapan mengenai kinerja.
4. Memberi informasi (informing); membagi-bagi informasi
yang relevan tentang
keputusan, rencana, dan kegiatan-kegiatan kepada orang yang membutuhkannya agar
dapat melakukan pekerjaannya, memberi materi dan dokumen tertulis, dan menjawab
permintaan akan informasi teknis.
5. Memantau (monitoring); mengumpulkan informasi tentang kegiatan kerja dan kondisi
eksternal yang mempengaruhi pekerjaan tersebut, memeriksa kemajuan dan kualitas
pekerjaan, mengevaluasi kinerja para individu dan unit-unit organisasi , menganalisis
kecenderungan (trends), dan meramalkan peristiwa- peristiwa eksternal.
6. Memotivasi dan memberi inspirasi (motivating and inspiring); dengan menggunakan
teknik-teknik mempengaruhi yang menarik emosi dan logika untuk menimbulkan
semangat terhadap pekerjaan, komitmen terhadap sasaran tugas, dan patuh terhadap
permintaan-permintaan akan kerja sama, bantuan, dukungan atau sumber-sumber daya,
menetapkan suatu contoh mengenai perilaku yang sesuai.
7. Berkonsultasi (consulting); memeriksakan rencana pada orang-orang sebelum membuat
perubahan akan mempengaruhi mereka , mendorong saran-saran untuk membuat
kebaikan, mengundang partisipasi dalam pengambilan keputusan, memasukkan ide-ide
serta saran-saran dari orang lain dalam keputusan-keputusan.
8. Mendelegasikan (delegeting); mengijinkan para bawahan untuk mempunyai tanggung
jawab yang subtansial dan kebijaksanaan dalam melaksankan kegiatan- kegiatan jkerja,
menangani masalah dan membuat keputusan yang penting.
9. Memberi dukungan (supporting); bertindak ramah dan penuh perhatian, sabar dan
membantu, memperlihatkan simpati dalam dukungan jika seseorang bingung dan cemas,
mendengarkan keluhan dan maslah, mencari minat seseorang.
10. Mengembangkan dan membimbing (developping and mentoring); memberi pelatihan dan
nasihat karier yang membantu, dan melakukan hal-hal yang mempbantu perolehan
keterampilan seseorang, pengembangan profesional, dan kemajuan karier.
11. Mengelola
konflik
dan
membangun
tim
(managing
conflict
and
team
building); memudahkan pemecahan konflik yang konstruktif, dan mendorong kooperasi,
kerja sama tim, dan identifikasi dengan unit kerja.
12. Membangun jaringan kerja (networking); bersosialisasi secara informal, mengembangkan
kontak-kontak dengan orang yang merupakan sumber informasi dan dukungan, dan
mempertahankan kontak-kontak melalui interaksi secara periodik, termasuk kunjungan,
menelepon, korespondensi, dan kehadiran pada pertemuan-pertemuanserta peristiwaperistiwa sosial.
13. Pengakuan (recognizing); memberi pujian dan pengakuan bagi kinerja yang efektif,
keberhasilan yang dignifikan, konstribusi khusus, mengungkapkan penghargaan terhadap
konstribusidan upaya-upaya khusus seseorang.
14. Memberi imbalan (rewarding); memberi atau merekomendasikan imbalan-imbalan yang
nyata seperti penambahan gaji atau promosi bagi yang kinerja yang efektif, keberhasilan
yang signifikan dan kompetensi yang terlihat.[37] Dari beberapa jenis perilaku
kepemimpinan bisa ditarik suatu keimpulan, perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang
dimunculkan dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin bercirikan pada perilaku
yang berorientasi tugas, perilaku yang berorientasi hubungan dan kepemimpinan
partisipatif yang harus dapat mendorong, mengarahkan dan memotivasi seluruh warga
sekolah untuk bekerja sama dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah sehingga
mampu meningkatkan mutu suatu organisasi sekolah.
C. Mutu Pendidikan
Secara umum mutu dapat diartikan sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh dari
barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang
diharapkan atau yang tersirat. Menurut Sudarwan Danim, mutu mengandung makna dan derajat
keunggulan suatu produk atau hasil kerja, baik berupa barang maupun jasa.Sedangkan mutu
pendidikan
menurut
Depdiknas
sebagaimana
yang
dikutip
oleh
E.
Mulyasa
mencakup input, proses, dan output pendidikan.
Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk
berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa sumber daya dan perangkat lunak serta
harapan-harapan sebagai pemandu berlangsunya proses. Input sumber daya meliputi sumber
daya manusia (kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa) dan sumber daya selebihnya
(peralatan, perlengkapan, uang, dan bahan). Input perangkat lunak meliputi struktur organisasi
sekolah, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana dan program. Input harapanharapan berupa visi, misi, tujuan dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai sekolah.
Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena
itu, tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input, makin tinggi tingkat
kesiapan input makin tinggi pula mutu input tersebut.
Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu
yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedang sesuatu dari hasil proses
disebut output. Dalam pendidikan berskala mikro yakni pada tingkat sekolah, proses yang
dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses
pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan
catatan bahwa proses belajar mengajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibandingkan
dengan proses-proses lainnya. Oleh karena itu, proses dikatakan bermutu tinggi apabila
pengkoordinasian dan penyerasian serta pemanduan input sekolah dilakukan secara harmonis,
sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan, mampu mendorong
motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Sedangkan
menurut Sudarwan Danim bahwa hal-hal yang termasuk dalam kerangka mutu proses pendidikan
adalah derajat kesehatan, keamanan, disiplin, keakraban, saling menghormati, kepuasan dan lainlain dari subjek selama memberikan dan menerima jasa layanan.
Output pendidikan merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah
yang dihasilkan dari proses atau perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya,
efektivitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya, dan
moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah, dapat dijelaskan bahwa
output sekolah dapat dikatakan berkualitas atau bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khususnya
prestasi siswa menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam : (1) prestasi akademik, berupa nilai
ulangan umum, nilai ujian akhir, karya ilmiah, lomba-lomba akademik, dan (2) prestasi non-
akademik seperti pada bidang olahraga, kesenian, keterampilan, dan kegiatan-kegiatan
ekstrakurikuler.
Mutu pendidikan akan tercipta apabila penyelenggaraan pendidikan dapat dilaksanakan
secara efektif dalam kerangka kerja yang konseptul. Efektivitas penyelenggaraan pendidikan
akan menghasilkan mutu pendidikan yang diharapkan sesuai dengan visi, misi, dan tujuan dari
sistem pembelajaran yang diselenggarakan di lingkungan sekolah. Peningkatan mutu sekolah
adalah suatu proses yang sistematis yang terus menerus meningkatkan mutu proses belajar
mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan dengan hal tersebut, dengan tujuan agar pencapaian
target sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Selanjutnya Sudarwan Danim menyebutkan dalam kutipan Donni Juni Priansa bahwa untuk
meningkatkan mutu sekolah dapat dilakukan dengan melibatkan lima faktor yang dominan,
yaitu:
1. Kepemimpinan kepala sekolah
Kepala sekolah harus memiliki dan memahami visi kerja secra jelas, mampu dan mau
bekerja keras, mempunyai dorongan kerja, yang tinggi, tekun dan tabah dalam bekerja,
memberikan layanan yang optimal, dan disiplin kerja yang kuat.
2. Peserta didik
Pendekatan yang harus dilakukan adalah “anak sebagai pusat”, sehingga kompetensi dan
kemampuan peserta didik dapat digali sehingga sekolah dapat menginventarisir kekuatan
yang ada pada peserta didik.
3. Guru
Pelibatan guru secar maksimal, dengan meningkatkan kompetensi dan profesi kerja guru
dalam kegiatan seminar, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), lokakarya serta
pelatihan sehingga hasil dari kegiatan tersebut diterapkan di sekolah.
4. Kurikulum
Adanya kurikukum yang tetap, tetapi dinamis dapat memungkinkan dan memudahkan
standar mutu yang diharapkan sehingga tujuan dapat tercapai secara maksimal.
5. Jaringan kerjasama
Jaringan kerjasama tidak hanya terbatas pada lingkungan sekolah dan masyarakat semata
(orang tua dan masyarakat) tetapi dengan organisai lain, seperti perusahaan/instansi
sehingga output dari sekolah dapat terserap di dalam dunia kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majir, Perkembangan Manajemen Pendidikan: Sistem, Teori, Pendekatan dan Inovasi
Pembelajaran (Cet. I; Jakarta: Cipta Restu Fellynda, 2012), h. 41
Veithzal Rivai, dkk., Pemimpin dan Kepemimpinan dalam Organisasi (Ed. 1, Cet. II; Jakarta:
Rajawali Pers, 2014), h. 3.
https://chiwankraja.blogspot.com/2017/08/kepemimpinan-pendidikan.html
http://fauzulmurtafiah.blogspot.com/2015/02/resume-kepemimpinan-dalam-pendidikan.html
Download